warta cendana edisi viii no.1 2015 - badan litbang dan ... · jenis perkutut-dara-merpati...

16
Forestry Research Institute of Kupang (Forist) Warta Cendana Balai Penelitian Kehutanan Kupang Edisi VIII No.1 Juni 2015 FOKUS Kritik dan Kegunaan Konsep Partisipasi dalam Community Based Forest Management Sebagai Tanamaman Hias Mengenal Tope (Platycerium Sp.) Kebijakan Publik Foto Latar: Kakatua Sumba | Oki Hidayat Status Terkini PERDAGANGAN KAKATUA SUMBA (Cacatua sulphurea citrinocristata) Studi Kasus di Jawa Tengah Mangrove Sebagai Sumber Pangan Alternatif

Upload: dinhcong

Post on 10-Apr-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Warta Cendana Edisi VIII No.1 2015 - Badan Litbang dan ... · jenis perkutut-dara-merpati (dove-pigeon), Kegiatan memelihara burung di Indonesia burung-burung berbulu indah dan jenis

Forestry Research Institute of Kupang (Forist)

WartaCendanaBalai Penelitian Kehutanan Kupang Edisi VIII No.1

Juni 2015

FOKUSKritik dan Kegunaan Konsep Partisipasi dalam Community Based Forest Management Sebagai Tanamaman Hias

Mengenal Tope (Platycerium Sp.)

Kebijakan Publik

Foto Latar: Kakatua Sumba | Oki Hidayat

Status Terkini PERDAGANGAN

KAKATUA SUMBA(Cacatua sulphurea citrinocristata)

Studi Kasus di Jawa Tengah

Mangrove Sebagai Sumber Pangan Alternatif

Page 2: Warta Cendana Edisi VIII No.1 2015 - Badan Litbang dan ... · jenis perkutut-dara-merpati (dove-pigeon), Kegiatan memelihara burung di Indonesia burung-burung berbulu indah dan jenis

Pendahuluan burung berkicau (songbirds) famili Passeriformes, jenis perkutut-dara-merpati (dove-pigeon),

Kegiatan memelihara burung di Indonesia burung-burung berbulu indah dan jenis paruh telah dilakukan sejak lama. Jepson dan Ladle (2005) bengkok (parrot). Salah satu jenis parrot yang dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kegiatan cukup popular dipelihara adalah jenis Kakatua. pemeliharaan burung merupakan hobi yang sangat Jenis ini diminati karena kepintaran dan popular di kalangan masyarakat modern perkotaan. kecerdasannya serta dapat menirukan suara Burung yang dipelihara tersebut ditangkap dari manusia jika dilatih dengan baik. Di Pulau Jawa saat alam dalam jumlah besar tiap tahunnya, Berbagai ini jenis parrot yang paling banyak dicari dan jenis burung yang dipelihara, umumnya jenis diminati adalah Kakatua Sumba (Cacatua

1Edisi VIII No.1 Juni 2015

| FO

KUS

|

BALAI PENELITIAN KEHUTANAN KUPANG | FORESTRY RESEARCH INSTITUTE OH KUPANG

Dewan Redaksi Redaksi Pelaksana

PENERBIT

Balai Penelitian Kehutanan Kupang Jln Untung Suropati No 7 B. Kupang

Telp (0380)823357 Fax (0380) 831086 Email : [email protected]

REDAKSI

merupakan majalah ilmiah poluler Balai Peneleitian Kehutanan Kupang yang diterbitkan 3 kali dalam satu tahun, berisikan tema rehabilitasi

hutan dan lahan, konservasi, sosial ekonomi, ekowisata, lingkungan, HHBK, managemen, hukum

kelembagaan, kebijakan publik dan lain-lain. www.foristkupang.org

Redaksi menerima sumbangan artikel sesuai tema terkait, Tim Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mngubah isi materi tulisan, Tulisan dapa dikirim melalui email ke [email protected]

DAFTAR ISI

SEKAPUR SIRIHKeanekaragaman hayati di indoensia terutama di Nusa Tenggara Timur baik itu potensi flora maupun

faunanya selalu menjadi ulasan yang menarik untuk di tampilkan dalam artikel – artikel pada Warta

Cendana edisi ke- 8 ini, antara lain Status Tekini Perdagangan Kakatua Sumba, POTENSI MANGROVE YANG

DAPAT DIJADIKAN ALTERNATIF PANGAN serta tidak ketinggalan pula berbagai artikel menarik tentang

Tanaman Cendana sebagai HHBK unggulan serta Mengenal Tope Sebagai Tanaman Hias.

Semoga para pembaca mendapat pengetahuan yang baru dari sajian informasi ini dan bagi para pembaca

yang ingin berpartisipasi serta berbagi informasi menarik , silakan mengirimkan ke dewan redaksi

WartaCendana.

| FOKUS | | GALERI |

h.1

oleh: Oki Hidayat

Kritik dan Kegunaan Konsep Partisipasi dalam Community Based Forest Management

h.5

Oleh : Budiyanto Dwi Prasetyo

h.21

h.24

Cover Photo : Hutan Mangrove

di Tarimbang by Dani P dan Kakatua Sumba

by Oki Hidayat

Penanggung JawabKepala Balai Penelitian Kehutanan Kupang

Imam Budiman, S.Hut, M.A .Hery Kurniawan, S.Hut, M.Sc.Eko Pujiono, S.Hut, M.Sc.Muhamad Hidayatullah, S.Hut, M.Si. Merry Mars Dethan, S.P.

Feri A. Widhayanto,S.T.

Kepala Seksi Data, Informasi dan Sarana Penelitian Anggota

Mangrove sebagai Sumber Pangan Alternatif

h.10Oleh : M. Hidayatullah

KebijakanPublik

h.15Oleh : S. Agung Sri Raharjo

Pemanfaatan Tope(Platycerium sp.) sebagaiTanaman Hias

Status Terkini Perdagangan Kakatua Sumba (Cacatua sulphurea citrinocristata) Studi Kasus di Jawa Tengah Oleh : Oskar K. Oematan dan Nithanael M. H. Benu

oleh: Oki Hidayat

Status Terkini PERDAGANGAN KAKATUA SUMBA(Cacatua sulphurea citrinocristata) Studi Kasus di Jawa Tengaholeh: Oki Hidayat

Page 3: Warta Cendana Edisi VIII No.1 2015 - Badan Litbang dan ... · jenis perkutut-dara-merpati (dove-pigeon), Kegiatan memelihara burung di Indonesia burung-burung berbulu indah dan jenis

32

sulphurea citrinocristata). Setelah mengalami Sumba dari Pulau Sumba ke Pulau Jawa. Meskipun perburuan dan perdagangan ilegal yang tidak tingkat kecerdasan dan tampilan fisiknya masih terkendali di masa lalu kini Kakatua Sumba dan kalah dibandingkan jenis Kakatua lainnya, saat ini subspesies lainnya dari Kakatua-kecil Jambul- Kakatua Sumba menjadi parrot primadona di kuning menjadi sangat langka dan sulit ditemukan kalangan hobiis dan penangkar. Alasan utamanya di alam. Tercatat Indonesia mengekspor Kakatua adalah karena tingkat kelangkaannya baik di alam Sumba sebanyak 8.990 ekor pada periode tahun maupun di pasar gelap. 1987 – 1990, padahal kuota tangkap yang Saat ini perdagangan Kakatua Sumba yang ditetapkan hanya sebesar 3.600 ekor (TRAFFIC berasal dari tangkapan alam kemungkinan sudah International 1992, Inskipp and Corrigan, 1992). tidak ada lagi. Berdasarkan hasil wawancara dengan Populasinya kini tersisa di kantong-kantong habitat masyarakat Pulau Sumba yang tinggal di sekitar yang luasannya semakin berkurang karena hutan lokasi habitat kakatua, mereka pada deforestasi. Kakatua Sumba kini hidup dalam umumnya memiliki persepsi yang sama bahwa kelompok-kelompok kecil yang terpecah ke dalam Kakatua tidak boleh diburu karena dilindungi oleh blok-blok hutan yang terfragmentasi di Pulau undang-undang dan populasinya kini tersisa sedikit. Sumba. Beberapa mantan pemburu yang cukup terkenal di

Sumba Timur seperti Ndola di Desa Wahang, Metode Ndotur di Desa Lewa dan Yusak Djalarodu di Desa

Pengumpulan data dilakukan pada bulan Ramuk telah beralih profesi menjadi petani dan Maret 2015 dengan metode In depth interview tidak pernah melakukan aktifitas perburuan lagi kepada salah seorang pemelihara burung (hobiis) setelah dikeluarkannya peraturan perlindungan yang saat ini menjadi praktisi penangkaran burung Kakatua Sumba. Hal yang berbeda justru terdapat paruh bengkok (parrot) di Pulau Jawa. Selain itu di bagian selatan Pulau Flores, dimana masih ada untuk mengetahui aktifitas perdagangan burung masyarakat yang rutin mengambil anakan Kakatua secara terbuka dilakukan penelusuran melalui dari sarangnya untuk diperdagangkan (Kayat in litt. media sosial facebook. Langkah ini dipilih karena 2015). Sedangkan di Pulau Rote catatan terakhir cukup efektif dan dapat dengan mudah dipantau tahun 2012 seekor Kakatua berhasil dibawa ke perkembangannya. Kupang untuk dijual (Oki Hidayat, unpublish data).

