retensi urine

19
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG System syaraf dan system endokrin adalah cara bagian tubuh yang berbeda berkomunikasi. System syaraf dapat dibagi menjadi system syaraf pusat, yang terdiri atas jaras syaraf di otak dan medula spinalis, dan system syaraf perifer, yang terdiri atas syaraf yang mempersyarafi bagian tubuh lainnya. Koordinasi system syaraf pusat dan perifer memungkinkan kita bergerak,berbicara, berfikir, dan berespon. System syaraf manusia merupakan jalinan jaringan syaraf yang saling berhubungan, sangat khusus dan kompleks. System syaraf ini mengkoordinasikan, mengatur dan mengendalikan interaksi antara seorang individu dengan lingkungan skitarnya. System tubuh yang penting ini juga mengatur aktivitas sebagian besar system tubuh lainnya. Tubuh mampu berfungsi sebagai satu kesatuan yang harmonis karena pengaturan hubungan syaraf diantara berbagai system. Fenomena mengenai kesadaran, daya pikir, daya ingat, bahasa, sensasi dan gerakan semuanya berasal dari system ini. Oleh karena itu, kemampuan untuk memahami, belajar dan berespon terhadap rangsangan merupakan hasil dari integrasi fungsi system syaraf yang memuncak dalam kepribadian dan perilaku seseorang. Jika, di system syaraf mengalami gangguan secara biologis akan merspon yang akan ditandai oleh beberapa banyak penyakit diantaranya penyakit yang paling banyak diderita kalangan masyarakat yaitu stroke dan Rentensi Urine yang semakin lama kejadiannya semakin meningkat. Baik dari segi kwantitas maupun kwalitas dari segi sakitnya. Dampak itu sangat terasa pada individu karena gangguannya sangat khas sekali, dimana letak keluarnya darah yang keluar pada otak. Maka, ditempat itu pila yang akan didapat oleh orang tersebut. B. TUJUAN Mahasiswa mampu untuk memahami pengertian, etiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, penatalaksanaan, komplikasi dan asuhan keperawatan pada klien dengan retensi urin. C. MANFAAT 1. Bagi perawat Memberikan pengalaman dan pendidikan untuk meningkatan ilmu pengetahuan tentang gangguan urology dengan permasalah retensi urien. 2. Bagi masyarakat Memberikan pengetahuan dasar tentang semua hal yang akan diakibatkan oleh retensi urien. 3. Bagi pendidikan Sebagai masukan terhadap kurikulum yang telah diterapkan dan akan dilakukan perubahan yang berarti demi menghasilkan lulusan yang siap pakai . BAB II TINJAUAN TEORITIS A. PENGERTIAN

Upload: fadhilah-culan

Post on 26-Dec-2015

33 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Retensi Urine

BAB  IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGSystem syaraf dan system endokrin adalah cara bagian tubuh yang berbeda berkomunikasi. System syaraf dapat dibagi menjadi system syaraf pusat, yang terdiri atas jaras syaraf di otak dan medula spinalis, dan system syaraf perifer, yang terdiri atas syaraf yang mempersyarafi bagian tubuh lainnya. Koordinasi system syaraf pusat dan perifer memungkinkan kita bergerak,berbicara, berfikir, dan berespon. System syaraf manusia merupakan jalinan jaringan syaraf yang saling berhubungan, sangat khusus dan kompleks. System syaraf ini mengkoordinasikan, mengatur dan mengendalikan interaksi antara seorang individu dengan lingkungan skitarnya. System tubuh yang penting ini juga mengatur aktivitas sebagian besar system tubuh lainnya. Tubuh mampu berfungsi sebagai satu kesatuan yang harmonis karena pengaturan hubungan syaraf diantara berbagai system. Fenomena mengenai kesadaran, daya pikir, daya ingat, bahasa, sensasi dan gerakan semuanya berasal dari system ini. Oleh karena itu, kemampuan untuk memahami, belajar dan berespon terhadap rangsangan merupakan hasil dari integrasi fungsi system syaraf yang memuncak dalam kepribadian dan perilaku seseorang.

Jika, di system syaraf mengalami gangguan secara biologis akan merspon yang akan ditandai oleh beberapa banyak penyakit diantaranya penyakit yang paling banyak diderita kalangan masyarakat yaitu stroke dan Rentensi Urine yang semakin lama kejadiannya semakin meningkat. Baik dari segi kwantitas maupun kwalitas dari segi sakitnya. Dampak itu sangat terasa pada individu karena gangguannya sangat khas sekali, dimana letak keluarnya darah yang keluar pada otak. Maka, ditempat itu pila yang akan didapat oleh orang tersebut.

B. TUJUANMahasiswa mampu untuk memahami pengertian, etiologi, klasifikasi, tanda dan gejala,  penatalaksanaan, komplikasi dan asuhan keperawatan pada klien dengan retensi urin.

 

C. MANFAAT1.      Bagi perawat

Memberikan pengalaman dan pendidikan untuk meningkatan ilmu pengetahuan tentang gangguan urology dengan permasalah retensi urien.

2.      Bagi masyarakat

Memberikan pengetahuan dasar tentang semua hal yang akan diakibatkan oleh retensi urien.

3.      Bagi pendidikan

Sebagai masukan terhadap kurikulum yang telah diterapkan dan akan dilakukan perubahan yang berarti demi menghasilkan lulusan yang siap pakai .

 

BAB IITINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIANRetensi urine merupakan ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun terdapat keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut (Brunner & Suddarth, keperawatan medical bedah vol 2. 2001: EGC)

Page 2: Retensi Urine

Retensi Urien adalah penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan isinya, sehingga menyebabkan distensi dari vesika urinaria. Atau, retensi urine dapat pula merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap. Kandungan urine normal dalam vesika urinaria adalah sebesar 250-450 ml, dan sampai batas jumlah tersebut urine merangsang reflek untuk berkemih. Dalam keadaan distensi, vesika urinaria dapat menampung sebanyak 3000-4000 ml urine (Alimul Aziz, kebutuhan dasar manusia aplikasi konsep dan proses keperawatan. 2006: Salemba Medika).

