resep individual

14
LAPORAN KASUS INDIVISU DI INSTALASI RAWAT JALAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER BIDANG FARMASI RUMAH SAKIT INSTALASI RAWAT JALAN “PRIMARY HYPERTENSIVE PULMONARY” Disusun ol!" Mu!sin Mu#!$%& S' F%&( )*+),)--,) PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS PERIODE SEPTEMBER.DESEMBER -,)+

Upload: muhsin-mukhtar-s-farm

Post on 07-Oct-2015

12 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Di RS Soetomo

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUS INDIVISU DI INSTALASI RAWAT JALANPRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKERBIDANG FARMASI RUMAH SAKIT

INSTALASI RAWAT JALANPRIMARY HYPERTENSIVE PULMONARY

Disusun oleh:Muhsin Mukhtar S. Farm1341012201

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKERFAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALASPERIODE SEPTEMBERDESEMBER 2014BAB IPENDAHULUAN

1.1. TINJAUAN PENYAKIT HYPERTENSIVE PULMONARY

Hipertensi pulmonaladalah suatu penyakit yang jarang didapat namun progresif oleh karena peningkatan resistensi vaskuler pulmonal yang menyebabkan menurunnya fungsi ventrikel kanan oleh karena peningkatan afterload ventrikel kanan.Hipertensi pulmonal primer sering didapatkan pada usia muda dan usia pertengahan, lebih sering didapatkan pada perempuan dengan perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus per 1 juta penduduk, dengan mean survival dari awitan penyakit sampai timbulnya gejala sekitar 2-3 tahun. Kriteria diagnosis untuk hipertensi pulmonal merujuk pada National Institute of Health; bila tekanan sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35 mmHg atau mean tekanan arteri pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat atau lebih 30 mmHg pada aktifitas dan tidak didapatkan adanya kelainan valvular pada jantung kiri, penyakit myokardium, penyakit jantung kongenital dan tidak adanya kelainan paru.

Hipertensi pulmonal adalah suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasar penyebabnya hipertensi pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan. Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh Dr Ernst von Romberg pada tahun 1891.Hipertensi pulmonal terbagi atas hipertensi pulmonal primer dan sekunder. Hipertensi pulmonal primer adalah hipertensi pulmonal yang tidak diketahui penyebabnya sedangkan hipertensi pulmonal sekunder adalah hipertensi pulmonal yang disebabkan oleh kondisi medis lain. Istilah ini saat ini menjadi kurang populer karena dapat menyebabkan kesalahan dalam penanganannya sehingga istilah hipertensi pulmonal primer saat ini diganti menjadi Hipertensi Arteri Pulmonal Idiopatik.

ETIOLOGI Penyebab tersering dari hipertensi pulmonal adalah gagal jantung kiri. Hal ini disebabkan karena gangguan pada bilik kiri jantung akibat gangguan katup jantung seperti regurgitasi (aliran balik)dan stenosis (penyempitan) katup mitral. Manifestasi dari keadaan ini biasanya adalah terjadinya edema paru (penumpukan cairan pada paru).Penyebab lain hipertensi pulmonal antara lain adalah : HIV, penyakit autoimun, sirosis hati, anemia sel sabit, penyakit bawaan dan penyakit tiroid. Penyakit pada paru yang dapat menurunkan kadar oksigen juga dapat menjadi penyebab penyakit ini misalnya : Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), penyakit paru interstitial dan sleep apnea, yaitu henti nafas sesaat pada saat tidur.

PATOFISIOLOGI PENYAKIT Hipertensi pulmonal dapat menyebabkan pengerasan pembuluh darah pada dan di dalam paru. Hal ini memperberat kerja jantung dalam memompa darah ke paru. Lama-kelamaan pembuluh darah yang terkena akan menjadi kaku dan menebal hal ini akan menyebabkan tekanan dalam pembuluh darah meningkat dan aliran darah juga terganggu. Hal ini akan menyebabkan bilik jantung kanan membesar sehingga menyebabkan suplai darah dari jantung ke paru berkurang sehigga terjadi suatu keadaan yang disebut dengan gagal jantung kanan. Sejalan dengan hal tersebut maka aliran darah ke jantung kiri juga menurun sehingga darah membawa kandungan oksigen yang kurang dari normal untuk mencukupi kebutuhan tubuh terutama pada saat melakukan aktivitas.

