perkemihan urine
DESCRIPTION
kelompok2TRANSCRIPT
Askep Leukemia
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah diberi
nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah keperawatan medikal bedah dengan
judul leukemia. Tidak lupa kita kirimkan shalawat beriring salam kepada junjungan kita nabi
besar Muhammad SAW karena atas berkat dari beliaulah kita dapat merasakan alam yang penuh
dengan pengetahuan dan teknologi seperti saat ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yusran
Hasymi atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh
karena itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah selanjutnya.
Bengkulu, 29 November 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sel darah manusia. Untuk mengetahui tentang
leukemia, kita harus mengenal dahulu sel-sel darah yang normal serta apa yang terjadi jika
terkena leukemia. Darah manusia terdiri dari cairan yang disebut sebagai plasma darah, dan tiga
kelompok sel darah. Kelompok sel darah itu dibedakan menjadi sel darah merah, sel darah putih,
dan keping-keping darah.
Sel darah putih atau leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi atau serangan
penyakit lainnya. Sel darah merah atau eritrosit berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-
paru ke seluruh jaringan tubuh, dan membawa karbon dioksida dari jaringan tubuh kembali ke
paru-paru. Keping-keping darah atau trombosit sangat berperan dalam proses pembekuan darah.
Ketika terjadi leukemia, tubuh akan memproduksi sel-sel darah yang abnormal dan dalam jumlah
yang besar. Pada leukemia, sel darah yang abnormal tersebut adalah kelompok sel darah putih.
Sel-sel darah yang terkena leukemia akan sangat berbeda dengan sel darah normal, dan tidak
mampu berfungsi seperti layaknya sel darah normal.
Peran perawat sangatlah penting pada kasus ini. Peran perawat sangat berguna untuk
memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar keperawatan dan kode etik dalam
menangani pasien dengan diagnosa leukemia.
Penyebab leukemia sejauh ini belum diketahui. Namun banyak penelitian yang dilakukan untuk
memecahkan masalah ini. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa leukemia lebih sering
menyerang kaum pria dibandingkan kaum wanita, dan juga pada kelompok orang kulit putih
dibandingkan dengan orang kulit hitam. Namun sampai saat ini belum diketahui mengapa hal
tersebut dapat terjadi. Dalam makalah ini kami sebagai penulis akan menerangkan asuhan
keperawatan pada konsep teori penyakit leukemia dengan asuhan keperawatan pada kasus
penyakit leukemia tersebut.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan leukemia
1.2.2 Tujuan khusus
a) Mampu menjelaskan konsep teori penyakit leukemia
b) Mampu melakukan pengkajian pada klien yang mengalami penyakit leukemia
c) Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami leukemia
d) Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami penyakit
leukemia
e) Mampu menerapkan rencana yang telah disusun pada klien yang mengalami penyakit leukemia
f) Mampu menganalisa kesenjangan yang terjadi antara konsep teori dengan aplikasi asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami penyakit leukemia
g) Mampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
penyakit leukemia
1.3 Manfaat PenulisanAdapun manfaat yang dapat diambil dari pembuatan makalah ini yaitu pembaca dan penulis
bisa lebih memahami materi mengenai penyakit leukemia dilihat dari perbandingan data di lahan
dan konsep teori yang sesungguhnya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Teori Penyakit
2.1.1 PengertianLeukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah
(Prof. Dr. Iman, 1997).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang
menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, 2002).
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel
hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel
darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Mansjoer, 2002).
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang
dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat bahwa leukimia adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang
menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
Sel darah normal, sel darah terbentuk di sumsum tulang. Tulang sumsum adalah bahan yang
lembut di tengah sebagian besar tulang. Belum menghasilkan sel darah yang disebut sel batang
dan ledakan. Sebagian besar sel darah matang di sumsum tulang dan kemudian pindah ke
pembuluh darah. Darah mengalir melalui pembuluh darah dan jantung disebut darah perifer.
Sumsum tulang membuat berbagai jenis darah sel. Setiap jenis memiliki fungsi khusus:
a) Sel darah putih membantu melawan infeksi
b) Sel darah merah membawa oksigen ke jaringan seluruh tubuh
c) Trombosit membantu gumpalan darah terbentuk bahwa kontrol perdarahan
Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumusm
tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di llllllhati, limpa
dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti meninges, traktus
gastrointesinal, ginjal dan kulit.
2.1.2 Jenis-jenis Leukemia1. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel Mieloid:
monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena;
insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling
sering terjadi.
2. Leukemia Mielogenus Kronis (LMK)
LMK juga di masukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak sel
normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. LMK jarang menyerang
individu di bawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran LMA tetapi tanda dan gejala
lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit
kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
3. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih
banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 LLA jarang terjadi.
Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga
mengganggu perkembangan sel normal..
4. Leukemia Limfositik Kronis (LLC)
LLC merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi klinis
pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan
penyakit lain.
2.1.2 Anatomi Fisiologia) AnatomiSel darah putih, leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini
berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem
kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid,
dan dapat menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109
hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-
25000 sel per tetes. Dalam setiap milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata
8000) sel darah putih .Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per
tetes. Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan tertentu,
mereka bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal. Leukosit mampu bergerak
secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel asing, atau
mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa membelah diri atau bereproduksi
dengan cara mereka sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel punca hematopoietic
pluripotent yang ada pada sumsum tulang. Leukosit turunan meliputi: sel NK, sel biang,
eosinofil, basofil, dan fagosit termasuk makrofaga, neutrofil, dan sel dendritik. Ada beberapa
jenis sel darah putih yang disebut granulosit atau sel polimorfonuklear yaitu:
1. Basofil.
2. Eosinofil.
3. Neutrofil.dan dua jenis yang lain tanpa granula dalam sitoplasma:
1. Limfosit
2. Monosit.
(skema pembelahan sel darah putih)
b) FisiologiFisiologi sel darah manusia
1. Leukosit Leukosit adalah sel darah berinti. Di dalam darah manusia, jumlah normal leukosit rata-rata
5000-9000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis, bila
kurang dari 5000 disebut leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih
mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah
cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi, yang tidak mempunyai
granula, sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis
leukosit agranuler : limfosit sel kecil, sitoplasma sedikit, monosit sel agak besar mengandung
sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis leukosir granuler: Neutrofil, Basofil, dan Asidofil
(eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral basa dan
asam. Granula dianggap spesifik bila ia secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan
pada sebagian besar precursor (pra zatnya). Meski masing-masing jenis sel terdapat dalam
sirkulasi darah, leukosit tidak secara acak terlihat dalam eksudat, tetapi tampak sebagai akibat
sinyal-sinyal kemotaktik khusus yang timbul dalam berkembangnya proses peradangan.
(Effendi, 2003)
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat
asingan. Ketika viskositas darah meningkat dan aliran lambat, leukosit mengalami marginasi,
yakni bergerak ke arah perifer sepanjang pembuluh darah. Kemudian melekat pada endotel dan
melakukan gerakan amuboid. Melalui proses diapedesis, yakni kemampuan leukosit untuk
menyesuaikan dgn lubang kecil lekosit, dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara
sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung. Pergerakan leukosit di daerah
intertisial pada jaringan meradang setelah leukosit beremigrasi, atau disebut kemotaktik terarah
oleh sinyal kimia. (Effendi, 2003).
Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah 4000-11000, waktu
lahir 15000-25000, dan menjelang hari ke empat turun sampai 12000, pada usia 4 tahun sesuai
jumlah normal. Variasi kuantitatif dalam sel-sel darah putih tergantung pada usia. waktu lahir, 4
tahun dan pada usia 14 -15 tahun persentase khas dewasa tercapai. (Effendi, 2003).
Fungsi sel Darah putih
Granulosit dan Monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan terhadap
mikroorganisme. dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago- memakan), mereka memakan
bakteria hidup yang masuk ke sistem peredaran darah. melalui mikroskop adakalanya dapat
dijumpai sebanyak 10-20 mikroorganisme tertelan oleh sebutir granulosit. pada waktu
menjalankan fungsi ini mereka disebut fagosit. dengan kekuatan gerakan amuboidnya ia dapat
bergerak bebas didalam dan dapat keluar pembuluh darah dan berjalan mengitari seluruh bagian
tubuh. dengan cara ini ia dapat mengepung daerah yang terkena infeksi atau cidera, menangkap
organisme hidup dan menghancurkannya, menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran,
serpihan-serpihan dan lainnya, dengan cara yang sama, dan sebagai granulosit memiliki enzim
yang dapat memecah protein, yang memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan dan
membuangnya.
Dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhannya
dimungkinkan. Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan
sama sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan sempurna, maka dapat terbentuk nanah.
Nanah beisi "jenazah" dari kawan dan lawan - fagosit yang terbunuh dalam kinerjanya disebut
sel nanah. demikian juga terdapat banyak kuman yang mati dalam nanah itu dan ditambah lagi
dengan sejumlah besar jaringan yang sudah mencair. dan sel nanah tersebut akan disingkirkan
oleh granulosit yang sehat yang bekerja sebagai fagosit.
2.1.3 EtiologiPenyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan
terjadinya leukemia yaitu :
1. Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur gen ( T cell leukemia-
lymphoma virus/HTLV).
2. Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker sebelumnya.
3. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti
neoplastik.
4. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
5. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
6. Kelainan kromosom : Sindrom Bloom’s, trisomi 21 (Sindrom Down’s), Trisomi G (Sindrom
Klinefelter’s), Sindrom fanconi’s, Kromosom Philadelphia positif, Telangiektasis ataksia
Gejala penyakit leukemia biasanya ditandai dengan adanya anemia. Infeksi akan mudah
atau sering terjadi karena sel darah putih tidak dapat berfungsi dengan baik, rasa sakit atau nyeri
pada tulang, serta pendarahan yang sering terjadi karena darah sulit membeku. Jika tidak diobati,
maka akan mengakibatkan leukemia akut dan akhirnya dapat menyebabkan kematian. Penyebab
yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan
terjadinya leukemia, yaitu Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari
sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan
bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko
terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down
dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.
2.1.4 Manisfestasi klinisManifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut :
a. Pilek tidak sembuh-sembuh
b. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
c. Demam dan anorexia
d. Berat badan menurun
e. Ptechiae, memar tanpa sebab
f. Nyeri abdomen
g. Lumphedenopathy
h. Hepatosplenomegaly
Gejala yang tidak khas ialah sakit sendi atau sakit tulang yang dapat disalahartikan sebagai
penyakit rematik. Gejala lain dapat timbul sebagai akibat infiltrasi sel leukemia pada alat tubuh
seperti lesi purpura pada kulit, efusi pleura, kejang pada leukemia serebral (Iman, 1997).
2.1.5 PatofisiologiNormalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast.
Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositipenia. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan
menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi. Manifestasi
akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat.
Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yangt akan berdampak pada
penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan. Adanya
infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan
nyeri persendian (Iman, 1997).
Sel mesenkim, stem sel, sel retikularSumsum tulangJaringan mieloidSel blas, mioblastPoliferasi SDP immaturMekanisme imun tergangguHematopoesis tergangguakumulasi imun tergangguResiko infeksi inflamasiHati Tulang SSPLimpa Hepatomegali Nyeri tulang Limfatomegali Sist neorologis trgannguNyeri tekanGg. nutrisi Sakit kepala, nausea, penglihatan kabur, diplopea, Prod. SDM trganggutrombositopeniaAnemia
Pembekuan trganggu
Suplai o2 menurun Pucat, lesu, letargi, dispnea Perdarahan spontan Resiko syok hipovolemik
Risiko injuri Gg pola nafas
(http://nursungscib.com/pathophysiology/pathofisiology-of-leukemia/)2.1.6 Penatalaksanaan Medis1. Pelaksanaan kemoterapi2. Irradiasi cranial3. Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi :a. Fase induksiDimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikostreroid
(prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda
penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang
dari 5%.
b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusatPada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal untuk
mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien
leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
c. KonsolidasiPada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan remisis dan mengurangi
jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan
dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan.
Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat
dikurangi.
4. Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu:
a) Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
- Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi. Apabila terjadi
perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka diperlukan transfusi
trombosit.
- Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
b) Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya tergantung pada
kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai
berikut:
- Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker sering disebut
sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud untuk mengurangi sel-
sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat mengurangi
gejala-gajala yang tampak.
- Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak memperbanyak diri
lagi.
- Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
- Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi
c) Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien dapat
sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus.
2.2 Konsep Dasar Askep2.2.1 Pengkajiana. Data biografi pasienLeukemia banyak menyerang laki-laki dari pada wanita dan menyerang pada usia lebih dari 20
tahun khususnya pada orang dewasa.
b. Riwayat Kesehatana) Riwayat Kesehatan SekarangPada penyakit leukemia ini klien biasanya lemah, lelah, wajah terlihat pucat, sakit kepala,
anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.
b) Riwayat penyakitPada riwayat penyakit klien dengan leukemia, kaji adanya tanda-tanda anemia yaitu pucat,
kelemahan, sesak, nafas cepat. Kaji adanya tanda-tanda leucopenia yaitu demam dan adanya
infeksi. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia yaitu ptechiae, purpura, perdarahan membran
mukosa. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola yaitu limfadenopati, hepatomegali,
splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis. Kaji adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal,
inflamasi disekitar rectal, nyeri ( Lawrence, 2003).
c)Riwayat Kesehatan Keluarga Adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar monozigot.
d) Riwayat kebiasaan sehari-hariPerbedaan pola aktivitas dirumah dan dirumah sakit.
e) Riwayat psikososiala. Psikologi
Pada kasus ini biasanya klien dan keluarga takut dan cemas terhadap penyakit yang diderita.
Klien sangat membutukan dukungan dari keluarga dan perawat.
b. Sosial Ekonomi
Klien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga maupun dengan tetangga disekitar
rumahnya dengan adanya keluarga dan tetangga yang membesuk serta klien hidup dalam
keadaan ekonomi yang sederhana.
f) Data penunjang
Data laboratorium pada klien dengan leukemia :
- Anemi normokrom normositer
- Leukosit >15.000/mm3 (5000-10000/ mm3)
- Sitogenik : kelainan pada kromosom 12, 13, 14, kadang-kadang pada kromosom 6, 11
- Hb : 7,3 mg / dl ( N : 12.0 – 16.0 g/dL).
- Trombosit : 100.000 (150.000-400.000/mm3)
- SDP : 60.000/cm (50.000)
- PT/PTT : memanjang
- Copper serum : meningkat
- Zink serum : menurun
g) Penatalaksanaan
Terapi dan obat yang diberikan pada klien dengan leukemia :- Transfusi bila perlu- Klorambusil
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
5. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen
kemoterapi
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise,
mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
7. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,
imobilitas.
9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.
10. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia
(Simon, 2003).
2.2.3 Intervensi dan Rasional a) Dx. 1Tujuan : pasien bebas dari infeksiKriteria hasil :a. Normotermiab. Hasil kultur negativec. Peningkatan penyembuhanIntervensi :
1. Pantau suhu dengan teliti (TTV)
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
2. Tempatkan klien dalam ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya klien dari sumber infeksi
3. Anjurkan semua pengunjung dan staf rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan
dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
4. Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
5. Evaluasi keadaan klien terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan
jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
6. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
7. Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
8. Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh
9. Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
b) Dx. 2 Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitasKriteria hasil : - klien tidak pusing
- Klien tidak lemah- HB 12 gr/%- Leukosit normal- Tidak anemis
Intervensi :1. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala aktifitas
sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
2. Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan
3. Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi
4. Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
5. Kolaborasikan pemasangan tranfusi darah
Rasional : transfusi darah dapat meningkatkan kadar hemoglobin di dalam darah klien.
c) Dx. 3Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Kriteria hasil : HB 12gr/%
Tidak anemis
Intervensi :
1. Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah ekimosis
Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi dengan adanya anemia
2. Cegah ulserasi oral dan rectal
Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah
3. Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
Rasional : untuk mencegah perdarahan
4. Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
Rasional : untuk mencegah perdarahan
5. Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, dan pucat)
Rasional : untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan
6. Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
7. Ajarkan orang tua dan klien yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan hidung
Rasional : untuk mencegah perdarahan
d) Dx. 4
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan, pasien tidak mengalami mual dan muntah
Kriteria hasil : - klien tidak lemah dan anemis
- Turgor kulit baik
- Mukosa bibir lembab, tidak sianosis
Intervensi :1. Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional : untuk mencegah mual dan muntah
2. Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang
3. Kaji respon klien terhadap anti emetic
Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
4. Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
5. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6. Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional : untuk mempertahankan hidrasi
e) Dx. 5
Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral
Kriteria hasil : - kesehatan oral klien baik
Intervensi :
1. Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral
Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang segera
2. Hindari mengukur suhu oral
Rasional : untuk mencegah trauma
3. Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut kasa
Rasional : untuk menghindari trauma
4. Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan bikarbonat
Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan
5. Gunakan pelembab bibir
Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)
6. Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil
Rasional : karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah yang mengakibatkan resiko
aspirasi dan dapat menyebabkan kejang
7. Berikan diet cair, lembut dan lunak
Rasional : agar makanan yang masuk dapat ditoleransi klien
8. Inspeksi mulut setiap hari
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
9. Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional : untuk membantu melewati area nyeri
10. Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia
Rasional : dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi, memperlambat
penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa
11. Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Rasional : untuk mencegah atau mengatasi mukositis
12. Berikan analgetik
Rasional : untuk mengendalikan nyeri
f) Dx. 6
Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil : - klien tidak pucat
- Klien tidak anemis
- Mukosa bibir lembab
- Nafsu makan meningkat
- Bb meningkat
Intervensi :
1. Dorong klien untuk tetap rileks saat makan
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan muntah
serta kemoterapi
2. Izinkan klien memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan unmtuk
memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan klien meningkat
Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
3. Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen yang
dijual bebas
Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
4. Izinkan klien untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional : untuk mendorong agar klien mau makan
5. Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6. Dorong klien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk menghilangkan produk sisa
suplemen dapat memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein
yang adekuat
7. Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB kurang dari
normal
g) Dx. 7
Tujuan : klien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima klien
Kriteria hasil : - skala nyeri 3
Intervensi :
1. Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan intervensi
2. Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat akses vena
Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman
3. Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
4. Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan
5. Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri
h) Dx. 8
Tujuan : klien mampu mempertahankan integritas kulit
Kriteria hasil : - klien bersih
- Klien merasa nyaman
Intervensi :
1. Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal
Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi
2. Ubah posisi dengan sering
Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
3. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
4. Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi pada
beberapa agen kemoterapi
5. Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit
6. Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative
7. Anjurkan memilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan
i) Dx. 9
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
Kriteria hasil : - keluarga tidak cemas
- Klien memahami instruksi dari perawat
Intervensi :
1. Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari, angin atau dingin
Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut
2. Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial
3. Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna atau
teksturnya agak berbeda
Rasional : untuk menyiapkan klien dan keluarga terhadap perubahan penampilan rambut baru
4. Dorong hygiene dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig, skarf, topi, tata
rias, dan pakaian yang menarik
Rasional : untuk meningkatkan penampilan
j) Dx. 10
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik atau terapi
Kriteria hasil : - klien dan keluarga bisa memahami prosedur yang disampaikan perawat
- Klien dan keluarga tidak cemas
Intervensi :
1. Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pada klien
Rasional : untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu
2. Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
Rasional : untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan
3. Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu klien menjalani
kehidupan yang normal
Rasional : untuk meningkatkan perkembangan klien yang optimal
4. Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan klien sebelum
diagnosa dan prospek klien untuk bertahan hidup
Rasional : memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut secara realistis
5. Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu klien tentang hasil tindakan dan
kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan
Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
6. Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada
Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga (Doenges, 1999).
2.2.4 ImplementasiImplementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah dibuat
untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan
keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang
diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah ditentukan dapat
tercapai.
