kasus urine

76
Kasus Berkemih tidak tuntas Aldo ,anak laki-laki berusia 7 tahun,mendatangi ibunya di sore hari dan mengeluh tentang nyeri yang dideritanya saat buang air kecil(berkemih) dan merasa berkemihnya tidak tuntas.Hal ini baru saja ia alami sepulang dari bermain bola sepanjang siang hingga sore tadi.Saat ditanya tentang air seninya ,Aldo mengatakan bahwa warna urinnya kuning tua dan volumenya sedikit. Ibu Aldo mengatakan bahwa mungkin saja Aldo kurang minum air putih,sehingga jumlah air seni yang dikeluarkan pun jadi berkurang.Karena Aldo masih bingung dengan penjelasan ibunya,lalu ibunya menjelaskan bahwa di dalam tubuh manusia terdapat organ yang berfungsi untuk mengatur jumlah air seni yang dikeluarkan.Bila mendapat cukup cairan,maka air seni yang dikeluarkan akan berada dalam jumlah yang cukup. Kini aldo pun mengerti .Lalu Aldo minum cukup air putih untuk mengganti keringat yang keluar dan agar tidak mengalami masalah dengan berkemihnya lagi.

Upload: arief-nurul-kurniawan

Post on 12-Aug-2015

85 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus Urine

Kasus

Berkemih tidak tuntas

Aldo ,anak laki-laki berusia 7 tahun,mendatangi ibunya di sore hari dan mengeluh tentang nyeri

yang dideritanya saat buang air kecil(berkemih) dan merasa berkemihnya tidak tuntas.Hal ini

baru saja ia alami sepulang dari bermain bola sepanjang siang hingga sore tadi.Saat ditanya

tentang air seninya ,Aldo mengatakan bahwa warna urinnya kuning tua dan volumenya sedikit.

Ibu Aldo mengatakan bahwa mungkin saja Aldo kurang minum air putih,sehingga jumlah air

seni yang dikeluarkan pun jadi berkurang.Karena Aldo masih bingung dengan penjelasan

ibunya,lalu ibunya menjelaskan bahwa di dalam tubuh manusia terdapat organ yang berfungsi

untuk mengatur jumlah air seni yang dikeluarkan.Bila mendapat cukup cairan,maka air seni

yang dikeluarkan akan berada dalam jumlah yang cukup.

Kini aldo pun mengerti .Lalu Aldo minum cukup air putih untuk mengganti keringat yang keluar

dan agar tidak mengalami masalah dengan berkemihnya lagi.

Page 2: Kasus Urine

MAKALAH URINOLOGI

“BERKEMIH TIDAK TUNTAS”

FBS 4

TUTORIAL A2Disusun oleh :

1. Andya Yudhi Wirawan (1010211004)2. Oki Fahmi Abri N. (1010211006)3. Hendra Leofirsta (1010211013)4. Viny Octofiad (1010211016)5. Mentari (1010211018)6. Dhisa Zanita Habsari (1010211020)7. Laras Indri Palupi (1010211021)8. Hasyati Dwi Kinasih (1010211023)9. Rosiana Afida (1010211024)10. Henny Hasyyati (1010211025)11. Dionissa Shabira (1010211029)12. Risdi Pramesta (0910211125)

FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA

Jalan RS. Fatmawati, Pondok Labu, Jakarta Selatan 12450

Page 3: Kasus Urine

Lembar Pengesahan Makalah

Saya yang bertanda tangan di bawah, menyatakan bahwa makalah ini sudah sesuai dengan

proses yang terjadi selama tutorial.

Jakarta, / /

Tutorial kelompok A2

( dr. Helsy )

Page 4: Kasus Urine

More Info

(Mentari)

• Volume urin

banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis

kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang

bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml

untuk orang dewasa.

• Poliuri

Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml

Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik seperti pemasukan cairan yang

berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai efek diuretika. Selain itu poliuri

dapat pula disebabkan oleh perubahan patologik seperti diabetes mellitus, diabetes

insipidus, hipertensi, pengeluaran cairan dari edema.

• Oligouri

Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml

Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis

menahun.

• Anuria

anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal

ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal.

Page 5: Kasus Urine

• Nokturia

umlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih banyak dari urin

malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik disebut nokturia, seperti didapat

pada diabetes mellitus.

ANATOMI GINJAL

(Andya Yudhi W.)

• Sepasang organ yang berbentuk

kacang terletak retroperitoneal di regio lumbal superior

• Terletak setinggi vertebra T12 – L3

• Ginjal kanan terdesak hati sehingga terletak lebih rendah dari ginjal kiri

• Berat ginjal dewasa ± 150 gr (± 0,5% BB total) ukuran : 12 x 6 x 3-4 cm³

• 3 lapis jaringan penunjang yang melapisi bagian luar tiap ginjal: kapsul ginjal (fibrosa;

transparan), kapsul adiposa (massa lemak) & fascia renal (jar.penunjang fibrosa tebal)

Page 6: Kasus Urine

• Tepi medial ginjal yang cekung à hilus (tempat keluar masuknya arteri, vena & nervus

renalis); pelvis renis à pelebaran ureter yang berbentuk corong

Kedua ren terletak retroperitoneal pada dinding abdomen, masing-masing di sisi kanan dan sisi

kiri columna vetebralis setinggi vetebra T12 sampai vetebra L3.

Kearah kranial masing-masing ren berbatas pada diafragma yang memisahkan dari cavitas

pleuralis dan costa XII. Lebih ke kaudal fascies posterior ren berbatasan pada musculus

quadratus lumbrolum.

1 Renal artery 15. Papilla of renal pyramid

2. Renal vein 16. Renal capsule

3. Interlobar vein 17. Renal sinus

4. Interlobar artery 18. Interlobular veins and

5. Arcuate artery arteries

6. Arcuate vein

7. Renal pyramid

8. Renal kortex

10. Minor calyx

11. Major calyx

Page 7: Kasus Urine

12. Renal pelvis

13. Ureter

14. Renal column

• Ginjal dibagi menjadi korteks dan medula

• Setiap ginjal terdiri atas 1 – 1,3 jt nefron

• Terdiri atas :

– Korpuskel renalis

– Tubulus konturtus proksimal

– Tubulus konturtus distal

– Ansa (lengkung) henle

– Tubulus dan duktus koligentes

Glomerulus

• Filtrat glomerulus di bentuk sebagai respons atas tekanan hidrostatik darah, terhadap

tekanan osmotik koloid plasma (20 mmHg), dan tekanan filtrasi akhir pada ujung aferen kapiler

glomerulus adalah 15 mmHg.

• Filtrat glomerulus memiliki komposisi kimia yang serupa dengan plasma darah namun

hampir tidak mengandung protein karena makromolekul tidak mudah melewati saringan

glomerulus.

Page 8: Kasus Urine

Tubulus Kontortus Proksimal

• Tubulus kontortus proksimal mengabsorbsi seluruh glukosa dan asam amino dan ± 85%

NaCl dan air dari filtrat, selain fosfat dan kalsium

• Glukosa, asam amino dan natrium diabsorbsi oleh sel-sel tubulus ini melalui transpor

aktif yang melibatkan pompa natrium. Air berdifusi secara pasif, yang mengikuti gradien

osmotik.

• Bila jumlah glukosa dalam filtrat melebihi kapasitas absorbsi tubulus proksimal, urin

akan bertambah banyak dan mengandung glukosa

• TKP mensekresikan kreatinin dan substansi asing bagi organisme, seperti asam para-

aminohippurat dan penisillin, dari plasma interstisial ke dalam filtrasi

Ansa Henle

• Ansa henle menciptakan gradien hipertonik dalam interstisium medula yang

mempengaruhi konsentrasi urin saat mengalir melalui duktus koligentes.

• Meskipun segmen tipis desendens di ansa henle bebas dilalui air, seluruh segmen

asendens tidak dapat dilalui air

• Di segmen tebal asendens, NaCl secara aktif ditranspor keluar dari tubulus untuk

membentuk gradien hipertonik dalam interstisium medula, yang dibutuhkan untuk pemekatan

urin.

Tubulus Kontortus Distal

• Di dalam TKD terjadi pertukaran ion, jika terdapat aldosteron dalam jumlah cukup

• Natrium diabsorbsi dan ion kalium disekresi. Mekanisme ini mempengaruhi jumlah total

garam dan air tubuh.

• Mensekresikan ion hidrogen dan amonium kedalam urin tubulus. Aktivitas ini penting

untuk mempertahankan keseimbangan asam-basa dalam darah.

Page 9: Kasus Urine

Tubulus dan Duktus Koligentes

• Duktus Koligentes kortikalis berhubungan secara tegak lurus dengan beberapa cabang

tubulus koligentes berukuran lebih kecil yang mengalirkan cairan ke berkas medula.

• Di medula, duktus koligentes merupakan komponen utama pada mekanisme

pemekatan urin

• Jika masukan air terbatas, hormon antidiuretik disekresi dan epitel duktus koligentes

mudah dilalui air yang diabsorbsi dari filtrat glomerulus. Air berpindah ke kapiler darah

sehingga air dipertahankan dalam tubuh.