Retensi urine adalah pengumpulan urine di dalam kandung kemih dan ketidakmampuan kandung untuk mengosongkannya. Karena produksi urine terus berlangsung, retensi menyebabkan distensi kandung kemih. Karena retensi urine, beberapa kandung kemih orang dewasa dapat mengalami distensi untuk menahan 3000-4000 ml urine. Peralatan baru dapat melakukan pemindaian kandung kemih dengan menggunakan ultrasound untuk menentukan volume kandung kemih tanpa menggunakan prosedur invasif, (Smith, l999).B. ANATOMI DAN FISIOLOGISKandung kemih berdinding otot polos yang terdiri dari dua bagian besar :Badan (corpus), merupakan bagian utama kandung kemih dimana urin berkumpul dan Leher (kollum), merupakan lanjutan dari badan yang berbentuk corong, berjalan secara inferior dan anterior ke dalam daerah segitiga urogenital dan berhubungan dengan uretra. Bagian yang lebih rendah dari leher kandung kemih disebut uretra posterior karena hubungannya dengan uretra. Otot polos kandung kemih disebut otot detrusor. Serat-serat ototnya meluas ke segala arah dan bila berkontraksi, dapat meningkatkan tekanan dalam kandung kemih menjadi 40 sampai 60 mmHg. Dengan demikian, kontraksi otot detrusor adalah langkah terpenting untuk mengosongkan kandung kemih. Sel-sel otot polos dari otot detrusor terangkai satu sama lain sehingga timbul aliran listrik berhambatan rendah dari satu sel otot ke sel otot lainnya. Oleh karena itu, potensial aksi dapat menyebar ke seluruh otot detrusor, dari satu sel otot ke sel otot berikutnya, sehingga terjadi kontraksi seluruh kandung kemih dengan segera. Pada dinding posterior kandung kemih, tepat diatas bagian leher dari kandung kemih, terdapat daerah segitiga kecil yang disebut Trigonum. Bagian terendah dari apeks trigonum adalah bagaian kandung kemih yang membuka menuju leher masuk kedalam uretra posterior, dan kedua ureter memasuki kandung kemih pada sudut tertinggi trigonum. Trigonum dapat dikenali dengan melihat mukosa kandung kemih bagian lainnya, yang berlipat-lipat membentuk rugae. Masing-masing ureter, pada saat memasuki kandung kemih, berjalan secara oblique melalui otot detrusor dan kemudian melewati 1 sampai 2 cm lagi dibawah mukosa kandung kemih sebelum mengosongkan diri ke dalam kandung kemih. Leher kandung kemih (uretra posterior) panjangnya 2 – 3 cm, dan dindingnya terdiri dari otot detrusor yang bersilangan dengan sejumlah besar jaringan elastik. Otot pada daerah ini disebut sfinter internal. Sifat tonusnya secara normal mempertahankan leher kandung kemih dan uretra posterior agar kosong dari urin dan oleh karena itu, mencegah pengosongan kandung kemih sampai tekanan pada daerah utama kandung kemih meningkat di atas ambang kritis.Setelah uretra posterior, uretra berjalan melewati diafragma urogenital, yang mengandung lapisan otot yang disebut sfingter eksterna kandung kemih. Otot ini merupakan otot lurik yang berbeda otot pada badan dan leher kandung kemih, yang hanya terdiri dari otot polos. Otot sfingter eksterna bekerja di bawah kendali sistem saraf volunter dan dapat digunakan secara sadar untuk menahan miksi bahkan bila kendali involunter berusaha untuk mengosongkan kandung kemih.

C. PERSYARAFAN DALAM PERKEMIHANPersarafan utama kandung kemih ialah nervus pelvikus, yang berhubungan dengan medula spinalis melalui pleksus sakralis, terutama berhubungan dengan medula spinalis segmen S-2 dan S-3. Berjalan melalui nervus pelvikus ini adalah serat saraf sensorik dan serat saraf motorik. Serat sensorik mendeteksi derajat regangan pada dinding kandung kemih. Tanda-tanda regangan dari uretra posterior bersifat sangat kuat dan terutama bertanggung jawab untuk mencetuskan refleks yang

Page 3: Retensi Urine

menyebabkan pengosongan kandung kemih. Saraf motorik yang menjalar dalam nervus pelvikus adalah serat parasimpatis. Serat ini berakhir pada sel ganglion yang terletak pada dinding kandung kemih. Saraf psot ganglion pendek kemudian mempersarafi otot detrusor. Selain nervus pelvikus, terdapat dua tipe persarafan lain yang penting untuk fungsi kandung kemih. Yang terpenting adalah serat otot lurik yang berjalan melalui nervus pudendal menuju sfingter eksternus kandung kemih. Ini adalah serat saraf somatik yang mempersarafi dan mengontrol otot lurik pada sfingter. Juga, kandung kemih menerima saraf simpatis dari rangkaian simpatis melalui nervus hipogastrikus, terutama berhubungan dengan segmen L-2 medula spinalis. Serat simpatis ini mungkin terutama merangsang pembuluh darah dan sedikit mempengaruhi kontraksi kandung kemih. Beberapa serat saraf sensorik juga berjalan melalui saraf simpatis dan mungkin penting dalam menimbulkan sensasi rasa penuh dan pada beberapa keadaan, rasa nyeri.

Transpor Urin dari Ginjal melalui Ureter dan masuk ke dalam Kandung Kemih. Urin yang keluar dari kandung kemih mempunyai komposisi utama yang sama dengan cairan yang keluar dari duktus koligentes, tidak ada perubahan yang berarti pada komposisi urin tersebut sejak mengalir melalui kaliks renalis dan ureter sampai kandung kemih. Urin mengalir dari duktus koligentes masuk ke kaliks renalis, meregangkan kaliks renalis dan meningkatkan pacemakernya, yang kemudian mencetuskan kontraksi peristaltik yang menyebar ke pelvis renalis dan kemudian turun sepanjang ureter, dengan demikian mendorong urin dari pelvis renalis ke arah kandung kemih. Dinding ureter terdiri dari otot polos dan dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis seperi juga neuron-neuron pada pleksus intramural dan serat saraf yang meluas diseluruh panjang ureter. Seperti halnya otot polos pada organ viscera yang lain, kontraksi peristaltik pada ureter ditingkatkan oleh perangsangan parasimpatis dan dihambat oleh perangsangan simpatis. Ureter memasuki kandung kemih menembus otot detrusor di daerah trigonum kandung kemih. Normalnya, ureter berjalan secara oblique sepanjang beberapa cm menembus dinding kandung kemih. Tonus normal dari otot detrusor pada dinding kandung kemih cenderung menekan ureter, dengan demikian mencegah aliran balik urin dari kandung kemih waktu tekanan di kandung kemih meningkat selama berkemih atau sewaktu terjadi kompresi kandung kemih. Setiap gelombang peristaltik yang terjadi di sepanjang ureter akan meningkatkan tekanan dalam ureter sehingga bagian yang menembus dinding kandung kemih membuka dan memberi kesempatan urin mengalir ke dalam kandung kemih.