2.2.5 EvaluasiEvaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan klien. Hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah :
a. Klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan
peningkatan toleransi aktifitas.
c. Klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.d. Klien menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah
e. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman
f. Masukan nutrisi adekuatg. Klien beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti
ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
h. Kulit tetap bersih dan utuhi. Klien mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, klien membantu
menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode ini dan
klien tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
j. Klien dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan
pengetahuan tentang penyakit klien dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan serta
kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama klien.
k. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan klien
mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap terminal,
pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat (Wong. D.L, 2004).
BAB III
TINJAUAN KASUS
No. Reg : 111234Tanggal masuk : 10-11-2010Tanggal Dikaji : 10-11-2010Ruangan : MelatiDiagnosa Medis : Leukemia
3.1 Pengkajiana. Identitas KlienNama : Tn. ZUmur : 27 tahunJenis Kelamin : Laki-lakiAlamat : SukamerinduPendidikan : SMAAgama : IslamAnak ke : 1Penanggung JawabNama : Ny.KUmur : 50 tahunJenis Kelamin : PerempuanAlamat : SukamerinduPekerjaan : WiraswastaHub dengan klien : Ibu kandungb.Keluhan UtamaKlien datang dengan keluhan utama demam, lemah, tidak bertenaga dan nafsu makan menurun
disertai mual dan muntah.
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan sekarang
Klien Tn. Z masuk IGD Rumah sakit M. Yunus Bengkulu pada tanggal 10 Desember 2010
diantar keluarga pukul 12.45 WIB dengan keluhan utama demam, lemah disertai dengan nafsu
makan menurun dan rasa mual muntah. Keluhan tersebut dirasakan sejak 5 bulan terakhir, dan
akhir-akhir ini sering disertai dengan suka pingsan. Pada saat perawat melakukan pengkajian
tanggal 10 Desember 2010 pukul 13.30 Wib di ruangan Melati didapatkan bahwa klien tampak
pucat, lemah, pusing, berkunang saat berdiri dan nafsu makan menurun, klien tampak gelisah.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya klien belum pernah masuk rumah sakit dengan penyakit yang dialami klien saat
ini.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam anggota keluarga klien, kakek klien pernah menderita penyakit yang sama dengan
penyakit yang sedang diderita klien saat ini dan tidak ada yang mengalami penyakit menular.
d. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum : Lemah
b) Kesadara : Compos Mentis
c) TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 108x/menit
S : 38,50C
RR : 18x/menit
GCS, : E = 4
M = 6
V = 5
JUMLAH : 15
d) Kepala :Inspeksi : Warna rambut hitam, penyebaran merata, tidak terdapat ketombe/kotoran.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan.e) Mata :
Inspeksi : Tidak terdapat sekret, konjungtiva anemis, penglihatan baik.
f) Hidung : Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan, tidak terdapat secret.
g) Mulut : Inspeksi : Mukosa bibir kering, pucat, tidak terdapat lesi.
h) Telinga :Inspeksi : Bersih tidak terdapat serumen, tidak ada lesi. Palpasi : Tidak terdapat benjolan, tidak ada peradangan, pendengaran baik.
i) Leher : Inspeksi : warna kulit merata, tidak terdapat lesi. Palpasi : tidak terdapat pembesaran venajugolaris pada leher
j) Dada/Thorak : Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak terdapat lesi, warna kulit sama dengan sekitar.Palpasi : Tidak terdapat benjolan, pengembangan paru kiri & kanan tidak sama.
Perkusi : Bunyi jantung mur mur, bunyi paru resonances.Auskultasi : Pernapasan bronchovesiculer.
k) Abdomen :Inspeksi : Tidak terdapat lesi, tidak ada luka bekas operasi, warna sama dengan sekitar.Palpasi : terdapat hepatomegali dan splenomegali.Auskultasi : Bising usus 20x/menit. Perkusi : Bunyi tympani.
l) Genetalia : Inspeksi : Tidak terdapat lesi, warna sama dengan sekitar, tidak terdapat iritasi, bentuk simetris.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada daerah perineal.m) Extremitas :
Atas : Tangan kanan terpasang infus, pergerakan lemah, reflek bisep & trisep baik. Bawah : Pergerakan lemah, reflek patela baik, reflek bisep & trisep baik.
n) Kulit : pucat , turgor buruk, texture halus.
e. Riwayat Psikososial1. Psikologi
Klien tampak cemas dengan keadaan penyakitnya. Hubungan klien dengan keluarga baik.
Terlihat keluarga ramai menjenguk klien di Rumah Sakit.
2. Sosial dan ekonomi
Klien bekerja sebagai wiraswasta, banyak kerabat klien mengunjungi klien ketika dirawat.
3. Data SpiritualKepercayaan dan keyakinan klien terhadap agama cukup, sebelum sakit klien sering beribadah.
f. Data PenunjangHb : 9,3 mg / dl ( N : 12.0 – 16.0 g/dL). Leukosit : 24000 / mm3 (5000-10000/ mm3) Trombosit : 100.000 (150.000-400.000/mm3) SDP : 60.000/cm (50.000)
PT/PTT : memanjang
Copper serum : meningkat
Zink serum : menurun
Kebiasaan Sehari-hari
No KEBIASAAN DIRUMAH DIRUMAH SAKIT1.
2.
3.
A. Nutrisi- Makanan Frekuensi Jenis Masalah- Minum Frekuensi Jenis Kebiasaan minum kopiPola EliminasiBAB Frekuensi Konsistensi Warna Bau BAK Frekuensi Warna Gangguan BAK Jumlah Bau Istirahat dan tidur
3X sehari1 porsi
Nasi + sayurTidak ada
6-7 gelas / hariAir putihTidak ada
1x sehariLembekKuningKhas
2 x sehariKuning
Tidak ada1500 cc
Khas
3X sehari1/2 porsi
Nasi + Sayurada
2-3 gelas / hariAir putihTidak ada
1x sehariAgak keras
KuningKhas
1x sehariKuning
Tidak ada1000 cc
Khas
4.
5.
Tidur siang Tidur malam Gangguan tidur Personal Hygiene
MandiFrekuensi Pakai Sabun- Cuci Rambut
Frekuensi Pakai shampo
- Sikat gigi Frekuensi Pakai pasta
KebersihanAktivitas sehari-hari
Jarang6-7 jam / hari
Tidak ada
2x / hariYa
3x / mingguYa
2x / hariYa
Aktivitas klien dilakukan secara
mandiri
4-5 jam / hari5-6 jam / hari
Tidak ada
Hanya di LapTidak
Tidak pernahTidak
Tidak pernahTidak pernah
Aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat
ANALISA DATA
Nama : Tn. Z Ruangan : MelatiUmur : 27 Tahun No. Register : 111234No. Data Senjang Interpretasi Data Masalah
1.DS : - Klien mengeluh badannya terasa
lemah
- Klien mengatakan tidak nafsu makan
- klien mengatakan mual dan muntah
DO :
Klien tampak gelisah
Sel mesenkim↓
Sel blast, mioblast↓
Proliferasi SDP immatur
↓Akumulasi
↓Infiltrasi
Gangguan nutrisi
2.
Klien tampak pucat dan lemah
Turgor kulit jelek
Mukosa bibir kering
BB awal 55kg
BB sekarang 49kg
TB 160cm
DS :
Kilen mengatakan pusing
Klien mengatakan badannya lemah
Klien mengatakan berkunang saat
berdiri
Klien mengatakan mengalami
tanda-tanda ini sejak 5 bulan
terakhir.
HB 9,3 gr / %
Leukosit 24000/mm3
DO :
Klien tampak lemah
Klien tampak pucat
Klien tampak anemis
Aktivitas klien tampak dibantu
↓Hati
↓Hematomegali
↓Gg nutrisi
Kegagalan sumsum tulang belakang
↓Produksi eritrosit
menurun↓
Transfor nutrisi kejaringan menurun
↓Kelemahan
↓Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Tn. Z Ruangan : MelatiUmur : 27 Tahun No. Register : 111234No Diagnosa keperawatan Tanggal
ditemukan Paraf Tanggal
teratasiParaf
1.
2.
Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
yang berhubungan
dengan anoreksia,
malaise, mual dan
muntah, efek samping
kemoterapi dan atau
stomatitis
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
kelemahan akibat anemia
10-11-10
10-11-10
ji
ji
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Tn. Z Ruangan : MelatiUmur : 27 Tahun No. Register : 111234
Nodx
Tgl/jam Tujuan dan kriteria hasil
Rencana Tindakan Rasional Paraf
1 10-11-10/ 14.00
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
diharapkan kebutuhan
nutrisi terpenuhi
dengan kriteria hasil :
Klien tidak tampak
gelisah
Klien tidak pucat dan
lemah
Turgor kulit baik
Mukosa bibir lembab
Tidak anoreksia
BB meningkat
1. Dorong klien untuk
tetap rileks saat
makan
2. Izinkan klien
memakan semua
makanan yang dapat
ditoleransi,
rencanakan untuk
memperbaiki kualitas
gizi pada saat selera
makan klien
meningkat
3. Berikan makanan
yang disertai
suplemen nutrisi gizi,
seperti susu bubuk
atau suplemen yang
dijual
4. Izinkan klien untuk
terlibat dalam
persiapan dan
pemilihan makanan
5. Dorong masukan
nutrisi dengan jumlah
1. Jelaskan bahwa
hilangnya nafsu
makan adalah akibat
langsung dari mual
dan muntah serta
kemoterapi
2. Untuk
mempertahankan
nutrisi yang optimal
3. untuk
memaksimalkan
kualitas intake
nutrisi
4. Untuk mendorong
agar klien mau
makan
5. Karena jumlah yang
kecil biasanya
ditoleransi dengan
baik
ji
sedikit tapi sering
6. Dorong klien untuk
makan diet tinggi
kalori kaya nutrient
7. Timbang BB, ukur
TB
6. kebutuhan jaringan
metabolik
ditingkatkan begitu
juga cairan untuk
menghilangkan
produk sisa
suplemen dapat
memainkan peranan
penting dalam
mempertahankan
masukan kalori dan
protein yang adekuat
7. membantu dan
mengidentifikasikan
malnutrisi kalori,
khususnya bila BB
kurang dari normal
2 11-10-1015.00
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
diharapkan klien dapat
melakukan
aktivitasnya secara
mandiri. Dengan
Kriteria hasil :
Kilen tidak pusing
Klien tidak lemah
Klien tidak
berkunang saat berdiri
HB 12 gr / %
Leukosit normal
1. Evaluasi laporan
kelemahan, perhatikan
ketidakmampuan
untuk berpartisipasi
dalam aktifitas sehari-
hari
2. Berikan lingkungan
tenang dan perlu
istirahat tanpa
gangguan
3. Kaji kemampuan
untuk berpartisipasi
1. Menentukan derajat
dan efek
ketidakmampuan
2. Menghemat energi
untuk aktifitas dan
regenerasi seluler
atau penyambungan
jaringan
3. Mengidentifikasi
kebutuhan individual
dan membantu
ji
Klien tidak tampak
pucat
Klien tidak tampak
anemis
pada aktifitas yang
diinginkan atau
dibutuhkan
4. Berikan bantuan
dalam aktifitas sehari-
hari dan ambulasi
5. Kolaborasikan dengan
pemberian transfusi
darah
pemeliharaan
intervensi
4. Memaksimalkan
sediaan energi untuk
tugas perawatan diri
Pemberian transfusi
darah akan
meningkatkan kadar
hemoglobin di dalam
darah
IMPLEMENTASI KEPERAWATANNama : Tn. Z Ruangan : MelatiUmur : 27 Tahun No. Register : 111234Tgl/jam No Tindakan Keperawatan Respon hasil Paraf
10-11-1014.30
15.30
1
2
1. Mendorong klien untuk tetap
rileks saat makan
2. Mengizinkan klien memakan
semua makanan yang dapat
ditoleransi, merencanakan
untuk memperbaiki kualitas
gizi pada saat selera makan
klien meningkat
3. Memberikan makanan yang
disertai suplemen nutrisi gizi,
seperti susu bubuk atau
suplemen yang dijual
4. Mengizinkan klien untuk
terlibat dalam persiapan dan
pemilihan makanan
5. Mendorong masukan nutrisi
dengan jumlah sedikit tapi
sering
6. Mendorong klien untuk
makan diet tinggi kalori kaya
nutrient
7. Menimbang BB dan
mengukur TB
1. Mengevaluasi laporan
kelemahan,memperhatikan
ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam aktifitas
sehari-hari
2. Memberikan lingkungan
tenang dan memerlukan
Klien makan dengan
rileks
Klien hanya
menghabiskan 3/4 porsi
makanannya
Nutrisi klien tercukupi
Klien memilih sendiri
makanan yang ia inginkan
sesuai dengan diit yang
telah disarankan
Klien ingin memakan
makanannya
Nutrisi klien tercukupi
BB klien 52kg dan TB
160cm
Klien tampak masih
berbaring di tempat tidur
Lingkungan tenang, klien
merasa nyaman
Klien tampak
bersemangat
Klien mengikuti
instruktur yang diberikan
ji
ji
istirahat tanpa gangguan
3. Mengkaji kemampuan untuk
berpartisipasi pada aktifitas
yang diinginkan atau
dibutuhkan
4. Memberikan bantuan dalam
aktifitas sehari-hari dan
ambulasi
5. Mengkolaborasikan
pemberian transfusi darah
Hb klien meningkat
EVALUASINama : Tn. Z Ruangan : MelatiUmur : 27 Tahun No. Register : 111234
Tgl No dx
Perkembangan Paraf
13-11-10
13-11-10
1
2
S = - Klien mengatakan sudah ada nafsu makan tapi
sedikit
- klien mengatakan tidak mual dan muntahO =- Klien masih tampak pucat dan lemah Turgor kulit baik Mukosa bibir lembab BB awal 55kg BB sekarang 52kg TB 160cm
A = Masalah teratasi sebagianP = Intervensi dilanjutkan
S = - Kilen mengatakan pusing
HB 10 gr / %
Leukosit 12.000/mm3
TD : 120/70 mmHg
N : 95x/menit
S : 37,50C
RR : 18x/menit
ji
ji
O =- Klien tampak lemah Klien tampak pucat Konjungtiva tampak anemis
Aktivitas klien tampak dibantu
A = masalah teratasi sebagianP = intervensi dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP
3.1.Kesimpulan.
Adapun kesimpulan dari pembuatan makalah ini yaitu Leukemia merupakan kanker yang
terjadi pada sel darah manusia. Untuk mengetahui tentang leukemia, kita harus mengenal dahulu
sel-sel darah yang normal serta apa yang terjadi jika terkena leukemia.Dan kepada pembaca dan
penulis bisa lebih memahami materi mengenai penyakit leukemia dilihat dari perbandingan data
di lahan dan konsep teori yang sesungguhnya.
3.2.Saran.
Kami yakin makalah ini banyak kekurangannya maka dari itu kami sangat mengharapkan
saran dari teman-teman dalam penambahan untuk kelengkapan makalah ini,karna dari saran yang
kami terima dapat mengkoreksi makalah yang kami buat ini.atas saran dari teman-teman kami
ucapkan terima kasih.
asuhan keperawatan pada pasien leukemia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemapoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam
membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Mansjoer, 2002).
Penyakit ini merupakan penyakit darah dan organ-organ yang disebabkan karna pertumbuhan
yang subur atau proliferasi sel-sel darah putih yang imatur sehingga mempengaruhi produksi sel-
sel darah merah lainnya.
Penyakit ini disebabkan terjadinya kerusakan pada tempat produksi sel darah yaitu pada
sum-sum tulang, dimana sum-sum tulang bekerja aktif dalam memproduksi sel-sel darah tapi sel
darah yang diproduksi adalah sel-sel darah yang tidak normal sedangkan produksi sel-sel darah
normal terhambat.
Untuk itu, diharapkan perawat dapat memberikan pelayanan-pelayanan kesehatan yang
optimal sehingga dapat membantu meningkatkan kesehatan pasien. Misalnya, memantau kondisi
pasien dan juga menjauhkan pasien dari hal-hal yang dapat membuat penyakit leukemia yang
pasien derita bertambah parah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan leukemia?
2. Apa saja manifestasi klinis dan etiologi dari leukemia?
3. Apa patofisiologi dari leukemia?
4. Bagaimana Asuhan Keperawatan bagi pasien leukemia?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan pemahaman tentang leukemia.
2. Untuk mengetahui manifestasi klinis dan etiologi dari leukemia.
3. Untuk memahami patofisiologi dari leukemia.
4. Untuk memahami asuhan keperawatan bagi pasien leukemia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi Organ
Darah merupakan jaringan tubuh yang berbentuk cairan yang terdapat dalam pembuluh
darah, dan termasuk dalam sistem hematologi. Jumlah darah setiap individu berbeda-beda
tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung dan pembuluh darah. Normalnya pada orang
sehat 1/13 dari berat badan atau 4 sampai 5 Liter. Darah berfungsi sebagai alat pengangkut dan
sebagai pertahanan tubuh serta penyebar panas keseluruh tubuh.
Darah mengandung:
1. Air 91%
2. Protein 8% (Albumin, Globulin, Protombin dan Fibrinogen)
3. Mineral 0,9% (Natrium Klorida, Natrium Bikarbonat, Garam, Posphatt, Magnesium dan Asam
Amino)
Darah itu sendiri terbagi atas :
Eritrosit
Merupakan sel darah merah yang berbentuk cakram bikonkaf dan tidak berinti.
Normalnya 5.000/mm3 darah. Eritrosit ini mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin (Hb).
Hb normal wanita 11,5 mg% dan Hb normal laki_laki 13 mg%. Eritrosit berfungsi sebagai
pengikat oksigen dari paru-paru lalu diedarkan keseluruh tubuh dan mengikat CO2 dari jaringan
tubuh lalu dikeluarkan malalui paru-paru.
Leukosit
Leukosit merupakan sel darah putih yang terbagi atas dua kategori : granolosit sebanyak
60% san sel mononuklear (agranosit) sebanyak 40%. Leukosit memiliki inti dan bentuk yang
berubah-ubah. Leukosit berfungsi sebagai pertahan tubuh terhadap benda asing yang menyerang
tubuh. Contoh infasi bakteri
Normal leukosit : 5.000-10.000 mm3
Trombosit
Trombosit merupakan partikel-partikel kecil yang bermacam-macam, ada bulat dan
lonjong. Trombosit berwarna putih. Jumlah normalnya 150.000 – 450.000/mm3. Leukosit
berfungsi sebagai pengontrol pendarahan. Contoh: dalam pembekuan darah
2.2 Landasan Teoritis Penyakit
A. Definisi
Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk
darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001).
Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum
tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002).
Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam
membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain. (Arief Mansjoer,
dkk, 2002).
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel – sel pembentuk darah dalam sum –
sum tulang dan limfa nadi. (Reeves, 2001)
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum – sum tulang
yang ditandai oleh proliferasi sel – sel darah putih dengan manifestasi adanya sel – sel abnormal
dalam darah tepi. Pada leukemia ada gangguan dalam pengaturan sel leokosit. Leukosit dalam
darah berfloreferasi secara tidak teratur dan tidak terkendali dan fungsinya pun menjadi normal.
Oleh karena proses tersebut fungsi – fungsi lain dari sel darah merah normal terganggu hingga
menimbulkan gejala leukemia yang dikenal dalam klinik. (Bambang Permono, 2005)
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa leukemia
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan yang sangat cepat (poliferasi) sel darah
putih yang abnormal pada jaringan pembentuk darah.
Klasifikasi LeukemiaKetika pada pemeriksaan diketahui bahwa leukemia mempengaruhi limfosit atau sel
limfoid, maka disebut leukemia limfositik.Sedangkan leukemia yang mempengaruhi sel mieloid
seperti neutrofil, basofil, dan eosinofil, disebut leukemia mielositik.
