revitalisasi pancasila

12
REVITALISASI PANCASILA Oleh: Azyumardi Azra. Dalam pekan terakhir paling tidak, Pancasila kembali menjadi wacana publik. Beberapa lembaga, baik pemerintah maupun nonpemerintah menyelenggarakan diskusi, simposium, dan semacamnya mengenai Pancasila. Tak kurang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga menyampaikan pidato politik tentang Pancasila pada Hari Pancasila 1 Juni, yang pada intinya menekankan pentingnya Pancasila dalam kehidupan berbangsa-bernegara. Bagi saya yang sejak Juni 2004 melalui berbagai artikel dan wawancara mengimbau perlunya membangkitkan kembali wacana publik tentang Pancasila, perkembangan tersebut cukup menggembirakan. Karena dengan demikian, Pancasila yang merupakan landasan bersama (common platform) atau sering juga disebut di kalangan kaum Muslimin sebagai „kalimatun sawa, kembali mendapat perhatian yang sepantasnya sudah harus diberikan sejak beberapa tahun lalu. Jika kita mengimbau perlunya menghidupkan kembali wacana publik tentang Pancasila, maka itu  bukanlah didasari romantisme historis, kerinduan belaka terhadap masa lalu. Masa lalu yang  pahit bagi Pancasila suda h dialami negara-bangsa Indonesia, ketika indoktrinasi P4 atas berbagai lapisan masyarakat, membuat Pancasila seolah- olah kehilangan „nama baik.  Pemerintah Orde Baru tidak hanya melakukan dominasi dan hegemoni atas pemaknaan Pancasila, tetapi juga melakukan berbagai kebijakan dan tindakan yang bertentangan dengan  pandangan dunia dan nilai-nilai Pancasila. Semua ini membuat banyak orang enggan membicarakan Pancasila; pembicaraan tentang Pancasila bahkan nyaris sebagai sesuatu yang tabu. Revitalisasi Pancasila mendesak karena beberapa alasan internal dan eksternal. Secara internal, sejak masa berlangsungnya „Masa Reformasi, beberapa faktor pemersatu bangsa jelas mengalami kemerosotan. Negara-bangsa yang berpusat di Jakarta semakin berkurang otoritasnya; sentralisme sebaliknya digantikan dengan desentralisasi dan otonomisasi daerah. Dalam hal terakhir ini kita menyaksikan bangkitnya sentimen provinsialisme dan etnisitas yang cenderung mengabaikan kepentingan dan integrasi nasional. Pada saat yang sama, penghapusan kewajiban asas tunggal Pancasila yang diberlakukan sejak 1985, yang diikuti liberalisasi politik dengan sistem multipartai, juga menghasilkan berbagai ekses. Fragmentasi politik, baik di tingkat elite dan akar rumput terus berlanjut, yang sering  berakhir dengan lenyapnya keadaban publik (public civility), dan cenderung disintegratif. Pada saat yang sama, liberalisasi politik berbarengan dengan kegagalan negara menegakkan hukum, memberikan momentum bagi menguatnya religious-based ideologies, yang cenderung divisif, karena adanya berbagai aliran pemikiran, mazhab, dan semacamnya di dalam agama. Bisa disaksikan, parpol-parpol yang berlandaskan agama --baik Islam maupun Kristen-- terus rentan pada perpecahan; landasan agama tidak mampu mengatasi perbedaan-perbedaan yang  berimpitan dengan kontestasi pengaruh dan kekuasaan. Pada saat yang sama, terlihat pula

Upload: gilang-anindita

Post on 13-Oct-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

qqq

TRANSCRIPT

  • 5/22/2018 REVITALISASI PANCASILA

    1/12

    REVITALISASI PANCASILA

    Oleh: Azyumardi Azra.

    Dalam pekan terakhir paling tidak, Pancasila kembali menjadi wacana publik. Beberapalembaga, baik pemerintah maupun nonpemerintah menyelenggarakan diskusi, simposium, dansemacamnya mengenai Pancasila. Tak kurang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga

    menyampaikan pidato politik tentang Pancasila pada Hari Pancasila 1 Juni, yang pada intinya

    menekankan pentingnya Pancasila dalam kehidupan berbangsa-bernegara.

    Bagi saya yang sejak Juni 2004 melalui berbagai artikel dan wawancara mengimbau perlunya

    membangkitkan kembali wacana publik tentang Pancasila, perkembangan tersebut cukup

    menggembirakan. Karena dengan demikian, Pancasila yang merupakan landasan bersama(common platform) atau sering juga disebut di kalangan kaum Muslimin sebagai kalimatun

    sawa, kembali mendapat perhatian yang sepantasnya sudah harus diberikan sejak beberapa

    tahun lalu.

    Jika kita mengimbau perlunya menghidupkan kembali wacana publik tentang Pancasila, maka itu

    bukanlah didasari romantisme historis, kerinduan belaka terhadap masa lalu. Masa lalu yang

    pahit bagi Pancasila sudah dialami negara-bangsa Indonesia, ketika indoktrinasi P4 atas berbagailapisan masyarakat, membuat Pancasila seolah-olah kehilangan nama baik.

    Pemerintah Orde Baru tidak hanya melakukan dominasi dan hegemoni atas pemaknaan

    Pancasila, tetapi juga melakukan berbagai kebijakan dan tindakan yang bertentangan denganpandangan dunia dan nilai-nilai Pancasila. Semua ini membuat banyak orang enggan

    membicarakan Pancasila; pembicaraan tentang Pancasila bahkan nyaris sebagai sesuatu yang

    tabu.