• Dengan adanya hormon antidiuretik, partikel intramembran dalam lumen bergumpal

dan membentuk struktur yang dapat berupa kanal untuk absorbsi air.

Vena renalis terletak ventral terhadap arteria renalis, dan vena renalis sinistra yang lebih

panjang, melintas ventral terhadap aorta. Masing-masing vena renalis bermuara ke dalam vena

cava inferior.

Page 10: Kasus Urine

Kedua glandula suprarenalis memiliki vaskularisasi yang amat luas melalui arteria suprarenalis

yakni cabang arteria phrenica inferior , melalui arteia suprarenalis media dari aorta

abdominalis, dan melalui arteria suprarenalis inferior dari arteria renalis.

(Histologi, Junquiera)

(Fisiologi, Sherwood)

(gambar: google)

Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan

(dionissa shabira)

Pengertian

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah

sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-

zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut

dlam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

Susunan Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b) dua ureter yang

membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria (VU),

tempat urin dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.

Page 11: Kasus Urine

Ginjal (Ren)

Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua sisi

vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal

kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang besar.

Fascia Renalis terdiri dari:

Fascia renalis terdiri dari a) fascia (fascia renalis), b) Jaringan lemak peri renal, dan c) kapsula

yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan erat pada permukaan luar

ginjal.

Struktur Ginjal

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat cortex renalis

di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang

berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang

disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-

lubang kecil disebut papilla renalis.

Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh darah,

pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang

diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang masing-masing

akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores.

Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal.

Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari : Glomerulus, tubulus

proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.

Page 12: Kasus Urine

Ureter

Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya

± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan

sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari:

1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)

2. Lapisan tengah lapisan otot polos

3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang mendorong urin masuk

ke dalam kandung kemih.

Vesika Urinaria (Kandung Kemih)

Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi).

letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang

dan mengempis seperti balon karet.

Dinding kandung kemih terdiri dari:

1. Lapisan sebelah luar (peritoneum).

2. Tunika muskularis (lapisan berotot).

3. Tunika submukosa.

4. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

Page 13: Kasus Urine

Uretra

Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi menyalurkan

air kemih ke luar.

Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:

1. Urethra pars Prostatica

2. Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)

3. Urethra pars spongiosa.

Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis). Sphincter urethra

terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya sebagai

saluran ekskresi.

Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:

1. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria. Mengandung

jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra tetap tertutup.

2. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.

3. Lapisan mukosa.

FISIOLOGI GINJAL

• Ginjal Manusia Mempunyai Fungsi yang terdiri atas :

1. Mengatur Keseimbangan Air dan Elektrolit ( Homeostasis ):

Pengaturan keseimbangan air dan elektrolit terjadi karena disintesanya Hormone Antidiuretika

(ADH) oleh korteks ginjal melaui jalur yang disebut Hipotalamic – Hipofise – Corteks Ginjal

Page 14: Kasus Urine

Axisyang bekerja mengatur volume air dan kadar elektrolit menjadi seimbang pada Nefron

Ginjal dimana terjadi proses filtrasi, sekresi dan reabsorpsi dari Air, Natrium, Kalium, Chlorida,

Hidrogen ,Bikarbonat, Magnesium, Calsium dan Fosfat.

2. Ekskresi Terhadap Sisa Produk metabolic dan Bahan Kimia Asing :

Proses pembuangan sisa produk ditempuh melalui filtrasi ,sekresi dan reabsorpsi dan pada

toxin serta bahan kimiah asing akan mengalami proses filtrasi dan sekresi dan tidak

direarbsorpsi.

3.Pengaturan Terhadap Normalitas Tekanan Darah Tubuh yang dilakukan melalui pengaturan

kadar Natrium plasma dan sekresi hormone Renin dalam Juxtaglomerular Cell

4. Fungsi Erytropoietic, dimana pada keadaan hipoksia akan merangsang ginjal untuk

menyekresi hormone Erytropoietin untuk selanjutnya hormone tersebut akan merangsang

Sumsum tulang Merah dan Putih untuk meproduksi Sel Darah Merah.

5. Fungsi Pengaturan Keseimbangan Asam – Basa tubuh , dilakukan dengan jalan yang

pertama adalah :

dengan jalan mengeluarkan Asam Fosfat dan Asam Sulfat yang merupakan

hasil metabolisme protein dan yang kedua dengan jalan menyinpan larutan garam kembali

dalam tubuh ketiga dengan jalan menyekresi ion H+ dan mereabsorpsi ion Bikarbonat.

6.Penghasil Vit. D yang penting untuk penyerapan calsium dari usus, tulang dan dari reabsorpsi

ditubulus ginjal, Disintesa dari bahan dasar7-dehidrokolesterol yang diproduksi oleh Kulit akibat

rangsangan dari paparan Sinar UltraViolet matahari yang cukup. Kemudian oleh organ hati

Page 15: Kasus Urine

diubah menjadi 25-hydroksi kolecalsiferol kemudian dalam Tubulus Proksimal Ginjal dengan

bantuan Hormon Paratiroid akan diubah menjadi bentuk 1,25-dihidrokolecalsiferol (1,25-(OH)2-

D3) yang merupakan bentuk aktif dari Vitamin D.

7. Sintesa Glucosa, dimana pada kondisi kelaparan, hipotermia dan puasa ginjal dapat

memenuhi kebutuhan glucose dengan mengaktifkan Jalur Gluconeogenesis yang kapasitas

glucose nya sepadan dengan glucose yang dihasilkan hati

8. Persarafan Ginjal

Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk

mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan

pembuluh darah yang masuk ke ginjal.

(Fisiologi, Sheerwood)

HISTOLOGI GINJAL

(Viny Octofiad)

Sistem uninaria terdiri atas dua buah ginjal dan ureternya, kandung kemih serta uretra. Ginjal

essensial untuk kehidupan dan menghasilkan urin yang turun melewati ureter ke kandung

kemih untuk disimpan sementara dan

akhirnya secara periodic

dikeluarkan melalui uretra.

Page 16: Kasus Urine

Struktur Ginjal

Ginjal memiliki bentuk seperti kacang merah. Ginjal dibungkus oleh simpai jaringan fibrosa yang

tipis yang dapat dilepaskan dengan mudah dari parenkim dibawahnya, suatu petunjuk bahwa

tidak terdapat septa. (septa : dinding atau sekat pemisah)

Pada sisi medialnya terdapat cekungan, hilus, tempat keluar masuknya pembuluh darah dan

keluarnya saluran keluar, ureter. Bagian atas ureter melebar mengisi hilus ginjal, bagian ini

disebut pelvis. Pelvis terdiri dari kaliks mayor dan minor, biasanya 2 kaliks mayor dan 8 sampai

12 kaliks minor. Setiap kaliks minor meliputi tonjolan jaringan ginjal berbentuk kerucut yang

disebut papilla ginjal yang berlubang, lubang karena bermuaranya 10-25 buah duktus koligens.

Pada potongan vertical ginjal tampak bahwa tiap papilla merupakan puncak daerah pyramid

yang meluas dari hilus sampai ke kapsula dan yang dalam keadaan segar tampak pucat dan

bergaris garis. Daerah seperti ini disebut dengan pyramid medulla dan terdapat gambaran

bergaris garis karena adanya tubulus dan pembuluh darah yang sejajar.

Ginjal dibagi menjadi korteks dibagian luar dan medulla dibagian dalam. Diantara pyramid

medulaa yang berdekatan dengan substansi korteks di sebut kolom ginjal (bertin).

Page 17: Kasus Urine

Nefron

Setiap ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron. Setiap nefron terdiri atas bagian yang melebar, yakni

korpus renalis, tubulus kontortus proksimal, segmen tipis dan tebal ansa henle, tubulus

kontortus distal dan tubulus dan duktus koligens.

Ada 2 macam Nefron, Nefron kortikal dan Nefron Juxtameduler.

• Nefron kortikalis yaitu nefron yang glomerulinya terletak pada bagian luar dari korteks

dengan lingkungan henle yang pendek dan tetap berada pada korteks atau mengadakan

penetrasi hanya sampai ke zona luar dari medula.

• Nefron juxtamedullaris yaitu nefron yang glomerulinya terletak pada bagian dalam dari

korteks dekat dengan cortex-medulla dengan lengkung henle yang panjang dan turun jauh ke

dalam zona dalam dari

medula, sebelum

berbalik dan kembali ke

cortex.

Page 18: Kasus Urine

Korpuskel Renalis

Setiap KR berdiameter 200 µm dan terdiri dari seberkas kapiler, yaitu glomerulus yang

dikelilingi kapsul epitel berdinding ganda yang disebut kapsula bowman. Mempunyai kutub

vaskular dan kutub urinarius.

Glomerulus

Anastomosing kapiler berasal dari Arteriol aferent dan berakhir, lalu masuk kedalam Arteriol

eferent. Kapiler jenis “fenestrated”. Mengandung sel Mesangial intraglomerulus berfungsi

sebagai sel penunjang, sel Fagosit dan sel kontraktil karena mengandung reseptor angiotensin II

(vasokonstriksi).

Page 19: Kasus Urine

Kapsul & Rongga Bowmann

Kapsula Bowmann dibentuk oleh lapisan parietal yang terdiri dari epitel pipih melekat pada

membrana basalis.