1. Leukemia Mielogenosa AkutAML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke
semua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
2. Leukemia MielogenosaKronisCML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid.
Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan.CML jarang menyerang individu di bawah 20 tahun.Manifestasi mirip dengan gambaran AML tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
3. Leukemia Limfositik AkutALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada
anak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 ALL jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
4. Leukemia Limfositik KronisCLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70
tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.
B. Etiologi
Secara pasti penyebat dari penyakit leukemia belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor
prediosposisi yang dapat menyebabkan terjadinya leukemia (Suriadi & Rita Yuliani, 2001), yaitu
:
a. Faktor genetik, dapat dilihat pada tingginya kasus leukemia pada anak kembar monozigot.
b. Faktor lingkungan, berupa kontak dengan radiasi ionisasi disertai menifestasi leukemia timbul
bertahun – tahun kemudian.
c. Zat kimia, misalnya benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen anti neoplastik.
d. Agen virus, HTLV-1 dari leukemia sel T sejak lama dapat menyebabkan timbulnya leukemia.
e. Obat – obatan imunosupresif, obat anti kanker, obat – obatan kardiogenik seperti
diethylstilbestrol
f. Neoplasma
Ada persamaan jelas antara leukemia dan penyakit neoplastik lain, misalnya proliferasi sel yang
tidak terkendali, abnormalitas morfologi sel, dan infiltrasi organ. Selain dari itu kelainan sum –
sum kronis dapat berubah bentuk akhirnya menjadi leukemia akut, misalnya polisefemia vera,
mielosklerosis atau anemia plastik.
g. Kelainan kromosom, misalnya pada sindrom down.
C. Manifestasi Klinis / Tanda dan Gejala
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia menurut Suriadi & Rita
Yuliani (2001) adalah sebagai berikut :
a. Pilek tidak sembuh – sembuh
b. Demam dan anorexia
c. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
d. Berat badan menurun
e. Ptechiae, memar tanpa sebab
f. Nyeri pada tulang dan persendian
g. Nyeri abdomen
h. Lumphedenopathy
i. Hepatosplenomegaly
j. Abnormal WBC
Manifestasi klinik lainnya, yaitu:
1. Anemia
Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan sumsum
tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya konsentrasi hemoglobin,
turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah kurang. Anak yang menderita leukemia mengalami
pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas.
2. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi
Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan menurunkan daya
tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat
bekerja secara optimal.
3. Perdarahan
Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan mukosa seperti
gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering disebut petekia. Perdarahan ini
dapat terjadi secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar trombosit sangat rendah,
perdarahan dapat terjadi secara spontan.
4. Penurunan kesadaran
Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat menyebabkan
berbagai gangguan seperti kejang sampai koma.
5. Penurunan nafsu makan
6. Kelemahan dan kelelahan fisik
D. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
Menurut Ngastiyah, (1987) pemeriksaan yang dilakukan pada penderita leukemia adalah
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah Tepi
Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sum – sum tulang yaitu
adanya pansitupenia, lifositosis yang terkadang menyebabkan gambaran darah tepi terdapat sel
blas yang merupakan gejala patonomenik untuk leukemia.
b. Kimia Darah
Dari hasil pemeriksaan kimia darah biasanya terdapat kolesterol rendah, asam urat dapat
meningkat dan hipogamaglobinemia.
c. Sum – sum Tulang
Dari pemeriksaan sum – sum tulang dapat ditemukan gambaran yang hanya terdiri dari sel
limfopeutik patologis. Pada LMA selain gambaran tersebut terdapat pula adanya liatus leukemia
yaitu keadaan yang diperlihatkan sel blas (mie blas), beberapa sel tua (segment) dan sangat
kurang bentuk pemotongan sel yang berada diantaranya (promielost, mielosil, metamielosit dan
sel batang).
2. Biopsi Limpa
Dari hasil pemeriksaan ini akan terlihat proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari
jaringan limpa yang terdesak seperti : limposit normal, RES, Granulosit, pulp cell.
3. Cairan Serebropinalis
Leukemia Meningeal terjadi jika terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein.
4. Sistogenik
Dari pemeriksaan sistogenik 70 – 90 % dari kasus leukemia menunjukkan adanya kelainan
kromosom yaitu pada kromosom 21.
Pemeriksaan pada penderita leukemia menurut Betz, Cecily L (2002), yaitu :
a. Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm3
saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm3
adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur, hitung darah lengkap biasanya
juga menunjukkan normositik, anemia normositik.
b. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
c. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
d. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
e. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immature
f. PTT : memanjang
g. LDH : mungkin meningkat
h. Asam urat serum : mungkin meningkat
i. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
j. Copper serum : meningkat
k. Zink serum : menurun
l. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan
m. Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat
n. Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.
o. Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis.
p. Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang.
q. Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.
r. Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan.
E. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
1. Pelaksanaan kemoterapi
2. Irradiasi cranial
3. Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi :
a. Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi
kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika
tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel
muda kurang dari 5%.
b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui
intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya
pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
c. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan remisis dan
mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau
bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap
pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau
dosis obat dikurangi.
4. Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu:
a) Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi. Apabila terjadi
perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka diperlukan transfusi
trombosit.
Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
b) Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya
tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya
adalah sebagai berikut:
Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker sering disebut
sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud untuk mengurangi sel-
sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat mengurangi
gejala-gajala yang tampak.
Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak memperbanyak diri
lagi.
Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
- Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi
c) Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien dapat
sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus.
5. Penggunaan obat tradisional yaitu perpaduan antara buah mahkota dewa, sambiloto, daun
pegagan dan buah mengkudu.
F. Komplikasi
Penyakit leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya yaitu:
1. Kelelahan (fatigue). Jika leukosit yang abnormal menekan sel-sel darah merah, maka anemia
dapat terjadi. Kelelahan merupakan akibat dari kedaan anemia tersebut. Proses terapi Leukemia
juga dapat meyebabkan penurunan jumlah sel darah merah.
2. Pendarahan (bleeding). Penurunan jumlah trombosit dalam darah (trombositopenia) pada
keadaan Leukemia dapat mengganggu proses hemostasis. Keadaan ini dapat
menyebabkan pasien mengalami epistaksis, pendarahan dari gusi, ptechiae, dan
hematom.
3. Rasa sakit (pain). Rasa sakit pada leukemia dapat timbul dari tulang atau sendi. Keadaan
ini disebabkan oleh ekspansi sum-sum tulang dengan leukosit abnormal yang
berkembang pesat.
4. Pembesaran Limpa (splenomegali). Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi saat keadaan
leukemia sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini menyebabkan limpa bertambah besar,
bahkan beresiko untuk pecah.
5. Stroke atau clotting yang berlebihan (excess clotting). Beberapa pasien dengan kasus
leukemia memproduksi trombosit secara berlebihan. Jika tidak dikendalikan, kadar
trombosit yang berlebihan dalam darah (trombositosis) dapat menyebabkan clot yang
abnormal dan mengakibatkan stroke.
6. Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan leukemia adalah abnormal, tidak
menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan pasien menjadi lebih
rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan leukemia juga dapat menurunkan kadar
leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem imun tidak efektif.
7. Kematian.
G. WOC (terlampir)
2.3 Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a. Data biografi pasien
Leukemia banyak menyerang laki-laki dari pada wanita dan menyerang pada usia lebih
dari 20 tahun khususnya pada orang dewasa.
b. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang pada penyakit leukemia klien biasanya lemah, lelah, wajah
terlihat pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada riwayat kesehatan dahulu pada klien dengan leukemia, kaji adanya tanda-tanda
anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat. Adanya tanda-tanda leucopenia yaitu demam
dan adanya infeksi. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia yaitu ptechiae, purpura, perdarahan
membran mukosa. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola yaitu limfadenopati,
hepatomegali, splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis. Kaji adanya hematuria, hipertensi,
gagal ginjal, inflamasi disekitar rectal, nyeri ( Lawrence, 2003).
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari riwayat kesehatan keluarga, adanya keluarga yang mengalami gangguan
hematologis serta adanya faktor herediter misal kembar monozigot.
c. Pemerikasaan Fisik
1. Keadaan Umum
Keadaan umum pada penderita leukemia tampak lemah, kesadaran bersifat composmentis
selama belum terjadi komplikasi.
2. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : tidak normal (TD normal 120/80 mmHg)
Nadi :
Suhu : meningkat jika terjadi infeksi
RR : Dispneu, takhipneu
3. Pemeriksaan fisik head to toe
a. Pemeriksaan kepala
Bentuk : perhatikan bentuk kepala apakah simetris atau tidak. Biasanya pada penderita leukemia
betuk kepala simetris.
Rambut: perhatikan keadaan rambut mudah dicabut atau tidak,warna, hygiene
Nyeri tekan: palpasi nyeri tekan, ada atau tidak. Biasanya pada penderita tidak ada nyeri tekan.
b. Pemeriksaan mata
Palpebra: perhatikan kesimetrisan kiri dan kanan
Konjungtiva : anemis atau tidak. Pada penderita leukemia akan ditemukan konjungtiva yang
anemis.
Sclera : ikterik atau tidak. Sclera penderita leukemia akan terlihat tidak ikterik.
c. Pemeriksaan hidung
Inskpeksi kesimetrisan bentuk hidung, mukosa hidung, palpasi adanya polip. Penderita leukemia
memiliki pemeriksaan hidung yang normal.
d. Pemeriksaan mulut
Inspeksi apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri ), perdarahan gusi. Biasa
papa penderita leukemia, ditemukan bibir pucat, sudut – sudut bibir pecah – pecah.
e. Pemeriksaan telinga
Inspeksi simetris kiri dan kanan, sirumen. Palpasi nyeri tekan. Periksa fungsi pendengaran dan
keseimbangan. Pada penderita leukemia biasanya tidak ditemukan kelainan dan bersifat normal.
f. Pemeriksaan leher
Inspeksi dan palpasi adanya pembesaran getah bening kelenjer tiroid, JVP, normalnya 5-2.
Penderita leukemia tidak mengalami pembesaran kelenjer tiroid.
g. Pemeriksaan thorak
Jantung
Inspeksi : iktus terlihat atau tidak, inspeksi kesimetrisan. Pada penderita leukemia, iktus terlihat
Palpasi : raba iktus kordis. Normalnya, iktus teraba.
Perkusi : tentukan batas jantung.
Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2, normal.
Paru – paru
Inspeksi : kesimetrisan kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi, biasanya normal.
Palpasi : vokal femoris teraba, simetris kiri dan kanan.
Perkusi :
Auskultasi : biasanya bunyi nafas vesikuler.
h. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : apakah dinding abdomen mengalami memar, bekas operasi, dsb.
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : palpasi apakah ada nyeri tekan, hepar teraba atau tidak. Biasaya terdapat nyeri tekan,
dan hepar akan teraba.
Perkusi : lakukan perkusi, biasa didapat bunyi tympani untuk semua daerah abdomen
i. Pemeriksaan Ekstremitas
inspeksi kesemetrisan, palpasi adanya nyeri tekan pada ekstremitas atas dan bawah. Biasanya
pada penderita leukemia akan mengalami nyeri pada tulang dan persendian.
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm3
saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm3
adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur, hitung darah lengkap biasanya
juga menunjukkan normositik, anemia normositik.
2. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
3. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immature
6. PTT : memanjang
7. LDH : mungkin meningkat
8. Asam urat serum : mungkin meningkat
9. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
10. Copper serum : meningkat
11. Zink serum : menurun
e. Pengkajian 11 Fungsional Gordon
1. Persepsi dan Penanganan Kesehatan
- Mengkaji kesehatan klien secara umum.
- Menanyakan alasan klien datang ke RS dan harapannya.
- Mengkaji gambaran/pandangan klien terhadap sakit dan cara penangannya.
- Kepatuhan terhadap obat.
- Mengkaji riwayat kesehatan keluarga klien.
- Mengkaji tindakan dalam menjaga kesehatan.
2. Nutrisi dan Metabolik
- Mengkaji intake makanan dan cairan klien.
- Mengkaji gambaran komposisi makan.
- Mengkaji nafsu makan, dan factor-faktor yang mempengaruhi nafsu makan.
- Mangkaji makanan kesukaan, pantangan atau alergi yang ada.
- Mengkaji apakah menggunakan suplemen makanan.
- Mengkaji apakah menggunakan obat diet tertentu.
- Mengkaji perubahan berat badan yang terjadi.
Biasanya klien dengan leukemia mengalami penurunan nafsu makan, sehingga berat badannya
juga menurun.
3. Eliminasi
- Mengkaji pola miksi yang meliputi: frekuensi, warna, dan bau.
- Apakah ada masalah dalam pengeluaran urine.
- Mengkaji apakah menggunakan alat bantu untuk berkemih.
- Mengkaji pola defekasi yang meliputi : frekuensi, warna,dan karakteristiknya.
- Apakah menggunakan alat bantu untuk defekasi.
- Mengkaji pengeluaran melalui IWL .
4. Aktivitas dan Latihan
- Mengkaji gambaran aktivitas sehari-hari klien sebelum dan sesudah merasakan sakit.
- Pola olahraga yang biasa dilakukan.
- Mengkaji aktivitas yang dilakukan waktu senggang.
Biasanya klien mengalami kelelahan, dan tidak dapat beraktivitas dengan baik.
5. Tidur dan Istirahat
- Mengkaji pola tidur klien yang meliputi lama waktu tidur, dan keefektifan.
- Mengkaji apakah mempunyai kebiasaan sebelum tidur.
- Menanyakan apakah mengalami kesulitan dalam tidur.
- Mengkaji kebiasaan jam berapa tidur dan bangun klien.
Biasanya tidur klien terganggu karena penyakit yang dideritanya.
6. Kognitif dan Persepsi
- Mengkaji kemampuan membaca, menulis dan mendengar klien.
- Menanyakan pada klien atau keluarga apakah mengalami kesulitan dalam mendengar.
- Mengkaji apakah klien menggunakan alat bantu lihat atau dengar.
- Mengkaji apakah ada keluhan pusing atau sebagainya.
Biasanya klien sering mengalami pusing.
7. Persepsi Diri- Konsep Diri
- Mengkaji bagaimana gambaran diri klien.
- Mengkaji apakah sakit yang ia alami mengubah gambaran diri klien.
- Hal-hal apa saja yang membebani pikiran klien.
- Mengkaji apakah klien sering merasa cemas, depresi, dan takut.
Biasanya klien merasa cemas dan takut jika penyakitnya tidak bisa disembuhkan.
8. Peran – Hubungan
- Mengkaji pekerjaan klien.
- Apakah hubungan yang dijalin klien dengan rekan kerja, keluarga dan lingkungan sekitar
berjalan dengan baik.
- Apa yang menjadi peran klien dalam keluarga.
- Mengkaji bagaimana penyelesaian konflik dalam keluarga.
- Mengkaji bagaimana keadaan ekomoni klien.
- Apakah dalam lingkungan klien mengikuti kegiatan social.
9. Seksualitas dan Reproduksi
- Mengkaji bagaimana hubungan klien dengan pasangan.
- Mengkaji apakah klien menggunakan alat bantu atau alat pelindung saat melakukan hubungan
seks.
- Mengkaji apakah terdapat kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan seks.
Biasanya pada wanita, siklus menstruasinya tidak teratur, karena terjadinya perdarahan.
10. Koping – Toleransi Stress
- Mengkaji apa yang menjadi visi klien kedepan.
- Mengkaji apakah klien biasa mendapatkan apa yang diinginkannya.
- Mengkaji sejauh mana klien harus berusaha untuk mendaptkan apa yang diinginkan.
- Mengkaji bagaimana penanganan klien tentang stress yang mungkin ia hadapi.
11. Nilai- Kepercayaan
- Mengkaji agama klien.
- Sejauh mana ia taat pada agama yang ia anut.
- Mengkaji sejauh mana agama/ nilai yang ia percayai mempengaruhi kehidupannya.
- Mengkaji apakah agama atau nilai kepercayaan merupakan hal yang penting dalam kehidupan
klien.
Perumusan NANDA, NOC, NIC
No. Diagnosa (NANDA) Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
1. Resiko infeksi b.d
penurunan sistem
kekebalan tubuh
Status imun
Klien diharapkan mampu:
Tidak adanya infeksi
berulang
Tidak adanya tumor
Status pencernaan dari skala
yang diharapkan
Status pernapasan dari skala
yang diharapkan
Berat badan dalam batas
normal
Suhu tubuh normal
Tidak adanya kelelahan
secara terus menerus
Jumlah sel darah putih
Manajemen lingkungan
Intervensi yang dilakukan :
Ciptakan lingkungan yang
aman untuk pasien.
Identifikasi kebutuhan
keamanan pasien, berdasarkan
tingkat fisik, dan fungsi
kognitif dan pengalaman masa
lalu.
Hindari lingkungan yang
berbahaya (ex : permadani
lepas dan kecil, perabotan
rumah yang dapat dipindah-
pindahkan).
Hindari objek yang berbahaya
dalam batas normal
Status nitrusi
Klien diharapkan mampu
menormalkan:
Pemasukan nutrisi
Pemasukan makanan dan
cairan
Energi
Masa tubuh
Berat badan
dari lingkungan.
Usaha perlindungan dengan
pinggir jeruji/pinggir lapisan
jeruji, dengan tepat.
Dampingi pasien selama
aktivitas di luar bangsal.
Atur tinggi rendahnya tempat
tidur.
Sediakan peralatan yang
adaptif (ex : tangga yang dapat
disandarkan dan susuran
tangan), dengan tepat.
Tempatkan furniture dalam
ruangan dengan susunan yang
tepat.
Sediakan tabung panjang
untuk membuat gerakan lebih
leluasa.
Tempatkan objek yang
digunakan dalam batas
jangkauan.
Sediakan kamar untuk 1
orang.
Sediakan tempat tidur yang
bersih dan nyaman.
Sediakan tempat tidur yang
kokoh/kuat.
Tempatkan perubahan posisi
tempat tidur dalam kondisi
yang mudah dijangkau.
Kurangi rangsangan dari
lingkungan.
Hindari pencahayaan yang
tidak penting, sirkulasi udara,
keadaan yang terlalu panas,
ataupun dingin.
Atur suhu lingkungan sesuai
kebutuhan pasien, jika suhu
tubuhnya berubah.
Kontrol/cegah bising yang
berlebihan, bila
memungkinkan.
Kontrol pencahayaan untuk
manfaat terapeutik.
Batasi jumlah pengunjung.
Batasi kunjungan secara
personal kepada pasien,
keluarga, kebutuhan penting
lainnya.
Lakukan rutinitas sehari-hari
sesuai kebutuhan pasien.
Manajemen nutrisi
Intervensi yang dilakukan :
Tanyakan apakah pasien
mempunyai alergi terhadap
makanan.
Pastikan makanan kesukaan
pasien.
Dorong kenaikan pemasukan
zat besi makanan, dengan
tepat.
Dorong kenaikan pemasukan
protein, zat besi, vitamin C,
dengan tepat.
Berikan pasien dengan protein
tinggi, kalori tinggi, nutrisi
makanan cemilan dan
minuman itu bisa dengan
mudah mengonsumsi denagn
tepat.
Ajarkan pasien bagaimana
menafkahkan buku harian
makanan, sesuai dengan
kebutuhan.
Kontrol catatan pemasukan
untuk kandungan nutrisi dan
kalori.
