rett syndrome full

21
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan perkembangan pervasif atau disebut juga Pervasive Developmental Disorder (PDD) merupakan kelompok gangguan yang ditandai dengan terganggunya interaksi sosial yang timbal-balik secara kualitatif, kelainan perkembangan bahasa dan pola komunikasi, serta minat dan aktivitas yang terbatas. PDD umumnya timbul pada anak sebelum berumur 3 tahun. Beberapa anak dengan PDD bisa tidak teridentifikasi hingga memasuki masa sekolah dikarenakan mereka umumnya tidak banyak menuntut, cenderung pasif dan tidak berkonflik dengan orang lain dikarenakan jarang melakukan hubungan sosial. Gangguan ini mempengaruhi banyak area perkembangan, bermanifestasi di awal kehidupan, dan menyebabkan disfungsi yang persisten. Salah satu PDD yang akan saya bahas disini adalah Sindrom Rett atau disebut juga Rett Syndrome (RS). 1,2 Rett Syndrome (RS) merupakan suatu sindroma yang tergolong ke dalam PDD. RS pertama sekali dilaporkan oleh Andreas Rett, seorang neurologis pediatrik yang berasal dari Austria, pada tahun 1966. RS timbul secara khusus pada perempuan dan bersifat degeneratif sehingga sebelum ditemukannya RS, banyak praktisi klinis yang

Upload: lanna-harumiya

Post on 01-Feb-2016

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Rett Syndrome, FULL, VERSION, buat, angela, supaya, yang, mencari, sindrom, rett, lainnya, tidak, zonk, hanya, mendapatkan, cover, doang, toh, isinya, juga, hanya, berdasarkan, dcm, iv, dan, ppdgj, semoga, bisa, diperlengkap, oleh, teman, teman, yang, lain, ya, terima, kasih, ilmu, jiwa, sakit, sakit jiwa, gila, ampun

TRANSCRIPT

Page 1: Rett Syndrome FULL

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gangguan perkembangan pervasif atau disebut juga Pervasive

Developmental Disorder (PDD) merupakan kelompok gangguan yang ditandai

dengan terganggunya interaksi sosial yang timbal-balik secara kualitatif, kelainan

perkembangan bahasa dan pola komunikasi, serta minat dan aktivitas yang

terbatas. PDD umumnya timbul pada anak sebelum berumur 3 tahun. Beberapa

anak dengan PDD bisa tidak teridentifikasi hingga memasuki masa sekolah

dikarenakan mereka umumnya tidak banyak menuntut, cenderung pasif dan tidak

berkonflik dengan orang lain dikarenakan jarang melakukan hubungan sosial.

Gangguan ini mempengaruhi banyak area perkembangan, bermanifestasi di awal

kehidupan, dan menyebabkan disfungsi yang persisten. Salah satu PDD yang akan

saya bahas disini adalah Sindrom Rett atau disebut juga Rett Syndrome (RS).1,2

Rett Syndrome (RS) merupakan suatu sindroma yang tergolong ke dalam

PDD. RS pertama sekali dilaporkan oleh Andreas Rett, seorang neurologis

pediatrik yang berasal dari Austria, pada tahun 1966. RS timbul secara khusus

pada perempuan dan bersifat degeneratif sehingga sebelum ditemukannya RS,

banyak praktisi klinis yang menganggap penyakit tersebut sebagai kelainan

neurologis. RS sendiri merupakan penyakit yang bersifat genetik, hal ini

dibuktikan dengan ditemukannya gen yang berhubungan langsung dengan RS

yaitu methyl-CpG Binding Protein-2 (MECP2).3

Meskipun baru dilakukan sedikit survei, namun survei yang tersedia

menunjukkan prevalensi 6 hingga 7 kasus RS per 100.000 anak perempuan dan

hal ini tidak menutup kemungkinan terjadinya peningkatan prevalensi kasus untuk

ke depannya3. Pada negara Indonesia sendiri, belum ada survei langsung yang

dilakukan terhadap RS sehingga berapa banyak jumlah kasus yang ditemukan

tidak dapat dipastikan secara pasti dan tidak menutup kemungkinan adanya

kesalahan diagnosis mengingat dekatnya gambaran klinis pada RS dengan

penyakit neurologis lainnya.