Pada beberapa orang, panjang ureter yang menembus dinding kandung kemih kurang dari normal, sehingga kontraksi kandung kemih selama berkemih tidak selalu menimbulkan penutupan ureter secara sempurna. Akibatnya, sejumlah urin dalam kandung kemih terdorong kembali kedalam ureter, keadaan ini disebut refluks vesikoureteral. Refluks semacam ini dapat menyebabkan pembesaran ureter dan, jika parah, dapat meningkatkan tekanan di kaliks renalis dan struktur-struktur di medula renalis, mengakibatkan kerusakan daerah ini.

Sensasi rasa nyeri pada Ureter dan Refleks Ureterorenal. Ureter dipersarafi secara sempurna oleh serat saraf nyeri. Bila ureter tersumbat (contoh : oleh batu ureter), timbul refleks konstriksi yang kuat sehubungan dengan rasa nyeri yang hebat. Impuls rasa nyeri juga menyebabkan refleks simpatis kembali ke ginjal untuk mengkontriksikan arteriol-arteriol ginjal, dengan demikian menurunkan pengeluaran urin dari ginjal. Efek ini disebut refleks ureterorenal dan bersifat penting untuk mencegah aliran cairan yang berlebihan kedalam pelvis ginjal yang ureternya tersumbat.

1. Refleks BerkemihMerujuk kembali pada pembahsan yang di atas, kita dapat mengetahui bahwa selama kandung kemih terisi, banyak yang menyertai kontraksi berkemih mulai tampak, seperti diperlihatkan oleh gelombang tajam dengan garis putus-putus. Keadaan ini disebabkan oleh refleks peregangan yang dimulai oleh reseptor regang sensorik pada dinding kandung kemih, khususnya oleh reseptor pada uretra posterior ketika daerah ini mulai terisi urin pada tekanan kandung kemih yang lebih tinggi. Sinyal sensorik dari

Page 4: Retensi Urine

reseptor regang kandung kemih dihantarkan ke segmen sakral medula spinalis melalui nervus pelvikus dan kemudian secara refleks kembali lagi ke kandung kemih melalui serat saraf parasimpatis melalui saraf yang sama ini.

Ketika kandung kemih hanya terisi sebagian, kontraksi berkemih ini biasanya secara spontan berelaksasi setelah beberapa detik, otot detrusor berhenti berkontraksi, dan tekanan turun kembali ke garis basal. Karena kandung kemih terus terisi, refleks berkemih menjadi bertambah sering dan menyebabkan kontraksi otot detrusor lebih kuat. Sekali refleks berkemih mulai timbul, refleks ini akan “ menghilang sendiri. “ Artinya, kontraksi awal kandung kemih selanjutnya akan mengaktifkan reseptor regang untuk menyebabkan peningkatan selanjutnya pada impuls sensorik ke kandung kemih dan uretra posterior, yang menimbulkan peningkatan refleks kontraksi kandung kemih lebih lanjut, jadi siklus ini berulang dan berulang lagi sampai kandung kemih mencapai kontraksi yang kuat. Kemudian, setelah beberapa detik sampai lebih dari semenit, refleks yang menghilang sendiri ini mulai melemah dan siklus regeneratif dari refleks miksi ini berhenti, menyebabkan kandung kemih berelaksasi.

Jadi refleks berkemih adalah suatu siklus tunggal lengkap dari :Peningkatan tekanan yang cepat dan progresif Periode tekanan dipertahankan dan Kembalinya tekanan ke tonus basal kandung kemih. Sekali refleks berkemih terjadi tetapi tidak berhasil mengosongkan kandung kemih, elemen saraf dari refleks ini biasanya tetap dalam keadaan terinhibisi selama beberapa menit sampai satu jam atau lebih sebelum refleks berkemih lainnya terjadi. Karena kandung kemih menjadi semakin terisi, refleks berkemih menjadi semakin sering dan semakin kuat. Sekali refleks berkemih menjadi cukup kuat, hal ini juga menimbulkan refleks lain, yang berjalan melalui nervus pudendal ke sfingter eksternus untuk menghambatnya. Jika inhibisi ini lebih kuat dalam otak daripada sinyal konstriktor volunter ke sfingter eksterna, berkemih pun akan terjadi. Jika tidak, berkemih tidak akan terjadi sampai kandung kemih terisi lagi dan refleks berkemih menjadi makin kuat.D. PERANGSANG ATAU PENGHAMBAT BERKEMIH OLEH OTAKRefleks berkemih adalah refleks medula spinalis yang seluruhnya bersifat autonomik, tetapi dapat dihambat atau dirangsang oleh pusat dalam otak.

Pusat-pusat ini antara lain :Pusat perangsang dan penghambat kuat dalam batang otak, terutama terletak di pons dan Beberapa pusat yang terletak di korteks serebral yang terutama bekerja sebagai penghambat tetapi dapat juga menjadi perangsang. Refleks berkemih merupakan dasar penyebab terjadinya berkemih, tetapi pusat yang lebih tinggi normalnya memegang peranan sebagai pengendali akhir dari berkemih seperti berikut : Pusat yang lebih tinggi menjaga secara parsial penghambatan refleks berkemih kecuali jika persitiwa berkemih dikehendaki. Pusat yang lebih tinggi dapat mencegah berkemih, bahkan jika refleks berkemih timbul, dengan membuat kontraksi tonik terus menerus pada sfingter eksternus kandung kemih sampai mendapatkan waktu yang baik untuk berkemih. Jika tiba waktu untuk berkemih, pusat kortikal dapat merangsang pusat berkemih sakral untuk membantu mencetuskan refleks berkeih dan dalam waktu bersamaam menghambat sfingter eksternus kandung kemih sehingga peristiwa berkemih dapat terjadi. Berkemih di bawah keinginan biasanya tercetus dengan cara berikut : Pertama, seseorang secara sadar mengkontraksikan otot-otot abdomennya, yang meningkatkan tekanan dalam kandung kemih dan mengakibatkan urin ekstra memasuki leher kandung kemih dan uretra posterior di bawah tekanan, sehingga meregangkan dindingnya. Hal ini menstimulasi reseptor regang, yang merangsang refleks berkemih dan menghambat sfingter eksternus uretra secara simultan. Biasanya, seluruh urin akan keluar, terkadang lebih dari 5 sampai 10 ml urin tertinggal di kandung kemih.E. ETIOLOGI

