resus blok 16

4
REFLEKSI KASUS KOMUDA BLOK 16 : SISTEM KARDIOVASKULER DAN RESPIRASI Nama : Ghinna Septhiana Pratiwi No Mahasiswa : 20100310160 Tempat Komuda : RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT 1 Tanggal Komuda : 9 Maret 2013 A. Pengalaman : Seorang pasien rujukan berumur 69 tahun datang pukul 22.30 dengan keluhan demam sejak siang. Pasien baru saja minum minyak ± 10 cc jam 10.00. Pasien sudah muntah 4x, diare (-), pusing (+), lemas (+). Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 76/46 mmHg, nadi 104x/menit, suhu 39 o C. Hasil foto thorax menunjukan perselubungan semiopaq inhomogen di paracardial kiri dengan suspect pneumonia. Pasien diberi infus RL, ranitidin 1 amp/12j, ceftriaxone 1 gr/12j, tomit 1 amp/8j, alprazolam, dan minum susu. Pada beberapa hari berikutnya dokter menambahkan azithromycin tablet 1x500mg. B. Masalah yang dikaji Mengapa pasien diberikan ceftriaxone? Apakah penanganan sudah tepat? C. Analisa kritis Ceftriaxone adalah antibiotik golongan sefalosporin generasi- keempat. Sefalosporin serupa dengan penisilin tetapi lebih stabil terhadap banyak β-laktamase bakteri sehingga memiliki aktivitas spektrum yang lebih luas. Ceftriaxone lebih resisten terhadap hidrolisis oleh β-laktamase kromosomal (yang produksi oleh enterobakter). Ceftriaxone cukup efektif mengatasi S. aureus dan S. pneumoniae. Obat ini dibersihkan oleh ginjal dan memiliki waktu paruh 2 jam. Ceftriaxone cukup efektif terhadap kebanyakan galur streptokokus yang resisten terhadap penicillin. Efek samping sefalosporin menyebabkan sensitisasi dan dapat menimbulkan berbagai hipersensitvitas seperti yang ditimbulkan penisillin, seperti anafilaksis, demam, ruam kulit, nefritis,

Upload: ghinna-septhiana-pratiwi

Post on 12-Dec-2015

18 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Refleksi Kasus

TRANSCRIPT

Page 1: Resus Blok 16

REFLEKSI KASUS KOMUDA

BLOK 16 : SISTEM KARDIOVASKULER DAN RESPIRASI

Nama : Ghinna Septhiana Pratiwi

No Mahasiswa : 20100310160

Tempat Komuda : RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT 1

Tanggal Komuda : 9 Maret 2013

A. Pengalaman : Seorang pasien rujukan berumur 69 tahun datang pukul 22.30 dengan keluhan demam sejak siang. Pasien baru saja minum minyak ± 10 cc jam 10.00. Pasien sudah muntah 4x, diare (-), pusing (+), lemas (+). Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 76/46 mmHg, nadi 104x/menit, suhu 39o C. Hasil foto thorax menunjukan perselubungan semiopaq inhomogen di paracardial kiri dengan suspect pneumonia. Pasien diberi infus RL, ranitidin 1 amp/12j, ceftriaxone 1 gr/12j, tomit 1 amp/8j, alprazolam, dan minum susu. Pada beberapa hari berikutnya dokter menambahkan azithromycin tablet 1x500mg.

B. Masalah yang dikaji Mengapa pasien diberikan ceftriaxone? Apakah penanganan sudah tepat?

C. Analisa kritis Ceftriaxone adalah antibiotik golongan sefalosporin generasi-keempat. Sefalosporin serupa dengan penisilin tetapi lebih stabil terhadap banyak β-laktamase bakteri sehingga memiliki aktivitas spektrum yang lebih luas. Ceftriaxone lebih resisten terhadap hidrolisis oleh β-laktamase kromosomal (yang produksi oleh enterobakter). Ceftriaxone cukup efektif mengatasi S. aureus dan S. pneumoniae. Obat ini dibersihkan oleh ginjal dan memiliki waktu paruh 2 jam. Ceftriaxone cukup efektif terhadap kebanyakan galur streptokokus yang resisten terhadap penicillin.Efek samping sefalosporin menyebabkan sensitisasi dan dapat menimbulkan berbagai hipersensitvitas seperti yang ditimbulkan penisillin, seperti anafilaksis, demam, ruam kulit, nefritis, granulositopenia, dan anemia hemolitik. Tetapi inti kimiawi sefalosporin cukup berbeda dari inti kimiawi penisillin sehingga beberapa individu dengan riwayat alergi penisillin dapat menoleransi sefalosporin.Toksisitas iritasi lokal dapat menimbulkan nyeri hebat pascainjeksi intramuskular dan tromboflebitis pascainjeksi intravena. Toksisitas ginjal termasuk nefritis interstisial dan bahkan nekrosis tubulis, telah terbukti terjadi dan menyebabkan ditariknya sefaloridin dari pasaran. Sefalosporin yang mengandung gugus metiltiotetrazol sering menyebabkan hipoprotrombinemia dan kelainan pendarahan. Pemberian vitamin K1, 10 mg 2 kali seminggu, dapat mencegah hal ini obat yang memiliki cincin metiltiotetrazol juga dapat menimbulkan reaksi seperti disulfiram berat, akibatnya alkohol dan obat-obatan yang mengandung alkohol tidak boleh digunakan.