Rongga Bowmann merupakan ruang diantara kapsula Bowmann dan Lapisan viseral (lapisan sel

Podosit), berisi cairan ultrafiltrasi ginjal àUrine

Tubulus Kontortus Proksimal

Dilapisi oleh epitel selapis kuboid.Air, Natrium dan Clorida diresorbsi 80 %. Glukosa, asam

amino dan bikarbonat diresorbsi 100 %. Pompa natrium di basolateral àultrafiltrat isotonik

terhadap darah.

Lengkung Henle

Penampang 15-20 mikrometer, tinggi 1.5 –2 mikrometer. Loop Henle tipis pada Nefron kortikal

lebih pendek daripada loop Henle Nefron juxtameduler. Terdiri atas Lengkung Henle tipis turun

dan lenkung Henle naik. Dilapisi oleh epitel pipih. Penampang mirip kapiler tetapi lebih tebal

dengan inti lebih padat dan lumen tidak terisi eritrosit. Lengkung Henle tipis turun sangat

permeabel terhadap air dan permeabel ringan (moderate) terhadap Na+, Cl-.dan ion yang lain

sedangkan loop Henle tipis naik impermeabel terhadap air.

Tubulus Kontortus Distal

Page 20: Kasus Urine

Dilapisi oleh epitel kuboid selapis. Responsive terhadap Aldosteron àresorbsi terhadap

Natrium dan Chlorida dari lumen masuk kedalam intersisium. Ultrafiltrasi menjadi hipotonik

(karena ada aldosteron). Pompa Natrium: Natrium disekresi kedalam lumen tubulus.

Tubulus dan duktus koligentes

Tubulus koligentes yang lebih besar dan lebih lurus sewaktu waktu mendekati pyramid

sedangkan yang lebih kecil kecil dilapisi oleh epitel kuboida dan bergaris tengah lebih kurang 40

mikrometer. Sewaktu tubulus memasuki medulla lebih dalam, sel selnya meninggi sampai

membentuk silindris.

(Histologi, Junquiera)

(Histologi, FKUI)

Urin

(Rosiana Afida R.)

Definisi: Cairan yang diekskresikan oleh ginjal, melewati ureter, disimpan didalam

kandung kemih, dan dikeluarkan melalui uretra.

Urine terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea),

garam terlarut, dan materi organik.

Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial.

Page 21: Kasus Urine

Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh,

misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa.

Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang

berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di

dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis.

Urin mempunyai komposisi:

• Zat buangan protein misal ureum, kreatinin dan asam urat

• Asam hipurat, zat sisa dari pencernaan sayur dan buah

• Badan keton, zat buang dari met. lemak

• Elektrolit, Na, Cl, K, Amonium, sulfat, fosfat, Ca, Mg

• Metabolit hormon

• Zat toksin misal metabolit obat, vitamin, zat kimia asing

• Zat abnormal, mis protein, glukosa, sel darah, kristal kapur

Protein :

Page 22: Kasus Urine

Normal : molekul-molekul protein yang besar seperti albumin, fibrinogen, globulin, tidak

tersaring melalui ginjal dan tidak akan terbuang bersama urin.

Pada keadaan kerusakan ginjal, molekul-molekul tersebut dapat tersaring lalu terbawa oleh

urin.

Adanya protein didalam urine disebut proteinuria, adanya albumin dalam urine disebut

albuminuria.

Darah :

Darah dalam urine dapat tampak jelas atau dapat tidak tampak jelas.

Adanya darah dalam urine disebut hematuria.

Keton :

Keton merupakan hasil oksidasi lemak yang berlebihan.

Benda-benda keton dalam urin : aceton, asam aceto-acetat, dan asam beta-hidroxibutirat.

Glukosa

Normal : adanya sejumlah glukosa dalam urine tidak berarti bila hanya bersifat sementara,

misalnya pada seseorang yang makan gula banyak tapi tidak berlaku bila menetap pada pasien

DM. Adanya gula dalam urine disebut glukosuria.

Ciri-Ciri dan Sifat Fisik Urine

(Hasyati Dwi Kinasih)

1. VOLUME

Page 23: Kasus Urine

Volmue urin digunakan untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif

suatu zat dalam urin.

Di daerah tropic, urin 24 jam pada orang dewasa ialah 800 – 1300ml atau ½-1 cc/kgBB.

Sementara itu, urin siang 12 jam 2-4x lebih banyak dari Malam 12 jam walaupun intake cairan

waktu malam sangat banyak.

2. BAU

Urine normal memiliki bau yang khas karena disebabkan oleh asam organik yang mudah

menguap.

Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti pate, jengkol, obat-obatan seperti

mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria.

3. WARNA

Pada dasarnya urin normal berwarna kuning muda hingga kuning tua disebabkan adanya

pigmen/zat warna urokhrom dan urobilin. Namun warna urin bisa saja tidak kuning disebabkan

oleh obat-obatan à orang yang mengkonsumsi rifampisin urinnya berwarna kemerahan.

4. KEJERNIHAN

Urin segar yang normal biasanya bersifat jernih. Akan tetapi kejernihan tersebut bisa berubah

menjadi keruh jika didiamkan atau didinginkan terlalu lama karena akan terbentuk endapan

dari bahan-bahan yang terkandung dalam urin.

5. BERAT JENIS

Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara 1,003 -- 1,030.

Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat

jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian

dengan faal pemekatan ginjal.

Page 24: Kasus Urine

6. pH

pH urin normal berkisar antara 4,5 sampai 8,0 dengan pH 6 menurut indicator universal sebagai

pH normal. pH urin <4,5 atau >8,0 merupakan urin patologis. Keasaman urin bisa disebabkan

oleh infeksi bakteri E.coli, sedangkan infeksi oleh Proteus menyebabkan pH urin menjadi

lindi/basa.

Spesimen Urin

(Hasyati Dwi Kinasih)

1. URIN SEWAKTU

Urin sewaktu ialah urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan dengan

khusus.

Pemeriksaan urin dengan specimen ini cukup baik untuk urinalisa rutin disertai pemeriksaan

badan tanpa pendapat khusus.

2. URIN BERSIH (clean voided urine specimen)

Urin bersih diperlukan untuk pemeriksaan urinalisa rutin. Untuk pemeriksaan urinalisa

rutin diperlukan:

-- Urin bersih, biasanya urin pertama pagi hari karena urin pertama cenderung konsentrasinya

lebih tinggi, jumlah lebih banyak, dan memiliki pH lebih rendah.

-- Jumlah minimal 10mL.

-- Tidak ada cara pengambilan khusus, klien dapat melakukannya sendiri, dengan menampung

urin pada wadah yang disediakan, kecuali klien yang lemah, mungkin memerlukan bantuan.

-- Spesimen harus bebas dari feses.

-- Diperlukan urin segar (pengambilan kurang dari 1 jam), bila tidak dapat diperiksa

dengan segera, urin harus dimasukan dalam lemari es. Bila urin berada dalam

suhu ruangan untuk periode waktu lama maka kristal urin dan sel darah merah

akan lisis/hancur serta berubah menjadi alkalin.

Page 25: Kasus Urine

3. URIN PORSI TENGAH (clean-catch or midstream urin specimen)

Urin porsi tengah merupakan cara pengambilan spesiman untuk pemeriksaan kultur urin yaitu

untuk mengetahui mikroorganisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih. Sekalipun

ada kemungkinan kontaminasi dari bakteri di permukaan kulit, namun pengambilan

dengan menggunakan kateter lebih berisiko menyebabkan infeksi. Perlu mekanisme

khusus agar spesimen yang didapat tidak terkontaminasi.

Pengambilan dilakukan dengan cara:

1.) Bersihkan area meatus urinarius dengan sabun dan air atau dengan tisue khusus, lalu

keringkan

2.) Biarkan urin yang keluar pertama dimaksudkan untuk mendorong dan

mengeluarkan bakteri yang ada didistal, beberapa waktu kemudian tampung urin

yang ditengah. Hati-hati memegang wadah penampung agar wadah tersebut tidak

menyentuh permukaan perineum.

3.) Jumlah yang diperlukan 30-60mL

4. URIN TAMPUNG (timed urin specimen)

Beberapa pemeriksaan urin memerlukan seluruh produksi urin yang dikeluarkan dalam

jangka waktu tertentu, rentangnya berkisar 1-2 jam – 24 jam. Urin tampung ini biasanya

disimpan di lemari pendingin atau diberi preservatif (zat aktif tertentu, seperti toluene, thymol,

dll.) yang mencegah pertumbuhan bakteri atau mencegah perubahan/kerusakan struktur urin.

Yang termasuk specimen jenis ini diantaranya:

- Urin postprandial (1 ½ - 3 jam setelah makan)

- Urin 24 jam

-Urin siang 12 jam

- Urin malam 12 jam

- Urin 2 jam, dll.

Biasanya urin ditampung di tempat kecil lalu dipindahkan segera ke penampungan yang lebih

besar.