    Revitalisasi Pancasila mendesak karena beberapa alasan internal dan eksternal. Secara internal,

    sejak masa berlangsungnya Masa Reformasi, beberapa faktor pemersatu bangsa jelas

    mengalami kemerosotan. Negara-bangsa yang berpusat di Jakarta semakin berkurangotoritasnya; sentralisme sebaliknya digantikan dengan desentralisasi dan otonomisasi daerah.

    Dalam hal terakhir ini kita menyaksikan bangkitnya sentimen provinsialisme dan etnisitas yang

    cenderung mengabaikan kepentingan dan integrasi nasional.

    Pada saat yang sama, penghapusan kewajiban asas tunggal Pancasila yang diberlakukan sejak

    1985, yang diikuti liberalisasi politik dengan sistem multipartai, juga menghasilkan berbagai

    ekses. Fragmentasi politik, baik di tingkat elite dan akar rumput terus berlanjut, yang sering

    berakhir dengan lenyapnya keadaban publik (public civility), dan cenderung disintegratif.

    Pada saat yang sama, liberalisasi politik berbarengan dengan kegagalan negara menegakkan

    hukum, memberikan momentum bagi menguatnya religious-based ideologies, yang cenderungdivisif, karena adanya berbagai aliran pemikiran, mazhab, dan semacamnya di dalam agama.

    Bisa disaksikan, parpol-parpol yang berlandaskan agama --baik Islam maupun Kristen-- terus

    rentan pada perpecahan; landasan agama tidak mampu mengatasi perbedaan-perbedaan yangberimpitan dengan kontestasi pengaruh dan kekuasaan. Pada saat yang sama, terlihat pula

    http://aryantoabidin.blogspot.com/2009/09/revitalisasi-pancasila.htmlhttp://aryantoabidin.blogspot.com/2009/09/revitalisasi-pancasila.htmlhttp://aryantoabidin.blogspot.com/2009/09/revitalisasi-pancasila.html
  • 5/22/2018 REVITALISASI PANCASILA

    2/12

    peningkatan berbagai kelompok masyarakat yang bergerak atas religious-based ideologies dan

    atas nama agama.

    Yang tak kurang pentingnya adalah serbuan globalisasi, yang tidak hanya menimbulkan

    disorientasi dan dislokasi sosial, tetapi juga bahkan mengakibatkan memudarnya identitas

    nasional dan bahkan jati diri bangsa. Globalisasi yang sesungguhnya juga punya nilai positif,sebaliknya justru lebih banyak menimbulkan ekses negatif dalam kehidupan berbangsa danbernegara. Revitalisasi Pancasila yang urgen itu bisa dimulai dengan menjadikan dasar negara ini

    kembali sebagai wacana publik, sehingga masyarakat merasakan bahwa Pancasila masih ada,

    dan masih dibutuhkan bagi negara-bangsa Indonesia. Selama 63 tahun lebih, Pancasila mampumengayomi anak-anak bangsa yang begitu majemuk; viabilitas Pancasila dengan demikian telah

    teruji sebagai kerangka dasar bersama negara-bangsa Indonesia.

    Selanjutnya, perlu dilakukan penilaian kembali (reassesment) tentang penafsiran dan pemahamanPancasila, yang telah pernah dirumuskan di masa silam. Penafsiran monolitik sepatutnya

    ditinggalkan; apalagi kalau penafsiran tunggal tersebut didominasi rezim penguasa, yang

    menggunakan untuk kepentingan kekuasaan. Publik dan masyarakat memiliki hak semestinyalahterlibat dalam reassesment, dan rekontekstualisasi penafsiran Pancasila di tengah situasi dan

    tantangan yang terus berubah.

    Terakhir, reaktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa danbernegara. Inilah tantangan yang tidak kurang beratnya. Karena selama masih terdapat dalam

    masyarakat banyak kontradiksi yang tidak sesuai dengan esensi dan nilai-nilai Pancasila, ketika

    itulah orang menganggap Pancasila sebagai lips-service belaka.

    http://aryantoabidin.blogspot.com/2009/09/revitalisasi-pancasila.html

    http://aryantoabidin.blogspot.com/2009/09/revitalisasi-pancasila.htmlhttp://aryantoabidin.blogspot.com/2009/09/revitalisasi-pancasila.htmlhttp://aryantoabidin.blogspot.com/2009/09/revitalisasi-pancasila.html
  • 5/22/2018 REVITALISASI PANCASILA

    3/12

    Revitalisasi PancasilaKamis, 27 November 2008 23:30

    SIMPUL - Berbagai peristiwa sejarah di negeri ini telah menunjukkan bahwa hanya persatuandan kesatuanlah yang membawa negeri Indonesia ini menjadi negeri yang besar. Dilihat dari

    banyak ragamnya suku, bangsa, ras, bahasa dan corak budaya yang ada membuat bangsa ini

    menjadi rentan pergesekan, oleh karena...

    Berbagai peristiwa sejarah di negeri ini telah menunjukkan bahwa hanya persatuan dan kesatuanlah

    yang membawa negeri Indonesia ini menjadi negeri yang besar. Dilihat dari banyak ragamnya suku,

    bangsa, ras, bahasa dan corak budaya yang ada membuat bangsa ini menjadi rentan pergesekan,

    oleh karena itu para pendiri Indonesia telah menciptakan Pancasila sebagai dasar bernegara.

    Pancasila merupakan pengalaman sejarah masa lalu untuk menuju sebuah cita-cita yang luhur.