2. Resiko perdarahan b.d
trombositopenia
Pembekuan darah
Klien diharapkan mampu
menormalkan :
Gumpalan pembentukan
Waktu protrombin
Hb
Perdarahan
Memar
Petechiae
Pencegahan perdarahan
Intervensi yang dilakukan :
Monitor kemungkinan
terjadinya perdarahan pada
pasien
Catat kadar HB dan Ht setelah
pasien mengalami kehilangan
banyak darah
Pantau gejala dan tanda
timbulnya perdarahan yang
berkelanjutan 9cek sekresi
pasien baik yang terlihat
maupun yang tidak disadari
perawat)
Pantau factor koagulasi,
termasuk protrombin (Pt),
waktu paruh tromboplastin
(PTT), fibrinogen, degradasi
fibrin, dan kadar platelet dalam
darah)
Pantau tanda-tanda vital,
osmotic, termasuk TD
Atur pasien agar pasien tetap
bed rest juka masih ada
indikasi pendarahan
Atur kepatenan/ kualitas
produk / alat yang
berhubungan dengan
perdarahan
Lindungai pasien dari hal-hal
yang menimbulkan trauma dan
bias menimbulkan perdarahan
Jangan lakukan injeksi
Gunakan sikat gigi yang
lembut untuk perawatan oral
pasien
Gunakan alat ukur elektrik
yang memiliki pinggiran tepi
saat pasien mencukur
Hindari tindakan invasive
Cegah memasukkan sesuatu
kedalam lubang daerah yang
mengalami perdarahan
Hindari pengukuran suhu
secar rectal
Jauhkan alat-alat berat
disekitar pasien
Instruksikan pasien untuk
menghindari/ menjauhi aspirasi
atau anti koagulan yang lain
Instruksikan pasien untuk
menghindar aspirin/
antikoagulan yang lain
Instruksikan pasien untuk
emngkonsumsi makanan yang
mengandung vit K
Cegah terjadi konstipasi
Ajarkan pasien dan keluarga
untuk mengenali tanda-gejala
terjadinya perdarahan dan
tindakan pertama untuk
penanganan selama perdarahan
berlangsung
3. Intoleransi aktivitas
b.d kelemahan umum
(anemia)
Toleransi aktivitas
Klien diharapkan mampu
untuk menormalkan:
Saturasi oksigen ketika
beraktivitas
Denyut nadi ketika
beraktivitas
Laju pernapasan ketika
beraktivitas
Tekanan darah sistolik
Tekanan darah diastolic
Pemeriksaan EKG
Warna kulit
Terapi aktivitas
Intervensi yang dilakukan:
Kolaborasi dengan terapis
dalam merncanakan dan
memonitor program aktivitas
Tingkatkan komitmen pasien
dalam beraktivitas
Bantu mengekplorasi aktivitas
yang bemanfaat bagi pasien
Bantu mengidentifikasi
sumberdaya yang dimiliki
dalam beraktivitas
Bantu pasien/keluarga dalam
Kekuatan tubuh atas
Kekuatan tubuh bawah
Daya tahan
Klien diharapkan mampu
untuk menormalkan:
Kinerja dari rutinitas
Aktivitas
Konsentrasi
Kepulihan energy setelah
beraktivitas
Tingkat oksigen darah
Tingkat kegelisahan
Klien diharapkan mampu
untuk menormalkan:
Nyeri
Cemas
Mengerang
Stress
Takut
Kegelisahan
Nyeri otot
Meringis
Sesak nafas
Mual
Muntah
beradaptasi dengan lingkungan
Bantu menyusun aktivitas fisik
Pastikan lingkungan aman
untuk pergerakan otot
Jelaskan aktivitas motorik
untuk meningkatkan tonus otot
Berikan reinforcemen positif
selama beraktivitas
Monitor respon emosional,
fisik, sosial dan spiritual
Manajemen energy
Intervensi yang dilakukan
Tentukan pembatasan aktivitas
fisik pasien
Jelaskan tanda yang
menyebabkan kelemahan
Jelaskan penyebab kelemahan
Jelaskan apa dan bagaimana
aktivitas yang dibutuhkan
untuk membangun energi
Monitor intake nutrisi yang
adekuat
Monitor respon kardiorespirasi
selama aktivitas
Monitor pola tidur
Monitor lokasi
ketidaknyamanan/nyeri
Batasi stimulus lingkungan
Anjurkan bedrest
Lakukan ROM aktif/pasif
Bantu pasien membuat jadwal
istirahat
Monitor efek obat stimulan
dan depresan
Monitor respon oksigenasi
pasien
4. Nyeri b.d agen cedera
biologis (efek
fisiologis dari
leukemia)
Tingkat Kecemasan :
Klien diharapkan mampu
untuk :
Menghindari perasaan
gelisah.
Menghindari serangan panik
Menghindari Rasa cemas
yang berlebihan.
Mengontrol tekanan darah.
Mengontrol peningkatan
denyut nadi.
Mengontrol peningkatan
jumlah pernafasan.
Menghindari hal-hal yang
bisa mengganggu tidur.
Tingkatan nyeri
Klien diharapkan mampu
untuk:
Mengendalikan rasa nyeri.
Mengontrol diri dari
kehilangan nafsu makan.
Mengurangi rasa cemas:
Intervensi yang dilakukan:
Tenangkan klien dan
melakukan pendekatan.
Kaji perspektif situasi stress
klien.
Berikan informasi faktual
mengenai diagnosis, terapi, dan
prognosis.
Bantu pasien untuk untuk
meminimalisir rasa cemas yang
timbul.
Kaji tanda-tanda kecemasan
baik secara verbal maupun non
verbal.
Menajemen nyeri
Intervensi yang dilakukan:
Ajarkan klien tentang
bagaimana cara mengontrol
rasa nyeri.
Ajarkan klien teknik-teknik
relaksasi.
Ajarkan klien bagaimana cara
menghindari diri dari rasa
cemas.
5. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d
faktor biologi
(anoreksia)
Status Nutrisi
Klien diharapkan mampu
untuk menormalkan:
Pemasukan nutrisi
Pemasukan makanan
Pemasukan cairan
Energy
Berat badan
Tonus otot
Hidrasi
Nafsu makan
Klien diharapkan mampu
untuk menormalkan:
Menyeimbangkan nafsu
makan
Menyeimbangkan Pasokan
cairan tubuh
Menyeimbangkan Pasokan
nutrisi tubuh
Weight gain behavior :
Klien diharapkan mampu :
Mengidentifikasi penyebab
kehilangan berat badan
Memilih sebuah target sehat
berat badan.
Mengidentifikasi
pemasukan kalori
Memilihara suplai nutrisi
makanan dan minuman yg
Mengontrol nafsu makan:
Intervensi yang dilakukuan:
Anjurkan asupan kalori yang
sesuai dengan kebutuhan dan
gaya hidup.
Kontrol asupan nutrisi dan
kalori.
Anjurkan kepada klien untuk
mengkonsumsi nutrisi yang
cukup.
Pengontrolan nutrisi
Intervensi yang dilakukuan:
Tanyakan apakah pasien
mempunyai alergi terhadap
makanan
Tentukan makanan pilihan
pasien
Tentukan jumlah kalori dan
jenis zat makanan yang
diperlukan untuk memenuhi
nutrisi, ketika berkolaborasi
dengan ahli makanan, jika
diperlukan
Tunjukkan intake kalori yang
tepat sesuai tipe tubuh dan
gaya hidup
Timbang berat badan pasien
pad jarak waktu yang tepat
Terapi Nutrisi
Intervensi yang dilakukan :
adekuat
Meningkatkan nafsu makan
Monitor pemasukan cairan dan
makanan dan menghitung
pemasukan kalori sehari-hari
Bantu pasien membentuk
posisi duduk yang benar
sebelum makan
Ajarkan pasien dan kelurga
tentang memilih makanan
6. Kerusakan integritas
kulit b.d zat kimia
(kemoterapi,
radioterapi)
Intregitas jaringan : kulit dan
membran mukosa
Klien diharapkan mampu
menormalkan :
Temperatur
Sensasi
Elastisitas
Pigmentasi
Warna
Ketebalan
Jaringan bebas lesi.
Pengawasan kulit
Intervensi yang dilakukan:
Amati warna kulit, kehangatan
(suhu), bengkak, getaran,
tekstur kulit, udem.
Pantau area yang tidak
berwarna dan memar kulit
serta membran mukosa.
Pantau kelainan kekeringan
dan kelembaban kulit.
Catat perubahan kulit atau
membran mukosa.
Periksa keketatan pakaian.
Pantau warna kulit.
Pantau suhu kulit.
Instruksikan anggota
keluarga / pemberi perawatan
tentang tanda – tanda dari
kerusakan kulit.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Ny. S datang ke rumah sakit M. Djamil Padang Tanggal 11 januari 2013 dengan keluhan
sesak nafas sejak 4 hari yang lalu dan badan terasa lemas. Klien pingsan setelah beberapa saat ,
sampai ke tempat klien bekerja dan di bawa ke rumah sakit RSUD Payakumbuh. Setelah
dilakukan pemeriksaan laboratorium didapat Hb 8 gr/dl, trombosit 11.000 /mm3 , leukosit 8.000 /
mm3. Sehingga mendapatkan transfusi PRC 2 Kholf dan trombosit 3 Khloft. Namun hasil lab
tidak menunjukkan perubahan yang membaik, setelah 3 hari dirawat klien dirujuk ke RSUP M.
Djamil untuk dilakukan pemeriksaan lumbal pungsi dan rawatan lebih lanjut.
3.1 Data Klinis
Nama : Ny. S
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : DIII radioteraphy
Pekerjaan : PNS diinstitusi kesehatan bagian radiologi
Alamat : Jln. Gajah V, No. 16 A, Padang
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Minang
Penanggung Jawab : TN. ab (suami)
TB : 160 cm
BB : 45kg
Datang ke RS : 11 januari 2013
Ruang : UGD
No. Registrasi : 804548
Alasan masuk rumah sakit :
Ny. S masuk rumah sakit M. Djamil Padang dengan keluhan sesak nafas sejak 4 hari yang lalu
dan badan terasa lemah, sebelumnya klien pingsan di temapt kerja.
3.2 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Ny. S ( 25th ) datang ke UGD RS M Djamil Padang dengan keluhan badan terasa lemas, sering
pingsan dan sesak nafas sejak 4 hari yang lalu. Tanda – tanda vital Ny. S, RR= 26 x/menit, HR =
100 x/menit, suhu = 370 C, TD = 90/60 mmHg. Saat pengkajian klien mengaku, nafsu makannya
menurun, terkadang mual dan muntah. Selain itu klien juga mengaku ada merasakan nyeri
tulang. Klien tampak pucat.
Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya, Ny. S pernah dirawat dengan diagnosa anemia. Klien sering merasa lemas dan lesu
disaat bekerja dan serta pernah pingsan saat bekerja. Klien juga mengatakan sebelumnya tidak
pernah menderita penyakit ginjal, DM, dan hipertensi.
Riwayat kesehatan keluarga
Dari riwayat kesehatan sebelumnya, Keluarga Ny. S tidak ada yang menderita penyakit yang
sama dengan klien, namun klien memiliki kembaran dan sudah meninggal 5 tahun yang lalu
akibat kecelakaan.
b. Pemeriksaan Fisik
Vital sign
TB : 160 cm
BB : 45 kg
BMI : 17,6
RR : 26 x/menit
TD : 90/60 mmHg
HR : 100 x/menit
Suhu : 36,50 C
Pemeriksaan kepala
Inspeksi :
Bentuk : simetris
Rambut: warna rambut hitam tetapi kasar, penyebaran merata, tidak terdapat ketombe
Palpasi: tidak terdapat benjolan, dan nyeri tekan
Pemeriksaan mata
Inspeksi
Palpebra: simetrisan kiri dan kanan
Konjungtiva : anemis
Sclera : tidak ikterik.
Pemeriksaan hidung
Inskpeksi: bentuk hidung simetris, tidak terdapat kelainan, tidak ada polip maupun peradangan,
tidak ada sekret.
Palpasi :ntidak terdapat nyeri tekan.
Pemeriksaan mulut
Inspeksi : simetris, bibir pucat, sudut bibir pecah – pecah, gusi berdarah.
Pemeriksaan telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, sirumen dalam batas normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Fungsi pendengaran normal.
Pemeriksaan leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran getah bening
Palpasi : tidak ada pembesaran getah bening kelenjer tiroid, JVP, normalnya 5-2.
j. Pemeriksaan thorak
Jantung
Inspeksi : iktus terlihat
Palpasi : iktus teraba.
Perkusi : redup
Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2 normal.
Paru – paru
Inspeksi : simetris kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi
Palpasi : vokal femoris teraba, simetris kiri dan kanan.
Perkusi : sonor
Auskultasi : bunyi nafas vesikuler.
k. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : tidak terdapat lesi, tidak ada luka bekas operasi.
Auskultasi : bising usus normal 15 x / menit.
Palpasi : Terdapat nyeri tekan, dan hepar akan teraba.
Perkusi : bunyi tympani untuk semua daerah abdomen
l. Pemeriksaan Ekstremitas
Ekstremitas atas: tangan kanan terpasang infus, pergerakan lemah, reflek bisep dan trisep baik.
Terdapat memar dan bercak – bercak hitam kebiruan di tangan kiri
Ekstremitas bawah : pergerakan lemah, reflek patelanya baik.
Nyeri di persendian dan tulang.
c. Pemeriksaan Labor
Hemoglobin : 8 gram / dl (rendah)
Leukosit : 8.000 / mm3 (normal)
Trombosit : 11.000 / mm3 (rendah)
2. Pola Fungsional Gordon
1. Persepsi dan Management Kesehatan
Ny. S datang ke Rsup. M. Djamil Padang dengan keluhan badan terasa lemas dan sesak
nafas sejak 4 hari yang lalu. Kilen juga mengaku sering pusing dan sakit kepala. Kilen berharap
agar ia bisa cepat sembuh dengan berbagai pengobatan dan perawatan yang diberikan oleh
rumah sakit. Klien menduga penyakit yang dideritanya ada hubungan nya dengan anemia yang
dideritanya beberapa tahun lalu. Klien telah mendapat transfusi PRC 2 Kholf dan trombosit 3
kholf.
2. Nutrisi-Metabolik
Ny. S mengaku akhir - akhir ini nafsu makannya menurun dan sering mual serta muntah.
Dalam sehari, Ny. S mengaku hanya menghabiskan sepertiga dari porsi makan yang biasanya.
Semenjak sakit, klien mengalami penurunan berat badan 2 kg sejak satu bulan terakhir. Saat ini
klien mendapatkan asupan nutrisi berupa NaCl 0,9%.
3. Eliminasi
Ny. S memiliki kebiasaan buang air besar sehari-hari normal dan tidak merasakan
keluhan nyeri. BAK klien juga normal.
4. Aktivitas dan Latihan
Ny. S dalam kesehariannya merupakan PNS di salah satu institusi kesehatan. Klien
mudah merasa letih dan lemas. Pada saat bekerja klien mengaku kelelahan dan terkadang sesak
nafas, ini terjadi karena Hb klien rendah. Untuk mengurangi hal tersebut Ny. S berbaring dan
beristirahat total. Hal ini menyebabkan tingkat aktivitas klien menurun.
5. Istirahat dan tidur
Ny. S tidur rata-rata 7 jam setiap harinya. Namun semenjak sakit, jam tidur klien
berkurang karena klien sering merasakan sesak nafas disertai dengan mual dan muntah, sehingga
klien mengalami kesulitan untuk tidur.
6. Kognitif dan Persepsi Sensori
Kemampuan Ny. S untuk membaca dan menulis mulai terganggu sehingga klien
menggunakan kacamata (-) sebagai alat bantu, walaupun demikian klien tidak menagalami
gangguan pendengaran. Klien mengeluh mual, muntah dan nyeri pada persendian. Klien juga
sering mengalami pusing. Klien juga mengatakan mudah sekali memar dan berdarah jika
mengalami perdarahan.
7. Persepsi diri-Konsep diri
Ny. S mengaku mengalami penurunan nafsu makan sering mual dan muntah, badan
terasa lemah sehingga membuat klien merasa gelisah, cemas dan takut yang berlebihan, bahwa
penyakitnya tidak akan sembuh. Padahal klien berharap penyakitnya bisa sembuh, karena klien
merupakan seorang istri yang membantu suaminya untuk memenuhi kebutuhan kerluarganya.
8. Peran dan Hubungan dengan Sesama
Ny. S adalah seorang ibu yang mempunyai 2 orang anak diantaranya 1 orang perempuan
(5th) dan 1 orang anak laki-laki (3th). Klien bekerja sebagai PNS di salah satu institusi
kesehatan dibagian radiologi. Klien adalah seorang ibu yang di sayangi oleh keluarganya, hal ini
dibuktikan dengan keluarga yang setia menemaninya selama di rumah sakit.
9. Reproduksi dan Seks
Ny. S mengaku menstruasinya tidak teratur.
10. Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap stress
Ny. S stress karena harus memikirkan penyakit yang dideritanya dan juga ia juga
memikirkan keadaan kedua anaknya yang masih kecil. Klien hanya bisa bercerita keluhannya
pada suaminya. Suaminya memberikan dukungan dan semangat kepada klien agar bisa
semangat, rajin berobat dan mengontrol makanan.
11. Nilai dan Kepercayaan
Ny. S adalah seorang muslim. Setiap harinya klien sangat rajin shalat, tidak pernah
meninggalkan shalat meskipun klien sedang sakit sekarang. Walupun klien cemas penyakitnya
tidak sembuh, akan tetapi klien yakin bahwa kilen semakin rajin shalat dan memohon
kesembuhan pada Allah SWT.
3.3 Analisis Data Senjang
Dari kasus yang ada tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang diderita pasien.
Analisis Data
No. Data Diagnosa
1. DS :
Klien mengeluh badannya terasa lemah
Klien mengaku nafasnya sesak.
Klien mengaku aktivitasnya menurun
Klien mengaku nyeri di persendiaan dan
abdomen.
Klien mengaku tidak nyam saat beraktivitas
Klien mengeluh cepat merasa lelah saat
beraktivitas
Klien mengaku sering pusing
Klien merasa cemas dengan keadaannya.
DO
Hb : 8 gr/dl
Trombosit : 11.000/mm3
RR : 26 x / menit
TD : 90/60 mmHg
Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
umum (anemia)
Suhu : 37 0C
Bibir klien tampak pucat
Wajah klien tampak pucat
Konjungtiva anemis
2. DS :
Klien mengatakan menstruasinya tidak teratur
Klien mengaku mudah memar saat trauma
DO :
Trombosit : 11.000/mm3
Hb : 8 gr/dl
Gusi tampak berdarah
Terdapat memar dan bercak – bercak hitam di
tangan kiri.
Resiko perdarahan b.d
trombositopenia
3. DS:
Klien mengaku mengalami penurunan nafsu
makan
Klien mengaku berat badannya turun 2 kg
semenjak sejak 1 bulan yang lalu.
Klien mengaku adanya nyeri tekan di daerah
abdomen
Klien mengaku hanya menghabiskan sepertiga
dari porsi makanan yabg tersedia.
Klien mengaku sering mual dan muntah.
Klien mengaku sering pusing.