Page 26: Kasus Urine

Adapun tujuan pemeriksaan yang menggunakan urin tampung adalah:

* Mengkaji kemampuan ginjal mengkonsentrasikan dan mendilusi urin

* Menentukan penyakit gangguan metabolisme glukosa

* Menentukan kadar sesuatu dalam urin (misal: albumin, amilase, kreatinin, hormone tertentu)

5. SPESIMEN KATETER IND WEL L ING

Kateter adalah selang yang dimasukkan kedalam tubuh untuk memasukkan ataupun

mengeluarkan cairan. Kateter ind welling digunakan untuk mengeluarkan urin dengan cara

memasukkan kateter sampai ke kandung kemih.

Urin steril dapat diperoleh dengan mengambil urin melalui area kateter yang khusus

disiapkan untuk pengambilan urin dengan jarum suntik.

Klem kateter selama kurang lebih 30 menit jika tidak diperoleh urin waktu pengambilan.

Untuk kultur urin diperlukan 3 mL, sementara untuk urinalisa rutin dibutuhkan urin sebanyak

30 mL.

6. URIN 3 GELAS & URIN 2 GELAS PADA LAKI-LAKI

Pemeriksaan urin dengan menggunakan specimen ini bertujuan untuk mengetahui adanya

radang atau lesi lain yang disebabkan infeksi kandung kemih pada pasien laki-laki.

Cara pengambilan specimen:

-- Pastikan pasien tidak berkemih beberapa jam sebelumnya.

-- Sediakan gelas penampung, sebaiknya sedimenteer glass (ujung bawahnya menyempit untuk

pemeriksaan sedimen).

-- Pasien harus berkemih tanpa menghentikan aliran urinnya ke dalam gelas penampung

dengan ketentuan:

Page 27: Kasus Urine

1- Pada gelas pertama urin ditampung sebanyak 20-30 mL.

2- Tampung urin berikutnya di gelas kedua

3- Beberapa mL terakhir urin yang dikeluarkan ditampung di gelas ketiga.

Perbedaan antara urin 3 gelas dan urin 2 gelas ialah caranya serupa, tetapi gelas ketiga

ditiadakan dan volume urin yang ditampung di gelas pertama diubah menjadi 50-75 mL.

(Penuntun Laboratorium Klinik, R. Gandasoebrata)

Pembentukan Urin

(Dhisa Zainita H.)

Tempat pembentukan urin = nefron → satuan fungsional ginjal

Langkah-langkah pembentukan urin :

Filtrasi Glomerulus

Reabsorpsi Tubulus Kontortus Proksimal

Sekresi Tubulus Kontortus Distal

Ekskresi Urin

a. Filtrasi Glomerulus

• Pada saat darah mengalir melalui glomerulus terjadi filtrasi plasma bebas-protein

menembus kapiler glomerulus kedalam kapsul bowman.

• Untuk melewati kapsul bowman harus melewati 3 lapisan yang membentuk membran

glomerulus :

1.dinding kapiler glomerulus

2.lapisan gelatinosa aseluler (membran basal)

3.lapisan dalam kapsul bowman

1. Dinding kapiler glomerulus

Page 28: Kasus Urine

• Terdiri dari sel endotel gepeng, memiliki lubang dgn banyak pori-pori besar (fenestra),

membuat 100x lebih permeabel terhadap air dan zat terlarut dibanding kapiler di

tempat lain.

2. Lapisan gelatinosa aseluler (membran basal)

• Terdiri dari glikoprotein → menghambat filtrasi protein plasma kecil & kolagen →

menghasilkan kekuatan struktural.

• Albuminuria (albumin berlebihan dlm urin) disebabkan oleh gangguan muatan negatif di

dlm membran glomerulus, menyebabkan membran lebih permeabel terhadap albumin.

3. Lapisan dalam kapsul bowman

• Terdiri dari podosit (sel mirip gurita yg mengelilingi berkas glomerulus). Terdapat juga

celah filtrasi yg membentuk jalan bagi cairan utk keluar dari kapiler glomerulus dan

masuk ke lumen kapsul bowman.

• Ketiga lapisan ini berfungsi sebagai saringan molekul halus yang menahan sel darah

merah dan protein plasma, tetapi melewatkan air dan zat terlarut lain yang ukuran

molekulernya cukup kecil.

• Hasil penyaringan di glomerulus disebut filtrat glomerolus atau urin primer,

mengandung air, asam amino, glukosa, urea, natrium, kalium, dan garam-garam

lainnya.

Page 29: Kasus Urine

b. Reabsorpsi Tubulus

• Pada saat filtrat mengalir melalui tubulus, zat-zat yang bermanfaat bagi tubuh

dikembalikan ke plasma kapiler peritubulus.

• Perpindahan bahan-bahan yang bersifat selektif dari bagian dalam tubulus (lumen

tubulus) ke dalam darah disebut reabsorpsi tubulus.

• Zat-zat yg direabsorpsi tidak keluar melalui urin, tetapi diangkut oleh kapiler peritubulus

kedalam vena dan kemudian ke jantung untuk kembali di edarkan ke tubuh.

• Namun, zat-zat sisa yg tidak lg bermanfaat bahkan membahayakan tubuh jika dibiarkan

tertimbun, sama sekali tidak direabsorpsi, akan tetap di dalam tubulus kontortus

proksimal untuk dieliminasi dalam urin.

• Lebih dari 99% plasma yg difiltrasi dikembalikan ke darah melalui reabsorpsi, dengan

presentase rata-rata hasil reabsorpsinya :

- air 99% (178 liter/hari)

- gula 100% (1,13 kg/hari)

- garam 99,5% (0,16 kg/hari)

- urea 50%

• Natrium, sebagian besar elektrolit lain, dan nutrien organik (glukosa dan asam amino)

direabsorpsi secara aktif. Sedangkan air dan urea direabsorpsi secara pasif.

• Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder, zat-zat yang

masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi.

Page 30: Kasus Urine

c. Sekresi Tubulus

• Tubulus kontortus distal secara selektif menambahkan zat-zat tertentu ke dalam cairan

filtrasi melalui proses sekresi tubulus.

• Sekresi suatu zat meningkatkan ekskresinya dalam urin.

• Sistem sekresi yg terpenting adalah :

- Sekresi ion hidrogen

yang penting untuk mengatur keseimbangan asam-basa.

- Sekresi ion kalium

yang menjaga konsentrasi ion kalium plasma

- Sekresi sekresi anion dan kation organik

yang melaksanakan eliminasi senyawa-senyawa organik asing dari tubuh.

• Setelah mengalami filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi, urin sesungguhnya disalurkan ke

duktus pengumpul → ke pelvis ginjal, untuk kemudian akan di ekskresi.

d. Ekskresi urin

• Merupakan hasil dari ketiga proses pertama.

• Semua konstituen plasma yg mencapai tubulus (yaitu yg difiltrasi dan disekresi-tetapi

tidak direabsorpsi) akan tetap berada didalam tubulus dan mengalir ke pelvis ginjal

untuk diekskresikan sebagai urin.

Page 31: Kasus Urine

• Setelah terbentuk, urin didorong oleh kontraksi peristaltik melalui ureter dari ginjal ke

kandung kemih.

• Jika kantong kemih telah penuh terisi urin, dinding kantong kemih akan tertekan

sehingga timbul rasa ingin berkemih (mikturisi). Urin akan keluar melalui uretra.

Referensi :

Fisiologi Manusia, Lauralee Sherwood

Fisiologi, Guyton

Google

Hormon yg Mempengaruhi Fungsi Ginjal

(Mentari)

Page 32: Kasus Urine

• Hormon yg Dihasilkan Ginjal

• Eritropoietin

Fungsi dari hormon eritropoietin adalah merangsang pembentukan sel darah merah. Pada

manusia normal, ginjal menghasilkan hampir semua eritropoietin yg disekresi ke dalam

sirkulasi. Pada orang dengan penyakit ginjal berat atau yang ginjalnya telah diangkat, timbul

anemia berat sebagai hasil dari penurunan produksi eritropoietin.

• Renin

Berfungsi membantu mengatur tekanan darah .

• Kalsitriol

Yaitu bentuk aktif vitamin D yang membantu proses penyerapan kalsium dan menjaga

keseimbangan kimia dalam tubuh. Tanpa bantuan hormon tersebut, tubuh akan mengambil

kalsium dari tulang yang jika dalam jangka panjang hal tersebut dapat menyebabkan penyakit

tulang.

Hormon yg Mempengaruhi Proses Pembentukan Urin

• Hormon antidiuretik (ADH)

Hormon antidiuretik dikeluakan oleh kelenjar saraf hipofisis (neurohipofisis). Pengeluaran

hormon ini ditentukan oleh reseptor khusus di dalam otak yang mengendalikan tek.osmotik

darah (kesetimbangan konsentrasi air dalam darah). Oleh karena itu, hormon ini akan

mempengaruhi proses reabsorbsi air pada tubulus kontortus distal, sehingga permeabilitas

terhadap air tinggi.

Page 33: Kasus Urine

Peranan ADH dalam mengatur ekskresi ginjal :

ADH mempunyai peran penting dalam membentuk sedikit volume urin pekat sementara

mengeluarkan garam dalam jumlah normal. Pengaruh ini penting selama deprivasi air, yang

dengan kuat meningkatkan kadar ADH plasma yg kemudian meningkatkan reabsorbsi air oleh

ginjal dan membantu meminimalkan penurunan volume cairan ekstraselular dan tekanan

arteri yg akan terjadi sebaliknya.