    Inilah alasan dalam talk show RRI ke-12 hari Kamis, 30 Agustus 2007 mengangkat tema tentang

    pentingnya Pancasila sebagai kekuatan bangsa. Kegiatan ini menghadirkan Talkshow: 1. Rurid

    Rudianto (Yayasan Satu Indonesia dan Peserta Sekolah Demokrasi II; 2. Abidah (Pengajar dan

    Peserta Sekolah Demokrasi II); 3. Isiyantoyo (Pemuda dan Peserta Sekolah Demokrasi II).

    Pancasila dilambangkan seekor burung garuda yang dalam kisah pewayangan melambangkan anak

    yang berjuang mencari air suci untuk ibunya/ sedangkan pita bertuliskan Bhineka Tunggal Ika

    berartikan berbeda tetapi tetap satu. Kemudian tergantung di dada burung tersebut sebuah perisai

    yang mana biasanya perisai adalah alat untuk menahan serangan perang pada jaman dulu, jadi kalau

    diartikan untuk menjaga integritas bangsa Indonesia baik itu ancaman dari dalam maupun dari luar

    yaitu dengan menggunakan perisai yang didalam nya terkandung lima sila.

    Seringkali bangsa kita ini mengalami disintegrasi dan kemudian bersatu kembali konon katabeberapa tokoh adalah berkat kesaktian Pancasila. Sampai pemerintah juga menetapkan hari

    kesaktian pancasila tanggal 1 Oktober. Hal ini menunjukan bahwa sebenarnya Pancasila hingga saat

    ini masih kuat relevansinya bagi sebuah ideology Negara seperti Indonesia ini.

    Persolan utama Indonesia dalam mengarungi lautan global ini adalah masih banyaknya kemiskinan,

    kebodohan dan kesenjangan sosial yang masih lebar. Dari beberapa persoalan diatas apabila kita

    mampu memaknai kembali Pancasila dan kemudian dimulai dari diri kita masing-masing untuk bisa

    menjalankan dalam kehidupan sehari-hari, maka globalisasi akan dapat kita arungi dan keutuhan

    NKRI masih bisa terjaga.

    Untuk itu perlu adanya revitalisasi ideologi Pancasila ditengah munculnya arus globalisme yang

    dalam hal ini bagi sebuah Negara yang sedang berkembang akan mengancam eksistensinya sebagai

    sebuah bangsa. Sebagai bangsa yang masih dalam tahap berkembang kita memang tidak suka

    dengan globalisasi tetapi kita tidak bisa menghindarinya. Globalisasi harus kita jalani ibarat kita

    menaklukan seekor kuda liar kita yang berhasil menunggangi kuda tersebut atau kuda tersebut yang

    malah menunggangi kita. Mampu tidaknya kita menjawab tantangan globalisasi adalah bagaimana

    kita bisa memahami dan malaksanakan Pancasila dalam setiap kita berpikir dan bertindak.

    http://www.simpuldemokrasi.com/program-sekolah-demokrasi/media-radio/media-radio-iii/1506-

    revitalisasi-pancasila.html

    http://www.simpuldemokrasi.com/program-sekolah-demokrasi/media-radio/media-radio-iii/1506-revitalisasi-pancasila.htmlhttp://www.simpuldemokrasi.com/program-sekolah-demokrasi/media-radio/media-radio-iii/1506-revitalisasi-pancasila.htmlhttp://www.simpuldemokrasi.com/program-sekolah-demokrasi/media-radio/media-radio-iii/1506-revitalisasi-pancasila.htmlhttp://www.simpuldemokrasi.com/program-sekolah-demokrasi/media-radio/media-radio-iii/1506-revitalisasi-pancasila.pdfhttp://www.simpuldemokrasi.com/program-sekolah-demokrasi/media-radio/media-radio-iii/1506-revitalisasi-pancasila.html?tmpl=component&print=1&page=http://www.simpuldemokrasi.com/component/mailto/?tmpl=component&link=aHR0cDovL3d3dy5zaW1wdWxkZW1va3Jhc2kuY29tL3Byb2dyYW0tc2Vrb2xhaC1kZW1va3Jhc2kvbWVkaWEtcmFkaW8vbWVkaWEtcmFkaW8taWlpLzE1MDYtcmV2aXRhbGlzYXNpLXBhbmNhc2lsYS5odG1shttp://www.simpuldemokrasi.com/program-sekolah-demokrasi/media-radio/media-radio-iii/1506-revitalisasi-pancasila.pdfhttp://www.simpuldemokrasi.com/program-sekolah-demokrasi/media-radio/media-radio-iii/1506-revitalisasi-pancasila.html?tmpl=component&print=1&page=http://www.simpuldemokrasi.com/component/mailto/?tmpl=component&link=aHR0cDovL3d3dy5zaW1wdWxkZW1va3Jhc2kuY29tL3Byb2dyYW0tc2Vrb2xhaC1kZW1va3Jhc2kvbWVkaWEtcmFkaW8vbWVkaWEtcmFkaW8taWlpLzE1MDYtcmV2aXRhbGlzYXNpLXBhbmNhc2lsYS5odG1shttp://www.simpuldemokrasi.com/program-sekolah-demokrasi/media-radio/media-radio-iii/1506-revitalisasi-pancasila.pdfhttp://www.simpuldemokrasi.com/program-sekolah-demokrasi/media-radio/media-radio-iii/1506-revitalisasi-pancasila.html?tmpl=component&print=1&page=http://www.simpuldemokrasi.com/component/mailto/?tmpl=component&link=aHR0cDovL3d3dy5zaW1wdWxkZW1va3Jhc2kuY29tL3Byb2dyYW0tc2Vrb2xhaC1kZW1va3Jhc2kvbWVkaWEtcmFkaW8vbWVkaWEtcmFkaW8taWlpLzE1MDYtcmV2aXRhbGlzYXNpLXBhbmNhc2lsYS5odG1shttp://www.simpuldemokrasi.com/program-sekolah-demokrasi/media-radio/media-radio-iii/1506-revitalisasi-pancasila.htmlhttp://www.simpuldemokrasi.com/program-sekolah-demokrasi/media-radio/media-radio-iii/1506-revitalisasi-pancasila.html
  • 5/22/2018 REVITALISASI PANCASILA