Page 5: Retensi Urine

Penyebab dari adanya retensi urine yang paling sering dan yang seharusnya bertanggung jawab akan terjadinya retensi urine ialah:

1.      Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria

2.      Trauma sumsum tulang belakang

3.      Tekanan uretra yang tinggi disebabkan oleh otot detrusor yang lemah

4.      Sfingter yang kuat

5.      Sumbatan (struktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)

F. KLASIFIKASIInkontinesia urine adalah ketidakmampuan otot sfingter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Secara umum, penyebab dari inkontinesia: proses penuaan, dan penggunanaan obat narkotik atau sedatif. Inkontinesia urine terdiri atas:

Klasifikasi retensi urine menurut Alimul Aziz (2006):

1.      Inkontinesia Dorongan

Inkontinesia dorongan merupakan keadaan di mana seseorang mengalami pengeluaran urine tanpa sadar, terjadi segera setelah merasa dorongan yang kuat untuk berkemih.

2.      Inkontinesia Total

Inkotinesia total merupakan keadaan di mana seseorang mengalami pengeluaran urine yang terus menerus dan tidak dapat diperkirakan

3.      Inkontinesia Stress

Inkontinesia stress merupakan keadaan seseorang yang mengalami kehilangan urine kurang dari 50 ml, terjadi dengan peningkatan tekanan abdomen.

4.      Inkontinesia Reflek

Inkontinesia reflek merupakan keadaan di mana seseorang mengalami pengeluaran urine yang tidak dirasakan, terjadi pada interval yang dapat diperkirakan bila volume kandung kemih mencapai jumlah tertentu.

5.      Inkontinesia Fungsional

Inkontinesia fungsional merupakan keadaan seseorang yang mengalami pengeluaran urine secara tan  npa disadari dan tidak dapat diperkirakan.

G. TANDA DAN GEJALARetensi urine memberikan gejala gangguan berkemih, termasuk diantaranya kesulitan buang air kecil; pancaran kencing lemah, lambat, dan terputus-putus; ada rasa tidak puas, dan keinginan untuk mengedan atau memberikan tekanan pada suprapubik saat berkemih. Suatu penelitian melaporkan bahwa gejala yang paling bermakna dalam memprediksikan adanya gangguan berkemih adalah pancaran kencing yang lemah, pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna, mengedan saat berkemih, dan nokturia.

H. PATOFISIOLOGIProses berkemih melibatkan 2 proses yang berbeda yaitu pengisian dan penyimpanan urine dan pengosongan kandung kemih. Hal ini saling berlawanan dan bergantian secara normal. Aktivitas otot-

Page 6: Retensi Urine

otot kandung kemih dalam hal penyimpanan dan pengeluaran urin dikontrol oleh sistem saraf otonom dan somatik. Selama fase pengisian, pengaruh sistem saraf simpatis terhadap kandung kemih menjadi bertekanan rendah dengan meningkatkan resistensi saluran kemih. Penyimpanan urin dikoordinasikan oleh hambatan sistem simpatis dari aktivitas kontraktil otot detrusor yang dikaitkan dengan peningkatan tekanan otot dari leher kandung kemih dan proksimal uretra. Pengeluaran urine secara normal timbul akibat dari kontraksi yang simultan otot detrusor dan relaksasi saluran kemih. Hal ini dipengaruhi oleh sistem saraf parasimpatis yang mempunyai neurotransmiter utama yaitu asetilkholin, suatu agen kolinergik. Selama fase pengisian, impuls afferen ditransmisikan ke saraf sensoris pada ujung ganglion dorsal spinal sakral segmen 2-4 dan informasikan ke batang otak. Impuls saraf dari batang otak menghambat aliran parasimpatis dari pusat kemih sakral spinal. Selama fase pengosongan kandung kemih, hambatan pada aliran parasimpatis sakral dihentikan dan timbul kontraksi otot detrusor.

Hambatan aliran simpatis pada kandung kemih menimbulkan relaksasi pada otot uretra trigonal dan proksimal. Impuls berjalan sepanjang nervus pudendus untuk merelaksasikan otot halus dan skelet dari sphincter eksterna. Hasilnya keluarnya urine dengan resistensi saluran yang minimal. Retensi postpartum paling sering terjadi. Setelah terjadi kelahiran pervaginam spontan, disfungsi kandung kemih terjadi 9-14 % pasien; setelah kelahiran menggunakan forcep, angka ini meningkat menjadi 38 %. Retensi ini biasanya terjadi akibat dari dissinergis antara otot detrusor-sphincter dengan relaksasi uretra yang tidak sempurna yang kemudian menyebabkan nyeri dan edema. Sebaliknya pasien yang tidak dapat mengosongkan kandung kemihnya setelah sectio cesaria biasanya akibat dari tidak berkontraksi dan kurang aktifnya otot detrusor.

I. PENATALAKSANAANKetika kandung kemih menjadi sangat menggembung diperlukan kateterisasi, kateter Foley ditinggal dalam kandung kemih selama 24-48 jam untuk menjaga kandung kemih tetap kosong dan memungkinkan kandung kemih menemukan kembali tonus normal dan sensasi. Bila kateter dilepas, pasien harus dapat berkemih secara spontan dalam waktu 4 jam. Setelah berkemih secara spontan, kandung kemih harus dikateter kembali untuk memastikan bahwa residu urine minimal. Bila kandung kemih mengandung lebih dari 100 ml urine, drainase kandung kemih dilanjutkan lagi.

