revisi terakhir terbaru 25

54
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara tentang buruh tani harian lepas maka yang terlintas dalam benak orang adalah orang-orang yang bekerja pada sektor pertanian yang bersifat harian. Mereka bekerja seharian di kebun atau ladang majikannya dan mengharapkan upah yang dia dapatkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Upah yang mereka dapatkan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Kehidupan perekonomian mereka dari hari ke hari begitu-begitu saja karena hanya menggantungkan sumber perekonomiannya dari upah yang mereka dapatkan sebagai buruh di ladang atau kebun orang. Hal ini menyebabkan buruh tani ini identik dengan kemiskinan. Dimana, kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana seseorang atau kelompok orang hidup lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia yang disebabkan karena ketidakmampuannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. 1

Upload: jelita-lita

Post on 05-Jan-2016

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

susahnya hidup ini

TRANSCRIPT

Page 1: Revisi Terakhir Terbaru 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbicara tentang buruh tani harian lepas maka yang terlintas dalam benak

orang adalah orang-orang yang bekerja pada sektor pertanian yang bersifat harian.

Mereka bekerja seharian di kebun atau ladang majikannya dan mengharapkan

upah yang dia dapatkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Upah yang mereka

dapatkan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Kehidupan

perekonomian mereka dari hari ke hari begitu-begitu saja karena hanya

menggantungkan sumber perekonomiannya dari upah yang mereka dapatkan

sebagai buruh di ladang atau kebun orang. Hal ini menyebabkan buruh tani ini

identik dengan kemiskinan. Dimana, kemiskinan merupakan suatu keadaan

dimana seseorang atau kelompok orang hidup lebih rendah dari kondisi hidup

layak sebagai manusia yang disebabkan karena ketidakmampuannya dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kemiskinan merupakan proses menurunnya daya dukung terhadap hidup

seseorang atau kelompok orang, sehingga pada gilirannya individu atau kelompok

tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu

mencapai taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan

martabatnya sebagai manusia.

Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang

atau sekelompok orang hidup di bawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak

sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Sementara sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses

1

Page 2: Revisi Terakhir Terbaru 25

menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau kelompok orang

sehingga seseorang atau kelompok itu tidak mampu memenuhi kebutuhan

kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan yang layak

sesuai harkat dan martabatnya sebagai manusia (Siagian 2012 : 2).

Dalam hal ini, buruh tani identik dengan kemiskinan dan untuk

mengatasinya, buruh tani ini harus memiliki alternatif lain dalam rangka

mensejahterakan hidupnya. Jika dikaji lebih mendalam, indikator kemiskinan

yang beraneka ragam dihasilkan melalui tiga pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan pendapatan,

2. Pendekatan konsumsi, dan

3. Pendekatan multi aspek.

Melalui pendekatan pendapatan, BPS cenderung menetapkan indikator

kemiskinan dalam ukuran rupiah. Dengan alasan adanya inflasi, maka ukuran

kemiskinan yang ditetapkan BPS senantiasa mengalami perubahan. Sebagai

contoh, pada tahun 2003 indikator kemiskinan bagi masyarakat pedesaan

ditetapkan sebesar Rp.72.780 per bulan per orang. Sedangkan indikator

kemiskinan untuk masyarakat perkotaan ditetapkan Rp.96.956 perbulan per orang.

Selanjutnya pada tahun 2004, BPS menetapkan indikator kemiskinan

dalam bentuk pendapatan rata - rata sebesar Rp.150.000,00 perbulan per orang.

Sedangkan pada tahun 2005 BPS menetapkan indikator kemiskinan dalam bentuk

pendapatan rata-rata sebesar Rp.180.000,00 perbulan per orang. Pada tahun 2010

BPS menetapkan indikator kemiskinan dengan pendapatan rata-rata sebesar Rp.

211.000,00 perbulan per orang. BPS kembali menetapkan indikator kemiskinan

pada tahun 2011. Menurut BPS indikator kemiskinan dalam bentuk pendapatan

2

Page 3: Revisi Terakhir Terbaru 25

rata-rata secara nasionaluntuk tahun 2011 adalah sebesar Rp.233.174 perbulan per

orang. Bank Dunia sendiri menetapkan indikator kemiskinan sebesar US$ 2

perhari per orang.

Banyak pihak berpendapat bahwa pendapatan tidak selalu dapat

menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Sebagai contoh, adalah

berbeda secara signifikan dua keluarga dengan pendapatan yang sama, jika satu

diantaranya menempati rumah milik sendiri dengan yang menempati rumah yang

disewa. Dengan demikian, pendapatan tidak representatif jika dijadikan sebagai

indikator kemiskinan.

Kelemahan yang terdapat pada penetapan pendapatan sebagai indikator

kemiskinan menjadikan banyak ahli mencari indikator lain. Salah satu indikator

alternatif yang dianggap cukup representatif adalah konsumsi. BPS berusaha

merumuskan indikator kemiskinan dalam bentuk konsumsi. Badan ini

menetapkan, bahwa manusia hanya akan dapat hidup layak jika mengkonsumsi

makanan dan minuman dengan kandungan minimal 2.100 kalori perkapita per

hari. Dengan demikian seseorang dapat dikategorikan miskin bilamana jumlah

uang yang dikeluarkan atau dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi

kurang dari 2.100 kalori perkapita perhari (Siagian, 2012: 73).

Pada awalnya banyak pihak meletakkan harapan pada penetapan indikator

kemiskinan yang ditetapkan melalui pendekatan konsumsi. Namun setelah

dilakukan, pendekatan tersebut dianggap masih sarat dengan kelemahan. Salah

satu kelemahannya adalah sulitnya dilakukan pengukuran yang akurat. Sebagai

contoh, jumlah kandungan kalori pada makanan maupun minuman tidak

3

Page 4: Revisi Terakhir Terbaru 25

selamanya signifikan dengan harga makanan dan minuman itu. Selain itu, tidak

mudah untuk mengukur kandungan kalori pada setiap makanan dan minuman.

Disamping itu, banyak pihak yang berpandangan bahwa penetapan

indikator kemiskinan melalui pendekatan konsumsi tidak selalu menggambarkan

kenyataan kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang. Bahkan,

indikator kemiskinan yang dihasilkan pun belum pula mampu mempresentasikan

kebutuhan hidup manusia secara menyeluruh. Berbagai pandangan ini kemudian

menjadi alasan untuk mencari dan menggunakan pendekatan lain, yaitu

pendekatan multi aspek.