Page 2: Rett Syndrome FULL

2

Pedoman untuk mendiagnosa RS hingga saat ini masih menggunakan

kriteria diagnosa yang tertera pada buku DSM-IV-TR4. PAda negara Indonesia

sendiri, kriteria diagnosa untuk menegakkan RS masih menggunakan pedoman

PPDGJ-III1.

1.2. Tujuan

Tujuan dari pembuatan laporan kasus ini adalah untuk lebih mengerti dan

memahami tentang Sindroma Rett serta untuk memenuhi persyaratan dalam

mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Psikiatri,

Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.

1.3. Manfaat

Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis

dan pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara

umumnya agar dapat lebih mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai

Sindroma Rett.

Page 3: Rett Syndrome FULL

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Sindroma Rett (RS) merupakan sebuah gangguan perkembangan pervasif

yang mengenai substansia grisea serebri, hanya terjadi pada wanita dan timbul

sejak lahir. Sindrom ini bersifat progresif dan ditandai dengan tingkah laku

autistik, ataksia, demensia, kejang, dan kehilangan kegunaan tangan dengan

fungsi tertentu, dengan atrofi serebral, hiperamonemia ringan, dan penurunan

kadar amin biogenik. RS juga dikenal dengan nama cerebroatrophic

hyperammonemia.5

WHO dalam International Classification of Disease (ICD) mendefinisikan

RS sebagai suatu kondisi, yang sejauh ini ditemukan hanya pada perempuan,

dengan perkembangan awal yang normal, diikuti dengan kehilangan parsial atau

komplit pada kemampuan berbicara dan pada kemampuan dalam menggunakan

tangan, bersama dengan deselerasi pada perkembangan kepala, umumnya dengan

onset antara umur 7 hingga 24 bulan. Retardasi mental yang berat hampir selalu

menjadi hasil akhir dari perjalanan RS.6

2.2. Epidemiologi

Berdasarkan data dari Amerika Serikat, didapatkan bahwa RS diderita oleh

1 dari 23.000 anak perempuan yang dilahirkan per tahunnya, sementara secara

internasional, survei lama menyatakan bahwa ditemukan sebanyak 6-7 kasus per

100.000 anak perempuan per tahunnya.2,3 Namun pada beberapa negara tertentu

dilaporkan bahwa insidensi RS didapati sebanyak 1 dari 10.000 anak perempuan

didapati menderita RS per tahunnya. Didapati peningkatan yang signifikan secara

internasional dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Studi mortalitas

mendapatkan bahwa angka bertahan hidup pada anak berumur di atas 10 tahun

sangatlah rendah. 35 years Survival Rate pada pasien dengan RS didapati senilai

70%, namun bila diikuti dengan retardasi mental didapati nilai sebesar 27% saja.

Hingga saat ini penderita masih dominan perempuan dikarenakan RS merupakan

Page 4: Rett Syndrome FULL

4

X-linked.3 Di Indonesia masih belum terdapat studi epidemiologi tentang insidensi

dan prevalensi penderita RS secara nasional.

