respiratory
DESCRIPTION
pbl blok 7TRANSCRIPT
Struktur dan Mekanisme Pernapasan pada Kasus Sesak Napas
Yohana Boru Sidabalok
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
Email: [email protected]
Abstrak Secara sistematis sistem pernafasan dibagi menjadi dua, yaitu saluran pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah. Organ saluran pernafasan atas terletak di luar toraks, atau rongga dada, sementara saluran pernafasan bawah terletak hampir seluruhnya di dalam toraks. Saluran pernafasan atas terbagi atas bagian hidung, nasofaring, orofaring, laringofaring, dan laring. Lalu, saluran pernafasan bagian bawah terbagi atas trakea, semua segmen percabangan bronkus dan paru-paru. Kontrol pernapasan melibatkan generator pola sentral pada batang otak yang mengatur irama dasar dan pola ventilasi serta kontrol otot respirasi. Generator pola sentral adalah suatu jaringan kompleks yang meliputi kelompok-kelompok difus neuron respiratori pada pons dan medula. Inspirasi adalah proses aktif karena membutuhkan kontraksi otot pernafasan. Otot pernafasan yang utama adalah diafragma dan intercostalis. Proses ekspirasi adalah proses pasif karena tidak memerlukan kontraksi otot. Penurunan volume udara dalam paru dan rongga dada terjadi karena elastic recoil dari jaringan paru dan rongga dada. Elastic recoil adalah kecenderungan untuk kembali ke posisi/bentuk semula setelah teregang.
kata kunci: pernafasan, inspirasi, ekspirasi
Abstract
Systematically respiratory system is divided into two, namely the upper respiratory and lower
respiratory tract. Upper respiratory tract organs located outside the thorax, or chest cavity, while the
lower respiratory tract is located almost entirely within the thorax. Upper respiratory tract consists of
the nose, nasopharynx, oropharynx, laringofaring, and larynx. Then, lower respiratory tract consists
of the trachea, all segments of the bronchial tree and lungs. Control of breathing involves the central
pattern generator in the brain stem that regulates basic rhythms and patterns of ventilation and
respiratory muscle control. The central pattern generator is a complex network which includes
groups diffuse respiratory neurons in the pons and medulla. Inspiration is an active process because
it requires contraction of the respiratory muscles. The main respiratory muscle is the diaphragm and
intercostalis. The process of expiration is a passive process because it does not require muscle
contraction. A decrease in the volume of air in the lungs and chest cavity occurs because of elastic
recoil of the lung tissue and chest cavity. Elastic recoil is a tendency to return to the position / shape
after being stretched.
key word: respiratory, inspiration, expiration
1
Pendahuluan
Pernapasan merupakan satu proses pertukaran gas-gas respirasi yaitu oksigen dan
karbondioksida. Fungsi utama pernapasan adalah untuk menyediakan oksigen untuk
kelangsungan proses metabolisme sel-sel tubuh dan mngeluarkan karbon dioksida hasil dari
metabolisme tersebut. Sistem pernapasan meliputi saluran pernapasan yang berfungsi dalam
konduksi udara bermula dari rongga hidung, pharynx, larynx sehingga paru, organ pertukaran
gas, dan sistem sirkulasi darah yang membawa oksigen ke jaringan tubuh dan membawa
karbondioksida ke alveolus. Proses bernapas terjadi akibat dari inspirasi dan ekspirasi,
yangdiakibatkan oleh kontraksi otot-otot interkostal dan diafragma. Setelah oksigen
disalurkan ke paru, akan berlaku proses difusi dan transportasi gas tersebut ke
kapiler darah seterusnyake jaringan dalam tubuh yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Volume dan kapasitas parusetiap individu akan berbeda dengan individu yang lain, dan hal
ini dapat ditentukan melalui pengukuran kapasitas paru dengan menggunakan spirometri.1
Struktur Organ Pernafasan
Secara sistematis sistem pernafasan dibagi menjadi dua, yaitu saluran pernafasan atas
dan saluran pernafasan bawah. Organ saluran pernafasan atas terletak di luar toraks, atau
rongga dada, sementara saluran pernafasan bawah terletak hampir seluruhnya di dalam
toraks. Saluran pernafasan atas terbagi atas bagian hidung, nasofaring, orofaring,
laringofaring, dan laring. Lalu, saluran pernafasan bagian bawah terbagi atas trakea, semua
segmen percabangan bronkus dan paru-paru. Sedangkan jika dilihat dari fungsinya, sistem
pernafasan juga mencakup beberapa struktur aksesori, termasuk rongga mulut, sangkar iga,
dan diafragma.2
I. Saluran Nafas Bagian Atas
Saluran nafas bagian atas ini berfungsi untuk menghangatkan, menyaring, dan
melembabkan udara yang masuk ke dalam tubuh. Organ saluran nafas bagian atas adalah
sebagai berikut:
1.Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga
hidung berlapis selaput lendir, didalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan
kelenjar keringat (kelenjar sudoridera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang
masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal didalam
cavumnasi yang disebut vestibulum yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk
bersama udara.3
2
Gambar 1. Rongga hidung4
Di dinding lateralnya terdapat 3 tonjolan tulang yaitu chonca nasalis superior
(epitelkhusus), choncha nasalis medius dan chonca nasalis inferior (epitel bertingkat thorak
bersilia bersel goblet). Dimana chonca nasalis inferior terdapat banyak plexus venosus yang
disebutsweet bodies, yang berfungsi untuk menghangatkan udara pernapasan melalui hidung.
Disebelah posterior rongga hidung terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang
yangdisebut choanae. Sedangkan yang berhubungan dengan lubang hidung anterior atau
kearahwajah disebut nares. Penyangga hidung terdiri dari tulang dan tulang rawan hialin.
Rangka bagian tulang terdiri dari os nasale, processus frontalis os maxillaris dan bagian nasa
osfrontalis. Rangka tulang rawan hialinnya terdiri dari cartilago septum nasi, cartilago
lateralisnasi dan cartilago ala nasi major at minor. Otot yang melapisi hidung merupakan
bagian dari otot wajah. Otot hidung tersusundari musculus nasalis dan musculus depressor
septum nasi.5 Perdarahan hidung bagian luar disuplai oleh cabang-cabang arteri facialis,
arteridorsalis nasi cabang arteri opthalmika dan arteri infraorbitalis cabang arteri maxillris
interna.Pembuluh baliknya menuju vena facialis dan vena opthalmica. Sedangkan perdarahan
untuk rongga hidung terdiri dari arteri ethmoidalis anterior dan posterior, arteri
sphenopalatinacabang maxillaris interna, arteri palatina mayor dan arteri labialis superior.