J. KOMPLIKASIKarena terjadinya retensi urine yang berkepanjangan, maka kemampuan elastisitas vesica urinaria menurun, dan terjadi peningkatan tekanan intra vesika yang menyebabkan terjadinya reflux, sehingga penting untuk dilakukan pemeriksaan USG pada ginjal dan ureter atau dapat juga dilakukan foto BNO-IVP.

 

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIANI. STATUS KESEHATANA.    Pola berkemihPada orang-orang untuk berkemih sangat individual.B.     FrekuensiFrekuensi untuk berkemih tergantung kebiasaan dan kesempatanBanyak orang-orang berkemih kira-kira 70 % dari urine setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada malam hari.Orang-orang biasanya berkemih : pertama kali pada waktu bangun tidur, sebelum tidur dan berkisar waktu makan.

Page 7: Retensi Urine

C.     VolumeVolume urine yang dikeluarkan sangat bervariasi.Usia Jumlah / hari1. Hari pertama & kedua dari kehidupan 15 – 60 ml2. Hari ketiga – kesepuluh dari kehidupan 100 – 300 ml3. Hari kesepuluh – 2 bulan kehidupan 250 – 400 ml4. Dua bulan – 1 tahun kehidupan 400 – 500 ml5. 1 – 3 tahun 500 – 600 ml6. 3 – 5 tahun 600 – 700 ml7. 5 – 8 tahun 700 – 1000 ml8. 8 – 14 tahun 800 – 1400 ml9. 14 tahun – dewasa 1500 ml10. Dewasa tua 1500 ml / kurangJika volume dibawah 500 ml atau diatas 300 ml dalam periode 24 jam pada orang dewasa, maka perlu lapor.

2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN BERKEMIHA.    Diet dan intakeJumlah dan type makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output urine, seperti protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar, kopi meningkatkan pembentukan urine intake cairan dari kebutuhan, akibatnya output urine lebih banyak.B.     Respon keinginan awal untuk berkemihBeberapa masyarakat mempunyai kebiasaan mengabaikan respon awal untuk berkemih dan hanya pada akhir keinginan berkemih menjadi lebih kuat. Akibatnya urine banyak tertahan di kandung kemih. Masyarakat ini mempunyai kapasitas kandung kemih yang lebih dari pada norma.C.     Gaya hidupBanyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi urine. Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi frekuensi eliminasi. Praktek eliminasi keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku.D.    Stress psikologiMeningkatnya stress seseorang dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan berkemih, hal ini karena meningkatnya sensitive untuk keinginan berkemih dan atau meningkatnya jumlah urine yang diproduksi.E.     Tingkat aktifitasAktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus sfingter internal dan eksternal. Hilangnya tonus otot kandung kemih terjadi pada masyarakat yang menggunakan kateter untuk periode waktu yang lama. Karena urine secara terus menerus dialirkan keluar kandung kemih, otot-otot itu tidak pernah merenggang dan dapat menjadi tidak berfungsi. Aktifitas yang lebih berat akan mempengaruhi jumlah urine yang diproduksi, hal ini disebabkan karena lebih besar metabolisme tubuh.F.      Tingkat perkembanganTingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan mempengaruhi pola berkemih. Pada wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena adanya tekanan dari fetus atau adanya lebih sering berkemih.G.    Kondisi Patologis.Demam dapat menurunkan produksi urine (jumlah & karakter), Obat diuretiik dapat meningkatkan output urine, Analgetik dapat terjadi retensi urine.II. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. URINE

Page 8: Retensi Urine

A.    Warna :Normal urine berwarna kekuning kuningan. Obat obatan dapat mengubah warna urine seperti orange gela. Warna urine merah, kuning, coklat merupakan indikasi adanya penyakit.B.     Bau :Normal urine berbau aromatik yang memusingkan. Bau yang merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu.C.     Berat jenis :Adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan dengan suatu volume yang sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai standar.Berat jenis air suling adalah 1, 009 mlNormal berat jenis : 1010 – 1025D.    Kejernihan :Normal urine terang dan transparan Urine dapat menjadi keruh karena ada mukus atau pus.E.     pH :Normal Ph urine sedikit asam (4,5 – 7,5). Urine yang telah melewati temperatur ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena aktifitas bakteri Vegetarian urinennya sedikit alkali.F.      Protein :Normal : molekul-molekul protein yang besar seperti : albumin, fibrinogen, globulin, tidak tersaring melalui ginjal – urine. Pada keadaan kerusakan ginjal, molekul-molekul tersebut dapat tersaring – urine Adanya protein didalam urine – proteinuria, adanya albumin dalam urine – albuminuria.G.    Darah :Darah dalam urine dapat tampak jelas atau dapat tidak tampak jelas.Adanya darah dalam urine — hematuria.H.    Glukosa :Normal : adanya sejumlah glukosa dalam urine tidak berarti bila hanya bersifat sementara, misalnya pada seseorang yang makan gula banyak – menetap pada pasienI.       DM:Adanya gula dalam urine – glukosaJ.       Keton :Hasil oksidasi lemak yang berlebihan.2. MASALAH-MASALAH DALAM ELIMINASIMasalah-masalahnya adalah : retensi, inkontinensia urine, enuresis, perubahan pola urine (frekuensi, keinginan (urgensi), poliurine dan urine suppression).

A.    Penyebab umum masalah ini adalah :

Obstruksi Pertumbuhan jaringan abnormal Batu Infeksi Masalah-masalah lain.

B.                 Retensi

Adanya penumpukan urine didalam kandung kemih dan ketidak sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri. Menyebabkan distensi kandung kemih Normal urine berada di kandung kemih 250 – 450 ml Urine ini merangsang refleks untuk berkemih.Dalam keadaan distensi, kandung kemih dapat menampung urine sebanyak 3000 – 4000 ml urine.C.     Tanda-tanda klinis retensi

Ketidaknyamanan daerah pubis.

Page 9: Retensi Urine

Distensi kandung kemih Ketidak sanggupan unutk berkemih. Sering berkeih dalam kandung kemih yang sedikit (25 – 50 ml) Ketidak seimbangan jumlah urine yang dikelurakan dengan intakenya. Meningkatnya keresahan dan keinginan berkemih.

D.    Penyebab

Operasi pada daerah abdomen bawah, pelviks, kandung kemih, urethra. Pembesaran kelenjar prostat Strikture urethra. Trauma sumsum tulang belakang.