    4/12

    Kedudukan, Fungsi serta Implementasi Pancasila sebagai Dasar Negara

    Follow any responses to this article Subscribe to entry RSS 2.0 Subscribe to entry RSS 0.92 Subscribe to responses RSS

    Posted bySmart Clickon 12 March 2011

    (Kedudukan, Fungsi serta I mplementasi Pancasil a sebagai Dasar Negara) Setiap negaraharus mempunyai dasar negara. Dasar negara merupakan fundamen atau pondasi dari bangunan

    negara. Kuatnya fundamen negara akan menguatkan berdirinya negara itu. Kerapuhan fundamen

    suatu negara, beraikbat lemahnya negara tersebut. Sebagai dasar negara Indonesia, Pancasilasering disebut sebagai dasar falsafah negara (filosofische gronslag dari negara), Staats

    fundamentele norm, weltanschauung dan juga diartikan sebagai ideologi negara (staatsidee).

    Negara kita Indonesia. Dalam pengelolaan atau pengaturan kehidupan bernegara ini dilandasioleh filsafat atau ideologi pancasila. Fundamen negara ini harus tetap kuat dan kokoh serta

    tidak mungkin diubah. Mengubah fundamen, dasar, atau ideology berarti mengubah eksistensi

    dan sifat negara. Keutuhan negara dan bangsa bertolak dari sudut kuat atau lemahnya bangsa itu

    berpegang kepada dasar negaranya.

    Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara yaitu Pancasila sebagai dasar dari penyelenggaraankehidupan bernegara bagi negara Republik Indonesia. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara

    seperti tersebut di atas, sesuai dengan apa yang tersurat dalam pembukaan Undang-Undang

    Dasar 1945 alenia 4 antara lain menegaskan: .., maka disusunlah kemerdekaan kebangsaanitu dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar

    kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,

    kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalm permusyawaratan perwakilan, serta

    dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

    Dengan kedudukan yang istimewa tersebut, selanjutnya dalam proses penyelenggaraan

    kehidupan bernegara memiliki fungsi yang kuat pula. Pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945menggariskan ketentuan-ketentuan yang menunjukkan fungsi pancasila dalam proses

    penyelenggaraan kehidupan bernegara. Berikut ini dikemukakan ketentuan-ketentuan yang

    menunujukkan fungsi dari masing-masing sila pancasila dalam proses penyelenggaraan

    kehidupan bernegara.

    http://www.g-excess.com/feedhttp://www.g-excess.com/feedhttp://www.g-excess.com/feed/http://www.g-excess.com/feed/http://www.g-excess.com/feed/rss/http://www.g-excess.com/feed/rss/http://www.g-excess.com/comments/feed/http://www.g-excess.com/comments/feed/http://www.g-excess.com/http://www.g-excess.com/http://www.g-excess.com/http://www.g-excess.com/http://www.g-excess.com/comments/feed/http://www.g-excess.com/feed/rss/http://www.g-excess.com/feed/http://www.g-excess.com/feed
  • 5/22/2018 REVITALISASI PANCASILA

    5/12

    Ketentuan-ketentuan yang menunjukkan fungsi sila Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu:

    kehidupan bernegara bagi Negara Republik Indonesia berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa,

    negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama serta untuk beribadahmenurut agama dan kepercayaannnya, negara menghendaki adanya toleransi dari masing-masing

    pemeluk agama dan aliran kepercayaan yang ada serta diakui eksistensinya di Indonesia, negara

    Indonesia memberikan hak dan kebebasan setiap warga negara terhadap agama dan kepercayaanyang dianutnya.

    Selanjutnya ketentuan-ketentuan yang menunjukkan fungsi sila Kemanusiaan yang adil danberadab, antara lain : pengakuan negara terhadap hak bagi setiap bangsa untuk menentukan nasib

    sendiri, negara menghendaki agar manusia Indonesia tidak memeperlakukan sesame manusia

    dengan cara sewenang-wenang sebagai manifestasi sifat bangsa yang berbudaya tinggi,

    pengakuan negara terhadap hak perlakuan sama dan sederajat bagi setiap manusia, jaminankedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan serta kewajiban menjunjung tinggi

    hokum dan pemerintahan yang ada bafi setiap warga negara.

    Ketentuan-ketentuan yang menunjukkan fungsi sila Persatuan Indonesia, yaitu: perlindungannegara terhadp segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan

    kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiba duniayang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, negara mengatasi segala

    paham golongan dan segala paham perseorangan, serta pengakuan negara terhadap kebhineka-

    tunggal-ikaan dari bangsa Indonesia dan kehidupannya.

