perkemihan urine

185
Askep Leukemia KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah diberi nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah keperawatan medikal bedah dengan judul leukemia. Tidak lupa kita kirimkan shalawat beriring salam kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW karena atas berkat dari beliaulah kita dapat merasakan alam yang penuh dengan pengetahuan dan teknologi seperti saat ini. Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yusran Hasymi atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Bengkulu, 29 November 2011

Upload: tocitherabbit

Post on 08-Jul-2016

292 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

kelompok2

TRANSCRIPT

Page 1: perkemihan urine

Askep Leukemia

KATA PENGANTAR

            Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah diberi

nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah keperawatan medikal bedah dengan

judul leukemia. Tidak lupa kita kirimkan shalawat beriring salam kepada junjungan kita nabi

besar Muhammad SAW karena atas berkat dari beliaulah kita dapat merasakan alam yang penuh

dengan pengetahuan dan teknologi seperti saat ini.

            Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,

oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yusran

Hasymi atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh

karena itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan makalah selanjutnya.

                                                                   Bengkulu, 29 November 2011

                                                                                                Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

Page 2: perkemihan urine

1.1  Latar Belakang

Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sel darah manusia. Untuk mengetahui tentang

leukemia,  kita harus mengenal dahulu sel-sel darah yang normal serta apa yang terjadi jika

terkena leukemia. Darah manusia terdiri dari cairan yang disebut sebagai plasma darah, dan tiga

kelompok sel darah.  Kelompok sel darah itu dibedakan menjadi sel darah merah, sel darah putih,

dan keping-keping darah.

Sel darah putih atau leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi atau serangan

penyakit lainnya. Sel darah merah atau eritrosit berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-

paru ke seluruh jaringan tubuh, dan membawa karbon dioksida dari jaringan tubuh kembali ke

paru-paru. Keping-keping darah atau trombosit sangat berperan dalam proses pembekuan darah.

Ketika terjadi leukemia, tubuh akan memproduksi sel-sel darah yang abnormal dan dalam jumlah

yang besar. Pada leukemia, sel darah yang abnormal tersebut adalah kelompok sel darah putih.

Sel-sel darah yang terkena leukemia akan sangat berbeda dengan sel darah normal, dan tidak

mampu berfungsi seperti layaknya sel darah normal.

Peran perawat sangatlah penting pada kasus ini. Peran perawat sangat berguna untuk

memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar keperawatan dan kode etik dalam

menangani pasien dengan diagnosa leukemia.

Penyebab leukemia sejauh ini belum diketahui. Namun banyak penelitian yang dilakukan untuk

memecahkan masalah ini. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa leukemia lebih sering

menyerang kaum pria dibandingkan kaum wanita, dan juga pada kelompok orang kulit putih

dibandingkan dengan orang kulit hitam. Namun sampai saat ini belum diketahui mengapa hal

tersebut dapat terjadi. Dalam makalah ini kami sebagai penulis akan menerangkan asuhan

keperawatan pada konsep teori penyakit leukemia dengan asuhan keperawatan  pada kasus

penyakit leukemia tersebut.

1.2  Tujuan Penulisan

1.2.1        Tujuan umum

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan leukemia

1.2.2   Tujuan khusus

Page 3: perkemihan urine

a)      Mampu menjelaskan konsep teori penyakit leukemia

b)      Mampu melakukan pengkajian pada klien yang mengalami penyakit leukemia

c)      Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami leukemia

d)     Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami penyakit

leukemia

e)      Mampu menerapkan rencana yang telah disusun pada klien yang mengalami penyakit leukemia

f)       Mampu menganalisa kesenjangan yang terjadi antara konsep teori dengan aplikasi asuhan

keperawatan pada klien yang mengalami penyakit leukemia

g)      Mampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami

penyakit leukemia

1.3  Manfaat PenulisanAdapun manfaat yang dapat diambil dari pembuatan makalah ini yaitu pembaca dan penulis

bisa lebih memahami materi mengenai penyakit leukemia dilihat dari perbandingan data di lahan

dan konsep teori yang sesungguhnya.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Teori Penyakit

2.1.1 PengertianLeukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah

(Prof. Dr. Iman, 1997).

Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang

menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, 2002).

Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel

hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel

darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Mansjoer, 2002).

Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang

dan limfa nadi (Reeves, 2001).

Page 4: perkemihan urine

Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat bahwa leukimia adalah

suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang

menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.

Sel darah normal, sel darah terbentuk di sumsum tulang. Tulang sumsum adalah bahan yang

lembut di tengah sebagian besar tulang. Belum menghasilkan sel darah yang disebut sel batang

dan ledakan. Sebagian besar sel darah matang di sumsum tulang dan kemudian pindah ke

pembuluh darah. Darah mengalir melalui pembuluh darah dan jantung disebut darah perifer.

Sumsum tulang membuat berbagai jenis darah sel. Setiap jenis memiliki fungsi khusus:

a)      Sel darah putih membantu melawan infeksi

b)      Sel darah merah membawa oksigen ke jaringan seluruh tubuh

c)       Trombosit membantu gumpalan darah terbentuk bahwa kontrol perdarahan

Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumusm

tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di llllllhati, limpa

dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti meninges, traktus

gastrointesinal, ginjal dan kulit.

2.1.2 Jenis-jenis Leukemia1.      Leukemia Mielogenus Akut (LMA)

LMA mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel Mieloid:

monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena;

insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling

sering terjadi.

2.      Leukemia Mielogenus Kronis (LMK)

LMK juga di masukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak sel

normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. LMK jarang menyerang

individu di bawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran LMA tetapi tanda dan gejala

lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit

kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.

3.      Leukemia Limfositik Akut (LLA)

Page 5: perkemihan urine

LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih

banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 LLA jarang terjadi.

Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga

mengganggu perkembangan sel normal..

4.      Leukemia Limfositik Kronis (LLC)

LLC merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi klinis

pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan

penyakit lain.

2.1.2 Anatomi Fisiologia) AnatomiSel darah putih, leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini

berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem

kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid,

dan dapat menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109

hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-

25000 sel per tetes. Dalam setiap milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata

8000) sel darah putih .Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per

tetes. Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan tertentu,

mereka bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal. Leukosit mampu bergerak

secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel asing, atau

mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa membelah diri atau bereproduksi

dengan cara mereka sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel punca hematopoietic

pluripotent yang ada pada sumsum tulang. Leukosit turunan meliputi: sel NK, sel biang,

eosinofil, basofil, dan fagosit termasuk makrofaga, neutrofil, dan sel dendritik. Ada beberapa

jenis sel darah putih yang disebut granulosit atau sel polimorfonuklear yaitu:

1.       Basofil.

2.       Eosinofil.

3.       Neutrofil.dan dua jenis yang lain tanpa granula dalam sitoplasma:

1.       Limfosit

2.       Monosit.

(skema pembelahan sel darah putih)

Page 6: perkemihan urine

b) FisiologiFisiologi sel darah manusia

1.      Leukosit Leukosit adalah sel darah  berinti. Di dalam darah manusia, jumlah normal leukosit rata-rata

5000-9000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis, bila

kurang dari 5000 disebut leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih

mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah

cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi, yang tidak mempunyai

granula, sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis

leukosit agranuler : limfosit sel kecil, sitoplasma sedikit, monosit sel agak besar mengandung

sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis leukosir granuler: Neutrofil, Basofil, dan Asidofil

(eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral basa dan

asam. Granula dianggap spesifik bila ia secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan

pada sebagian besar precursor (pra zatnya). Meski masing-masing jenis sel terdapat dalam

sirkulasi darah, leukosit tidak secara acak terlihat dalam eksudat, tetapi tampak sebagai akibat

sinyal-sinyal kemotaktik khusus yang timbul dalam berkembangnya proses peradangan.

(Effendi, 2003)

Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat

asingan. Ketika viskositas darah meningkat dan aliran lambat, leukosit mengalami marginasi,

yakni bergerak ke  arah perifer sepanjang pembuluh darah. Kemudian melekat pada endotel dan

melakukan gerakan amuboid. Melalui proses diapedesis, yakni kemampuan leukosit untuk

menyesuaikan dgn lubang kecil lekosit, dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara

sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung. Pergerakan leukosit di daerah

intertisial pada jaringan meradang setelah leukosit beremigrasi, atau disebut kemotaktik terarah

oleh sinyal kimia. (Effendi, 2003).

Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah 4000-11000, waktu

lahir 15000-25000, dan menjelang hari ke empat turun sampai 12000, pada usia 4 tahun sesuai

jumlah normal. Variasi kuantitatif dalam sel-sel darah putih tergantung pada usia. waktu lahir, 4

tahun dan pada usia 14 -15 tahun persentase khas dewasa tercapai. (Effendi, 2003).

Fungsi sel Darah putih

Page 7: perkemihan urine

Granulosit dan Monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan terhadap

mikroorganisme. dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago- memakan), mereka memakan

bakteria hidup yang masuk ke sistem peredaran darah. melalui mikroskop adakalanya dapat

dijumpai sebanyak 10-20 mikroorganisme tertelan oleh sebutir granulosit. pada waktu

menjalankan fungsi ini mereka disebut fagosit. dengan kekuatan gerakan amuboidnya ia dapat

bergerak bebas didalam dan dapat keluar pembuluh darah dan berjalan mengitari seluruh bagian

tubuh. dengan cara ini ia dapat mengepung daerah yang terkena infeksi atau cidera, menangkap

organisme hidup dan menghancurkannya, menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran,

serpihan-serpihan dan lainnya, dengan cara yang sama, dan sebagai granulosit memiliki enzim

yang dapat memecah protein, yang memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan dan

membuangnya.

Dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhannya

dimungkinkan. Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan

sama sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan sempurna, maka dapat terbentuk nanah.

Nanah beisi "jenazah" dari kawan dan lawan - fagosit yang terbunuh dalam kinerjanya disebut

sel nanah. demikian juga terdapat banyak kuman yang mati dalam nanah itu dan ditambah lagi

dengan sejumlah besar jaringan yang sudah mencair. dan sel nanah tersebut akan disingkirkan

oleh granulosit yang sehat yang bekerja sebagai fagosit.

2.1.3 EtiologiPenyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan

terjadinya leukemia yaitu :

1.      Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur gen ( T cell leukemia-

lymphoma virus/HTLV).

2.      Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker sebelumnya.

3.       Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti

neoplastik.

4.      Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol

5.      Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot

6.      Kelainan kromosom : Sindrom Bloom’s, trisomi 21 (Sindrom Down’s), Trisomi G (Sindrom

Klinefelter’s), Sindrom fanconi’s, Kromosom Philadelphia positif, Telangiektasis ataksia

Page 8: perkemihan urine

Gejala penyakit leukemia biasanya ditandai dengan adanya anemia. Infeksi akan mudah

atau sering terjadi karena sel darah putih tidak dapat berfungsi dengan baik, rasa sakit atau nyeri

pada tulang, serta pendarahan yang sering terjadi karena darah sulit membeku. Jika tidak diobati,

maka akan mengakibatkan leukemia akut dan akhirnya dapat menyebabkan kematian. Penyebab

yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan

terjadinya leukemia, yaitu Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari

sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan

bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko

terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down

dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.

2.1.4 Manisfestasi klinisManifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut :

a.       Pilek tidak sembuh-sembuh

b.      Pucat, lesu, mudah terstimulasi

c.       Demam dan anorexia

d.      Berat badan menurun

e.       Ptechiae, memar tanpa sebab

f.       Nyeri abdomen

g.      Lumphedenopathy

h.      Hepatosplenomegaly

Gejala yang tidak khas ialah sakit sendi atau sakit tulang yang dapat disalahartikan sebagai

penyakit rematik. Gejala lain dapat timbul sebagai akibat infiltrasi sel leukemia pada alat tubuh

seperti lesi purpura pada kulit, efusi pleura, kejang pada leukemia serebral (Iman, 1997).

2.1.5 PatofisiologiNormalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast.

Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan

menimbulkan anemia dan trombositipenia. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan

menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi. Manifestasi

akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat.

Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yangt akan berdampak pada

penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan. Adanya

Page 9: perkemihan urine

infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan

nyeri persendian (Iman, 1997).

Sel mesenkim, stem sel, sel retikularSumsum tulangJaringan mieloidSel blas, mioblastPoliferasi SDP immaturMekanisme imun tergangguHematopoesis tergangguakumulasi imun tergangguResiko infeksi inflamasiHati Tulang SSPLimpa Hepatomegali Nyeri tulang Limfatomegali Sist neorologis trgannguNyeri tekanGg. nutrisi Sakit kepala, nausea, penglihatan kabur, diplopea, Prod. SDM trganggutrombositopeniaAnemia

Pembekuan  trganggu

Suplai o2 menurun Pucat, lesu, letargi, dispnea Perdarahan spontan Resiko syok hipovolemik 

Page 10: perkemihan urine

Risiko injuri Gg pola nafas  

(http://nursungscib.com/pathophysiology/pathofisiology-of-leukemia/)2.1.6 Penatalaksanaan Medis1. Pelaksanaan kemoterapi2.  Irradiasi cranial3. Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi :a. Fase induksiDimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikostreroid

(prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda

penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang

dari 5%.

b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusatPada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal untuk

mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien

leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.

c. KonsolidasiPada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan remisis dan mengurangi

jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan

dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan.

Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat

dikurangi.

4. Program terapi

Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu:

a)      Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:

Page 11: perkemihan urine

- Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi. Apabila terjadi

perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka diperlukan transfusi

trombosit.

-  Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.

b)  Pengobatan spesifik

Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya tergantung pada

kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai

berikut:

- Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker sering disebut

sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud untuk mengurangi sel-

sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat mengurangi

gejala-gajala yang tampak.

- Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak memperbanyak diri

lagi.

- Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat

- Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi

c) Pengobatan imunologik

Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien dapat

sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus.

2.2 Konsep Dasar Askep2.2.1 Pengkajiana. Data biografi pasienLeukemia banyak menyerang laki-laki dari pada wanita dan menyerang pada usia lebih dari 20

tahun khususnya pada orang dewasa.

b. Riwayat Kesehatana) Riwayat Kesehatan SekarangPada penyakit leukemia ini klien biasanya lemah, lelah, wajah terlihat pucat, sakit kepala,

anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.

b) Riwayat penyakitPada riwayat penyakit klien dengan leukemia, kaji adanya tanda-tanda anemia yaitu pucat,

kelemahan, sesak, nafas cepat. Kaji adanya tanda-tanda leucopenia yaitu demam dan adanya

infeksi. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia yaitu ptechiae, purpura, perdarahan membran

Page 12: perkemihan urine

mukosa. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola yaitu limfadenopati, hepatomegali,

splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis. Kaji adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal,

inflamasi disekitar rectal, nyeri ( Lawrence, 2003).

c)Riwayat Kesehatan Keluarga     Adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar monozigot.

d)      Riwayat kebiasaan sehari-hariPerbedaan pola aktivitas dirumah dan dirumah sakit.

e)   Riwayat psikososiala.       Psikologi

Pada kasus ini biasanya klien dan keluarga takut dan cemas terhadap penyakit yang diderita.

Klien sangat membutukan dukungan dari keluarga dan perawat.

b.      Sosial Ekonomi

Klien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga maupun dengan tetangga disekitar

rumahnya dengan adanya keluarga dan tetangga yang membesuk serta klien hidup dalam

keadaan ekonomi yang sederhana.

f)       Data penunjang

Data laboratorium pada klien dengan leukemia :

-          Anemi normokrom normositer

-          Leukosit >15.000/mm3 (5000-10000/ mm3)

-          Sitogenik : kelainan pada kromosom 12, 13, 14, kadang-kadang pada kromosom 6, 11

-          Hb                 : 7,3  mg / dl ( N : 12.0 – 16.0 g/dL).

-          Trombosit      : 100.000 (150.000-400.000/mm3)

-          SDP : 60.000/cm (50.000)

-          PT/PTT : memanjang

-          Copper serum : meningkat

-          Zink serum : menurun 

g)    Penatalaksanaan

Terapi dan obat yang diberikan pada klien dengan leukemia :- Transfusi bila perlu- Klorambusil

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Page 13: perkemihan urine

1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia

3. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit

4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah

5. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen

kemoterapi

6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise,

mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis

7. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,

imobilitas.

9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.

10. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia

(Simon, 2003).

2.2.3 Intervensi dan Rasional            a) Dx. 1Tujuan : pasien bebas dari infeksiKriteria hasil :a. Normotermiab. Hasil kultur negativec. Peningkatan penyembuhanIntervensi :

1.      Pantau suhu dengan teliti (TTV)

Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi

2.      Tempatkan klien dalam ruangan khusus

Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya klien dari sumber infeksi

3.      Anjurkan semua pengunjung dan staf rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan

dengan baik

Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif

4.      Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif

Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi

5.      Evaluasi keadaan klien terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan

jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi

Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi

Page 14: perkemihan urine

6.      Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik

Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme

7.      Berikan periode istirahat tanpa gangguan

Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler

8.      Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia

Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh

9.      Berikan antibiotik sesuai ketentuan

Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus

b) Dx. 2 Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitasKriteria hasil : - klien tidak pusing

-  Klien tidak lemah-  HB 12 gr/%-  Leukosit normal-  Tidak anemis

Intervensi :1.      Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala aktifitas

sehari-hari

Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan

2.      Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan

Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan

3.      Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan

Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi

4.      Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi

Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri

5.      Kolaborasikan pemasangan tranfusi darah

Rasional : transfusi darah dapat meningkatkan kadar hemoglobin di dalam darah klien.

c) Dx. 3Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan

Kriteria hasil : HB 12gr/%

                                    Tidak anemis

Intervensi :

1.      Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah ekimosis

Page 15: perkemihan urine

Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi dengan adanya anemia

2.      Cegah ulserasi oral dan rectal

Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah

3.      Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi

Rasional : untuk mencegah perdarahan

4.      Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut

Rasional : untuk mencegah perdarahan

5.      Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, dan pucat)

Rasional : untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan

6.      Hindari obat-obat yang mengandung aspirin

Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit

7.      Ajarkan orang tua dan klien yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan hidung

Rasional : untuk mencegah perdarahan

d) Dx. 4

Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan, pasien tidak mengalami mual dan muntah

Kriteria hasil : - klien tidak lemah dan anemis

-  Turgor kulit baik

-  Mukosa bibir lembab, tidak sianosis

Intervensi :1.      Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi

Rasional : untuk mencegah mual dan muntah

2.      Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi

Rasional : untuk mencegah episode berulang

3.      Kaji respon klien terhadap anti emetic

Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil

4.      Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat

Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah

5.      Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering

Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik

6.      Berikan cairan intravena sesuai ketentuan

Rasional : untuk mempertahankan hidrasi

Page 16: perkemihan urine

e)      Dx. 5

Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral

Kriteria hasil : - kesehatan oral klien baik

Intervensi :

1.      Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral

Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang segera

2.      Hindari mengukur suhu oral

Rasional : untuk mencegah trauma

3.      Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut kasa

Rasional : untuk menghindari trauma

4.      Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan bikarbonat

Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan

5.      Gunakan pelembab bibir

Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)

6.      Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil

Rasional : karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah yang mengakibatkan resiko

aspirasi dan dapat menyebabkan kejang

7.      Berikan diet cair, lembut dan lunak

Rasional : agar makanan yang masuk dapat ditoleransi klien

8.      Inspeksi mulut setiap hari

Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi

9.      Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan

Rasional : untuk membantu melewati area nyeri

10.  Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia

Rasional : dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi, memperlambat

penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa

11.  Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan

Rasional : untuk mencegah atau mengatasi mukositis

12.  Berikan analgetik

Rasional : untuk mengendalikan nyeri

f)       Dx. 6

Page 17: perkemihan urine

Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat

Kriteria hasil : - klien tidak pucat

-  Klien tidak anemis

-  Mukosa bibir lembab

-  Nafsu makan meningkat

-  Bb meningkat

Intervensi :

1.      Dorong klien  untuk tetap rileks saat makan

Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan muntah

serta kemoterapi

2.      Izinkan klien  memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan unmtuk

memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan klien meningkat

Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal

3.      Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen yang

dijual bebas

Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi

4.      Izinkan klien untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan

Rasional : untuk mendorong agar klien mau makan

5.      Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering

Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik

6.      Dorong klien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient

Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk menghilangkan produk sisa

suplemen dapat memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein

yang adekuat

7.      Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep

Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB kurang dari

normal

g)      Dx. 7

Tujuan : klien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima klien

Kriteria hasil : - skala nyeri 3

Page 18: perkemihan urine

Intervensi :

1.      Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5

Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan intervensi

2.      Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat akses vena

Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman

3.      Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi

Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat

4.      Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat

Rasional : sebagai analgetik tambahan

5.      Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur

Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri

h)      Dx. 8

Tujuan : klien mampu mempertahankan integritas kulit

Kriteria hasil : - klien bersih

-  Klien merasa nyaman

Intervensi :

1.      Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal

Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi

2.      Ubah posisi dengan sering

Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit

3.      Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan

Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit

4.      Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker

Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi pada

beberapa agen kemoterapi

5.      Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering

Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit

6.      Dorong masukan kalori protein yang adekuat

Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative

7.      Anjurkan memilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi

Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan

Page 19: perkemihan urine

i)        Dx. 9

Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif

Kriteria hasil : - keluarga tidak cemas

-  Klien memahami instruksi dari perawat

Intervensi :

1.      Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari, angin atau dingin

Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut

2.      Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus

Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial

3.      Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna atau

teksturnya agak berbeda

Rasional : untuk menyiapkan klien dan keluarga terhadap perubahan penampilan rambut baru

4.      Dorong hygiene dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig, skarf, topi, tata

rias, dan pakaian yang menarik

Rasional : untuk meningkatkan penampilan

j)        Dx. 10

Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik atau terapi

Kriteria hasil : - klien dan keluarga bisa memahami prosedur yang disampaikan perawat

-       Klien dan keluarga tidak cemas

Intervensi :

1.      Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pada klien

Rasional : untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu

2.      Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff

Rasional : untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan

3.      Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu klien menjalani

kehidupan yang normal

Rasional : untuk meningkatkan perkembangan klien yang optimal

4.      Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan klien sebelum

diagnosa dan prospek klien untuk bertahan hidup

Rasional : memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut secara realistis

Page 20: perkemihan urine

5.      Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu klien tentang hasil tindakan dan

kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan

Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur

6.      Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada

Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga (Doenges, 1999).