Vena pada rongga hidung akan membentuk plexus cavernosus yang terdiri dari venasphenopa
latina, vena facialis dan vena ethmoidalis anterior dan berakhir di vena opthalmica.3
3
Gambar 2. Otot hidung6
Persarafan otot-otot hidung oleh nervus facialis pada bagian motoriknya. Kulit
sisimedial punggung hidung sampai ujung hidung dipersarafi oleh cabang-cabang
infratrochlearisdan nasalis externus nervus opthalmicus/ N. V.1; kulit sisi lateral hidung
dipersarafi olehcabang infraorbitalis nervus maxillaris/ N. V. 2. Sedangkan untuk rongga
hidung dipersarafioleh nervus 1, nervus V, nervus ethmoidalis anterior, nervus infraorbitalis
dan nervus canalis pterygoidei.3 Kemoreseptor penghidu terletak di epitel olfaktorius/ N. 1
yaitu suatu daerah khusus dari membran mukosa yang terdapat pada pertengahan kavum nasi
dan pada permukaanchonca nasalis superior. Epitel olfaktorius adalah epitel bertingkat torak
bersilia yang terdiriatas 3 jenis sel yaitu sel ofaktorius, sel penyokong dan sel basal. Dari
nervus olfaktorius iniakan membentuk bulbus olfaktorius dengan bersinaps pada dendrit-
dendrit sel mitralmembentuk glomerulus olfaktorius dan akson sel mitral membentuk traktus
olfaktorius. Dari traktus olfaktorius impuls penghidu dihantarkan kepusat penghidu dikorteks
serebri yaituuncus dan bagian anterior gyrus hipokampus dan terakhir kehipotalamus dan
sistem limbik.7
2. Sinus Paranasalis
Sinus maksilaris terletak di dalam korpus tulang maksila, membuka ke meatus media.
Karena orifisium terletak dibagian atas sinus, pengosongannya tidak mudah. Sinus frontalis
berada pada kedua sisi garis tengah, tepat diatas bagian medial orbita. Mengalir ke meastus
media. Sinus etmoidalis berada di dalam korpus tulang etmoidalis sehingga terletak di
dinding medial orbita. Mengalir ke meatus media dan superior. Sinus sfenoidalis dalam
korpus tulang sfenoidalis. Mengalir ke resesusfeno-etmoidalis.8,9
4
3.Nasofaring
Nasofaring bersama orofaring, dan laringofaring merupakan bagian dari faring.Faring
sendiri merupakan percabangan dua saluran yakni traktus digestivus dan traktusrespiratorius.
Faring berperan dalam proses menelan makanan. Rongga nasofaring ini tidak pernah tertutup,
berbeda dari orofaring dan laringofaring. Nasofaring berhubungan dengan rongga hidung
melalui choanae. Sedangkan yang berhubungan dengan orofaring melalui isthimus
pharingeum.7
Pada nasofaring ini terdapat pharyngeal tonsil dan tuba eustachius. Nasofaring ini
tersusun atas epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet.3
Gambar 3. Nasofaring, Orofaring & Laringofaring10
4.Orofaring
Orofaring merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring, disini terdapat
pula pangkal lidah. Pada dinding lateralnya terdapat tonsilla palatina yang masing-masingnya
terletak disinus tonsillaris. Berhubungan dengan rongga mulut melalui isthmus
oropharingeum. Makanan dalam bentuk bolus dari rongga mulut didorong masuk
keorofaring. Bolus menekan uvula (tekak) sehingga menutup saluran menuju ke hidung. Hal
ini menjaga supaya makanan yang masuk tidak keluar ke hidung. Proses dilanjutkandengan
menurunnya epiglotis yang menutup glotis. Bolus melalui laringofaring dan masuk ke
esophagus.7 Orofaring tersusun atas epitel berlapis gepeng tidak bertanduk.3
5
Gambar 4. Proses menelan11
5.Laringofaring
Pada laringofaring ini terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan.
Laringofaring terdiri dari epitel bervariasi tetapi sebagian besar terdiri dari epitel berlapis
gepeng tidak bertanduk.Laringofaring akan berhubungan dengan laring melalui
adituslaringis.3
6.Faring
Gambar 5. Faring & Laring12
Pada faring terdapat tiga otot lingkar/sirkular yakni musculus contrictor
pharingisinferior, musculus contrictor pharingis medius dan musculus constrictor
pharingissuperior, serta tiga otot yang masing-masing turun dari processus styloideus,
torustubarius cartilaginis tubae auditiva dan palatum molle, yakni musculus
6
stylopharingeus,musculus salpingopharingeus dan musculus palatopharingeus. Perdarahan
pada faring berasal dari arteri pharingea ascendens, arteri palatinaascendens dan ramus
ronsillaris cabang arteri facialis, arteri palatina major dan artericanalis ptrygoidea cabang
arteri maxillaris interna dan rami dorsales linguae cabang arterilingualis. Pembulih balik
membentuk sebuah plexus yang keatas berhubungan dengan plexus pterygoidea dan ke arah
bawah bermuara kedalam vena jugularis interna dan vena facialis. Persarafan pada faring
berasal dari plexus pharingeus yang terdiri dari nervus palatina minor dan nervus
glossopharing.5
7.Laring
Laring sering disebut kotak suara, nama yang menunjukan salah satu fungsinya,yaitu
berbicara adalah saluran pendek yang menghubungkan faring dengan trakea.
Laringmemungkinkan udara mengalir di dalam struktur ini, dan mencegah benda padat
agar tidak masuk ke dalam trakea.2 Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi
olehtulang rawan. Terdiri atas cartilago threoidea, cartilago cricoidea dan cartilago
arytaenoidyang merupakan tulang rawan hialin dan cartilago epiglotis, cartilago cuneiformis
dancartilago corniculata yang merupakan tulang rawan elastis.5 Laring berada diantara
orofaring dan trakea, dianterior laringofaring. Tersusun atasepitel bertingkat thorak bersilia
bersel gepeng kecuali ujing plika vokalis meerupakanepitel berlapis gepeng tidak bertanduk.3
Laring dapat ditutup oleh katup pangkaltenggorok (epiglotis). Epiglotis atau kartilago
epligotik adalah kartilago yang paling atas, bentuknya seperti lidah dan keseluruhannya
dilapisi oleh membran mukosa. Selamamenelan, laring bergerak ke atas dan epiglotis tertekan
ke bawah menutup glotis.2 Gerakan ini mencegah masuknya makanan atau cairan ke dalam
laring. Dibagian bawah epiglotis terdapat dua lipatan mukosa yang menonjol ke arahlumen
laring. Pasangan lipatan mukosa bagian atas menutupi ligamentum ventriculare
danmembentuk plica vestibularis, celah antara kedua plica ventricularis disebut rimavestibuli.