    Selanjutnya ketentuan-ketentuan yang menunjukkan fungsi sila Kerkyatan yang dipimpin oleh

    hikmat kebijaksanaan dalam permusyawarata perwakilan, yaitu: penerapan kedaulatan dalam

    negara Indonesia yang berada di tangan rakyat dan dilakukan oleh MPR, penerapan azasmusyawarah dan mufakat dalam pengambilan segala keputusan dalam negara Indonesia, dan

    baru menggunakan pungutan suara terbanyak bila hal tersebut tidak dapat dilaksanakan, jaminanbahwa seluruh warga negara dapat memperoleh keadlan yang sama sebagai formulasi negarahokum dan bukan berdasarkan kekuasaan belaka, serta penyelenggaraan kehidupan bernegara

    yang didasarkan atas konstitusi dan tidak bersifat absolute.

    Yang terakhir adalah ketentuan-ketentuan yang menunjukkan fungsi sila Keadlan sosial bagi

    seluruh rakyat Indonesia, antara lain: negara menghendaki agar perekonomian Indonesia

    berdasarkan atas azas kekeluaraan, penguasaan cabang-cabang produksi yang penting baginegara serta menguasai hajat hidup orang banyak oleh negara, negara menghendaki agar

    kekayaan alam yang terdapat di atas dan di dalam bumi dan air Indonesia dipergunakan untuk

    kemakmuran rakyat banyak, negara menghendaki agar setiap warga negara Indonesia mendapat

    perlakuan yang adil di segala bidang kehidupan, baik material maupun spiritual, negaramenghendaki agar setiap warga negara Indonesia memperoleh pengajaran secara maksimal,

    negara Republik Iindonesia mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran

    nasional yang pelaksanaannya ditur berdasarkan Undang-Undang, pencanangan bahwa

    pemerataan pendidikan agar dapat dinikmati seluruh warga negara Indonesia menjadi tanggungjawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan keluarga, dan negara berusaha membentuk

    manusia Indonesia seutuhnya.

  • 5/22/2018 REVITALISASI PANCASILA

    6/12

    Sebagai dasar negara, Pancasila kembali diuji ketahanannya dalam era reformasi sekarang. Pada

    bulan Juni 1945,64 tahun yang lalu, lahirlah sebuah konsepsi kenengaraan yang sangat

    bersejarah bagi bangsa Indonesia, yaitu lahirnya Pancasila.

    Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila memang

    merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata merupakan light-star bagi segenapbangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman dalam memperjuangkan

    kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam hidup kerukunan berbangsa, serta sebagai

    pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-hari, dan yang jelas tadi telahdiungkapkan sebagai dasar serta falsafah negara Republik Indonesia.

    Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia, terkecuali bagi merekayang tidak Pancasilais. Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-

    sama dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan Pancasila yang benar berdasarkan Inpres Nomor 12

    tahun 1968 adalah satu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab.

    Tiga, Persatuan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

    permusyawaratan/perwakilan. Dan kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

    Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila itu ialah, MrMohammad Yamin, Prof Mr Soepomo, dan Ir Soekarno. Dapat dikemukakan mengapa Pancasila

    itu sakti dan selalu dapat bertahan dari guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah

    karena secara intrinsik dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa yang menantangPancasila berarti dia menentang toleransi.

    Kedua, Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang dapat mencakup faham-fahampositif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan faham lain yang positif tersebut mempunyai

    keleluasaan yang cukup untuk memperkembangkan diri. Yang ketiga, karena sila-sila dari

    Pancasila itu terdiri dari nilai-nilai dan norma-norma yang positif sesuai dengan pandanganhidup bangsa Indonesia, dan nilai serta norma yang bertentangan, pasti akan ditolak olehPancasila, misalnya Atheisme dan segala bentuk kekafiran tak beragama akan ditolak oleh

    bangsa Indonesia yang bertuhan dan ber-agama.

    Diktatorisme juga ditolak, karena bangsa Indonesia berprikemanusiaan dan berusaha untuk

    berbudi luhur. Kelonialisme juga ditolak oleh bangsa Indonesia yang cinta akan kemerdekaan.Sebab yang keempat adalah, karena bangsa Indonesia yang sejati sangat cinta kepada Pancasila,

    yakin bahwa Pancasila itu benar dan tidak bertentangan dengan keyakinan serta agamanya.

    Dengan demikian bahwa falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang harus

    diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga danmenjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi

    yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik golongan mudamaupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan

    guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.

    Pengertian Pancasila sebagai dasar negara diperoleh dari alinea keempat Pembukaan UUD 1945

    dan sebagaimana tertuang dalam Memorandum DPR-GR 9 Juni 1966 yang menandaskan

  • 5/22/2018 REVITALISASI PANCASILA

    7/12

    Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang telah dimurnikan dan dipadatkan oleh PPKI atas

    nama rakyat Indonesia menjadi dasar negara Republik Indonesia. Memorandum DPR-GR itu

    disahkan pula oleh MPRS dengan Ketetapan No.XX/MPRS/1966 jo. Ketetapan MPRNo.V/MPR/1973 dan Ketetapan MPR No.IX/MPR/1978 yang menegaskan kedudukan Pancasila

    sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari tertib hukum di Indonesia.

    Inilah sifat dasar Pancasila yang pertama dan utama, yakni sebagai dasar negara (philosophische

    grondslaag) Republik Indonesia. Pancasila yang terkandung dalam alinea keempat Pembukaan

    UUD 1945 tersebut ditetapkan sebagai dasar negara pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKIyang dapat dianggap sebagai penjelmaan kehendak seluruh rakyat Indonesia yang merdeka.