I.            Inkontinensi urine

Ketidaksanggupan sementara atau permanen otot sfingter eksterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih. Jika kandung kemih dikosongkan secara total selama inkontinensi – inkontinensi komplit Jika kandung kemih tidak secara total dikosongkan selama inkontinensia – inkontinensi sebagian

1.      Penyebab Inkontinensi

a)      Proses ketuaan

b)      Pembesaran kelenjar prostat

c)      Spasme kandung kemih

d)     Menurunnya kesadaran

e)      Menggunakan obat narkotik sedative

Ada beberapa jenis inkontinensi yang dapat dibedakan :

1.      Total inkontinensiAdalah kelanjutan dan tidak dapat diprediksikan keluarnya urine. Penyebabnya biasanya adalah injury sfinter eksternal pada laki-laki, injury otot perinela atau adanya fistula antara kandung kemih dan vagina pada wanita dan kongenital atau kelainan neurologis.2.      Stress inkontinensiKetidaksanggupan mengontrol keluarnya urine pada waktu tekanan abdomen meningkat contohnya batuk, tertawa karena ketidaksanggupan sfingter eksternal menutup.3.      Urge inkontinensiTerjadi pada waktu kebutuhan berkemih yang baik, tetapi tidak dapat ketoilet tepat pada waktunya. Disebabkan infeksi saluran kemih bagian bawah atau spasme kandung kemih.4.      Fungisonal inkontinensiAdalah involunter yang tidak dapat diprediksi keluarnya urine. Biasa didefinisikan sebagai inkontinensi persists karena secara fisik dan mental mengalami gangguan atau beberapa faktor lingkungan dalam persiapan untuk buang air kecil di kamar mandi.5.      Refleks inkontinensiAdalah involunter keluarnya urine yang diprediksi intervalnya ketika ada reaksi volume kandung kemih penuh. Klien tidak dapat merasakan pengosongan kandung kemihnya penuh.6.      EnuresisSering terjadi pada anak-anak, Umumnya terjadi pada malam hari nocturnal enuresis. Dapat terjadi satu kali atau lebih dalam semalam.

Page 10: Retensi Urine

a.       Penyebab Enuresis1.   Kapasitas kandung kemih lebih besar dari normalnya2.      Anak-anak yang tidurnya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi dari keinginan berkemih tidak diketahui, yang mengakibatkan terlambatnya bagun tidur untuk kekamar mandi.

3.      Kandung kemih irritable dan seterusnya tidak dapat menampung urine dalam jumlah besar.

4.      Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah (misalnya persaingan dengan saudara kandung, ceksok dengan orang tua). Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan mengatasi kebiasaannya tanpa dibantu untuk mendidiknya.

5.      Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik atau neurologi sistem perkemihan.

6.      Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral atau makanan pemedas

7.      Anak yang takut jalan pada gang gelap untuk kekamar mandi.

b.      Perubahan pola berkemih

a.       Frekuensi1.   Normal, meningkatnya frekuensi berkemih, karena meningkatnya cairan2.      Frekuensi tinggi tanpa suatu tekanan intake cairan dapat diakibatkan karena cystitis

3.      Frekuensi tinggi pada orang stress dan orang h amil

4.      Canture / nokturia — meningkatnya frekuensi berkemih pada malam hari, tetapi ini tidak akibat meningkatnya intake cairan.

b.      Urgency1.   Adalah perasaan seseorang untuk berkemih.2.      Sering seseorang tergesa-gesa ke toilet takut mengalami inkontinensi jika tidak berkemi.

3.      Pada umumnya anak kecil masih buruk kemampuan mengontrol sfingter eksternal.

7.      Dysuria

a)      Adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih.

b)      Dapat terjadi karena : striktura urethra, infeksi perkemihan, trauma pada kandung kemih dan urethra.

8.      Polyuria

a)      Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti 2.500 ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan.

b)      Dapat terjadi karena : DM, defisiensi ADH, penyakit ginjal kronik.

c)      Tanda-tanda lain adalah : polydipsi, dehidrasi dan hilangnya berat badan.

9.      Urinari suppresi

a)      Adalah berhenti mendadak produksi urine.

b)      Secara normnal urine diproduksi oleh ginjal secara terus menerus pada kecepatan 60 – 120 ml/jam (720 – 1440 ml/hari) dewasa.

c)      Keadaan dimana ginjal tidak memproduksi urine kurang dari 100 ml/hari disanuria.

Page 11: Retensi Urine

d)     Produksi urine abnormal dalam jumlah sedikit oleh ginjal disebut oliguria misalnya 100 – 500 ml/hari.

e)      Penyebab anuria dan oliguria : penyakit ginjal, kegagalan jantung, luka bakar dan shock.

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN1.      Perubahan dalam eliminasi urine berhubungan dengan retensi urine, inkontinensi dan enuresis.

2.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya inkontinensi urine.

3.      Perubahan dalam rasa nyaman berhubungan dengan dysuria.

4.      Resiko infeksi berhubungan dengan retensi urine, pemasangan kateter.

5.      Perubahan konsep diri berhubungan dengan inkontinensi

6.      Isolasi sosial berhubungan dengan inkontensi

Self care defisit : toileting jika klien inkontinesi. Potensial defisit volume cairan berhubungan dengan gangguan fungsi saluran urinary akibat proses

penyakit. Gangguan body image berhubungan dengan pemasangan urinary diversi ostomy. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterampilan pemasangan diversi urinary ostomy.