DO :
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 100x/menit
Suhu : 37 0C
RR : 26 x / menit
BB : 45 Kg
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b.d faktor
biologis (anoreksia)
TB : 160 cm
BMI : 17,6
Hb : 8 gr/dl
Klien kelihatan kurus
Rambut klien terasa kasar
Konjungtiva anemis
Wajah klien tampak pucat
Perumusan NANDA,NOC,NIC sesuai kasus
No. NANDA NOC NIC
1. Intoleransi aktivitas
b.d kelemahan
umum (anemia)
Toleransi aktivitas
Klien diharapkan
mampu untuk
menormalkan:
Denyut nadi ketika
beraktivitas
Laju pernapasan ketika
beraktivitas
Tekanan darah sistolik
Tekanan darah diastolic
Kekuatan tubuh atas
Kekuatan tubuh bawah
Daya tahan
Klien diharapkan
mampu untuk
menormalkan:
Kinerja dari rutinitas
Aktivitas
Konsentrasi
Kepulihan energy
Terapi aktivitas
Intervensi yang dilakukan:
Kolaborasi dengan terapis dalam
merncanakan dan memonitor program
aktivitas
Tingkatkan komitmen pasien dalam
beraktivitas
Bantu mengekplorasi aktivitas yang
bemanfaat bagi pasien
Bantu mengidentifikasi sumberdaya
yang dimiliki dalam beraktivitas
Bantu pasien/keluarga dalam
beradaptasi dengan lingkungan
Bantu menyusun aktivitas fisik
Pastikan lingkungan aman untuk
pergerakan otot
Jelaskan aktivitas motorik untuk
meningkatkan tonus otot
Berikan reinforcemen positif selama
beraktivitas
setelah beraktivitas
Tingkat oksigen darah
Tingkat kegelisahan
Klien diharapkan
mampu untuk
menormalkan:
Nyeri
Cemas
Mengerang
Stress
Takut
Kegelisahan
Nyeri otot
Meringis
Sesak nafas
Mual
Muntah
Monitor respon emosional, fisik,
sosial dan spiritual
Manajemen energy
Intervensi yang dilakukan
Tentukan pembatasan aktivitas fisik
pasien
Jelaskan tanda yang menyebabkan
kelemahan
Jelaskan penyebab kelemahan
Jelaskan apa dan bagaimana aktivitas
yang dibutuhkan untuk membangun
energi
Monitor intake nutrisi yang adekuat
Monitor respon kardiorespirasi
selama aktivitas
Monitor pola tidur
Monitor lokasi
ketidaknyamanan/nyeri
Batasi stimulus lingkungan
Anjurkan bedrest
Lakukan ROM aktif/pasif
Bantu pasien membuat jadwal
istirahat
Monitor efek obat stimulan dan
depresan
Monitor respon oksigenasi pasien
2. Resiko perdarahan
b.d
trombositopenia
Pembekuan darah
Klien diharapkan
mampu menormalkan :
Pencegahan perdarahan
Intervensi yang dilakukan :
Monitor kemungkinan terjadinya
Gumpalan pembentukan
Waktu protrombin
Hb
Perdarahan
Memar
Petechiae
perdarahan pada pasien
Catat kadar HB dan Ht setelah pasien
mengalami kehilangan banyak darah
Pantau gejala dan tanda timbulnya
perdarahan yang berkelanjutan 9cek
sekresi pasien baik yang terlihat
maupun yang tidak disadari perawat)
Pantau factor koagulasi, termasuk
protrombin (Pt), waktu paruh
tromboplastin (PTT), fibrinogen,
degradasi fibrin, dan kadar platelet
dalam darah)
Pantau tanda-tanda vital, osmotic,
termasuk TD
Atur pasien agar pasien tetap bed rest
juka masih ada indikasi pendarahan
Atur kepatenan/ kualitas produk / alat
yang berhubungan dengan perdarahan
Lindungai pasien dari hal-hal yang
menimbulkan trauma dan bias
menimbulkan perdarahan
Jangan lakukan injeksi
Gunakan sikat gigi yang lembut
untuk perawatan oral pasien
Gunakan alat ukur elektrik yang
memiliki pinggiran tepi saat pasien
mencukur
Hindari tindakan invasive
Cegah memasukkan sesuatu kedalam
lubang daerah yang mengalami
perdarahan
Hindari pengukuran suhu secar rectal
Jauhkan alat-alat berat disekitar
pasien
Instruksikan pasien untuk
menghindari/ menjauhi aspirasi atau
anti koagulan yang lain
Instruksikan pasien untuk
menghindar aspirin/ antikoagulan
yang lain
Instruksikan pasien untuk
emngkonsumsi makanan yang
mengandung vit K
Cegah terjadi konstipasi
Ajarkan pasien dan keluarga untuk
mengenali tanda-gejala terjadinya
perdarahan dan tindakan pertama
untuk penanganan selama perdarahan
berlangsung
3. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
b.d faktor biologis
(anoreksia)
Status Nutrisi
Klien diharapkan
mampu untuk
menormalkan:
Pemasukan nutrisi
Pemasukan makanan
Pemasukan cairan
Energy
Berat badan
Tonus otot
Hidrasi
Mengontrol nafsu makan:
Intervensi yang dilakukuan:
Anjurkan asupan kalori yang sesuai
dengan kebutuhan dan gaya hidup.
Kontrol asupan nutrisi dan kalori.
Anjurkan kepada klien untuk
mengkonsumsi nutrisi yang cukup.
Pengontrolan nutrisi
Intervensi yang dilakukuan:
Tanyakan apakah pasien mempunyai
alergi terhadap makanan
Tentukan makanan pilihan pasien
Nafsu makan
Klien diharapkan
mampu untuk
menormalkan:
Menyeimbangkan nafsu
makan
Menyeimbangkan
Pasokan cairan tubuh
Menyeimbangkan
Pasokan nutrisi tubuh
Weight gain behavior :
Klien diharapkan
mampu :
Mengidentifikasi
penyebab kehilangan
berat badan
Memilih sebuah target
sehat berat badan.
Mengidentifikasi
pemasukan kalori
Memilihara suplai
nutrisi makanan dan
minuman yg adekuat
Meningkatkan nafsu
makan
Tentukan jumlah kalori dan jenis zat
makanan yang diperlukan untuk
memenuhi nutrisi, ketika
berkolaborasi dengan ahli makanan,
jika diperlukan
Tunjukkan intake kalori yang tepat
sesuai tipe tubuh dan gaya hidup
Timbang berat badan pasien pad
jarak waktu yang tepat
Terapi Nutrisi
Intervensi yang dilakukan :
Monitor pemasukan cairan dan
makanan dan menghitung pemasukan
kalori sehari-hari
Bantu pasien membentuk posisi
duduk yang benar sebelum makan.
Ajarkan pasien dan kelurga tentang
memilih makanan
BAB IV
PEMBAHASAN
Ny. S (35 tahun) masuk RSUP M.Djamil Padang pada tanggal 11 Januari 2013 dengan
keluhan sesak nafas dan badan terasa lemas. Saat dilakukan pengkajian klien mengeluh nafsu
makannya menurun, pernah pingsan. Setelah dilakukan pemeriksaan lab, ternyata Hb klien 8
gr/dl, leukosit 8.000/mm3 dan trombosit 11.000/mm3. Klien telah mendapat transfusi PRC 2
kholf dan trambosit 3 kholt. Dengan Hb yang rendah itu, klien menderita anemia sehingga untuk
mengatasi anemia tersebut, klien diberi transfusi PRC. Trombosit klien juga rendah atau dikenal
dengan trombositopenia, yang mudah menyebabkan terjadinya perdarahan. Untuk meningkatkan
jumlah trambositnya, klien mendapat tranfusi trombosit. Jumlah leukosit klien dalam batas
normal, yaitu 8.000/mm3. Dari ketiga gejala tersebut klien dapat dikatakan menderita leukemia
mieogenus. Secara teori pada penyakit ini, hitungan sel darah menunjukkan penurunan eritrosit
dan trombosit. Meskipun jumlah jumlah leukosit total bisa rendah, normal ataupun tinggi.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan, maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan yang
pertama untuk klien adalah intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, karena klien mengalami
anemia. Diagnosa ini didukung oleh data sumjektif dan objektif diantaranya, kionjungtiva klien
anemis, bibir dan wajah pucat, klien pun mengatakan bahwa dia sering merasa lelah, lemas,
pusing dan mual serta muntah.
Diagnosa kedua untuk klien adalah resiko perdarahan b.d trombokinase, kerena jumlah
trombosit klien sangatlah rendah, jauh dari batas norma (150.000 – 450.000/mm3). Trombosit
berfungsi sebagai proses pembekuan darah. Jika trombosit rendah, maka darah akan sulit
membeku, sehingga akan mudah mengalami perdarahan.
Adapun diagnosa ketiga untuk klien adalah kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
faktor biologi (anoreksia). Klien mengalami penurunan nafsu makan, BMI klien juga rendah
yaitu 17,6 dan klien terlihat kurus. Klien juga mengalami penurunan berat badan 2 kg selama 1
bulan. Ini menunjukkan nutrisi klien tidak adekuat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Leukimia adalah keganasan pada organ pembuat sel darah, berupa proliferasi patologis sel
hemapoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel
darah normal dan disertai infiltrasi ke organ-organ lain.
Etiologi dari leukemia belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa factor
predisposisi penyabab dari leukemia, diantaranya : sel darah putih yang kemungkinan
berproliferasi secara tidak terkendali sebagai penyebab tersering, kemudian karena radiasi, zat
kimia, gangguan imunologik, virus dan factor genetik.
Sampai saat ini, leukemia merupakan salah satu penyakit dengan angka kematian yang
tinggi. Adanya mediastinal massa dan infiltrasi ke CNS merupakan faktor yang memperburuk
perjalanan penyakit ini.
Diagnosa yang dapat ditegakkan pada Ny. S adalah:
1. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum (anemia)
2. Resiko perdarahan b.d trombositopenia
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis (anoreksia)
5.2 Saran
Perawat disarankan untuk memberi dukungan kepada pasien agar semangat menjalani
hidup dan memberikan usaha maksimal untuk mempertahankan hidup pasien, dan menganjurkan
pasien maupun keluarga untuk tidak putus asa terhadap kemungkinan buruk yang akan terjadi,
serta menganjurkan pasien untuk selalu mengikuti terapi yang dianjurkan. Perawat juga harus
memperhatikan personal hygiene pasien untuk mengurangi dampak bertambah parahnya
penyakit leukemia pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 ed.8. Jakarta: EGC
Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher, Joanne McCloskey Dochterman. 2008. Nursing
Interventions Classification (NIC) : Fifth Edition. Missouri : Mosby Elsevier.
Elizabeth J. Corwin. 1996. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Geissler Doenges moorhouse, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC.
Moorhead, Sue., Marion Johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson. 2008. Nursing Outcomes
Classification (NOC) : Fourth Edition. Missouri : Mosby Elsevier.
Price, Sylvia A. 2002. Patofisiologi: Konsep klinis Proses-proses penyakit. Jakarta: EGC
Wiley, John dan Sons Ltd. 2009. NANDA International : 2009-2011. United Kingdom :
Markono Print Media.
http://penyakitleukemia.com/obat-tradisional-leukimia/ akses tanggal 20 Januari 2013.
http://detikautik.blogspot.com/2012/11/askep-leukimia-limfosit-kronis.html akses tanggal 20
januari 2013
www.news-medical.net/health/What-is-Leukemia-(Indonesian).aspx akses tanggal 20 Januari
2013
LAMPIRAN
Obat Tradisional Leukimia
Posted by Penyakit Leukemia
Sumber : http://penyakitleukemia.com/obat-tradisional-leukimia/ akses tanggal 20 Januari 2013.
Leukimia bisa disebabkan oleh banyak faktor seperti virus,mutasi gen, radiasi, dan
kemoterapi. Paparan radiasi atau penyinaran dosis tinggi dan pemakaian beberapa jenis obat
kemoterapi antikanker kemungkinan bisa meningkatkan terjadinya leukimia. Karena ini sebelum
mengambil tindakan, tenaga medis biasanya akan melakukan konsultasi yang cemat agar pasien
yang dikemoterapi melakukan konsultasi yang cermat agar pasien yang dikemoterapi menyadari
resikonya.
Ramuan tradisional untuk mengatasi leukimia adalah perpaduan dari buah mahkota
dewa, sambiloto, daun pegagan, temu putih, dan buah mengkudu.
Tanaman perdu yang dulu dianggap buah simalakama ini, kini dimanfaatkan untuk
menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Buah mahkota dewa mengandung flavonoid, antihistamin untuk alergi, polifenol, alkaloid, dan
saponin.Oleh sebab itu dampak farmakologi yang timbul adalah rasa pahit, adstringent,
antikanker, antitumor, antiseptik, dan antihipertensi. Jika dikonsumsi sesuai dengan dosis dan
anjuran, buah pusaka para dewa ini selalu berfungsi untuk mengobati kanker, juga bisa
mnegobati sakit rematik, asam urat, diabetes, jantung, ginjal, darah tinggi, flu, alergi, sakit paru-
paru, sirosis hati, aneka penyakit kulit, ketergantungan narkoba, menurunkan kolesterol, dan
menambah stamina.
Siapa sangka tanaman yang dulunya disia-siakan, kini menjadi idola dan banyak di cari
orang. Di Jawa buah ini dikenal dengan nama pace (Morinda citrifolia, L), di tatar Parahyangan
dinamai cangkuang atau cengkudu, di Nias disebut Mangkudu, di Madura disebut kodhuk, dan
orang Dayak menyebutnya rewong. Setelah melalui berbagai penelitian, ternyata buah mengkudu
mengandung zat xeronin yang memiliki banyak khasiat bagi kesehatan tubuh -meningkatkan
aktivitas enzim dan struktur protein, polisakarida (asam glukonat, glikosida) sebagai
imunostimulan, anti kanker, antibakteri, skopoletin berfungsi memperlebar pembuluh darah. Di
dalam akar terkandung antrakuinon yang berfungsi sebagai antiseptik, senyawa morindin dan
morindan sebagai antibakteri dan zat pewarna.
Didalam daun terkandung antrakuinon, glikosida sebagai antikanker dan karotin yang merupakan
sumber vitamin A.
askep
Rabu, 28 Januari 2015
ASUHAN KEPERAWATAN LEUKIMIA SERTA INTERVENSI RASIONAL LENGKAP
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini keperawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar. Anak sebagai
klien tidak lagi dipandang sebagai miniature orang dewasa. Demikian juga keluarga, tidak lagi dipandang
hanya sebagai pengunjung bagi anak yang sakit, melainkan sebagai mitra bagi perawat dalam
menentukan kebutuhan anak dan pemenuhannya dalam bentuk pelayanan yang berpusat pada keluarga
(family centred care). Tindakan yang dilakukan dalam mengatasi masalah anak, apapun bentuknya,
harus berlandaskan pada prinsip autraumatic care atau asuhan yang terpeutik. Setiap perawat perlu
memahami perspektif keperawatan anak sehingga dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada anak
selalu berpegang pada prinsip dasar ini. (Supartini, Yupi. 2004)
Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan
derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak yang sakit. Upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan derajat kesehatan bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak,
mengingat anak adalah generasi penerus bangsa.
Leukemia adalah jenis kanker anak yang paling umum terjad di ALL bertanggung Jawab untuk
80% kasus Leukemia pada anak insidens paling tinggi terjadi pada anak-anak yang berusia antara 3
sampai 5 tahun anak perempuan menunjukkan prognosis yang lebih baik dari pada anak laki-laki Anak
kulit hitam mempunyai frekuensi remisi yang lebih sedikit dan angka kelangsungan hidup (surfifal rate)
rata-rata yang lebih rendah.
(Betz, Cecily L, 2002. Hal : 300 ).
Anak adalah individu yang berusia 0-18 tahun dipandang sebagai individu yang unik, yang
mempunyai petensi untuk tumbuh dan berkembang.anak bukanlah meniatur orang dewasa, melainkan
individu yang berada pada pada proses tumbuh-kembang dan mempunyai kebutuhan yang spesifik.
Sepanjang rentang sehat sehat sakit, anak membutuhkan perawat baik secara langsung maupun tidak
langsung sihingga tumbuh-kembangnya dapat terus berjalan. .(Supartini Yupi,2004)
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi keperawatan dewasa ini adalah memenuhi
kebutuhan kesehatan bagi masyarakat, Menanggapi hal ini, keperawatan telah memberikan penekanan
lebih pada peran perawat sebagai pendidik. Pengajaran, sebagai fungsi dari keperawatan, telah
dimasukkan dalam undang-undang praktek perawat dan dalam American Nurses Association Standards
of Nursing Practice, Dengan demikian, pendidikan kesehatan dianggap sebagai menjadi fungsi mandiri
dari praktik keperawatan dan merupakan tanggung jawab utama dari proses keperawatan.
(Brunner & Suddarth. Edisi 8 Vol. 1, 2002)
Salah satu masalah kesehatan yang sering diderita oleh individu adalah gangguan sistem
Hematologi khususnya Leukemia. Beberapa faktor yang ikut mempengaruhi terjadinya Leukemia yaitu
faktor sosial budaya, ekonomi, lingkungan fisik, dan biologis. Leukemia disebabkan oleh dua faktor yaitu
faktor exogen seperti: sinar radiasi, bahan kimia (bensol, arsen, preparat sulfat) dan faktor endogen
seperti : ras, kelainan kromoson, dan herediter. (Asuhan keperawatan pada anak Edisi 2, Suriadi S.Kp
MSN 2006)
Menurut H.L. Bloem (1974), status kesehatan dipengaruhi oleh factor biologik, faktor prilaku,
faktor lingkungan dan faktor pelayanan kesehatan. Faktor biologik merupakan faktor yang berasal
individu yang bersangkutan dan disebut faktor keturunan. Faktor keturunan ini misalnya pada penyakit
alergi, kelainan jiwa, dan beberapa jenis penyakit kelainan darah yang termasuk penyakit kanker..
Di dunia, kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular.
Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003, setiap tahun timbul lebih dari 10 juta
kasus penderita baru kanker dengan prediksi peningkatan setiap tahun kurang lebih 20%. Diperkirakan
pada tahun 2020 jumlah penderita baru penyakit kanker meningkat hampir 20 juta penderita, 84 juta
orang diantaranya akan meninggal pada sepuluh tahun ke depan bila tidak dilakukan intervensi yang
memadai
Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 penyakit kanker merupakan
penyebab kematian nomor 5 di Indonesia setelah penyakit kardiovaskuler, infeksi, pernafasan dan
pencernaan. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevelensi tumor di
masyarakat sebesar 4,3 per 1000 penduduk. Sedangkan Data statistik rumah sakit dalam Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2006, menunjukkan bahwa kanker payudara menempati urutan
pertama pada pasien rawat inap (19,64%), disusul kanker leher rahim (11,07%), kanker hati dan saluran
empedu intrahepatik (8,12%), Limfoma non Hodgkin (6,77%), dan Leukemia (5,93%). Leukemia
merupakan kanker yang sering terjadi pada anak. (http://www.depkes.go.id)
Menurut data badan kesehatan dunia(WHO), setiap tahun jumlah penderita kanker di dunia
bertambah sekitar 6,25 juta orang. Tahun demi tahun, angka kejadian kanker pada anak terus
meningkat, jumlahnya mencapai 2-4% dan seluruh kejadian penyakit kanker pada manusia. Sedangkan
angka kejadiannya mencapai 110 hingga 130 kasus persejuta anak pertahun. Sebuah laporan
internasional bahkan menyatakan 10% kematian pada anak disebabkan penyakit kanker.
(http://www.koalisi.orang/detail.com)
Dan data RSCM yang tersedia, bahkan diketahui bahwa dua penyebab utama kematian kanker
anak di Indonesia adalah karena leukemia (kanker darah) dan retinoblastoma (kanker mata). Bahkan
ditengarai jumlah anak pengidap leukemia di Indonesia mencapai 25-30%.
(http://www.koalisi.orang/detail.com)
Menurut data bagian Medical Record RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar didapatkan
penderita penyakit leukemia yang dirawat khususnya di ruang Perawatan Anak Lontara IV Atas,
ditemukan insiden pada tahun 2008 jumlah pasien sebanya 130 orang. Sedangkan pada tahun 2009
jumlah pasien sebanyak 120 orang
Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk membuat laporan studi kasus dengan judul
Asuhan Keperawatan pada Anak”A”dengan gangguan system hematologi Leukemia di ruang perawatan
anak Lontara IV atas RSUP DR.Wahidin Sudirohusodo Makassar
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman dalam penerapan asuhan keperawatan pada anak “A” dengan gangguan
sistem hematologi : Leukemia di Ruang perawatan Anak Lontara IV Atas RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo
Makassar
2. Tujuan Khusus
2.1. Memperoleh pengalaman dalam pengkajian, analisa data, dan merumuskan diagnosa keperawatan yang
terjadi pada klien anak “A” dengan gangguan sistem hematologi : Leukemia di Ruang Perawatan Anak
Lontara IV Atas RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
2.2. Memperoleh pengalaman dalam merumuskan rencana asuhan keperwatan pada klien anak “A” dengan
gangguan sistem hematologi : Leukemia di Ruang Perawatan Anak Lontara IV Atas RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar.