    Dengan syarat utama sebuah bangsa menurut Ernest Renan: kehendak untuk bersatu (le desirdetre ensemble) dan memahami Pancasila dari sejarahnya dapat diketahui bahwa Pancasila

    merupakan sebuah kompromi dan konsensus nasional karena memuat nilai-nilai yang dijunjung

    tinggi oleh semua golongan dan lapisan masyarakat Indonesia.

    Maka Pancasila merupakanintelligent choice karena mengatasi keanekaragaman dalammasyarakat Indonesia dengan tetap toleran terhadap adanya perbedaan. Penetapan Pancasila

    sebagai dasar negara tak hendak menghapuskan perbedaan (indifferentism), tetapi merangkumsemuanya dalam satu semboyan empiris khas Indonesia yang dinyatakan dalam seloka

    Bhinneka Tunggal Ika.

    Mengenai hal itu pantaslah diingat pendapat Prof.Dr. Supomo: Jika kita hendak mendirikan

    Negara Indonesia yang sesuai dengan keistimewaan sifat dan corak masyarakat Indonesia, maka

    Negara kita harus berdasar atas aliran pikiran Negara (Staatside) integralistik Negara tidakmempersatukan diri dengan golongan yang terbesar dalam masyarakat, juga tidak

    mempersatukan diri dengan golongan yang paling kuat, melainkan mengatasi segala golongan

    dan segala perorangan, mempersatukan diri dengan segala lapisan rakyatnya

    Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian bahwa negara Indonesia

    adalah Negara Pancasila. Hal itu mengandung arti bahwa negara harus tunduk kepadanya,membela dan melaksanakannya dalam seluruh perundang-undangan. Mengenai hal itu,Kirdi

    Dipoyudo (1979:30) menjelaskan: Negara Pancasila adalah suatu negara yang didirikan,

    dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan mengembangkanmartabat dan hak-hak azasi semua warga bangsa Indonesia (kemanusiaan yang adil dan

    beradab), agar masing-masing dapat hidup layak sebagai manusia, mengembangkan dirinya dan

    mewujudkan kesejahteraannya lahir batin selengkap mungkin, memajukan kesejahteraan umum,

    yaitu kesejahteraan lahir batin seluruh rakyat, dan mencerdaskan kehidupan bangsa (keadilan

    sosial).

    Pandangan tersebut melukiskan Pancasila secara integral (utuh dan menyeluruh) sehinggamerupakan penopang yang kokoh terhadap negara yang didirikan di atasnya, dipertahankan dan

    dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan mengembangkan martabat dan hak-hak

    azasi semua warga bangsa Indonesia. Perlindungan dan pengembangan martabat kemanusiaanitu merupakan kewajiban negara, yakni dengan memandang manusia qua talis, manusia adalah

    manusia sesuai dengan principium identatis-nya.

  • 5/22/2018 REVITALISASI PANCASILA

    8/12

    Pancasila seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan ditegaskan keseragaman

    sistematikanya melalui Instruksi Presiden No.12 Tahun 1968 itu tersusun secara hirarkis-

    piramidal. Setiap sila (dasar/ azas) memiliki hubungan yang saling mengikat dan menjiwai satusama lain sedemikian rupa hingga tidak dapat dipisah-pisahkan. Melanggar satu sila dan mencari

    pembenarannya pada sila lainnya adalah tindakan sia-sia. Oleh karena itu, Pancasila pun harus

    dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh, yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Usahamemisahkan sila-sila dalam kesatuan yang utuh dan bulat dari Pancasila akan menyebabkanPancasila kehilangan esensinya sebagai dasar negara.

    Sebagai alasan mengapa Pancasila harus dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh

    ialah karena setiap sila dalam Pancasila tidak dapat diantitesiskan satu sama lain. Prof.

    Notonagoro melukiskan sifat hirarkis-piramidal Pancasila dengan menempatkan sila Ketuhanan

    Yang Mahaesa sebagai basis bentuk piramid Pancasila. Dengan demikian keempat sila yanglain haruslah dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Mahaesa. Secara tegas, Dr. Hamka

    mengatakan: Tiap-tiap orang beragama atau percaya pada Tuhan Yang Maha Esa, Pancasila

    bukanlah sesuatu yang perlu dibicarakan lagi, karena sila yang 4 dari Pancasila sebenarnya

    hanyalah akibat saja dari sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.

    Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar negara sesungguhnyaberisi:

    1. Ketuhanan yang Maha Esa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-PersatuanIndonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

    permusyawaratan/ perwakilan, serta ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

    2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-Persatuan

    Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalampermusyawaratan/ perwakilan, dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

    3. Persatuan Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang adil danberadab, ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

    4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan,

    yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Persatuan Indonesia, dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

    5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-

    Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Persatuan Indonesia, dan ber-Kerakyatan yang

    dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.

    Isi Pembukaan UUD 1945 adalah nilai-nilai luhur yang universal sehingga Pancasila di

    dalamnya merupakan dasar yang kekal dan abadi bagi kehidupan bangsa. Gagasan vital yangmenjadi isi Pancasila sebagai dasar negara merupakan jawaban kepribadian bangsa sehingga

    dalam kualitas awalnya Pancasila merupakan dasar negara, tetapi dalam perkembngannya

    menjadi ideologi dari berbagai kegiatan yang berimplikasi positif atau negatif.