Di Pulau Jawa banyak terdapat hobiis yang Hasil dan Diskusi memiliki Kakatua Sumba, beberapa diantaranya

Kakatua Sumba merupakan anak jenis telah berhasil melakukan penangkaran. Contoh Kakatua-kecil Jambul-kuning yang memiliki jambul kasus sebuah kota besar di Jawa Tengah, melalui berwarna jingga sehingga dikenal juga dengan sampling terhadap 5 orang penangkar parrot kakatua jambul-jingga. Sedangkan di kalangan diketahui 3 diantaranya memiliki Kakatua Sumba hobiis lebih dikenal dengan sebutan kakatua atau sekitar 60 %. Tiap-tiap penangkar memiliki 3 cempaka atau citron. Karena perburuan yang tidak pasang indukan (6 ekor), bahkan satu diantaranya terkendali pada tiga dekade yang lalu menyebabkan ada yang memiliki 18 ekor. Keseluruhan indukan populasinya menurun secara drastis. Untuk tersebut merupakan hasil tangkapan alam (F0). melindunginya pemerintah pusat maupun daerah Karena setelah tahun 2010 tidak ada lagi pasokan mengeluarkan beberapa peraturan (Tabel 1). dari alam. Keberadaan Kakatua Sumba di kalangan

Meskipun sejak tahun 1997 Kakatua telah hobiis menjadi sangat langka. Harga yang dilindungi namun pada kenyataannya pada periode ditawarkan untuk satu ekor burung pada periode 2000 – 2010 masih terjadi pengiriman Kakatua 2000 – 2010 sekitar 2 juta rupiah, namun mulai

Edisi VIII No.1 Juni 2015Edisi VIII No.1 Juni 2015

Tahun Kronologi Perdagangan dan Regulasi

Sebelum tahun 1980 Setelah sejarah panjang perdagangan yang tinggi, harga C.sulphurea menjadi mahal pada pertengahan 1970

1981 C.sulphurea dimasukkan ke dalam appendiks 2 CITES

1981-1992 Perdagangan yang tinggi berlanjut, sebanyak 96.785 ekor C.sulphurea diekspor dari Indonesia pada periode ini

1984-1991 Kuota tangkap ditetapkan 15-31 %

1989 Laporan impor bersih C.sulphurea untuk negara anggota CITES mencapai puncak > 12.000 ekor. Jumlah C.s.citrinocristata yang keluar dari sumba diperkirakan 1.350 – 3.000 ekor

1991-1992 CITES melaporkan ekspor C.s.citrinocristata rata-rata 1.600 per tahun

1992 Populasi C.s.citrinocristata di Sumba diperkirakan sebanyak 3.200 ekor

1992 C.sulphurea menjadi subjek dalam ulasan perdagangan signifi-kan atas nama Animals Committee CITES.

Otoritas lembaga manajemen CITES Indonesia

1992-1993 Peraturan lokal (Pemda) melarang penangkapan dan peminda-

han Kakatua dikeluarkan oleh Pemda Sumba Barat (Peraturan No.147 Tahun 1992) dan Pemda Sumba Timur (Peraturan No.21 Tahun 1993)

1994 Indonesia memberlakukan kuota ekspor nol untuk C.sulphurea hingga tahun 2004

1997 C.sulphurea dilindungi oleh Pemerintah melalui Menteri Kehu-tanan lewat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 522/Kpts-II/1997 Tahun 1997 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan Dan Satwa Liar dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 350/Kpts-II/1997 Tahun 1997 tentang penetapan kakatua kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea citrinocristata) sebagai satwa yang dilindungi

2004 C.sulphurea masuk ke dalam Appendiks 1 CITES

Tabel 1. Kronologi perdagangan Cacatua sulphurea dan Regulasinya

Sumber : Cahill et al. (2006)

Page 4: Warta Cendana Edisi VIII No.1 2015 - Badan Litbang dan ... · jenis perkutut-dara-merpati (dove-pigeon), Kegiatan memelihara burung di Indonesia burung-burung berbulu indah dan jenis

54

tahun 2010 hingga kini berharga sekitar 10 juta Penutuprupiah dan itupun belum tentu tersedia di pasaran. Saat ini perdagangan Kakatua Sumba di

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah Pulau Jawa masih terus berlangsung. Ketertarikan seorang praktisi parrot di Jawa Tengah, saat ini hobiis yang tinggi karena tingkat kelangkaannya Kakatua Sumba yang dijual merupakan hasil telah membuat harga jual burung berjambul jingga penangkaran dari beberapa penangkar di Jawa ini melambung tinggi dan menjadi yang termahal di Tengah dan Jawa Timur. Beberapa sudah berizin antara parrot asli Indonesia lainnya. Burung yang dan bersertifikat namun beberapa lainnya masih diperjualbelikan saat ini berasal dari para hobiis belum terdaftar. Penawaran burung antara lain yang sudah bosan memelihara dan beberapa memanfaatkan media social di internet seperti merupakan hasil penangkaran baik yang berizin facebook, blackberry messenger, dll (Gambar 1). maupun yang tidak. Keberhasilan para penangkar Untuk menjaga harga pasar biasanya penjual tidak sebaiknya didata dan dibina dengan baik oleh mencantumkan harga l angsung namun otoritas setempat seperti BKSDA dan pemerintah menginformasikannya secara pesan pribadi bagi daerah. Adanya kerjasama yang baik diharapkan yang berminat. mampu membangun peluang untuk melakukan

restocking ke alam dimasa yang akan datang.

Daftar Pustaka Cahill, A.J., J.S. Walker., and S.J. Marsden. (2006).

Recovery Within A Population of The Critically Endangered Citron-Crested Cockatoo Cacatua sulphurea citrinocristata in Indonesia After 10 Years of International Trade Control. Oryx, 40 (2), 1–7.

Inskipp, T. P. and H. Corrigan. (1992). Review of significant trade in animal species included in CITES Appendix II: detailed reviews of 24 priority species. WCMC/IUCN Trade Specialist Group, Cambridge, U.K.

Jepson, P and R.J. Ladle. (2005). Bird-keeping in Indonesia: conservation impacts and the po ten t i a l f o r subs t i tu t i on -based conservation responses. Oryx, 39 (4), 1–6.

TRAFFIC International. (1992). Perceptions, Conservation and Management of Wild Birds in Trade. TRAFFIC International, Cambridge.

Edisi VIII No.1 Juni 2015Edisi VIII No.1 Juni 2015

Pendahuan selalu didengungkan di tengah diskursus Konsep partisipasi (participation) saat ini pembangunan. Partisipasi seringkali tampil

telah menjadi primadona bagi mereka yang terlibat bersama kata kunci lainnya seperti pengentasan dalam proses pembangunan. Menurut Cornwall & kemiskinan (poverty reduction) dan pemberdayaan Brock (2005), konsep partisipasi tidaklah berdiri (empowerment). Penggunaan ketiganya kerap sendiri sebagai sebuah kata kunci (buzzword) yang dijumpai baik dalam dialog maupun di dalam

Kritik dan Kegunaan Konsep Partisipasi dalam

Oleh : Budiyanto Dwi Prasetyo

| FO

KUS

|

COMMUNITY BASED FOREST MANAGEMENT

Page 5: Warta Cendana Edisi VIII No.1 2015 - Badan Litbang dan ... · jenis perkutut-dara-merpati (dove-pigeon), Kegiatan memelihara burung di Indonesia burung-burung berbulu indah dan jenis

76 Edisi VIII No.1 Juni 2015Edisi VIII No.1 Juni 2015

dokumen kebijakan dan program pembangunan di partisipasi hanya menjadi jargon tanpa memiliki banyak negara berkembang di dunia, termasuk di kejelasan makna. Dalam kaitannya dengan hal Indonesia. Meski demikian, partisipasi merupakan tersebut, artikel ini dibagi menjadi dua bagian. istilah yang paling dominan digunakan dalam Bagian pertama akan dibahas soal definisi aktivitas pembangunan di antara ketiga istilah partisipasi sebagai sebuah konsep yang kemudian tersebut. Chambers (1983 dalam Mckinnon 2006, menjadi jargon (buzzword) yang kehilangan makna p.25) menyebutkan bahwa pembangunan hanya dalam implementasi CBFM. Lebih jauh lagi, pada bisa sukses jika menggunakan partisipasi sebagai bagian kedua akan menggambarkan beberapa bukti pendekatannya. Tujuannya antara lain tidak hanya yang diambil dari sejumlah penelitian yang mendukung peningkatan kapasitas masyarakat menunjukkan penerapan konsep partisipasi dalam sebagai target proyek pembangunan, tetapi juga CBFM, termasuk pula outcome yang dihasilkan terhadap semua pelaku (actors) pembangunan. program tersebut, apakah itu berhasil atau justru Dengan mengoperasionalkan konsep partisipasi, gagal. semua stakeholders diharapkan bisa terlibat dan diberdayakan dalam setiap aktivitas pembangunan. Partisipasi: Dari definisi ke jargon