2.3. Memperoleh pengalaman dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien anak “A” dengan
gangguan sistem hematologi : Leukemia di Ruang Perawatan Anak Lontara IV Atas RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar.
2.4. Memperoleh pengalaman dalam melaksanakan evaluasi pada klien anak “A” dengan gangguan sistem
hematologi : Leukemia di Ruang Perawatan Anak Lontara IV Atas RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar.
2.5. Memperoleh pengalaman dalam mendokumentasikan pada klien anak “A” dengan gangguan sistem
hematologi : Leukemia di Ruang Perawatan Anak Lontara IV Atas RSUP Dr. Wahidin Sudirohusod
Makassar.
2.6. Menganalisa perbedaan yang terjadi antara teori dan kenyataan pada klien anak “A” dengan gangguan
sistem hematologi : Leukemia di Ruang Perawatan Anak Lontara IV Atas RSUP Dr. Wahidin Sudirohusod
Makassar.
C. Manfaat Penelitian
1. Akademik
Sebagai sumber bacaan di perpustakaan Akper Muhammadiyah Makassar dalam rangka peningkatan
mutu pendidikan perwatan di masa yang akan datang.
2. Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan bagi perawat badan Pengelola Rumah Sakit Umum Pemerintah Makassar untuk
mengambil langkah dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperwatan pada klien, khususnya
bagi penderita Leukemia di Ruang perwatan Anak Lontara IV Atas RSUP Dr. Wahidin Sudirohusod
Makassar.
3. Klien dan Keluarga
Dapat meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang perawatan, pencegahan dan penaganan
penyakit Leukimia.
4. Manfaat Untuk Tenaga Keperawatan
Sebagai suatu referensi dan sumber pengetahuan bagi tenaga keperawatan untuk meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan secara komprehensif, sehingga berimplikasi pada peningkan kualitas
kesehatan klien.
D. Metodologi
1. Tempat, waktu pelaksaan pengambilan kasus
Di ruang perawatan Anak Lontara IV Atas RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar tanggal 17 – 22
Agustus 2009.
2. Tehnik pengumpulan data
a. Observasi
Melakukan pengamtan langsung kepada klien dengan cara melakukan pemeriksaan yang terkait dengan
perkembangan keadaan klien.
b. Wawancara
Wawancara yaitu suatu tehnik pengumpulan data dengan melakukan interview atau Tanya jawab secara
langsung pada penderita dan keluarga.
c. Pemeriksaan Fisik
Tehnik yang digunakan dalam periksaan fisik ada 4 yaitu : inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi pada
seluruh system tubuh.
d. Studi Dokumentasi
Menggunakan catatan-catatan kasus kesehatan atau dokumen dari rumah sakit yang berhubungan
dengan status kesehatan klien.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
a. Leukimia adalah poliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah.
(Suriadi,Skp,MSN & Rita Yuliani,SKp.M.Psi 2006 Edisi 2 Hal: 160)
b. Leukimia merupakan penyakit akibat terjadinya poliferasi sel leukosit yang abnormal dan ganas serta
sering disertai adanya leukosit jumlah berlebihan yang dapat menyebabkan terjadinya anemia
trombositopenia.(A.Aziz Alimul Hidayat 2006 Hal: 44)
c. Leukimia merupakan poliferasi tanpa batas sel darah putih yang imatur dalam jaringan tubuh yang
membentuk darah.
(Wong’s Essentials of Pediatrik Nursing.Edisi 6 Hal: 1137)
d. Leukimia adalah sekumpulan penyakit yang di tandai oleh adanya akumulasi leukosit ganas dalam
sumsum tulang dan darah.
(Kapita Selekta Hematologi. Edisi 4 2005 Hal: 150)
e. Leukemia merupakan penyakit akibat proliferasi(bertambah banyak atau multifikasi)patologi dari sel
pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. (Ngastiyah, 2005, Hal. 349)
2. Anatomi dan Fisiologi
a. Kakakteristik Darah
Darah memiliki karakteristik khusus:
1) Jumlah
Seseorang memiliki empat sampai enam liter darah dalam tubuhnya, yang bergantung pada
ukuran tubuhnya. Sekitar 38% sampai 48%, total volume darah dalam tubuh manusia tersusun berbagai
sel darah, yang juga disebut “elemen penyusun.” Sisanya, yaitu sekitar 52% sampai 62% merupakan
plasma, bagian cair darah.
2) Warna
Anda mungkin berkata pada diri Anda, “tentu, warnanya merah!” Warna merah disinggung di
sini meskipun sebenarnya warna merahnya bervariasi. Darah arteri tampak merah terang karena
mengandung kadar oksigen tinggi. vena telah memindahkan kandungan oksigennya ke jaringan sehingga
memiliki warna yang lebih gelap. Hal ini bisa sangat penting dalam pengkajian sumber perdarahan. Jika
warna darah merah terang, kemungkinan darah berasal dari arteri yang terobek, dan jika warna darah
merah gelap, kemungkinan darah tersebut merupakan darah vena.
3) pH
Kisaran pH normal darah adalah 7,35 sampai 7,45, yang cenderung agak basa Darah vena
biasanya memiliki pH yang lebih rendah daripada darah arteri karena mengandung karbon dioksida
dalam jumlah lebih besar.
4) Viskositas
Berarti pengentalan atau tahanan terhadap aliran darah. Darah lebih kental sekitar 3-5 kali
dibanding air. Viskositas darah meningkat dengan adanya sel-sel darah dan protein plasma, dan
kekentalan ini berpengaruh pada tekanan darah normal.
b. Plasma
Plasma adalah bagian cair darah, dan sekitar 91% merupakan air. Kemampuan melarutkan air
memungkinkan plasma rnengangkut berbagai substansi. Nutrien yang diserap dari saluran pencernaan
disirkulasi ke berbagai jaringan tubuh. Dan produk sisa dari jaringan diangkut ke ginjal dan diekskresikan
melalui urine. Hormon yang diproduksi oleh kelenjar endokrin diangkut oleh plasma menuju organ
sasarannya, dan antibodi juga diangkut oleh plasma. Sebagian besar karbon dioksida yang dihasilkan sel
diangkut oleh plasma dalam bentuk ion bikarbonat (HCO 3). Ketika darah memasuki paru CO2 dibentuk
kembali, berdifusi ke dalam alveoli. dan akan diembus keluar.
c. Sel Darah
Ada tiga macam sel darah: sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Sel-sel darah
diproduksi oleh jaringan hemopoietik, yang ada dua, yaitu: sumsum tulang merah yang terdapat pada
tulang pipih dan tulang tak beraturan, dan jaringan limfatik, seperti limpa, kelenjar getah bening, dan
kelenjar timus.
1) Sel Darah Merah
Disebut juga eritrosit, sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf, yang berarti bagian
tengahnya lebih tipis dari pada bagian tepinya. Nukleus sel darah merah mengalami disintegrasi selama
pematangan sel darah merah dan menjadi tidak dibutuhkan dalam menjalankan fungsinya.
Jumlah sel darah merah berkisar antara 4,5 sampai 6 juta per mm3 darah (milimeter kubik
sekitar satu tetesan yang sangat kecil). Hitung sel darah merah pada laki-laki sering kali berada di ujung
atas kisaran ini sedangkan pada wanita sering kali berada di ujung bawah kisaran. Cara lain untuk
menentukan jumlah sel darah merah adalah dengan hematokrit. Pengujian ini dilakukan dengan cara
memasukkan darah ke dalam tabung kapiler kemudian mensentrifugasikannya sehingga sel darah
terkumpul pada satu ujung. Setelah itu persentase sel darah dan plasma dapat ditentukan. Karena sel
darah merah adalah sel darah yang paling banyak, total sel darah pada hematokrit normal sekitar 38%
sampai 48%. Hitung sel darah merah dan hematokrit adalah bagian pemeriksaan hitung darah lengkap
‘ . a). Fungsi
Sel darah merah mengandung protein Hemoglobin (Hb), yang memberi kemampuan kepada sel
darah merah untuk mengangkut oksigen. Setiap sel darah merah mengandung sekitar 300 juta molekul
hemoglobin, yang masing-masing dapat mengikat empat molekul oksigen. Pada kapiler di paru-paru sel
darah merah akan rnengikat oksigen dan membentuk oksihemoglobin. Pada kapiler sistemik,
hemoglobin akan memberikan sebagian besar oksigennya dan hemoglobin menjadi berkurang.
Penentuan kadar hemoglobin juga termasuk bagian pemeriksaan hitung darah total; kisaran normalnya
sekitar 12-18 gram per 100 ml darah. Sangat diperlukan pada pembentukan hemoglobin adalah mineral
besi; terdapat empat atom besi pada setiap molekul hemoglobin. Sebenarya atom besilah yang
mengikat oksigen dan membuat sel darah merah berwana merah.
b). Produksi dan Pematangan
Sel darah merah dibuat di sumsum tulang merah pada tulang pipih dan tak beraturan. Pada
sumsum, tulang merah terdapat sel prekusor yang disebut Sel induk, yang secara terus-menerus
mengalami mitosis untuk memproduksi semua jenis sel darah, yang kebanyakan adalah sel darah merah.
Kecepatan produksinya sangat cepat (diperkirakan beberapa juta sel darah merah baru setiap detik) dan
faktor pengatur utamanya adalah oksigen. Jika tubuh dalam keadaan hipoksia, atau kekurangan oksigen,
ginjal akan memproduksi hormon eritropoietin, yang akan menstimulasi sumsum tulang merah untuk
meningkatkan kecepatan produksi sel darah merah. Keadaan ini akan muncul setelah hemoragi atau jika
seseorang tinggal untuk suatu waktu pada daerah dataran tinggi. Sebagai hasil aksi eritropoietin, akan
semakin banyak sel darah merah yang tersedia untuk mengangkut oksigen dan memperbaiki keadaan
hipoksia.
Sel induk yang akan menjadi sel darah merah mengalami beberapa tahap perkembangan; hanya
dua tahap perkembangan yang terakhir yang akan kita bicarakan. Normoblas adalah tahap terakhir yang
masih memiliki nukleus, yang kemudian akan mengalami disintegrasi. Retikulosit memiliki bagian
retikulum endoplasma, yang akan terlihat ketika apusan darah diwarnai saat diamati dengan mikroskop.
Sel yang belum matang ini biasanya ditemukan pada sumsum tulang merah meskipun sejumlah kecil
retikulosit pada sirkulasi perifer dianggap normal. Apabila terdapat retikulosit atau normoblas dalam
sirkulasi darah dengan jumlah besar, itu berarti bahwa jumlah sel darah merah matang yang ada tidak
cukup untuk mengangkut okeigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Keadaan seperti ini meliputi hemoragi,
atau ketika sel darah merah matang menjadi rusak, seperti pada penyakit Rh pada bayi yang baru lahir
dan malaria.
Pematangan sel darah merah membutuhkan banyak nutrien. Protein dan besi dibutuhkan untuk
sintesis hemoglobin dan menjadi bagian molekul hemoglobin. Vitamin asam folat dan B12 dibutuhkan
untuk sintesis DNA dalam sel induk sumsum tulang merah. Selama sel-sel ini mengalami mitosis, sel
tersebut secara terus-menerus momproduksi sel-sel kromosom baru. Vitamin B12 juga disebut fakot
ekstrinsik karena sumbernya berasal dari luar tubuh, yaitu makanan. Sel parietal pada lapisan lambung
memproduksi faktor intrinsik, suatu zat kimia yang bergabung dengan vitamin B12 dan makanan untuk
mencegahnya dicerna dan meningkatkan absorpsinya pada usus halus. Defisiensi vitamin B12 atau
faktor intrinsik akan mengakibatkan anemia pernisiosa
c). Umur Darah
Umur sel darah merah sekitar 120 hari. Ketika Sel Darah Merah (SDM) mencapai usia ini, SDM
mudah rusak dan dikeluarkan sirkulasi oleh sel dan sistem makrofag jaringan (biasanya disebut sistem
retikuloendotelial atau RES). Organ yang mengandung makrofag (artinya“pemangsa besar”) adalah hati,
limpa, dan sumsum tulang merah. Sel darah merah lama akan difagosit dan dicerna oleh makrofag. dan
kandungan besinya akan dikembalikan ke dalam aliran darah untuk kembali lagi ke dalam sumsum
tulang merah yang digunakan untuk sintesis hemoglobin baru.
d) Golongan Darah
Golongan darah kita diturunkan secara genetik yaitu, kita mewarisi gen-gen dari orang tua kita
yang akan menentukan golongan darah kita. banyak faktor atau golongan sel darah merah; kita akan
membahas dua yang paling penting, yaitu golongan ABO dan faktor Rh.
(1). Golongan Darah A, B, O
Golongan A, B, O terdiri dari empat golongan darah: A, B, AB, dan 0. Huruf A dan B mewakili
antigen (Protein-oligosakarida) pada membran sel darah merah. Seseorang yang memiliki golongan.
Golongan darah A, B, O
Golongan Antigen pada sel darah merah Antibody pada plasma
A
B
AB
O
A
B
A dan B
Tidak ada antigen
Anti-B
Anti-A
Tidak ada antibody
Anti-A dan anti-B
Tabel.1.1
Seseorang yang memiliki golongan.darah A memiliki antigen A pada sel darah merahnya, dan
seseorang dengan golongan darah B memiliki antigen B. Golongan darah AB berarti orang tersebut
memiliki kedua antigen A dan B, dan golongan O berarti tidak ada antigen A maupun antigen B.
Pada plasma setiap orang terdapat antibodi alami untuk antigen-antigen yang tidak ada dalam
sel darah merah. Oleh karena itu, seseorang dengan golongan darah A memiliki antibodi anti-B pada
plasmanya; seseorang dengan golongan darah B memiliki antibodi anti-A, golongan darah AB tidak
rnemiliki antibodi anti-A maupun anti-B, dan golongan darah 0 memiliki antibodi anti-A maupun anti-B.
Antibodi alamiah ini sangat penting pada transfusi. Jika memungkinkan, seseorang harus
menerima darah dengan golongan darah yang sesuai dengan golongan darahnya; hanya jika tidak
tersedia golongan darah tersebut, baru dapat diberikan golongan darah lain. Sebagai contoh, seseorang
dengan golongan darah A membutuhkan transfusi darah karena hemoragi. Jika diberikan darah dengan
golongan B, apa yang akan terjadi? Resipien dengan golongan darah A memiliki antibodi anti-B yang
akan berikatan dengan antigen golongan darah B sel darah merah donor. Sel darah merah golongan
darah B pertama-tama akan menggumpal (aglutinasi) dan kemudian pecah (hemolisis), yang akan
menggagalkan tujuan transfusi. Akibat lain yang lebih serius adalah hemoglobin dan eritrosit yang
mengalami hemolisis akan menyumbat kapiler ginjal, yang dapat menimbulkan kerusakan ginjal ataupun
gagal ginjal. Oleh karena itu, penggolongan darah dan pencocokan silang darah donor dan darah
resipien di laboratorium rumah sakit menjadi sangat penting sebelum melakukan transfusi. Prosedur ini
membantu menjamin bahwa darah donor tidak akan menyebabkan reaksi transfusi hemolitik pada
resipien.
Anda mungkin pernah mendengar konsep yang menyatakan bahwa golongan darah 0 adalah
“donor universal”. Biasanya golongan darah 0 negatif bisa diberikan kepada orang dengan golongan
darah lain. Hal ini karena golongan darah 0 tidak memiliki antigen A maupun antigen B pada sel darah
merahnya, sehingga tidak akan terjadi reaksi terhadap antibodi apapun yang dimiliki resipien. Istilah
“negatif” digunakan untuk menunjukkan faktor Rh, yang akan kita bahas kemudian.
(2). Faktor Rh
Adalah tipe antigen lain (sering disebut D) yang mungkin terdapat pada sel darah merah. Seseorang
yang sel darah merahnya memiliki antigen Rh disebut Rh positif, sedangkan yang tidak memiliki antigen
Rh disebut Rh negatif. Seseorang dengan Rh negatif tidak memiliki antibodi alami terhadap antigen Rh,
oleh karena itu antigen ini dianggap asing. Jika seseorang dengan Rh negatif menerima darah dengan Rh
positif karena suatu kesalahan, maka akan terbentuk antibodi sebagaimana pembentukan antibodi
ketika terdapat bakteri ataupun virus. Kesalahan transfusi yang pertama sering tidak menyebabkan
rnasalah, karena produksi atibodi berlangsung perlahan-lahan selama perjalanan yang pertama.
Namun, pada transfusi selanjutnya, ketika antibodi anti-Rh sudah ada, akan terjadi reaksi transfusi,
disertai hemolisis dan kernungkinan kerusakan ginjal.
2) Sel Darah Putih
Sel darah putih juga dikenal dengan nama Leukosit. Ada lima macam sel darah putih; semuanya
memiliki ukuran yang lebih besar daripada sel darah merah dan memiliki nukleus ketika matang.
Nukleus dapat berupa suatu bentuk tunggal ataupun muncul dalam beberapa lobus. Dengan pewarnaan
khusus untuk pemeriksaa mikroskopik, akan muncul gambaran khusus untuk setiap sel darah putih.
Hitung sel darah putih normal (merupakan bagian hitung darah lengkap) adalah 5000—10.000 per
mm3. Perhatikan bahwa jumlah tersebut terbilang kecil bila dibanding hitung sel darah merah normal.
Sebagian besar sel darah putih tidak terdapat di dalam pembuluh darah, tetapi berfungsi dalam cairan
jaringan.
a). Kiasifikasi dan Tempat Produksi
Kelima macam sel darah putih bisa dikiasifikasikan ke dalam dua kelompok: granular dan tidak
bergranula. Leukosit bergranular diproduksi dalam sum- sum tulang merah; yaitu neutrofil, eosinofil, dan
basofil, yang akan terlihat dengan warna granula yang lebih terang ketika diwarnai. Leukosit tidak
bergranula adalah limfosit dan monosit, yang diproduksi pada jaringan limfatik, limpa, kelenjar getah
bening, dan timus, sebagaimana juga diproduksi pada sumsum tulang merah. Hitung jenis sel darah
putih (bagian hitung darah total) adalah persentase setiap jenis leukosit. Kisaran normal ditunjukkan
pada Tabel dibawah, disertai nilai normal hitung darah lengkap lain.
b). Hitung Darah Lengkap
Pengukuran Kisaran normal
Sel darah merah
Hemoglobin
Hemaktokrit
Retikulosit
4,5-6 juta/mm3
12-18 gram/100 ml
38-48%
0%-1,5%
Sel darah putih (total)
Neutrofil
Eosinofil
Basofil
Limfosit
Monosit
Trombosit
5000-10.000/mm3
55-70%
1-3%
0,5-1%
20-35%
3-8%
150.000-300.000/mm3
Tabel 1.2
c). Fungsi
Seluruh sel darah putih memiiki fungsi umum yang sama, yaitu melindungi tubuh dan penyakit
infeksi dan membentuk imunitas terhadap penyakit tertentu. Setiap jenis leukosit memiliki suatu
peranan untuk menjaga homeostasis yang sangat penting ini.
Neutrofil dan monosit memiliki kemampuan memfagosit patogen. Neutrofil adalah yang paling
banyak menjalankan fungsi ini, tetapi menjalankan fungsi ini dengan sangat efisien, monosit
berdiferensiasi menjadi makrofag, yang juga memfagosit jaringan yang sudah rusak amati pada tempat
cedera, yang membantu perbaikan jaringan menjadi mungkin.