2.3. Etiologi

Berdasarkan penelitian pada tahun 1999, didapat bahwa RS merupakan

penyakit yang timbul akibat mutasi spesifik pada gen methyl-CpG Binding

Protein-2 (MECP2) yang terletak pada kromosom X. Mutasi tersebut umumnya

sporadik. Pada 10% kasus didapati pula mutasi pada gen CDKL5 ataupun FOXG1

yang juga diduga sebagai penyebab dari RS, namun pada beberapa kasus langka

dapat pula dijumpai tidak adanya mutasi gen. Hingga saat ini penelitian mengenai

etiologi RS masih terus dilakukan.3

2.4. Patofisiologi

RS merupakan penyakit yang diakibatkan oleh gangguan genetik, berupa

mutasi pada gen MECP2 yang terletak pada kromosom X, sehingga menyebabkan

gangguan perkembangan saraf (neurodevelopmental disorder) yang bersifat

progresif seumur hidup. Gejala dan keparahan mungkin bergantung gen cacat

yang diaktifkan dan jenis mutasi. Beberapa jenis mutasi telah ditemukan di 3

daerah pengkode gen MECP2, dengan jenis mutasi yang paling umum adalah

truncations dan missense protein. Mutasi ditemukan pada 80% RS klasik.3

Protein MECP2 dapat bertindak sebagai represor transkripsi atau aktivator

tergantung pada gen target. Pada 70% kasus, RS disebabkan oleh mutasi missense

4 (yaitu, R106W, R133C, T158M, R306C) dan 4 nonsense protein-truncating

mutations (yaitu, R168X, R255X, R270X, R294X), yang merupakan suatu

penghapusan besar, menimbulkan kerusakan gen yang signifikan sehingga

menghasilkan tingkat keparahan yang sangat besar.3

 Pada keadaan normal gen MECP2 mengkode protein (juga disebut MeCP2)

yang berikatan dengan methylated DNA dalam hubungannya dengan

corepressor. Hal ini menyebabkan aktivasi histone deacetylase. Mutasi pada gen

MECP2 menimbulkan hilangnya fungsi protein ini dan ekspresi protein yang tidak

teratur. Hal ini mempengaruhi perkembangan sistem saraf pada tahap awal

Page 5: Rett Syndrome FULL

5

kehidupan. Abnormalitas fungsi pada astrosit dijumpai RS dan hal ini mungkin

dikarenakan disfungsi pada gen MECP2.3 

2.5. Manifestasi Klinis

Manistasi klinis RS bervariasi dari anak ke anak. Beberapa bayi

menunjukkan tanda-tanda dari gangguan sejak lahir tanpa periode perkembangan

normal. Penderita lain memiliki gejala lebih ringan dan dapat mempertahankan

kemampuan untuk berbicara. Beberapa anak bahkan mengalami kejang-kejang.

Secara umum sindroma rett dibagi atas empat tahapan yang kesemuanya bersifat

progresif. 1,3,6 

Tahap pertama biasanya terabaikan. Pada sebagian besar kasus, onset

gangguan terjadi pada usia 7-24 bulan.1,6 Beberapa literatur bahkan menyatakan

bahwa onset timbul pada usia 6-18 bulan.3 Pola perkembangan awal tampak

normal ataupun mendekati normal. Pada bayi bisa dijumpai tanda-tanda berupa

kurangnya kontak mata dan mulai kehilangan minat bermain. Penundaan dalam

duduk dan merangkak juga dapat dijumpai. Hal ini diikuti pula dengan

perlambatan pertumbuhan kepala.1,3,6

Pada tahap kedua, kehilangan sebagian atau seluruhnya keterampilan

tangan dan berbicara yang telah didapat dapat dijumpai. 1,6 Gejala khas yang

paling menonjol adalah hilangnya kemampuan gerakan tangan yang bertujuan

dan keterampilan manipulatif dari motorik halus yang terlatih (fine motoric

skills) disertai dengan kehilangan atau hambatan perkembangan bahasa. Gejala

khas lainnya adalah gerakan seperti mencuci tangan yang stereotipik dengan

fleksi lengan di depan dada atau dagu dan membasahi tangan secara stereotipik

dengan ludah, adanya hambatan dalam mengunyah makanan yang baik, sering

terjadi episode hiperventilasi, hampir selalu gagal dalam pengaturan buang air

besar dan buang air kecil, serta sering terdapat penjuluran lidah dan air liur yang

menetas.1 Kehilangan ikatan sosial kerap terjadi pada anak-anak dengan RS.