• Angiotensin II

Angiotensin II merupakan salah satu pengontrol ekskresi natrium yang paling kuat dalam

tubuh. Perubahan asupan natrium dan cairan berhubungan dengan perubahan timbal balik

pada pembentukan Angiotensin II, dan hal ini kemudian sangat membantu mempertahankan

keseimbangan natrium dan cairan tubuh.

• Aldosteron

Aldosteron meningkatkan reabsorbsi natrium, terutama pada tubulus koligentes kortikalis.

Peningkatan reabsorbsi natrium juga berhubungan dengan reabsorbsi air dan sekresi kalium.

Oleh karena itu, pengaruh akhir aldosteron adalah membuat ginjal menahan natrium dan air

tetapi meningkatkan ekskresi kalium dalam urin.

• Insulin

Hormon insulin adalah hormon yang dikeluarkan oleh pulau Langerhans dalam pankreas.

Hormon insulin berfungsi mengatur gula dalam darah. Pada penderita diabetes melitus

konsentrasi hormon ini rendah, sehingga kadar gula dalam darah tinggi. Akibatnya, terjadi

gangguan reabsorbsi di dalam tubulus ginjal, sehingga dalam urin masih terdapat glukosa.

Hormon yg Mempengaruhi GFR

Page 34: Kasus Urine

• Norepinefrin, Epinefrin, dan Endotelin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah renal

dan menurunkan GFR

• Angiotensin II mengakibatkan konstriksi arteriol eferen→mencegah penurunan tekanan

hidrostatik glomerulus dan GFR

Hormon dalam Absorbsi

• Reabsorbsi sejumlah kecil Na+ di bagian distal tubulus berada di bawah kontrol

hormon.Tingkat reabsorbsi terkontrol ini berbanding terbalik dgn besar beban Na+ di

tubuh. Sistem hormon terpenting dan paling dikenal adalah sistem renin-angiotensin-

aldosteron, yg merangsang reabsorbsi Na+ di tubulus distal dan tubulus pengumpul.

Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron

• Beban Na+ di tubuh tercermin oleh volume CES. Natrium dan anion pendampingnya, Cl-,

menentukan lebih dari 90% aktivitas osmotik CES. Dan tekanan osmotik dapat dianggap

sebagai gaya yg menarik dan menahan H2O. Karena plasma adalah komponen CES,

perubahan volume CES adalah perubahan tekanan darah yg menyertai ekspansi (tek

darah ↑) atau reduksi (tek darah ↓) volume plasma.

• Sel-sel granuler aparatus jukstaglomerulus mensekresikan suatu hormon, renin, ke

dalam darah sbg respon terhadap penurunan NaCl/volume CES/tekanan darah.

Peningkatan sekresi renin menyebabkan peningkatan reabsorbsi Na+ oleh bagian distal

tubulus.

• Setelah disekresikan ke dalam darah, renin bekerja sebagai enzim untuk mengaktifkan

angiotensinogen menjadi angiotensin I. Angiotensinogen adalah protein plasma yg

disintesis oleh hati dan selalu terdapat di plasma dalam konsentrasi tinggi.

• Pada saat melewati paru melalui sirkulasi paru, angiotensin I diubah oleh angiotensin-

converting enzyme (ACE), yg banyak terdapat di kapiler baru, menjadi angiotensin II.

Angiotensin II adalah stimulus utama untuk sekresi hormon aldosteron dari kelenjar

Page 35: Kasus Urine

adrenal. Kelenjar adrenal adalah suatu kelenjar endokrin yg menghasilkan beberapa

hormon, yg masing-masing disekresikan sbg respons terhadap rangsangan yg berbeda.

• Salah satu efek aldosteron adalah meningkatkan reabsorbsi Na+ oleh tubulus distal dan

tubulus pengumpul. Hormon ini melaksanakannya dgn merangsang sintesis protein-

protein baru di dalam sel-sel tubulus tsb. Protein-protein itu disebut aldosterone-

induced proteins , meningkatkan reabsorbsi Na+ melalui dua cara :

• Cara pertama, mereka terlibat dalam pembentukan saluran Na+ di membran luminal sel

tubulus distal dan pengumpul, sehingga meningkatkan perpindahan pasif Na+ dari

lumen ke dalam sel

• Cara kedua, mereka menginduksi sintesis pembawa Na+-K+ ATPase, yg disisipkan ke

dalam membran basolateral sel-sel tsb

Page 36: Kasus Urine

REFERENSI:

Guyton and hall

Mekanisme pengeluaran urine menurut konsentrasi

(henny hasyyati)

Ekskresi urine

Kecepatan ditentukan oleh sebagian besar reabsorpsi.

Ureum, sulfat, fosfat dan sisa metabolisme merupakan bahan yang akan dieksresikan oleh

tubuh.

Eksersi zat terlalut selalu disertai oleh eksresi H2O yang setara karena pengaruh faktor osmotic

Jika kelebihan zat terlarut yang tidak direabsorsi di cairan tubulus maka akan menimbulkan efek

osmotic.

Bila urin pekat terjadi retensi air dengan zat terlarut dan apabila encer terjadi sektersi air

berlebih dibandingkan zat terlarut.

Efek osmotik disebut sebagai diuresis yang meningkatakan ekskresi urine.

Bila osmolaritas cairan tubuh meningkat diatas normal (cairan tubuh terlalu pekat), kelenjar

hipofisis posterior akan menyekresikan banyak ADH untuk meningkatkan permeabelitas tubulus

distal dan duktus koligentes terhadap air.

Page 37: Kasus Urine

Ringkasan mekanisme pemekatan urin dan perubahan osmolaritas diberbagai segmen

tubulus

1. Tubulus Proksimal

Sekitar 65% elektrolit yang akan difiltrasi akan direabsorbsi ditubulus proksimal. Membran

tubulus sangat permeabel terhadap air, sehingga tiap kali zat terlarut direabsorbsi, air juga

berdifusi melalui membran tubulus secara osmosis. Oleh sebab itu, osmolaritas cairan yang

tersisa kurang lebih sama dengan filtrat glomerulus. Bila terdapat kelebihan air didalam tubuh

dan osmolaritas cairan ekstrasel menurun, sekresi ADH oleh hipofisis posterior akan menurun

yang menyebabkan permeabelitas tubulus distal dan duktus koligentes terhadap air menurun,

menyebabkan urine menjadi encer.

2.Segmen desenden ansa henle

Saat cairan menuruni segmen desenden ansa henle, diabsorbsi ke dalam medula. Lengan

desenden sangat permeabel terhadap air tp tidak terhadap Na, Cl dan ureum. Maka dari itu,

osmolaritas cairan yang melalui segmen desenden akan meningkat hingga sama dengan cairan

interstisial disekitarnya. (1200mOsm/L saat kons. ADH darah tinggi) Ketika urin encer terbentuk

karena konsentrasi ADH yang rendah, osmolaritas interstitial medula mjd kurang dari 1200

mOsm/L, menyebabkan osmolaritas cairan tubulus segmen desenden juga berkurang. Salah

satu penyebabnya adalah sedikitnya ureum yg diabsorbsi ke interstisium medula dr duktus

kognites saat ADH rendah & ginjal membentuk urin encer.

3. Segmen tipis asenden ansa henle

Segmen ini impermeabel terhadap air tapi dapat mereabsorbsi natrium klorida. Disini terjadi

difusi pasif natrium klorida dari segmen tipis asenden ansa henle ke interstisium medula. Yang

menyebabkan Cairan tubulus menjadi lebih encer. Ureum yang diabsorbsi ke dalam

Page 38: Kasus Urine

interstisium medula dari duktus koligentes berdifusi kedalam lengkung asenden sehingga,

ureum kembali ke sistem tubulus sehingga mencegah hilangnya ureum dari medula ginjal .

4. Segmen tebal asenden ansa henle

Segmen ini impermeabel terhadap air, namun Natrium, Cloride, Kalium , dan ion-ion lain

ditranspor secara aktif ke interstisium medula , sehingga cairan di segmen ini menjadi sangat

encer dan konsentrasinya turun sampai ± 100 mOsm/L

5. Segmen awal tubulus distal

Prinsipnya sama seperti segmen tebal asenden ansa henle. Pengenceran cairan tubulus terjadi

saat zat terlarut direabsorbsi sedangkan air tetap tinggal ditubulus

6. Segmen akhir tubulus & tubulus koligentes kortikalis

Pada segmen ini osmolaritas bergantung pada kadar ADH. Jika kadar ADH tinggi, tubulus akan

permeabel terhadap air dan air akan direabsorbsi. Namun, segmen ini tidak terlalu permeabel

terhadap ureum sehingga meningkatkan konsentrasi ureum. Peningkatan ureum menyebabkan

ureum dikirim ke tubulus distal & tubulus koligentes, lalu masuk ke duktus koligentes didalam

medula lalu ureum di reabsorbsi atau diekskresikan dalam urin. Jika tidak ada ADH pada

segmen ini, hanya sedikit air yang direabsorbsi maka, osmolaritas akan menurun karena

reabsorbsi aktif ion yang terus menerus

7. Duktus koligentes dibagian dalam medulla

Konsentrasi cairan dalam medula juga bergantung pada ADH dan Osmolaritas interstisium

medulla. Jika ADH tinggi, duktus akan permeabel terhadap air dan air berdifusi dari tubulus ke

interstisium hingga tercapai keseimbangan osmotik (konsentrasi Cairan tubulus ± = interstisium

Page 39: Kasus Urine

medula ginjal (1200-1400 mOsm/L). Jadi, saat kadar ADH tinggi, akan dihasilkan urin yang pekat

tapi sedikit. Karena reabsorbsi air meningkatkan konsentrasi ureum dalam cairan tubulus &

karena duktus koligentes bagian dalam medula memiliki pengangkut ureum yang spesifik yang

membantu terjadinya difusi. Ureum yang kepekatannya tinggi diduktus berdifusi keluar dari

lumen tubulus masuk ke dalam interstisium medula . Absorbsi ureum ke medula ginjal

membentuk osmolaritas interstisium medula yang tinggi dan kemampuan pemekatan ginjal

yang tinggi.