Pasangan lipatan mukosa dibagian bawah menutupi ligamentum vocale danmembentuk plica
vocalis yang berkaitan dengan pembentukan suara. Kedua plica vocalisini bersama
permukaan medial kedua cartilago arytaenoid membentuk rima glotidis/glotis.Dimana
terdapat bagian yang sejajar dengan ligamnetum vocale terdapat otot skelet yangdisebut
musculus vokalis yang berfungsi untuk mengatur ketengan pita suara danligamentum
sehingga udara yang melalui pita suara dpat menimbulkan suara dengan nadayang berbeda-
beda.13 Otot pada laring terbagi menjadi dua kelompok yakni kelompok ekstrinsik
dankelompok intrinsik. Otot-otot ekstrinsik menghubungkan laring dengan
sekitarnyadan berperan dalam proses menelan; termasuk otot tersebut adalah musculussternot
7
hyreoideus, musculus thyreohyoid dan musculus constrictor pharingis inferior.Sedangkan
musculus intrinsik laring berperan untuk fonasi. Otot yang termasuk dalammusculus intrinsik
laring adalah musculus cricoarytaenoid posterior, musculuscricoarytaenoid lateral, musculus
arytaenoid obliquus, musculus arytaenoid transversus,musculus thyreoarytaenoid, musculus
aryepigloticcus dan sekitarnya.Perdarahan utama laring berasal dari cabang-cabang artery
thyreodea superior danarteri thyroidea inferior. Persarafan berasal dari cabang-cabang
internus dan externusnervus laringeus superior dan nervus reccuren dan saraf simpatis.5
II. Saluran Nafas Bagian Bawah
1.Trakea
Gambar 6. Trakea14
Trakea merupakan pipa silinder dengan panjang kurang lebih 11cm, berbentuk
¾cincin tulang rawan seperti huruf C. Bagian belakang dihubungkan oleh
membranfibroelastik yang menempel pada bagian depan oesofagus. Trakea berjalan dari
cartilagocricoidea ke bawah pada bagian depan leher dan di belakang manubrium sterni,
berakhir pada setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni) tempatnya
berakhir, membagi menjadi bronkus kiri dan kanan. Didalam leher, trakea disilang dibagian
depan pleh isthmus hlandula thyroidhea dan beberapa vena.15 trakea terdiri dario 16-20
cartilago berbentuk C yang dihubungkan oleh jaringan fibrosa. Konstruksi trakeasedemikian
rupa sehingga tetap terbuka pada semua posisi kepala dan leher. Trakea diperdarahi oleh
8
arteri thyreodea inferior sedangkan ujung thoracalnyadidarahi oleh cabang arteri bronchiales.
Persarafan trakea berasal dari cabang trachealnervus vagi, nervus recurrens dan truncus
symphaticus.5
2.Bronkus
Trakea yang berbifurkasio menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus
kiri. Bronkus kanan lebih lebar, pendek, dan lebih vertikal dari bronkus kiri. Setiap bronkus
sekitar setengah dari diameter trakea dan terdiri dari kartilago yangsama, hanya dengan skala
lebih kecil, yang dihubungkan dengan jaringan fibrosa. Dindingnya dilapisi hanya sedikit otot
polos dan dilapisi epitel bersilia yangmengandung kelenjar mukus dan serosa. Struktur
bronkus sama dengan trakea, hanyadindingnya lebih halus, kedudukan bronkus kiri lebih
mendatar dibandingkan bronkuskanan sehingga bronkus kanan lebih mudah terserang
penyakit. Kedua bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira
vertebra torakalis kelima mempunyai struktur serupa dengan trakea dan di lapisioleh jenis sel
yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping kearah tampak paru-paru.
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar daripada yangkiri, sedikit lebih tinggi dari arteri
pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang yangdisebut bronkus pulmonaris. Trakea
terbelah menjadi dua bronkus utama. Bronkus ini bercabang lagi sebelum masuk paru-paru,
bronkus-bronkus pulmonaris bercabang dan beranting lagi banyak sekali. Saluran besar yang
mempertahankan struktur serupadengan yang dari trakea mempunyai dinding fibrosa
berotot yahng mengandung bahantulang rawan dan dilapisi epitelium bersilia. Makin kecil
salurannya, makin berkurangtulang rawannya dan akhirnya tinggal dinding fibrosa berotot
dan lapisan silia. Bronkus terminalis masuk ke dalam saluran yang agak lain yang
disebutvestibula, dan disini membran pelapisnya mulai berubah sifatnya, lapisan
epitelium bersilia diganti dengan sel epitelium yang pipih. Dari vestibula berjalan
beberapainfundibula dan di dalam dindingnya dijumpai kantong-kantong udara itu.
Kantongudara atau alveoli itu terdiri atas satu lapis tunggal sel epitelium pipih, dan
disinilahdarah hampir langsung bersentuhan dengan udara suatu jaringan pembuluh
darahkapiler mengitari alveoli dan pertukaran gas pun terjadi.3,15
3.Bronkioulus
Bronkiolus adalah percabangan dari bronkus. Saluran ini lebih halus dandindingnya
lebih tipis. Bronkiolus kiri berjumlah dua. Sedangkan bronkiolus kanan berjumlah tiga.
Percabangan ini membentuk cabang yang lebih halus seperti pembuluh.Setelah melalui
9
saluran hidung dan faring, tempat pernapasan dihangatkan dandilembabkan dengan uap air,
udara inspirasi berjalan menuruni trakea, melalui bronkiolus terminalis, bronkiolus
respiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris danalveolus. Antara trakea dan dan sakus
alveolaris terdapat 23 kali percabangan pertamasaluran udara. 16 percabangan pertama
saluran udara merupakan zona konduksi yangmenyalurkan udara kelingkungan luar. Bagian
ini terdiri dari bronkus, bronkiolusterminanalis. Tujuh percabangan berikutnya merupakan
zona peralihan dari zonarespirasi, tempat terjadinya pertukaran gas dan terdiri dari bronkiolus
respiratoriusmduktus alveolaris, sakus alveolaris dan alveoli.5 Dinding bronkus dan
bronkiolus dipersarafi oleh susunan saraf otonom.Ditemukan banyak reseptor muskarinik dan
perangsangan perangsangan kolinergik mengakibatkan bronkotriksi. Di sel mast, otot polos
dan epitel bronkus didapatkan reseptor adregenik β1dan β2. Banyak dari reseptor tersebut
tidak mempunyai persarafan.Sebagian reseptor terletak pada ganglia ujung saraf kolinergik
dan menghambat penglepasan asetilcolin.16
4.Paru-paru
Paru terletak di kedua sisi jantung di dalam rongga dada dan dikelilingi sertadijaga
oleh sangkar iga. Bagian dasar paru terletak di atas diafragma; bagian
apeks paru (ujung superior) terletak setinggi klavikula.2 Paru-paru kanan terdiri dari tigalobus
(superior, medial dan inferior). Paru-paru kiri terdiri dari dua lobus (superior daninferior).
Selaput pembungkus paru-paru disebut pleura.Pleura viseralis erat melapisi paru-paru, masuk
ke dalam fisura, dan dengandemikian memisahkan lobus saru dari yang lain. Membran ini
kemudian dilipatkembali di sebelah tampak paru-paru dan membentuk pleura parietalis, dan
melapisi bagian dalam dinding dada. Pleura yang melapisi iga-iga ialah pleura kostalis,
bagianyang menutupi diafragma ialah pleura diafragmatika, dan bagian yang terletak di
leher ialah pleura servikalis. Pleura ini diperkuat oleh membran yang kuat bernama membran
suprapleuralis (fasia sibson) dan di atas membran ini terletak arterisubklavia. Di antara kedua
lapisan pleura itu terdapat sedikit eksudat untuk meminyaki permukaannya dan
menghindarkan gesekan antara paru dan dinding dada yangsewaktu bernapas bergerak.