    Pancasila bertolak belakang dengan kapitalisme ataupun komunisme. Pancasila justru merombak

    realitas keterbelakangan yang diwariskan Belanda dan Jepang untuk mewujudkan masyarakat

  • 5/22/2018 REVITALISASI PANCASILA

    9/12

    adil dan makmur. Pancasila sudah berkembang menjadi berbagai tahap semenjak ditetapkan pada

    tanggal 18 Agustus 1945,yaitu :

    1. Tahun 1945-1948 merupakan tahap politis. Orientasi Pancasila diarahkan pada Aand

    character building. Semangat persatuan dikobarkan demi keselamatan NKRI terutama untuk

    menanggulangi ancaman dalam negeri dan luar negeri. Di dalam tahap dengan atmosfer politisdominan, perlu upaya memugar Pancasila sebagai dasar negara secara ilmiah filsafati. Pancasila

    mampu dijadikan pangkal sudut pandangan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang

    dalam karya-karyanya ditunjukkan segi ontologik, epismologik dan aksiologiknya sebagai raisondetre bagi Pancasila (Notonagoro, 1950)

    Resonansi Pancasila yang tidak bisa diubah siapapun tecantum pada Tap MPRS No.XX/MPRS/1966. Dengan keberhasilan menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal, maka

    dapatlah dinyatakan bahwa persatuan dan kesatuan nasional sebagai suatu state building.

    2. Tahun 1969-1994 merupakan tahap pembangunan ekonomi sebagai upaya mengisi

    kemerdekaan melalui Pembangunan Jangka Panjang Pertama (PJP I). Orientasinya diarahkanpada ekonomi, tetapi cenderung ekonomi menjadi ideologi

    Secara politis pada tahap ini bahaya yang dihadapi tidak sekedar bahaya latent sisa G 30S/PKI,

    tetapi efek PJP 1 yang menimbulkan ketidakmerataan pembangunan dan sikap konsumerisme.Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial yang mengancam pada disintegrasi bangsa.

    Distorsi di berbagai bidang kehidupan perlu diantisipasi dengan tepat tanpa perlu mengorbankanpersatuan dan kesatuan nasional. Tantangan memang trerarahkan oleh Orde Baru, sejauh mana

    pelakasanaan Pancasila secara murni dan konsekuen harus ditunjukkan.

    Komunisme telah runtuh karena adanya krisis ekonomi negara ibu yaitu Uni Sovyet danditumpasnya harkat dan martaba tmanusia beserta hak-hak asasinya sehingga perlahan

    komunisme membunuh dirinya sendiri. Negara-negara satelit mulai memisahkan diri untukmencoba paham demokrasi yang baru. Namun, kapitalisme yang dimotori Amerika Serikat

    semakin meluas seolah menjadi penguasa tunggal. Oleh karena itu, Pancasila sebagai dasar

    negara tidak hanya sekedar dihantui oleh bahaya subversinya komunis, melainkan juga harus

    berhadapan dengan gelombang aneksasinya kapitalisme.

    3. Tahun 1995-2020 merupakan tahap repostioning Pancasila. Dunia kini sedang dihadapkan

    pada gelombang perubahan yang cepat sebagai implikasi arus globalisasi.

    Globalisasi sebagai suatu proses pada hakikatnaya telah berlangsung jauh sebelum abad ke-20sekarang, yaitu secara bertahap, berawal embrionial di abad 15 ditandai denganmunculnyanegara-negara kebangsaan, munculnya gagasan kebebasan individu yang dipacu jiwa

    renaissance dan aufklarung.

    Hakikat globalisasi sebagai suatu kenyataan subyektif menunjukkan suatu proses dalam kesadran

    manusia yang melihat dirinya sebagai partisipan dalam masyarakat dunia yang semakin menyatu,

  • 5/22/2018 REVITALISASI PANCASILA

    10/12

    sedangkana kenyataan obyektif globlaisasi merupakan proses menyempitnya ruang dan waktu,

    menciutnya dunia yang berkembang dalam kondisi penuh paradoks.

    Menghadapi arus globalisasi yang semakin pesat, keurgensian Pancasila sebagai dasar negara

    semakin dibutuhkan. Pancasila dengan sifat keterbukaanya melalui tafsir-tafsir baru kita jadikan

    pengawal dan pemandu kita dalam menghadapi situasi yang serba tidak pasti. Pancasilamengandung komitmen-komitmen transeden yang memiliki mitosnya tersendiri yaitu semua

    yang mitis kharismatis dan irasional yang akan tertangkap arti bagi mereka yang sudah

    terbiasa berfikir secara teknis-positivistik dan pragmatis semata.

    Nilai-nilai luhur yang telah dipupuk sejak pergerakan nasional kini telah tersapu oleh kekuasaan

    Orde Lama dan Orde Baru. Orde Lama mengembangkan Pancasila sebagai dasar negara tidaksebagai sesuatu substantif, melainkan di-instumentalisasi-kan sebagai alat politik semata.

    Demikian pula di Orde Baru yang berideologikan ekonomi, Pancasila dijadikan asas tunggal

    yang dimanipulasikan untuk KKN dan kroni-isme dengan mengatasnamakan sebagai Mandatoris

    MPR.

    Kini terjadi krisis politik dan ekonomi karena pembangunan menghadapi jalan buntu. Krisis

    moral budaya juga timbul sebagai implikasi adanya krisis ekonomi. Masyarakat telah kehilanganorientasi nilai dan arena kehidupan menjadi hambar, kejam, gersang dalam kemiskinan budaya

    dan kekeringan spiritual. Pancasila malah diplesetkan menjadi suatu satire, ejekan dan sindiran

    dalam kehidupan yang penuh paradoks.