Salah satu pihak yang berupaya menelaah dan menetapkan indikator

kemiskinan melalui pendekatan multi aspek adalah PBB. Dalam Laporan PBB I

berjudul Report on International Definition and Measurement of Standard and

Level of Living, badan dunia tersebut menetapkan 12 jenis komponen yang harus

digunakan sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan manusia, meliputi:

1. Kesehatan, termasuk kondisi demografi

2. Makanan dan gizi

3. Pendidikan, termasuk literacy dan skill

4. Kondisi pekerjaan

5. Situasi kesempatan kerja

6. Konsumsi dan tata hubungan aggretatif

7. Pengangkutan

8. Perumahan, termasuk fasilitas-fasilitas perumahan

9. Sandang

10. Rekreasi dan hiburan

4

Page 5: Revisi Terakhir Terbaru 25

11. Jaminan Sosial

12. Kebebasan manusia (United Nation dalam Siagian, 2012).

Di Kota Kabanjahe, tepatnya di Jalan Lingkar Kelurahan Padang Mas

Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo terdapat aktivitas kerumunan buruh tani

yang mangkal setiap pagi menunggu petani yang membutuhkan tenaga mereka.

Para buruh tani ini setiap harinya mulai antara pukul 07.00 - 10.00 wib pagi

berbondong-bondong di pangkalan ini menunggu para pemilik lahan yang datang

menjemput mereka ataupun menunggu para petani yang menawarkan pekerjaan

pada mereka. Biasanya jika waktu sudah diatas jam 10.00 wib, bagi mereka yang

tidak mendapatkan pekerjaan pergi meninggalkan pangkalan.

Buruh harian lepas di kota Kabanjahe ini pada umumnya adalah pendatang

dari luar daerah Kabupaten Karo seperti dari daerah Simalungun, Dairi, Tapanuli,

Tobasa, Pak-Pak dan sebagainya. Di kota Kabanjahe ini mereka hidup menyebar,

ada di Jalan Lingkar, Siki, Simpang Enam, Katepul, Kampung Dalam, Pajak

Singa, Ketaren, Samura, Sumbul dan lain-lain. Mereka menyewa rumah sebagai

tempat tinggal.

Meskipun kota Kabanjahe merupakan ibu kota kabupaten, namun sebagian

masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Beda dengan kota-kota

kabupaten lain pada umumnya yang lebih maju dengan kehidupan perekonomian

pada sektor dagang, industri dan jasa. Dataran tinggi Karo terkenal sebagai daerah

yang subur dan terkenal sebagai penghasil sayur-mayur dan buah-buahan. Hal ini

menjadi berkah bagi para perantau ini, dimana kebutuhan akan tenaga kerja besar

sehingga banyak perantau datang ke Kabanjahe ini. Hal ini dikarenakan bukan

5

Page 6: Revisi Terakhir Terbaru 25

hanya petani dari pedesaan saja yang datang mencari tenaga kerja melainkan ada

pula petani yang tinggal di kota dan menawarkan kerja pada mereka.

Di daerah perantauan ini, mereka bermata pencaharian sebagai buruh

harian lepas karena mereka tidak memiliki lahan sendiri untuk digarap sehingga

mereka menggantungkan sumber perekonomian utama dengan bekerja di lahan

orang lain. Selain itu mereka tidak memiliki keterampilan maupun modal untuk

membuka usaha di perantauan ini jadi mau tak mau mereka menjadi tenaga kerja

harian lepas di ladang para petani yang membutuhkan tenaga mereka.

Pada awalnya buruh tani ini berkumpul di suatu tempat yang oleh mereka

biasa menyebutnya dengan istilah “pangkalan” menunggu siapa saja buruh tani

yang membutuhkan tenaga mereka dan mereka belum terorganisasi dengan baik.

Para pemilik lahan yang membutuhkan tenaga kerja akan mendatangi tempat ini

dan mengajak sejumlah tenaga kerja sesuai kebutuhannya untuk dipekerjakan di

ladangnya. Hal ini mengakibatkan secara tidak langsung mereka secara tidak

langsung saling bersaing untuk mendapatkan pekerjaan sehingga ada istilah siapa

cepat dia dapat. Apalagi jumlah buruh tani ini semakin meningkat.

Namun, seiring berjalannya waktu, para buruh tani ini membentuk

kelompok-kelompok kecil untuk menghindari persaingan maupun konflik dengan

sesama rekan kerjanya. Mereka membentuk kelompok - kelompok kecil dan

menjalin hubungan dengan para kepala buruh-kepala buruh di berbagai daerah di

Tanah Karo. Kepala buruh ini biasa mereka sebut dengan istilah ”kepala aron”

dimana kepala aron ini berperan sebagai penghubung antara mereka dengan petani

yang membutuhkan tenaga kerja untuk bekerja di kebunnya. Hal ini

menguntungkan kedua belah pihak antara petani dengan buruh tani ini. Petani

6

Page 7: Revisi Terakhir Terbaru 25

tidak perlu susah payah mencari tenaga kerja dan buruh tani tidak perlu bersusah

payah mencari lowongan kerja.

Dengan adanya kepala aron ini, para buruh tani ini cukup terbantu untuk

mendapatkan pekerjaan. Jika ada lowongan, kepala aron ini akan menghubungi

anggotanya untuk bekerja atau sebaliknya aron ini yang bertanya kepada kepala

buruh ini mengenai ada tidaknya lowongan. Pada umumnya, para buruh tani ini

tidak memilih-milih pekerjaan maupun lokasi di daerah mana mereka bekerja.

Asal ada lowongan mereka akan mengambilnya.

Meskipun demikian, bukan berarti semua “aron” atau buruh tani ini selalu

mendapatkan pekerjaan. Hal ini disebabkan jumlah mereka yang semakin besar

serta semakin rendahnya permintaan terhadap tenaga kerja terutama di saat musim

kemarau maupun di saat libur anak sekolah dimana para petani memberdayakan

anak sekolah untuk bekerja di ladangnya. Belum lagi semenjak terjadinya bencana

erupsi gunung Sinabung membawa dampak yang cukup signifikan bagi para

buruh tani ini dimana permintaan akan kebutuhan tenaga kerja turun drastis. Hal

ini disebabkan para petani yang memiliki lahan di sekitar lereng gunung tersebut

otomatis tidak membutuhkan tenaga kerja karena lahan pertanian mereka tidak

bisa dikelola lagi. Bahkan sebaliknya, para pengungsi itu banyak yang beralih

profesi dari petani menjadi buruh tani dan hal ini mengakibatkan permintaan

tenaga kerja menurun drastis sementara jumlah tenaga kerja semakin meningkat.

Padahal sebelum bencana terjadi, para buruh tani sering mendapatkan tawaran

kerja di ladang/kebun para petani di sekitar gunung Sinabung tersebut.

Namun buruh tani ini terkesan hanya bisa pasrah dengan nasib dan tetap

menggeluti pekerjaannya sebagai penawar tenaga bagi petani yang membutuhkan.