Dalam keadaan sehat, kedua lapisan itu satu dengan yanglain erat bersentuhan. Ruang atau
rongga pleura itu hanyalah ruang yang tidak nyata,tetapi dalam keadaan tidak normal udara
atau cairan memisahkan kedua pleura itu danruang diantaranya menjadi jelas. Pleura disusun
oleh jaringan ikat fibrosa dengan serat elastin dan kolagen dan sel fibroblas, dilapisi oleh sel
mesotel.5,13
Mekanisme pernafasan
10
Kontrol pernapasan melibatkan generator pola sentral pada batang otak yang
mengatur irama dasar dan pola ventilasi serta kontrol otot respirasi. Kontrol tersebut
dimodulasikan oleh pusat yang lebih tinggi dan umpan balik dari sensor, termasuk
kemoreseptor dan mekanoreseptor paru. Jaringan neural yang terlibat sangat kompleks, yang
merefleksikan kebutuhan untuk mengkoordinasikan ventilasi dengan fungsi-fungsi seperti
batuk, menelan dan vokalisasi.9,17
Generator pola sentral adalah suatu jaringan kompleks yang meliputi kelompok-
kelompok difus neuron respiratori pada pons dan medula. Kelompok ini mengandung neuron-
neuron inspiratori dan ekspiratori, dengan aktivitas yang berhubungan dengan inspirasi dan
ekspirasi, meskipun yang lain memperlihatkan hubungan yang lebih kompleks. Inhibisi
resipokal menunjukan bahwa aktivitas neuron inspirasi menghambat aktivitas neuron
ekspiratori, demikian pula sebaliknya.9
Medula mengandung dua kelompok neuron respiratori. Kelompok respiratori dorsal
(Dorsal Respiratory Group/ DRG) dalam nukleus traktus solitari mngandung neuron-neuron
inspiratori dan menerima input ascendens dari kemoreseptor sentral dan tepi/perifer, dan dari
reseptor paru melalui vagus. Medula ventrolateral mengandung suatu kolom neuron yang
memanjang dari nukleus retikularis lateralis sampai nukleus ambigus, yang terdiri dari
respiratori ventral (Ventrak Respiratory Group/VRG) kaudal (neuron ekspiratori) dan rostal
( neuron inspiratori) serta kompleks pre-Bötziger dan Bötziger. Meskipun mengandung
neuron-neuron dengan aktivitas intrinsik, kompleks pre- Bötziger hanya berhubungan
dengan napas yang tersengal-sengal (gasping), suatu mekanisme autoresusitatif setelah
hipoksia, karena pemotongan antara medula dengan pons cenderung menghilangkan eupnea
(napas normal) dan menyebabkan napas tersengal-sengal tanpa adanya input vagal. Output
descendes dari medula mengatur aktivitas nueron motorik otot repirasi.9,17
Pusat pneumotaksik terletak dalam nukleus parabrakialis dan nukleus Kölliker-Fuse
di pons, dan mempunyai peran penting pada eupnea dan memediasi respons terhadap
stimulus reseptor paru. Pusat terbentuk menerima input ascendens dari VRG, meskipun inpur
vagal dari reseptor-reseptor peregangan paru dijalankan melalui DRG. Input dari reseptor
peregangan penting untuk menentukan waktu irama respirasi utama untuk menghentikan
inspirasi seiring meningkatnya volume paru. Pada keadaan tanpa input vagal pemotongan
bagian tengah pons menyebabkan apneusis (usaha inspirasi memanjang), yang menunjukkan
secara tidak langsung pusat epneustatik pada pons dan kaudal (kemungkinan berhubungan
11
dengan nukleus Köliker-Fuse). Input descendens dari hipotalamus dan pusat yang lebih tinggi
memediasi efek-efek faktor seperti emosi dan temperatur pada pernapasan, tetapi eupnea
dipertahankan setelah pemotongan di atas pons, meskipun kontrol volunter hilang. Kontrol
volunter pernapasan dimediasi oleh neuron motorik dan korteks yang terdapat dalam traktus
piramidalis, yang memintas area-area respirasi medula dan pneumotaksik. Lesi batang otak
tertentu yang jarang terjadi dapat menyebabkan jalur volunter tetap intak sementara
mengganggu mekanisme batang otak, sehingga ventilasi dapat terhenti bila tertidur.9,17
Kontrol kimiawi ventilasi dimediasi melalui kemoreseptor pusat dan perifer, yang
mendeteksi PCO2 dan pH arterial (sentral dan perifer) serta PO2 (hanya perifer, dan
memodulasi ventilasi melalui suatu jaringan neuron-neuron yang tersebar didalam batang
otak). Kemoreseptor sentral terdiri dari suatu kumpulan difus neuron yang terletak dekat
permukaan venterolateral medula, dekat dengan keluarnya nervus kranialis kesembilan dan
sepuluh. Neuron-neuon tersebut sensitif terhadap pH cairan serebrospinal (CSS).
Kemoreseptor sentral menyebabkan 80% respon terhadap PCO2 pada manusia. Kemoreseptor
tersebut memiliki waktu respon yang lambat, karena CO2 harus berdifusi melewati sawar
darah otak. Kemoreseptor perifer berada dalam badam aorta dan badan karotis. Badan karotis
berespon terhadap peningkatan PCO2 atau [H+] dan penurunan PO2 dalam waktu yang relatif
cepat.8,18
Otot respirasi
Semua ottot inspirasi bekerja untuk meningkatkan volume toraks, yang menyebabkan
penurunan tekanan intrapleura dan alveolar sehingga menimbulkan gradien tekanan alveolar-
mulut, kemudian menarik udara ke dalam paru. Kubah diafragm, yang merupakan otot
inspirasi utama, bergerak turun ketika diafragma berkontraksi sekitar 1,5 cm selama
pernapasan tenang dan 6-7 cm selama pernapasan dalam. Selama pernapasan tenang iga
pertama tetap tidak bergerak dan otot interkostalis eksterna naik dan membalikan iga lainya,
yang meningkatkan baik diameter anterior-posterior maupun diameter tranversa dinding
dada, dan disebut aksi “menangani timba”. Dinding dada dan paru membesarnakan kembali
ke keadaan semula dengan sendirinya dan pernaparan tenang tidak memerlukan otot
respirasi.9
Ketika ventilasi atau resistensi terhadap pernapasan meningkat, otot-otot inspirasi
aksesorius membantu inspirasi. Otot-otot tersebut meliputi muskulus skalenus,
strenomastoidus, dan seratus anterior. Jika lengan difiksasi dengan cara memegangi tepi meja
12
kontraksi pektoralis major, yang dalam keadaan normal mengadaksi lengan, membantu
mengembangkan dada. Bila ventilasi mlebihi sekitar 40L/menit, terjadi aktivitas otot
