review environmental anthropology a history reader dove and carpenter

7

Click here to load reader

Upload: afif-futaqi

Post on 11-Jun-2015

149 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Review Environmental Anthropology a History Reader Dove and Carpenter

Afif futaqi

0606096585

“Environmental Anthropology a historical reader by dove and carpenter”

Dalam studi “cross-cultural” dan lingkungan yang lebih baru lebih menekan kan

pada perbedaan dari tipe-tipe lingkungan yang ditempati oleh berbeda-beda manusia juga

dimana menjelaskan dari keadaan manusia itu sendiri. Misalnya kenapa manusia itu

berbeda satu dengan yang lainnya? Hal ini dikarenakan adanya hubungan antara

kebebasan dan kesapakatan dalam suatu kemajuan sosial. Dengan memperhitungkan

persamaan diantara perbedaan, teori “historical of environment” akan menjelaskan segala

bentuk pernedaan tersebut.

Thucydides dalam the poloponesian war mempersembahkan penjelasan yang luar

biasa bagaimana perbedaan lingkungan membentuk perbedaan sosial. Dalam lain hal

tidak hanya lingkungan sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarkat pada sistem

politik dan ekonomi tetapi juga mempengaruhi aspek psikologi.

Dalam teori non-evolusi perbedaan alam dan budaya menjelaskan hal ini bukan

karena waktu. Hal ini dikarenakan adanya hubungan antara kebudayaan dan letak

geografi dalam menggambarkan kekompleksitas suatu masyarakat. Ini berarti jika ada

dua masyarkat yang memiliki kesamaan dalam lingkungan maka memungkinkan tingkat

perkembangan yang sama.hal ini bukan hanya tergantung bagaimana lingkunan itu

mempengaruhi kehidupan masyarakat tetapi bagaimana daru waktu ke waktu aktivitas

lingkungan yang berhubungan dengan lingkunganya.

Dalam antropologi lingkungan terdapat dikotomi antara alam dan kebudayaan.

Adanya konsep yang memisahkan antara kategori dari alam. Dikotomi ini sepertinya

membuat bahwa alam tidak ada di daerah perkotaan. Tentu saja hal ini merupakan

sesuatu yang harus diperhatikan. Antropologi lingkungan mempertanyakan dari dikotomi

antara kebudayaan dan lingkungan yang lebih fokus kepada dampak dari kosekuensi

politik yang berkembang di dalam masyarakat. Yang perlu diperhatikan adalah kebijakan

konservasi dan pembangunan berkelanjutan misalnya hasil dari penelitian antropologi

lingkungan terhadap pembuatan suatu kebijakan. Dalam perkembanganya dikotomi

Page 2: Review Environmental Anthropology a History Reader Dove and Carpenter

antara kebudayaan dan alam dipengruhi oleh pemikran posey, fairhead dan leach.

Bagaimana mereka mendalami persepsi asli dari alam dan kebudayaan tersebut. adanya

sosial identitas dan persepsi pandangan merupakan awal dari perkembangan antropologi

lingkungan selanjutnya.

Dengan pendekatan posey “indegenous knowledge” merupakan pendekatan yang

sangat penting. Bagaimana pengetahun asli tentang lingkungan ikut serta dalam

konservasi lingkungan. Selain itu pendekatan posey ini melakukan pendekatan yang

mengggambarkan secara umu, berada pada ilmu kekerasaan ilmu pengetahuan, dan

politik didalam suatu ilmu pengetahuan. Menurut parker hal ini dikarenakan posey

melakukan penelitian di amzonia yang merupakan kajian antropologi pada saat itu dan

posey menekankan pada kesamaan pada hak asasi dan menyerukan tentang isu-isu

terhadap lingkungan. Fokus dari posey bagaiman mendirikan fakta yang terlihat natural

yang bersifat kebudayaan dan menekankan pada keaslian dari masyarakat dalam sebuah

model suatu konservasi.

Selanjutnya bagaimana permasalahan dari “nature-culture” berdasarkan evan

pritchard “cattle complex” sampai harris “sacred cows”. Perdebatan tetang masyarakat

yang berternak ini bermula tahun 1926 dimana mencoba menjelaskan bagaiman pusat

peranan dari perternkan ini di kebudayaan afrika. Sedangkan “sacred cows” yang ditulis

harris mencoba menggambarkan batasan kebudayaan antara hal-hal yang bersifat sekuler,

duniawi, dan bahan kehidupan dengan ritual yang sakral di dalam kehidupan perternakan.

Selain itu pada tahap ini juga herkovist menjelaskan contoh yang dramatis dalam batasan

antara kegiatan ternak dan agrikultural . dalam tulisan terbaru dalam masyarakat

berternak adanya komitmet untuk bunih diri saat bianattang ternak tadi mati atau dicuri.

Adanya tranfer sumberdaya antara lingkungan yang berbeda dikalangan

masyarakat berternak sering diinterpertasikan sebagai “subsidy” dari satu lingkungan ke

lingkungan lainnya. Subsidi disini anatar bagian hutan dan lahan pertanian yang

dipisahkan dengan sistem politik, selain itu dapat mengubah prioritas antara hal-hal yang

dianggap penting dan berselisih yang menuju pada perubahan dari proses kehidupan

perternakan, dengan memakan sumberdaya orang lain sebagai tumpuan untuk perubahan

tersebut. Transfer sumberdaya tadi juga mengakibatkan transfer budaya dan juga

menannamkan secara emosional. Selanjutnya haris menulis tentang “irrationality”. Harris

Page 3: Review Environmental Anthropology a History Reader Dove and Carpenter

beranggapan bahwa irrisionalitas, non-ekonomi, dan aspek eksotik dalam masyarakat

berternak mempunyai pengaruh dalam menjelaskan interpertasi terhadap hal-hal yang

rasional, ekonomi yang bersifat duniawi.