Terkait hal tersebut, program Community- Saat ini sangat mudah untuk mendapatkan based Forest Management (CBFM) dapat diambil literature yang menyediakan definisi partisipasi. sebagai contoh bagaimana program pembangunan Akan tetapi, di antara definisi-definisi tersebut, di sektor kehutanan di lakukan dengan konsep partisipasi sejatinya dapat dikerucutkan mengoperasionalkan konsep partisipasi. Program maknanya menjadi dua arti. Pertama, partisipasi CBFM dirancang dengan tujuan mengentaskan dimaknai sebagai pelibatan (involvement) dan kemiskinan yang dialami masyarakat di sekitar kedua adalah partisipasi dimaknai sebagai hutan yang hidupnya memiliki ketergantungan pemberdayaan (empowerment). yang tinggi terhadap hutan; menghindari Partisipasi sebagai pelibatan telah dijelaskan deforestasi; serta melanggengkan aktifitas oleh beberapa pakar development studies. Misalnya pembangunan hutan yang berkelanjutan dengan saja, Willis (2011 p.114) menjelaskan bahwa partisipasi sebagai pendekatannya (Wibowo, et al. partisipasi dapat diartikan sebagai pelibatan 2013; Moniaga 2008). Namun demikian, meski masyarakat lokal dalam kegiatan pembangunan konsep partisipasi tampak seperti sebuah gagasan dengan didukung oleh lembaga non pemerintah yang tangguh untuk mengatur peran dan fungsi (Non Government Organisations atau NGO). para actor pembangunan secara demokratis, Selain itu, Cohen & Uphof (1980) menambahkan ternyata luaran (outcome) yang dihasilkan berbeda- bahwa mereka yang terlibat dalam kegiatan beda. Berdasarkan studi terhadap pengalaman pembangunan memiliki beberapa tujuan besar, implementasi CBFM di berbagai belahan dunia yakni tidak hanya meningkatkan kesejahteraan diketahui bahwa, di satu sisi program-program (well-being) seperti penghasilan, keamanan, dan CBFM mampu dijalankan secara sukses, harga diri (income, security or self-esteem), akan sedangkan pada sisi yang lain dianggap gagal. tetapi juga dalam konteks pengambilan keputusan, Artikel ini secara singkat meninjau ulang konsep implementasi, manfaat, dan evaluasi (Cohen & partisipasi yang selama ini telah popular digunakan Uphof 1980, pp. 214-220). Terkait pengambilan dalam keputusan, Mansuri and Rao (2012, p.5)

CBFM. Studi literature dilakukan sebagai meletakkan penekanan mereka pada pelibatan upaya untuk menjernihkan definisi partisipasi dari kaum miskin dan marginal di tengah masyarakat bias semiotika yang dapat menjadikan konsep dalam kegiatan pembangunan sebagai bentuk

partisipasi. strategis. Sementara itu, definisi partisipasi sebagai

pemberdayaan dapat ditemukan dalam artikel yang Partisipasi dalam CBFM: Kegunaan dan ditulis oleh Gow dan Vascant (1983). Mereka Kritiknyamengklaim bahwa partisipasi adalah sebuah Seiring bergesernya paradigma pengelolaan otonomi lokal yang sistematik di mana masyarakat hutan dari scientific forestry (government centric) menemukan kemungkinan untuk melatih menjadi community based forestry (community membuat pilihan dan pada waktunya kelak mereka centric) di abad dua-puluhan (Peluso 1992, pp.44-akan mampu untuk mengatur dan melaksanakan 45; Menzies 2004, p.449), partisipasi telah mulai pembangunan yang telah mereka gagas secara diadaptasi sebagai sebuah pendekatan dalam mandiri (Gow & Vascant 1983, p.427).Definisi— pengelolaan hutan, terutama di negara definisi tersebut menunjukkan bahwa partisipasi berkembang, termasuk Indonesia (Wibowo, et al. telah ditempatkan sebagai titik sentral yang harus 2013; Moniaga 2008). Salah satu bentuknya telah dipertimbangkan untuk digunakan dalam dikenal dengan istilah Pengelelolaah hutan berbasis melaksanakan pembangunan. Dengan demikian, m a s y a r a k a t ( C o m m u n i t y - b a s e d F o r e s t bisa dikatakan di sini bahwa partisipasi telah Management atau CBFM). CBFM merupakan menjadi salah satu kata kunci yang tidak bisa skenario pembangunan di wilayah pedesaan di ditinggalkan dalam diskursus pembangunan. negara berkembang dengan menargetkan

Pada tingkat yang lebih jauh lagi, kata peningkatan kesejahteraan pada masyarakat di desa partisipasi kemudian menjadi mainstream secara penyangga hutan sebagai subyek pembangunan di semiotic dalam diskursus pembangunan. satu sisi, dan sebagai pelaku upaya pelestarian Popularitasnya telah membuat partisipasi menjadi hutan pada sisi lainnya. Partisipasi menjadi kata sebuah konsep yang wajib disematkan pada setiap kunci yang amat penting pada program ini guna program dan dokumen kebijakan pembangunan. menyinergikan kedua tujuan tersebut. Padahal, pada situasi ini partisipasi hanya berfungsi Pada titik ini, konsep partisipasi digunakan sebagai kosmetik secara tekstual atau hanya sebatas dengan mengadaptasi dan memodifikasinya secara permainan bahasa (language games) (Cornwall & fungsional pada tingkat epistemologis. Hal ini Brock 2005, p. 1056). dilakukan dalam rangka mendukung masyarakat

Celakanya, permainan bahasa tersebut terlibat dalam program CBFM. Adaptasi konsep terjadi pula di tingkat yang lebih luas dan sangat partisipasi ini telah menstimulasi dilakukannya berpengaruh terhadap proses pembentukan modifikasi terhadap metodologi penelitian, diskursus dan produksi pengetahuan oleh para terutama di area penelitian tindakan (action pemimpin dunia. Cornwall & Brock (2005, p.1057) research). Sebagai contoh, terdapat banyak jenis mencontohkan, misalnya saja dalam pembuatan metodologi action research yang diproduksi untuk program dan dokumen kebijakan pembangunan meningkatkan partisipasi masyarakat lokal di lokasi yang lebih bersifat global seperti PRSP (Poverty penelitian. Reduction Strategy Paper) dan MDGs (Millenium Di antara penggunaan konsep partisipasi Development Goals), konsep partisipasi bahkan dalam metode penelitian tersebut adalah penilaian kerap dipakai sebatas kosmetik atau permainan desa secara partisipatif (Participatory Rural kata-kata saja. Padahal, media ini jelas-jelas Appraisal atau PRA) yang dipromosikan Chambers berperan penting dalam memproduksi dan (1994), skenario berdasarkan metode partisipasi mengkonstruksi definisi yang akurat tentang dalam CBFM (the scenario based method partisipasi agar kembali memiliki makna yang participation in CBFM) di Bolivia dan Vietnam

Page 6: Warta Cendana Edisi VIII No.1 2015 - Badan Litbang dan ... · jenis perkutut-dara-merpati (dove-pigeon), Kegiatan memelihara burung di Indonesia burung-burung berbulu indah dan jenis

98 Edisi VIII No.1 Juni 2015Edisi VIII No.1 Juni 2015

(Evans et al. 2010), dan pemodelan partisipatoris kebijakan, peraturan, politik, komunikasi, strategi dalam CBFM (participatory modelling in CBFM) kerjasama, dan kelembagaan. in Indonesia (Suwarno, et al. 2009). Meskipun popularitas partisipasi telah berhasil menstimuli Penutuppengembangan desain metodologi Action research, Tidak disangsikan lagi, partisipasi telah konsep ini sejatinya telah kehilangan makna aslinya. menjadi kata kunci bagi sukses-tidaknya Semakin sering konsep partisipasi digunakan secara pembangunan. Akan tetapi popularitas telah salah kaprah, semakin jauh pula konsep ini membuat partisipasi menjadi konsep yang kehilangan makna aslinya (Cornwall & Brock, terdegradasi maknanya. Alih-alih mendorong 2005). Dalam konteks CBFM, konsep partisipasi pelibatan dan pemberdayaan masyarakat seperti memang diakui sering digunakan ketika para agen pada definisi awalnya, partisipasi lantas hanya pembangunan mendiskusikan program CBFM, menjadi sebatas jargon kosong di tengah diskursus meski demikian makna yang melekat padanya pembangunan. sudah tidak sama sebagaimana telah didefinisikan Berbagai bukti yang diperoleh dari sebelumnya. pelaksanaan CBFM di beberapa negara