2.2.4 ImplementasiImplementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah dibuat

untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan

keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang

diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah ditentukan dapat

tercapai.

2.2.5 EvaluasiEvaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan klien. Hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah :

a. Klien  tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan

peningkatan toleransi aktifitas.

c. Klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.d. Klien menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah

e. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman

f. Masukan nutrisi adekuatg. Klien  beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti

ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.

h. Kulit tetap bersih dan utuhi. Klien mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, klien membantu

menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode ini dan

klien tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.

j. Klien dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan

pengetahuan tentang penyakit klien dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan serta

kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama klien.

k. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan klien

mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap terminal,

pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat (Wong. D.L, 2004).

Page 21: perkemihan urine

BAB III

TINJAUAN KASUS

No. Reg                       : 111234Tanggal masuk            : 10-11-2010Tanggal Dikaji : 10-11-2010Ruangan                      : MelatiDiagnosa Medis          : Leukemia

3.1 Pengkajiana. Identitas KlienNama               : Tn. ZUmur               : 27 tahunJenis Kelamin  : Laki-lakiAlamat             : SukamerinduPendidikan      : SMAAgama             : IslamAnak ke           : 1Penanggung JawabNama                           : Ny.KUmur                           : 50 tahunJenis Kelamin              : PerempuanAlamat                         : SukamerinduPekerjaan                     : WiraswastaHub dengan klien        : Ibu kandungb.Keluhan UtamaKlien datang dengan keluhan utama demam, lemah, tidak bertenaga dan nafsu makan menurun

disertai mual dan muntah.

Page 22: perkemihan urine

c.       Riwayat Kesehatan

1.      Riwayat Kesehatan sekarang

Klien Tn. Z masuk IGD Rumah sakit M. Yunus Bengkulu pada tanggal 10 Desember 2010

diantar keluarga pukul 12.45 WIB dengan keluhan utama demam, lemah disertai dengan nafsu

makan menurun dan rasa mual muntah. Keluhan tersebut dirasakan sejak 5 bulan terakhir, dan

akhir-akhir ini sering disertai dengan suka pingsan. Pada saat perawat melakukan pengkajian

tanggal 10 Desember 2010 pukul 13.30 Wib di ruangan Melati didapatkan bahwa  klien tampak

pucat, lemah, pusing, berkunang saat berdiri  dan nafsu makan menurun, klien tampak gelisah.

2.      Riwayat Kesehatan Dahulu

Sebelumnya klien belum pernah masuk rumah sakit dengan penyakit yang dialami klien saat

ini.

3.      Riwayat Kesehatan Keluarga

Dalam anggota keluarga klien, kakek klien pernah menderita penyakit yang sama dengan

penyakit yang sedang diderita klien saat ini dan tidak ada yang mengalami penyakit menular.

d.      Pemeriksaan Fisik

a)      Keadaan Umum   : Lemah

b)      Kesadara              : Compos Mentis

c)      TTV                      :

TD            : 110/70 mmHg

N             : 108x/menit

S               : 38,50C

RR            : 18x/menit

GCS,    :   E          = 4

M         = 6

V         = 5

JUMLAH : 15

d)     Kepala :Inspeksi      : Warna rambut hitam, penyebaran merata, tidak terdapat ketombe/kotoran.

Palpasi        : Tidak terdapat benjolan.e)      Mata :                                                                            

Inspeksi    : Tidak terdapat sekret, konjungtiva anemis, penglihatan baik.

Page 23: perkemihan urine

f)       Hidung :                                                                                 Inspeksi    : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan, tidak terdapat secret.

g)      Mulut :                                                                                     Inspeksi : Mukosa bibir kering, pucat, tidak terdapat lesi.

h)      Telinga :Inspeksi    : Bersih tidak terdapat serumen, tidak ada lesi. Palpasi     :  Tidak terdapat benjolan, tidak ada peradangan, pendengaran baik.

i)        Leher : Inspeksi   : warna kulit merata, tidak terdapat lesi. Palpasi     : tidak terdapat pembesaran venajugolaris pada leher

j)        Dada/Thorak : Inspeksi    : Bentuk dada simetris, tidak terdapat lesi, warna kulit sama dengan sekitar.Palpasi      : Tidak terdapat benjolan, pengembangan paru kiri & kanan tidak sama.

Perkusi                 : Bunyi jantung mur mur, bunyi paru resonances.Auskultasi : Pernapasan bronchovesiculer.

k)      Abdomen :Inspeksi   : Tidak terdapat lesi, tidak ada luka bekas operasi, warna sama dengan sekitar.Palpasi     : terdapat hepatomegali dan splenomegali.Auskultasi : Bising usus 20x/menit.         Perkusi     : Bunyi tympani.

l)        Genetalia : Inspeksi    : Tidak terdapat lesi, warna sama dengan sekitar, tidak terdapat iritasi, bentuk simetris.

Palpasi      : Tidak terdapat nyeri tekan pada daerah perineal.m)    Extremitas :

Atas    : Tangan kanan terpasang infus, pergerakan lemah, reflek bisep & trisep baik. Bawah : Pergerakan lemah, reflek patela baik, reflek bisep & trisep baik.

n)      Kulit : pucat , turgor buruk, texture halus.

e.       Riwayat Psikososial1.      Psikologi

Klien tampak cemas dengan keadaan penyakitnya. Hubungan klien dengan  keluarga baik.

Terlihat keluarga ramai menjenguk klien di Rumah Sakit.

2.      Sosial dan ekonomi

Page 24: perkemihan urine

Klien bekerja sebagai wiraswasta, banyak kerabat klien mengunjungi klien ketika dirawat.

3.      Data SpiritualKepercayaan dan keyakinan klien terhadap agama cukup, sebelum sakit klien sering beribadah.

f.       Data PenunjangHb                   : 9,3  mg / dl ( N : 12.0 – 16.0 g/dL).            Leukosit          : 24000 / mm3 (5000-10000/ mm3)            Trombosit        : 100.000 (150.000-400.000/mm3)            SDP                 : 60.000/cm (50.000)

PT/PTT            : memanjang

Copper serum  : meningkat

Zink serum : menurun

Kebiasaan Sehari-hari

No KEBIASAAN DIRUMAH DIRUMAH SAKIT1.

2.

3.

A. Nutrisi- Makanan       Frekuensi       Jenis       Masalah- Minum       Frekuensi       Jenis       Kebiasaan minum kopiPola EliminasiBAB     Frekuensi     Konsistensi     Warna     Bau BAK     Frekuensi     Warna      Gangguan BAK     Jumlah      Bau               Istirahat dan tidur

3X sehari1 porsi

Nasi + sayurTidak ada

6-7 gelas / hariAir putihTidak ada

1x sehariLembekKuningKhas

2 x sehariKuning

Tidak ada1500 cc

Khas

3X sehari1/2 porsi

Nasi + Sayurada

2-3 gelas / hariAir putihTidak ada

1x sehariAgak keras

KuningKhas

1x sehariKuning

Tidak ada1000 cc

Khas

Page 25: perkemihan urine

4.

5.

     Tidur siang     Tidur malam     Gangguan tidur     Personal Hygiene

  MandiFrekuensi Pakai Sabun- Cuci Rambut

   Frekuensi   Pakai shampo     

- Sikat gigi   Frekuensi    Pakai pasta

KebersihanAktivitas sehari-hari

Jarang6-7 jam / hari

Tidak ada

2x / hariYa

3x / mingguYa

2x / hariYa

Aktivitas klien dilakukan secara

mandiri

4-5 jam / hari5-6 jam / hari

Tidak ada

Hanya di LapTidak

Tidak pernahTidak

Tidak pernahTidak pernah

Aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat

ANALISA DATA

Nama               : Tn. Z                                                             Ruangan          : MelatiUmur               : 27 Tahun                                                       No. Register    : 111234No. Data Senjang Interpretasi Data Masalah

1.DS : -   Klien mengeluh badannya terasa

lemah

-  Klien mengatakan tidak nafsu makan

- klien mengatakan mual dan muntah

DO :

        Klien tampak gelisah

Sel mesenkim↓

Sel blast, mioblast↓

Proliferasi SDP immatur

↓Akumulasi

↓Infiltrasi

Gangguan nutrisi

Page 26: perkemihan urine

2.

        Klien tampak pucat dan lemah

        Turgor kulit jelek

        Mukosa bibir kering

        BB awal 55kg

        BB sekarang 49kg

        TB 160cm

DS :

        Kilen mengatakan pusing

        Klien mengatakan badannya lemah

        Klien mengatakan berkunang saat

berdiri

        Klien mengatakan mengalami

tanda-tanda ini sejak  5 bulan

terakhir.

        HB 9,3 gr / %

        Leukosit 24000/mm3

DO :

        Klien tampak lemah

        Klien tampak pucat

        Klien tampak anemis

        Aktivitas klien tampak dibantu

↓Hati

↓Hematomegali

↓Gg nutrisi

Kegagalan sumsum tulang belakang

↓Produksi eritrosit

menurun↓

Transfor nutrisi kejaringan menurun

↓Kelemahan

↓Intoleransi aktivitas

Intoleransi aktivitas

Page 27: perkemihan urine

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama               : Tn. Z                                                             Ruangan          : MelatiUmur               : 27 Tahun                                                       No. Register    : 111234No Diagnosa keperawatan Tanggal

ditemukan Paraf Tanggal

teratasiParaf

1.

2.

Perubahan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh

yang berhubungan

dengan anoreksia,

malaise, mual dan

muntah, efek samping

kemoterapi dan atau

stomatitis

Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan

kelemahan akibat anemia

10-11-10

10-11-10

ji

ji

Page 28: perkemihan urine

INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama               : Tn. Z                                                             Ruangan          : MelatiUmur               : 27 Tahun                                                       No. Register    : 111234

Nodx

Tgl/jam Tujuan dan kriteria hasil

Rencana Tindakan Rasional Paraf

1 10-11-10/ 14.00

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3 x 24 jam

diharapkan kebutuhan

nutrisi terpenuhi

dengan kriteria hasil :

        Klien  tidak tampak

gelisah

        Klien tidak pucat dan

lemah

        Turgor kulit baik

        Mukosa bibir lembab

        Tidak anoreksia

        BB meningkat

1.      Dorong klien  untuk

tetap rileks saat

makan

2.      Izinkan klien

memakan semua

makanan yang dapat

ditoleransi,

rencanakan untuk

memperbaiki kualitas

gizi pada saat selera

makan klien

meningkat

3.      Berikan makanan

yang disertai

suplemen nutrisi gizi,

seperti susu bubuk

atau suplemen yang

dijual

4.      Izinkan klien untuk

terlibat dalam

persiapan dan

pemilihan makanan

5.      Dorong masukan

nutrisi dengan jumlah

1.      Jelaskan bahwa

hilangnya nafsu

makan adalah akibat

langsung dari mual

dan muntah serta

kemoterapi

2.      Untuk

mempertahankan

nutrisi yang optimal

3.      untuk

memaksimalkan

kualitas intake

nutrisi

4.      Untuk mendorong

agar klien mau

makan

5.      Karena jumlah yang

kecil biasanya

ditoleransi dengan

baik

ji

Page 29: perkemihan urine

sedikit tapi sering

6.      Dorong klien untuk

makan diet tinggi

kalori kaya nutrient

7.      Timbang BB, ukur

TB

6.      kebutuhan jaringan

metabolik

ditingkatkan begitu

juga cairan untuk

menghilangkan

produk sisa

suplemen dapat

memainkan peranan

penting dalam

mempertahankan

masukan kalori dan

protein yang adekuat

7.      membantu dan

mengidentifikasikan

malnutrisi kalori,

khususnya bila BB

kurang dari normal

2 11-10-1015.00

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3 x 24 jam

diharapkan klien dapat

melakukan

aktivitasnya secara

mandiri. Dengan

Kriteria hasil :

        Kilen tidak pusing

        Klien tidak lemah

        Klien tidak

berkunang saat berdiri

        HB 12 gr / %

        Leukosit normal

1.      Evaluasi laporan

kelemahan, perhatikan

ketidakmampuan

untuk berpartisipasi

dalam aktifitas sehari-

hari

2.      Berikan lingkungan

tenang dan perlu

istirahat tanpa

gangguan

3.      Kaji kemampuan

untuk berpartisipasi

1.      Menentukan derajat

dan efek

ketidakmampuan

2.      Menghemat energi

untuk aktifitas dan

regenerasi seluler

atau penyambungan

jaringan

3.      Mengidentifikasi

kebutuhan individual

dan membantu

ji

Page 30: perkemihan urine

        Klien tidak tampak

pucat

        Klien tidak tampak

anemis

pada aktifitas yang

diinginkan atau

dibutuhkan

4.      Berikan bantuan

dalam aktifitas sehari-

hari dan ambulasi

5.      Kolaborasikan dengan

pemberian transfusi

darah

pemeliharaan

intervensi

4.      Memaksimalkan

sediaan energi untuk

tugas perawatan diri

Pemberian transfusi

darah akan

meningkatkan kadar

hemoglobin di dalam

darah

IMPLEMENTASI KEPERAWATANNama               : Tn. Z                                                             Ruangan          : MelatiUmur               : 27 Tahun                                                       No. Register    : 111234Tgl/jam No Tindakan Keperawatan Respon hasil Paraf

Page 31: perkemihan urine

10-11-1014.30

15.30

1

2

1.      Mendorong klien  untuk tetap

rileks saat makan

2.      Mengizinkan klien  memakan

semua makanan yang dapat

ditoleransi, merencanakan

untuk memperbaiki kualitas

gizi pada saat selera makan

klien meningkat

3.      Memberikan makanan yang

disertai suplemen nutrisi gizi,

seperti susu bubuk atau

suplemen yang dijual

4.      Mengizinkan klien untuk

terlibat dalam persiapan dan

pemilihan makanan

5.      Mendorong masukan nutrisi

dengan jumlah sedikit tapi

sering

6.      Mendorong klien untuk

makan diet tinggi kalori kaya

nutrient

7.      Menimbang BB dan

mengukur TB

1.      Mengevaluasi laporan

kelemahan,memperhatikan

ketidakmampuan untuk

berpartisipasi dalam aktifitas

sehari-hari

2.      Memberikan lingkungan

tenang dan memerlukan

        Klien makan dengan

rileks

        Klien hanya

menghabiskan 3/4 porsi

makanannya

        Nutrisi klien tercukupi

        Klien memilih sendiri

makanan yang ia inginkan

sesuai dengan diit yang

telah disarankan

        Klien ingin memakan

makanannya

        Nutrisi klien tercukupi

        BB klien 52kg dan TB

160cm

        Klien tampak masih

berbaring di tempat tidur

        Lingkungan tenang, klien

merasa nyaman

        Klien tampak

bersemangat

        Klien mengikuti

instruktur yang diberikan

ji

ji

Page 32: perkemihan urine

istirahat tanpa gangguan

3.      Mengkaji kemampuan untuk

berpartisipasi pada aktifitas

yang diinginkan atau

dibutuhkan

4.      Memberikan bantuan dalam

aktifitas sehari-hari dan

ambulasi

5.      Mengkolaborasikan

pemberian transfusi darah

        Hb klien meningkat

EVALUASINama               : Tn. Z                                                             Ruangan          : MelatiUmur               : 27 Tahun                                                       No. Register    : 111234

Tgl No dx

Perkembangan Paraf

13-11-10

13-11-10

1

2

S = -  Klien mengatakan sudah ada nafsu makan tapi

sedikit

- klien mengatakan tidak mual dan muntahO =- Klien masih tampak pucat dan lemah        Turgor kulit baik        Mukosa bibir lembab        BB awal 55kg        BB sekarang 52kg         TB 160cm

A = Masalah teratasi sebagianP = Intervensi dilanjutkan

S = - Kilen mengatakan pusing

        HB 10 gr / %

        Leukosit 12.000/mm3

TD       : 120/70 mmHg

N          : 95x/menit

S          : 37,50C

RR       : 18x/menit

ji

ji

Page 33: perkemihan urine

O =- Klien tampak lemah        Klien tampak pucat        Konjungtiva tampak anemis

        Aktivitas klien tampak dibantu

A = masalah teratasi sebagianP = intervensi dilanjutkan

BAB IV

 PENUTUP

3.1.Kesimpulan.

Page 34: perkemihan urine

Adapun kesimpulan dari pembuatan makalah ini yaitu Leukemia merupakan kanker yang

terjadi pada sel darah manusia. Untuk mengetahui tentang leukemia,  kita harus mengenal dahulu

sel-sel darah yang normal serta apa yang terjadi jika terkena leukemia.Dan kepada pembaca dan

penulis bisa lebih memahami materi mengenai penyakit leukemia dilihat dari perbandingan data

di lahan dan konsep teori yang sesungguhnya.

3.2.Saran.

Kami yakin makalah ini banyak kekurangannya maka dari itu kami sangat mengharapkan

saran dari teman-teman dalam penambahan untuk kelengkapan makalah ini,karna dari saran yang

kami terima dapat mengkoreksi makalah yang kami buat ini.atas saran dari teman-teman kami

ucapkan terima kasih.

Page 35: perkemihan urine

asuhan keperawatan pada pasien leukemia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio

patologis sel hemapoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam

membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Mansjoer, 2002).

Penyakit ini merupakan penyakit darah dan organ-organ yang disebabkan karna pertumbuhan

yang subur atau proliferasi sel-sel darah putih yang imatur sehingga mempengaruhi produksi sel-

sel darah merah lainnya.

Penyakit ini disebabkan terjadinya kerusakan pada tempat produksi sel darah yaitu pada

sum-sum tulang, dimana sum-sum tulang bekerja aktif dalam memproduksi sel-sel darah tapi sel

darah yang diproduksi adalah sel-sel darah yang tidak normal sedangkan produksi sel-sel darah

normal terhambat.

Untuk itu, diharapkan perawat dapat memberikan pelayanan-pelayanan kesehatan yang

optimal sehingga dapat membantu meningkatkan kesehatan pasien. Misalnya, memantau kondisi

pasien dan juga menjauhkan pasien dari hal-hal yang dapat membuat penyakit leukemia yang

pasien derita bertambah parah.

1.2    Rumusan Masalah

1.    Apa yang dimaksud dengan leukemia?

2.    Apa saja manifestasi klinis dan etiologi dari leukemia?

3.    Apa patofisiologi dari leukemia?

4.    Bagaimana Asuhan Keperawatan bagi pasien leukemia?

1.3    Tujuan

Page 36: perkemihan urine

1.    Untuk mengetahui pengertian dan pemahaman tentang leukemia.

2.    Untuk mengetahui manifestasi klinis dan etiologi dari leukemia.

3.    Untuk memahami patofisiologi dari leukemia.

4.    Untuk memahami asuhan keperawatan bagi pasien leukemia.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Anatomi Fisiologi Organ

Darah merupakan jaringan tubuh yang berbentuk cairan yang terdapat dalam pembuluh

darah, dan termasuk dalam sistem hematologi. Jumlah darah setiap individu berbeda-beda

tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung dan pembuluh darah. Normalnya pada orang

sehat 1/13 dari berat badan atau 4 sampai 5 Liter. Darah berfungsi sebagai alat pengangkut dan

sebagai pertahanan tubuh serta penyebar panas keseluruh tubuh.

Darah mengandung:

1.    Air 91%

2.    Protein 8% (Albumin, Globulin, Protombin dan Fibrinogen)

3.    Mineral 0,9% (Natrium Klorida, Natrium Bikarbonat, Garam, Posphatt, Magnesium dan Asam

Amino)

Darah itu sendiri terbagi atas :

       Eritrosit

Merupakan sel darah merah yang berbentuk cakram bikonkaf dan tidak berinti.

Normalnya 5.000/mm3 darah. Eritrosit ini mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin (Hb).

Hb normal wanita 11,5 mg% dan Hb normal laki_laki 13 mg%. Eritrosit berfungsi sebagai

pengikat oksigen dari paru-paru lalu diedarkan keseluruh tubuh dan mengikat CO2 dari jaringan

tubuh lalu dikeluarkan malalui paru-paru.

       Leukosit

Page 37: perkemihan urine

Leukosit merupakan sel darah putih yang terbagi atas dua kategori : granolosit sebanyak

60% san sel mononuklear (agranosit) sebanyak 40%. Leukosit memiliki inti dan bentuk yang

berubah-ubah. Leukosit berfungsi sebagai pertahan tubuh terhadap benda asing yang menyerang

tubuh. Contoh infasi bakteri

Normal leukosit : 5.000-10.000 mm3

       Trombosit

Trombosit merupakan partikel-partikel kecil yang bermacam-macam, ada bulat dan

lonjong. Trombosit berwarna putih. Jumlah normalnya 150.000 – 450.000/mm3. Leukosit

berfungsi sebagai pengontrol pendarahan. Contoh: dalam pembekuan darah

2.2  Landasan Teoritis Penyakit

A.       Definisi

Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk

darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001).

Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum

tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002).

Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio

patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam

membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain. (Arief Mansjoer,

dkk, 2002).

Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel – sel pembentuk darah dalam sum –

sum tulang dan limfa nadi. (Reeves, 2001)

Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum – sum tulang

yang ditandai oleh proliferasi sel – sel darah putih dengan manifestasi adanya sel – sel abnormal

dalam darah tepi. Pada leukemia ada gangguan dalam pengaturan sel leokosit. Leukosit dalam

darah berfloreferasi secara tidak teratur dan tidak terkendali dan fungsinya pun menjadi normal.

Oleh karena proses tersebut fungsi – fungsi lain dari sel darah merah normal terganggu hingga

menimbulkan gejala leukemia yang dikenal dalam klinik. (Bambang Permono, 2005)

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa leukemia

adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan yang sangat cepat (poliferasi) sel darah

putih yang abnormal pada jaringan pembentuk darah.

Page 38: perkemihan urine

Klasifikasi LeukemiaKetika pada pemeriksaan diketahui bahwa leukemia mempengaruhi limfosit atau sel

limfoid, maka disebut leukemia limfositik.Sedangkan leukemia yang mempengaruhi sel mieloid

seperti neutrofil, basofil, dan eosinofil, disebut leukemia mielositik.

1.      Leukemia Mielogenosa AkutAML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke

semua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.

2.      Leukemia MielogenosaKronisCML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid.

Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan.CML jarang menyerang individu di bawah 20 tahun.Manifestasi mirip dengan gambaran AML tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.