abdomen (rektus abdiminis, obiliqus eksternus dan internus), yang mempercepat recoil
diafragma dengan meningkatkan tekanan intra-abdomen. 8
Pada pernapasan tenang, ventilasi sebagian besar bersifat diafragmatik, tetapi bila
nevus frenikus rusak, maka ventilasi normal dapat dipertahankan oleh otot-otot interkosta.9
Selama inspirasi normal kontraksi m interkostalis eksternal atas memperbesar
diameter A-P dari toraks atas; kontraksi m interkostalis kostalis eksternal bawah
memperbesar diameter tranversal toraks bawah; dan kontraksi diafragma memperpanjang
toraks internal internal ke arah vertikal. perubahan-perubahan ini meningkatkn volume paru
dan oleh karena itu menyebabkan reduksi tekanan intrapulmonal sehingga udara terhisap
kedalam paru-paru. Pada inspirasi dalam m sternokleidomastodeius, mm skaleus anterior dan
medius, m serratus anterior serta mm perkoralis mayor dan minor semua membantu
memaksimalkan kapasitas toraks. Semua otot ini bersama-sama disebut sebagai otot bantu
pernapasan. Ekspirasi sebagian besar terjadi akibat relaksasi pasif otot-otot inspirasi dan day
rekoil elastis dari paru-paru. Pada ekspirasi paksa otot-otot abdomen membantu mengangkat
diafragma. 8
Proses terjadinya aliran udara
Berdasarkan Hukum Boyle (P1/V1 = P2/ V2) tekanan udara dalam system tertutup
berbanding terbalik dengan volume, sehingga makin besar volume makin kecil tekanan
udaranya dan sebaliknya.17
Pada proses inspirasi dan ekspirasi terdapat perbedaan udara di dalam paru dan
atmosfer sehingga terjadi aliran udara. Aliran udara ini dari tekanan udara yang tinggi ke
tekanan udara yang rendah. Karena tekanan udara dan volume atsmofer tetap (760 mmHg)
maka aliran udara dapat terjadi karena perubahan volume dan tekanan udara dalam paru. 9,17
Tahap inspirasi
Sesaat sebelum inspirasi tekanan udara di dalam paru dan di luar paru sama besar
sekitar 760 mmHg sehingga tidak terjadi aliran udara. Inspirasi adalah proses aktif karena
13
membutuhkan kontraksi otot pernafasan. Otot pernafasan yang utama adalah diafragma dan
intercostalis. Selanjutnya mengawali proses inspirasi terjadi tahapan sebagai berikut:8,18
1. Otot diafragma dan otot intercostalis berkontraksi
2. Volume paru dan rongga dada bertambah sehingga tekanan udara paru berkurang
3. Tekanan udara di dalam paru 756 mmHg lebih rendah dari pada udara atmosfer 760 mmHg
4. Udara mengalir dari atsmosfer ke dalam paru
Pada kondisi pernafasan dipacu misalnya saat olahraga atau sesak nafas karena asma
maka terjadi kontraksi tambahan dari otot-otot respirasi aksesoris. Otot respirasi aksesoris
(tambahan) terdiri dari sternocleidomastoideum (elevasi sternum), scalene (elevasi 2 costa
pertama), pectoralis minor (elevasi kosta ke 3 sampai ke 5). Kontraksi ini bertujuan
meningkatkan volume rongga dada/paru sehingga makin cepat dan banyak aliran udaranya. 9,17
Tahap ekspirasi
Proses ekspirasi adalah proses pasif karena tidak memerlukan kontraksi otot.
Penurunan volume udara dalam paru dan rongga dada terjadi karena elastic recoil dari
jaringan paru dan rongga dada. Elastic recoil adalah kecenderungan untuk kembali ke
posisi/bentuk semula setelah teregang. Hal ini dimungkinkan karena 1) Recoil serabut elastic
yang teregang saat inspirasi, 2) tarikan kearah dalam (inward pull) karena tegangan
permukaan alveoli. Tahapan ekspirasi adalah sebagai berikut: 8,19
1. Otot diafragma dan otot intercostals eksterna berelaksasi
2. Volume paru dan rongga dada berkurang sehingga tekanan udara paru bertambah
3. Tekanan udara di dalam paru 762 mmHg lebih rendah dari pada udara atmosfer 760 mmHg
4. Udara mengalir dari paru ke atmosfer
Proses ekspirasi menjadi aktif pada saat pacuan pernafasan (forceful breathing) misalnya saat
memainkan alat music tiup atau olahraga. Otot-otot ekspirasi yang berkontraksi misalnya
adalah otot intercostalis interna dan otot abdomen. 9,17
Transport oksigen
Oksigen tidak mudah larut dalam air sehingga hanya sekitar 1.5% dari udara nafas
yang terlarut dalam plasma. Sebagian besar, sekitar 98.5% oksigen terikat dengan
14
hemoglobin dalam bentuk ikatan Hb-O2 (Oksihemoglobin) yang reaksinya reversible.
Oksigen yang bisa berdifusi ke jaringan adalah yang terlarut sehingga sangat penting
mempelajari factor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pelepasan ikatan oksigen
dengan hemoglobin. 8
Gas Dalam Darah
Unsur-unsur kimia dalam tubuh terdiri dari unsur makro dan mikro.20
Unsur makro gas dalam darah:
1. Oksigen 65,0%
2. Karbon 18,5%
3. Hidrogen 10,0%
4. Nitrogen 3,0%
5. Kalsium 1,2%
6. Fosfor 1,0%
7. Kalium 0,4%
8. Sulfur 0,3%
9. Natrium 0,2%
10. Magnesium 0,1%
11. Iodin 0,1%
12. Ferum 0,1%
Unsur mikro gas dalam darah :
Fluorin, mangan, molibden, selenium, vanadium, dan seng.
Faktor yang mempengaruhi ikatan Hb-O2
Temperatur
Semakin tinggi temperature jumlah oksigen yang lepas dari Hb juga akan meningkat.
Panas adalah hasil samping dari reaksi metabolisme jaringan. Semakin aktif metabolisme
akan membutuhkan semakin banyak oksigen dan semakin banyak asam dan panas yang
dihasilkan. Demikian juga sebaliknya, bila terjadi hypothermia (suhu tubuh turun)
metabolisme melambat dan kebutuhan oksigen berkurang, oksigen cenderung tetap terikat
pada Hb.9,17
Tekanan
15
Semakin naik tekanan, maka kelarutan gas dalam cairan naik. Karena jika tekanan
parsial gas meningkat maka menyebabkan kelarutan gas dalam darah juga meningkat.19
Adanya zat terlarut lain dalam larutan
Dengan adanya zat terlarut lainnya dalam pelarut dapat menaikkan atau menurunkan
kelarutan gas dalam larutan.20
Jika zat terlarut lain dalam larutan dapat bereaksi dengan gas terlarut maka kelarutan
gas akan naik.
Contoh : CO2 dalam larutan NaOH
CO2(aq)+2NaOH(aq)→ Na2CO3(aq) + H2O(aq)
Sebaliknya, jika zat terlarut lain dalam kelarutan tidak dapat bereaksi dengan gas
terlarut, maka kelarutan gas akan berkurang.