7

Page 8: Revisi Terakhir Terbaru 25

Meskipun permintaan tenaga kerja menurun bahkan terkadang tidak ada lowongan

dari kepala buruh (kepala aron), buruh tani yang belum mendapatkan pekerjaan

tetap saja datang ke pangkalan ini berharap ada petani yang melintas dari

pangkalan dan menawarkan pekerjaan kepada mereka.

Kondisi ketidakpastian kerja ini membawa dampak yang besar bagi

perekonomian para buruh tani ini. Akibat berkurangnya permintaan tenaga kerja

menyebabkan buruh tani ini seringkali menjadi pengangguran sementara padahal

kebutuhan-kebutuhan hidup harus dipenuhi terutama kebutuhan sehari-hari.

Dalam artian tidak ada jaminan para buruh tani ini mendapatkan pekerjaan setiap

harinya.

Di samping belum adanya kepastian kerja setiap harinya, para buruh tani

ini mendapatkan upah kotor minimal sebesar Rp 60.000,00 dimana mereka

bekerja mulai sekitar pukul 09.00-10.00 wib pagi hingga pukul 17.00 wib sore.

Namun, ada kalanya gaji mereka Rp 70.000,00. Bahkan biaya makan siang

ditanggung pemilik lahan/kebun bagi tenaga kerjanya yang bekerja mengangkat

hasil pertanian ke tempat penyusunan barang/gubuk tenda. Namun itu terjadi di

saat-saat tertentu yaitu di masa panen terutama waktu panen jeruk maupun tomat.

Jumlah upah harian ini tergolong besar namun mengingat mereka hanya

menggantungkan perekonomian mereka dari gaji yang mereka dapatkan sehingga

hanya bisa memenuhi kebutuhan dasar. Selain itu, tidak pula setiap hari mereka

mendapatkan pekerjaan. Untuk mengatasi kondisi seperti ini, para buruh tani ini

harus mencari solusi ataupun alternatif lain dalam rangka menyejahterakan

hidupnya agar terbebas dari garis kemiskinan dan hidup sejahtera.

8

Page 9: Revisi Terakhir Terbaru 25

Berdasarkan kondisi tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut

strategi pemecahan permasalahan yang dilakukan oleh buruh tani ini untuk

bertahan hidup dan keluar dari garis kemiskinan dalam bentuk penelitian dan

hasilnya dituangkan dalam skripsi yang berjudul ”Strategi Bertahan Buruh

Tani Di Kota Kabanjahe (Studi Deskriptif di Jalan Lingkar Kelurahan

Padang Mas Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo”.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah sangatlah penting dalam suatu penelitian agar

diketahui arah jalannya penelitian tersebut. Arikunto (1993 :17) menguraikan

bahwa agar penelitian dapat dilaksananakan dengan sebaik-baiknya, maka penulis

harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana memulai, kemana harus

pergi dan dengan apa ia melakukan penelitian.

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Upaya Buruh Tani di

Jalan Lingkar Kelurahan Padang Mas Kabanjahe Mempertahankan

Hidupnya?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai tujuan yang hendak

dicapai dalam proses penyelenggaraannya. Adapun yang menjadi tujuan dari

penelitian ini yaitu “Untuk Mengetahui Strategi Buruh Tani di Jalan Lingkar

Kelurahan Padang Mas Kabanjahe dalam Mempertahankan Hidupnya”.

9

Page 10: Revisi Terakhir Terbaru 25

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

baik secara langsung ataupun tidak langsung bagi kepustakaan

Departemen Sosiologi khususnya menambah kajian tentang sosiologi

buruh dan sosiologi ekonomi.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi

pemerintah untuk mengetahui bagaimana kondisi sosial ekonomi

masyarakat yang bekerja sebagai buruh tani dan merumuskan suatu

kebijakan dan model pemberdayaan masyarakat miskin pada umumnya

dan buruh tani harian lepas ini pada khususnya. Selain itu, penelitian ini

diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya serta

mampu memberikan manfaat untuk masyarakat yang berkaitan dengan

penelitian ini.

1.5 Definisi Konsep

Dalam sebuah penelitian ilmiah, definisi konsep sangat diperlukan untuk

memfokuskan penelitian sehingga memudahkan penelitian. Konsep adalah

definisi, abstraksi mengenai gejala atau realita ataupun suatu pengertian yang

nantinya akan menjelaskan suatu gejala (Moleong, 2006 :67).

Disamping berfungsi untuk memfokuskan dan mempermudah suatu

penelitian, konsep juga berfungsi sebagai panduan yang nantinya digunakan

peneliti untuk menindaklanjuti sebuah kasus yang diteliti dan untuk menghindari

10

Page 11: Revisi Terakhir Terbaru 25

terjadinya kesalahan penafsiran dalam sebuah penelitian. Adapun konsep yang

digunakan sesuai dengan konteks penelitian ini,antara lain adalah:

1. Strategi diartikan sebagai rencana atau langkah tindakan yang dilakukan buruh

tani dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.

2. Buruh tani yaitu seseorang atau kelompok orang yang bekerja di ladang/kebun

orang lain untuk mendapatkan upah dari pemilik lahan tersebut.

3. Bertahan hidup adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk memenuhi

kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan dan kesehatan.

4. Kota yaitu suatu daerah terbangun yang didominasi jenis penggunaan tanah

nonpertanian dengan jumlah penduduk dan intensitas penggunaan ruang yang

cukup tinggi.

5. Upah adalah penerimaan sebagai imbalan dari majikan/pengusaha kepada

pekerja atas pekerjaan yang telah dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam

bentuk uang, yang ditetapkan menurut suatu perjanjian dan dibayarkan atas

dasar suatu perjanjian kerja antara majikan/pengusaha dan pekerja.

6. Kepala buruh yaitu kepala buruh tani yang berperan sebagai perantara buruh

tani dengan majikan untuk dipekerjakan di kebun/ladang pemilik lahan.

7. Majikan ialah pemilik lahan/petani yang mempekerjakan buruh dengan

memberikan upah sebagai imbalan atas jasanya.

8. Kemiskinan yaitu proses menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang

atau kelompok orang, sehingga pada gilirannya individu atau kelompok

tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu

mencapai taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan

martabatnya sebagai manusia.

11

Page 12: Revisi Terakhir Terbaru 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Tindakan Sosial

2.1.1 Tindakan Sosial menurut Max Weber dalam Masyarakat

Multikultural      

Max Weber  adalah  salah  satu ahli sosiologi dan sejarah bangsa

Jerman,lahir di Erfurt, 21 April 1864 dan meninggal dunia di Munchen,14 Juni

1920. Weber adalah guru besar di Freiburg (1894-1897), Heidelberg (sejak1897),

danMunchen(19191920).Webermelihat  sosiologi  sebagai  sebuah  studi  tentang 

tindakan  sosial  antar  hubungan sosial dan  itulah yang dimaksudkan dengan

pengertian paradigma definisi atau ilmusosial  itu (Ritzer1975). 