Eosinofil dipercaya memiliki fungsi untuk mendetoksifikasi protein asing. Hal ini penting
terutama pada reaksi alergi dan infeksi parasit, seperti kinosis (parasit cacing). Basofil mengandung gra
heparin dan histamin. Heparin adalah suatu anti koagulan yang membantu mencegah pembekan yang
tidak normal dalam pembuluh darah. F mm, seperti yang Anda ingat, dilepaskan sel bagian proses
inflamasi, dan efeknya memiliki kapiler lebih permeabel, yang memungkinkan jaringan, protein, dan sel
darah putih berkumpul di daerah yang mengalami kerusakan
3) Trombosit
Nama yang umum untuk platelet adalah trombosit, yang bukan merupakan sat lengkap,
melainkan fragmen atau pecahan sel. Hitung normal trombosit bagian dalam hitung darah lengkap)
adalah 150.000-300.000 / mm3 (batas atasnya bisa meningkat menjadi 500.000). Trombositopenia
adalah istilah untuk hitung trombosit yang rendah.
a). Tempat Produksi
Sebagian sel induk pada sumsum tulang merah berdiferensiasi menjadi sel besar yang
dinamakan megakariosit, yang akan pecah menjadi bagian-bagian kecil yang memasuki sirkulasi. Bagian
yang terdapat di dalam sirkulasi mi adalah trombosit, yang bisa hidup sekitar lima sampai 9 hari, jika
tidak digunakan sebelum hari tersebut.
b). Fungsi Trombosit
Trombosit dibutuhkan untuk memelihara hemostasis, yang berarti mencegh kehilangan darah.
Ada tiga mekanisme yang terjadi, dan trombosit terkait dalam setiap mekanismenya.
(1) Spasme Vascular
Ketika pembuluh darah besar, seperti arteri atau vena cedera berotot polos dinding pembuluh
darah tersi akan berkontraksi sebagai respons terhadap kerusakan yang terjadi (disebut respons
flagenik). Trombosit yang terdapat di dalam yang mengalami kerusakan akan melepaskan konstriksi
pembuluh darah. Diameter pembuluh darah tersebut akan segera mengecil, dan lubang yang kecil
tersebut akan segera tertutup oleh gumpalan darah. Jika pembuluh darah tidak mengecil terlebih
dahulu, bekuan darah yang terbentuk akan segera tersapu oleh dorongan akibat tekanan darah.
c). Sumbat Trombosit
Ketika suatu kapiler mengalami ruptur, kerusakan yang terjadi terlalu kecil untuk memulai
pembentukan bekuan darah. namun, permukaan luka yang kasar akan menyebabkan trombosit Iengket
dan melekat pada pinggiran luka dan saling melekat satu sama lain. Trombosit tersebut akan
membentuk suatu sawar rnekar atau dinding untuk menutup kerusakan yang terjadi pada kapiler.
Kerusakan kapiler cukup sering terjadi dan pembentukan sumbat trombosit sekecil apapun sangat
dibutuhkan untuk menutup kerusakan tersebut.Apakah sumbat trombosit cukup efek untuk luka yang
terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar? Jawabannya adalah tidak, karena sumbat trombosit
tersebut akan tersapu oleh aliran darah secepat pembentukannya, Apakah spasme vaskular cukup
efektif pada kerusakan kapiler? Sekali lagi, jawabannya adalah tidak, karena kapiler juga tidak memiliki
otot polos sehingga kapiler tidak bisa berkonstriksi sama sekali.
(1) Pembekuan Kimiawi
Rangsangan untuk pembekuan darah adalah permukaan yang kasar pada pembuluh darah, atau
kerusakan pada pembuluh darah, yang juga menciptakan permukaan yang kasar. Semakin besar
kerusakan yang terjadi, semakin cepat pembekuan darah yang terjadi, dan biasanya dimulai dalam 15
sampai 20 detik.
Mekanisme pembekuan merupakan suatu rangkaian reaksi yang melibatkan zat kimia yang dalam
keadaan normal beredar dalam darah, dan zat-zat lain dilepaskan ketika pembuluh darah rusak.
(buku ajar anatomi dan fisiologi, edisi 3, 2007)
3. Klasifikasi
a. Leukimia akut
1). Leukimia Limfositik Akut (ALL)
Dianggap sebagai suatu proliferasi ganas limfoblas, paling
sering terjadi pada anak-anak, dengan laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, dan puncak
insidensi pada usia 4 tahun, setelah usia 15 tahun ALL jarang terjadi
2) Leukimia Mielogeneus Akut (AML)
Mengenal sistem sel hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel mieloid, monosit, grnulosit
(basofil, neutrofil, eusinofil), eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena, insiden
meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan Leukemia Nonlimfositik yang paling sering
terjadi
(Muttaqin arif. 2009)
b. Leukimia Kronis
1). Leukimia Limfositik Kronis (LLK)
Leukemia Limfositik Kronik (LLK) merupakan suatu gangguan limfoproliferatif yang ditemukan pada
orang tua (umur median 60 tahun) dengan perbandingan2:1 untuk laki-laki. LLK dimanifestasikan oleh
proliferasi dan akumulasi 30% limfosit matang abnormal kecil dalam sumsum tulang, darah perifer, dan
tempat-tempat ekstramedular, dengan kadar yang mencapai 100.000+/mm3 atau lebih. Pada lebih dan
90% kasus, limfosit abnormal adalah limfosit B. Karena limfosit B berperan pada sintesis imunoglobulin
pasien dengan LLK mengalami insufisiensi sintesis imunoglobulin dan penekanan respons antibodi. Studi
sitogenetik menunjukkan leblh dari 80% pasien mengalami berbagai perubahan sitogenetik, yang
mungkin menunjukkan prognosis buruk awitannya tersembunyi dan berbahaya dan sering ditemukan
pada pemeriksaan darah rutin, yang memperlihatkan peningkatan jumlah limfosit absolut atau karena
limfadenopati dan splenomegali yang tidak sakit. waktu penyakitnva berkembang, hati juga membesar.
Pasien yang hanya menderita limfositosis dan limfadenopati dapat bertahan 10 tahun atau lebih lama.
Dengan terkenanya organ, terutama lien, prognosis memburuk.Anemia dini dan trombositopenia
(jumlah trombosit rendah) bersama penggandaan waktu SDP pada kurang dari setahun merefleksikan
prognosis sangat buruk dengan harapan hidup median kurang dari 2 tahun. Sekitar 10% pasien
mengalami transformasi agresif serupa dengan sindrom Richter (limfoma agresif).
Sekitar 5% sampai 10% pasien mengalami anemia hemolitik autoimun atau trombositopenia atau
keduanya, memerlukan intervensi dengan steroid atau agen kemoterapi atau keduanya.
Pasien dengan penyakit derajat rendah diobservasi bertahun-tahun tanpa intervensi aktif yang
diperlukan selama beberapa tahun. Pengobatan diindikasikan bila pasien mengalarni pansitopenia yang
meningkat dengan infeksi, peningkatan limfadenopati dan organomegali, anemia dan trombositopenia
akibat penggantian sumsum tulang, dan perubahan kualitas hidup pasien. Pengobatan ditujukan pada
pengurangan massa limfositik sehingga membalikkan pansitopenia dan menghiiangkan rasa tidak
nyaman yang disebabkan oleh pembesaran organ. Beberapa pasien dengan anemia hemolitik autoimun
yang secara medis tidak memberikan respons atau trombositopenia mungkin memerlukan splenektomi.
Agen pengakil, seperti kiorambusil dan sikiofosfarnid, aktif pada pengobatan LLK. Fludarabin
antimetabolit purin, diberikan 3-5 hari sebagai agen tunggal .juga efektif dan dapat digabung dengan
agen aktif lain seperti sikiofosfamid jika pasien menjadi refrakter. Pendekatan baru terhadap
pengobatan keganasan sel B seperti LLK adalah pemakaian terapi biologi, menggunakan antibodi
monoklonal ini mencakup rituximab (anti-CD20) dan Campath IH (anti-CD52), keduanya memperoleh
persetujuan FDA.
(Sylvia A. Price, Edisi 6, 2006)
2). Leukemia Sel Berambut
Leukemia Sel Berambut relatif jarang terjadi, leukemia limfositik sel B indolen. Nama
mengidentifikasi projeksi mikroskop seperti gelondong pada limfosit pada apusan darah dan sumsum
tulang yang diwarnai.
(Sylvia A. Price, Edisi 6, 2006)
3). Leukimia Mielogeneus Kronis (LMK)
Juga dimasukkan dalam keganasan sel stem myeloid. Namun, lebih banyak terdapat sel normal
dibanding pada bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. Abnormalitas genetic yang dinamakan
kromosom Philadelphia ditemukan pada 90% sampai 95% klien dengan LMK. LMK jarang menyerang
individu berusia dibawah 20 tahun, namun insidennya meningkat sesuai pertambahan usia.
(Muttaqin arif. 2009)
Riset terbaru telah mengungkapkan bahwa leukemia merupakan penyakit kompleks dengan
heterogenitas yang beragam.akibatnya,klasifikasi leukemia menjadi semakin kompleks,rumit,dan sangat
pentin,karena identifikasi subtipe leukemia memiliki implikasi terapeutik dan prognostik.Berikut ini
merupakan uraian ringkas mengenai sistem klasifikasi yang baru-baru ini dipakai:
1. Morfologi
Dua bentuk penyakit leukemia yang umumnya ditemukan pada anak-anak adalah:leukemia limfoid
akut(acute lymphoid leukemia,ALL) dan leukemia nonlimfoid(mielogenus)akut(acute nonlymphoid
[myelogenous]leukemia, ANLL/AML.).sinonim untuk ALL0 meliputi leukemia limfatik, limfositik,
limpoblastik, dan limfoblastoid. Biasanya istilah istilah leukemia sel tunas (stem cell) atau sel blast juga
mengacu pada leukemia tipe limfoid.sinonim untuk tipe AML meliputi leukemia granulositik, mielositik,
monositik,mielogenus, monoblastik,dan monomieloblastik.
2. Penanda(marker)sitokimia
Beberapa preparat pewarna kimia membantu membedakan ALL dengan AML.sebagai
contoh,ALL akan menunjukkan warna positif setelah diberi terminal deoxynucleotidyl
transferase(TdT)sementara AML memperlihatkan sifat nonreaktif(Margolin dan Poplack,1997)
3. Pemeriksaan kromosom
Análisis kromosom sudah menjadi alat yang penting dalam menegakkan diagnosis leukemia
limfoblastik akut.sebagai contoh,anak-anak dengan trisomi 21 akan meghadapi risiko 20 kali lipat untuk
mengalami leukemia limfoid akut dibandingkan anak-anak lain. Anak-anak yang memiliki lebih dari 50
kromosom pada sel-sel leukemia(hiperdiploid) mempunyai prognosis yang paling baik(Margolin dan
Poplack,1997).translokasi kromosom yang juga ditemukan pada sel-sel leukemia dapat menunjukkan
prognosis yang baik seperti pada trisomi 4 dan 10,atau prognosis yang buruk,seperti pada t(9:22)atau
kromosom Philadelphia.
4. Penanda imunologik permukaan-sel
Antigen permukaan-sel telah memungkinkan diferensiasi ALL menjadi tiga kelas yang besar:ALL
non-T, non-B memiliki prognosis yang paling baik,terutama jika mereka mempunyai antigen leukemia
limfosit akut yang umum, yang dikenal sebagai CALLA-positif,terdapat pada permukaan selnya(Margolin
dan Poplack,1997)
4. Etiologi
Penyebab yang pasti belum di ketahui, akan tetapi terdapat factor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya Leukimia, yaitu :
a. Faktor genetic: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T cell Leukmia
lymphoma virus/HTLV)
b. Radiasi : sinar X
c. Obat-obat imunosupresif, obat obat karsinogenik seperti diethylstilbestor
d. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
e. Kelainan kromosom, misalnya pada Down Syndrome
(Asuhan keperawatan pada anak Edisi 2,Suriadi,S.Kp,MSN 2006)
5. Insiden
Menurut data badan kesehatan dunia(WHO), setiap tahun jumlah penderita kanker di dunia
bertambah sekitar 6,25 juta orang. Tahun demi tahun, angka kejadian kanker pada anak terus
meningkat, jumlahnya mencapai 2-4% dan seluruh kejadian penyakit kanker pada manusia. Sedangkan
angka kejadiannya mencapai 110 hingga 130 kasus persejuta anak pertahun. Sebuah laporan
internasional bahkan menyatakan 10% kematian pada anak disebabkan penyakit kanker.
(http://www.koalisi.orang/detail.com)
Dan data RSCM yang tersedia, bahkan diketahui bahwa dua penyebab utama kematian kanker
anak di Indonesia adalah karena leukemia (kanker darah) dan retinoblastoma (kanker mata). Bahkan
ditengarai jumlah anak pengidap leukemia di Indonesia mencapai 25-30%.
(http://www.koalisi.orang/detail.com)
Menurut data bagian Medical Record Rumah Sakit Umum Pusat. Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar didapatkan penderita penyakit leukemia yang dirawat khususnya di ruang Perawatan Anak
Lontara IV Atas, ditemukan insiden pada tahun 2008 jumlah penderita leukemia sebanyak 130 orang.
Sedangkan pada tahun 2009 dengan jumlah pasien sebanyak 120 orang.
f. Patofisiologi
a. Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang maligna, imaturnya sel blast. Adanya proliferasi
sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan
trombositipenia.
b. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan
mudah mengalami infeksi.
c. Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow daninfiltran organ, sistem saraf pusat.
Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada
penurunan leukosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan.
d. Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus
limfe, dan nyeri persendihan.
(Suriadi & Rita Yuliani, 2006: 160)
g. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut:
a. Pilek tidak sembuh-sembuh
b. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
c. Demam dan anorexia
d. Berat badan menurun
e. Petekie, memar tanpa sebab
f. Nyeri pada tulang dan persendian
g. Nyeri abdomen
h. Limphadenopathy
i. Hepatosplenomegaly
j. Abnormal WBC
(Suriadi & Rita Yuliani, 2006: 162)
h. Test Diagnostik
1. Pemeriksaan darah tepi : terdapat leukosit yang imatur.
2. Aspirasi sum-sum tulang (BMP):hiperseluler terutama banyak terdapat sel muda.
3. Biopsi sum-sum tulang.
4. Lumbal punksi untuk mengetahui apakah sistem saraf pusat terinfiltrasi.
5. Rontgen dada dan biopsi kelenjar limfa:menunjukkan tingkat kesulitan tertentu.
(Arif Muttaqin, 2009:419 & Suriadi, Rita Yuliani, 2006:162)
i. Penatalaksanaan Medik
a. Transfusi darah
Biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 gr % pada trombositopenia yang berat dan perdarahan
masih dapat diberikan transfusi trombosit.
b. Kortikosteroid yaitu prednison, kortison, dexametasone setelah mencapai remisi dosis dikurangi demi
sedikit dan akhirnya dihentikan.
c. Transpalansi sumsum tulang
d. Kemoterapi merupakan bentuk terapi utama dan pada beberapa kasus dapat menghasilkan perbaikan
yang berlangsung sampai setahun atau lebih. Obat yang biasanya digunakan meliputi daunorubicin,
hydrochloride (cerubidin), cytarabine (Cytosar-U), dan mercaptopurine (purinethol).
( Handayani Wiwik, 2008)
j. Pengobatan
Setiap klinik mempunyai cara tersendiri, tergantung pada pengalamannya. Umumnya pengobatan
ditunjukkan terhadap pencegahan kambuh dan mendapatkan masa remisi yang lebih lama.
Untuk mencapai keadaan tersebut, pada prinsipnya dipakai pola dasar pengobatan sebagai
berikut :
a. Induksi Remisi
Dimaksudkan untuk mencapai remisi yaitu dengan pemberian berbagai obat di atas, baik secara
sistematik maupun intratekal sampai sel blas dalam sum-sum tulang kurang dari 5 %.hampir segera
setelah diagnosis di tegakkan, terapi induksi dimulai dan berlangsung selama 4 hingga 6 minggu. Obat-
obatan utama yang dipakai untuk induksi pada ALL adalah kortikosteroid (terutama prednison), vinkristin
dan L-asparraginase, dengan atau tanpa doksorubiisinn (daonomisin) dan sitosin.
Karena banyak di antara obat ini juga menyebabkan mielosupresi unsur-unsur darah yang normal,
periode waktu yang terjadi segera sesudah remisi merupakan periode yang sangat menentukan. Tubuh
pasien tidak lagi memiliki pertahanan dan sangat rentan terhadap infeksi dan perdarahan spontan.
b. Konsolidasi
Yaitu agar sel tersisa tidak cepat memperbanyak diri.
c. Rumatan (maintenance)
Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat-dapatnya suatu masa remisi yang lama biasanya
dilakukan dengan pemberian sistostatika seperti dosis biasa.
Terapi rumatan dimulai sesudah terapi indukisi dan konsolidasi selesai dan berhasil dengan baik
untuk memelihara remisi dan selanjutnya mengurangi jumlah sel leukemia.
d. Reinduksi
Dimaksudkan untuk merubah relaps. Reinduksi biasanya dilakukan setiap 3 – 6 bulan dengan
pemberian obat-obat seperti pada induksi selama 10 – 14 hari
Adanya sel-sel leukemia dalam sumsum tulang, SSP atau testis menunjukkan terjadinya
relaps/kekambuhan penyakit. Terapi pada anak-anak yang mengalami relaps meliputi terapi reinduksi
dengan prednisone dan vinkristin, di sertai pemberian kombinasi obat lain yang belum digunakan. Terapi
preventif SSP dan terapi rumatannya dilaksanakan sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya dan
dilaksanakan setelah remisi.
e. Transpalansi sumsum tulang.
Transpalansi sumsum tulang sudah dilakukan untuk penanganan anak-anak yang menderita
ALL danAML dengan hasil yang baik. Transpalansi ini tidak dikomendasikan untuk anak-anak yang
menderita ALL selama remisi yang pertama karena kemoterapi masih mungkin memberikan hasil yang
menakjubkan. Mengingat prognosis anak-anak yang menderita AML lebih buruk, transpalansi sumsum
tulang alogenik biasa dipertimbangkan selama masa remisi pertama.
(Wong’s essentials of pediatric nursing. 2009 Hal: 1139)
B. Konsep Dasar Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang berbentuk pelayanan bio-psiko-
sosial, spiritual yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik
yang sehat maupun yang sakit dan mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan
keperawatan merupakan bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemajuan menuju kepada kemampuan melaksanakan
kegiatan dalam kehidupan sehari-hari secara mandiri.
Di dalam memberikan asuhan keperawatan terdiri dari beberapa tahap atau langkah-langkah
proses keperawatan yaitu :
A. Pengkajian
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik sering kali memberi tanda pertama yang menunjukkan
adanya penyakit neoplastik. Keluhan yang samar seperti perasaan letih, nyeri pada ekstermitas,
berkeringat dimalam hari, penurunan selera makan, sakit kepala, dan perasaan tidak enak badan dapat
menjadi petunjuk pertama leukimia
(Wong’s pediatric nursing 2009. Hal:1140)
Adapun pengkajian yang sistematis pada sistem hamatologi (leukemia) meliputi
1. Biodata
a) Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, dan pendidikan.
b) Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
dan alamat.
2. Riwayat kesehatan sekarang
a) Adanya kerusakan pada organ sel darah/sum-sum tulang.
b) Gejala awal biasanya terjadi secara mendadak panas dan perdarahan.
3. Riwayat kesehatan sebelumnya
a) Riwayat kehamilan/persalinan.
b) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
c) Riwayat pemberian imunisasi.
d) Riwayat nutrisi, pemberian makanan yang adekuat.
e) Infeksi-infeksi sebelumnya dan pengobatan yang pernah dialami.
4. Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi yang di dapatkan oleh klien yaitu BCG, DPT (I, II, III), Polio (I, II ,III), Campak, Hepatitis,
dan riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi.
5. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Pertumbuhan Fisik
- Berat badan
BBL : 2500 gr – 4000 gr
3 - 12 bulan : umur (bulan) + 9
2
1 - 6 tahun : umur (tahun) x 2 + 8
6 - 12 tahun : umur (tahun) x 7 – 5
2
- Tinggi Badan
Tinggi badan lahir : 45 - 50 cm
Umur 1 tahun : 75 cm
2 - 12 tahun : umur (tahun) x 6 + 7
Atau
1 tahun : 1,5 x TB lahir
4 tahun : 2 x TB lahir
6 tahun : 1,5 x TB setahun
13 tahun : 3 x TB lahir
Dewasa : 3,5 x TB lahir (2 x TB 2 tahun)
b. Perkembangan tiap tahap usia
- Berguling : 3-6 bulan
- Duduk : 6-9 bulan
- Merangkak : 9-10 bulan
- Berdiri : 9-12 bulan
- Jalan : 12-18 bulan
- Senyum pertama kali dengan orang lain : 2-3 bulan
- Bicara : 2-3 tahun
- Berpakaian tanpa dibantu : 3-4 tahun
(Aziz Alimul Hidayat, Hal : 27).
6. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan Umum
Meliputi : Baik, Jelek, Sedang
b) Tanda-tanda vital
- TD : Tekanan Darah
- N : Nadi
- P : Pernapasan
- S : Suhu
c) Antropometri
- TB : Tinggi badan
- BB : Berat badan
- LLA : Lingkar lengan atas
- LK : Lingkar kepala
- LD : Lingkar dada
- LP : Lingkar perut
d) Sistem pernafasan
Frekuensi pernapasan, bersihan jalan napas, gangguan pola napas, bunyi tambahan ronchi dan
wheezing.
e) Sistem cardiovaskuler
Anemis atau tidak, bibir pucat atau tidak, denyut nadi, bunyi jantung, tekanan darah dan capylary
reffiling time.
f) Sistem pencernaan
Mukosa bibir dan mulut kering atau tidak, anoreksia atau tidak, palpasi abdomen apakah mengalami
distensi dan auskultasi peristaltik usus adakah meningkat atau tidak.
g) Sistem muskuloskeletal
Bentuk kepala, extermitas atas dan ekstermitas bawah.
h) Sistem integumen
Rambut : warna rambut, kebersihan, mudah tercabut atau tidak
Kulit : warna, temperatur, turgor dan kelembaban
Kuku : warna, permukaan kuku, dan kebersihannya
i) Sistem endokrin
Keadaan kelenjar tiroid, suhu tubuh dan ekskresi urine.
j) Sistem penginderaan
Mata : Lapang pandang dan visus.
Hidung : Kemampuan penciuman.
Telingan : Keadaan daun telinga dan kemampuan pendengaran.
k) Sistem reproduksi
Observasi keadaan genetalia, dan perubahan fisik sistem reproduksi.
l) Sistem neurologis
1) Fungsi cerebral
2) Status mental : orientasi, daya ingat dan bahasa.
3) Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan menggunakan Gaslow Coma Scale (GCS).
4) Kemampuan berbicara.
5) Fungsi kranial :
a) Nervus I (Olfaktorius) : Suruh anak menutup mata dan menutup salah satu lubang hidung,
mengidentifikasi dengan benar bau yang berbeda (misalnya jeruk dan kapas alkohol).
b) Nervus II (Optikus) : Periksa ketajaman penglihatan anak, Persepsi terhadap cahaya dan warna,
periksa diskus optikus, penglihatan perifer.
c) Nervus III (Okulomotorius) : Periksa ukuran dan reaksi pupil, periksa kelopak mata terhadap posisi jika
terbuka, suruh anak mengikuti cahaya.
d) Nervus IV (Troklearis) : Suruh anak menggerakkan mata kearah bawah dan kearah dalam.
e) Nervus V (trigemenus) : Lakukan palpasi pada pelipis dan rahang ketika anak merapatkan giginya dengan
kuat, kaji terhadap kesimetrisan dan kekuatan, tentukan apakah anak dapat merasakan sentuhan di ats
pipi (bayi muda menoleh bila area dekat pipi disentuh), dekati dari samping, sentuh bagian mata yang
berwarna dengan lembut dengan sepotong kapas untuk menguji refleks berkedip dan refleks kornea.
f) Nervus VI (Abdusen) : kaji kemampuan anak untuk menggerakkan mata secara lateral.
g) Nervus VIII (Fasialis) : Uji kemampuan anak untuk mengidentifikasiLarutan manis (gula), Asam (jus
lemon), atau hambar (kuinin) pada lidah anterior. Kaji fungsi motorik dengan meminta anak yang lebih
besar untuk tersenyum, menggembungkan pipi, atau memperlihatkan gigi, (amati bayi ketika senyum
dan menangis).
h) Nervus VIII (akustikus) : Uji pendengaran anak
i) Nervus IX (glosofharingeus) : Uji kemampuan anak untuk mengidentifikasi rasa larutan pada lidah
posterior.
j) Nervus X (vagus) : Kaji anak terhadap suara parau dan kemampuan menelan, sentuhkan spatel lidah ke
posterior faring untuk menentukan apakah refleks muntah ada (saraf cranial IX dan X mempengaruhi
respon ini), jangan menstimulasi refleks muntah jika terdapat kecurigaan epiglotitis, periksa apakah
ovula pada posisi tengah.
k) Nervus XI (aksesorius) : Suruh anak memutar kepala kesamping dengan melawan tahanan, minta anak
untuk mengangkat bahu ketika bahunya ditekan kebawah.
l) Nervus XII (hipoglosus) : Minta anak untuk mengeluarkan lidahnya. periksa lidah terhadap deviasi garis
tengah, (amati lidah bayi terhadap deviasi lateral ketika anak menangis dan tertawa).dengarkan
kemampuan anak untuk mengucapkan “r”. letakkan spatel lidah di sisi lidah anak dan minta anak untuk
menjauhkannya, kaji kekuatannya.
6) Fungsi motorik : massa otot, tonus otot dan kekuatan otot
7) Fungsi sensorik: respon terhadap suhu, nyeri dan getaran
8) Fungsi cerebrum: kemampuan koordinasi dan keseimbangan
7. Pemeriksaan diagnostic
a) Hitung darah lengkap : Menunjukkan normositik, anemia normositik.
Hemoglobin : Dapat kurang dari 10 g/100 ml
Retikulosit : Jumlah biasanya rendah
Jumlah trombosit : Mungkin sangat rendah (<50.000/mm)
SDP : Mungkin lebih dari 50.000/cm dengan peningkatan SDP imatur (“menyimpang ke kiri”).mungkin ada
sel blast Leukimia
b) PT/PTT : memanjang
c) LDH : Mungkin meningkat
d) Asam urat serum/urine : Mungkin meningkat
e) Muramidase serum (lisozim) : Peningkatan pada Leukimia monositik Akut dan mielomositik.
f) Copper serum : Meningkat
g) Zink serum : Menurun
h) Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50% atau Lebih dari sel blast, dengan prekusor
eritroid, sel imatur, dan megakariositis menurun.
i) Foto dada dan biopsy nodus limfe : Dapat mengindikasikan derajat keterlibatan
(Doen
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis Association NANDA)
adalah “suatu penilalan klinis tentang respon individu, keluarga. atau kornunitas terhadap masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar
untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan dimana perawat bertanggung gugat ‘
(Wong, 2004)
Menurut Donna L Wong 2004 diagnosa pada anak dengan leukemia adalah:
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
c. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
e. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen
kemoterapi
f. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan
muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dan leukemia
h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.
j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia.
k. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.
A. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk mencapai tujuan
pelaksanaan asuhan keperawatan.
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dan pasien dan
atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut
(Wong ,2004: 595-602)
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan: Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi
Intervensi Rasional
a) Pantau suhu dengan teliti
b) Ternpatkan anak dalam ruangan khusus
c) Anjurkan semua pengunjung dan staf
rumah sakit untuk menggunakan teknik
mencuci tangan dengan baik
d) Gunakan teknik aseptik yang cermat
untuk semua prosedur invasive
e) Evaluasi keadaan anak terhadap tempat
tempat munculnya infeksi seperti
a) untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
b) untuk meminimalkan terpaparnya anak
dan sumber infeksi
c) untuk meminimalkan pajanan pada
organism infektif
d) untuk mencegah kontaminasi silang
tempat penusukan jarum, ulserasi
mukosa, dan masalah gigi
f).Inspeksi membran mukosa mulut.
Bersihkan mulut dengan baik
g) Berikan periode istirahat tanpa gangguan
h) Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
i)Berikan antibiotik sesuai ketentuan
atau menurunkan resiko infeksi
e) untuk intervensi dini penanganan infeksi
f) rongga mulut adalah medium yang baik
untuk pertumbuhan organism
g) menambah energi untuk penyembuhan
dan regenerasi seluler
h) untuk mendukung pertahanan alami
tubuh
i) diberikan sebagai profilaktik atau
mengobati infeksi khusus
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemi
Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Intervensi Rasional
a) Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan
ketidakmampuan untuk berpartisipasi
a) menentukan derajat dan efek
dalam aktifitas sehari-hari
b) Berikan lingkungan tenang dan perlu
istirahat tanpa gangguan
c) Kaji kemampuan untuk berpartisipasi
pada aktifitas yang diinginkan atau
dibutühkan
ketidakmampuan
b) menghemat energi untuk aktifitas dan
regenerasi seluler atau penyambungan
jaringan
c) mengidentifikasi kebutuhan individual
dan membantu pemilihan intervensi
c. Resiko terhadap cedera, perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Intervensi Rasional
a) Gunakan semua tindakan untuk
mencegah perdarahan khususnya pada
daerah ekimosis
b) Cegah ulserasi oral dan rectal
c) Gunakan jarum yang kecil pada saat
melakukan injeksi
d) untuk mencegah perdarahan
e) Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan
a) karena perdarahan memperberat
kondisi anak dengan adanya anemia
b) karena kulit yang luka cenderung untuk
berdarah
c) untuk mencegah perdarahan
d) untuk mencegah perdarahan
e) untuk memberikan intervensi dm1
(tekanan darah menurun, denyut nadi
cepat, dan pucat)
f) Hindari obat-obat yang mengandung
aspirin
g) Ajarkan orang tua dan anak yang lebih
besar untuk mengontrol
dalam mengatasi perdarahan
f) karena aspirin mempengaruhi fungsi
trombosit
g) untuk mencegah perdarahan
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan : Pasien tidak mengalami mual atau muntah.
Intervensi Rasional
a) Berikan antiemetik awal sebelum
dimulainya kemoterapi
b) Berikan antiemetik secara teratur pada
waktu dan program kemoterapi
c) untuk mencegah episode berulang
d) Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi
sering
e) Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
a) untuk mencegah mual dan muntah
b) untuk mencegah episode berulang
c) karena tidak ada obat antiemetik yang
secara umum berhasil hindari
memberikan makanan yang beraroma
menyengat
d) karena jumlah kecil biasanya ditoleransi
dengan baik
e) untuk mempertahankan hidrasi
e. Perubahan membran mukosa mulut stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi
Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral
Intervensi Rasional
a) lnspeksi mulut setiap hari untuk adanya
ulkus oral
b) Untuk mendapatkan tindakan yang
segera
c) Gunakan sikat gigi berbulu lembut,
aplikator berujung kapas, atau jan
yang dibalut kasa
d) Berikan pencucian mulut yang sering
dengan cairan salin normal atau tanpa
larutan bikarbonat
e) Gunakan pelembab bibir
f) Hindari penggunaan larutan lidokain
pada anak kecil
a) untuk mendapatkan tindakan yang
segera
b) untuk mencegah trauma
c) untuk menghindari trauma
d) untuk rneningkatkan penyembuhan
e) untuk menjaga agar bibir tetap lembab
dan mencegah pecah pecah (fisura)
f) karena bila digunakan pada faring,
dapat menekan refleks muntah yang
mengakibatkan resiko aspirasi dan
dapat menyebabkan kejang
g) agar makanan yang masuk dapat
ditoleransi anak
h) untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
g) Berikan diet cair, lembut dan lunak
h) Inspeksi mulut setiap hari
i) Dorong masukan cairan dengan
menggunakan sedotan
j) Hindari penggunaa swab gliserin,
hidrogen peroksida dan susu magnesia
k) Berikan obat-obat anti infeksi sesuai
ketentuan
l) Berikan analgetik
i) untuk membantu melewati area nyeri
j) dapat mengiritasi jaringan yang luka
dan dapat membusukkan gigi,
memperlambat penyembuhan dengan
rnemecah protein dan dapat
mengeringkan mukosa
k) untuk mencegah atau mengatasi
mukositis
l) untuk mengendalikan nyeri
f. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual
dan muntah, efek samping kernoterapi dan atau stomatitis
Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Intervensi Rasional
a) Dorong orang tua untuk tetap rileks
pada saat anak makan
b) Izinkan anak memakan semua makanan
yang dapat ditoleransi, rencanakan
untuk memperbaiki kualitas gizi pada
saat selera makan anak meningkat
c) Berikan makanan yang disertai suplemen
nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau
suplemen yang dijual bebas
d) Izinkan anak untuk terlibat dalam
persiapan dan pemilihan makanan
e) Dorong masukan nutrisi dengan jumlah
sedikit tapi sering
f) Dorong pasien untuk makan diet tinggi
kalori kaya nutrient
a) jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan
adalah akibat langsung dan mual dan
muntah serta kemoterapi
b) untuk mempertahankan nutrisi yang
optimal
c) untuk memaksimalkan kualitas intake
nutrisi
d) untuk mendorong agar anak mau
makan
e) karna jumlah yang kecil biasanya
ditoleransi dengan baik
f) kebutuhan jaringan metabolik
ditingkatkan begitu juga cairan untuk
menghilangkan produk sisa suplemen
dapat memainkan peranan penting
dalam mempertahankan masukan
g) Timbang BB, ukur TB dan ketebalan
lipatan kulit trisep
kalori dan protein yang adekuat
g) membantu dalam mengidentifikasi
malnutrisi protein kalori, khususnya
bila BB dan pengukuran antropometri
kurang
g. Nycri yang berhubungan dengan efek fisiologis dan leukemia
Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterirna anak
Intervensi Rasional
a) Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0
sampai 5
b) Jika mungkin, gunakan prosedur-
prosedur (misal pemantauan suhu non
invasif, alat akses vena
c) Evaluasi efektifitas penghilang nyeri
dengan derajat kesadaran dan sedasi
a) informasi memberikan data dasar
untuk mengevaluasi kebutuhan atau
keefekti fan
b) untuk meminimalkan rasa tidak aman
c) untuk menentukan kebutuhan
perubahan dosis. Waktu pemberian
atau obat
d) Lakukan teknik pengurangan nyeri
e) Berikan obat-obat anti nyeri secara
teratur
d) sebagai analgetik tambahan
e) untuk mencegah kambuhnya nyeri
h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas
Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit
Intervensi Rasional
a) Berikan perawatan kulit yang cermat,
terutama di dalam mulut dan daerah
perianal
b) Ubah posisi dengan sering
b) Mandikan dengan air hangat dan sabun
ringan
d) Kaji kulit yang kering terhadap efek
samping terapi kanker
a) karena area ini cenderung mengalami
ulserasi
b) untuk merangsang sirkulasi dan
mencegah tekanan pada kulit
c) mempertahankan kebersihan tanpa
mengiritasi kulit
d) efek kemerahan atau kulit kering dan
pruritus,ulserasi dapat terjadi dalam
area radiasi pada beberapa agen
kemoterapi
e) Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk
dan menepuk kulit yang kering
f) Dorong masukan kalori protein yang
adekuat
g) Pilih pakaian yang longgar dan lembut
diatas area yang teradiasi
e) membantu mencegah friksi atau
trauma kulit
f) untuk mencegah keseimbangan
nitrogen yang negatif
g) untuk meminimalkan iritasi tambahan
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
Intervensi Rasional
a) Dorong anak untuk memilih wig (anak
perempuan) yang serupa gaya dan warna
rambut anak sebelum rambut mulai
rontol
b) Berikan penutup kepala yang adekuat
selama pemajanan pada sinar matahari,
angin atau dingin
c) Anjurkan untuk menjaga agar rambut
yang tipis itu tetap bersih, pendek dan
a) untuk membaritu mengembangkan
penyesuaian rambut terhadap
kerontokan rambut
b) karena hilangnya perlindungan rambut
c) untuk menyamarkan kebotakan parsial
d) untuk menyiapkan anak dan keluarga
halus
d) Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh
dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin
warna atau teksturnya agak berbeda
e) Dorong hygiene, berdandan, dan alat-alat
yang sesuai dengan jenis
kelamin ,misalnya wig, skarf, topi, tata
rias.
terhadap perubahan penampilan
rambut baru
e) untuk meningkatkan penampilan
j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik atau terapi
Intervensi Rasional
a) Jelaskan alasan setiap prosedur yang
akan dilakukan pda anak
b) Jadwalkan waktu agar keluarga dapat
berkumpul tanpa gangguan dan staf
c) Bantu keluarga merencanakan masa
depan, khususnya dalam membantu anak
menjalani kehidupan yang normal
d) Dorong keluarga untuk mengespresikan
perasaannya mengenai kehidupan anak
a) untuk meminimalkan kekhawatiran
yang tidak perlu
b) untuk mendorong komunikasi dan
ekspresi perasaan
c) untuk meningkatkan perkembangan
anak yang optimal
d) memberikan kesempatan pada
sebelum diagnosa dan prospek anak
untuk bertahan hidup
e) Diskusikan bersama keluarga bagaimana
mereka memberitahu anak tentang hasil
tindakan dan kebutuhan terhadap
pengobatan dan kemungkinan terapi
tambahan
f) Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang
tidak sesuai dengan kenyataan yang ada
keluarga untuk menghadapi rasa takut
secara realistis
e) untuk mempertahankan komunikasi
yang terbuka dan jujur
f) untuk mencegah bertambahnya rasa
kekhawatiran keluarga
k. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak
Tujuan : pasien atau keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan kematian anak
Intervensi Rasional
a) Kaji tahapan berduka terhadap anak dan
keluarga
a) pengetahuan tentang proses berduka
memperkuat normalitas perasaan atau
reaksi terhadap apa yang dialarni dan
dapat membantu pasien dan keluarga
c) Berikan kontak yarg konsisten pada
keluarga
d) Bantu keluarga merencanakan
perawatan anak, terutama pada tahap
terminal
e) Fasilitasi anak untuk mengespresikan
perasaannya melalui bermain
lebih efektif menghadapi kondisinya
b) untuk menetapkan hubungan saling
percaya yang mendorong komunikasi
c) untuk meyakinkan bahwa harapan
mereka diimplementasikan
d) memperkuat normalitas perasaan atau
reaksi terhadap apa yang dialami
E. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dan perencanaan keperawatan yang telah dibuat
untuk rnencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan
keterampilan dan pengetahuan hams dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang diberikan
baik mutunya. Dengan demikian tujuan dan rencana yang telah ditentukan dapat tercapai (Wong.
2004:33 1).
F. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Donna L Wong (2004:596-610) hasil yang diharapkan pada klien
dengan leukemia adalah:
1) Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
2) Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan peningkatan
toleransi aktifitas.
3) Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
4) Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah
5) Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman
6) Masukan nutrisi adekuat
7) Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunj ukkan bukti-bukti
ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
8) Kulit tetap bersih dan utuh
9) Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, anak membantu
menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode mi dan anak
tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
10) Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan pengetahuan
tentang penyakit anak dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya
dan meluangkan waktu bersama anak.
11) Keluarga tetap terbuka terhadap konseling dan kontak keperawatan
Diposkan oleh irfan afandy di 15.34
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)