(Fisiologi, Guyton)

Pemeriksaan Makroskopik Urin

(Oki Fahmi A. N)

Pemeriksaan makroskopik urin meliputi:

1. Volume Urin

2. Warna Urin

3. Berat Jenis Urin

4. Bau Urin

5. pH

Volume Urin

Pada pemeriksaan volume urin menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif

suatu zat dalam urin serta menentukan gangguan faal ginjal.

Normal Dewasa (24hr): 800 – 1300ml à Siang(12hr) 2-4x lebih banyak dari Malam(12hr)

Page 40: Kasus Urine

Poliuri à Volume Urin (24hr) > 2000ml

Oliguri à Volume Urin (24hr) 100 – 300ml

Anuri à Volume Urin (24hr) < 100ml

Nokturia à Jika perbandingan Normal terbalik

Warna Urin

Urin normal berwarna kuning muda

No. Warna Urine Penyebab Patologis Penyebab Non Patologis

1. Merah

Ada hemoglobin, mioglobin

dan porfirin (berarti ada

perdarahan saluran kencing)

• Oleh karena obat

tertentu

• Karena zat warna dari

makanan tertentu

2. Jingga Zat warna empedu

• Karena obat-obat:

antiseptik saluran kencing,

pyridium, dan obat

fenothiazin

3. Kuning

• Urin pekat

• Keberadaan urobilin

dan bilirubin

• Banyak makan wortel

• Obat (fenacetin,

Kaskara, Nitrofurantoin)

4. Hijau• Keberadaan biliverdin

• Keberadaan bakteri

• Obat preparat vitamin

dan obat psikoaktif

Page 41: Kasus Urine

pseudomonas

5. Biru Tak patologis • Diuretika tertentu

6. Coklat

• Keberadaan Hematin

asam, Mioglobin dan zat warna

empedu

• Obat (Nitrofurantoin,

levodopa)

7.Hitam/

hampir hitam

Keberadaan Melanin, Urobilin

dan Methemoglobin

• Obat (levodopa,

Kaskara, senyawa besi dan

fenol)

Berat Jenis Urin

Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara 1,003 -- 1,030. Berat jenis urin herhubungan

erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin

pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekatan ginjal.

Faal pemekat ginjal baik:

Urine yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih (demam & dehidrasi)

Sedangkan berat jenis urine < 1,0009 dapat desebabkan oleh intake cairan yang berlebihan,

hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun.

Berat jenis urin meningkat dapat menyebabkan:

* KADAR GLUKOSA TINGGI.

* PROTEIURIA,

* EKLAMSIA,

Page 42: Kasus Urine

* LIPOID NEFROSIS

CARA MENGUKUR BERAT JENIS URIN DENGAN:

* URINOMETER,

* REFRAKTOMETER,

* TEST STRIP (CARIK CELUP)

Bau Urin

Bau urine normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan

dapat disebabkan oleh makanan seperti pate, jengkol, obat-obatan seperti mentol, bau buah-

buahan seperti pada ketonuria.Bau amoniak desebabkan prombakan ureum oleh bakteri dan

biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urine berbau busuk dari

semua dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih, (karsinoma saluran

kemih).

pH Urin

Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi

kesan tentang keadaan dalam badan. Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat

memberi petunjuk ke arah etiologi.

o Cara mengukur pH urin:

• Kertas lakmus

• Kertas Nitrasin

• Carik Celup

Page 43: Kasus Urine

• pH meter

pH urin yang asam dapat mencegah terbentuknya batu ginjal atau untuk mengeluarkan zat

tertentu.

(Penuntun Laboratorium Klinik, R. Gandasoebrata)

Pemeriksaan mikroskopik (sedimen) urine

(laras indri .P)

1) definisi :Pemeriksaan mikroskopik untuk menilai benda-benda padat dari tubuh dan

bukan dari tubuh dan untuk menilai sedimen urine dengan melihat adanya:

Sel dari

darah

Sel dari saluran Sel dari sal.

kemih

Silinder Kristal

eritrosit epitel Bakteri Hialin Urin

asam:as.urat,natrium

urat

leukosit gepeng Fungi Granul Urin netral:calcium

oksalat

transisional Parasit Waxy Urin

alkali:ammonium-

magnesium fosfat

bulat Fibrin

oval fat bodies Eritrosit

leukosit

2) sedimen

Page 44: Kasus Urine

tujuan :mengidentifikasi jenis sedimen untuk mendeteksi kelainan ginjal & saluran

kemih.

jenis:

1. organic: sel dari darah ,sel dari saluran,silinder,sel dari luar sal.kemih

2. anorganik: Kristal-kristal

3) unsure-unsur organic dalam urine

sel epitelàberinti 1,ukuran lebih besar dari leukosit, bentuknya berbeda-beda

menurut tempat asalnya:

a) sel epitel gepeng(skuamous)àwanita lebih banyak dari pria, berasal dari

vulva/uretra bagian distal.

b) S.E. transisionalàberasal dari kandung kencing.

c) S.E. yg berasal dari pelvis ginjal & tubuli lebih bulat & lebih kecil dari

skuamous.

Px.urine yg normal

o Sel epitel skuamous &transisional selalu ada ,S.E.bulat dari tubuli ginjal

jumlahnya sangat sedikit

Px. Urine yg tidak normal

o Sel epitel bulat bertambah banyak kemungkinan glomerulophritis/diduga

iritasi pd permukaan selaput lendir dlm tractus urogenitalis

Oval fat bodiesàsel epitel yg mengalami degenerasi lemak

Px.urine yg normal

o Tidak terdapat

Px. Urine yg tidak normal

Page 45: Kasus Urine

o Terdapat OFB ,diduga sindrom nefrotikàsel epitel bulat berlemak

berasal dari tubuli ginjal yang iritasi.

Leukosit ànampak seperti benda bulat berbutir halus .intinya lebih jelas jika

sedimen diberi larutan as.asetat10%

Px. Urine normal

o Tidak ditemukan

Px.urine yg tak normal

o Leukosit>>5 leukosit/LPB àdiduga ada radang purulent di bagian tractus

urogenitalis.

Eritrosit àpada urine pekat mengkerut,pada urine encer membengkak,dalam

urine alkali mengecil

Px.urine normal

o Tidak terdapat

Px.urine tidak normal

o Eritrosit>>1 eritrosit/LPBàdiduga ada radang diathesis ,trauma,

hemoragik.

Silinder àdibentuk dari tubuli ginjal

S. hialinàsilinder yg sisinya parallel &uj.bulat ,homogeny &tak berwarna

S.berbutir halus:berbentuk seperti silinder hialin

Kasar:lebih pendek&tebal

S.lilin

S.fibrin

S.eritrosit

S.leukosit

S.lemak

Page 46: Kasus Urine

Px.urine normal

o Dgn addis count didapat silinder hialin 2000/jam

Px.urine tak normal

o Jika ditemukan silinder lilin àdiduga nephritis lanjut

o Jika silinder berbutir kasaràdiduga ada kelainan

4) Unsur-unsur anorganik dalam urine

Kristal2àmerupkan zat sampah metabolism yg normal,ada&banyaknya

ditentukan o/jenis makanan,banyaknya makanan,,kecepatan

metabolism&konsentrasi urine

Px.urine yg normal

o Kristal as. Urat ,calcium oksalat,tripel fosfat jika ditemukan normal

sebagai zat sampah metabolisme.

o Kristal dari obat-obat sulfonamida.

Px.urine yg tak normal

o Ditemukan kristal2:cystine,leucyne,tyrosin,kolesterol,bilirubin 1, dan

hematoidin.

(Penuntun Laboratorium Klinik, R. Gandasoebrata)

Pemeriksaan Kimiawi Urin

(Hendra Leofirsta)

Pemeriksaan pH

Pemeriksaan protein

Page 47: Kasus Urine

Pemeriksaan glukosa

PEMERIKSAAN PROTEIN URIN

Dengan asam sulfosalisil

1.) 2 (dua) tabung reaksi diisi masing-masingnya degan 2 (dua) ml urin yang akan diperiksa.

2.) Tabung yg pertama ditambahkan 8 tetes larutan Asam sulfosalisil 20% dan kemuadian

dikocok.