Tindakan  manusia  dianggap  sebagai  sebuah  bentuk  tindakan  sosial 

manakala  tindakan  itu ditujukan  pada  orang  lain.  Tindakan sosial menurut

Max Weber adalah suatu  tindakan  individu sepanjang  tindakan  itu mempunyai

makna atau arti subjektif  bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain

(Weber dalam Ritzer,1975). 

Suatu  tindakan  individu  yang  diarahkan  kepada  benda  mati  tidak 

masuk  dalam  kategori tindakan sosial. Suatu tindakan akan dikatakan sebagai

tindakan sosial ketika  tindakan tersebut benar-benar diarahkan kepada  orang 

lain atau individu lainnya. (Weber dalam Turner 2000).

12

Page 13: Revisi Terakhir Terbaru 25

2.1.2 Ciri-ciri tindakan sosial

Ada 5 ciri pokok  tindakan sosial menurut Max Weber  sebagai  berikut: 

1.   Jika  tindakan manusia  itu menurut aktornya mengandung makna subjektif

dan hal  ini bisa meliputi berbagai  tindakan nyata.

2.   Tindakan nyata  itu bisa bersifat membatin  sepenuhnya. 

3.   Tindakan  itu  bisa  berasal  dari  akibat  pengaruh  positif  atas  suatu  situasi, 

tindakan yang sengaja diulang, atau  tindakan dalam bentuk persetujuan secara

diam-diam dari pihak mana  pun.

4.    Tindakan  itu  diarahkan  kepada  seseorang  atau  kepada  beberapa  individu.

5.    Tindakan  itu memperhatikan  tindakan orang  lain dan  terarah  kepada

orang  lain  itu.

Selain  kelima  ciri pokok  tersebut, menurut Weber  tindakan sosial dapat

pula dibedakan dari sudut waktu sehingga ada tindakan yang diarahkan kepada

waktu sekarang, waktu  lalu, atau waktu yang akan datang. Sasaran suatu tindakan

sosial bisa individu tetapi juga bisa kelompok atau sekumpulan orang. Campbell 

(1981).

2.1.3 Tipe tindakan sosial

Weber membedakan tindakan sosial manusia ke dalam empat tipe yaitu:

1.      Tindakan rasionalitas instrumental (Zwerk Rational)

Tindakan ini merupakan suatu tindakan sosial yang dilakukan seseorang

didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan

tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya.

Contohnya : Seorang siswa yang sering terlambat dikarenakan tidak memiliki alat

13

Page 14: Revisi Terakhir Terbaru 25

transportasi, akhirnya ia membeli sepeda motor agar ia datang ke sekolah lebih

awal dan tidak terlambat. Tindakan ini telah dia pertimbangkan dengan matang

agar dia mampu mencapai tujuan tertentu yaitu supaya tidak terlambat ke sekolah.

Dengan perkataan lain menilai  dan  menentukan  tujuan  itu dan bisa saja 

tindakan  itu dijadikan sebagai cara untuk mencapai  tujuan  lain.

2.      Tindakan rasional nilai (Werk Rational)

Sedangkan tindakan rasional nilai memiliki sifat bahwa alat-alat yang ada hanya

merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-tujuannya

sudah ada di dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut.

Contoh : perilaku beribadah atau seseorang mendahulukan orang yang lebih tua

ketika antri sembako. Artinya, tindakan sosial ini telah dipertimbangkan terlebih

dahulu karena mendahulukan nilai-nilai sosial maupun nilai agama yang ia miliki.

3.      Tindakan  afektif/Tindakan yang dipengaruhi emosi  (Affectual Action)

Tipe tindakan sosial ini lebih didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi

intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan afektif sifatnya spontan, tidak

rasional, dan merupakan ekspresi emosional dari individu. Contohnya: hubungan

kasih sayang antara dua remaja yang sedang jatuh cinta atau sedang dimabuk

asmara.Tindakan ini biasanya terjadi atas rangsangan dari  luar yang bersifat

otomatis sehingga bias berarti

4.      Tindakan  tradisional/Tindakan karena kebiasaan (Traditional Action) 

Dalam tindakan jenis ini, seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena

kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar atau

perencanaan. Tindakan pulang kampung disaat lebaran atau Idul Fitri.

14

Page 15: Revisi Terakhir Terbaru 25

2.2 Konsep Kemiskinan

2.2.1 Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan lazimnya digambarkan sebagai gejala kekurangan pendapatan

untuk memenuhi kebutuhan yang pokok. Sekelompok angggota masyarakat

dikatakan berada di bawah garis kemiskinan jika pendapatan kelompok anggota

masyarakat ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok

seperti pangan, pakaian, dan tempat tinggal.

Kemiskinan merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa, sebagai

inspirasi dasar dan perjuangan akan kemerdekaan bangsa dan motivasi

fundamental dari cita-cita menciptakan masyarakat adil dan makmur. Garis

kemiskinan, yang menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan pokok, dapat dipengaruhi oleh tiga hal: (1) persepsi

manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan, (2) posisi manusia di dalam

lingkungan sekitar, dan (3) kebutuhan objektif manusia untuk dapat hidup secara

manusiawi.

Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan dipengaruhi

oleh tingkat pendidikan, adat-istiadat dan sistem nilai yang dimiliki. Dalam hal

inilah maka garis kemiskinan dapat tinggi atau rendah. Berkaitan dengan posisi

manusia dalam lingkungan sosial, bukan kebutuhan pokok yang menentukan,

melainkan bagaimana posisi pendapatnya di tengah-tengah masyarakat sekitarnya.

Kebutuhan objektif manusia untuk dapat hidup secara manusiawi ditentukan oleh

komposisi pangan apakah bernilai gizi cukup dengan protein dan kalori, sesuai

dengan tingkat umur, jenis kelamin, sifat pekerjaan, keadaan iklim dan

lingkungan alam yang dialaminya.

15

Page 16: Revisi Terakhir Terbaru 25

Kesemuanya dapat tersimpul dalam barang dan jasa serta tertuangkan

dalam nilai uang sebagai patokan bagi penetapan pendapatan minimal yang

diperlukan. Dengan demikian, garis kemiskinan ditentukan oleh tingkat

pendapatan minimal. Atas dasar ukuran ini maka mereka yang hidup di bawah

garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal dan

keterampilan.

2. Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan

kekuatan sendiri seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal

usaha.

3. Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat sekolah dasar

karena harus membantu orang tua mencari tambahan penghasilan.

4. Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas, berusaha apa saja.

5. Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai

keterampilan.