Mauss dan steward coba menjelaskan hubungan anta organisasi sosial dengan

lingkungannya, dan kemudian berkembang menjadi determinasi lingkungan terhadap

kebudayaan. Batasan-batasan dan keseimbangan dalam suatu lingkunagn yang extrem

sangat mempengaruhi perbedaan yang signifikan oleh karena itu dapat

membandingkanya dengan proses adaptasi suatu keluarga. Determinasi lingkungan

secara umum dapat di lihat sebagai “simplistic mechanism” maksudnya ada hubungan

yang langsung anatara cuaca dan topografi dengan karakter atau etos dari suatu

masyarakat. Mauss dan steward sangat fokus terhadap aspek partikular dalamm

organisasi sosial. Misalnya pada pembagian keluarga dan organisasi sosial berdasarkan

keluarga tadi sampai ketingkat yang lebih tinggi lagi. Mauss lebih tertarik pada

keseluruhan dari aspek sosial tersebut karena dalam beberapa penelitiannya pada waktu-

waktu tertentu atau musim-musim tertentu keindividualisme keluarga hilang dan

bergabung dengan menjadi sebuah komunitas. Pada dasarnya baik mauss dan steward

mempertanyakan dikotomi “nature-culture” dengan melihat hubungan yang kompleks

antara alam dan kebudayaan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.

Sedangkan barth dan geertz melihat lingkungan dengan manusia. Barth melihat

hubungan etnik sedangkan geertz melihat lingkungan sebagai simbol dari “passion” suatu

kebudayaan. Barth memandang lingkuangan memiliku kedudukan yang sesuai dalam

hubungan antar kebudayaan. Sumberdaya merupakan hal yang perlu dalam melihat

subsisten, organisasi sosial, serta kompetisi di dalam masyarakat. Geertz menjelaskan

keseluruhan dari kebudayaan dan lingkungan merupakan “infolding of setting and

society”. Steward percaya bahwa lingkungan lebih tidak memaksa dan kebudayaan akan

lebih kompleks sedangkan geertz sebaliknya.

Firth dan waddell merupakan pelopor dari studi tentang dimensi sosial dari

makanan dan aktifitas memakan. Studi ini bukan tentang memahami keseimbangan

sosialekologi, tetapi bagaimana nutrisi dan respon sosial lebih ditujikan pada kesepakan

ekonomi maksudnya, bagaimana masyarakat beradaptasi untuk pergi atau bertahan

dengan suatu kondisi.

Page 4: Review Environmental Anthropology a History Reader Dove and Carpenter

Bagi conklin dan carneiro etnokologi digunakan sebagai bentuk dari pertahanan

masyarakat “swidden agriculture”. Conklin merupakan etnobotani dan etnologi yang

memungkinkan untuk dia mencari alternatif dari perkembangan masyarakat perladangan.

Akibanya dai memiliki banyak data quantitatif akan perkembangan “swidden” yang

relatif baik. Sedangkan carneiro melihat implikasi dari “swidde” ini terhadap organisasi

sosial, terutama pada faktor cuaca bukan merupak faktor kenapa masyarakat “swidden”

ini berpindah-pindah. Adanya tahapan-tahapan dari proses perladangan berpindah ini

merupakan suatu siklus. Pada tahap pertama masyarakat ladang berpindah ini

mengunakan hutan yang masih cukup “muda” karana mudah untuk dibersihkan dan tidak

memotong pohon yang besar-besar baru kemudian dibakar dan sama skali tidak

mengurangkan aspek lingkngan. Hal-hal seperti inilah yang tidak dipahami dan disadari

masyarkat luar pada umumnya. Disisi lain rappapot mencoba mempelajari bahwa

populasi manusia sama halnya dengan populasi binatang, hal ini merupakan kritik

terhadap batasan antara lingkungan dan kebudayaan. Dalam penelitiannya dia

mengindikasikan adanya “ecology movement” dimana ada pendapat tentang rasionalitas

dai apa yang dimaksud dengan keaslian dari sitem karna adanya intervensi dari dunia luar

terhadap lingkungan ini. Oleh karena itu adanya “ecological felicity” dari masyarakat

tribal terhadap “ecological destruktive” pada masyarakat industri di barat.

Pada perkembangannya politik dan sumberdaya alam mempunyai

keterkaitandalam isu-isu tentang lingkungan selanjutnya. Masalah-masalh tentang konsep

dari indigenity, komunitas, etnicity dan identitas merupakan isu yang berkembang di

indonesia yang menjadi fokus dari penelitian. Seruan-seruan terhadap isu-isu lingkungan

merupakan tahapan selanjutnya dari antropologi ekologi. Banyaknya antropologi yang

menulis tentang perpolitikan yang berkaitan dengan lingkungan hidup dengan di

hubungkan antara keaslian dari kelompok dan lingkungannya dengan bukan kelompok

dan lingkungannya.brosiu dan tsing memperhatikan hubungan antara orang-orang

indonesia yang memperhatikan lingkungan bukan orang barat dan para pemimpinya

sangat mempengaruhi dalam pembentukan kebijakan-kebijakan tentang lingkungan.