3.) Bandingkan dengan tabung yang kedua (yang tidak ditambahkan As. sulfosalisil 20%). Kalau

tetap sama jernihnya test terhadap protein “Negatif/ (-)”.

4.) Jika tabung pertama lebih keruh dari tabung kedua, panasilah tabung pertama itu diatas

nyala api sampai mendidih & kemudian dinginkan kembali dengan air mengalir ;

a. Jika kekeruhan tetap ada pada waktu pemanasan & tetap ada juga setelah dingin kembali,

tes terhadap protein “Positif”.

b. Jika kekeruhan itu hilang pada saat pemanasan & muncul lagi setelah dingin, lakukan

pemeriksaan Bence Jones.

Pemanasan dengan Asam Asetat

1.) Masukkan urin yang akan diperiksa ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 tabung penuh.

2.) Dengan memegang tabung reaksi tersebut pada ujung bawah, lapisan atas urin itu dipanasi

diatas nyala api sampai mendidih selama 30 menit.

3.) Perhatikan terjadinya kekeruhan di lapisan atas urin itu, dengan membandingkan jernihnya

dengan bagian bawah yang tidak dipanasi. Jika terjadi kekeruhan, mungkin ia disebabkan

oleh protein, tetapi mungkin juga disebabkan oleh kalsium pospat/kalsium karbonat.

4.) Kemudian teteskan kedalam urin yang masih panas itu 3-5 tetes lar. Asam asetat 6%. Jika

kekeruhan itu tetap/bertambah keruh berarti tes protein positif.

5.) Panasilah sekali lagi lapisan atas itu sampai mendidih & kemudian berilah penilaian

semikuantitatif kepada hasilnya.

Penilaian Hasil :

Page 48: Kasus Urine

_ : tidak ada kekeruhan.

+ : kekeruhan ringan tanpa butir-butir (0,01-0,05%).

++ : kekeruhan mudah dilihat & nampak butir-butir dalam kekeruhan tersebut (0,05-0,2%).

+++ : urin jelas keruh dan kekeruhan berkeping-keping (0,2-0,5%).

++++ : sangat keruh dan bergumpal/memadat (>0,5%).

© Belibis A-17.((http://www.Belibis17.tk

Pemeriksaan glukosa urin.

Menggunakan larutan benedict.

LANGKAH KERJA

1.) Masukkanlah 5 ml reagen benedict dalam tabung reaksi.

2.) Meneteskan sebanyak 5-8 tetes urin ke dalam tabung itu.

3.) Masukkanlah tabung itu ke dalam air mendidih selama5 menit.

4.) Angkatlah tabung, kocoklah isinya dan bacalah hasil reduksi.

PENILAIAN HASIL

Hasil pemeriksaan reduksi hendaknya disebut dengan cara semi kuantitatif. Macam-macam

hasil yang dapat muncul:

1.Negatif (-)

: Tetap biru jernih atau sedikit kehijau-hijauan dan agak keruh

2. Positif ( + atau 1+)

: Hijau kekuning-kuningan dan keruh (sesuai dengan 0,5-1% glukosa)

3. Positif (++ atau 2+)

: Kuning keruh (1-1,5% glukosa)

4. Positif (+++ atau 3+)

: Jingga atau warna lumpur keruh (2 -3,5% glukosa)

Page 49: Kasus Urine

5. Positif (++++ atau4+)

: Merah keruh (lebih dari3,5% glukosa)

CATATAN

Reagens kulaitatif benedict : CUSO4.5aq 17,3 g; natrium sitrat 173g; Na2Co3.0aq 100g atau

Na2CO3.10aq200g; aquadest ad 1000 ml.

Karena hasil tersebut disebut dengan cara semikuantitatif, perbandingan banyaknya reagen dan

urin penting dalam melakukan tes ini. Untuk menghemat reagen, tes ini sering dilakukan

dengan2,5 ml reagens dan3-4 tetes urin; hasilnya tidak berbeda.

Air tempat memasukkan tabung reaksi harus mendidih betul; salah jika hanya menggunakan air

yang panas saja. Jika hanya akan memeriksa 1-2 pemeriksaan reduksi, pemanasan boleh

dilakukan juga dengan nyala api; dalam hal itu isi tabung harus perlahan-lahan mendidih

selama2 menit penuh.

Cara menilai hasil yang menyimpan dari yang disebut tadi jangan dipakai. Melaporkan hasil

dengan umpamanya ±, zwak + nareductie, dsb tidak dapat dibenarkan

Pemeriksaan dengan metode carik celup

• Praktis karena reagen tersedia dalam bentuk pita siap pakai

• Reagen relatif stabil, murah, volume urin yang dibutuhkan sedikit, sekali pakai, tidak

memerlukan persiapan reagen.

• Prosedur sederhana dan mudah.

• Hasil pemeriksaan cepat diperoleh

Langkah :

Page 50: Kasus Urine

• Carik celup dicelupkan ke dalam urin dalam waktu < 1 detik, angkat

• Letakkan carik celup mendatar pada sisinya di kertas saring, agar kelebihan urin mengalir &

diserap, mencegah carry over antar pita reagen.

• Setelah 30-60 detik warna yg terjadi dibandingkan dgn warna pd botol carik celup secara visual.

Pemeriksaan pH Urin :

Menggunakan kertas lakmus:

1. Urin di tampungan dalam gelas kimia.

2. Siapkan 2 buah kertas lakmus. Biru dan merah

3. Tetesi masing-masing lakmus dengan urin, perhatikan perubahan warna lakmus.

Keterangan :

Urin bersifat asam jika merubah kertas lakmus biru menjadi merah dan tetap merubah lakmus

merah menjadi merah.

Urin bersifat basa jika merubah kertas lakmus merah menjadi biru dan tetap merubah lakmus

biru menjadi biru.

COMPARETHE COLOUR CHART

READ :

URINE

Page 51: Kasus Urine

Catatan : Tidak di temukan adannya urin yang bersifat Amfoter.

TEST FUNGSI GINJAL

( Risdi Pramesta )

Definisi

Test fungsi ginjal adalah istilah kolektif untuk berbagai tes individual dan prosedur yang dapat

dilakukan untuk mengevaluasi seberapa baik ginjal berfungsi. Seorang dokter yang pesanan tes

fungsi ginjal dan menggunakan hasil untuk menilai fungsi ginjal disebut nephrologist sebuah.

Tujuan

Ginjal, sistem penyaringan alami tubuh, melakukan banyak fungsi penting, termasuk

menghapus produk-produk limbah metabolik dari aliran darah, mengatur keseimbangan air

tubuh, dan menjaga pH (keasaman / basa) cairan tubuh. Sekitar satu setengah liter darah per

menit yang diedarkan melalui ginjal, dimana bahan kimia limbah disaring dan dihilangkan dari

tubuh (bersama dengan air berlebihan) dalam bentuk urin. Tes fungsi Ginjal membantu untuk

menentukan apakah ginjal melaksanakan tugasnya secara memadai.

Kewaspadaan

Dokter harus mengambil sejarah lengkap sebelum melakukan tes fungsi ginjal untuk

mengevaluasi makanan pasien dan pemberian obat. Berbagai resep dan obat over-the-counter

Page 52: Kasus Urine

dapat mempengaruhi darah dan hasil tes urin fungsi ginjal, karena dapat beberapa makanan

dan minuman.

DESKRIPSI

Banyak kondisi dapat mempengaruhi kemampuan ginjal untuk melaksanakan fungsi-fungsi vital

mereka. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan penurunan (akut) yang cepat dalam fungsi

ginjal; lain menyebabkan penurunan (kronis) bertahap dalam fungsi. Keduanya dapat

mengakibatkan penumpukan zat limbah beracun dalam darah. Sejumlah tes laboratorium klinis

yang mengukur tingkat zat biasanya diatur oleh ginjal dapat membantu untuk menentukan

penyebab dan tingkat kerusakan ginjal. Urine dan sampel darah digunakan untuk tes ini.

Nephrologist menggunakan hasil ini dalam beberapa cara. Setelah diagnosis dibuat bahwa

penyakit ginjal hadir dan jenis penyakit ginjal menyebabkan masalah, nephrologist bisa

merekomendasikan pengobatan khusus. Meskipun tidak ada terapi obat tertentu yang akan

mencegah perkembangan penyakit ginjal, dokter akan membuat rekomendasi untuk perawatan

untuk memperlambat penyakit sebanyak mungkin. Sebagai contoh, dokter mungkin

meresepkan obat tekanan darah, atau perawatan untuk pasien dengan diabetes. Jika penyakit

ginjal semakin memburuk, nephrologist bisa mendiskusikan hemodialisis (pembersihan darah

dengan menghilangkan kelebihan cairan, mineral, dan limbah) atau transplantasi ginjal

(prosedur bedah untuk menanamkan sebuah ginjal sehat ke pasien dengan penyakit ginjal atau

gagal ginjal) dengan pasien.