Secara khas, anak tetap dapat menunjukkan senyum social (social smile) dan

menatap sesorang dengan kosong, namun hal ini tidak diikuti dengan adanya

interaksi sosial.1,2,3

Page 6: Rett Syndrome FULL

6

Pada perkembangan selanjutnya, memasuki tahap ketiga (umur 2-10 tahun)

perkembangan pada tingkah laku, penggunaan tangan, dan kemampuan

komunikasi-interaksi dapat dijumpai. Pasien bisa melakukan kontak mata

dengan baik dan mampu menyatakan keinginannya dengan cara berkomunikasi

semampu dia. Meskipun terjadi perkembangan yang baik, gangguan mental dan

gerakan tangan stereotipik dapat terus terjadi.3 Cara berdiri dan berjalan yang

cenderung melebar (broad-based), otot-otot yang hipotonik, koordinasi gerak

tubuh yang memburuk (ataksia), serta skoliosis atau kifoskoliosis dapat

dijumpai. Pada lebih dari 50% kasus dapat dijumpai atrofi spinal dengan

disabilitas motorik yang berat pada saat remaja atau dewasa.1,2,3 Spastisitas dan

rigiditas dapat timbul dimana hal ini umumnya terjadi pada ekstremitas bawah

dibandingkan dengan ekstremitas atas. Serangan epileptik yang mendadak

(epileptic fits) dalam bentuk yang kecil-kecil dapat timbul sebelum usia

penderita mencapai 8 tahun. Kedua hal ini terjadi pada sebagian besar kasus.

Pemberian makan dapat menjadi masalah pada pasien dengan RS dikarenakan

adanya disfungsi motorik oral. 3

Pada tahap keempat (>10 tahun) umumnya tidak dijumpai lagi deteriorasi

dari kemampuan kognitif, komunikasi, dan penggunaan tangan. Gangguan pada

fungsi motorik masih dapat dijumpai termasuk gejala-gejala seperti Parkinson.

Beberapa pasien dapat kehilangan kemampuan berjalan yang diakibatkan

spastisitas dan disabilitas motorik pada ekstremitas bawah yang menetap.

Episode kejang umumnya didapati berkurang. 3

2.6. Kriteria Diagnosis

Diagnosis dari RS ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis yang timbul.

Untuk memudahkan penegakkan diagnosis, DSM-IV-TR menyusun suatu kriteria

diagnosis RS. Di negara Indonesia sendiri, panduan dari PPDGJ-III digunakan

untuk menegakkan diagnosis RS namun kriteria diagnosisnya tidaklah jauh

berbeda dengan kriteria dari DSM-IV-TR. Kriteria diagnosis RS berdasarkan

DSM-IV-TR adalah sebagai berikut2,4 :

Page 7: Rett Syndrome FULL

7

Tabel 2.1. Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR Sindroma Rett

A. Semua hal berikut ini :

1. Perkembangan prenatal dan perinatal tampak normal

2. Perkembangan psikomoto tampak normal pada 5 bulan pertama setelah lahir

3. Lingkar kepala normal saat lahir

B. Onset semua hal ini setelah periode perkembangan normal :

1. Pertumbuhan kepala yang melambat antara usia 5-48 bulan

2. Hilangnya ketrampilan tangan yang bertujuan yang telah dicapai sebelumnya

pada usia antara 5 dan 30 bulan, dan kemudian timbul gerakan tangan

stereotipik

3. Hilangnya keterikatan sosial di awal perjalanan gangguan (meskipun interaksi

sosial sering terjadi kemudian)

4. Munculnya langkah yang terkoordinasi dengan buruk atau gerakan batang

tubuh

5. Perkembangan bahasa reseptif dan ekspresif yang sangat terganggu dengan

retardasi psikomotor yang berat.

2.7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk membantu dalam

menegakkan diagnosis ataupun menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan

genetik untuk memeriksa sekuensi gen MECP2 dianjurkan pada pasien berjenis

kelamin perempuan yang memiliki manifestasi klinis seperti RS. Bila didapati

hasilnya positif terjadi mutasi spesifik pada gen MECP2, pemeriksaan

laboratorium lebih lanjut tidak perlu dilakukan lagi. Bila hasil yang didapat

negatif, maka pemeriksaan lebih lanjut perlu dilakukan seperti pemeriksaan serum

laktat, ammonia, piruvat, dan asam amino serta asam organic urin dan studi

kromosom.3 Pemeriksaan seperti ini mungkin sulit dilakukan di Indonesia

dikarenakan keterbatasan biaya, peralatan, dan tenaga medis yang mumpuni

sehingga melakukan pemeriksaan di tempat yang mumpuni cukup dianjurkan.