3.      Leukemia Limfositik AkutALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada

anak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 ALL jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel normal.

4.      Leukemia Limfositik KronisCLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70

tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.

B.       Etiologi

Page 39: perkemihan urine

Secara pasti penyebat dari penyakit leukemia belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor

prediosposisi yang dapat menyebabkan terjadinya leukemia (Suriadi & Rita Yuliani, 2001), yaitu

:

a.         Faktor genetik, dapat dilihat pada tingginya kasus leukemia pada anak kembar monozigot.

b.        Faktor lingkungan, berupa kontak dengan radiasi ionisasi disertai menifestasi leukemia timbul

bertahun – tahun kemudian.

c.         Zat kimia, misalnya benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen anti neoplastik.

d.        Agen virus, HTLV-1 dari leukemia sel T sejak lama dapat menyebabkan timbulnya leukemia.

e.         Obat – obatan imunosupresif, obat anti kanker, obat – obatan kardiogenik seperti

diethylstilbestrol

f.         Neoplasma

Ada persamaan jelas antara leukemia dan penyakit neoplastik lain, misalnya proliferasi sel yang

tidak terkendali, abnormalitas morfologi sel, dan infiltrasi organ. Selain dari itu kelainan sum –

sum kronis dapat berubah bentuk akhirnya menjadi leukemia akut, misalnya polisefemia vera,

mielosklerosis atau anemia plastik.

g.        Kelainan kromosom, misalnya pada sindrom down.

C.       Manifestasi Klinis / Tanda dan Gejala

Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia menurut Suriadi & Rita

Yuliani (2001) adalah sebagai berikut :

a.         Pilek tidak sembuh – sembuh

b.        Demam dan anorexia

c.         Pucat, lesu, mudah terstimulasi

d.        Berat badan menurun

e.         Ptechiae, memar tanpa sebab

f.         Nyeri pada tulang dan persendian

g.        Nyeri abdomen

h.        Lumphedenopathy

i.          Hepatosplenomegaly

j.          Abnormal WBC

Manifestasi klinik lainnya, yaitu:

Page 40: perkemihan urine

1. Anemia

Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan sumsum

tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya konsentrasi hemoglobin,

turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah kurang. Anak yang menderita leukemia mengalami

pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas.

2. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi

Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan menurunkan daya

tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat

bekerja secara optimal.

3. Perdarahan

Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan mukosa seperti

gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering disebut petekia. Perdarahan ini

dapat terjadi secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar trombosit sangat rendah,

perdarahan dapat terjadi secara spontan.

4. Penurunan kesadaran

Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat menyebabkan

berbagai gangguan seperti kejang sampai koma.

5. Penurunan nafsu makan

6. Kelemahan dan kelelahan fisik

D. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik

Menurut Ngastiyah, (1987) pemeriksaan yang dilakukan pada penderita leukemia adalah

sebagai berikut :

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Darah Tepi

Page 41: perkemihan urine

Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sum – sum tulang yaitu

adanya pansitupenia, lifositosis yang terkadang menyebabkan gambaran darah tepi terdapat sel

blas yang merupakan gejala patonomenik untuk leukemia.

b. Kimia Darah

Dari hasil pemeriksaan kimia darah biasanya terdapat kolesterol rendah, asam urat dapat

meningkat dan hipogamaglobinemia.

c. Sum – sum Tulang

Dari pemeriksaan sum – sum tulang dapat ditemukan gambaran yang hanya terdiri dari sel

limfopeutik patologis. Pada LMA selain gambaran tersebut terdapat pula adanya liatus leukemia

yaitu keadaan yang diperlihatkan sel blas (mie blas), beberapa sel tua (segment) dan sangat

kurang bentuk pemotongan sel yang berada diantaranya (promielost, mielosil, metamielosit dan

sel batang).

2. Biopsi Limpa

Dari hasil pemeriksaan ini akan terlihat proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari

jaringan limpa yang terdesak seperti : limposit normal, RES, Granulosit, pulp cell.

3. Cairan Serebropinalis

Leukemia Meningeal terjadi jika terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein.

4. Sistogenik

Dari pemeriksaan sistogenik 70 – 90 % dari kasus leukemia menunjukkan adanya kelainan

kromosom yaitu pada kromosom 21.

Pemeriksaan pada penderita leukemia menurut Betz, Cecily L (2002), yaitu :

a. Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm3

saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm3

adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur, hitung darah lengkap biasanya

juga menunjukkan normositik, anemia normositik.

b. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml

c.  Retikulosit : jumlah biasaya rendah

d.  Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)

e.   SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immature

f.   PTT : memanjang

g.  LDH : mungkin meningkat

Page 42: perkemihan urine

h.  Asam urat serum : mungkin meningkat

i.  Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik

j.  Copper serum : meningkat

k.      Zink serum : menurun

l.        Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan

m.    Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat

n.      Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.

o.      Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis.

p.      Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang.

q.      Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.

r.        Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan.

E. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

1. Pelaksanaan kemoterapi

2.  Irradiasi cranial

3. Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi :

a. Fase induksi

Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi

kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika

tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel

muda kurang dari 5%.

b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat

Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui

intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya

pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.

c. Konsolidasi

Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan remisis dan

mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau

bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap

Page 43: perkemihan urine

pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau

dosis obat dikurangi.

4. Program terapi

Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu:

a)      Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:

         Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi. Apabila terjadi

perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka diperlukan transfusi

trombosit.

         Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.

b)  Pengobatan spesifik

Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya

tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya

adalah sebagai berikut:

         Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker sering disebut

sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud untuk mengurangi sel-

sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat mengurangi

gejala-gajala yang tampak.

         Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak memperbanyak diri

lagi.

         Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat

- Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi

c) Pengobatan imunologik

Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien dapat

sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus.

5. Penggunaan obat tradisional yaitu perpaduan antara buah mahkota dewa, sambiloto, daun

pegagan dan buah mengkudu.

F. Komplikasi

Penyakit leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya yaitu:

Page 44: perkemihan urine

1.      Kelelahan (fatigue). Jika leukosit yang abnormal menekan sel-sel darah merah, maka anemia

dapat terjadi. Kelelahan merupakan akibat dari kedaan anemia tersebut. Proses terapi Leukemia

juga dapat meyebabkan penurunan jumlah sel darah merah.

2. Pendarahan (bleeding). Penurunan jumlah trombosit dalam darah (trombositopenia) pada

keadaan Leukemia dapat mengganggu proses hemostasis. Keadaan ini dapat

menyebabkan pasien mengalami epistaksis, pendarahan dari gusi, ptechiae, dan

hematom.

3. Rasa sakit (pain). Rasa sakit pada leukemia dapat timbul dari tulang atau sendi. Keadaan

ini disebabkan oleh ekspansi sum-sum tulang dengan leukosit abnormal yang

berkembang pesat.

4. Pembesaran Limpa (splenomegali). Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi saat keadaan

leukemia sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini menyebabkan limpa bertambah besar,

bahkan beresiko untuk pecah.

5. Stroke atau clotting yang berlebihan (excess clotting). Beberapa pasien dengan kasus

leukemia memproduksi trombosit secara berlebihan. Jika tidak dikendalikan, kadar

trombosit yang berlebihan dalam darah (trombositosis) dapat menyebabkan clot yang

abnormal dan mengakibatkan stroke.

6. Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan leukemia adalah abnormal, tidak

menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan pasien menjadi lebih

rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan leukemia juga dapat menurunkan kadar

leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem imun tidak efektif.

7. Kematian.

G. WOC (terlampir)

2.3 Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

a. Data biografi pasien

Page 45: perkemihan urine

Leukemia banyak menyerang laki-laki dari pada wanita dan menyerang pada usia lebih

dari 20 tahun khususnya pada orang dewasa.

b. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Riwayat kesehatan sekarang pada penyakit leukemia klien biasanya lemah, lelah, wajah

terlihat pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.

2. Riwayat Kesehatan Dahulu

Pada riwayat kesehatan dahulu pada klien dengan leukemia, kaji adanya tanda-tanda

anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat. Adanya tanda-tanda leucopenia yaitu demam

dan adanya infeksi. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia yaitu ptechiae, purpura, perdarahan

membran mukosa. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola yaitu limfadenopati,

hepatomegali, splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis. Kaji adanya hematuria, hipertensi,

gagal ginjal, inflamasi disekitar rectal, nyeri ( Lawrence, 2003).

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Dari riwayat kesehatan keluarga, adanya keluarga yang mengalami gangguan

hematologis serta adanya faktor herediter misal kembar monozigot.

c. Pemerikasaan Fisik

  1. Keadaan Umum

Keadaan umum pada penderita leukemia tampak lemah, kesadaran bersifat composmentis

selama belum terjadi komplikasi.

2. Tanda-Tanda Vital

Tekanan darah : tidak normal (TD normal 120/80 mmHg)

Nadi :

Suhu : meningkat jika terjadi infeksi

RR : Dispneu, takhipneu

Page 46: perkemihan urine

3. Pemeriksaan fisik head to toe

a.       Pemeriksaan kepala

Bentuk : perhatikan bentuk kepala apakah simetris atau tidak. Biasanya pada penderita leukemia

betuk kepala simetris.

Rambut: perhatikan keadaan rambut mudah dicabut atau tidak,warna, hygiene

Nyeri tekan: palpasi nyeri tekan, ada atau tidak. Biasanya pada penderita tidak ada nyeri tekan.

b.      Pemeriksaan mata

Palpebra: perhatikan kesimetrisan kiri dan kanan

Konjungtiva : anemis atau tidak. Pada penderita leukemia akan ditemukan konjungtiva yang

anemis.

Sclera : ikterik atau tidak. Sclera penderita leukemia akan terlihat tidak ikterik.

c.       Pemeriksaan hidung

Inskpeksi kesimetrisan bentuk hidung, mukosa hidung, palpasi adanya polip. Penderita leukemia

memiliki pemeriksaan hidung yang normal.

d.      Pemeriksaan mulut

Inspeksi apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri ), perdarahan gusi. Biasa

papa penderita leukemia, ditemukan bibir pucat, sudut – sudut bibir pecah – pecah.

e.       Pemeriksaan telinga

Inspeksi simetris kiri dan kanan, sirumen. Palpasi nyeri tekan. Periksa fungsi pendengaran dan

keseimbangan. Pada penderita leukemia biasanya tidak ditemukan kelainan dan bersifat normal.

f.       Pemeriksaan leher

Inspeksi dan palpasi adanya pembesaran getah bening kelenjer tiroid, JVP, normalnya 5-2.

Penderita leukemia tidak mengalami pembesaran kelenjer tiroid.

g.      Pemeriksaan thorak

Jantung

Inspeksi : iktus terlihat atau tidak, inspeksi kesimetrisan. Pada penderita leukemia, iktus terlihat

Palpasi : raba iktus kordis. Normalnya, iktus teraba.

Perkusi : tentukan batas jantung.

Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2, normal.

Paru – paru

Inspeksi : kesimetrisan kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi, biasanya normal.

Page 47: perkemihan urine

Palpasi : vokal femoris teraba, simetris kiri dan kanan.

Perkusi :

Auskultasi : biasanya bunyi nafas vesikuler.

h.      Pemeriksaan abdomen

Inspeksi : apakah dinding abdomen mengalami memar, bekas operasi, dsb.

Auskultasi : bising usus normal

Palpasi : palpasi apakah ada nyeri tekan, hepar teraba atau tidak. Biasaya terdapat nyeri tekan,

dan hepar akan teraba.

Perkusi : lakukan perkusi, biasa didapat bunyi tympani untuk semua daerah abdomen

i.        Pemeriksaan Ekstremitas

inspeksi kesemetrisan, palpasi adanya nyeri tekan pada ekstremitas atas dan bawah. Biasanya

pada penderita leukemia akan mengalami nyeri pada tulang dan persendian.

d. Pemeriksaan Penunjang

1.      Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm3

saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm3

adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur, hitung darah lengkap biasanya

juga menunjukkan normositik, anemia normositik.

2.      Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml

3.      Retikulosit : jumlah biasaya rendah

4.      Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)

5.      SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immature

6.      PTT : memanjang

7.      LDH : mungkin meningkat

8.      Asam urat serum : mungkin meningkat

9.      Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik

10.  Copper serum : meningkat

11.  Zink serum : menurun

e. Pengkajian 11 Fungsional Gordon

1.      Persepsi dan Penanganan Kesehatan

-          Mengkaji kesehatan klien secara umum.

Page 48: perkemihan urine

-          Menanyakan alasan klien datang ke RS dan harapannya.

-          Mengkaji gambaran/pandangan klien terhadap sakit dan cara penangannya.

-          Kepatuhan terhadap obat.

-          Mengkaji riwayat kesehatan keluarga klien.

-          Mengkaji tindakan dalam menjaga kesehatan.

2.      Nutrisi dan Metabolik

-          Mengkaji intake makanan dan cairan klien.

-          Mengkaji gambaran komposisi makan.

-          Mengkaji nafsu makan, dan factor-faktor yang mempengaruhi nafsu makan.

-          Mangkaji makanan kesukaan, pantangan atau alergi yang ada.

-          Mengkaji apakah menggunakan suplemen makanan.

-          Mengkaji apakah menggunakan obat diet tertentu.

-          Mengkaji perubahan berat badan yang terjadi.

Biasanya klien dengan leukemia mengalami penurunan nafsu makan, sehingga berat badannya

juga menurun.

3.      Eliminasi

-          Mengkaji pola miksi yang meliputi: frekuensi, warna, dan bau.

-          Apakah ada masalah dalam pengeluaran urine.

-          Mengkaji apakah menggunakan alat bantu untuk berkemih.

-          Mengkaji pola defekasi yang meliputi : frekuensi, warna,dan karakteristiknya.

-          Apakah menggunakan alat bantu untuk defekasi.

-          Mengkaji pengeluaran melalui IWL .

4.      Aktivitas dan Latihan

-          Mengkaji gambaran aktivitas sehari-hari klien sebelum dan sesudah merasakan sakit.

-          Pola olahraga yang biasa dilakukan.

-          Mengkaji aktivitas yang dilakukan waktu senggang.

Biasanya klien mengalami kelelahan, dan tidak dapat beraktivitas dengan baik.

Page 49: perkemihan urine

5.      Tidur dan Istirahat

-          Mengkaji pola tidur klien yang meliputi lama waktu tidur, dan keefektifan.

-          Mengkaji apakah mempunyai kebiasaan sebelum tidur.

-          Menanyakan apakah mengalami kesulitan dalam tidur.

-          Mengkaji kebiasaan jam berapa tidur dan bangun klien.

Biasanya tidur klien terganggu karena penyakit yang dideritanya.

6.      Kognitif dan Persepsi

-          Mengkaji kemampuan membaca, menulis dan mendengar klien.

-          Menanyakan pada klien atau keluarga apakah mengalami kesulitan dalam mendengar.

-          Mengkaji apakah klien menggunakan alat bantu lihat atau dengar.

-          Mengkaji apakah ada keluhan pusing atau sebagainya.

Biasanya klien sering mengalami pusing.

7.      Persepsi Diri- Konsep Diri

-          Mengkaji bagaimana gambaran diri klien.

-          Mengkaji apakah sakit yang ia alami mengubah gambaran diri klien.

-          Hal-hal apa saja yang membebani pikiran klien.

-          Mengkaji apakah klien sering merasa cemas, depresi, dan takut.

Biasanya klien merasa cemas dan takut jika penyakitnya tidak bisa disembuhkan.

8.      Peran – Hubungan

-          Mengkaji pekerjaan klien.

-          Apakah hubungan yang dijalin klien dengan rekan kerja, keluarga dan lingkungan sekitar

berjalan dengan baik.

-          Apa yang menjadi peran klien dalam keluarga.

-          Mengkaji bagaimana penyelesaian konflik dalam keluarga.

-          Mengkaji bagaimana keadaan ekomoni klien.

-          Apakah dalam lingkungan klien mengikuti kegiatan social.

9.      Seksualitas dan Reproduksi

-          Mengkaji bagaimana hubungan klien dengan pasangan.

-          Mengkaji apakah klien menggunakan alat bantu atau alat pelindung saat melakukan hubungan

seks.

Page 50: perkemihan urine

-          Mengkaji apakah terdapat kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan seks.

Biasanya pada wanita, siklus menstruasinya tidak teratur, karena terjadinya perdarahan.

10.  Koping – Toleransi Stress

-          Mengkaji apa yang menjadi visi klien kedepan.

-          Mengkaji apakah klien biasa mendapatkan apa yang diinginkannya.

-          Mengkaji sejauh mana klien harus berusaha untuk mendaptkan apa yang diinginkan.

-          Mengkaji bagaimana penanganan klien tentang stress yang mungkin ia hadapi.

11.  Nilai- Kepercayaan

-          Mengkaji agama klien.

-          Sejauh mana ia taat pada agama yang ia anut.

-          Mengkaji sejauh mana agama/ nilai yang ia percayai mempengaruhi kehidupannya.

-          Mengkaji apakah agama atau nilai kepercayaan merupakan hal yang penting dalam kehidupan

klien.

Perumusan NANDA, NOC, NIC

No. Diagnosa (NANDA) Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)

1.        Resiko infeksi b.d

penurunan sistem

kekebalan tubuh

Status imun

Klien diharapkan mampu:

       Tidak adanya infeksi

berulang

       Tidak adanya tumor

       Status pencernaan dari skala

yang diharapkan

       Status pernapasan dari skala

yang diharapkan

       Berat badan dalam batas

normal

       Suhu tubuh normal

       Tidak adanya kelelahan

secara terus menerus

       Jumlah sel darah putih

Manajemen lingkungan

Intervensi yang dilakukan :

       Ciptakan lingkungan yang

aman untuk pasien.

       Identifikasi kebutuhan

keamanan pasien, berdasarkan

tingkat fisik, dan fungsi

kognitif dan pengalaman masa

lalu.

       Hindari lingkungan yang

berbahaya (ex : permadani

lepas dan kecil, perabotan

rumah yang dapat dipindah-

pindahkan).

       Hindari objek yang berbahaya

Page 51: perkemihan urine

dalam batas normal

Status nitrusi

Klien diharapkan mampu

menormalkan:

       Pemasukan nutrisi

       Pemasukan makanan dan

cairan

       Energi

       Masa tubuh

       Berat badan

dari lingkungan.

       Usaha perlindungan dengan

pinggir jeruji/pinggir lapisan

jeruji, dengan tepat.

       Dampingi pasien selama

aktivitas di luar bangsal.

       Atur tinggi rendahnya tempat

tidur.

       Sediakan peralatan yang

adaptif (ex : tangga yang dapat

disandarkan dan susuran

tangan), dengan tepat.

       Tempatkan furniture dalam

ruangan dengan susunan yang

tepat.

       Sediakan tabung panjang

untuk membuat gerakan lebih

leluasa.

       Tempatkan objek yang

digunakan dalam batas

jangkauan.

       Sediakan kamar untuk 1

orang.

       Sediakan tempat tidur yang

bersih dan nyaman.

       Sediakan tempat tidur yang

kokoh/kuat.

       Tempatkan perubahan posisi

tempat tidur dalam kondisi

yang mudah dijangkau.

       Kurangi rangsangan dari

Page 52: perkemihan urine

lingkungan.

       Hindari pencahayaan yang

tidak penting, sirkulasi udara,

keadaan yang terlalu panas,

ataupun dingin.

       Atur suhu lingkungan sesuai

kebutuhan pasien, jika suhu

tubuhnya berubah.

       Kontrol/cegah bising yang

berlebihan, bila

memungkinkan.

       Kontrol pencahayaan untuk

manfaat terapeutik.

       Batasi jumlah pengunjung.

       Batasi kunjungan secara

personal kepada pasien,

keluarga, kebutuhan penting

lainnya.

       Lakukan rutinitas sehari-hari

sesuai kebutuhan pasien.

Manajemen nutrisi

Intervensi yang dilakukan :

       Tanyakan apakah pasien

mempunyai alergi terhadap

makanan.

       Pastikan makanan kesukaan

pasien.

       Dorong kenaikan pemasukan

zat besi makanan, dengan

tepat.

       Dorong kenaikan pemasukan

Page 53: perkemihan urine

protein, zat besi, vitamin C,

dengan tepat.

       Berikan pasien dengan protein

tinggi, kalori tinggi, nutrisi

makanan cemilan dan

minuman itu bisa dengan

mudah mengonsumsi denagn

tepat.

       Ajarkan pasien bagaimana

menafkahkan buku harian

makanan, sesuai dengan

kebutuhan.

       Kontrol catatan pemasukan

untuk kandungan nutrisi dan

kalori.