    Pembukaan UUD 1945 dengan nilai-nilai luhurnya menjadi suatu kesatuan integral-integratif

    dengan Pancasila sebagai dasar negara. Jika itu diletakkan kembali, maka kita akan menemukanlandasan berpijak yang sama, menyelamatkan persatuan dan kesatuan nasional yang kini sedang

    mengalami disintegrasi. Revitalisasi Pancasila sebagai dasar negara mengandung makna bahwa

    Pancasila harus diletakkan utuh dengan pembukaan, di-eksplorasi-kan dimensi-dimensi yangmelekat padanya, yaitu :

    Realitasnya: dalam arti bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dikonkretisasikan sebagaikondisi cerminan kondisi obyektif yang tumbuh dan berkembang dlam masyarakat.

    Idealitasnya: dalam arti bahwa idealisme yang terkandung di dalamnya bukanlah sekedar utopitanpa makna, melainkan diobjektivasikan sebagai kata kerja untuk membangkitkan gairah dan

    optimisme para warga masyarakat guna melihat hari depan secara prospektif, menuju hari esok

    lebih baik.

    Fleksibilitasnya: dalam arti bahwa Pancasila bukanlah barang jadi yang sudah selesai danmandeg dalam kebekuan oqmatis dan normatif, melainkan terbuka bagi tafsir-tafsir baru untuk

    memenuhi kebutuhan zaman yang berkembang. Dengan demikian tanpa kehilangan nilaihakikinya, Pancasila menjadi tetap aktual, relevan serta fungsional sebagai tiang-tiang

    penyangga bagi kehidupan bangsa dan negara dengan jiwa dan semangat Bhinneka tunggal Ika

    Revitalisasi Pancasila Pancasila sebagai dasar negara harus diarahkan pada pembinaan moral,

    sehingga moralitas Pancasila dapat dijadikan sebagai dasar dan arah dalam upaya mengatasi

  • 5/22/2018 REVITALISASI PANCASILA

    11/12

    krisis dan disintegrasi. Moralitas juga memerlukan hukum karena keduanya terdapat korelasi.

    Moralitas yang tidak didukung oleh hukum kondusif akan terjadi penyimpangan, sebaliknya,

    ketentuan hukum disusun tanpa alasan moral akan melahirkan sesuatu yang bertentangan dengannilai-nilai luhur Pancasila.

    Dalam upaya merevitalisasi Pancasila sebagai dasar negara maka disiapkan lahirnya generasisadar dan terdidik. Sadar dalam arti generasi yang hati nuraninya selalu merasa terpanggil untuk

    melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila, terdidik dalam arti generasi yang

    mempunyai kemampuan dan kemandirian dalam mengembangkan ilmu pengetahuan sebagaisarana pengabdian kepada bangsa dan negara. Dengan demikian akan dimunculkan generasi

    yang mempunyai ide-ide segar dalam mengembangkan Pancasila.

    Hanya dengan pendidikan bertahap dan berkelanjutan, generasi sadar dan terdidik akan dibentuk,

    yaitu yang mengarah pada dua aspek. Pertama, pendidikan untuk memberikan bekal pengetahuan

    dan pengalaman akademis, ketrampilan profesional, dan kedalaman intelektual,

    kepatuhankepada nilai-nilai (it is matter of having). Kedua, pendidikan untuk membentuk jatidiri

    menjadi sarjana yang selalu komitmen dengan kepentingan bangsa (it is matter of being).

    Bangsa Indonesia dihadapkan pada perubahan, tetapi tetap harus menjaga budaya-budaya lama.Sekuat-kuatnya tradisi ingin bertahan, setiap bangsa juga selalu mendambakan kemajuan. Setiap

    bangsa mempunyai daya preservasi dan di satu pihak daya progresi di lain pihak. Kita

    membutuhkan telaah-telaah yang kontekstual, inspiratif dan evaluatif.

    Perevitalisasikan Pancasila sebagai dasar negara dalam, kita berpedoman pada wawasan:

    1. Spiritual, untuk meletakkan landasan etik, moral, religius sebagai dasar dan arahpengembangan profesi

    2. Akademis, menunjukkan bahwa MKU Pancasila adalah aspek being, tidak sekedar aspekhaving

    3. Kebangsaan, menumbuhkan kesadaran nasionalisme

    4. Mondial, menyadarkan manusia dan bangsa harus siap menghadapi dialektikanyaperkembangan dalam mayaraka dunia yang terbuka.

    Dalam kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara yang sedang dilanda oleh arus krisis dandisintegrasi maka Pancasila tidak terhindar dari berbagai macam gugatan, sinisme, serta

    pelecehan terhadap kredibilitasnya. Namun perlu kita sadari bahwa tanpa adanya platform

    dalam dasar negara atau ideologi maka suatu bangsa mustahil akan dapat bertahan dalammenghadapi berbagai tantangan dan ancaman.

    Melalui pemahaman inilah Pancasila dikembangkan dalam semangat demokrasi yang secarakonsensual akan dapat mengembangkan nilai praktisnya yang sesuai dengan kebutuhan

    masyarakat yang serba pluralistik. Selain itu melestarikan dan mengembangkan Pancasila

    sebagai dasar negara sebagaimana telah dirintis dan ditradisikan oleh para pendahulu, merupakan

    suatu kewajiban etis dan moral yang perlu diyakinkan oleh generasi sekarang.

  • 5/22/2018 REVITALISASI PANCASILA

    12/12