Page 2: Resus Blok 16

Farmakoterapi untuk pasien CAP (Community-Acquired Pneumonia) dibedakan menjadi outpatient dan inpatient, yang dimaksud dengan inpatient adalah pasien yang dirawat inap di Rumah Sakit. Untuk pasien CAP inpatient direkomendasikan diberikan intravena β-laktamase (cefotaxime [Claforan] atau ceftrixone [Rocephin]) ditambah makrolida atau fluorquinolone sebagai alternatif dari makrolida. Monoterapi dengan fluorquinolone tidak direkomendasikan. CAP tidak lagi diberikan Penicillin karena kejadian resistensi terhadap Penicillin sudah banyak terjadi untuk menangani strain pneumococcal. Sehingga untuk kasus ini penanganan dokter sudah tepat dikarenakan obat yang digunakan adalah ceftriaxone (β-laktamase) dan azithromycin (makrolida).

D. Dokumentasi Nama Pasien : MUmur : 69 tahunAlamat : Tapen RT 15 Sedayu BantulPekerjaan : Pekerja lepasPasien dibawa ke RS PKU MUHAMMADIYAH UNIT 1 : 28 Februari 2013

Alasan ke rumah sakit :

- Demam- Perut sebah- Post minum minyak tanah ± 5-10 cc jam 10.00 pagi- Abd : kesan ascites

Diagnosis awal :- obs. intoksikasi minyak tanah- obs. febris hari 1Tindakan UGD infus RL, inj. Ranitidin 1 amp IV, inj. novalgin 1 amp IV

Foto Radiologi

Thorax dewasa 28 februari 2013

- perselubungan semiopaq pneumonia inhomogen di paracardial kiri, susp. pneumonia- besar cor normal

Thorax dewasa 5 Maret 2013

Dibanding foto thorax tgl 28 februari 2013 tampak - perselubungan semiopaq homogen di paracardial kanan dan kiri bertambah- lain-lain stasionerKesan :- pneumonia, dibanding foto lama, pneumonia bertambah

USG Biasa 8 Maret 2013

Page 3: Resus Blok 16

USG upper abdomen :Hepar : - echostruktur normal, sudut lancip, THBD tak prominen, tak tampak massa/nodulVF :- ukuran tampak melebar, dinding licin, lumen sonoluscen, tak tampak massa/batu/sludgePancreas :- echostruktur normal, tak tampak massaLien :- echostruktur normal, tak tampak massaRen dextra et sinistra :- echostruktur normal, pyramid tak prominen, SPC tak melebar, tak tampak massa/batuKesan :- sonografi mengarah gambaran hydrops VF- Tak tampak kelainan pada organ-organ yang lain

Pemeriksaan Laboratorium

Hematologi 28 Februari 2013 - Leukosit : 20.7 N : 4-10 rb/uL

Hitung Jenis Leukosit- Neutrofil : 89 N : 50-70 %- Limfosit : 7 N : 25-40 %

Hematologi 3 Maret 2013 - Leukosit : 20.1 N : 4-10 rb/uL

Jenis pemeriksaan kimia klinik 6 Maret 2013 - SGOT : 34 N : <31 u/l- SGPT : 23 N : <34 u/l- Ureum : 39 N : 21-43 mg/dl- Kreatinin : 0.9 N : <1.3 mg/dl

Referensi

1. Katzung. 2007. Farmakologi Dasar & Klinik Edisi 10. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.2. www.aafp.org/afp . Diagnosis and Treatment of Community-Acquired Pneumonia3. Heffelfinger JD, Dowell, SF, Jorgensen JH, et al. Management of community-acquired

pneumonia in the era of pneumococcal drug resistance. Arch Intern Med. 2000;160:1399-1408

Dosen Pembimbing

( dr. Maria Ulfa, MMR )