TES LABORATORIUM

Ada sejumlah tes urin yang dapat digunakan untuk menilai fungsi ginjal. Sebuah tes,

penyaringan sederhana murah-a urine rutin-sering ujian pertama dilakukan jika masalah ginjal

yang diduga. Contoh, urin kecil secara acak dikumpulkan diperiksa secara fisik untuk hal-hal

Page 53: Kasus Urine

seperti warna, bau, penampilan, dan konsentrasi (berat jenis), kimia, untuk zat seperti protein,

glukosa, dan pH (keasaman / basa), dan mikroskopik untuk kehadiran selular elemen (sel darah

merah [sel darah merah], sel darah putih [leukosit], dan sel epitel), bakteri, kristal, dan gips

(struktur yang dibentuk oleh deposit protein, sel, dan zat lainnya dalam tubulus ginjal's). Jika

hasil menunjukkan kemungkinan penyakit atau fungsi ginjal terganggu, satu atau lebih dari tes

tambahan berikut ini biasanya dilakukan untuk menentukan penyebab dan tingkat penurunan

fungsi ginjal.

Test Kreatinin Clearance

Tes ini mengevaluasi seberapa efisien ginjal jelas substansi yang disebut kreatinin dari

darah. Kreatinin, suatu produk limbah dari metabolisme energi otot, diproduksi pada

tingkat konstan yang sebanding dengan massa otot individu. Karena tubuh tidak diolah,

kreatinin semua disaring oleh ginjal dalam jumlah waktu tertentu diekskresikan dalam urin,

bersihan kreatinin membuat ukuran yang sangat spesifik fungsi ginjal. Tes ini dilakukan

pada sampel spesimen urin-a berjangka waktu kumulatif yang dikumpulkan selama periode

dua sampai 24-jam. Penentuan tingkat kreatinin darah juga diperlukan untuk menghitung

clearance urin.

Test Urea Clearance

Urea adalah produk limbah yang dibuat oleh metabolisme protein dan dikeluarkan dalam

urin. Uji bersihan urea memerlukan sampel darah untuk mengukur jumlah urea di dalam

aliran darah dan dua spesimen urin, dikumpulkan satu jam terpisah, untuk menentukan

jumlah urea yang disaring, atau dihapus, oleh ginjal ke dalam urin.

Test Osmolalitas Urin

Osmolalitas urin adalah pengukuran jumlah partikel terlarut dalam urin. Ini adalah

pengukuran yang lebih tepat daripada berat jenis untuk mengevaluasi kemampuan ginjal

untuk berkonsentrasi atau encer urin. Ginjal yang berfungsi normal akan mengeluarkan

lebih banyak air ke dalam urin sebagai asupan cairan meningkat, menipiskan urin. Jika

Page 54: Kasus Urine

asupan cairan menurun, ginjal mengeluarkan air kurang dan urin menjadi lebih

terkonsentrasi. Pengujian dapat dilakukan pada sampel urin dikumpulkan hal pertama di

pagi hari, pada sampel berjangka waktu beberapa, atau pada sampel kumulatif yang

dikumpulkan selama periode 24-jam. Pasien biasanya akan memerlukan makanan protein

tinggi selama beberapa hari sebelum ujian dan diminta untuk minum cairan malam

sebelum ujian.

Uji Protein Urine

Sehat ginjal menyaring semua protein dari aliran darah dan kemudian menyerap kembali

mereka, sehingga tidak ada protein, atau hanya sedikit jumlah protein, ke dalam urin.

Kehadiran terus-menerus dari sejumlah besar protein dalam urin, maka, merupakan

indikator penting dari penyakit ginjal. Sebuah tes skrining positif untuk protein (termasuk

dalam rutinitas urinalisis ) pada sampel urin acak biasanya diikuti dengan tes pada sampel

urin jam-24 yang lebih tepatnya mengukur kuantitas protein.

Ada juga beberapa tes darah yang dapat membantu dalam mengevaluasi fungsi ginjal. Ini

termasuk:

Blood Urea Nitrogen Test (BUN)

Urea adalah produk sampingan dari metabolisme protein. Dibentuk di hati, ini produk

limbah kemudian disaring dari darah dan dikeluarkan melalui urin oleh ginjal. Uji BUN

mengukur jumlah nitrogen yang terkandung dalam urea. Tingkat BUN yang tinggi dapat

menunjukkan disfungsi ginjal, tetapi karena BUN juga dipengaruhi oleh asupan protein dan

fungsi hati, tes ini biasanya dilakukan bersama-sama dengan kreatinin darah, indikator

yang lebih spesifik fungsi ginjal.

Uji Kreatinin

Tes ini mengukur kadar kreatinin darah, produk sampingan dari metabolisme energi otot

itu, mirip dengan urea, disaring dari darah oleh ginjal dan dikeluarkan ke dalam urin.

Page 55: Kasus Urine

Produksi kreatinin massa otot tergantung pada orang itu, yang biasanya berfluktuasi sangat

sedikit. Dengan fungsi ginjal normal, maka, jumlah kreatinin dalam darah tetap relatif

konstan dan normal. Untuk alasan ini, dan karena kreatinin sangat sedikit dipengaruhi oleh

fungsi hati, tingkat kreatinin darah tinggi adalah indikator yang lebih sensitif dari fungsi

ginjal dari BUN.

Tes Darah Lain

Pengukuran kadar unsur-unsur lain yang diatur dalam sebagian oleh ginjal juga dapat

berguna dalam mengevaluasi fungsi ginjal. Ini termasuk natrium, kalium, klorida,

bikarbonat, kalsium, magnesium, fosfor, protein, asam urat, dan glukosa.

HASIL

Normal untuk nilai tes banyak ditentukan oleh usia pasien dan jenis kelamin. Nilai Referensi

juga dapat bervariasi oleh laboratorium, tetapi umumnya dalam rentang sebagai berikut:

TES URINE

Kreatinin Clearance

Untuk koleksi urin 24 jam, hasil normal 90 mL/min-139 ml / menit untuk pria dewasa muda dari

40, dan 80-125 mL / min untuk perempuan dewasa lebih muda dari 40. Bagi orang-orang lebih

dari 40, nilai turun sebesar 6,5 mL / menit untuk setiap dekade hidup.

Osmolalitas Urin

Dengan asupan cairan dibatasi (pengujian konsentrasi), osmolalitas harus lebih besar dari 800

mOsm / kg air. Dengan meningkatkan pemasukan cairan (uji pengenceran), osmolalitas harus

kurang dari 100 mOsm / kg pada setidaknya satu dari spesimen yang dikumpulkan. Sebuah

Page 56: Kasus Urine

osmolalitas urin 24 jam harus rata-rata 300-900 mOsm / kg. A Sebuah osmolalitas urin acak

harus rata-rata 500-800 mOsm / kg.

Urine Protein

Sebuah koleksi urin 24 jam harus berisi tidak lebih dari 150 mg protein.

Urine sodium

Sebuah natrium urin 24 jam harus berada dalam jarak 75-200 mmol / hari.

TES DARAH

Blood Urea Nitrogen (BUN) harus rata-rata 8-20 mg / dL.

Kreatinin harus 0,8-1,2 mg / dL untuk pria, dan 0,6-0,9 mg / dL untuk wanita.

Kadar Asam Urat untuk laki-laki harus 3,5-7,2 mg / dL dan untuk wanita 2,6-6,0 mg / dL.

Nilai bersihan kreatinin rendah untuk menunjukkan kemampuan berkurang pada ginjal untuk

menyaring produk limbah dari darah dan mengeluarkan mereka dalam urin. Seperti penurunan

tingkat peluruhan, darah tingkat kreatinin, urea, dan meningkatkan asam urat. Karena dapat

dipengaruhi oleh faktor lain, BUN meningkat, sendirian, adalah sugestif, tetapi tidak diagnostik

untuk disfungsi ginjal. Sebuah kreatinin plasma abnormal tinggi merupakan indikator yang lebih

spesifik penyakit ginjal daripada BUN.

Nilai clearance Rendah untuk kreatinin dan urea menunjukkan kemampuan berkurang pada

ginjal untuk menyaring produk-produk limbah dari darah dan untuk mengeluarkan mereka

dalam urin. Seperti penurunan tingkat peluruhan, darah kadar kreatinin dan meningkatkan urea

nitrogen. Karena dapat dipengaruhi oleh faktor lain, BUN meningkat tentu saja sugestif untuk

disfungsi ginjal. Namun, tidak diagnostik. Sebuah kreatinin abnormal darah tinggi, indikator

yang lebih spesifik dan sensitif penyakit ginjal daripada BUN, merupakan diagnostik fungsi ginjal

terganggu.

Page 57: Kasus Urine

Ketidakmampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan urin sebagai respon terhadap asupan cairan

dibatasi, atau untuk mencairkan urin sebagai respon terhadap asupan cairan meningkat selama

pengujian osmolalitas, mungkin menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Karena ginjal biasanya

mengeluarkan hampir tidak ada protein di urin, kehadiran terus-menerus, dalam jumlah yang

melebihi nilai normal urin 24 jam, biasanya menunjukkan beberapa jenis penyakit ginjal.

PENDIDIKAN PASIEN

Beberapa masalah ginjal merupakan hasil dari proses lain penyakit, seperti diabetes atau

hipertensi. Dokter harus meluangkan waktu untuk menginformasikan pasien tentang

bagaimana penyakit mereka atau pengobatannya akan mempengaruhi fungsi ginjal, serta

ukuran yang berbeda pasien dapat dilakukan untuk membantu mencegah perubahan ini.

Page 58: Kasus Urine