Contoh : O2 dalam NaCl
Respon Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Jaringan
Faktor-faktor yang pada dasarnya merupakan cerminan perubahan aktivitas metabolic
jaringan yang kebutuhan oksigen yang meningkat atau menurun. Misalnya saat olahraga,
metabolisme jaringan otot yang meningkat akan membutuhkan banyak oksigen yang
dipenuhi dari oksigen yang bisa lepas (terdisosiasi) dari ikatannya dengan hemoglobin. Di
sisi lain peningkatan aktivitas metabolisme ini akan menghasilkan makin banyak asam laktat
dan asam karbonat (makin asam, pH turun), peningkatan CO2 yang dihasilkan (PCO2 naik
dan selanjutnya H+ naik), peningkatan panas yang dihasilkan (temperature naik), dan
peningkatan kadar 2-3 Bifosfogliserat sebagai akibat dari proses glikolisis. Penurunan pH,
peningkatan PCO2, temperature dan kadar BPG menggeser kurva disosiasi ke kanan yang
artinya afinitas oksigen hemoglobin menurun. Akibatnya oksigen akan mudah dilepaskan
dari ikatannya dengan hemoglobin, terlarut dan berdifusi ke jaringan yang membutuhkan.9,17
Transport karbondioksida
Di dalam darah CO2 ditransport dalam 3 bentuk utama yaitu 1) CO2 terlarut, 2)
Senyawa Karbomino dan 3) Ion Bikarbonat.9
CO2 terlarut
16
Merupakan bentuk transport sekitar 7 % dari semua CO2 dalam darah. Ketika darah
mencapai paru, CO2 terlarut berdifusi dan dilepaskan ke udara alveoli. 18
Senyawa Karbomino
Sekitar 23 % dari transport CO2 dalam darah dalam bentuk ikatan dengan gugus amin
pada asam amino dan protein darah. Karena protein paling banyak dalam darah adalah
hemoglobin, maka CO2 mayoritas membentuk ikatan dengan Hemoglobin (Hb-CO2,
Karbominohemoglobin). Pembentukan HB-CO2 dipengaruhi oleh PCO2, semakin tinggi
PCO2 semakin mudah terbentuk ikatan CO2 dengan hemoglobin. Misalnya di darah lewat
jaringan yang PCO2 relatif tinggi (karena hasil metabolisme jaringan) maka Hb-CO2 mudah
terbentuk. Begitu pula sebaliknya, bila sudah sampai di kapiler paru, karena PCO2 menurun
makan CO2 akan terlepas dari ikatan dengan Hb kemudian berdifusi menembus membrane
alveoli. 8,19
Ion Bikarbonat
Sebagian besar 70% CO2 darah berada dalam bentuk ion bikarbionat (HCO3-). Ketika
CO2 berdifusi ke kapiler sistemik dan masuk ke dalam eritrosit, CO2 akan bereaksi dengan
H2O membentuk asam karbonat (H2CO3) dengan bantuan enzim karbonik anhidrase. H2CO3
selanjutnya berdisosiasi menjadi H+ dan HCO3- dan terakumulasi di dalam eritrosit. Sebagian
HCO3- akan berdfusi keluar dari eritrosit ke plasma sesuai dengan gradient konsentrasinya.
Sebagai penukarnya ion Cl- masuk dari plasma ke eritrosit untuk menjaga keseimbangan
elektrik antara sitosol eritrosit dengan plasma. Peristiwa ini disebut “Chloride Shift”. Jadi
setelah CO2 diambil dari jaringan akan ditransport dalam bentuk ion HCO3- plasma. Ketika
darah melewati pembuluh kapiler paru maka reaksi sebaliknya yang terjadi dan CO2
dikeluarkan dari eritrosit ke plasma lalu ke alveoli dan dihembuskan keluar.9,17
Jumlah CO2 yang dapat ditransport dalam darah tergantung persentasi saturasi Hb-O2.
Semakin rendah jumlah Hb-O2, semakin tinggi kapasitas Hb mengikat CO2 (Haldane Effect).
Karakteristik peningkatan deoksihemoglobin meningkatkan Haldane effect adalah 1)
Deoksihemoglobin dapat terikat dan mentransport lebih banyak CO2 daripada Hb-O2, 2)
Deoksihemoglobin dapat membuffer H+ dari pada Hb-O2. Deoksihemoglobin dapat terikat
dengan H+, mengambil H+ sehingga meningkatkan konversi CO2 menjadi HCO3- melalui
reaksi yang dikatalis karbonik anhidrase (menggeser keseimbangan reaksi cenderung ke arah
kanan). 18
17
Ringkasan Pertukaran dan Transport Gas di Paru dan Jaringan
Darah miskin oksigen (deoksihemoglobin) mengalir menuju kapiler pulmoner
mengandung CO2 dalam bentuk terlarut dalam plasma, Hb-CO2 dan dalam bentuk HCO3-
dalam eritrosit. Eritrosit juga mengangkut H+ yang sebagian dalam bentuk ikatan Hb-H+.
Pada saat darah sampai di kapiler pulmoner, molekul CO2 terlarut dan CO2 yang terlepas dari
ikatan Hb-CO2 akan berdifusi ke udara alveoli dan dihembuskan keluar (karena perbedaan
PCO2, PCO2 udara alveoli lebih rendah). Pada saat yang sama O2 yang dihirup akan berdifusi
dari udara alveoli dalam eritrosit dan berikatan dengan Hb (yang terbebas dari CO2)
membentuk oksihemoglobin (Hb-O2). Karbondioksida bentuk HCO3+ juga dilepas dari dalam
eritrosit melalui reaksi ikatan H+ dengan HCO3 membentuk H2CO3 lalu terpecah menjadi CO2
dan H2O yang berdifusi ke luar eritrosit. Karena penurunan HCO3+ dalam eritrosit maka
HCO3+ berdifusi dari plasma ke erirosit dan bertukar dengan keluarnya ion Cl-. Akhirnya
darah berasal dari paru akan mengalami peningkatan kadar O2 dan penurunan kadar CO2 dan
H+. Pada kapiler sistemik, karena jaringan memakai O2 dan memproduksi CO2 maka reaksi
berjalan sebaliknya. 8,19
Pertukaran oksigen dan karbondioksida
Pertukaran O2 dan CO2 dalam darah terjadi karena perbedaan tekanan parsial.
Tekanan parsial O2 (PO2) darah yang kaya oksigen di arteri adalah 100 mmHg sedangkan
tekan parsial CO2 (PCO2) sebesar 40 mmHg. Sel jaringan tubuh mempunyai PO2 40 mmHg
dan PCO2 45 mmHg. Perbedaan tekanan ini membuat pertukaran O2 dari darah arteri (PO2
100 mmHg) ke sel jaringan (PO2 40 mmHg). Sebaliknya, CO2 bertukar dari jaringan (PCO2
45 mmHg) ke darah (PCO2 40 mmHg). Setelah dari jaringan akhirnya darah vena juga
mengandung PCO2 45 mmHg dan PCO2 40 mmHg yang sama dengan jaringan. Darah vena
kemudian sampai ke paru. Gas dalam alveoli mempunyai PO2 105 mmHg dan PCO2 40
mmHg. Sama seperti di jaringan, perbedaan tekanan parsial ini membuat pertukaran O2 dari
udara dalam alveoli (PO2 105 mmHg) ke darah (PO2 40 mmHg). Sebaliknya, CO2 bertukar
dari darah(PCO2 45 mmHg) ke udara alveoli (PCO2 40 mmHg). Antara udara dalam alveoli
18
dan udara atmosfer juga terjadi pertukaran gas CO dari alveoli (PCO2 40 mmHg) ke udara
atmosfer (PCO2 0,3 mmHg), sebaliknya O2 dari udara atmosfer (PO2 158 mmHg) ke udara
alveoli (PO2 45 mmHg). 9,18
Kadar O2 dan CO2 jaringan tergantung aktivitas sel penyusun jaringan. Pada kondisi
istirahat, jaringan hanya butuh 25% oksigen dari darah yang teroksigenasi sehingga terjadi
retensi 75% oksigen. Pada kondisi olahraga, akan lebih banyk lagi oksigen yang berdifusi ke
sel jaringan yang aktif secara metabolik. Sel aktif memakai lebih banyak oksigen untuk
menghasilkan ATP sehingga kandungan oksigen dalam darah turun di bawah 75% . 9,17
Faktor yang berpengaruh terhadap kecepatan pertukaran gas
Pertukaran gas antara udara alveoli dan darah melalui struktur yang disebut membran
respirasi. membran respirasi terdiri dari struktur dinding alveoli dan dinding pembuluh darah.