Terkait dengan hal ini, para pengkritisi b e r k e m b a n g , t e r m a s u k d i I n d o n e s i a , konsep partisipasi, seperti Cooke dan Kothari (2001 mengindikasikan bahwa partisipasi bukanlah dalam Williams 2004, p.559) mengatakan bahwa sebuah konsep yang dapat berlaku secara umum partisipasi bisa saja menjadi tirani ketika terjadi (one size fits all). Partisipasi melainkan seharusnya kesalahpahaman dalam mengartikulasi konsep dimaknai sebagai sebuah konsep yang memiliki partisipasi di dalam diskursus pembangunan. elastisitas dalam mengadaptasi lokal setting seperti Sebagai contoh, sebuah penelitian dilakukan oleh karakteristik aktor lokal, kepentingan mereka Gaynor (2013, p.295) menyimpulkan bahwa (interests), dan juga politik lokalitas. meskipun banyak literature telah mendefinisikan Lebih jauh lagi, sukses atau gagalnya CBFM partisipasi sebagai pelibatan (involvement) dan tersebut sangat bergantung pada berhasil atau pemberdayaan (empowerment) masyarakat dalam tidaknya aktor pembangunan memahami konsep dokumen kebijakan pembangunan di Burundi, partisipasi dan mengaplikasikan konsep tersebut. nyatanya masih saja berlangsung top-down, hirarki, Lebih jauh lagi, untuk menemukan bentuk ideal dan marginalisasi terhadap masyarakat dan dari partisipasi yang sesungguhnya, perlu kiranya kelompok minoritas dalam pembangunan. dilakukan revitalisasi konsep partisipasi, terutama

Masih soal kesalahpahaman dalam pada program CBFM. mengartikulasi konsep partisipasi terkait program CBFM, ditemukan pula banyak bukti yang diambil Daftar Pustakadari praktek partisipasi tanpa makna dalam CBFM Chambers, R. 1994. The origins and practice of di beberapa negara tropis yang sedang participatory rural appraisal. World berkembang, di antaranya seperti India dan Development (22:7), 953-969.Indonesia (Tole 2010; Wibowo, et al. 2013; Kumar & Kant 2006). Contoh-contoh tersebut menggambarkan bahwa secara nyata, tidak semua program CBFM berjalan sukses meski telah menyematkan konsep partisipasi ke dalam Cornwall, A. & Brock, K. 2005. What do Buzzwords dokumen kebijakan dan program tersebut. Hal itu do for development policy? A critical look at dikarenakan beberapa persoalan tatakelola seperti 'participation', 'empowerment', and 'poverty

Cohen, J.M. & Uphoff, N.T. 1980. Participation's place in rural development: seeking clarity through specificity. World Development (8:3), 213-235.

reduction. Third World Quarterly (26:7), resource control and resistance in Java. 1043-1060. University of California. California.

Evans, K. de Jong, W. Cronkleton, P. Nghi, T.H. Suwarno, A. Nawir, A.D., Julmansyah, Kurniawan 2010. Participatory methods for planning the 2009. Participatory modelling to improve future in forest communities. Social & partnership schemes for future community-Natural Resources: An International Journal based forest management in Sumbawa (23:7), 604-619. dis tr ict , Indonesia . Environmental

Gaynor, N. 2013. The tyranny of participation Modelling & Software (24), 1402-1410. revisited: international support to local Tole, L. 2010. Reforms from the ground up: a governance in Burundi. Community review of community-based forest Development Journal (49:2), 295-310. management in tropical developing

countries. Environmental Management (45) 1312-1331.

Wibowo, L.R., Race, D.H. & Curtis, A.L. 2013. Policy under pressure: policy analysis of

Kumar, S. & Kant, S. 2006. Organizational community based forest management in resistance to participatory approaches in Indonesia. International Forestry Review public agencies: an analysis of forest (15:3), 398-405.department's resistance to community-based William, G. 2004. Evaluating participatory forest management. International Public development: tyranny, power, and Management Journal (9:2), 141-173. (re)politicisation. Third World Quarterly

(25:3), 557-578.

Mckinnon, K.I. 2006. An orthodoxy of 'the local': post-colonial ism, part ic ipat ion and professionalism in northern Thailand. The Geographical Journal (172:1), 22-34.

Menzies, N.K. 2004. Community and their partners: governance and community-based forest management. Conservation & Society (2:2), 449-456.

Moniaga, S. 1998. Advocating for community-based forest management in Indonesia's outer islands: political and legal constraints and opportunities'. IGES International Workshop on Forest Conservation Strategies for the Asia and Pacific Region 21-23 July 1998. Institute for Global Environmental strategies. Japan.

Peluso, N.L. 1992. Rich forest, poor people:

ow, D.D. & Vansant, J. 1983. Beyond the rhetoric of rural development participation: How can it be done? World Development (11:5), 427-446.

Mansuri, G. & Rao, V. 2012. Localizing development: does participation work? Willis, K. 2011. Theories and practices of World Bank Publications. development. Second edition. Taylor &

Francis. New York.

Page 7: Warta Cendana Edisi VIII No.1 2015 - Badan Litbang dan ... · jenis perkutut-dara-merpati (dove-pigeon), Kegiatan memelihara burung di Indonesia burung-burung berbulu indah dan jenis

1110

Pendahuluan pangan (karbohidrat) bagi masyarakat Indonesia Jumlah penduduk provinsi Nusa Tenggara umumnya merujuk pada satu sumber yaitu beras.

Timur (NTT) hasil sensus tahun 2011 mencapai Beberapa wilayah lain memiliki alternatfi seperti 4.776.485 jiwa, laju pertumbuhan setiap tahunnya Papua atau Papua Barat terkenal dengan sagunya, mencapai 2,11% atau lebih dari 100.000 jiwa/tahun atau sebagian masyarakat NTT yang menjadikan (BPS NTT, 2012). Pada sisi lain ketersediaan jagung sebagai sumber pangan alternatif. lapangan kerja sangat terbatas, daya beli masyarakat Keberadaan sumber pangan alternatif menjadi juga masih rendah sehingga berdampak sangat penting ditengah keterbatasan masyarakat kemampuan pemenuhan pangan bagi masyarakat. untuk mencukupi kebutuhannnya. Potensi pada Pemenuhan kebutuhan pangan berkaitan dengan hutan mangrove menjadi salah satu alternatif dalam kelangsungan hidup dan pengembangan kualitas pemenuhan kebutuhan pangan. Buah dari beragam sumberdaya, sehingga harus terpenuhi dalam jenis mangrove dapat diolah menjadi bahan jumlah yang seimbang. Pemenuhan kebutuhan panganan alternatif. Pada saat ini memang belum

foto

: Da

ni P

amun

gkas

Edisi VIII No.1 Juni 2015Edisi VIII No.1 Juni 2015

banyak informasi yang bisa diperoleh terkait Kondisi tempat tumbuh yang berbeda pada pemanfaatan buah mangrove di NTT, beberapa tiap pulau memberi peluang adanya penambahan lokasi yang pernah dilaporkan ada aktifitas keragaman jenis tersebut. Noor, YR (200 6), pemanfaatan buah antara lain di Kabupaten mengatakan bahwa setidaknya terdapat 202 jenis Lembata, Flores Timur, Sabu, Sumba dan Alor mangrove (mangrove sejati dan asosiasi) di (Fortuna, 2005), namun demikian belum ada Indoenesia dan 120 jenis diantaranya dapat informasi yang detail tentang proses pengolahan dijumpai di kepulauan Sunda Kecil (Bali dan Nusa dan pemanfaatannya. Pada beberapa daerah lain di Tenggara). Sejauh ini variasi pemanfaatan potensi Indonesia, pengolahan buah mangrove sudah mangrove oleh masyarakat NTT sangat rendah, sangat maju, berbagai produk dihasilkan dari hanya bertumpu pada pemanfaatan kayu dan olahan buah mangrove serta mampu memberi nilai konversi lahan untuk area budidaya, pengolahan ekonomi bagi masyarakat. Tulisan ini bertujuan buah mangrove menjadi sumber panganan belum untuk menyampaikan informasi tentang ragam banyak dilaporkan.pemanfaatan buah dan daun beberapa jenis Beberapa jenis yang potensial untuk sumber mangrove sebagai sumber pangan alternatif. pangan alternatif antara lain Avicennia sp,

Acrostechum aereum, Sonneratia sp, Nypa Potensi Hutan Mangrove Nusa Tenggara fructicans, Acanthus ilicifolius, Hibiscus tiliaceus, Timur Xylocarpus granatum serta jenis Bruguiera

Luas hutan mangrove Nusa Tenggara Timur gymnorrhiza (Priyono, A, dkk. 2010). Jenis-jenis (NTT) mencapai 40.695,54 ha, tersebar pada tersebut merupakan jenis yang umum dijumpai semua wilayah kabupaten/kota. Beberapa lokasi pada hutan mangrove termasuk di NTT. dengan potensi mangrove terbesar antara lain : Keterbatasan wawasan dan pengetahuan dalam kabupaten Manggarai dan Manggarai Barat seluas pengolahan buah mangrove menjadi kendala 10.194,89 ha, Rote Ndao 7.157,23 ha, Belu 5.616,15 utama, sehingga potensi yang ada belum ha dan kabupaten/kota kupang sebesar 4.202,09 ha. termanfaatkan secara maksimal.Sementara itu kabupaten dengan luas hutan mangrove terkecil yaitu TTS sebesar 287,29 ha dan Mangrove Sebagai Alternatif Sumber Bahan TTU 298,28 ha (BPDAS BN, 2010). Jumlah Pangantersebut menggambarkan bahwa mangrove NTT Penelitian tentang pemanfaatan mangrove sangat potensial untuk mendukung ketahanan sebagai sumber pangan alternatif belum sebanyak pangan masyarakat, khususnya di kawasan pesisir. dibanding dengan penelitian-penelitian yang