4. PERENCANAAN & INTERVENSITujuan :

Memberikan intake cairan secara tepat Memastikan keseimbangan intake dan output cairan Mencegah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit Mencegah kerusakan kulit Mencegah infeksi saluran kemih Memulihkan self esteem atau mencegah tekanan emosional Untuk anak kecil meningkatkan kontrol berkemih dan self esteem.

a)      Tindakan secara umum

Intake cairan secara tepat, pasien dengan masalah perkemihan yang sering intake jumlah cairan setiap hari ditentukan dokter. Pasien dengan infeksi perkemihan, cairannya sering ditingkatkan. Pasien dengan edema cairannya dibatasi.

o Mengukur intake dan output cairan. Jumlah caiaran yang masuk dan keluar dalam setiap hari harus

diukur, untuk mengetahui kesimbangan cairan.o Membantu mempertahankan secara normal berkemih.o Membantu pasien mempertahankan posisi normal untuk berkemiho Memberikan kebebasan untuk pasieno Memberikan bantuan pada saat pasien pertama kali merasa ingin buang air kecil

Jika menggunakan bedpan atau urinal yakin itu dalam keadaan hangat.o Bila pasien menggunakan bedpan, tinggikan bagian kepala tempat tidur dengan posisi fowler dan

letakkan bantal kecil dibawah leher untuk meningkatkan support dan kenyamanan fisik (prosedur membantu memberi pispot/urinal)

o Tuangkan air hangat dalam perineumo Mengalirkan air keran dalam jarak yang kedengaran pasieno Memberikan obat-obatan yang diperlukan untuk mengurangi nyeri dan membantu relaks ototo Letakkan secara hati-hati tekan kebawah diatas kandung kemih pada waktu berkemiho Menenangkan pasien dan menghilangkan sesuatu yang dapat menimbulkan kecemasan.

b)      Tindakan hygienis

Page 12: Retensi Urine

Untuk mempertahankan kebersihan di daerah genital:Tujuannya untuk memberikan rasa nyaman dan mencegah infeksii.            Tindakan spesifik masalah-masalah perkemihan

a)      Retensi urin

Membantu dalam mempertahankan pola berkemih secara normal Jika tejadi pada post operasi – berikan analgetik Kateterisasi urin

b)      Inkontinensi

Menetapkan rencana berkemih secara teratur dan menolong pasien mempertahankan itu. Mengatur intake cairan, khususnya sebelum pasien istirahat, mengurangi kebutuhan berkemih. Meningkatkan aktifitas fisik untuk meningkatkan tonus otot dan sirkulasi darah, selanjutnya menolong

pasien mengontrol berkemih. Merasa yakin bahwa toilet dan bedpan dalam jangkauannya. Tindakan melindungi dengan menggunakan alas untuk mempertahankan laken agar tetap kering. Untuk pasien yang mengalami kelemahan kandung kemih pengeluaran manual dengan tekanan

kandung kemih diperlukan untuk mengeluarkan urine. Untuk pasien pria yang dapat berjalan/berbaring ditempat tidur, inkontinensi tidak dikontrol dapat

menggunakan kondom atau kateter penis.c)      Enuresis

Untuk enuresis yang kompleks, maka perlu dikaji komprehensif riwayat fisik dan psikologi, selain itu juga urinalisis (fisik, kimia atau pemeriksaan mikroskopis) untuk mengetahui penyebabnya.

Mencegah agar tidak terjadi konflik kedua orang tua dan anak-anaknya Membatasi cairan sebelum tidur dan mengosongkan kandung kemih sebelum tidur / secara teratur.

 

BAB IVPENUTUP

A. KESIMPULANIndividu dengan inkontinensia dan gejala gangguan kandung kemih yang lain meningkatkan resiko terjadinya kesulitan berkemih dan dan retensi. Akibat dari retensi adalah timbulnya infeksi traktus urinarius yang rekuren dengan kemungkinan gangguan pada traktus urinarius bagian atas. Pendeteksian terhadap kondisi tersebut merupakan hal yang penting dalam penanganan farmakologi dan pembedahan pada wanita dengan inkontinensia urine yang cenderung menjadi eksaserbasi kesulitan berkemih dan retensi kronik.

 

DAFTAR PUSTAKAGermain MM. Urinary Retention and Overflow Incontinence In Bent.AE, Cundiff GW, Ostergard DR, Seift SE. Ostergard’s Urogynecology and Pelvic Floor Dysfunction,5th ed. Lipiincoltt Willian & Wilkins, USA,1992: 285-91.

Hellerstein S. Voiding Disfunction. Available at: http://www.emedicine.com. Accessed 25 February 2006.Saultz JW, Toffler WL, Shackles JY. Postpartum urinary retention. Available at:http://www.pubmed.gov. Accessed 25 February 2006.http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/17/konsep-dasar-pemenuhan-kebutuhan-eliminasi-urien/15 oktober 2010/11:30.Aziz Alimul Hidayat A.2006. kebutuhan dasar manusia 2. Jakarta: Salemba Medika.

Page 13: Retensi Urine

Proses BerkemihSecara umum buli-buli menjalankan dua fungsi utama, yaitu:1. Menyimpan urin (vesica urinaria/buli-buli)2. Mengosongkan (mikturisi) urin

Ada 3 organ utama yang berperan dalam proses berkemih: buli-buli, sfingter uretra, dan saluran keluar uretra

Fungsi penyimpanan (Storage)

mampu mengakomodir kenaikan volume dan menjaga agar fase pengisian tetap terjadi sehingga

kita bisa tau kalau ingin kencing

otot buli-buli berelaksasi saat pengisian urin dan menjaga tekanan dan volume

compliance (atau kapasitas) buli berkaitan dengan elastisitas dinding buli. Contoh ada penyakit yang

kapasitas buli-buli jadi kecil sehingga lebih sering kencing

bladder outlet juga harus dalam keadaan tertutup sehingga mencegah terjadinya leakage. 

Tidak boleh ada kontraksi involunter buli-buli.Pada volume 20, 30, 40 mL masih relatif konstan tekanan di bladdernya. Tetapi sampai titik tertentu tekanan meningkat dan menimbulkan keinginan untuk berkemih.

Fungsi pengosongan vesica urinaria

terjadi peningkatan kontraksi otot polos (m.detrussor) secara adekuat baik durasi maupun

amplitudonya. Kalau pompanya (kontraksinya) tidak kuat maka akan ada residual urin. Kekuatan

pompa tergantung hambatan di sfingter. Misal pada pembesaran prostat sfingter terhambat

sehingga harus lebih keras kerja pompanya. 

Harus ada tahanan yang lebih rendah di tingkat sfingter eksterna. Sama seperti tadi (hambatan

akibat sumbatan oleh prostat) jadi tidak boleh ada hambatan

Tidak boleh ada sumbatan dalam proses pengosongan

Sistem Persarafan Vesika urinariaPada saat (vesica urinaria) terisi, medulla spinalis dan saraf simpatik di rangsang : 

1. stimulasi sistem saraf alfa adrenergik kemudian memediasi kontraksi bladder neck sehingga

memicu pengosongan. 