2.        Resiko perdarahan b.d

trombositopenia

Pembekuan darah

Klien diharapkan mampu

menormalkan :

       Gumpalan pembentukan

       Waktu protrombin

       Hb

       Perdarahan

       Memar

       Petechiae

Pencegahan perdarahan

Intervensi yang dilakukan :

       Monitor kemungkinan

terjadinya perdarahan pada

pasien

       Catat kadar HB dan Ht setelah

pasien mengalami kehilangan

banyak darah

       Pantau gejala dan tanda

timbulnya perdarahan yang

berkelanjutan 9cek sekresi

pasien baik yang terlihat

maupun yang tidak disadari

perawat)

       Pantau factor koagulasi,

Page 54: perkemihan urine

termasuk protrombin (Pt),

waktu paruh tromboplastin

(PTT), fibrinogen, degradasi

fibrin, dan kadar platelet dalam

darah)

       Pantau tanda-tanda vital,

osmotic, termasuk TD

       Atur pasien agar pasien tetap

bed rest juka masih ada

indikasi pendarahan

       Atur kepatenan/ kualitas

produk / alat yang

berhubungan dengan

perdarahan

       Lindungai pasien dari hal-hal

yang menimbulkan trauma dan

bias menimbulkan perdarahan

       Jangan lakukan injeksi

       Gunakan sikat gigi yang

lembut untuk perawatan oral

pasien

       Gunakan alat ukur elektrik

yang memiliki pinggiran tepi

saat pasien mencukur

       Hindari tindakan invasive

       Cegah memasukkan sesuatu

kedalam lubang daerah yang

mengalami perdarahan

       Hindari pengukuran suhu

secar rectal

       Jauhkan alat-alat berat

Page 55: perkemihan urine

disekitar pasien

       Instruksikan pasien untuk

menghindari/ menjauhi aspirasi

atau anti koagulan yang lain

       Instruksikan pasien untuk

menghindar aspirin/

antikoagulan yang lain

       Instruksikan pasien untuk

emngkonsumsi makanan yang

mengandung vit K

       Cegah terjadi konstipasi

       Ajarkan pasien dan keluarga

untuk mengenali tanda-gejala

terjadinya perdarahan dan

tindakan pertama untuk

penanganan selama perdarahan

berlangsung

3.        Intoleransi aktivitas

b.d kelemahan umum

(anemia)

Toleransi aktivitas

Klien diharapkan mampu

untuk menormalkan:

       Saturasi oksigen ketika

beraktivitas

       Denyut nadi ketika

beraktivitas

       Laju pernapasan ketika

beraktivitas

       Tekanan darah sistolik

       Tekanan darah diastolic

       Pemeriksaan EKG

       Warna kulit

Terapi aktivitas

Intervensi yang dilakukan:

       Kolaborasi dengan terapis

dalam merncanakan dan

memonitor program aktivitas

       Tingkatkan komitmen pasien

dalam beraktivitas

       Bantu mengekplorasi aktivitas

yang bemanfaat bagi pasien

       Bantu mengidentifikasi

sumberdaya yang dimiliki

dalam beraktivitas

       Bantu pasien/keluarga dalam

Page 56: perkemihan urine

       Kekuatan tubuh atas

       Kekuatan tubuh bawah

Daya tahan

Klien diharapkan mampu

untuk menormalkan:

       Kinerja dari rutinitas

       Aktivitas

       Konsentrasi

       Kepulihan energy setelah

beraktivitas

       Tingkat oksigen darah

Tingkat kegelisahan

Klien diharapkan mampu

untuk menormalkan:

       Nyeri

       Cemas

       Mengerang

       Stress

       Takut

       Kegelisahan

       Nyeri otot

       Meringis

       Sesak nafas

       Mual

       Muntah

beradaptasi dengan lingkungan

       Bantu menyusun aktivitas fisik

       Pastikan lingkungan aman

untuk pergerakan otot

       Jelaskan aktivitas motorik

untuk meningkatkan tonus otot

       Berikan reinforcemen positif

selama beraktivitas

       Monitor respon emosional,

fisik, sosial dan spiritual

Manajemen energy

Intervensi yang dilakukan

       Tentukan pembatasan aktivitas

fisik pasien

       Jelaskan tanda yang

menyebabkan kelemahan

       Jelaskan penyebab kelemahan

       Jelaskan apa dan bagaimana

aktivitas yang dibutuhkan

untuk membangun energi

       Monitor intake nutrisi yang

adekuat

       Monitor respon kardiorespirasi

selama aktivitas

       Monitor pola tidur

       Monitor lokasi

ketidaknyamanan/nyeri

       Batasi stimulus lingkungan

       Anjurkan bedrest

       Lakukan ROM aktif/pasif

Page 57: perkemihan urine

       Bantu pasien membuat jadwal

istirahat

       Monitor efek obat stimulan

dan depresan

       Monitor respon oksigenasi

pasien

4.        Nyeri b.d agen cedera

biologis (efek

fisiologis dari

leukemia)

Tingkat Kecemasan :

Klien diharapkan mampu

untuk :

       Menghindari perasaan

gelisah.

       Menghindari serangan panik

       Menghindari Rasa cemas

yang berlebihan.

       Mengontrol tekanan darah.

       Mengontrol peningkatan

denyut nadi.

       Mengontrol peningkatan

jumlah pernafasan.

       Menghindari hal-hal yang

bisa mengganggu tidur.

Tingkatan nyeri

Klien diharapkan mampu

untuk:

       Mengendalikan rasa nyeri.

       Mengontrol diri dari

kehilangan nafsu makan.

Mengurangi rasa cemas:

Intervensi yang dilakukan:

       Tenangkan klien dan

melakukan pendekatan.

       Kaji perspektif situasi stress

klien.

       Berikan informasi faktual

mengenai diagnosis, terapi, dan

prognosis.

       Bantu pasien untuk untuk

meminimalisir rasa cemas yang

timbul.

       Kaji tanda-tanda kecemasan

baik secara verbal maupun non

verbal.

Menajemen nyeri

Intervensi yang dilakukan:

       Ajarkan klien tentang

bagaimana cara mengontrol

rasa nyeri.

       Ajarkan klien teknik-teknik

relaksasi.

       Ajarkan klien bagaimana cara

menghindari diri dari rasa

Page 58: perkemihan urine

cemas.

5.        Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh b.d

faktor biologi

(anoreksia)

Status Nutrisi

Klien diharapkan mampu

untuk menormalkan:

       Pemasukan nutrisi

       Pemasukan makanan

       Pemasukan cairan

       Energy

       Berat badan

       Tonus otot

       Hidrasi

Nafsu makan

Klien diharapkan mampu

untuk menormalkan:

       Menyeimbangkan nafsu

makan

       Menyeimbangkan Pasokan

cairan tubuh

       Menyeimbangkan Pasokan

nutrisi tubuh

Weight gain behavior :

Klien diharapkan mampu :

       Mengidentifikasi penyebab

kehilangan berat badan

       Memilih sebuah target sehat

berat badan.

       Mengidentifikasi

pemasukan kalori

       Memilihara suplai nutrisi

makanan dan minuman yg

Mengontrol nafsu makan:

Intervensi yang dilakukuan:

       Anjurkan asupan kalori yang

sesuai dengan kebutuhan dan

gaya hidup.

       Kontrol asupan nutrisi dan

kalori.

       Anjurkan kepada klien untuk

mengkonsumsi nutrisi yang

cukup.

Pengontrolan nutrisi

Intervensi yang dilakukuan:

       Tanyakan apakah pasien

mempunyai alergi terhadap

makanan

       Tentukan makanan pilihan

pasien

       Tentukan jumlah kalori dan

jenis zat makanan yang

diperlukan untuk memenuhi

nutrisi, ketika berkolaborasi

dengan ahli makanan, jika

diperlukan

       Tunjukkan intake kalori yang

tepat sesuai tipe tubuh dan

gaya hidup

       Timbang berat badan pasien

pad jarak waktu yang tepat

Terapi Nutrisi

Intervensi yang dilakukan :

Page 59: perkemihan urine

adekuat

       Meningkatkan nafsu makan

       Monitor pemasukan cairan dan

makanan dan menghitung

pemasukan kalori sehari-hari

       Bantu pasien membentuk

posisi duduk yang benar

sebelum makan

       Ajarkan pasien dan kelurga

tentang memilih makanan

6.        Kerusakan integritas

kulit b.d zat kimia

(kemoterapi,

radioterapi)

Intregitas jaringan : kulit dan

membran mukosa

Klien diharapkan mampu

menormalkan :

       Temperatur

       Sensasi

       Elastisitas

       Pigmentasi

       Warna

       Ketebalan

       Jaringan bebas lesi.

Pengawasan kulit

Intervensi yang dilakukan:

       Amati warna kulit, kehangatan

(suhu), bengkak, getaran,

tekstur kulit, udem.

       Pantau area yang tidak

berwarna dan memar kulit

serta membran mukosa.

       Pantau kelainan kekeringan

dan kelembaban kulit.

       Catat perubahan kulit atau

membran mukosa.

       Periksa keketatan pakaian.

       Pantau warna kulit.

       Pantau suhu kulit.

       Instruksikan anggota

keluarga / pemberi perawatan

tentang tanda – tanda dari

kerusakan kulit.

Page 60: perkemihan urine

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Ny. S datang ke rumah sakit M. Djamil Padang Tanggal 11 januari 2013 dengan keluhan

sesak nafas sejak 4 hari yang lalu dan badan terasa lemas. Klien pingsan setelah beberapa saat ,

sampai ke tempat klien bekerja dan di bawa ke rumah sakit RSUD Payakumbuh. Setelah

dilakukan pemeriksaan laboratorium didapat Hb 8 gr/dl, trombosit 11.000 /mm3 , leukosit 8.000 /

mm3. Sehingga mendapatkan transfusi PRC 2 Kholf dan trombosit 3 Khloft. Namun hasil lab

tidak menunjukkan perubahan yang membaik, setelah 3 hari dirawat klien dirujuk ke RSUP M.

Djamil untuk dilakukan pemeriksaan lumbal pungsi dan rawatan lebih lanjut.

3.1 Data Klinis

Nama : Ny. S

Umur : 35 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan : DIII radioteraphy

Pekerjaan : PNS diinstitusi kesehatan bagian radiologi

Alamat : Jln. Gajah V, No. 16 A, Padang

Status perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Suku : Minang

Penanggung Jawab : TN. ab (suami)

TB : 160 cm

BB : 45kg

Datang ke RS : 11 januari 2013

Ruang : UGD

No. Registrasi : 804548

Alasan masuk rumah sakit :

Ny. S masuk rumah sakit M. Djamil Padang dengan keluhan sesak nafas sejak 4 hari yang lalu

dan badan terasa lemah, sebelumnya klien pingsan di temapt kerja.

Page 61: perkemihan urine

3.2 Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian Keperawatan

a.      Riwayat kesehatan

         Riwayat kesehatan sekarang

Ny. S ( 25th ) datang ke UGD RS M Djamil Padang dengan keluhan badan terasa lemas, sering

pingsan dan sesak nafas sejak 4 hari yang lalu. Tanda – tanda vital Ny. S, RR= 26 x/menit, HR =

100 x/menit, suhu = 370 C, TD = 90/60 mmHg. Saat pengkajian klien mengaku, nafsu makannya

menurun, terkadang mual dan muntah. Selain itu klien juga mengaku ada merasakan nyeri

tulang. Klien tampak pucat.

         Riwayat kesehatan dahulu

Sebelumnya, Ny. S pernah dirawat dengan diagnosa anemia. Klien sering merasa lemas dan lesu

disaat bekerja dan serta pernah pingsan saat bekerja. Klien juga mengatakan sebelumnya tidak

pernah menderita penyakit ginjal, DM, dan hipertensi.

         Riwayat kesehatan keluarga

Dari riwayat kesehatan sebelumnya, Keluarga Ny. S tidak ada yang menderita penyakit yang

sama dengan klien, namun klien memiliki kembaran dan sudah meninggal 5 tahun yang lalu

akibat kecelakaan.

b.      Pemeriksaan Fisik

Vital sign

TB : 160 cm

BB : 45 kg

BMI : 17,6

RR : 26 x/menit

TD : 90/60 mmHg

HR : 100 x/menit

Suhu : 36,50 C

         Pemeriksaan kepala

Inspeksi :

Bentuk : simetris

Page 62: perkemihan urine

Rambut: warna rambut hitam tetapi kasar, penyebaran merata, tidak terdapat ketombe

Palpasi: tidak terdapat benjolan, dan nyeri tekan

         Pemeriksaan mata

Inspeksi

Palpebra: simetrisan kiri dan kanan

Konjungtiva : anemis

Sclera : tidak ikterik.

         Pemeriksaan hidung

Inskpeksi: bentuk hidung simetris, tidak terdapat kelainan, tidak ada polip maupun peradangan,

tidak ada sekret.

Palpasi :ntidak terdapat nyeri tekan.

         Pemeriksaan mulut

Inspeksi : simetris, bibir pucat, sudut bibir pecah – pecah, gusi berdarah.

         Pemeriksaan telinga

Inspeksi : simetris kiri dan kanan, sirumen dalam batas normal.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

Fungsi pendengaran normal.

         Pemeriksaan leher

Inspeksi : tidak ada pembesaran getah bening

Palpasi : tidak ada pembesaran getah bening kelenjer tiroid, JVP, normalnya 5-2.

j.        Pemeriksaan thorak

Jantung

Inspeksi : iktus terlihat

Palpasi : iktus teraba.

Perkusi : redup

Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2 normal.

Paru – paru

Inspeksi : simetris kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi

Palpasi : vokal femoris teraba, simetris kiri dan kanan.

Perkusi : sonor

Auskultasi : bunyi nafas vesikuler.

Page 63: perkemihan urine

k.      Pemeriksaan abdomen

Inspeksi : tidak terdapat lesi, tidak ada luka bekas operasi.

Auskultasi : bising usus normal 15 x / menit.

Palpasi : Terdapat nyeri tekan, dan hepar akan teraba.

Perkusi : bunyi tympani untuk semua daerah abdomen

l.        Pemeriksaan Ekstremitas

Ekstremitas atas: tangan kanan terpasang infus, pergerakan lemah, reflek bisep dan trisep baik.

Terdapat memar dan bercak – bercak hitam kebiruan di tangan kiri

Ekstremitas bawah : pergerakan lemah, reflek patelanya baik.

Nyeri di persendian dan tulang.

c.       Pemeriksaan Labor

         Hemoglobin : 8 gram / dl (rendah)

         Leukosit : 8.000 / mm3 (normal)

         Trombosit : 11.000 / mm3 (rendah)

2.      Pola Fungsional Gordon

1.      Persepsi dan Management Kesehatan

Ny. S datang ke Rsup. M. Djamil Padang dengan keluhan badan terasa lemas dan sesak

nafas sejak 4 hari yang lalu. Kilen juga mengaku sering pusing dan sakit kepala. Kilen berharap

agar ia bisa cepat sembuh dengan berbagai pengobatan dan perawatan yang diberikan oleh

rumah sakit. Klien menduga penyakit yang dideritanya ada hubungan nya dengan anemia yang

dideritanya beberapa tahun lalu. Klien telah mendapat transfusi PRC 2 Kholf dan trombosit 3

kholf.

2.      Nutrisi-Metabolik

Ny. S mengaku akhir - akhir ini nafsu makannya menurun dan sering mual serta muntah.

Dalam sehari, Ny. S mengaku hanya menghabiskan sepertiga dari porsi makan yang biasanya.

Semenjak sakit, klien mengalami penurunan berat badan 2 kg sejak satu bulan terakhir. Saat ini

klien mendapatkan asupan nutrisi berupa NaCl 0,9%.

3.      Eliminasi

Page 64: perkemihan urine

Ny. S memiliki kebiasaan buang air besar sehari-hari normal dan tidak merasakan

keluhan nyeri. BAK klien juga normal.

4.      Aktivitas dan Latihan

Ny. S dalam kesehariannya merupakan PNS di salah satu institusi kesehatan. Klien

mudah merasa letih dan lemas. Pada saat bekerja klien mengaku kelelahan dan terkadang sesak

nafas, ini terjadi karena Hb klien rendah. Untuk mengurangi hal tersebut Ny. S berbaring dan

beristirahat total. Hal ini menyebabkan tingkat aktivitas klien menurun.

5.      Istirahat dan tidur

Ny. S tidur rata-rata 7 jam setiap harinya. Namun semenjak sakit, jam tidur klien

berkurang karena klien sering merasakan sesak nafas disertai dengan mual dan muntah, sehingga

klien mengalami kesulitan untuk tidur.

6.      Kognitif dan Persepsi Sensori

Kemampuan Ny. S untuk membaca dan menulis mulai terganggu sehingga klien

menggunakan kacamata (-) sebagai alat bantu, walaupun demikian klien tidak menagalami

gangguan pendengaran. Klien mengeluh mual, muntah dan nyeri pada persendian. Klien juga

sering mengalami pusing. Klien juga mengatakan mudah sekali memar dan berdarah jika

mengalami perdarahan.

7.      Persepsi diri-Konsep diri

Ny. S mengaku mengalami penurunan nafsu makan sering mual dan muntah, badan

terasa lemah sehingga membuat klien merasa gelisah, cemas dan takut yang berlebihan, bahwa

penyakitnya tidak akan sembuh. Padahal klien berharap penyakitnya bisa sembuh, karena klien

merupakan seorang istri yang membantu suaminya untuk memenuhi kebutuhan kerluarganya.

8.      Peran dan Hubungan dengan Sesama

Ny. S adalah seorang ibu yang mempunyai 2 orang anak diantaranya 1 orang perempuan

(5th) dan 1 orang anak laki-laki (3th). Klien bekerja sebagai PNS di salah satu institusi

kesehatan dibagian radiologi. Klien adalah seorang ibu yang di sayangi oleh keluarganya, hal ini

dibuktikan dengan keluarga yang setia menemaninya selama di rumah sakit.

9.      Reproduksi dan Seks

Ny. S mengaku menstruasinya tidak teratur.

Page 65: perkemihan urine

10.  Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap stress

Ny. S stress karena harus memikirkan penyakit yang dideritanya dan juga ia juga

memikirkan keadaan kedua anaknya yang masih kecil. Klien hanya bisa bercerita keluhannya

pada suaminya. Suaminya memberikan dukungan dan semangat kepada klien agar bisa

semangat, rajin berobat dan mengontrol makanan.

11.  Nilai dan Kepercayaan

Ny. S adalah seorang muslim. Setiap harinya klien sangat rajin shalat, tidak pernah

meninggalkan shalat meskipun klien sedang sakit sekarang. Walupun klien cemas penyakitnya

tidak sembuh, akan tetapi klien yakin bahwa kilen semakin rajin shalat dan memohon

kesembuhan pada Allah SWT.

3.3 Analisis Data Senjang

Dari kasus yang ada tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang diderita pasien.

Analisis Data

No. Data Diagnosa

1. DS :

       Klien mengeluh badannya terasa lemah

       Klien mengaku nafasnya sesak.

       Klien mengaku aktivitasnya menurun

       Klien mengaku nyeri di persendiaan dan

abdomen.

       Klien mengaku tidak nyam saat beraktivitas

       Klien mengeluh cepat merasa lelah saat

beraktivitas

       Klien mengaku sering pusing

       Klien merasa cemas dengan keadaannya.

DO

       Hb : 8 gr/dl

       Trombosit : 11.000/mm3

       RR : 26 x / menit

       TD : 90/60 mmHg

Intoleransi aktivitas b.d kelemahan

umum (anemia)

Page 66: perkemihan urine

       Suhu : 37 0C

       Bibir klien tampak pucat

       Wajah klien tampak pucat

       Konjungtiva anemis

2. DS :

       Klien mengatakan menstruasinya tidak teratur

       Klien mengaku mudah memar saat trauma

DO :

       Trombosit : 11.000/mm3

       Hb : 8 gr/dl

       Gusi tampak berdarah

       Terdapat memar dan bercak – bercak hitam di

tangan kiri.

Resiko perdarahan b.d

trombositopenia

3. DS:

       Klien mengaku mengalami penurunan nafsu

makan

       Klien mengaku berat badannya turun 2 kg

semenjak sejak 1 bulan yang lalu.

       Klien mengaku adanya nyeri tekan di daerah

abdomen

       Klien mengaku hanya menghabiskan sepertiga

dari porsi makanan yabg tersedia.

       Klien mengaku sering mual dan muntah.

       Klien mengaku sering pusing.

DO :

       TD : 90/60 mmHg

       Nadi : 100x/menit

       Suhu : 37 0C

       RR : 26 x / menit

       BB : 45 Kg

Ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh b.d faktor

biologis (anoreksia)

Page 67: perkemihan urine

       TB : 160 cm

       BMI : 17,6

       Hb : 8 gr/dl

       Klien kelihatan kurus

       Rambut klien terasa kasar

       Konjungtiva anemis

       Wajah klien tampak pucat

Perumusan NANDA,NOC,NIC sesuai kasus

No. NANDA NOC NIC

1. Intoleransi aktivitas

b.d kelemahan

umum (anemia)

Toleransi aktivitas

Klien diharapkan

mampu untuk

menormalkan:

       Denyut nadi ketika

beraktivitas

       Laju pernapasan ketika

beraktivitas

       Tekanan darah sistolik

       Tekanan darah diastolic

       Kekuatan tubuh atas

       Kekuatan tubuh bawah

Daya tahan

Klien diharapkan

mampu untuk

menormalkan:

       Kinerja dari rutinitas

       Aktivitas

       Konsentrasi

       Kepulihan energy

Terapi aktivitas

Intervensi yang dilakukan:

       Kolaborasi dengan terapis dalam

merncanakan dan memonitor program

aktivitas

       Tingkatkan komitmen pasien dalam

beraktivitas

       Bantu mengekplorasi aktivitas yang

bemanfaat bagi pasien

       Bantu mengidentifikasi sumberdaya

yang dimiliki dalam beraktivitas

       Bantu pasien/keluarga dalam

beradaptasi dengan lingkungan

       Bantu menyusun aktivitas fisik

       Pastikan lingkungan aman untuk

pergerakan otot

       Jelaskan aktivitas motorik untuk

meningkatkan tonus otot

       Berikan reinforcemen positif selama

beraktivitas

Page 68: perkemihan urine

setelah beraktivitas

       Tingkat oksigen darah

Tingkat kegelisahan

Klien diharapkan

mampu untuk

menormalkan:

       Nyeri

       Cemas

       Mengerang

       Stress

       Takut

       Kegelisahan

       Nyeri otot

       Meringis

       Sesak nafas

       Mual

       Muntah

       Monitor respon emosional, fisik,

sosial dan spiritual

Manajemen energy

Intervensi yang dilakukan

       Tentukan pembatasan aktivitas fisik

pasien

       Jelaskan tanda yang menyebabkan

kelemahan

       Jelaskan penyebab kelemahan

       Jelaskan apa dan bagaimana aktivitas

yang dibutuhkan untuk membangun

energi

       Monitor intake nutrisi yang adekuat

       Monitor respon kardiorespirasi

selama aktivitas

       Monitor pola tidur

       Monitor lokasi

ketidaknyamanan/nyeri

       Batasi stimulus lingkungan

       Anjurkan bedrest

       Lakukan ROM aktif/pasif

       Bantu pasien membuat jadwal

istirahat

       Monitor efek obat stimulan dan

depresan

       Monitor respon oksigenasi pasien

2. Resiko perdarahan

b.d

trombositopenia

Pembekuan darah

Klien diharapkan

mampu menormalkan :

Pencegahan perdarahan

Intervensi yang dilakukan :

       Monitor kemungkinan terjadinya

Page 69: perkemihan urine

       Gumpalan pembentukan

       Waktu protrombin

       Hb

       Perdarahan

       Memar

       Petechiae

perdarahan pada pasien

       Catat kadar HB dan Ht setelah pasien

mengalami kehilangan banyak darah

       Pantau gejala dan tanda timbulnya

perdarahan yang berkelanjutan 9cek

sekresi pasien baik yang terlihat

maupun yang tidak disadari perawat)

       Pantau factor koagulasi, termasuk

protrombin (Pt), waktu paruh

tromboplastin (PTT), fibrinogen,

degradasi fibrin, dan kadar platelet

dalam darah)

       Pantau tanda-tanda vital, osmotic,

termasuk TD

       Atur pasien agar pasien tetap bed rest

juka masih ada indikasi pendarahan

       Atur kepatenan/ kualitas produk / alat

yang berhubungan dengan perdarahan

       Lindungai pasien dari hal-hal yang

menimbulkan trauma dan bias

menimbulkan perdarahan

       Jangan lakukan injeksi

       Gunakan sikat gigi yang lembut

untuk perawatan oral pasien

       Gunakan alat ukur elektrik yang

memiliki pinggiran tepi saat pasien

mencukur

       Hindari tindakan invasive

       Cegah memasukkan sesuatu kedalam

lubang daerah yang mengalami

perdarahan

Page 70: perkemihan urine

       Hindari pengukuran suhu secar rectal

       Jauhkan alat-alat berat disekitar

pasien

       Instruksikan pasien untuk

menghindari/ menjauhi aspirasi atau

anti koagulan yang lain

       Instruksikan pasien untuk

menghindar aspirin/ antikoagulan

yang lain

       Instruksikan pasien untuk

emngkonsumsi makanan yang

mengandung vit K

       Cegah terjadi konstipasi

       Ajarkan pasien dan keluarga untuk

mengenali tanda-gejala terjadinya

perdarahan dan tindakan pertama

untuk penanganan selama perdarahan

berlangsung

3. Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

b.d faktor biologis

(anoreksia)

Status Nutrisi

Klien diharapkan

mampu untuk

menormalkan:

       Pemasukan nutrisi

       Pemasukan makanan

       Pemasukan cairan

       Energy

       Berat badan

       Tonus otot

       Hidrasi

Mengontrol nafsu makan:

Intervensi yang dilakukuan:

       Anjurkan asupan kalori yang sesuai

dengan kebutuhan dan gaya hidup.