Di Indonesia, salah satu pasokan yang digunakan untuk menentukan

apakah seseorang termasuk kategori miskin atau tidak adalah dengan mengacu

pada kriteria yang dikeluarkan Biro Pusat Statistik (BPS). Menurut BPS,

kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi standar tertentu dan

kebutuhan dasar, baik makanan maupun bukan makanan. Standar ini disebut garis

kemiskinan, yakni setara 2.100 kalori energi per kapita per hari, ditambah nilai

pengeluaran untuk kebutuhan dasar bukan makanan yang paling pokok.

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas mengemukakan batasan

kemiskinan sebagai keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa

16

Page 17: Revisi Terakhir Terbaru 25

dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, dan air minum, hal-hal ini

berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak

adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah

kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara.

Kemiskinan berbeda dengan ketimpangan distribusi pendapatan.

Kemiskinan berkaitan erat dengan standar hidup yang absolut dari bagian

masyarakat tertentu, sedangkan ketimpangan mengacu pada standar hidup relatif

dari seluruh masyarakat. Pada tingkat ketimpangan yang maksimum, kekayaan

dimiliki oleh satu orang saja dan tingkat kemiskinan sangat tinggi. Beberapa ahli

mengemukakan definisi kemiskinan, antara lain:

1. Soerjono Sooekanto (2003) mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatu

keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai

dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga

mental,maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.

2. Edi Suharto (2012) mengatakan bahwa kemiskinan pada hakikatnya menunjuk

pada situasi kesengsaraan dan ketidakberdayaan yang dialami seseorang,baik

ketidakmampuannya memenuhi kebutuhan hidup,maupun akibat

ketidakmampuan negara atau masyarakat memberikan perlindungan sosial

pada warganya.

3. Mencher (Siagian, 2012) mengatakan bahwa kemiskinan adalah gejala

penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah

sehingga mempengaruhi daya dukung hidup atau sekelompok orang

tersebut,dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu

mencapai kehidupan yang layak.

17

Page 18: Revisi Terakhir Terbaru 25

4. Castells (Siagian, 2012) menyatakan bahwa,kemiskinan adalah suatu tingkat

kehidupan yang berada di bawah standar kebutuhan hidup minimum agar

manusia dapat bertahan hidup.

5. Pearce (Siagian, 2012) menyatakan bahwa kemiskinan adalah produk dari

interaksi teknologi,sumber daya alam dan modal,dengan sumber daya manusia

serta kelembagaan.

Untuk memahami lebih jauh persoalan kemiskinan ada baiknya

memunculkan beberapa kosakata standar dalam kajian kemiskinan sebagai

berikut.

1. Poverty line (garis kemiskinan) yaitu tingkat konsumsi rumah tangga

minimum yang dapat diterima secara sosial. Biasanya dihitung berdasarkan

pendapatan yang dua pertiganya digunakan untuk “keranjang pangan” yang

dihitung oleh ahli statistik kesejahteraan sebagai persediaan kalori dan

protein utama yang paling murah.

2. Absolute and relative poverty (kemiskinan absolut dan relatif). Kemiskinan

absolut adalah kemiskinan yang jauh di bawah standar konsumsi minimum

dan karenanya tergantung pada kebaikan (amal). Adapun yang relatif adalah

kemiskinan yang eksis di atas garis kemiskinan absolut yang sering

dianggap sebagai kesenjangan antara kelompok miskin dan kelompok

nonmiskin berdasarkan pendapatan relatif.

3. Deserving poor adalah kaum miskin yang mau peduli dengan harapan

orang-orang nonmiskin, bersih, bertanggungjawab, mau menerima pekerjaan

apa saja demi memperoleh upah yang ditawarkan.

18

Page 19: Revisi Terakhir Terbaru 25

4. Target population (populasi sasaran) adalah kelompok orang tertentu yang

dijadikan sebagai objek dan kebijakan serta program pemerintah. Mereka

dapat berupa rumah tangga yang dikepalai perempuan, anak-anak, buruh

tani yang tak punya lahan, petani tradisional kecil, korban perang dan

wabah, serta penghuni kampung kumuh perkotaan (Setiadi, 2011: 793).

Friedman dalam Setiadi (2010: 794) juga merumuskan kemiskinan sebagai

minimnya kebutuhan dasar sebagaimana dirumuskan dalam konferensi ILO

Tahun 1976. Kebutuhan dasar menurut konferensi ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Kebutuhan minimum dari suatu keluarga akan konsumsi privat (pangan,

sandang, papan).

2. Pelayanan esensial atas konsumsi kolektif yang disediakan oleh dan untuk

komunitas pada umumnya (air minum sehat, sanitasi, tenaga listrik,

angkutan umum, dan fasilitas pendidikan dan kesehatan).

3. Partisipasi masyarakat dalam pembuatan keputusan yang memengaruhi

mereka.

4. Terpenuhinya tingkat absolut kebutuhan dasar dalam kerangka kerja yang

lebih luas dari hak-hak dasar manusia.

5. Penciptaan lapangan kerja baik sebagai alat maupun tujuan dari strategi

kebutuhan dasar.

Kemiskinan bersifat multidimensional, dalam arti berkaitan dengan aspek

sosial, ekonomi, budaya, politik dan aspek lainnya. Masyarakat miskin pada

umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya pada kegiatan

ekonomi sehingga tertinggal jauh dari masyarakat lain yang mempunyai potensi

lebih tinggi. Hal ini senada dengan yang dikemukakan Friedman yang

19

Page 20: Revisi Terakhir Terbaru 25

mengatakan bahwa kemiskinan sebagai akibat dari ketidaksamaan kesempatan

untuk mengakumulasi basis kekuatan sosial.

Namun menurut Brendley dalam Setiadi (2010: 795) kemiskinan adalah

ketidaksanggupan untuk mendapatkan barang-barang dan pelayanan yang

memadai untuk memenuhi kebutuhan sosial yang terbatas. Hal ini diperkuat oleh

Salim dalam Setiadi (2010:795) yang mengatakan bahwa kemiskinan biasanya

dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memperoleh kebutuhan yang

pokok. Adapun Lavitan dalam Setiadi (2010:795) mendefinisikan kemiskinan

sebagai kekurangan barang-barang dan pelayanan yang dibutuhkan untuk

mencapai standar hidup yang layak.

2.2.2 Faktor – Faktor Penyebab Kemiskinan

Secara umum faktor-faktor penyebab kemiskinan secara kategoris dengan

menitikberatkan kajian pada sumbernya terdiri dari dua bagian besar, yaitu :

1. Faktor Internal, dimana hal ini berasal dari dalam individu yang mengalami

kemiskinan itu secara substansial adalah dalam bentuk kekurangmampuan yang

meliputi:

a. Fisik misalnya cacat, kurang gizi, sakit-sakitan.

b. Intelektual, seperti: kurangnya pengetahuan, kebodohan, miskinnya

informasi.

c. Mental emosional atau temperamental, seperti malas, mudah menyerah

dan putus asa.

d. Spiritual, seperti tidak jujur, penipu, serakah atau tidak disiplin.

e. Sosial psikologis,seperti:kurang motivasi, kurang percaya diri, depresi,

stress, kurang relasi dan kurang mampu mencari dukungan.