Pemeriksaan lain seperti pemeriksaan pencintraan Neuroimaging dapat

membantu. Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat membantu untuk

Page 8: Rett Syndrome FULL

8

menyingkirkan diagnosis banding dari pasien dengan RS. Pada pasien RS sendiri

dapat dijumpai adanya penurunan ada ukuran korteks serebri, atrofi serebellar,

dan penurunan berat total daripada jaringan otak. 3

Pada pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) dapat dijumpai gelombang T

inverted dan Interval QT yang memanjang. Dapat pula dijumpai nilai denyut

jantung yang rendah pada sebagian besar pasien. Pada pemeriksaan

elektroensefalografi (EEG) hasil yang abnormal umum dijumpai terutama pada

bagian epileptiform.3

2.8. Diagnosis Banding

Beberapa anak dengan gangguan Rett mendapatkan diagnosis awal

gangguan autistik karena adanya ketidakmampuan yang jelas dalam interaksi

sosial pada gangguan tersebut. Tetapi kedua gangguan memiliki perbedaan yang

dapat diramalkan. Pada gangguan Rett, anak menunjukkan pemburukan kejadian

perkembangan, lingkaran kepala, dan pertumbuhan keseluruhan; pada gangguan

autistik; penyimpangan perkembangan pada sebagian besar kasus terjadi sejak

awal. Pada gangguan Rett, gerakan tangan yang spesifik dan karakteristik selalu

ditemukan; pada gangguan autistik, berbagai manerisme tangan mungkin terjadi

atau tidak. Koordinasi yang buruk, ataksia, dan apraksia, merupakan bagian dari

gangguan Rett yang ditemukan; banyak orang dengan gangguan autistik meiliki

fungsi motorik kasar yang tidak istimewa. Pada gangguan Rett, kemampuan

verbal biasanya hilang sama sekali; pada gangguan autistik, pasien menggunakan

bahasa yang menyimpang secara karakteristik. Iregularitas pernafasan adalah

karakteristik untuk gangguan Rett, dan kejang seringkali ditemukan sejak awal;

pada gangguan autistik, tidak ada disorganisasi pernafasan yang ditemukan, dan

kejang tidak berkembang pada sebagian besar pasien; jika kejang berkembang,

kemungkinan lebih sering terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa

anak-anak.2

Page 9: Rett Syndrome FULL

9

2.9. Penatalaksanaan

Terapi ditujukan pada intervensi gejala. Fisioterapi memberikan keuntungan

untuk disfungsi otot, dan terapi antikonvulsan biasanya diperlukan untuk

mengendalikan episode bangkita. Terapi perilaku, sama dengan obat, dapat

membantu untuk mengendalikan perilaku mencederai diri, seperti di dalam terapi

gangguan autistic, serta dapat membantu mengatur ketidakteraturan pernafasan.

Terapi fisik juga dapat membantu mempertahankan kemampuan berjalan,

mengatur keseimbangan dan fleksibilitas. Terapi okupasi (occupational therapy)

dapat membantu dalam penggunaan tangan. Terapi wicara dapat membantu

meningkatkan kualitas kehidupan anak dengan cara mengajarkan cara-cara

berkomunikasi nonverbal. Pemberian gizi yang tepat sangat penting bagi

pertumbuhan normal dan untuk meningkatkan fungsi mental serta sosial penderita

RS. Konsumsi lemak tinggi dan makanan berkalori tinggi umumnya diperlukan.

Pemberian nutrisi juga dapat diberikan melalui hidung via pipa nasogastrik bila

terjadi difungsi motorik oral yang sudah cukup sulit.2,3

2.10. Prognosis

Faktanya, RS merupakan penyakit yang progresif. Prognosis bervariasi pada

setiap pasien dan tidak benar-benar diketahui. Pasien yang hidup hingga masa

dewasa tetap memiliki tingkat sosial dan kognitif yang setara pada saat tahun

pertama kehidupannya. Umumnya pasien bertahan hidup hingga umur 40-50

tahun dengan tingkat deteriorisasi yang bervariasi namun secara umum dijumpai

kemampuan komunikasi dan motorik yang lebih baik daripada tahun pertama

kehidupannya. Hasil studi 35 years Survival Rate untuk pasien dengan RS

didapati 70% namun bila diikuti dengan retardasi mental, nilai yang didapat

menjadi 27%. Lebih dari 50% pasien bertahan hidup hingga usia dewasa.