       Kontrol asupan nutrisi dan kalori.

       Anjurkan kepada klien untuk

mengkonsumsi nutrisi yang cukup.

Pengontrolan nutrisi

Intervensi yang dilakukuan:

       Tanyakan apakah pasien mempunyai

alergi terhadap makanan

       Tentukan makanan pilihan pasien

Page 71: perkemihan urine

Nafsu makan

Klien diharapkan

mampu untuk

menormalkan:

       Menyeimbangkan nafsu

makan

       Menyeimbangkan

Pasokan cairan tubuh

       Menyeimbangkan

Pasokan nutrisi tubuh

Weight gain behavior :

Klien diharapkan

mampu :

       Mengidentifikasi

penyebab kehilangan

berat badan

       Memilih sebuah target

sehat berat badan.

       Mengidentifikasi

pemasukan kalori

       Memilihara suplai

nutrisi makanan dan

minuman yg adekuat

       Meningkatkan nafsu

makan

       Tentukan jumlah kalori dan jenis zat

makanan yang diperlukan untuk

memenuhi nutrisi, ketika

berkolaborasi dengan ahli makanan,

jika diperlukan

       Tunjukkan intake kalori yang tepat

sesuai tipe tubuh dan gaya hidup

       Timbang berat badan pasien pad

jarak waktu yang tepat

Terapi Nutrisi

Intervensi yang dilakukan :

       Monitor pemasukan cairan dan

makanan dan menghitung pemasukan

kalori sehari-hari

       Bantu pasien membentuk posisi

duduk yang benar sebelum makan.

       Ajarkan pasien dan kelurga tentang

memilih makanan

Page 72: perkemihan urine

BAB IV

PEMBAHASAN

Ny. S (35 tahun) masuk RSUP M.Djamil Padang pada tanggal 11 Januari 2013 dengan

keluhan sesak nafas dan badan terasa lemas. Saat dilakukan pengkajian klien mengeluh nafsu

makannya menurun, pernah pingsan. Setelah dilakukan pemeriksaan lab, ternyata Hb klien 8

gr/dl, leukosit 8.000/mm3 dan trombosit 11.000/mm3. Klien telah mendapat transfusi PRC 2

kholf dan trambosit 3 kholt. Dengan Hb yang rendah itu, klien menderita anemia sehingga untuk

mengatasi anemia tersebut, klien diberi transfusi PRC. Trombosit klien juga rendah atau dikenal

dengan trombositopenia, yang mudah menyebabkan terjadinya perdarahan. Untuk meningkatkan

jumlah trambositnya, klien mendapat tranfusi trombosit. Jumlah leukosit klien dalam batas

normal, yaitu 8.000/mm3. Dari ketiga gejala tersebut klien dapat dikatakan menderita leukemia

mieogenus. Secara teori pada penyakit ini, hitungan sel darah menunjukkan penurunan eritrosit

dan trombosit. Meskipun jumlah jumlah leukosit total bisa rendah, normal ataupun tinggi.

Dari hasil pengkajian yang dilakukan, maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan yang

pertama untuk klien adalah intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, karena klien mengalami

anemia. Diagnosa ini didukung oleh data sumjektif dan objektif diantaranya, kionjungtiva klien

anemis, bibir dan wajah pucat, klien pun mengatakan bahwa dia sering merasa lelah, lemas,

pusing dan mual serta muntah.

Diagnosa kedua untuk klien adalah resiko perdarahan b.d trombokinase, kerena jumlah

trombosit klien sangatlah rendah, jauh dari batas norma (150.000 – 450.000/mm3). Trombosit

berfungsi sebagai proses pembekuan darah. Jika trombosit rendah, maka darah akan sulit

membeku, sehingga akan mudah mengalami perdarahan.

Adapun diagnosa ketiga untuk klien adalah kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d

faktor biologi (anoreksia). Klien mengalami penurunan nafsu makan, BMI klien juga rendah

yaitu 17,6 dan klien terlihat kurus. Klien juga mengalami penurunan berat badan 2 kg selama 1

bulan. Ini menunjukkan nutrisi klien tidak adekuat.

Page 73: perkemihan urine

BAB V

PENUTUP

5.1  Kesimpulan

Leukimia adalah keganasan pada organ pembuat sel darah, berupa proliferasi patologis sel

hemapoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel

darah normal dan disertai infiltrasi ke organ-organ lain.

Etiologi dari leukemia belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa factor

predisposisi penyabab dari leukemia, diantaranya : sel darah putih yang kemungkinan

berproliferasi secara tidak terkendali sebagai penyebab tersering, kemudian karena radiasi, zat

kimia, gangguan imunologik, virus dan factor genetik.

Sampai saat ini, leukemia merupakan salah satu penyakit dengan angka kematian yang

tinggi. Adanya mediastinal massa dan infiltrasi ke CNS merupakan faktor yang memperburuk

perjalanan penyakit ini.

Diagnosa yang dapat ditegakkan pada Ny. S adalah:

1.      Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum (anemia)

2.      Resiko perdarahan b.d trombositopenia

3.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis (anoreksia)

5.2 Saran

Perawat disarankan untuk memberi dukungan kepada pasien agar semangat menjalani

hidup dan memberikan usaha maksimal untuk mempertahankan hidup pasien, dan menganjurkan

pasien maupun keluarga untuk tidak putus asa terhadap kemungkinan buruk yang akan terjadi,

serta menganjurkan pasien untuk selalu mengikuti terapi yang dianjurkan. Perawat juga harus

memperhatikan personal hygiene pasien untuk mengurangi dampak bertambah parahnya

penyakit leukemia pasien.

Page 74: perkemihan urine

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 ed.8. Jakarta: EGC

Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher, Joanne McCloskey Dochterman. 2008. Nursing

Interventions Classification (NIC) : Fifth Edition. Missouri : Mosby Elsevier.

Elizabeth J. Corwin. 1996. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Geissler Doenges moorhouse, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC.

Moorhead, Sue., Marion Johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson. 2008. Nursing Outcomes

Classification (NOC) : Fourth Edition. Missouri : Mosby Elsevier.

Price, Sylvia A. 2002. Patofisiologi: Konsep klinis Proses-proses penyakit. Jakarta: EGC

Wiley, John dan Sons Ltd. 2009. NANDA International : 2009-2011. United Kingdom :

Markono Print Media.

http://penyakitleukemia.com/obat-tradisional-leukimia/ akses tanggal 20 Januari 2013.

http://detikautik.blogspot.com/2012/11/askep-leukimia-limfosit-kronis.html akses tanggal 20

januari 2013

www.news-medical.net/health/What-is-Leukemia-(Indonesian).aspx akses tanggal 20 Januari

2013

Page 75: perkemihan urine

LAMPIRAN

Obat Tradisional Leukimia

Posted by Penyakit Leukemia

Sumber : http://penyakitleukemia.com/obat-tradisional-leukimia/ akses tanggal 20 Januari 2013.

Leukimia bisa disebabkan oleh banyak faktor seperti virus,mutasi gen, radiasi, dan

kemoterapi. Paparan radiasi atau penyinaran dosis tinggi dan pemakaian beberapa jenis obat

kemoterapi antikanker kemungkinan bisa meningkatkan terjadinya leukimia. Karena ini sebelum

mengambil tindakan, tenaga medis biasanya akan melakukan konsultasi yang cemat agar pasien

yang dikemoterapi melakukan konsultasi yang cermat agar pasien yang dikemoterapi menyadari

resikonya.

Ramuan tradisional untuk mengatasi leukimia adalah perpaduan dari buah mahkota

dewa, sambiloto, daun pegagan, temu putih, dan buah mengkudu.

Tanaman perdu yang dulu dianggap buah simalakama ini, kini dimanfaatkan untuk

menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Buah mahkota dewa mengandung flavonoid, antihistamin untuk alergi, polifenol, alkaloid, dan

saponin.Oleh sebab itu dampak farmakologi yang timbul adalah rasa pahit, adstringent,

antikanker, antitumor, antiseptik, dan antihipertensi. Jika dikonsumsi sesuai dengan dosis dan

anjuran, buah pusaka para dewa ini selalu berfungsi untuk mengobati kanker, juga bisa

mnegobati sakit rematik, asam urat, diabetes, jantung, ginjal, darah tinggi, flu, alergi, sakit paru-

Page 76: perkemihan urine

paru, sirosis hati, aneka penyakit kulit, ketergantungan narkoba, menurunkan kolesterol, dan

menambah stamina.

Siapa sangka tanaman yang dulunya disia-siakan, kini menjadi idola dan banyak di cari

orang. Di Jawa buah ini dikenal dengan nama pace (Morinda citrifolia, L), di tatar Parahyangan

dinamai cangkuang atau cengkudu, di Nias disebut Mangkudu, di Madura disebut kodhuk, dan

orang Dayak menyebutnya rewong. Setelah melalui berbagai penelitian, ternyata buah mengkudu

mengandung zat xeronin yang memiliki banyak khasiat bagi kesehatan tubuh -meningkatkan

aktivitas enzim dan struktur protein, polisakarida (asam glukonat, glikosida) sebagai

imunostimulan, anti kanker, antibakteri, skopoletin berfungsi memperlebar pembuluh darah. Di

dalam akar terkandung antrakuinon yang berfungsi sebagai antiseptik, senyawa morindin dan

morindan sebagai antibakteri dan zat pewarna.

Didalam daun terkandung antrakuinon, glikosida sebagai antikanker dan karotin yang merupakan

sumber vitamin A.

Page 77: perkemihan urine

askep

Rabu, 28 Januari 2015

ASUHAN KEPERAWATAN LEUKIMIA SERTA INTERVENSI RASIONAL LENGKAP

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dewasa ini keperawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar. Anak sebagai 

klien tidak lagi dipandang sebagai miniature orang dewasa. Demikian juga keluarga, tidak lagi dipandang 

hanya   sebagai   pengunjung   bagi   anak   yang   sakit,   melainkan   sebagai   mitra   bagi   perawat   dalam 

menentukan kebutuhan anak dan pemenuhannya dalam bentuk pelayanan yang berpusat pada keluarga 

(family centred care).  Tindakan yang  dilakukan dalam mengatasi  masalah  anak,  apapun  bentuknya, 

harus berlandaskan pada prinsip  autraumatic care atau asuhan yang terpeutik. Setiap perawat perlu 

memahami perspektif keperawatan anak sehingga dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada anak 

selalu berpegang pada prinsip dasar ini. (Supartini, Yupi. 2004)

Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan 

derajat   kesehatan,   bukan   hanya   mengobati   anak   yang   sakit.   Upaya   pencegahan   penyakit   dan 

peningkatan derajat kesehatan bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak, 

mengingat anak adalah generasi penerus bangsa.

Leukemia adalah jenis kanker anak yang paling umum terjad di ALL bertanggung Jawab untuk 

80% kasus Leukemia pada anak  insidens paling tinggi   terjadi  pada anak-anak yang berusia  antara 3 

sampai 5 tahun anak perempuan menunjukkan prognosis yang lebih baik dari pada anak laki-laki Anak 

Page 78: perkemihan urine

kulit hitam mempunyai frekuensi remisi yang lebih sedikit dan angka kelangsungan hidup (surfifal rate) 

rata-rata yang lebih rendah.

           (Betz, Cecily L, 2002. Hal : 300 ).

Anak   adalah   individu  yang  berusia  0-18   tahun  dipandang   sebagai   individu   yang  unik,   yang 

mempunyai petensi untuk tumbuh dan berkembang.anak bukanlah meniatur orang dewasa, melainkan 

individu yang berada pada pada proses  tumbuh-kembang dan mempunyai  kebutuhan yang spesifik. 

Sepanjang rentang sehat sehat sakit, anak membutuhkan perawat baik secara langsung maupun tidak 

langsung sihingga tumbuh-kembangnya dapat terus berjalan. .(Supartini Yupi,2004)

Salah   satu   tantangan   terbesar   yang   dihadapi   keperawatan   dewasa   ini   adalah   memenuhi 

kebutuhan kesehatan bagi masyarakat, Menanggapi hal ini, keperawatan telah memberikan penekanan 

lebih   pada   peran   perawat   sebagai   pendidik.   Pengajaran,   sebagai   fungsi   dari   keperawatan,   telah 

dimasukkan dalam undang-undang praktek perawat dan dalam American Nurses Association Standards

of Nursing Practice, Dengan demikian, pendidikan kesehatan dianggap sebagai menjadi fungsi mandiri 

dari praktik keperawatan dan merupakan tanggung jawab utama dari proses keperawatan.

(Brunner & Suddarth. Edisi 8 Vol. 1, 2002)

Salah   satu  masalah   kesehatan   yang   sering   diderita   oleh   individu   adalah   gangguan   sistem 

Hematologi khususnya Leukemia. Beberapa faktor yang ikut mempengaruhi terjadinya Leukemia yaitu 

faktor sosial budaya, ekonomi, lingkungan fisik, dan biologis. Leukemia disebabkan oleh dua faktor yaitu 

faktor exogen seperti: sinar radiasi,  bahan kimia (bensol,  arsen, preparat sulfat) dan faktor endogen 

seperti : ras, kelainan kromoson, dan herediter. (Asuhan keperawatan pada anak Edisi 2, Suriadi S.Kp 

MSN 2006)

Page 79: perkemihan urine

Menurut H.L. Bloem (1974), status kesehatan dipengaruhi oleh factor biologik, faktor prilaku, 

faktor   lingkungan  dan   faktor   pelayanan  kesehatan.   Faktor   biologik  merupakan   faktor   yang  berasal 

individu yang bersangkutan dan disebut faktor keturunan. Faktor keturunan ini misalnya pada penyakit 

alergi, kelainan jiwa, dan beberapa jenis penyakit kelainan darah yang termasuk penyakit kanker..

Di   dunia,   kanker  merupakan  penyebab   kematian  nomor   2   setelah  penyakit   kardiovaskular. 

Menurut  laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003, setiap tahun timbul  lebih dari  10 juta 

kasus penderita baru kanker dengan prediksi peningkatan setiap tahun kurang lebih 20%. Diperkirakan 

pada tahun 2020 jumlah penderita baru penyakit kanker meningkat hampir 20 juta penderita, 84 juta 

orang diantaranya akan meninggal pada sepuluh tahun ke depan bila tidak dilakukan intervensi yang 

memadai

Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 penyakit kanker merupakan 

penyebab  kematian  nomor  5  di   Indonesia   setelah  penyakit   kardiovaskuler,   infeksi,   pernafasan  dan 

pencernaan.   Menurut   data   Riset   Kesehatan   Dasar   (Riskesdas)   tahun   2007,   prevelensi   tumor   di 

masyarakat   sebesar   4,3   per   1000   penduduk.   Sedangkan   Data   statistik   rumah   sakit   dalam   Sistem 

Informasi  Rumah Sakit   (SIRS)  tahun 2006,  menunjukkan bahwa kanker  payudara  menempati urutan 

pertama pada pasien rawat inap (19,64%), disusul kanker leher rahim (11,07%), kanker hati dan saluran 

empedu   intrahepatik   (8,12%),   Limfoma   non   Hodgkin   (6,77%),   dan   Leukemia   (5,93%).   Leukemia 

merupakan kanker yang sering terjadi pada anak. (http://www.depkes.go.id)

Menurut  data badan kesehatan dunia(WHO),  setiap tahun jumlah penderita  kanker di  dunia 

bertambah   sekitar   6,25   juta   orang.   Tahun   demi   tahun,   angka   kejadian   kanker   pada   anak   terus 

meningkat, jumlahnya mencapai 2-4% dan seluruh kejadian penyakit kanker pada manusia. Sedangkan 

angka   kejadiannya   mencapai   110   hingga   130   kasus   persejuta   anak   pertahun.   Sebuah   laporan 

internasional bahkan menyatakan 10% kematian pada anak disebabkan penyakit kanker.

Page 80: perkemihan urine

 (http://www.koalisi.orang/detail.com)

Dan data RSCM  yang tersedia, bahkan diketahui bahwa dua penyebab utama kematian kanker 

anak di Indonesia adalah karena leukemia (kanker darah) dan retinoblastoma (kanker mata). Bahkan 

ditengarai jumlah anak pengidap leukemia di Indonesia mencapai 25-30%.

(http://www.koalisi.orang/detail.com)

Menurut data bagian Medical  Record RSUP. Dr.  Wahidin Sudirohusodo Makassar didapatkan 

penderita   penyakit   leukemia   yang   dirawat   khususnya   di   ruang   Perawatan   Anak   Lontara   IV   Atas, 

ditemukan insiden pada tahun 2008   jumlah pasien sebanya 130 orang. Sedangkan pada tahun 2009 

jumlah pasien sebanyak 120 orang

Dari   uraian  diatas  maka  penulis   tertarik  untuk  membuat   laporan   studi   kasus  dengan   judul 

Asuhan Keperawatan pada Anak”A”dengan gangguan system hematologi Leukemia di ruang perawatan 

anak Lontara IV atas RSUP DR.Wahidin Sudirohusodo Makassar

B.     Tujuan Penulisan

1.      Tujuan Umum

Memperoleh  pengalaman  dalam  penerapan  asuhan  keperawatan  pada   anak   “A”  dengan   gangguan 

sistem hematologi : Leukemia di Ruang perawatan Anak Lontara IV Atas RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo 

Makassar

2.      Tujuan Khusus

2.1.   Memperoleh pengalaman dalam pengkajian, analisa data, dan merumuskan diagnosa keperawatan yang 

terjadi pada klien anak “A” dengan gangguan sistem hematologi : Leukemia di Ruang Perawatan Anak 

Lontara IV Atas RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Page 81: perkemihan urine

2.2.   Memperoleh pengalaman dalam merumuskan rencana asuhan keperwatan pada klien anak “A” dengan 

gangguan sistem hematologi : Leukemia di Ruang Perawatan Anak Lontara IV Atas RSUP Dr. Wahidin 

Sudirohusodo Makassar.

2.3.    Memperoleh   pengalaman   dalam  melaksanakan   asuhan   keperawatan   pada   klien   anak   “A”   dengan 

gangguan sistem hematologi : Leukemia di Ruang Perawatan Anak Lontara IV Atas RSUP Dr. Wahidin 

Sudirohusodo Makassar.

2.4.   Memperoleh pengalaman dalam melaksanakan evaluasi pada klien anak “A” dengan gangguan sistem 

hematologi   :   Leukemia  di  Ruang  Perawatan  Anak  Lontara   IV  Atas  RSUP  Dr.  Wahidin   Sudirohusodo 

Makassar.

2.5.   Memperoleh pengalaman dalam mendokumentasikan pada klien anak “A” dengan gangguan sistem 

hematologi   :   Leukemia   di   Ruang   Perawatan  Anak   Lontara   IV   Atas   RSUP  Dr.  Wahidin   Sudirohusod 

Makassar.

2.6.   Menganalisa perbedaan yang terjadi antara teori dan kenyataan pada klien anak “A” dengan gangguan 

sistem hematologi : Leukemia di Ruang Perawatan Anak Lontara IV Atas RSUP Dr. Wahidin Sudirohusod 

Makassar.

C.    Manfaat Penelitian

1.      Akademik 

Sebagai sumber bacaan di perpustakaan Akper Muhammadiyah Makassar dalam rangka peningkatan 

mutu pendidikan perwatan di masa yang akan datang.

2.      Rumah Sakit

Page 82: perkemihan urine

Sebagai bahan masukan bagi perawat badan Pengelola Rumah Sakit Umum Pemerintah Makassar untuk 

mengambil   langkah dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperwatan pada klien,  khususnya 

bagi  penderita   Leukemia  di  Ruang  perwatan  Anak   Lontara   IV  Atas  RSUP  Dr.  Wahidin   Sudirohusod 

Makassar.

3.      Klien dan Keluarga

Dapat meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang perawatan, pencegahan dan penaganan 

penyakit Leukimia.

4.      Manfaat Untuk Tenaga Keperawatan 

Sebagai   suatu   referensi   dan   sumber   pengetahuan   bagi   tenaga   keperawatan   untuk  meningkatkan 

kualitas   asuhan   keperawatan   secara   komprehensif,   sehingga   berimplikasi   pada   peningkan   kualitas 

kesehatan klien.

D.    Metodologi

1.      Tempat, waktu pelaksaan pengambilan kasus 

Di ruang perawatan Anak Lontara IV Atas RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar tanggal 17 – 22 

Agustus 2009.