20

Page 21: Revisi Terakhir Terbaru 25

f. Keterampilan, seperti: tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah,

rumah, tabungan, kendaraan dan modal kerja.

2. Faktor Eksternal, dimana bersumber dari luar diri individu atau keluarga yang

mengalami dan menghadapi kemiskinan itu, sehingga pada suatu titik waktu

menjadikannya miskin, yaitu:

a. Terbatasnya pelayanan dasar.

b. Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah sebagai asset dan alat

memenuhi kebutuhan hidup.

c. Terbatasnya lapangan pekerjaan formal dan kurang terlindunginya usaha-

usaha sektor formal.

d. Kebijakan perbankan terhadap layananan kredit mikro dan tingkat bunga

yang tidak mendukung serta usaha makro.

e. Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan dengan prioritas sektor riil

masyarakat banyak.

f. Sistem mobilisasi dan pemberdayagunaan dana sosial masyarakat yang

belum optimal, seperti zakat.

g. Dampak sosial negatif dari program penyesuaian struktural.

h. Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan.

i. Kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil atau daerah bencana.

j. Pembangunan yang lebih berorientasi fisik material.

k. Pembangunan ekonomi antar daerah yang belum merata.

l. Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin ( Siagian,

2012 : 114-116).

21

Page 22: Revisi Terakhir Terbaru 25

2.3 Pengertian Strategi

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yang berarti kepemimpinan dalam

ketentaraan. Konotasi ini berlaku selama perang yang kemudian berkembang

menjadi manajemen ketentaraan dalam mengelola,mengkoordinasikan komando

yang jelas (Dirgantoro, 2001:5).

Strategi adalah serangkaian komitmen dan tindakan yang terintegrasi dan

terkoordinasi yang dirancang untuk mengeksploitasi kompetensi inti dan

mendapatkan keunggulan kompetitif (Jatmiko, 2004:134). Kompetensi ini

merupakan sumber daya yang menjadi sumber keunggulan kompetitif bagi suatu

perusahaan atas pesaingnya.

Strategi adalah aksi potensial yang membutuhkan keputusan manajemen

puncak dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar. Selain itu, strategi

mempengaruhi perkembangan jangka panjang perusahaan, biasanya untuk lima

tahun ke depan dan karenanya berorientasi ke masa yang akan datang. Strategi

mempunyai konsekuensi multifungsional atau multidivisional serta perlu

mempertimbangkan faktor eksternal maupun internal yang dihadapi perusahaan

(David, 2009: 19).

2.4 Mempertahankan Hidup

Kemauan dan kemampuan manusia untuk bertahan hidup dalam

lingkungan sebenarnya merupakan hal yang manusiawi sebagai penjelmaaan dari

daya pikir makhluk yang sempurna. Hal seperti ini tumbuh dan berkembang

dengan sendirinya. Pengertian mempertahankan hidup di sini adalah kemampuan

seseorang untuk dapat bertahan hidup dari keadaan yang kurang menguntungkan

22

Page 23: Revisi Terakhir Terbaru 25

di sekelilingnya. Timbulnya keinginan mempertahankan hidup adalah karena

adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapinya. Faktor

kesulitan itu antara lain:

1) Keadaan alam (cuaca, keadaan lingkungan)

2) Keadaan makhluk lain di sekitar kita

3) Keadaan diri sendiri

“Semangat untuk tetap hidup”, dengan semangat inilah yang akan tumbuh

kekuatan pantang menyerah dalam keadaan sesulit apapun. Motivasi inilah yang

akan selalu menumbuhkan harapan dengan disertai sifat-sifat positif dan juga

keberanian. Kepercayaan diri merupakan tenaga potensial yang harus tetap dijaga.

Dengan kepercayaan diri akan timbul kekuatan untuk melaksanakan segala

sesuatu dengan penuh keyakinan.

Dalam mempertahankan hidup, belajar dari pengalaman sangatlah

berharga. Hampir seluruh materi pengajaran adalah kumpulan pengalaman.

Pengalaman ini sangat berharga baik pengalaman sendiri maupun pengalaman

orang lain. Tidak ada yang membantah bahwa pengalaman adalah guru yang

paling baik. Selain itu dalam memperluas pengetahuan tentang mempertahankan

hidup, tentu saja ada baiknya banyak belajar dari penduduk setempat tentang

pengalaman, pengetahuan dan kebiasaannya (Adiyuwono,1996: 9).

2.5 Strategi Mempertahankan Hidup

Menurut Edi Suharto (2003), konsep mata pencaharian sangat penting

dalam memahami Coping Strategies karena merupakan bagian dari strategi mata

23

Page 24: Revisi Terakhir Terbaru 25

pencaharian. Coping Strategies dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, antara

lain:

1. Strategi aktif, yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga

untuk melakukan aktivitas sendiri, memperpanjang jam kerja,

memanfaatkan sumber atau tanaman liar di lingkungan sekitar dan

sebagainya.

2. Strategi pasif, yaitu mengurangi pengeluaran keluarga, misalnya

pengeluaran untuk biaya sandang, pangan, pendidikan dan sebagainya.

3. Stategi jaringan pengaman, misalnya menjalin relasi, baik secara informal

maupun formal dalam lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan,

misalnya meminjam uang ke tetangga, mengutang di warung,

memanfaatkan program anti kemiskinan, meminjam uang ke rentenir atau

bank dan sebagainya.

2.6 Buruh Harian Lepas

2.6.1 Pengertian Buruh Harian Lepas

Buruh dapat diartikan sebagai semua orang yang yang bekerja dan terdaftar

namanya di perusahaan serta menerima upah dan gaji secara langsung dari

perusahaan tempat dia bekerja, baik yang aktif bekerja maupun yang sedang cuti

dengan izin perusahaan, sedang mengikuti training, berstatus buruh tetap, kontrak,

harian lepas maupun borongan. Pengertian lainnya, buruh adalah orang yang

dengan senang hati melakukan usaha, kerja keras, berjerih payah untuk

menghasilkan barang atau produk. Buruh adalah pemilik jasa dan orang yang

melahirkan karya. Buruh bukanlah orang yang tergelincir pada lilitan ekonomi

24

Page 25: Revisi Terakhir Terbaru 25

dan tunduk dalam suatu pekerjaan, tetapi orang yang mengaktifkan diri, berjalan

terus dan aktif memenuhi kebutuhan produksi. Buruh memiliki sifat yang

memberikan dan berunsur membangun, mencipta dan menghidupkan.