Kematian pada pasien RS dapat timbul mendadak, terutama ketika sedang tidur.1,3.

Page 10: Rett Syndrome FULL

10

BAB 3

KESIMPULAN

Rett’s Syndrome (RS) merupakan penyakit gangguan perkembangan

pervasif yang mengenai substansia grisea serebri dan telah timbul sejak lahir.

Sindrom ini bersifat progresif dan ditandai dengan tingkah laku autistik, ataksia,

demensia, kejang, dan kehilangan kegunaan tangan dengan fungsi tertentu. RS

disebabkan oleh mutasi pada gen MECP2 yang terletak pada kromosom X

sehingga penyakit ini hanya dijumpai pada wanita. Diagnosis ditegakkan

berdasarkan identifikasi daripada manifestasi klinis sementara pemeriksaan

penunjang yang dapat membantu penegakan diagnosis adalah melalui

pemeriksaan genetik, yaitu ditemukannya mutasi pada gen MECP2. Belum

ditemukan adanya terapi spesifik terhadap RS sehingga sejauh ini terapi yang

dilakukan hanyalah terapi suportif, baik menggunakan obat-obatan dan

menggunakan metode rehabilitatif untuk meningkatkan kualitas hidup penderita.

Prognosis dari penyakit ini berdasarkan 35 years survival rate adalah 70% dan

bila diikuti dengan adanya retardasi mental nilai yang didapat adalah 27%.

Page 11: Rett Syndrome FULL

11

BAB 4

SARAN

Saran yang dapat diberikan kepada penderita RS, terutama kepada keluarga

pasien adalah agar pasien dan keluarga pasien dapat bersabar dengan kondisi yang

dialami pasien dan kooperatif dalam melakukan penatalaksanaan yang telah

disusun oleh dokter.

Saran yang dapat diberikan kepada praktisi klinis adalah agar mampu

mendiagnosis RS dengan tepat, dalam hal ini dokter harus mengetahui manifestasi

klinis dan perjalanan penyakit daripada RS sehingga dapat merencanakan terapi

yang diberikan kepada pasien, dan mampu mengedukasi pasien agar mengetahui

tentang kondisi pasien dan mau bekerjasama dalam menangani kondisi pasien.

Hal-hal ini perlu dilakukan agar dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan

mencegah terjadinya komplikasi daripada RS itu sendiri.

Page 12: Rett Syndrome FULL

12

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim, Rusdi. 2001. F84 Gangguan Perkembangan Pervasif. Dalam : Maslim, Rusdi, editor. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta : PT. Nuh Jaya. hal. 129-130

2. Sadock, B.J., Sadock, V.A. 2007. Pervasive Developmental Disorder. Dalam : Grebb, J.A., Pataki, C.S., dan Sussman, N., editor. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. Philadelpia : Lippincott Williams & Wilkins. hal. 1191.

3. Bernstein, B., et al. 2011. Rett Syndrome. Dalam : Pataki, C.S., editor. Medscape Reference Drugs, Diseases, & Procedures. New York. Didapat dari : http://emedicine.medscape.com/article/916377-overview#showall [diakses pada tanggal 21 Agustus 2011]

4. American Psychiatric Association. 2000. 299.80 Rett’s Disorder. Dalam : Campbell, M., Shaeffer, D., editor. Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorders Fourth Edition Text Revision (DSM-IV-TR). Washington : R.R. Donneley & Sons Company. hal. 76-77

5. Dorland, W.A., 2002. S : Syndrome. Dalam : Henni, K., Huriawati, H., Ivo, N.S., et al, editor. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. hal. 2148

6. WHO. 2007. F84.2. Rett’s Syndrome. Dalam : WHO, editor. International Classification of Disease 10. Geneva, Switzerland. Didapat dari :http://apps.who.int/classifications/apps/icd/icd10online/?gf80.htm+f84 [diakses pada tanggal 21 Agustus 2011]