2.      Tehnik pengumpulan data 

a.       Observasi 

Melakukan pengamtan langsung kepada klien dengan cara melakukan pemeriksaan yang terkait dengan 

perkembangan keadaan klien.

b.      Wawancara

Wawancara yaitu suatu tehnik pengumpulan data dengan melakukan interview atau Tanya jawab secara 

langsung pada penderita dan keluarga.

c.       Pemeriksaan Fisik

Page 83: perkemihan urine

Tehnik yang digunakan dalam periksaan fisik ada 4 yaitu : inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi pada 

seluruh system tubuh.

d.      Studi Dokumentasi

Menggunakan   catatan-catatan  kasus   kesehatan   atau  dokumen  dari   rumah   sakit   yang  berhubungan 

dengan status kesehatan klien.

TINJAUAN PUSTAKA

A.    Konsep Dasar Medis

1.      Pengertian

a.   Leukimia  adalah  poliferasi   sel  darah  putih  yang  masih   imatur  dalam       jaringan  pembentuk  darah. 

(Suriadi,Skp,MSN & Rita Yuliani,SKp.M.Psi 2006 Edisi 2 Hal: 160)

b. Leukimia merupakan penyakit akibat terjadinya poliferasi sel leukosit yang         abnormal dan ganas serta 

sering   disertai   adanya   leukosit   jumlah   berlebihan   yang   dapat   menyebabkan   terjadinya   anemia 

trombositopenia.(A.Aziz Alimul Hidayat 2006 Hal: 44)

c.  Leukimia  merupakan  poliferasi   tanpa batas  sel  darah putih  yang  imatur  dalam  jaringan  tubuh  yang 

membentuk darah. 

     (Wong’s Essentials of Pediatrik Nursing.Edisi 6 Hal: 1137)

Page 84: perkemihan urine

d.   Leukimia  adalah   sekumpulan  penyakit   yang  di   tandai  oleh  adanya  akumulasi   leukosit   ganas  dalam 

sumsum tulang dan darah.

     (Kapita Selekta Hematologi. Edisi 4 2005 Hal: 150) 

e.   Leukemia  merupakan penyakit  akibat  proliferasi(bertambah banyak atau multifikasi)patologi  dari   sel 

pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. (Ngastiyah, 2005, Hal. 349)

2.      Anatomi dan Fisiologi

a.       Kakakteristik Darah

Darah memiliki karakteristik khusus:

1)  Jumlah

Seseorang memiliki  empat sampai  enam liter  darah dalam tubuhnya,  yang bergantung pada 

ukuran tubuhnya. Sekitar 38% sampai 48%, total volume darah dalam tubuh manusia tersusun berbagai 

sel darah, yang juga disebut “elemen penyusun.” Sisanya, yaitu sekitar 52% sampai 62% merupakan 

plasma, bagian cair darah.

2)  Warna

Anda mungkin berkata pada diri Anda, “tentu, warnanya merah!” Warna merah disinggung di 

sini  meskipun   sebenarnya  warna  merahnya   bervariasi.   Darah   arteri   tampak  merah   terang   karena 

mengandung kadar oksigen tinggi. vena telah memindahkan kandungan oksigennya ke jaringan sehingga 

memiliki warna yang lebih gelap. Hal ini bisa sangat penting dalam pengkajian sumber perdarahan. Jika 

warna darah merah terang, kemungkinan darah berasal dari arteri yang terobek, dan jika warna darah 

merah gelap, kemungkinan darah tersebut merupakan darah vena.

Page 85: perkemihan urine

3)   pH

Kisaran  pH  normal  darah  adalah  7,35   sampai  7,45,   yang   cenderung  agak  basa  Darah  vena 

biasanya memiliki  pH yang  lebih rendah daripada darah arteri  karena mengandung karbon dioksida 

dalam jumlah lebih besar.

4)   Viskositas

Berarti   pengentalan atau tahanan terhadap aliran darah.  Darah  lebih kental   sekitar  3-5 kali 

dibanding   air.   Viskositas   darah  meningkat   dengan   adanya   sel-sel   darah   dan   protein   plasma,   dan 

kekentalan ini berpengaruh pada  tekanan darah normal.

b.      Plasma

Plasma adalah  bagian cair darah, dan sekitar 91% merupakan air. Kemampuan melarutkan air 

memungkinkan plasma rnengangkut berbagai substansi. Nutrien yang diserap dari saluran pencernaan 

disirkulasi ke berbagai jaringan tubuh. Dan produk sisa dari jaringan diangkut ke ginjal dan diekskresikan 

melalui  urine.  Hormon yang diproduksi  oleh  kelenjar  endokrin  diangkut  oleh plasma menuju  organ 

sasarannya, dan antibodi juga diangkut oleh plasma. Sebagian besar karbon dioksida yang dihasilkan sel  

diangkut oleh plasma dalam bentuk ion bikarbonat (HCO 3). Ketika darah memasuki paru CO2 dibentuk 

kembali, berdifusi ke dalam alveoli. dan akan diembus keluar.

c.       Sel Darah

Ada  tiga  macam sel  darah:   sel  darah  merah,   sel  darah  putih,  dan   trombosit.   Sel-sel  darah 

diproduksi oleh jaringan hemopoietik, yang ada dua, yaitu: sumsum tulang merah yang terdapat pada 

tulang pipih dan tulang tak beraturan, dan jaringan limfatik, seperti limpa, kelenjar getah bening, dan 

kelenjar timus. 

1)   Sel Darah Merah

Page 86: perkemihan urine

            Disebut   juga   eritrosit,   sel   darah   merah   berbentuk   cakram   bikonkaf,   yang   berarti   bagian 

tengahnya lebih tipis dari pada bagian tepinya. Nukleus sel darah merah mengalami disintegrasi selama 

pematangan sel darah merah dan menjadi tidak dibutuhkan dalam menjalankan fungsinya.

Jumlah sel  darah merah berkisar  antara 4,5 sampai  6  juta per mm3 darah  (milimeter kubik 

sekitar satu tetesan yang sangat kecil). Hitung sel darah merah pada laki-laki sering kali berada di ujung 

atas  kisaran  ini   sedangkan pada wanita  sering  kali  berada  di  ujung  bawah kisaran.  Cara   lain  untuk 

menentukan jumlah sel darah merah adalah dengan hematokrit. Pengujian ini dilakukan dengan cara 

memasukkan   darah   ke   dalam   tabung   kapiler   kemudian  mensentrifugasikannya   sehingga   sel   darah 

terkumpul pada satu ujung. Setelah itu persentase sel darah dan plasma dapat ditentukan. Karena sel 

darah merah adalah sel darah yang paling banyak, total sel darah pada hematokrit normal sekitar 38% 

sampai 48%. Hitung sel darah merah dan hematokrit adalah bagian pemeriksaan hitung darah lengkap

‘ .             a). Fungsi

Sel darah merah mengandung protein Hemoglobin (Hb), yang memberi kemampuan kepada sel 

darah merah untuk mengangkut oksigen. Setiap sel darah merah mengandung sekitar 300 juta molekul 

hemoglobin, yang masing-masing dapat mengikat empat molekul oksigen. Pada kapiler di paru-paru sel 

darah   merah   akan   rnengikat   oksigen   dan   membentuk   oksihemoglobin.   Pada   kapiler   sistemik, 

hemoglobin   akan   memberikan   sebagian   besar   oksigennya   dan   hemoglobin   menjadi   berkurang. 

Penentuan kadar hemoglobin juga termasuk bagian pemeriksaan hitung darah total; kisaran normalnya 

sekitar 12-18 gram per 100 ml darah. Sangat diperlukan pada pembentukan hemoglobin adalah mineral 

besi;   terdapat   empat   atom   besi   pada   setiap  molekul   hemoglobin.   Sebenarya   atom   besilah   yang 

mengikat oksigen dan membuat sel darah merah berwana merah.

b).  Produksi dan Pematangan

Page 87: perkemihan urine

Sel darah merah dibuat di sumsum tulang merah pada tulang pipih dan tak beraturan.  Pada 

sumsum,   tulang  merah   terdapat   sel   prekusor   yang   disebut   Sel   induk,   yang   secara   terus-menerus 

mengalami mitosis untuk memproduksi semua jenis sel darah, yang kebanyakan adalah sel darah merah. 

Kecepatan produksinya sangat cepat (diperkirakan beberapa juta sel darah merah baru setiap detik) dan 

faktor pengatur utamanya adalah oksigen. Jika tubuh dalam keadaan hipoksia, atau kekurangan oksigen, 

ginjal akan memproduksi hormon eritropoietin, yang akan menstimulasi sumsum tulang merah untuk 

meningkatkan kecepatan produksi sel darah merah. Keadaan ini akan muncul setelah hemoragi atau jika 

seseorang tinggal untuk suatu waktu pada daerah dataran tinggi. Sebagai hasil aksi eritropoietin, akan 

semakin banyak sel darah merah yang tersedia untuk mengangkut oksigen dan memperbaiki keadaan 

hipoksia.

Sel induk yang akan menjadi sel darah merah mengalami beberapa tahap perkembangan; hanya 

dua tahap perkembangan yang terakhir yang akan kita bicarakan. Normoblas adalah tahap terakhir yang 

masih  memiliki   nukleus,   yang   kemudian   akan  mengalami   disintegrasi.   Retikulosit   memiliki   bagian 

retikulum endoplasma, yang akan terlihat ketika apusan darah diwarnai saat diamati dengan mikroskop. 

Sel yang belum matang ini biasanya ditemukan pada sumsum tulang merah meskipun sejumlah kecil 

retikulosit  pada sirkulasi  perifer dianggap normal.  Apabila terdapat retikulosit  atau normoblas dalam 

sirkulasi darah dengan jumlah besar, itu berarti bahwa jumlah sel darah merah matang yang ada tidak 

cukup untuk mengangkut okeigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Keadaan seperti ini meliputi hemoragi, 

atau ketika sel darah merah matang menjadi rusak, seperti pada penyakit Rh pada bayi yang baru lahir 

dan malaria.

Pematangan sel darah merah membutuhkan banyak nutrien. Protein dan besi dibutuhkan untuk 

sintesis hemoglobin dan menjadi bagian molekul hemoglobin. Vitamin asam folat dan B12 dibutuhkan 

untuk sintesis DNA dalam sel induk sumsum tulang merah. Selama sel-sel ini mengalami mitosis,  sel 

Page 88: perkemihan urine

tersebut secara terus-menerus momproduksi sel-sel kromosom baru. Vitamin B12 juga disebut fakot 

ekstrinsik karena sumbernya berasal dari luar tubuh, yaitu makanan. Sel parietal pada lapisan lambung 

memproduksi faktor intrinsik, suatu zat kimia yang bergabung dengan vitamin B12 dan makanan untuk 

mencegahnya  dicerna  dan  meningkatkan  absorpsinya  pada  usus  halus.  Defisiensi   vitamin  B12  atau 

faktor intrinsik akan mengakibatkan anemia pernisiosa

c).  Umur Darah

Umur sel darah merah sekitar 120 hari. Ketika Sel Darah Merah (SDM) mencapai usia ini, SDM 

mudah rusak dan dikeluarkan sirkulasi oleh sel dan sistem makrofag jaringan (biasanya disebut sistem 

retikuloendotelial atau RES). Organ yang mengandung makrofag (artinya“pemangsa besar”) adalah hati, 

limpa, dan sumsum tulang merah. Sel darah merah lama akan difagosit dan dicerna oleh makrofag. dan 

kandungan besinya  akan dikembalikan  ke  dalam aliran darah untuk  kembali   lagi  ke  dalam sumsum 

tulang merah yang digunakan untuk sintesis hemoglobin baru.

d)   Golongan Darah

Golongan darah kita diturunkan secara genetik yaitu, kita mewarisi gen-gen dari orang tua kita 

yang akan menentukan golongan darah kita. banyak faktor  atau golongan sel darah merah; kita akan 

membahas dua yang paling penting, yaitu golongan ABO dan faktor Rh.

                        (1). Golongan Darah A, B, O

Golongan  A, B, O terdiri dari empat golongan darah: A, B, AB, dan 0. Huruf A dan B mewakili 

antigen (Protein-oligosakarida) pada membran sel darah merah. Seseorang yang memiliki golongan.

Golongan darah A, B, O

Golongan Antigen pada sel darah merah Antibody pada plasma

Page 89: perkemihan urine

A

B

AB

O

A

B

A dan B

Tidak ada antigen

Anti-B

Anti-A

Tidak ada antibody

Anti-A dan anti-B

Tabel.1.1

Seseorang yang memiliki golongan.darah A memiliki antigen A pada sel darah merahnya, dan 

seseorang dengan golongan darah B  memiliki  antigen B.  Golongan darah AB berarti orang tersebut 

memiliki kedua antigen A dan B, dan golongan O berarti tidak ada antigen A maupun antigen B.

Pada plasma setiap orang terdapat antibodi alami untuk antigen-antigen yang tidak ada dalam 

sel darah merah. Oleh karena itu, seseorang dengan golongan darah A memiliki antibodi anti-B pada 

plasmanya;   seseorang  dengan  golongan  darah  B  memiliki  antibodi  anti-A,  golongan  darah  AB tidak 

rnemiliki antibodi anti-A maupun anti-B, dan golongan darah 0 memiliki antibodi anti-A maupun anti-B.

Antibodi   alamiah   ini   sangat   penting   pada   transfusi.   Jika   memungkinkan,   seseorang   harus 

menerima  darah  dengan   golongan  darah   yang   sesuai   dengan  golongan  darahnya;  hanya   jika  tidak 

tersedia golongan darah tersebut, baru dapat diberikan golongan darah lain. Sebagai contoh, seseorang 

dengan golongan darah A membutuhkan transfusi darah karena hemoragi. Jika diberikan darah dengan 

golongan B, apa yang akan terjadi? Resipien dengan golongan darah A memiliki antibodi anti-B yang 

akan berikatan dengan antigen golongan darah B sel darah merah donor. Sel darah merah golongan 

darah  B   pertama-tama   akan  menggumpal   (aglutinasi)   dan   kemudian   pecah   (hemolisis),   yang   akan 

menggagalkan   tujuan   transfusi.  Akibat   lain   yang   lebih   serius   adalah  hemoglobin  dan   eritrosit   yang 

Page 90: perkemihan urine

mengalami hemolisis akan menyumbat kapiler ginjal, yang dapat menimbulkan kerusakan ginjal ataupun 

gagal   ginjal.  Oleh   karena   itu,   penggolongan  darah  dan   pencocokan   silang  darah  donor   dan  darah 

resipien di laboratorium rumah sakit menjadi sangat penting sebelum melakukan transfusi. Prosedur ini 

membantu  menjamin  bahwa  darah  donor  tidak  akan menyebabkan   reaksi   transfusi  hemolitik  pada 

resipien.

Anda mungkin pernah mendengar konsep yang menyatakan bahwa golongan darah 0 adalah 

“donor universal”. Biasanya golongan darah 0 negatif bisa diberikan kepada orang dengan golongan 

darah lain. Hal ini karena golongan darah 0 tidak memiliki antigen A maupun antigen B pada sel darah 

merahnya, sehingga tidak akan terjadi reaksi terhadap antibodi apapun yang dimiliki resipien.  Istilah 

“negatif” digunakan untuk menunjukkan faktor Rh, yang akan kita bahas kemudian.

(2). Faktor Rh

        Adalah tipe antigen lain (sering disebut D) yang mungkin terdapat pada sel darah merah. Seseorang 

yang sel darah merahnya memiliki antigen Rh disebut Rh positif, sedangkan yang tidak memiliki antigen 

Rh disebut Rh negatif. Seseorang dengan Rh negatif  tidak memiliki antibodi alami terhadap antigen Rh, 

oleh karena itu antigen ini dianggap asing. Jika seseorang dengan Rh negatif menerima darah dengan Rh 

positif   karena   suatu  kesalahan,  maka  akan   terbentuk  antibodi   sebagaimana  pembentukan  antibodi 

ketika  terdapat  bakteri  ataupun virus.  Kesalahan  transfusi   yang  pertama sering  tidak  menyebabkan 

rnasalah,  karena  produksi  atibodi  berlangsung  perlahan-lahan         selama perjalanan  yang  pertama. 

Namun,  pada transfusi   selanjutnya,  ketika antibodi  anti-Rh sudah ada,  akan terjadi   reaksi   transfusi, 

disertai hemolisis dan kernungkinan kerusakan ginjal.

2)    Sel Darah Putih

Sel darah putih juga dikenal dengan nama Leukosit. Ada lima macam sel darah putih; semuanya 

memiliki   ukuran   yang   lebih   besar   daripada   sel   darah  merah   dan  memiliki   nukleus   ketika  matang. 

Page 91: perkemihan urine

Nukleus dapat berupa suatu bentuk tunggal ataupun muncul dalam beberapa lobus. Dengan pewarnaan 

khusus untuk pemeriksaa mikroskopik, akan muncul gambaran khusus untuk setiap sel darah putih.

Hitung sel darah putih normal (merupakan bagian hitung darah lengkap) adalah 5000—10.000 per 

mm3. Perhatikan bahwa jumlah tersebut terbilang kecil bila dibanding hitung sel darah merah normal. 

Sebagian besar sel darah putih tidak terdapat di dalam pembuluh darah, tetapi berfungsi dalam cairan 

jaringan.

a).  Kiasifikasi dan Tempat Produksi

Kelima macam sel darah putih bisa dikiasifikasikan ke dalam dua kelompok: granular dan tidak 

bergranula. Leukosit bergranular diproduksi dalam sum- sum tulang merah; yaitu neutrofil, eosinofil, dan 

basofil,   yang  akan   terlihat  dengan  warna  granula  yang   lebih   terang  ketika  diwarnai.   Leukosit  tidak 

bergranula adalah limfosit dan monosit, yang diproduksi pada jaringan limfatik, limpa, kelenjar getah 

bening, dan timus,  sebagaimana juga diproduksi  pada sumsum tulang merah. Hitung jenis sel  darah 

putih (bagian hitung darah total)  adalah persentase setiap jenis  leukosit. Kisaran normal ditunjukkan 

pada Tabel dibawah, disertai nilai normal hitung darah lengkap lain.

b). Hitung Darah Lengkap

Pengukuran Kisaran normal

Sel darah merah

Hemoglobin

Hemaktokrit

Retikulosit

4,5-6 juta/mm3

12-18 gram/100 ml

38-48%

0%-1,5%

Page 92: perkemihan urine

Sel darah putih (total)

Neutrofil

Eosinofil

Basofil

Limfosit

Monosit

Trombosit

5000-10.000/mm3

55-70%

1-3%

0,5-1%

20-35%

3-8%

150.000-300.000/mm3

Tabel 1.2

c). Fungsi

Seluruh sel darah putih memiiki fungsi umum yang sama, yaitu melindungi tubuh dan penyakit 

infeksi   dan  membentuk   imunitas   terhadap   penyakit   tertentu.   Setiap   jenis   leukosit  memiliki   suatu 

peranan untuk menjaga homeostasis yang sangat penting ini.

Neutrofil dan monosit memiliki kemampuan memfagosit patogen. Neutrofil adalah yang paling 

banyak   menjalankan   fungsi   ini,   tetapi   menjalankan   fungsi   ini   dengan   sangat   efisien,   monosit 

berdiferensiasi menjadi makrofag, yang juga memfagosit jaringan yang sudah rusak amati pada tempat 

cedera, yang membantu perbaikan jaringan menjadi mungkin.

Eosinofil   dipercaya   memiliki   fungsi   untuk   mendetoksifikasi   protein   asing.   Hal   ini   penting 

terutama pada reaksi alergi dan infeksi parasit, seperti kinosis (parasit cacing). Basofil mengandung gra 

heparin dan histamin. Heparin adalah suatu anti koagulan yang membantu mencegah pembekan yang 

tidak normal  dalam pembuluh  darah.  F  mm,  seperti  yang Anda  ingat,  dilepaskan sel  bagian  proses 

Page 93: perkemihan urine

inflamasi, dan efeknya memiliki kapiler lebih permeabel, yang memungkinkan jaringan, protein, dan sel 

darah putih berkumpul di daerah yang mengalami kerusakan

3)   Trombosit

Nama   yang   umum   untuk   platelet   adalah   trombosit,   yang   bukan  merupakan   sat   lengkap, 

melainkan fragmen atau pecahan sel.  Hitung normal   trombosit  bagian dalam hitung darah  lengkap) 

adalah   150.000-300.000   /  mm3  (batas   atasnya   bisa  meningkat  menjadi   500.000).   Trombositopenia 

adalah istilah untuk hitung trombosit yang rendah.

      a). Tempat Produksi

Sebagian   sel   induk   pada   sumsum   tulang   merah   berdiferensiasi   menjadi   sel   besar   yang 

dinamakan megakariosit, yang akan pecah menjadi bagian-bagian kecil yang memasuki sirkulasi. Bagian 

yang terdapat di dalam sirkulasi mi adalah trombosit, yang bisa hidup sekitar lima sampai 9 hari, jika 

tidak digunakan sebelum hari tersebut.

            b).  Fungsi Trombosit

Trombosit dibutuhkan untuk memelihara hemostasis, yang berarti mencegh kehilangan darah. 

Ada tiga mekanisme yang terjadi, dan trombosit terkait dalam setiap mekanismenya.

(1)      Spasme Vascular

Ketika pembuluh darah besar, seperti arteri atau vena cedera berotot polos dinding pembuluh 

darah   tersi   akan   berkontraksi   sebagai   respons   terhadap   kerusakan   yang   terjadi   (disebut   respons 

flagenik).  Trombosit  yang terdapat  di  dalam yang mengalami kerusakan akan melepaskan konstriksi 

pembuluh  darah.  Diameter  pembuluh  darah   tersebut  akan  segera  mengecil,  dan   lubang  yang kecil 

tersebut   akan   segera   tertutup  oleh   gumpalan  darah.   Jika   pembuluh  darah  tidak  mengecil   terlebih 

dahulu, bekuan darah yang terbentuk akan segera tersapu oleh dorongan akibat tekanan darah.

Page 94: perkemihan urine

c).  Sumbat Trombosit

Ketika   suatu   kapiler   mengalami   ruptur,   kerusakan   yang   terjadi   terlalu   kecil   untuk   memulai 

pembentukan bekuan darah. namun, permukaan luka yang kasar akan menyebabkan trombosit Iengket 

dan   melekat   pada   pinggiran   luka   dan   saling   melekat   satu   sama   lain.   Trombosit   tersebut   akan 

membentuk   suatu   sawar   rnekar   atau  dinding  untuk  menutup  kerusakan  yang   terjadi  pada  kapiler. 