Meskipun belum ada informasi yang terkait dengan potensi, struktur dan komposisi jenis memadai tentang keragaman jenis mangrove di maupun nilai ekonomi mangrove. Kondisi tersebut NTT, namun dari beberapa literatur diketahui menjadi salah satu penyebab, sehingga akses bahwa keragaman jenisnya cukup tinggi. informasi bagi masyarakat tentang pengolahan Keragaman jenis mangrove pada Pulau Timor dan buah mangrove menjadi sumber pangan alternatif sebagian pulau Flores serta pada kawasan TN masih terbatas.Komodo mencapai 39 jenis terdiri dari 31 jenis Pada umumnya pengolahan buah mangrove mangrove sejati dan 8 jenis mangrove asosiasi menjadi sumber pangan altenatif, dilakukan (Hidayatullah. M, 2014). Jumlah tersebut belum berdasarkan pengetahuan yang diperoleh secara termasuk pulau Alor, Sumba serta pulau-pulau kecil turun temurun dengan variasi pemanfaatan yang lain, sehingga sangat memungkinkan adanya sangat terbatas. Pada beberapa tempat di NTT penambahan jenis. misalnya di Boleng – Manggarai Barat, masyarakat

MANGROVEsebagai Sumber Pangan Alternatif

Oleh : M. Hidayatullah

| FO

KUS

|

Page 8: Warta Cendana Edisi VIII No.1 2015 - Badan Litbang dan ... · jenis perkutut-dara-merpati (dove-pigeon), Kegiatan memelihara burung di Indonesia burung-burung berbulu indah dan jenis

1312 Edisi VIII No.1 Juni 2015Edisi VIII No.1 Juni 2015

mengkonsumsi buah Bruguiera gymnorrhiza kandungan energi buah mangrove ini adalah 371 secara langsung sebagai pelengkap lauk dicampur kalori per 100 gram, lebih tinggi dari beras (360 gula pasir atau gula merah. Masyarakat di sekitar kalori per 100 gram), dan jagung (307 kalori per 100 Cagar Alam (CA) Maubesi – Malaka juga gram). Kandungan karbohidrat buah bakau sebesar mengkonsumsi daun muda Acrostechum aereum, 85.1 gram per 100 gram, lebih tinggi dari beras dimasak menjadi sayur ditambah garam (78.9 gram per 100 gram) dan jagung (63.6 gram per secukupnya atau buah muda jenis Rhizophora 100 gram) (Fortuna, 2005).mucronata dijadikan sebagai pengganti pinang pada saat kesulitan mendapatkannya. Pada Penutupbeberapa wilayah lain di Indonesia, pemanfaatan Terdapat beberapa jenis mangrove yang mangrove menjadi sumber pangan alternatif sudah secara tradisional sudah dimanfaatkan oleh cukup maju dengan variasi pengolahan yang sangat sebagian masyarakat NTT sebagai sumber pangan, beragam. Selain untuk konsumsi sendiri, hasil dengan dikonsumsi secara langsung. Sementara itu pengolahan tersebut tetap mengedepankan di wilayah lain di Indonesia pemanfaatan kekhasan produk dengan bahan dasar buah atau buah/daun mangrove sudah lebih maju melalui daun mangrove tanpa mengurangi rasa dan kualitas berbagai teknik pengolahan sehingga dapat produk. Pada beberapa lokasi bahkan sudah menghasilkan beragam panganan alternatif. memberi kontribusi bagi keluarga. Kondisi seperti Keterbatasan pengetahuan menjadi kendala utama ini diharapkan dapat diadopsi oleh masyarakat NTT bagi masyarakat NTT sehingga variasi pemanfaatan sehingga variasi pemanfaatan mangrove lebih buah/daun mangrove sangat rendah. beragam, terutama untuk mendukung ketersedian pangan bagi masyarakat. Berikut ini disampaikan Daftar Pustakabeberapa jenis mangrove yang telah dimanfaatkan BPDAS BN Noelmina. 2011. Statistik Balai oleh masyarakat di sebagian wilayah Indonesia. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Benain

Jenis-jenis tersebut dalam Tabel 1 Noelmina Tahun 2011. BPDAS BN merupakan jenis yang umum ditemui pada kawasan Noelmina, Kupang.hutan mangrove. Jenis-jenis di atas juga dapat BPS NTT. 2012. Nusa Tenggara Timur dalam dijumpai pada hutan mangrove NTT, bahkan pada Angka, 2011. Badan Pusat Statistik Nusa beberapa wilayah memiliki kelimpahan yang cukup Tenggara Timur.tinggi, sehingga sangat disayangkan karena belum Fortuna, James de. 2005. Ditemukan buah bakau termanfaatkan dengan baik. Permasalahan utama s e b a g a i m a k a n a n p o k o k . yang dijumpai oleh masyarakat dalam pengolahan http://www.Tempointeraktif.combuah/daun mangrove adalah keterbatasan ilmu dan Hidayatullah, M. 2014. Keragaman Jenis Mangrove pengetahuan tentang proses pengolahannya, di Nusa Tenggara Timur. Warta Cendana, sehingga pemanfaatan mangrove hanya bertumpu Edisi VII NO. 1 Movember 2014. Balai pada kayunya serta konversi lahan untuk area Penelitian Kehutanan Kupang.budidaya perikanan. Selain memperkaya sumber Noor, Y. R, Khazali, M dan Suryadiputra, I. N. N. pangan alternatif, kandungan energi pada buah 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di salah satu jenis mangrove (Bruguiera gymnorrhiza) Indonesia. Wetlands International.sangat tinggi bahkan lebih tinggi dari jagung atau Priyono, A dkk. 2010. Beragam Produk Olahan beras sekalipun. Hasil penelitian yang dilakukan Berbahan Dasar Mangrove. KeSemaT. oleh IPB bekerjasama dengan Badan Bimas SemarangKetahanan Pangan NTT menunjukan bahwa

No Jenis Pemanfaatan Keterangan

1 Sonneratia caseolaris dan Sonnera-tia alba (Pedada)

Digunakan sebagai bahan campuran panganan. Buah Pedada bisa dimakan langsung atau diminum dalam bentuk jus. Ketika dimasak akan muncul aroma keasaman.

Beberapa jenis olahan dengan bahan utama jenis Sonneratia sp : wajik pedada, lempok pedada, jus pedada, permen pedada, dodol pedada, sabun cair pedada dan sirup pedada.

S. caseolaris den-gan ciri buah yang besar dan harum.

2

Nypa fruti-

cans

(Nipah)

Bagian isi buah nipah bisa dimakan secara langsung. Nira ni-pah juga bisa disadap dan dijadikan minuman segar atau di-masak menjadi gula merah. Selain itu, juga bisa dijadikan cuka-makan dan obat-obatan tradisional.

Beberapa jenis olahan dengan bahan utama jenis Nypa fructi-cans : Gula nipah, kolak nipah dan wedang instan nipah.

Nipah satu-satunya spesies palem yang tum-buh di hutan man-grove.

3

Bruguiera sp

(Tancang)

Proses pemanfaatan buah Tancang adalah pengupasan kulit buah, pemecahan buah (agar cepat lunak ketika dimasak), dan perebusan dengan air sampai matang. Air bekas rebu-san harus dibuang di tempat aman karena mengandung racun.

Setelah direbus lalu direndam selama 2 – 3 x 24 jam. Ke-mudian, barulah buah Tancang dapat langsung dimasak, bi-asanya dicampur dengan beras (perbandingan 1:1 atau 1:2) atau dikeringkan untuk disimpan apabila diperlukan dalam jangka waktu lama.

Tepung lindur merupakan hasil olahan utama dari jenis ini, selanjutnya dibuat menjadi beragam bahan panganan lain.

4

Acrostichum aureum dan A. speciosum (Piyai)

Tunas muda Piyai berukuran lebar, merah atau merah ke-kuningan, mengkilap dan licin. Dapat dimakan mentah, tapi lebih sering dijadikan urap.

Merupakan jenis paku-pakuan yang tumbuh langsung di tanah hutan mangrove.

Tabel 1. Pemanfaatan mangrove pada beberapa wilayah di Indonesia

Page 9: Warta Cendana Edisi VIII No.1 2015 - Badan Litbang dan ... · jenis perkutut-dara-merpati (dove-pigeon), Kegiatan memelihara burung di Indonesia burung-burung berbulu indah dan jenis

1514

| FO

KUS

|

KEBIJAKANPUBLIK

Oleh : S. Agung Sri Raharjo

Pengantar Dalam kesempatan ini kami akan memaparkan apa Seringkali kita membaca bahwa kebijakan yang disebut sebagai kebijakan atau kebijakan

pengelolaan cendana pada masa lalu merupakan publik dalam perspektif sejarah kebijakan publik. penyebab kepunahan cendana pada saat ini. Bagaimana bisa sebuah kebijakan menyebabkan Definisi Kebikjakan Publikkepunahan suatu spesies? Apa sih kebijakan itu? Kebijakan publik terdiri dari dua kata yaitu

Edisi VIII No.1 Juni 2015Edisi VIII No.1 Juni 2015

Sumber : Priyono, A. dkk (2010).