Page 13: Rett Syndrome FULL

13

RETT SYNDROME

Rett syndrome (RS) is a pervasive developmental disorder first reported in 1966 by Andreas Rett, an Austrian pediatric neurologist. Rett syndrome occurs almost exclusively in females and has a typically degenerative course. Before the discovery of Rett syndrome, incidents were mistaken for many other neurologic disorders, especially in females. The specific mutation on the gene related to Rett syndrome (methyl-CpG binding protein-2 [MECP2]) was identified late in 1999. Patients with Rett syndrome initially have seemingly healthy development. However, in retrospect, girls are frequently reported to have been placid as infants, with low tone and subtle slowing of development. An early clinical feature is deceleration of head growth that begins when the individual is aged 2-4 months. A period of developmental stagnation is followed by a period of regression. Males with this disorder also manifest a spectrum of symptomatology, ranging from severe congenital encephalopathy, dystonia apraxia, and retardation to psychiatric illness with mild mental retardation. Individuals who are less severely affected may tolerate or even prefer interpersonal contact, show affection to others, and suffer from learning disabilities and speech fragmentation related to breathing irregularity.

Rett syndrome can be differentiated into two types—classic or variant. At least 200 different mutations have been found to be associated with the disease, including missense and truncating mutations. The common BDNF polymorphism may modify disease severity in Rett syndrome, and the severity of the phenotype varies depending on the MECP2 mutation type and locations. The BDNF functional polymorphism (p.Val66Met; valine substitution with methionine at codon 66) may protect against early seizures in Rett syndrome.

The regression phase in individuals with Rett syndrome may occur acutely over a period of days or, more insidiously, over months. Regression is characterized by loss of purposeful hand skills and oral language and the development of hand stereotypies and gait dyspraxia. Other problems include breath holding and apnea during wakefulness with normal breathing during sleep, epilepsy, oral-motor dysfunction with gut motility problems (eg,constipation, gastroesophageal reflux [GER]), scoliosis, autonomic dysfunction (cold, blue extremities), and somatic growth failure. During the regression period, individuals with Rett syndrome demonstrate screaming episodes, sleep disturbances, and poor social interactions.

Following the regression period, people with Rett syndrome demonstrate no further cognitive decline, become more interactive with their environment and other persons, and may demonstrate some improvements in hand and communication skills. They progress through puberty and survive to adulthood; however, they never regain significant purposeful hand use or oral language skills.

Currently, diagnosis of Rett syndrome is made if the patient meets defined clinical criteria; molecular genetic testing does not make the diagnosis, although mutations in the MECP2 gene are frequently identified in individuals meeting the clinical criteria for this diagnosis. However, as many as 20% of females who meet the full clinical criteria for Rett syndrome may have no identified mutation. Because no cure is available, treatment is palliative and supportive. A multidisciplinary approach to care for persons with Rett syndrome is recommended.

PathophysiologyRett syndrome is a genetic disorder of neurodevelopmental arrest rather than a progressive process. The gene for Rett syndrome is located on the X chromosome. Females with one mutated MECP2 gene are more likely to survive because one X chromosome is activated randomly in each cell. The symptoms and severity of Rett syndrome may depend on both the percentage of activated defective genes and the type of mutation. Multiple mutation types have been found in the 3 coding regions of the MECP2 gene, with most mutation types causing truncations and missense proteins. Mutations have been found in as many as 80% of analyzed cases of classic Rett syndrome. The MECP2 protein may act as a transcriptional repressor or activator depending on the target gene with which it associates

Page 14: Rett Syndrome FULL

14

F84.2. RETT’s SYNDROME

A condition, so far found only in girls, in which apparently normal early development is

followed by partial or complete loss of speech and of skills in locomotion and use of

hands, together with deceleration in head growth, usually with an onset between seven

and 24 months of age. Loss of purposive hand movements, hand-wringing stereotypies,

and hyperventilation are characteristic. Social and play development are arrested but

social interest tends to be maintained. Trunk ataxia and apraxia start to develop by age

four years and choreoathetoid movements frequently follow. Severe mental retardation

almost invariably results.