Buruh harian lepas adalah buruh yang diikat dengan hubungan kerja dari hari

ke hari dan menerima upah sesuai dengan banyaknya hari kerja atau jam kerja

atau banyaknya barang atau jenis pekerjaan yang disediakan. Disebut buruh harian

lepas karena buruh yang bersangkutan tidak ada kewajiban untuk masuki kerja

dan tidak mempunyai hak yang sama seperti pada buruh tetap. Umumnya buruh

harian lepas adalah buruh yang mengerjakan pekerjaan yang sifatnya tidak terus

menerus tetapi bersifat musiman.

Buruh tani dalam pengertian sesungguhnya memperoleh penghasilan

terutama dari bekerja yang mengambil upah untuk para pemilik tanah atau

penyewa tanah. Sebagian besar dari mereka atas dasar jangka pendek,

dipekerjakan dan dilepas dari hari ke hari. Disamping malakukan pekerjaan yang

diupah, buruh harian itu juga melakukan perdagangan kecil-kecilan, menjual

pisang, rokok dan hasil pertanian secara kecil-kecilan, menjual berdasarkan

komisi dan kadang-kadang ada dari mereka yang menanami sebidang tanah

kehutanan dengan perjanjian (Sajogyo dalam Sembiring,2009 :20).

Dalam tingkah lakunya terhadap orang-orang yang diluar kelompoknya,

buruh tani biasanya menyerah saja pada nasibnya, ia ingin memperbaiki

keadaannya, tetapi ia tidak tahu caranya, karena itu ia menyerah saja. Kelompok

ini biasanya curiga tentang segala sesuatu yang datang dari luar lingkungannya.

Akan tetapi sekalipun kedengarannya bertentangan, pada akhirnya buruh tani

itupaling percaya pada pertimbangan para majikan mereka. Tentu saka

25

Page 26: Revisi Terakhir Terbaru 25

kepercayaan itu ada batasnya, tetapi dalam berhubungan dengan mereka,

sekurang-kurangnya buruh itu tahu dimana mereka berdiri. Dalam beberapa

keadaan, pendapat para majikan itu amat menentukan, sedangkan pendapat orang-

orang yang berusahamenjadi pemimpin buruh tanidalam perjuangan mereka untuk

memperbaiki kondisi hidup, tidak diterima. Terbukti bahwa pendapat mereka

kurang diperhatikandibandingkan dengan pendapat majikan. Tidak ada jawaban

atau badan pemerintahan yang benar-benar memberikan perhatiaannya, baik

langsung maupun tidak langsung kepada buruh tani mengenai nasibnya. Buruh

tani hidup dari hari hari ke hari saja dan tidak memperhatikan rencana masa depan

misalnya dengan menabung.

Sajogyo (Sembiring, 2009: 21) memberikan ciri-ciri buruh tani yang bekerja

dengan upah harian lepas sebagai berikut:

1. Buruh tani biasanya dipekerjakan oleh tuan tanah besar dengan digaji

sebagai pekerja harian.

2. Seluruh hasil pertanian dipungut, buruh tani diperbolehkan menanami

tanah-tanah itu selama masa sekitar 6 bulan sebelum ditanami oleh para

pemilik lahan atau tuan tanah.

3. Di waktu mereka tidak dipekerjakan sebagai buruh, para buruh tani

melakukan perdagangan kecil-kecilan yang menghasilkan laba kira-kira

sama besarnya dengan gaji mereka.

26

Page 27: Revisi Terakhir Terbaru 25

2.6.2 Kedudukan Sosial

Kedudukan sosial buruh harian lepas ini sebagai berikut:

1. Para buruh tani berada di tingkat terendah dalam lapisan masyarakat.

Mereka tidak mungkin jatuh lebih rendah lagi dan mereka tidak

mempunyai kedudukanyang akan dipertahankan maupun yang akan

hilang. Posisi seperti ini mempunyai pengaruh besar terhadap nilai-nilai

norma kelompok itu.

2. Buruh tani hidup untuk menyambung nyawa saja karena tidak ada benda

atau orang yang menjamin kelanjutan hidup mereka di masa depan.

3. Buruh tani yang sesungguhnya tidak mempunyai latar belakang

kecerdasan, yang tidak mempunyai pengalaman mengelola pertanian.

Mereka telah terbiasa bekerja sebagai buruh tani sepanjang hidup karena

itu mereka tahu sedikit mengenai pekerjaan pertanian seperti mencangkul,

menanam, menyiangi dan memanen.

4. Buruh tani sebagai kelompok sama sekali tidak terikat kepada desa

mereka. Banyak dari mereka berasal dari tempat lain dan kalau telah

datang waktunya mereka berpindah ke tempat yang baru dimana mereka

berharap menemukan kesempatan untuk berhasil atau mendapatkan gaji

yang lebih besar dan kerja yang lebih ringan (Sajogyo dalam Sembiring,

2009 :21).

27

Page 28: Revisi Terakhir Terbaru 25

2.7 Pengupahan

2.7.1 Definisi Upah, Kedudukan dan Fungsi

Yang dimaksud dengan upah adalah adalah suatu penerimaan sebagai

imbalan dari pengusaha kepada pekerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah

dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut

persetujuan atau peraturan perundang-undangandan dibayarkan atas dasar suatu

perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja termasuk tunjangan, baik untuk

pekerja sendiri maupun keluarganya (PP Nomor 8 Tahun 1981).

Kedudukan dan fungsi upah adalah sebagai hak bagi para pekerja dan

kewajiban bagi perusahaan yang merupakan sarana untuk memelihara dan

meningkatkan kebutuhan hidup manusia, ditetapkan atas dasar nilai-nilai tugas

seorang pekerja dengan memperhatikan keseimbangan prestasi, kebutuhan pekerja

dan kemampuan perusahaan.

Tingkat upah dalam setiap pasar tenaga kerja ditentukan kekuatan

ekonomi yang berlawanan dari buruh dan majikan. Apabila buruh meningkatkan

kekuatan ekonominya dengan cara bertindak bersama-sama melalui serikat-serikat

buruhnya sebagai bargaining agent, maka mereka dapat meningkatkan upah

mereka.

Baik karyawan maupun majikan memasuki pasar tenaga kerja tanpa tanpa

harga permintaan/penawaran tertinggi dan terendah. Dalam batas-batas harga

tersebuttingkat upah ditentukan kekuatan economic bargaining kedua belah

pihak. Buruh individual yang berkekuatan lemah harus menerima tingkat upah

yang terendah. Sebaliknya serikat buruh dapat menggunakan kekuatan

ekonominya yang lebih besar untuk menuntut tingkat upah yang lebih tinggi.