Secara lebih rinci, antara rongga alveoli sampai ke plasma darah melewati struktur yang
terbentuk dari 1) Lapisan sel alveoli tipe I dan II (dan makrofag) yang membentuk dinding
alveoli, 2) epitel membran basal di bawah dinding alveoli, 3) kapiler membran basal yang
sering berfusi dengan epitel membran basal dan 4) endotel kapiler. Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap kecepatan pertukaran gas melalui membran respirasi adalah sebagai
berikut: 8,20
Perbedaan tekanan parsial
Semakin besar perbedaan tekanan parsial semakin cepat pertukaran gas terjadi. Pada
saat olahraga, perbedaan PO2 dan PCO2 antara udara alveoli di dalam darah makin besar
sehingga pertukaran juga terjadi lebih cepat. Tekanan parsial gas dalam alveoli juga
tergantung cepat atau lambatnya aliran udara yang masuk (terkait force otot dan resistensi).
Obat morfin dapat melambatkan pertukaran ini kemungkinan karena menurunkan frekuensi
nafas. Pada dataran tinggi yang tekanan total atmosfer menurun (<760 mmHg)
mengakibatkan tekanan parsial gas penyusun juga menurun. Bila tekanan parsial oksigen di
atmosfer turun maka terjadi juga penurunan PO2 dalam alveoli sehingga pertukaran O2 antara
udara alveoli dan darah juga melambat. Lambatnya pertukaran O2 ini menyebabkan kadar O2
dalam darah juga rendah. 8,19
19
Luas permukaan untuk pertukaran gas
Permukaan alveoli sangat luas (total 300 juta alveoli dengan luas permukaan sekitar
70 m2) sehingga menyebabkan pertukaran udara bisa terjadi dengan cepat. Pada kondisi yang
menurunkan luas permukaan membrane misalnya pada emfisema, pertukaran gas terjadi lebih
lambat. 9,19
Jarak difusi yang harus dilalui
membrane respirasi sangat tipis sekitar 0,5 mikro (1/16 diameter eritrosit) sehingga
mempercepat difusi gas. Adanya cairan diantara alveoli misalnya edema paru akan
memperlambat kecepatan pertukaran gas karena jarak difusi meningkat. 8,18
Berat molekul dan tingkat kelarutan gas
Oksigen mempunyai berat molekul yang lebih rendah daripada CO2 sehingga difusi
melalui membrane respiratori juga lebih cepat. Namun kelarutan CO2 24 kali lipat daripada
O2 sehingga pada akhirnya CO2 berdifusi 20 kali lebih cepat dari O2. Akibatnya ketika difusi
berjalan lebih lambat misalnya pada emfisema dan edem paru, maka hipoksia (kekurangan
O2) terjadi lebih dahulu daripada retensi CO yang berarti (hiperkapnia). 9,17
Spirometri
Spirometri adalah salah satu metode sederhana yang dapat digunakan untuk
mempelajari ventilasi paru, yaitu dengan mencatat volume udara yang masuk dan keluar
paru. Spirometer terdiri dari sebuah drum yang dibalikkan di atas bak air dan diimbangi oleh
suatu beban. Di dalam drum terdapat gas untuk bernapas, biasanya udara atau oksigen.
Terdapat sebuah pipa yang menghubungkan mulut dengan ruang gas. Bila seseorang
bernapas melalui pipa tersebut, drum akan naik turun dan terjadi perekaman yang sesuai pada
gulungan kertas yang berputar. 18
Volume Paru
Pada bagian kiri gambar dituliskan empat volume paru. Bila semuanya dijumlahkan,
sama dengan volume maksimal paru yang mengembang. Penjelasan dari masing-masing
volume ini adalah sebagai berikut. 17,18
1. Volume tidal (VT) adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi setiap kali
bernapas normal; besarnya kira-kira 500 mililiter.
20
2. Volume cadangan inspirasi (IRV) adalah volume udara ekstra yang dapat diinspirasi
setelah dan di atas volume tidal normal bila dilakukan inspirasi kuat dengan kontraksi
maksimal dari diafragma, m. intercostalis externi, dan otot inspirasi aksesori; biasanya
mencapai 3000 mililiter.
3. Volume cadangan ekspirasi (ERV) adalah volume udara ekstra maksimal yang dapat
diekspirasi melalui ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi tidak normal; jumlah normalnya
adalah sekitar 1100 mililiter.
4. Volume residu (RV) yaitu volume udara yang masih tetap berada di paru setelah ekspirasi
paling kuat; volume ini besarnya kira-kira 1200 mililiter. Volume residu tidak dapat diukur
dengan spirometer karena volume udaranya tidak masuk maupun keluar dari paru. 17,19
Kapasitas Paru
1. Kapasitas inspirasi (IC) sama dengan volume tidal ditambah volume cadangan inspirasi.
Ini adalah jumlah udara (kira-kira) 3500 mililiter yang dapat dihirup oleh seseorang, dimulai
pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai jumlah maksimum.
2. Kapasitas residu fungsional (FRC) sama dengan volume cadangan ekspirasi ditambah
volume residu. Ini adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi normal
(kira-kira 2300 mililiter).
3. Kapasitas vital (VC) sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume tidal dan
volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan
seseorang dari paru setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan kemudian
mengeluarkan sebanyak-banyaknya (kira-kira 4600 mililiter). Nilai ini memberikan informasi
yang berguna mengenai kekuatan otot-otot pernapasan dan aspek fungsi paru lainnya.
4. Kapasitas paru total (TLC) adalah volume maksimum yang dapat mengembangkan paru
sebesar mungkin dengan inspirasi sekuat mungkin (kira-kira 5800 mililiter); jumlah ini sama
dengan kapasitas vital ditambah volume residu. 17,18,19
Forced Expiratory Flow (FEV1) adalah bagian dari kapasitas vital yang diekspirasi
secara paksa pada satu detik pertama. Nilai FEV1 dapat memberi informasi tambahan.
Biasanya nilai FEV1 adalah sekitar 80% dari VC. Kapasitas vital mungkin saja normal
sementara nilai FEV1 turun pada beberapa penyakit seperti asma (resistensi saluran napas
meningkat karena konstriksi bronkial).