5 Acanthus ilicifolius dan A. ebractea-tus

Daun diolah menjadi teh herbal karena memiliki khasiat obat. Jenis yang tidak ber-duri biasanya dijadikan sebagai makanan ternak.

Jenis olahan dengan bahan utama jenis Acanthus ilicifolius : kerupuk jeruju.

Banyak ditemukan pada tanah lunak yang berlum-pur di sepanjang bantaran sungai. Seringkali domi-nan di area mangrove yang telah ditebangi.

6

Avicennia spp (api-api)

Tahapan pemanfaatan api-api sebagai berikut :

Kupas kulitnya dan ambil bagian dalamnya saja.

Buah yang telah dikupas dibelah jadi 4 bagian. Lepaskan putik dari buahnya.

Rebus dalam air mendidih hingga lunak (sekitar 30 menit),

sambil terus mengganti air rebusan. Lalu taburi dengan abu

gosok secukupnya sambil diaduk hingga rata.

Angkat dan cuci hingga warnanya berubah kehijauan.

Rendam dalam ember yang agak besar selama dua hari.

Setiap enam jam ganti airnya untuk mem-percepat proses penghilangan racunnya.

Api-api siap diolah dan dijadikan makanan.

Beberapa jenis olahan pangan dengan ba-han utama tepung api-api : tepung agar-agar api-api, bolu api-api, onde-onde api-api, bingka api-api, combro api-api, keripik api-api, kerupuk api-api, keu ta-lam, puding api-api, kue bugis dan kolak api-api.

Api-api tersebar di se-bagian pantai Indonesia dan merupakan jenis pionir pada zona terdepan. Bisa tumbuh dengan mudah dan cepat, dengan peremajaan alami yang sangat cepat.

7 Xylocarpus granatum (Nyirih)

Bagian yang umum digunakan adalah biji.Biji Xylocarpus granatum dipotong tipis-tipis lalu keringkan, setelah kering diha-luskan dan disaring atau buah Xylocarpus granatum ambil bijinya, rendam 1 hari den-gan air dan arang, potong tipis-tipis lalu blender.

Beberapa jenis olahan pangan dengan ba-han nyirih yaitu bedak dingin nyirih dan lu-lur nyirih

Pohon dapat mencapai ket-inggian 10-20 m. Memiliki akar papan yang melebar ke samping, meliuk-liuk dan membentuk celahan-celahan.

Page 10: Warta Cendana Edisi VIII No.1 2015 - Badan Litbang dan ... · jenis perkutut-dara-merpati (dove-pigeon), Kegiatan memelihara burung di Indonesia burung-burung berbulu indah dan jenis

1716 Edisi VIII No.1 Juni 2015Edisi VIII No.1 Juni 2015

kebijakan dan publik. Kebijakan adalah sebuah Sejarah Kebijakan Publikkeputusan untuk bertindakan yang telah disetujui Kebijakan publik ada sejak berdirinya secara umum sebagai tanggapan terhadap suatu isu kerajaan-kerajaan di muka bumi ini. Pada waktu itu yang memiliki konsekuensi penting terhadap orang raja atau penguasa mengeluarkan kebijakan untuk banyak dan sumber daya yang besar. Tindakan mengatur kehidupan bersama dalam kerajaannya tersebut dapat dilakukan oleh pemerintah, institusi, atau dalam wilayah kekuasaannya. Kebijakan publik kelompok maupun individu (Hummel, 1984). disusun berdasarkan pengetahuan para ahli nujum Sedangkan publik dapat diartikan sebagai yang diperoleh dari upacara atau ritual mistis. masyarakat dan stakeholder atau pemangku Pengetahuan yang diperoleh oleh ahli nujum ini kepentingan (Suharto, 2005). tidak ilmiah namun dalam prakteknya digunakan Dalam lingkum negara, menurut Nugroho (2009) dan sangat berpengaruh pada waktu itu. Dalam publik dapat diartikan sebagai “sebuah kehidupan perkembangan selanjutnya aktifitas penyusunan bersama” dalam sebuah negara. Kehidupan kebijakan publik yang didasarkan pada aktivitas bersama ini berkenaan dengan siapa dan apa saja supranatural mulai dit inggalkan seiring yang tinggal dalam suatu negara, bagian dari negara berkembangnya ilmu pengetahuan. Ilmu dan semua hal yang berhubungan dengan negara pengetahuan sebagai sumber pengetahuan dan warga negara tersebut. Kebijakan publik penyusun kebijakan publik mulai berkembang merujuk pada keputusan dan tindakan yang seiring berkembangnya rasionalitas umat manusia, dilakukan oleh negara/pemerintah (Nugroho, 2009; sehingga penyusunan kebijakan publik juga Dunn 2003; Suharto, 2005). Berdasarkan cenderung rasional. Contoh produksi pengetahuan pengertian dua kata penyusunnya maka kebijakan yang lebih rasional dalam pembuatan kebijakan publik dapat diartikan sebagai keputusan negara publik dapat dilihat pada sebuah karya yang untuk bertindak ataupun tidak bertindak untuk berjudul Arthashastra karangan Kautilya pada abad menanggapi sebuah permasalahan kehidupan keempat sebelum masehi yang menjadi dasar bersama dalam bernegara agar tujuan bernegara penyusunan kebijakan publik di India. Selanjutnya tercapai. para ahli seperti Plato (427-327 SM), Aristoteles

Kebi jakan publ ik yang ba ik akan (384-322 SM), dan Machiavelli (1469-1527) mempercepat pencapaian tujuan negara, merupakan para ahli yang secara praktis sebaliknya kebijakan publik yang buruk akan mendukung pembuatan kebijakan pemerintah menghantarkan pada kehancuran sebuah negara. pada masanya (Dunn, 2003). Peran para ahli Kebijakan publik merupakan tanggapan negara menjadi sangat sentral sebagai pendukung terhadap permasalahan kehidupan bersama dalam pemerintah untuk membuat kebijakan publik. Pada suatu negara. Ketidakmampuan negara mengatasi masa ini kebijakan publik merupakan keputusan permasalahan kehidupan bersama melalui institusi top down yang diambil oleh pemerintah dengan politik, sosial, ekonomi dan nilai-nilai budaya yang bantuan analisis para ahli.dimilikinya akan mengakibatkan kehancuran Dalam perkembangannya para ahli memiliki sebuah negara (Syakrani dan Syahriani, 2009). Oleh otoritas yang semakin kuat untuk menghasilkan karena itu keputusan yang diambil oleh pemerintah pengetahuan dan informasi yang menjadi dasar dalam menghadapi permasalahan kehidupan penyusunan sebuah kebijakan publik. Politisi bersama harus mempertimbangkan dinamika profesional dan pendeta yang memiliki otoritas, politik, sosial, ekonomi dan budaya masyarakatnya spiritual dan filosopi menjadi sumber pengetahuan sehingga tidak terjadi kehancuran sebuah negara. pada jaman kuno dan abad pertengahan (Dunn,

2003). Hal ini berlangsung sampai berakhirnya p e n c e r a h a n s e m a k i n r a s i o n a l d e n g a n abad pertengahan di Eropa. meninggalkan praktek-praktek mistis dalam

Abad pertengahan berakhir ketika gerakan mencari pengetahuan. Rasionalitas terus renaissance di Eropa mulai menguat. Renaissance berkembang sehingga melahirkan revolusi industri. melahirkan abad pencerahan dimana terjadi Revolusi industri yang terjadi pada akhir abad 18 di perkembangan yang luar biasa pada seluruh aspek Eropa menjadi titik awal perkembangan ilmu dan kehidupan masyarakat (pemikiran, sosial, politik, teknologi. Hal ini berpengaruh terhadap proses ekonomi, seni dan budaya). Pada waktu ini terjadi penyusunan pengetahuan ilmiah dengan ukuran-transformasi kesadaran sosial. Transfomasi terjadi ukuran empiris. Mistik, sihir dan spiritualisme pada individu-individu dan kelas-kelas sosial yang terpinggirkan dari ranah ilmu modern dalam secara bertahap mulai menyadari bahwa diri memasok pengetahuan bagi kebijakan publik mereka merupakan agen dari masa depan mereka (Dunn, 2003). Pengaruh pendekatan positivistik sendiri (Dunn, 2003: 61). Abad pencerahan ini menjadi semakin kuat, seperti yang dinyatakan oleh terjadi pada tahun 1450-1650 (Suleman, 2010). Thomas Maltus (1766-1834) bahwa dalam

Penyusunan kebijakan publik pada abab membuat opini harus berdasarkan fakta semata dan

Page 11: Warta Cendana Edisi VIII No.1 2015 - Badan Litbang dan ... · jenis perkutut-dara-merpati (dove-pigeon), Kegiatan memelihara burung di Indonesia burung-burung berbulu indah dan jenis