Kerusakan  kapiler   cukup   sering   terjadi   dan  pembentukan   sumbat   trombosit   sekecil   apapun   sangat 

dibutuhkan untuk menutup kerusakan tersebut.Apakah sumbat trombosit cukup efek untuk luka yang 

terjadi  pada pembuluh darah yang  lebih besar? Jawabannya adalah tidak,  karena sumbat trombosit 

tersebut  akan   tersapu  oleh   aliran  darah   secepat  pembentukannya,  Apakah   spasme  vaskular   cukup 

efektif pada kerusakan kapiler? Sekali lagi, jawabannya adalah tidak, karena kapiler juga tidak memiliki 

otot polos sehingga kapiler tidak bisa berkonstriksi sama sekali.

(1)      Pembekuan Kimiawi

Rangsangan untuk pembekuan darah adalah permukaan yang kasar pada pembuluh darah, atau 

kerusakan   pada   pembuluh   darah,   yang   juga  menciptakan   permukaan   yang   kasar.   Semakin   besar 

kerusakan yang terjadi, semakin cepat pembekuan darah yang terjadi, dan biasanya dimulai dalam 15 

sampai 20 detik.

Mekanisme pembekuan merupakan suatu rangkaian reaksi yang melibatkan zat kimia yang dalam 

keadaan normal beredar dalam darah, dan zat-zat lain dilepaskan ketika pembuluh darah rusak.

 (buku ajar anatomi dan fisiologi, edisi 3, 2007)

3.      Klasifikasi

Page 95: perkemihan urine

a.  Leukimia akut

1). Leukimia Limfositik Akut (ALL)

Dianggap sebagai suatu proliferasi ganas limfoblas, paling

sering   terjadi   pada   anak-anak,   dengan   laki-laki   lebih   banyak   dibanding   perempuan,   dan   puncak 

insidensi pada usia 4 tahun, setelah usia 15 tahun ALL jarang terjadi

2) Leukimia Mielogeneus Akut (AML)

Mengenal sistem sel hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel  mieloid, monosit, grnulosit

(basofil, neutrofil, eusinofil), eritrosit dan trombosit.   Semua   kelompok   usia   dapat   terkena,   insiden 

meningkat sesuai  dengan bertambahnya usia.  Merupakan Leukemia  Nonlimfositik yang paling sering 

terjadi

                                   (Muttaqin arif. 2009)

                        b. Leukimia Kronis

1). Leukimia Limfositik Kronis (LLK)

Leukemia Limfositik Kronik (LLK) merupakan suatu gangguan limfoproliferatif yang ditemukan pada 

orang tua (umur median 60 tahun) dengan perbandingan2:1 untuk laki-laki. LLK dimanifestasikan oleh 

proliferasi dan akumulasi 30% limfosit matang abnormal kecil dalam sumsum tulang, darah perifer, dan 

tempat-tempat ekstramedular, dengan kadar yang mencapai 100.000+/mm3 atau lebih. Pada lebih dan 

90% kasus, limfosit abnormal adalah limfosit B. Karena limfosit B berperan pada sintesis imunoglobulin 

pasien dengan LLK mengalami insufisiensi sintesis imunoglobulin dan penekanan respons antibodi. Studi 

sitogenetik  menunjukkan   leblh   dari   80%   pasien  mengalami   berbagai   perubahan   sitogenetik,   yang 

mungkin menunjukkan prognosis buruk awitannya tersembunyi dan berbahaya dan sering ditemukan 

pada pemeriksaan darah rutin, yang memperlihatkan peningkatan jumlah limfosit absolut atau karena 

limfadenopati dan splenomegali yang tidak sakit. waktu penyakitnva berkembang, hati juga membesar. 

Page 96: perkemihan urine

Pasien yang hanya menderita limfositosis dan limfadenopati dapat bertahan 10 tahun atau lebih lama. 

Dengan   terkenanya   organ,   terutama   lien,   prognosis   memburuk.Anemia   dini   dan   trombositopenia 

(jumlah trombosit rendah) bersama penggandaan waktu SDP  pada kurang dari setahun merefleksikan 

prognosis   sangat   buruk   dengan   harapan   hidup  median   kurang   dari   2   tahun.   Sekitar   10%   pasien 

mengalami transformasi agresif serupa dengan sindrom Richter (limfoma agresif).

Sekitar 5% sampai 10% pasien mengalami anemia hemolitik autoimun atau trombositopenia atau 

keduanya, memerlukan intervensi dengan steroid atau agen kemoterapi atau keduanya.

Pasien  dengan penyakit  derajat   rendah diobservasi  bertahun-tahun  tanpa   intervensi  aktif  yang 

diperlukan selama beberapa tahun. Pengobatan diindikasikan bila pasien mengalarni pansitopenia yang 

meningkat dengan infeksi, peningkatan limfadenopati dan organomegali, anemia dan trombositopenia 

akibat penggantian sumsum tulang, dan perubahan kualitas hidup pasien. Pengobatan ditujukan pada 

pengurangan  massa   limfositik   sehingga   membalikkan pansitopenia dan  menghiiangkan   rasa   tidak 

nyaman yang disebabkan oleh pembesaran organ. Beberapa pasien dengan anemia hemolitik autoimun 

yang secara medis tidak memberikan respons atau trombositopenia mungkin memerlukan splenektomi. 

Agen   pengakil,   seperti  kiorambusil  dan  sikiofosfarnid,  aktif   pada   pengobatan   LLK.   Fludarabin 

antimetabolit purin, diberikan 3-5 hari sebagai agen tunggal .juga efektif dan dapat digabung dengan 

agen   aktif   lain   seperti   sikiofosfamid   jika   pasien   menjadi   refrakter.   Pendekatan   baru   terhadap 

pengobatan   keganasan   sel   B   seperti   LLK   adalah   pemakaian   terapi   biologi,  menggunakan   antibodi 

monoklonal ini  mencakup rituximab (anti-CD20) dan Campath IH (anti-CD52),  keduanya memperoleh 

persetujuan FDA. 

(Sylvia A. Price, Edisi 6, 2006)

  2).   Leukemia Sel Berambut

Page 97: perkemihan urine

Leukemia   Sel   Berambut   relatif   jarang   terjadi,   leukemia   limfositik   sel   B   indolen.   Nama 

mengidentifikasi projeksi mikroskop seperti gelondong pada limfosit pada apusan darah dan sumsum 

tulang yang diwarnai.

(Sylvia A. Price, Edisi 6, 2006)

 3).   Leukimia Mielogeneus Kronis (LMK)

Juga dimasukkan dalam keganasan sel stem myeloid. Namun, lebih banyak terdapat sel normal 

dibanding pada bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. Abnormalitas genetic yang dinamakan 

kromosom  Philadelphia ditemukan pada 90% sampai 95% klien dengan LMK. LMK jarang menyerang 

individu berusia dibawah 20 tahun, namun insidennya meningkat sesuai pertambahan usia.   

                                 (Muttaqin arif. 2009)

Riset   terbaru   telah   mengungkapkan   bahwa   leukemia   merupakan   penyakit   kompleks   dengan 

heterogenitas yang beragam.akibatnya,klasifikasi leukemia menjadi semakin kompleks,rumit,dan sangat 

pentin,karena   identifikasi   subtipe   leukemia  memiliki   implikasi   terapeutik   dan   prognostik.Berikut   ini 

merupakan uraian ringkas mengenai sistem klasifikasi yang baru-baru ini dipakai:

1.      Morfologi

Dua bentuk penyakit leukemia yang umumnya ditemukan pada anak-anak adalah:leukemia limfoid

akut(acute lymphoid leukemia,ALL)  dan  leukemia nonlimfoid(mielogenus)akut(acute nonlymphoid

[myelogenous]leukemia,  ANLL/AML.).sinonim   untuk   ALL0   meliputi   leukemia   limfatik,   limfositik, 

limpoblastik, dan limfoblastoid. Biasanya istilah istilah leukemia sel tunas (stem cell) atau sel blast  juga 

mengacu pada leukemia tipe limfoid.sinonim untuk tipe AML meliputi leukemia granulositik,  mielositik, 

monositik,mielogenus, monoblastik,dan monomieloblastik.

2.      Penanda(marker)sitokimia

Page 98: perkemihan urine

Beberapa   preparat   pewarna   kimia   membantu   membedakan   ALL   dengan   AML.sebagai 

contoh,ALL   akan   menunjukkan   warna   positif   setelah   diberi  terminal deoxynucleotidyl

transferase(TdT)sementara AML memperlihatkan sifat nonreaktif(Margolin dan Poplack,1997)

3.      Pemeriksaan kromosom

Análisis  kromosom sudah menjadi  alat  yang penting  dalam menegakkan  diagnosis   leukemia 

limfoblastik akut.sebagai contoh,anak-anak dengan trisomi 21 akan meghadapi risiko 20 kali lipat untuk 

mengalami leukemia limfoid akut dibandingkan anak-anak lain. Anak-anak yang memiliki lebih dari 50 

kromosom pada  sel-sel   leukemia(hiperdiploid)  mempunyai  prognosis  yang  paling  baik(Margolin  dan 

Poplack,1997).translokasi  kromosom yang  juga ditemukan pada sel-sel   leukemia dapat  menunjukkan 

prognosis yang baik seperti pada trisomi 4 dan 10,atau prognosis yang buruk,seperti pada t(9:22)atau 

kromosom Philadelphia.

4.      Penanda imunologik permukaan-sel

Antigen permukaan-sel telah memungkinkan diferensiasi ALL menjadi tiga kelas yang besar:ALL 

non-T, non-B memiliki prognosis yang paling baik,terutama jika mereka mempunyai antigen leukemia 

limfosit akut yang umum, yang dikenal sebagai CALLA-positif,terdapat pada permukaan selnya(Margolin 

dan Poplack,1997)

4.      Etiologi

             Penyebab   yang   pasti   belum   di   ketahui,   akan   tetapi   terdapat   factor   predisposisi   yang 

menyebabkan terjadinya Leukimia, yaitu : 

a.        Faktor   genetic:   virus   tertentu   menyebabkan   terjadinya   perubahan   struktur   gen   (T   cell   Leukmia 

lymphoma virus/HTLV)

b.      Radiasi : sinar X

Page 99: perkemihan urine

c.       Obat-obat imunosupresif, obat obat karsinogenik seperti diethylstilbestor

d.      Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot

e.       Kelainan kromosom, misalnya pada Down Syndrome

                             (Asuhan keperawatan pada anak Edisi 2,Suriadi,S.Kp,MSN 2006)

5.       Insiden

             Menurut  data  badan kesehatan  dunia(WHO),  setiap tahun  jumlah penderita  kanker  di  dunia 

bertambah   sekitar   6,25   juta   orang.   Tahun   demi   tahun,   angka   kejadian   kanker   pada   anak   terus 

meningkat, jumlahnya mencapai 2-4% dan seluruh kejadian penyakit kanker pada manusia. Sedangkan 

angka   kejadiannya   mencapai   110   hingga   130   kasus   persejuta   anak   pertahun.   Sebuah   laporan 

internasional   bahkan   menyatakan   10%   kematian   pada   anak   disebabkan   penyakit   kanker. 

(http://www.koalisi.orang/detail.com)

Dan data RSCM yang tersedia, bahkan diketahui bahwa dua penyebab utama kematian kanker 

anak di Indonesia adalah karena leukemia (kanker darah) dan retinoblastoma (kanker mata). Bahkan 

ditengarai jumlah anak pengidap leukemia di Indonesia mencapai 25-30%.

(http://www.koalisi.orang/detail.com)

Menurut  data bagian Medical  Record  Rumah Sakit  Umum Pusat.  Dr.  Wahidin Sudirohusodo 

Makassar didapatkan penderita penyakit leukemia yang dirawat khususnya di ruang Perawatan Anak 

Lontara IV Atas, ditemukan insiden pada tahun 2008 jumlah penderita leukemia sebanyak 130 orang. 

Sedangkan pada tahun 2009 dengan  jumlah pasien sebanyak 120 orang.

f.    Patofisiologi

Page 100: perkemihan urine

a.  Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang maligna, imaturnya sel blast. Adanya proliferasi 

sel   blast,   produksi   eritrosit   dan   platelet   terganggu   sehingga   akan   menimbulkan   anemia   dan 

trombositipenia. 

b. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan 

mudah mengalami infeksi.

c. Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow daninfiltran organ, sistem saraf pusat. 

Gangguan   pada   nutrisi   dan   metabolisme.   Depresi   sumsum   tulang   yang   akan   berdampak   pada 

penurunan leukosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan.

d.                        Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus 

limfe, dan nyeri persendihan.

 (Suriadi & Rita Yuliani, 2006: 160)

g.       Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut:

a.  Pilek tidak sembuh-sembuh

b.  Pucat, lesu, mudah terstimulasi

c.  Demam dan anorexia

d.  Berat badan menurun

e.  Petekie, memar tanpa sebab

f.  Nyeri pada tulang dan persendian

g.  Nyeri abdomen

Page 101: perkemihan urine

h.  Limphadenopathy

i. Hepatosplenomegaly

j. Abnormal WBC

(Suriadi & Rita Yuliani, 2006: 162)

h.       Test Diagnostik

1.   Pemeriksaan darah tepi : terdapat leukosit yang imatur.

2.   Aspirasi sum-sum tulang (BMP):hiperseluler terutama banyak terdapat sel muda.

3.   Biopsi sum-sum tulang.

4.   Lumbal punksi untuk mengetahui apakah sistem saraf pusat terinfiltrasi.

5.   Rontgen dada dan biopsi kelenjar limfa:menunjukkan tingkat kesulitan tertentu.

(Arif Muttaqin, 2009:419 & Suriadi, Rita Yuliani, 2006:162)

i.        Penatalaksanaan Medik

a.    Transfusi darah

Biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 gr % pada trombositopenia yang berat dan perdarahan 

masih dapat diberikan transfusi trombosit.

b.   Kortikosteroid yaitu prednison, kortison, dexametasone setelah mencapai remisi dosis dikurangi demi 

sedikit dan akhirnya dihentikan.

c.    Transpalansi sumsum tulang

Page 102: perkemihan urine

d.   Kemoterapi merupakan bentuk terapi utama dan pada beberapa kasus dapat menghasilkan perbaikan 

yang berlangsung sampai  setahun atau  lebih.  Obat  yang biasanya digunakan meliputi daunorubicin, 

hydrochloride (cerubidin), cytarabine (Cytosar-U), dan mercaptopurine (purinethol).

( Handayani Wiwik, 2008)

j.        Pengobatan

                        Setiap klinik mempunyai cara tersendiri, tergantung pada pengalamannya. Umumnya pengobatan 

ditunjukkan terhadap pencegahan kambuh dan mendapatkan masa remisi yang lebih lama.

Untuk mencapai keadaan tersebut, pada prinsipnya dipakai pola dasar pengobatan sebagai 

berikut :

a.    Induksi Remisi

                   Dimaksudkan untuk mencapai remisi yaitu dengan pemberian berbagai obat di atas, baik secara 

sistematik maupun intratekal sampai sel blas dalam sum-sum tulang kurang dari 5 %.hampir segera 

setelah diagnosis di tegakkan, terapi induksi dimulai dan berlangsung selama 4 hingga 6 minggu. Obat-

obatan utama yang dipakai untuk induksi pada ALL adalah kortikosteroid (terutama prednison), vinkristin 

dan L-asparraginase, dengan atau tanpa doksorubiisinn (daonomisin) dan sitosin.

                   Karena banyak di antara obat ini juga menyebabkan mielosupresi unsur-unsur darah yang normal, 

periode waktu yang terjadi segera sesudah remisi merupakan periode yang sangat menentukan. Tubuh 

pasien tidak lagi memiliki pertahanan dan sangat rentan terhadap infeksi dan perdarahan spontan. 

b.   Konsolidasi

                  Yaitu agar sel tersisa tidak cepat memperbanyak diri.

Page 103: perkemihan urine

c.    Rumatan (maintenance)

                   Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat-dapatnya suatu masa remisi yang lama biasanya 

dilakukan dengan pemberian sistostatika seperti dosis biasa.

                   Terapi rumatan dimulai sesudah terapi indukisi dan konsolidasi selesai dan berhasil dengan baik 

untuk memelihara remisi dan selanjutnya mengurangi jumlah sel leukemia.

d.   Reinduksi

                   Dimaksudkan  untuk  merubah   relaps.   Reinduksi   biasanya  dilakukan   setiap  3  –   6   bulan  dengan 

pemberian obat-obat seperti pada induksi selama 10 – 14 hari

                   Adanya   sel-sel   leukemia   dalam   sumsum   tulang,   SSP   atau   testis   menunjukkan   terjadinya 

relaps/kekambuhan penyakit. Terapi pada anak-anak yang mengalami relaps meliputi terapi reinduksi 

dengan prednisone dan vinkristin, di sertai pemberian kombinasi obat lain yang belum digunakan. Terapi 

preventif SSP dan terapi rumatannya dilaksanakan sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya dan 

dilaksanakan setelah remisi.

e.    Transpalansi sumsum tulang.

                               Transpalansi sumsum tulang sudah dilakukan untuk penanganan anak-anak yang menderita 

ALL   danAML  dengan  hasil   yang  baik.   Transpalansi   ini  tidak  dikomendasikan  untuk   anak-anak   yang 

menderita ALL selama remisi yang pertama karena kemoterapi masih mungkin memberikan hasil yang 

menakjubkan. Mengingat prognosis anak-anak yang menderita AML lebih buruk, transpalansi sumsum 

tulang alogenik biasa dipertimbangkan selama masa remisi pertama.

         (Wong’s essentials of pediatric nursing. 2009 Hal: 1139)

Page 104: perkemihan urine

B.     Konsep Dasar Keperawatan

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari 

pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang berbentuk pelayanan bio-psiko-

sosial, spiritual yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik 

yang   sehat   maupun   yang   sakit   dan   mencakup   seluruh   proses   kehidupan   manusia.   Pelayanan 

keperawatan   merupakan   bantuan   yang   diberikan   karena   adanya   kelemahan   fisik   dan   mental, 

keterbatasan   pengetahuan,   serta   kurangnya   kemajuan  menuju   kepada   kemampuan  melaksanakan 

kegiatan dalam kehidupan sehari-hari secara mandiri.

Di dalam memberikan asuhan keperawatan terdiri  dari  beberapa tahap atau langkah-langkah 

proses keperawatan yaitu :

A.    Pengkajian

Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik sering kali memberi tanda pertama yang menunjukkan 

adanya   penyakit   neoplastik.   Keluhan   yang   samar   seperti   perasaan   letih,   nyeri   pada   ekstermitas, 

berkeringat dimalam hari, penurunan selera makan, sakit kepala, dan perasaan tidak enak badan dapat 

menjadi petunjuk pertama leukimia 

(Wong’s pediatric nursing 2009. Hal:1140)

Adapun pengkajian yang sistematis pada sistem hamatologi (leukemia) meliputi 

1.   Biodata

a)   Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, dan pendidikan.

b)   Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, 

dan alamat.

Page 105: perkemihan urine

2.   Riwayat kesehatan sekarang

a)   Adanya kerusakan pada organ sel darah/sum-sum tulang.

b)   Gejala awal biasanya terjadi secara mendadak panas dan perdarahan.

3.   Riwayat kesehatan sebelumnya

a)   Riwayat kehamilan/persalinan.

b)   Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.

c)   Riwayat pemberian imunisasi.

d)  Riwayat nutrisi, pemberian makanan yang adekuat.

e)   Infeksi-infeksi sebelumnya dan pengobatan yang pernah dialami.

4.   Riwayat Imunisasi

Riwayat imunisasi yang di dapatkan oleh klien yaitu BCG, DPT (I, II, III), Polio (I, II ,III), Campak, Hepatitis, 

dan riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi.  

5.   Riwayat Tumbuh Kembang

a.          Pertumbuhan Fisik

                 - Berat badan

                BBL                              : 2500 gr – 4000 gr

                3 - 12 bulan                   : umur (bulan) + 9

Page 106: perkemihan urine

                                                                                                2

    1 - 6 tahun                     : umur (tahun) x 2 + 8

                6 - 12 tahun                   : umur (tahun) x 7 – 5

                                                            2 

- Tinggi Badan

                 Tinggi badan lahir         : 45 - 50 cm

                 Umur 1 tahun               : 75 cm

                 2 - 12 tahun                  : umur (tahun) x 6 + 7

                 Atau

                 1 tahun                          : 1,5 x TB lahir

                 4 tahun                          : 2 x TB lahir

                 6 tahun                          : 1,5 x TB setahun

                 13 tahun                        : 3 x TB lahir

                 Dewasa                         : 3,5 x TB lahir (2 x TB 2 tahun) 

b.         Perkembangan tiap tahap usia

                         - Berguling                              : 3-6 bulan

                         - Duduk                                   : 6-9 bulan

                         - Merangkak                            : 9-10 bulan

Page 107: perkemihan urine

                         - Berdiri                                   : 9-12 bulan

                         - Jalan                                      : 12-18 bulan

                         - Senyum pertama kali dengan orang lain : 2-3 bulan

                         - Bicara                                    : 2-3 tahun

                         - Berpakaian tanpa dibantu     : 3-4 tahun

                                    (Aziz Alimul Hidayat, Hal : 27).

6.   Pemeriksaan fisik

a)   Keadaan Umum

Meliputi : Baik, Jelek, Sedang

b)   Tanda-tanda vital

-  TD        :   Tekanan Darah

-  N         :   Nadi

-  P          :   Pernapasan

-  S          :   Suhu

c)   Antropometri

-    TB         :  Tinggi badan  

-    BB        :  Berat badan 

-    LLA      :  Lingkar lengan atas 

-    LK        :  Lingkar kepala 

Page 108: perkemihan urine

-    LD        :  Lingkar dada 

-    LP         :  Lingkar perut 

d)  Sistem pernafasan

Frekuensi   pernapasan,   bersihan   jalan   napas,   gangguan   pola   napas,   bunyi   tambahan   ronchi   dan 

wheezing.

e)   Sistem cardiovaskuler

Anemis  atau  tidak,  bibir  pucat  atau  tidak,  denyut  nadi,  bunyi   jantung,   tekanan darah dan  capylary 

reffiling time.

f)    Sistem pencernaan

Mukosa bibir dan mulut kering atau tidak, anoreksia atau tidak, palpasi abdomen apakah mengalami 

distensi dan auskultasi peristaltik usus adakah meningkat atau tidak.

g)   Sistem muskuloskeletal

Bentuk kepala, extermitas atas dan ekstermitas bawah.

h)   Sistem integumen

        Rambut  :   warna rambut, kebersihan, mudah tercabut atau tidak

        Kulit       :   warna, temperatur, turgor dan kelembaban 

        Kuku      :   warna, permukaan kuku, dan kebersihannya

i)     Sistem endokrin

Keadaan kelenjar tiroid, suhu tubuh dan ekskresi urine.

j)     Sistem penginderaan

      Mata       :  Lapang pandang dan visus.