21
Ventilasi volunter maksimal (MVV) adalah volume udara terbesar yang dapat dimasukkan
dan dikeluarkan dari paru selama 1 menit oleh usaha volunter. Nilai normal MVV adalah
125-170 L/menit. 17,19
Volume dan kapasitas paru pada perempuan kira-kira 20 sampai 25 persen lebih kecil
daripada laki-laki, dan lebih besar lagi pada orang yang atletis dan bertubuh besar daripada
orang yang bertubuh kecil dan astenis. Volume pernapasan semenit adalah jumlah total udara
baru yang masuk ke dalam saluran pernapasan tiap menit, sama dengan volume tidal
dikalikan dengan frekuensi pernapasan permenit. Volume tidal normal kira-kira 500 mililiter
dan frekuensi pernapasan normal kira-kira 12 kali permenit sehingga rata-rata volume
pernapasan adalah 6 liter/menit. 18,19
Penutup
Sistem respirasi pada manusia memiliki stuktur dan mekanisme kerja yang saling
menunjang. Struktur pernafasan tersebut terdiri dari jalan nafas yang di mulai dari hidung
(kavum nasal), faring, laring, trakea, bronkus, masuk ke paru, bronkiolus dan udara tersebut
bertukar pada membran alveous. Struktur tersebut terbagi menjadi saluran yang hanya
menyalurkan udara dan saluran yang permukaanya berfungsi sebagai pertukaran O2 dan CO2.
Mekanismenya sendiri berupa pengaturan pernapasan yang mengatur kerja otot pernapasan
dan respon terhadap perubahan tekanan PO2 atau PCO2 dan keasaman tubuh; dan pertukaran
O2 dan CO2 dalam alveolus.
Bila stuktur mikro maupun makro sistem pernapasan baik dan mekanismenya berjalan
normal maka proses pernapasan pada seseorang akan berjalan dengan baik pula. Namun apa
bila ditemukan gangguan pada pada struktur dan mekanisme pernapasan maka akan berakibat
terjadinya keluhan pernapasan pada seseorang.
Daftar Pustaka
1. Syarifuddin H. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2007.
2. Asih NGY, Effendy C. Keperawatan medikal bedah: pasien dengan gangguan sistem
pernapasan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.
3. Singh I. Teks dan atlas histologi manusia. Jakarta: Bina Aksara; 2006.
4. Diambildari:http://www.google.co.id/search?
q=cavum+nasi&rlz=1C1____enID457ID457&tbm=isch&imgil=8Gp8cuQT1Iq9gM
22
%253A%253BxPRbVYbUagNydM%253Bhttp%25253A%25252F%25252Fbone-
surgery.ru%25252Fview_photo%25252F2854%25252F&source=iu&pf=m&fir=8Gp8cu
=Fanatomi-fisiologi-hidung-nasus.html%3B320%3B224, pada tanggal 19 Mei 2015.
5. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Gray’s antomy for students. 1st ed. Philadelpia:
Elsevier Churchill Livingstone; 2006.
6. Diambildari:http://www.google.co.id/search?
q=otot+hidung&rlz=1C1_____enID457ID457&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=uTx
bVbW2LouruQTo7YO4Cw&ved=0CAgQ_AUoAQ&biw=1366&bih=598, pada tanggal
19 Mei 2015.
7. Woodburne RI. Essential of human anatomy. 6st ed. New York: Oxford University; 2007.
8. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomi.Jakarta: Erlangga;2004.
9. Ward JPT, Ward J, Leach RM, Wiener CM. At a glance: sistem respirasi. 2nd ed. Jakarta:
Erlangga; 2006.
10. Diambildari:http://www.google.co.id/search?
q=nasopharynx+oropharynx+laryngopharynx&rlz=1C1_____enID457ID457&source=ln
ms&tbm=isch&sa=X&ei=qztbVeLjLorIuASTjID4Cw&ved=0CAgQ_AUoAQ&biw=13
66&bih=598#imgrc=lXoHqWf1ELbkkM%253A%3BVHoai6OUarCG1M%3Bhttp
%253A%252F%252Fwww.riversideonline.com%252Fsource%252Fimages
%252Fimage_popup%252Fc7_nasopharynx.jpg%3Bhttp%253A%252F
%252Fwww.riversideonline.com%252Fhealth_reference%252FCancer
%252FDS00756.cfm%253FRenderForPrint%253D1%3B400%3B352, pada tanggal 19
Mei 2015.
11. Diambildari:http://www.google.co.id/search?
q=proses+mengunyah&rlz=1C1_____enID457ID457&source=lnms&tbm=isch&sa=X&
ei=djxbVeOxJs2VuASrkYHICw&ved=0CAgQ_AUoAQ&biw=1366&bih=598#imgrc=e
lrt5ETdN7vl2M%253A%3BuyjGDTtQTFkLLM%3Bhttp%253A%252F
%252Fklikdokter.com%252Fuploads%252Ftopic_article%252FKESELAK
%252520TERSEDAK%252520MENELAN.jpg%3Bhttp%253A%252F
%252Fklikdokter.com%252Fhealthnewstopics%252Fhealth-topics%252Fpertolongan-
pertama-keselak-tersedak%252Fapa-itu-keselak%252F2%3B450%3B270, pada tanggal
19 Mei 2015.
12. Diambildari:http://www.google.co.id/search?
rlz=1C1_____enID457ID457&biw=1366&bih=598&tbm=isch&sa=1&q=pharynx+laryn
x&oq=pharynx+larynx&gs_l=img.3...4973.12958.0.13197.0.0.0.0.0.0.0.0..0.0.msedr...0..
23
.1c.1.64.img..0.0.0.cRTkF-kVczI#imgrc=jWClj-7x4y8kMM%253A
%3BtOLNqQHfIkpb3M%3Bhttp%253A%252F%252Fupload.wikimedia.org
%252Fwikipedia%252Fcommons%252Fthumb%252Fd
%252Fd4%252FIllu01_head_neck.jpg%252F250px-Illu01_head_neck.jpg%3Bhttp
%253A%252F%252Fen.wikipedia.org%252Fwiki%252FPharynx%3B250%3B254, pada
tanggal 19 Mei 2015.
13. Sloare E. Anatomi dan fisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.
14. Gibson J. Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2008.
15. Diambildari:http://www.google.co.id/search?
q=trachea&rlz=1C1_____enID457ID457&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=RUFbVf
OYE8GSuASe_IGYBQ&ved=0CAgQ_AUoAQ&biw=1366&bih=598#imgrc=1AcKMZ
Pit0j7nM%253A%3Bv0bUQyQNWu0U5M%3Bhttp%253A%252F%252Fimg.tfd.com
%252Fdorland%252Ftrachea.jpg%3Bhttp%253A%252F%252Fmedical-
dictionary.thefreedictionary.com%252Ftrachea%3B289%3B339, pada tanggal 19 Mei
2015.
16. Woodson GE. Upper airway anatomi and function. Philadelpia: Lippicont Williams &
Wilkins; 2008.
17. Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 6th ed. Jakarta: EGC; 2007.
Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. 11th ed. Jakarta: EGC; 2008.
18. Ganong WF. Review of medical physiology. 23rd ed. San Fransisco: McGraw-Hill; 2005.
24