2. menghambat kontraksi buli-buli melalui penghambatan beta adrenergik pada otot polos buli-

buli. Kontrol persarafan terutama pada dewasa dapat terlihat pada kemampuan untuk

menahan kencing walaupun sudah ada kenginan untuk kencing. Ini lah bedanya dengan anak

kecil belum bisa nahan kencing karena belum berkembang sarafnya

3. Untuk mempertahankan pintu keluar kencing tetap tertutup saat fase pengisian, otot yang ada

di uretra berkontrakasi

Page 14: Retensi Urine

Sebelum mempelajari tentang retensi urin, berikut adalah proses berkemih secara volunter

Sfingter akan berlelaksasi sehingga terjadi peningkatan kontraksi otot polos dari rangsangan N.

parasimpatik pelvis.

Meskipun pengosongan buli merupakan respon sistem parasimpatis, pusat yang mengorganisir

proses berkemih terdapat di batang otak dan melibatkan jalur asending dan desending medulla

spinalis. Pusatnya di S2-4 medula spinalis

proses berkemih merupakan proses yang kompleks dan bisa terjadi secara involunter atau volunter

RETENSIO URIN Retensi urin adalah keadaan di mana seseorang tidak dapat berkemih spontan sesuai kehendak. Retensi urin bisa dibagi menjadi 2 keadaan yaitu akut dan kronik. 

Retensi urin akutRetensi urin yang akut adalah ketidakmampuan berkemih tiba-tiba dan disertai rasa sakit meskipun buli-buli terisi penuh. Berbeda dengan kronis, tidak ada rasa sakit karena urin sedikit demi sedikit tertimbun. Kondisi yang terkait adalah tidak dapat berkemih sama sekali, kandung kemih penuh, terjadi tiba-tiba, disertai rasa nyeri, dan keadaan ini termasuk kedaruratan dalam urologi. Kalau tidak dapat berkemih sama sekali segera dipasang kateter.

Retensi urin kronikRetensi urin kronik adalah retensi urin ‘tanpa rasa nyeri’ yang disebabkan oleh peningkatan volume residu urin yang bertahap. Hal ini dapat disebabkan karena pembesaran prostat, pembesaran sedikit2 lama2 ga bisa kencing. Bisa kencing sedikit tapi bukan karena keinginannya sendiri tapi keluar sendiri karena tekanan lebih tinggi daripada tekanan sfingternya. Kondisi yang terkait adalah masih dapat berkemih, namun tidak lancar , sulit memulai berkemih (hesitancy), tidak dapat mengosongkan kandung kemih dengan sempurna (tidak lampias). Retensi urin kronik tidak mengancam nyawa, namun dapat menyebabkan permasalahan medis yang serius di kemudian hari.

Perhatikan bahwa pada retensi urin akut, laki-laki lebih banyak daripada wanita dengan perbandingan 3/1000 : 3/100000. Berdasarkan data juga dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya umur pada laki-laki, kejadian retensi urin juga akan semakin meningkat. 

Patofisiologi penyebab retensi urin dapat dibedakan berdasarkan sumber penyebabnyaKlasifikasi

supravesikal, 

vesikal,

infravesikal.

Contoh gangguan supravesikal adalah gangguan inervasi saraf motorik dan sensorik. Misalnya DM

berat sehingga terjadi neuropati yang mengakibatkan otot tidak mau berkontraksi

Contoh gangguan vesikal adalah kondisi lokal seperti batu di kandung kemih, obat

antimuskarinik/antikolinergik (tekanan kandung kemih yang rendah)

Contoh gangguan infravesikal adalah bladder outlet obstruksi (Anatomi, meningkatnya resistensi

Page 15: Retensi Urine

uretra, obat simpatomimetik (fisiologis).

Diagnosis

Temuan Anamnesis: Keluhan tidak dapat berkemih

PF: distensi kandung kemih. Pada volume lebih daripada 200 mL bisa dipalpasi, kalau volume lebih

daripada 150 mL bisa diperkusi. 

USG kandung kemih

Kateterisasi

Pada retensi kronik digunakan:

Urinalisis untuk melihat adanya infeksi

USG untuk melihat vol residu urin

Foto polos abdomen/BNO

CT ScanTatalaksana Retensi UrinDekompresi kadung kemih- kateterisasi 12F – 18F.

Ukuran kateter dilihat berdasarkan F. F adalah singkatan dari France. Ukurannya yaitu 3 France = 1 mm.

Masalah yang bisa terjadi pada pemasangan kateter adalah

Pasien tidak relaks karena tegang sehingga terjadi kontraksi sfingter eksterna. Hal yang harus

dilakukan adalah menenangkan pasien dan membimbingnya, bisa juga dengan diajak ngobrol. Bila

perlu diberikan relaksan/analgesik atau anestesi berupa xylocaine jelly yang lebih banyak. 

Striktura uretra. Pada keadaan ini digunakan kateter yang lebih kecil sampai dengan 10 F

Lobus medius prostat menonjol sehingga terjadi false route

Bila kateterisasi tidak berhasil bisa dilakukan pungsi suprapubic/sistostomi perkutan dengan syarat:

Buli-buli harus penuh

Pasien supine, jarum tegak lurus - 20°

2 jari atas simfisis

Jarum suntik/ abbocath 14G

Page 16: Retensi Urine

Definisi :Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kencing.

Penyebab :A. Faktor Buli

Batu Buli Tumor Buli Neurogenic Bladder Bladder Neck Stenosis

B. Faktor Uretra

Benigna Prostat Hypertropi (BPH) Tumor Prostat Batu Uretra Stricture Uretra Ruptur Uretra Tumor Uretra

Gejala dan Tanda secara umumGejala :

Pasien tidak kencing Pasien merasa mau kencing Nyeri pada perut bawah

Tanda :Supra SymphysisInspeksi : benjolan pada supra pubik

Palpasi :

buli terasa penuh nyeri tekan tak mau BAK jika ditekan

Perkusi : 

redup ada sensasi pasien mau BAK

Page 17: Retensi Urine

Pertolongan :Dilakukan pengeluaran kencingA. Pasang kateter, dengan syarat :

Tidak ada meatal bleeding Secara steril Masukkan jeli 5-10 cc dalam uretra

B. Sistostomi, dengan syarat : Tidak bisa dipasang kateterCaranya : 

1. Open Sistostomy2. Closed Sistostomy