Page 109: perkemihan urine

      Hidung   :  Kemampuan penciuman.

      Telingan :  Keadaan daun telinga dan kemampuan pendengaran.

k)   Sistem reproduksi

Observasi keadaan genetalia, dan perubahan fisik sistem reproduksi.

l)     Sistem neurologis

1)      Fungsi cerebral

2)      Status mental : orientasi, daya ingat dan bahasa.

3)      Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan menggunakan Gaslow Coma Scale (GCS).

4)      Kemampuan berbicara.

5)      Fungsi kranial :

a)    Nervus   I   (Olfaktorius)      :   Suruh   anak   menutup   mata   dan   menutup   salah   satu   lubang   hidung, 

mengidentifikasi dengan benar bau yang berbeda (misalnya jeruk dan kapas alkohol).

b)   Nervus II   (Optikus)          :  Periksa ketajaman penglihatan anak,  Persepsi terhadap cahaya dan warna, 

periksa diskus optikus, penglihatan perifer.

c)   Nervus III (Okulomotorius) : Periksa ukuran dan reaksi pupil, periksa kelopak mata terhadap posisi jika 

terbuka, suruh anak mengikuti cahaya.

d)  Nervus IV (Troklearis) : Suruh anak menggerakkan mata kearah bawah dan kearah dalam.

e)   Nervus V (trigemenus) : Lakukan palpasi pada pelipis dan rahang ketika anak merapatkan giginya dengan 

kuat, kaji terhadap kesimetrisan dan kekuatan, tentukan apakah anak dapat merasakan sentuhan di ats 

Page 110: perkemihan urine

pipi (bayi muda menoleh bila area dekat pipi disentuh), dekati dari samping, sentuh bagian mata yang 

berwarna dengan lembut dengan sepotong kapas untuk menguji refleks berkedip dan refleks kornea.

f)    Nervus VI (Abdusen) : kaji kemampuan anak untuk menggerakkan mata secara lateral.

g)    Nervus  VIII   (Fasialis)   :  Uji   kemampuan  anak  untuk  mengidentifikasiLarutan  manis   (gula),  Asam  (jus 

lemon), atau hambar (kuinin) pada lidah anterior. Kaji fungsi motorik dengan meminta anak yang lebih 

besar untuk tersenyum, menggembungkan pipi, atau memperlihatkan gigi, (amati bayi ketika senyum 

dan menangis).

h)   Nervus VIII (akustikus)  : Uji pendengaran anak

i)      Nervus   IX   (glosofharingeus)   :  Uji   kemampuan  anak  untuk  mengidentifikasi   rasa   larutan  pada   lidah 

posterior.

j)     Nervus X (vagus) : Kaji anak terhadap suara parau dan kemampuan menelan, sentuhkan spatel lidah ke 

posterior faring untuk menentukan apakah refleks muntah ada (saraf cranial IX dan X mempengaruhi 

respon  ini),   jangan menstimulasi   refleks  muntah  jika  terdapat  kecurigaan epiglotitis,  periksa  apakah 

ovula pada posisi tengah.

k)   Nervus XI (aksesorius) : Suruh anak memutar kepala kesamping dengan melawan tahanan, minta anak 

untuk mengangkat bahu ketika bahunya ditekan kebawah.

l)     Nervus XII (hipoglosus)  : Minta anak untuk mengeluarkan lidahnya. periksa lidah terhadap deviasi garis 

tengah,   (amati   lidah   bayi   terhadap   deviasi   lateral   ketika   anak   menangis   dan   tertawa).dengarkan 

kemampuan anak untuk mengucapkan “r”. letakkan spatel lidah di sisi lidah anak dan minta anak untuk 

menjauhkannya, kaji kekuatannya.

6)       Fungsi motorik : massa otot, tonus otot dan kekuatan otot

Page 111: perkemihan urine

7)      Fungsi sensorik: respon terhadap suhu, nyeri dan getaran

8)      Fungsi cerebrum: kemampuan koordinasi dan keseimbangan

7.   Pemeriksaan diagnostic

a) Hitung darah lengkap : Menunjukkan normositik, anemia normositik.

                        Hemoglobin : Dapat kurang dari 10 g/100 ml

                        Retikulosit : Jumlah biasanya rendah

                        Jumlah trombosit : Mungkin sangat rendah (<50.000/mm)

                        SDP : Mungkin lebih dari 50.000/cm dengan peningkatan SDP imatur (“menyimpang ke kiri”).mungkin ada 

sel blast Leukimia

      b) PT/PTT : memanjang

      c) LDH : Mungkin meningkat

      d) Asam urat serum/urine : Mungkin meningkat

      e) Muramidase serum (lisozim) : Peningkatan pada Leukimia monositik Akut dan mielomositik.

       f) Copper serum : Meningkat

       g) Zink serum : Menurun

        h) Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50% atau Lebih dari sel blast, dengan prekusor 

eritroid, sel imatur, dan megakariositis menurun.

i)    Foto dada dan biopsy nodus limfe : Dapat mengindikasikan derajat keterlibatan  

                      (Doen

Page 112: perkemihan urine

C.     Diagnosa Keperawatan

Diagnosa   keperawatan  menurut   The  North  American  Nursing  Diagnosis  Association  NANDA) 

adalah  “suatu  penilalan  klinis   tentang  respon   individu,  keluarga.  atau  kornunitas   terhadap  masalah 

kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar 

untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan dimana perawat bertanggung gugat ‘ 

(Wong, 2004)

Menurut Donna L Wong 2004 diagnosa pada anak dengan leukemia adalah:

a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia

c. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah

e.   Perubahan   membran   mukosa   mulut   :   stomatitis   yang   berhubungan   dengan   efek   samping   agen 

kemoterapi

f. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan 

muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis

g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dan leukemia

h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas.

i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.

j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia.

k. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.

A.   Rencana keperawatan

Page 113: perkemihan urine

Rencana  keperawatan  merupakan serangkaian  tindakan atau  intervensi  untuk  mencapai   tujuan 

pelaksanaan asuhan keperawatan.

Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dan pasien dan 

atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.

Berdasarkan   diagnosa   yang   ada   maka   dapat   disusun   rencana   keperawatan   sebagai   berikut 

(Wong ,2004: 595-602)

a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh

Tujuan: Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi

Intervensi Rasional

a)      Pantau suhu dengan teliti

b) Ternpatkan anak dalam ruangan khusus 

c)   Anjurkan   semua   pengunjung   dan   staf 

rumah sakit untuk menggunakan  teknik 

mencuci tangan dengan baik  

  d)   Gunakan   teknik   aseptik   yang   cermat  

untuk semua prosedur invasive

 e) Evaluasi keadaan anak terhadap tempat 

tempat   munculnya   infeksi   seperti 

a) untuk mendeteksi kemungkinan infeksi

b)  untuk  meminimalkan   terpaparnya  anak 

dan sumber infeksi

c)   untuk   meminimalkan   pajanan   pada 

organism infektif

d)   untuk   mencegah   kontaminasi   silang 

Page 114: perkemihan urine

tempat   penusukan   jarum,   ulserasi 

mukosa, dan   masalah gigi 

f).Inspeksi   membran   mukosa   mulut. 

Bersihkan mulut dengan baik

g) Berikan periode istirahat tanpa gangguan

h) Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia

i)Berikan antibiotik sesuai ketentuan

atau menurunkan resiko infeksi

e) untuk intervensi dini penanganan infeksi

f) rongga mulut adalah medium yang baik 

untuk pertumbuhan organism

g) menambah energi untuk penyembuhan 

dan regenerasi seluler

h)   untuk   mendukung   pertahanan   alami 

tubuh

i)   diberikan   sebagai   profilaktik   atau 

mengobati infeksi khusus

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemi

Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas

Intervensi Rasional

a)      Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan 

ketidakmampuan   untuk   berpartisipasi 

a)     menentukan   derajat   dan   efek 

Page 115: perkemihan urine

dalam aktifitas sehari-hari

b)       Berikan   lingkungan   tenang   dan   perlu 

istirahat tanpa gangguan

c)       Kaji   kemampuan   untuk   berpartisipasi 

pada   aktifitas   yang   diinginkan   atau  

dibutühkan

ketidakmampuan

b)   menghemat energi untuk aktifitas dan 

regenerasi seluler atau penyambungan 

jaringan

c)    mengidentifikasi   kebutuhan   individual 

dan membantu pemilihan intervensi

c. Resiko terhadap cedera, perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah       trombosit

Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan

Intervensi Rasional

a)     Gunakan   semua   tindakan   untuk 

mencegah  perdarahan   khususnya  pada 

daerah ekimosis

b)      Cegah ulserasi oral dan rectal

c)       Gunakan   jarum   yang   kecil   pada   saat 

melakukan injeksi

d)     untuk  mencegah perdarahan

e)      Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan 

a)    karena   perdarahan   memperberat 

kondisi anak dengan adanya anemia

b)   karena kulit yang luka cenderung untuk 

berdarah

c)    untuk  mencegah perdarahan

d)  untuk  mencegah perdarahan

e)   untuk   memberikan   intervensi   dm1 

Page 116: perkemihan urine

(tekanan   darah  menurun,   denyut   nadi 

cepat, dan pucat)

f)        Hindari   obat-obat   yang   mengandung 

aspirin   

g)      Ajarkan orang tua dan anak yang lebih 

besar untuk mengontrol

dalam       mengatasi perdarahan

f)   karena   aspirin  mempengaruhi   fungsi 

trombosit

g)  untuk mencegah perdarahan

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah

 Tujuan : Pasien tidak mengalami mual atau muntah.

Intervensi Rasional

a)       Berikan   antiemetik   awal   sebelum 

dimulainya kemoterapi

b)      Berikan antiemetik secara teratur pada 

waktu dan program kemoterapi

c)      untuk mencegah episode berulang

d)      Anjurkan  makan dalam porsi   kecil   tapi 

sering 

e)   Berikan cairan intravena sesuai ketentuan

a)   untuk mencegah mual dan muntah

b)   untuk mencegah episode berulang

c)   karena tidak ada obat antiemetik yang 

secara   umum   berhasil   hindari 

memberikan  makanan  yang  beraroma 

menyengat

d)  karena jumlah kecil biasanya ditoleransi 

dengan baik

e)   untuk mempertahankan hidrasi

Page 117: perkemihan urine

e. Perubahan membran mukosa mulut stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi

Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral

Intervensi Rasional

a)       lnspeksi mulut setiap hari untuk adanya 

ulkus oral

b)       Untuk   mendapatkan   tindakan   yang 

segera

c)   Gunakan   sikat   gigi   berbulu   lembut, 

aplikator   berujung   kapas,   atau   jan       

yang dibalut kasa

d)   Berikan   pencucian  mulut   yang   sering 

dengan cairan salin normal atau     tanpa 

larutan bikarbonat

e)  Gunakan pelembab bibir

f)     Hindari   penggunaan   larutan   lidokain 

pada anak kecil 

a)    untuk   mendapatkan   tindakan   yang 

segera

b)   untuk mencegah trauma

c)   untuk menghindari trauma

d)  untuk rneningkatkan penyembuhan

e)   untuk menjaga agar bibir tetap lembab 

dan mencegah pecah     pecah (fisura)

f)    karena   bila   digunakan   pada   faring, 

dapat menekan refleks     muntah yang 

mengakibatkan   resiko   aspirasi   dan 

dapat menyebabkan kejang

g)    agar   makanan   yang   masuk   dapat 

ditoleransi anak

h)  untuk mendeteksi kemungkinan infeksi

Page 118: perkemihan urine

g)   Berikan diet cair, lembut dan lunak

h)  Inspeksi mulut setiap hari

i)   Dorong   masukan   cairan   dengan 

menggunakan sedotan 

j)   Hindari   penggunaa   swab   gliserin, 

hidrogen peroksida dan susu magnesia

k)   Berikan   obat-obat   anti   infeksi   sesuai 

ketentuan 

l)  Berikan analgetik

i)     untuk membantu melewati area nyeri

j)      dapat  mengiritasi   jaringan   yang   luka 

dan   dapat   membusukkan   gigi, 

memperlambat   penyembuhan   dengan 

rnemecah   protein   dan   dapat 

mengeringkan mukosa

k)    untuk   mencegah   atau   mengatasi 

mukositis

l)     untuk mengendalikan nyeri

f.  Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan     anoreksia, malaise, mual 

dan muntah, efek samping kernoterapi dan atau stomatitis

Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat

Page 119: perkemihan urine

Intervensi Rasional

a)    Dorong   orang   tua   untuk   tetap   rileks 

pada saat anak makan 

b) Izinkan anak memakan semua makanan 

yang   dapat   ditoleransi,    rencanakan 

untuk   memperbaiki   kualitas   gizi   pada 

saat selera makan anak meningkat

c)  Berikan makanan yang disertai suplemen 

nutrisi   gizi,   seperti   susu   bubuk   atau 

suplemen yang dijual bebas

d)   Izinkan   anak   untuk   terlibat   dalam 

persiapan dan pemilihan makanan

e) Dorong masukan nutrisi  dengan jumlah 

sedikit tapi sering 

f)  Dorong  pasien  untuk  makan  diet  tinggi 

kalori kaya nutrient 

a)    jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan 

adalah akibat langsung    dan mual dan 

muntah serta kemoterapi

b)    untuk  mempertahankan   nutrisi   yang 

optimal

c)    untuk  memaksimalkan  kualitas   intake 

nutrisi

d)   untuk   mendorong   agar   anak   mau 

makan

e)    karna   jumlah   yang   kecil   biasanya 

ditoleransi dengan baik

f)      kebutuhan   jaringan   metabolik 

ditingkatkan   begitu   juga   cairan   untuk 

menghilangkan   produk   sisa   suplemen 

dapat   memainkan   peranan   penting 

dalam   mempertahankan   masukan 

Page 120: perkemihan urine

g)   Timbang   BB,   ukur   TB   dan   ketebalan 

lipatan kulit trisep

kalori dan protein yang adekuat

g)    membantu   dalam   mengidentifikasi 

malnutrisi   protein   kalori,   khususnya 

bila BB dan   pengukuran antropometri 

kurang 

g. Nycri yang berhubungan dengan efek fisiologis dan leukemia

Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterirna anak

Intervensi Rasional

a)       Mengkaji  tingkat  nyeri  dengan  skala  0 

sampai 5

b)   Jika   mungkin,   gunakan   prosedur-

prosedur (misal pemantauan suhu non   

invasif, alat akses vena

c)    Evaluasi   efektifitas   penghilang   nyeri 

dengan derajat kesadaran dan sedasi

a)    informasi   memberikan   data   dasar 

untuk mengevaluasi      kebutuhan atau 

keefekti fan

b)  untuk meminimalkan rasa tidak aman

c)    untuk   menentukan   kebutuhan 

perubahan   dosis.   Waktu   pemberian 

atau obat

Page 121: perkemihan urine

d) Lakukan teknik pengurangan nyeri 

e)   Berikan   obat-obat   anti   nyeri   secara 

teratur

d)  sebagai analgetik tambahan

e)   untuk mencegah kambuhnya nyeri

h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas

Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit

Intervensi Rasional

a)   Berikan   perawatan   kulit   yang   cermat, 

terutama   di   dalam  mulut   dan   daerah 

perianal

b) Ubah posisi dengan sering

b)      Mandikan dengan air hangat dan sabun 

ringan 

d)   Kaji   kulit   yang   kering   terhadap   efek 

samping terapi kanker 

a)       karena area ini  cenderung mengalami 

ulserasi

b)       untuk   merangsang   sirkulasi   dan 

mencegah tekanan pada kulit

c)       mempertahankan   kebersihan   tanpa 

mengiritasi kulit

d)      efek kemerahan atau kulit  kering dan 

pruritus,ulserasi   dapat   terjadi   dalam 

area   radiasi   pada   beberapa   agen 

kemoterapi

Page 122: perkemihan urine

e) Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk 

dan menepuk kulit yang kering

f)   Dorong   masukan   kalori   protein   yang 

adekuat

g)  Pilih  pakaian  yang   longgar  dan   lembut 

diatas area yang teradiasi 

e)       membantu   mencegah   friksi   atau 

trauma kulit

f)        untuk   mencegah   keseimbangan 

nitrogen yang negatif

g)      untuk meminimalkan iritasi tambahan

i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan

 Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif

Intervensi Rasional

a)       Dorong   anak   untuk  memilih  wig   (anak 

perempuan) yang serupa gaya dan warna 

rambut   anak   sebelum   rambut   mulai 

rontol

b)       Berikan   penutup   kepala   yang   adekuat 

selama pemajanan pada  sinar  matahari, 

angin atau dingin

c)       Anjurkan   untuk   menjaga   agar   rambut 

yang  tipis   itu   tetap  bersih,   pendek  dan 

a)       untuk   membaritu   mengembangkan 

penyesuaian   rambut   terhadap 

kerontokan rambut

b)     karena hilangnya perlindungan rambut

c)      untuk menyamarkan kebotakan parsial

d)      untuk  menyiapkan anak dan keluarga 

Page 123: perkemihan urine

halus

d)      Jelaskan   bahwa   rambut  mulai   tumbuh 

dalam   3   hingga   6   bulan   dan   mungkin 

warna atau teksturnya agak berbeda

e) Dorong hygiene, berdandan, dan alat-alat 

yang   sesuai   dengan   jenis 

kelamin   ,misalnya  wig,   skarf,   topi,   tata 

rias.

terhadap   perubahan   penampilan 

rambut baru

e)      untuk meningkatkan penampilan

j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia

 Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik atau terapi

Intervensi Rasional

a)       Jelaskan   alasan   setiap   prosedur   yang 

akan dilakukan pda anak 

b)       Jadwalkan   waktu   agar   keluarga   dapat 

berkumpul tanpa gangguan dan staf

c)       Bantu   keluarga   merencanakan   masa 

depan, khususnya dalam membantu anak 

menjalani kehidupan yang normal 

d)      Dorong  keluarga  untuk  mengespresikan 

perasaannya  mengenai   kehidupan   anak 

a)       untuk   meminimalkan   kekhawatiran 

yang tidak perlu

b)      untuk   mendorong   komunikasi   dan 

ekspresi perasaan

c)       untuk   meningkatkan   perkembangan 

anak yang optimal

d)      memberikan   kesempatan   pada 

Page 124: perkemihan urine

sebelum   diagnosa   dan   prospek   anak 

untuk bertahan hidup

e)      Diskusikan bersama keluarga bagaimana 

mereka memberitahu anak tentang hasil 

tindakan   dan   kebutuhan   terhadap 

pengobatan   dan   kemungkinan   terapi 

tambahan

f)   Hindari   untuk  menjelaskan   hal-hal   yang 

tidak sesuai dengan kenyataan yang ada

keluarga untuk menghadapi rasa takut 

secara realistis

e)       untuk   mempertahankan   komunikasi 

yang terbuka dan jujur

f)        untuk  mencegah   bertambahnya   rasa 

kekhawatiran keluarga

k. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak

 Tujuan : pasien atau keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan kematian    anak

Intervensi Rasional

a) Kaji tahapan berduka terhadap anak dan 

keluarga 

a)       pengetahuan   tentang  proses  berduka 

memperkuat normalitas perasaan atau 

reaksi   terhadap apa yang dialarni  dan 

dapat  membantu  pasien  dan keluarga 

Page 125: perkemihan urine

c)       Berikan   kontak   yarg   konsisten   pada 

keluarga 

d)       Bantu   keluarga   merencanakan 

perawatan   anak,   terutama   pada   tahap 

terminal

e)       Fasilitasi   anak   untuk   mengespresikan 

perasaannya melalui bermain

lebih efektif menghadapi kondisinya

b)       untuk   menetapkan   hubungan   saling 

percaya yang mendorong komunikasi

c)    untuk   meyakinkan   bahwa   harapan 

mereka diimplementasikan

d)   memperkuat normalitas perasaan atau 

reaksi terhadap apa yang dialami

E. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dan perencanaan keperawatan yang telah dibuat 

untuk   rnencapai   hasil   yang   efektif.   Dalam   pelaksanaan   implementasi   keperawatan,   penguasaan 

keterampilan dan pengetahuan hams dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang diberikan 

baik  mutunya.  Dengan  demikian   tujuan  dan   rencana  yang   telah  ditentukan  dapat   tercapai   (Wong. 

2004:33 1).

F. Evaluasi

Evaluasi   adalah   suatu   penilaian   terhadap   keberhasilan   rencana   keperawatan   untuk   memenuhi 

kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Donna L Wong (2004:596-610) hasil yang diharapkan pada klien 

dengan leukemia adalah:

Page 126: perkemihan urine

1)      Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

2)       Berpartisipasi  dalam aktifitas   sehari-sehari   sesuai  tingkat  kemampuan,  adanya   laporan  peningkatan 

toleransi aktifitas.

3)      Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.

4)      Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah

5)      Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman

6)      Masukan nutrisi adekuat

7)       Anak   beristirahat   dengan   tenang,   tidak   melaporkan   dan   atau   menunj   ukkan   bukti-bukti 

ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.

8)      Kulit tetap bersih dan utuh

9)       Anak   mengungkapkan   masalah   yang   berkaitan   dengan   kerontokan   rambut,   anak   membantu 

menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode mi dan anak 

tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.

10)    Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan pengetahuan 

tentang penyakit  anak dan tindakannya.  Keluarga mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya 

dan meluangkan waktu bersama anak.

11)  Keluarga tetap terbuka terhadap konseling dan kontak keperawatan

Diposkan oleh irfan afandy di 15.34 

Kirimkan Ini lewat Email   BlogThis!   Berbagi ke Twitter   Berbagi ke Facebook   Bagikan ke Pinterest   

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lama Beranda 

Langganan: Poskan Komentar (Atom)