28

Page 29: Revisi Terakhir Terbaru 25

2.7.2 Sistem Pengupahan

Pada dasarnya sistem pengupahan dapat ditetapkan menurut waktu atau

berdasarkan upah potongan atau borongan atau kombinasi-kombinasinya. Dengan

demikian jelas sistem pengupahan tidak boleh dikaitkan dengan status atau

kedudukan pekerja. Mekanisme penetapan upah pada dasarnya ditentukan

melalui:

a. Perjanjian kerja

b. Peraturan perusahaan

c. Kesepakatan kerja bersama

d. Apabila ada perselisihan ditetapkan melalui P4 Daerah atau P4 Pusat

29

Page 30: Revisi Terakhir Terbaru 25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Penelitian kualitatif adalah metode

yang digunakan untuk melihat dan memahami apa yang dialami oleh subjek

peneliti secara langsung. Dengan menggunakan penelitian kualitatif maka si

peneliti akan memperoleh informasi dan data secara mendalam mengenai strategi

yang digunakan para buruh tani yang tinggal di kota Kabanjahe dalam

mempertahankan hidupnya.

Penelitian deskriptif adalah sebuah penelitian yang bertujuan untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan suatu keadaan atau fenomena yang terjadi

saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab permasalahan

yang diteliti. Melalui penelitian ini, penulis ingin mendeskripsikan bagaimana

strategi buruh harian lepas di Jalan Lingkar Kelurahan Padang Mas Kabanjahe

dalam mempertahankan hidupnya.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Jalan Lingkar Kelurahan Padang Mas, Kabanjahe

Kabupaten Karo. Lokasi penelitian ini berada persis di simpang jalan Lingkar

diantara jalan provinsi yang menghubungkan kota Kabanjahe dengan kota

Pematang Siantar. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena lokasi ini merupakan

pangkalan para buruh tani menunggu petani yang membutuhkan tenaga mereka.

30

Page 31: Revisi Terakhir Terbaru 25

Selain itu karena lokasi ini mudah dijangkau sehingga memudahkan si peneliti

untuk melaksanakan penelitian.

3.3 Unit Analisis dan Informan

3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi subjek penelitian

atau unsur yang menjadi fokus penelitian (Bungin,2007:76). Adapun yang

menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah para buruh tani di pangkalan

buruh tani di Jalan Lingkar Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe,

Kabupaten Karo.

3.3.2 Informan

Informan merupakan subjek yang memahami informasi objek penelitian

sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian

(Bungin,2007: 76). Penelitian kualitatif pada buku Suyanto (Suyanto,2005:171-

172) tidak mewajibkan untuk membuat generalisasi dari penelitiannya. Oleh

karena itu, pada penelitian kualitatif tidak terdapat adanya populasi dan sampel.

Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian tidak ditentukan

secara sengaja. Subjek penelitian menjadi informasi yang akan memberikan

berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Adapun yang

menjadi informan dalam penelitian ini adalah para buruh tani yang mangkal di

Jalan Lingkar Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo.

31

Page 32: Revisi Terakhir Terbaru 25

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data dalam sebuah penelitian dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu

data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian

melalui observasi dan wawancara baik secara partisipatif maupun wawancara

mendalam. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data primer dalam penelitian

ini akan dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau

tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara (Bungin,2008).

Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana strategi bertahan

hidup para buruh tani di Jalan Lingkar Kelurahan Padang Mas Kabanjahe.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur yaitu

kegiatan wawancara yang dilakukan peneliti dengan cara mempersiapkan

terlebih dahulu pertanyaan yang akan diajukan pada saat penelitian.

Tujuannya agar pertanyaan yang diajukan terstruktur dan terfokus terhadap

apa yang diteliti. Dengan demikian akan terhindar dari pertanyaan yang

berulang-ulang atau menghindari munculnya pertanyaan yang tidak

berkaitan dengan masalah yang diteliti.

32

Page 33: Revisi Terakhir Terbaru 25

b. Observasi

Metode Pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data

penelitian melalui pengamatan dan penginderaan (Bungin, 2007: 115).

Dalam observasi ini yang diamati adalah strategi buruh tani di Jalan Lingkar

Kelurahan Padang Mas Kota Kabanjahe dalam mempertahankan hidupnya.

Dalam observasi ini, peneliti menggunakan metode observasi partisipan

yaitu metode pengamatan dengan teknik terlibat langsung dengan apa yang

diteliti sehingga memudahkan peneliti untuk memperoleh data secara lebih

mendalam dan akurat.

2. Data Sekunder

Data sekunder, yaitu data tangan kedua yang diperoleh melalui pihak lain,

tidak langsung diperoleh peneliti dari objek penelitian (Azwar, 2005 : 91).

Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi

kepustakaan, yaitu dengan membuka, mencatat dan mengutip dari buku-buku,

jurnal-jurnal, pendapat-pendapat para ahli/pakar, skripsi, melalui internet yang

relevan untuk dijadikan sebagai referensi penelitian yang berkaitan dengan

masalah yang akan diteliti.

3.5 Interpretasi Data

Interpretasi data adalah analisis keseluruhan data yang diperoleh dari

wawancara mendalam lalu menyaring data yang penting dengan pembuatan inti

dari data yang diperoleh lalu disajikan kembali membentuk data yang sederhana.

Data-data yang terkumpul dan telah disederhanakan tadi dikembangkan dengan

33

Page 34: Revisi Terakhir Terbaru 25

dukungan konsep-konsep dalam kajian pustaka dan kemudian akan disajikan

sebagai laporan dari penelitian tersebut.

34

Page 35: Revisi Terakhir Terbaru 25

DAFTAR PUSTAKA

Adiyuwono, Survival, Angkasa, Bandung,1996

Arikunto, 1993.Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.Edisi Kesembilan. Jakarta: Rineka Cipta

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif .Jakarta: Kencana Prenada Media Group

David, Fred R.2009.Manajemen Strategi Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat

Halili Toha, Hari Pramono.1998.Hubungan Kerja Majikan Dan Buruh, Jakarta: PT.Bina Aksara

Jatmiko RD.2004. Manajemen Stratejik. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang

Moleong, Lexy.2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosda Karya

Soekanto, Soerjono.2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada

Siagian, Matias. 2012. Kemiskinan Dan Solusi. PT.Grasindo Monorotama: Medan

Sadyohutomo, Mulyono.2008.Manajemen Kota dan Wilayah. Jakarta: PT.Bumi Aksara

Setiadi Elly, Usman Kolip.2011.Pengantar Sosiologi, Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya.Edisi Pertama.Jakarta:Kencana Prenada Media Group

Ritzer, George, Goodman, Douglas.2010.Teori Sosiologi Modern.Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sumber Lain:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44653/3/Chapter%20II.pdf

Di akses tanggal 15 September 2015, pukul 18.45 Wib

35