1918 Edisi VIII No.1 Juni 2015Edisi VIII No.1 Juni 2015

bebas nilai. Perkembangan masyarakat pasca- dalam pembuatan kebijakan publik. Kegagalan industri ditandai oleh munculnya “masyarakat kebijakan publik yang hanya mendasarkan pada berpengetahuan”. Masa ini didominasi oleh pendekatan positivistik mendorong munculnya golongan teknis-profesional yang terdidik. pendekatan-pendekatan baru berorientasi post-P e m b u a t a n k e b i j a k a n s e m a k i n k u a t positivistik. Orientasi post-positivistik ini menggantungkan diri pada pendekatan positivistik dipengaruhi oleh kesadaran bahwa permasalahan dengan mengandalkan kemampuan para teknis- sosial dan pendekatan metodologis tidak dapat profesional (Dunn, 2003). Kemampuan teknis- lepas dari sistem nilai (deLeon and Vogenbeck, profesional ini dikontrol oleh kekuasaan yang 2007). sentralistis oleh negara. Sistem kontrol politik yang Kompleksitas pemasalahan sosial dan sentralistis menjadi dasar kestabilan sosial perkembangan ilmu pengetahuan mempengaruhi masyarakat di Eropa sampai tahun 1750 (Dunn, penyusunan kebijakan publik. Pendekatan yang 2003). Namun dalam perkembangannya digunakan dalam penyusunan kebijakan publik masyarakat semakin kompleks dan ketidaktentuan menjadi semakin kompleks serta melibatkan semakin meningkat. Kompleksitas tersebut berbagai pendekatan teori dan praktek sesuai semakin terasa dengan lahirnya liberalisme pada kebutuhan. Orientasi post-positivistik menjadikan awal abad 19 (Suleman, 2010). Liberalisme pendekatan penyusunan kebijakan publik lebih merupakan fenomena kebangkitan kelas menengah normatif atau berorientasi pada nilai. deLeon and Eropa yang menentang kebijakan konservatif para Vogenbeck (2007) menyatakan bahwa pendekatan penguasa yang ingin memulihkan kembali tatanan ilmu kebijakan sedikit berbeda dengan ilmu-ilmu domestik dan regional pasca perang Napoleon terdahulu yang pernah ada misalnya ilmu politik, (Seleman, 2010). Dalam konteks ini perkembangan sosiologi, adminisrasi publik, komunikasi, psikologi ilmu sosial terapan, seperti statistik dan demografi dan hukum. Ilmu kebijakan memiliki 3 karakteristik serta disiplin ilmu sesudahnya yang lebih mapan yaitu: (1) ilmu kebijakan berorientasi pada masalah; seperti sosiologi, ekonomi, politik dan administrasi (2) ilmu kebijakan dalam pendekatan praktek dan negara, tumbuh sebagai jawaban atas pemasalah intelektual secara jelas bersifat multi-disiplin; (3) praktis dalam memahami dan mengendalikan ilmu kebijakan bersifat normatif atau berorientasi kompleksitas masyarakat (Dunn, 2003). nilai, tidak seperti ilmu lain yang sangat objektif. Liberalisme terus berkembang dalam ranah politik Kecenderungan tersebut di atas semakin terlihat melahirkan faham demokrasi dan dalam ranah ketika muncul kosa kata baru governance yang ekonomi melahirkan faham kapitalis (Suleman, menggantikan kata government pada tahun 1990-2010). Demokrasi terus berkembang dan an. Istilah government memiliki makna pemerintah beradaptasi, terdapat kurang lebih 300 varian yang berimplikasi bahwa kekuasaan berada demokrasi, mulai dari demokrasi liberal di satu sisi sepenuhnya di tangan pemerintah (negara), sampai demokrasi sosialis di sisi lain (Nurtjahjo, sementara istilah governance memiliki makna tata 2008). Dalam perkembangan selanjutnya setelah kelola pemerintahan yang berimplikasi bahwa runtuhnya blok timur maka faham demokrasi kekuasaan berada tidak hanya di tangan pemerintah semakin kuat pengaruhnya di dunia. Hal ini (negara) namun juga stakeholder lain selain mempengaruhi struktur masyarakat pada saat itu. pemerintah. Hal ini berkembang dan didukung Perkembangan teknologi informasi juga turut oleh para ahli politik dan kebijakan. Perubahan menunjang perubahan struktur masyarakat yang tersebut berimplikasi pada pola pendekatan akhirnya berpengaruh pada proses demokratisasi pembuatan kebijakan. Terdapat ruang politis baru

dalam lapisan institusional negara yaitu institusi kebijakan dapat dilihat pada Tabel 1. negara dan organisasi sosial. Ruang ini membentuk cara baru dalam pembuatan kebijakan (Haajer and PenutupWagenaar, 2003). Kebijakan tidak lagi selalu berasal Kebijakan publik memainkan peran penting dari atas (topdown) namun juga berasal dari ruang dalam mengatur kehidupan berbangsa dan komunikasi antar instisusi negara dengan organisasi bernegara. Kebijakan publik yang baik akan sosial di masyarakat. Penerapan konsep tersebut mendorong terciptanya ketertiban kehidupan dalam pembuatan kebijakan dilakukan melalui berbangsa dan bernegara sehingga tujuan bersama model deliberatif. Dalam model deliberatif, analisis dapat tercapai. Kebijakan yang baik tersebut kebijakan tidak lagi dilakukan oleh para teknokrat dihasilkan dari berbagai proses kebijakan sesuai tetapi oleh para stakeholder secara langsung. dengan perkembangan dinamika politik, sosial, Keputusan yang diambil dalam dialog antar ekonomi dan budaya masyarakat. Berkaca dari stakeholder tersebutlah yang diangkat menjadi sejarah kebijakan publik di atas maka kegagalan sebuah kebijakan publik (Nugroho, 2009). Dalam kebijakan pengelolaan cendana di NTT dapat proses deliberatif ini pemerintah memainkan peran diduga dikarenakan ketidaksesuaian kebijakan sebagai fasilitator bagi masyarakat dan stakeholder pengelolaan cendana dengan dinamika politik, kebijakan publik. Pendekatan deliberatif sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di NTT. mengubah pendekatan individualisme liberal Diperluan perbaikan kebijakan agar pengelolaan menjadi pandangan yang menitikberatkan cendana dapat memberikan manfaat sebesar-akuntabilitas dan diskusi, dari teori demokrasi besarnya bagi NTT. Perbaikan kebijakan ini harus voting-centric menjadi demokrasi talk-centric dilakukan melalui proses musyawarah antar (Chamber, 2003). Dalam bahasa sederhana stakeholder pengelolaan cendana di NTT. Nugroho (2009) menyebut demokrasi deliberatif sebagai model musyawarah. Sejarah menunjukkan Daftar Pustakaadanya pergeseran atau perubahan sumber Chamber, S., 2003. “Deliberative Democratic pengetahuan dan bentuk hubungan kekuasaan Theory”. Annual Reviews Political Science. dalam penyusunan sebuah kebijakan publik. Vol 6, pp. 307-326.Perkembangan sumber pengetahuan dan deLeon, P. and Vogenbeck, D.M., 2007. The Policy hubungan kekuasaan dalam proses penyusunan Science at the Crossroads. dalam Hand Book

Kuno Pertengahan Pencerahan Modern

Sumber Pen-getahuan

Mistis

Otoritas, ritual, filosopi

Metode ilmiah -

Rasionalistik

Metode ilmiah -Positivistik

Post modern

Metode Ilmiah -Post positivistik

Hubungan Ke-kuasaan

Otoriter Otoriter Demokratis Liberal Demokratis

Tabel 1. Sumber Pengetahuan Penyusunan Kebijakan Publik dan Hubungan Kekuasaan di Jaman Kuno sampai dengan Post Modern.

Page 12: Warta Cendana Edisi VIII No.1 2015 - Badan Litbang dan ... · jenis perkutut-dara-merpati (dove-pigeon), Kegiatan memelihara burung di Indonesia burung-burung berbulu indah dan jenis

2120

sebagai Tanaman Hias

Edisi VIII No.1 Juni 2015Edisi VIII No.1 Juni 2015

Oleh : Oskar K. Oematan dan Nithanel M.H. Benu

| FO

KUS

|

of Public Policy Analysis, Theory, Politics, Nugroho, R., 2009. Public Policy. Jakarta: PT Elex and Methods. Diedit oleh Fischer, F., Miller, Media Komputindo. G.J. and Sidney, M.S., New York: CRC Press Nurtjahjo, H. 2008. Filsafat Demokrasi. Jakarta: Taylor & Francis Group. Bumi Aksara.

Dunn, W.N., 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Suharto, E., 2005. Membangun Masyarakat Publik. Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah Memberdayakan Rakyat. Kajian Strategis Mada University Press. Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan

Haajer, M. and Wagenaar, H., 2003. Deliberative Pekerja Sosial. Bandung: Refika Aditama. Policy Analisys, Understanding Governance Syakrani dan Syahriani, 2009. Implementasi in the Network Society. Cambrige: Cambrige Otonomi Daerah dalam Perspektif Good University Press. Governance. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hummel, F.C., 1984. Forest Policy, A Contribution to Resource Development. Natherland: Martinus Nijhoff/Dr W. Junk Publisher. The Hague.

Mengenal Tope (Platycerium sp.)

Page 13: Warta Cendana Edisi VIII No.1 2015 - Badan Litbang dan ... · jenis perkutut-dara-merpati (dove-pigeon), Kegiatan memelihara burung di Indonesia burung-burung berbulu indah dan jenis

2322 Edisi VIII No.1 Juni 2015Edisi VIII No.1 Juni 2015

pada benda atau tumbuhan lain yang menjadi inang dapat bercabang-cabang mendua dan dapat atau bersifat epifit. Di Daerah Timor (Dawan), mencapai panjang satu meter bahkan lebih, tanaman ini disebut dengan nama Tope yang tergantung jenisnya. Platycerium dapat memiliki memiliki perawakan menyerupai tanduk rusa posisi daun fertil yang menjuntai hingga 2,5 m. Spora terbalik. Tope sangat menyukai tempat yang terdapat pada sporangia yang terlindung oleh sorus langsung memperoleh sinar matahari. yang tumbuh menggerombol di sisi bawah ental Klasifikasi tumbuhan tope : fertil, menyebabkan flek berwarna coklat pada

Kingom : Plantae daun. Divisi : PteridophytaKelas : Pteridopsida Daftar PustakaOrdo : Polypodiales Mogea, J.P.D. Ganda Widjaja, H. Wiriadianata, Genus : Platycerium Rusly E. Nasution dan Irawati. 2001.

Adapun ciri morfologi tumbuhan tope yaitu sebagai Tumbuhan Langka Indonesia. Puslitbang Epifit sejati, dengan akar lunak bergerombol yang Biologi LIPI . Bogormelekat di batang pohon lain atau bebatuan. Akar Peneng, I. N, Darma, I.D.P. 2007. Inventarisasi ini tumbuh pada rimpang lunak namun liat dan sulit Tumbuhan Paku di Kawasan Taman Nasional dipotong dan tumbuh pendek, cenderung tidak Lawangi-wanggameti Sumba Timur, menjalar. Ental agak tebal, tumbuh dari rimpang, Waingapu, NTT. Biodiversitas Vol. 8 (1).dengan dua tipe bentuk: tipe steril yang melebar Sastrapraja, S. Afriastin, J.J. Darmaedi, D., dan menutupi rimpang berbentuk perisai dan tipe fertil Widjaya, E. A. 1979. Jenis Paku Indonesia, yang menjuntai berfungsi sebagai pembawa spora Lembaga Biologi Nasional (LBN)- LIPI.yang terletak di sisi bawah daun. Ental steril Whitmore, T. C., I. G. M. Tantra., U. Sutisna. 1989. biasanya bercangap ke atas dan dapat "menangkap" The Flora of Indonesia Check List for sisa-sisa daun tanaman inang sehingga menjadi Bali, Nusa Tenggara And Timor. Pusat humus yang terperangkap pada bagian dalam Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, perisai. Dengan demikian, ental ini memiliki fungsi Badan Penelitian dan Pengembangan pelindung rimpang dan menyediakan lingkungan Kehutanan. Bogor.lembab dan hara bagi akar. Ental yang menjuntai

Tumbuhan paku termasuk tumbuhan habitat maupun pemanfaatan lainya antara lain: tertua di dunia karena ditemukan sebagai fosil Peranan tumbuhan paku sangat besar dengan dalam batu berusia 420 juta tahun lalu. Fosil memiliki fungsi ekologis dan ekonomis. Peranan tumbuhan paku dari zaman karbon, sekitar 268-360 nilai ekologinya sebagai penutup tanah (tumbuhan juta tahun lalu merupakan penyusun sebagaian bawah) yang berfungsi menjaga keseimbangan besar batu bara. Tumbuhan paku merupakan ekosistem hutan, membantu pengaturan tata air tumbuhan darat yang memiliki akar, batang, daun dan mencegah erosi tanah. Nilai ekonomis yang jelas. Oleh sebab itu tumbuhan paku tergolong tumbuhan paku terutama sebagai Tumbuhan hias Cormophyta berspora. Tumbuhan paku karena susunan daunnya yang indah, sebagai digolongkan dalam tumbuhan tingkat rendah sayuran dan obat-obatan tradisional.meskipun tubuhnya memiliki kormus serta Tumbuhan Tope a t au ke lompok memupunyai sistem pembuluh tetapi tidak Pteridophyta merupakan salah satu flora yang menghasilkan biji dan alat perkembangbiakan yang memil ik i s i fa t khas dan unik , d imana utama adalah spora. penyebarannya dapat di jumpai pada tepi pantai

Tumbuhan paku-pakuan merupakan sampai pegunungan , serta habitatnya di daerah tumbuhan tingkat rendah yang memiliki yang lembab, tumbuh di tanah (terestrial), sebagai karakteristik dan keunikan tersendiri dibandingkan epifit, dan akuatik. Tumbuhan Tope (Platycerium dengan organisme atau tumbuhan lainnya. Selain sp.) termasuk salah satu jenis paku-pakuan dalam itu, terdapat cukup banyak spesies atau genera pada famili Polypodiaceae, tumbuhan ini dapat di divisi pterydophyta yang kesemuanya memiliki gunakan sebagai Tumbuhan hias karena memiliki peranan tersendiri dalam ekosistem, bahkan dapat juntaian daun yang indah. Tope (Platycerium sp.) dimanfaatkan untuk manusia sebagai bahan baku merupakan Tumbuhan yang hidupnya menempel pembuatan barang k e r a j i n a n , d i m a n f a a t k a n sebagai tanaman hias yang memiliki nilai estetika dan lain sebagainya. H a l t e r s e b u t m e m u d a h k a n m a s y a r a k a t mengenali jenis-jenis tumbuhan paku te r sebut . Sangat pent ing untuk mengetahui l e b i h d a l a m tumbuhan paku p e r l u d i i d e n t i f i k a s i , deskripsi,tempat t u m b u h a t a u

Keterangan: Tumbuhan Tope muda dan dewasa yang menempel pada cabang pohon usapi (Schleichera oleosa Merr.) di Kampung Muke.Sumber: Benu, 2012

Page 14: Warta Cendana Edisi VIII No.1 2015 - Badan Litbang dan ... · jenis perkutut-dara-merpati (dove-pigeon), Kegiatan memelihara burung di Indonesia burung-burung berbulu indah dan jenis

2524

Kegiatan penanaman dalam rangka memperingati Hari Menanam Pohon Indonesia bersama seluruh karwayan/i Balai Penelitian Kehutanan di stasiun Penelitian Oelsonbai Kupang

Kegiatan penanaman dalam rangka memperingati Hari Menanam Pohon Indonesia bersama seluruh karwayan/i Balai Penelitian Kehutanan di stasiun Penelitian Oelsonbai Kupang

Edisi VIII No.1 Juni 2015Edisi VIII No.1 Juni 2015

| |

GALE

RI P

ERIS

TIW

A

Kegiatan penanaman dalam rangka memperingati Hari Menanam Pohon Indonesia bersama seluruh karwayan/i Balai Penelitian Kehutanan di stasiun Penelitian Oelsonbai Kupang

Kegiatan penanaman dalam rangka memperingati Hari Menanam Pohon Indonesia bersama seluruh karwayan/i Balai Penelitian Kehutanan di stasiun Penelitian Oelsonbai Kupang

Page 15: Warta Cendana Edisi VIII No.1 2015 - Badan Litbang dan ... · jenis perkutut-dara-merpati (dove-pigeon), Kegiatan memelihara burung di Indonesia burung-burung berbulu indah dan jenis

2726

Serangkaian kegiatan memperingati Hari Bhakti Rimbawan ke 32 Tahun 2015

Serangkaian kegiatan memperingati Hari Bhakti Rimbawan ke 32 Tahun 2015

Edisi VIII No.1 Juni 2015Edisi VIII No.1 Juni 2015

Serangkaian kegiatan memperingati Hari Bhakti Rimbawan ke 32 Tahun 2015

Serangkaian kegiatan memperingati Hari Bhakti Rimbawan ke 32 Tahun 2015

Page 16: Warta Cendana Edisi VIII No.1 2015 - Badan Litbang dan ... · jenis perkutut-dara-merpati (dove-pigeon), Kegiatan memelihara burung di Indonesia burung-burung berbulu indah dan jenis

28

BAHASA Naskah artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia, memuat tulisan bersifat popular/semi ilmiah dan bersifat informatif.

FORMAT Naskah diketik diatas kertas kuarto putih pada satu permukaan dengan 2 spasi. Pada semua tepi kertas disisakan ruang kosong minimal 3,5 cm.

JUDUL Judul dibuat tidak lebih dari 2 baris dan harus mencerminkan isi tulisan. Nama penulis dicantum-kan dibawah tulisan.

FOTO Foto harus mempunyai ketajaman yang baik, diberi judul dan keterangan pada gambar.

GAMBAR GARISGrafik atau ilustrasi lain yang berupa gambar diberi garis harus kontas dan dibuat dengan tinta hitam. Setiap gambar garsi harus diberi nomor, judul dan keterangan yang jelas dalam bahasa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA Daftar Pustaka yang dirujuk harus disusun menurut abjad nama pengarang dengan mencantum-kan tahun penerbitan, sebagai berikut :

Allan, J.E. 1961. The Determination of Copper by atomic Absorbstion of spectrophotometry. Spec-tophotometrim Acta (17), 459-466.

PETUNJUK BAGI

PENULIS

Pula

u K

anaw

a, N

usa Te

nggara

Tim

ur

sourc

e : d

inacils

.files.w

ord

pre

ss.c

om

Edisi VIII No.1 Juni 2015