Gejala dan TandaGejala yang timbul biasanya berupa:sesak nafas yang timbul secara bertahapkelemahanbatuk tidak produktifpingsan atau sinkopedema perifer (pembengkakan pada tungkai terutama tumit dan kaki)dan gejala yang jarang timbul adalah hemoptisis (batuk berdarah)

Hipertensi Arteri Pulmonal biasanya tidak disertai gejala orthopnea (sesak nafas akibat perubahan posisi) atau Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (sesak nafas pada saat tidur). Gejala-gejala tersebut biasanya timbul pada Hipertensi Vena Pulmonal.Rasa nyeri akibat hipertensi pulmonal akut dirasakan ditengah-tengah dada seperti digencet dan diperas dan seringdikacaukan dengan rasa nyeri akibat infark miokard. Bedanyaialah rasa nyeri akibat hipertensi pulmonal akut tidak menjalar ke bahu, ke punggung dan ke bawah rahang. Biasanyadirasakan retrosternal dalam dan penderita merasa cemasdan takut akan mati. Rasa nyeri ini timbul akibat pelebaranpembuluh darah secara mendadak.Tanda hipertensi pulmonal berupa : Distensi vena jugularis Impuls ventrikel kanan dominan Komponen katup paru menguat. S3 jantung kanan Murmur trikuspid Hepatomegali Edema periferKlasifikasi Klinik Hipertensi Pulmonal (Venice 2003)1. Hipertensi arteri pulmonal Idiopatik atau primer Familial Hipertensi yang berhubungan dengan : Penyakit kolagen pada pembuluh darah Shunt kongenital sistemic ke pulmonal Hipertensi portal Infeksi HIV Toksin dan obat-obatan Penyakit lain Yang berhubungan dengan keterlibatan vena atau kapiler Penyakit oklusi vena pulmonal Hemangiomatosis kapiler pulmonalPENATALAKSANAAN PENYAKIT Pengobatan hipertensi pulmonal bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi jantung kiri dengan menggunakan obat-obatan seperti : diuretik, beta-bloker dan ACE inhibitor atau dengan cara memperbaiki katup jantung mitralatau katup aorta (pembuluh darah utama). Pada hipertensi pulmonal pengobatan dengan perubahan pola hidup, diuretik, antikoagulan dan terapi oksigen merupakan suatu terapi yang lazim dilakukan, tetapi berdasar dari penelitian terapi tersebut belum pernah dinyatakan bermanfaat dalam mengatasi penyakit tersebut.Obat-obatan vasoaktifObat-obat vasoaktif yang digunakan pada saat ini antara lain adalah antagonis reseptor endotelial, PDE-5 inhibitor dan derivat prostasiklin. Obat-obat tersebut bertujuan untuk mengurangi tekanan dalam pembuluh darah paru. Sildenafil adalah obat golongan PDE-5 inhibitor yang mendapat persetujuan dari FDA pada tahun 2005 untuk mengatasi hipertensi pulmonal.Untuk vasodilatasi pada paru, ada beberapa obat-obatan yang dapat digunakan. Antara lain Beraprost sodium (Dorner), infus PGI, Injeksi lipo PGE-1, ACE Inhibitor, Antagonis Kalsium dan Inhalasi NO. Beraprost sodium efeknya tidak hanya sebagai vasodilator, tetapi juga efek pleiotropik, seperti menghambat agresiplatelet, mencegah cedera sel endotel dan memperbaiki cedera sel endotel.Pasien yang diberikan Beraprost, memiliki harapan hidup yang lebih baik (86%) dibandingkan yang tidak diberi Beraprost (75%). Hal ini karena Beraprost bekerja sebagai vasodilator yang menurunkan curah jantung dan ini mengurangi beban ventrikel kanan, menghambat progresifitas gagal jantung kanan, memperbaiki toleransi olahraga dan meningkatkan harapan hidup.Terapi BedahPembedahan sekat antar serambi jantung (atrial septostomy) yang dapat menghubungkan antara serambi kanan dan serambi kiri dapat mengurangi tekanan pada jantung kanan tetapi kerugian dari terapi ini dapat mengurangi kadar oksigen dalam darah (hipoksia). Transplantasi paru dapat menyembuhkan hipertensi pulmonal namun komplikasi terapi ini cukup banyak dan angka harapan hidupnya kurang lebih selama 5 tahun.BAB II KASUS

I. Resep

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURRSUD Dr. SOETOMOINSTALASI FARMASIJl, Mayjen Prof.Dr. Moestopo 6-8, Surabaya, Telp: (031)550157Tanggal : 4 11 -2014Ruangan/ poli: JantungAlergi obat : -R/ Furosemide40 mg No 30S1-0-0R/Spironolacton 25 mg No. 30S 3 dd IR/Amlodipin10 mgNo. XXXS 1-0-0R/Digoxin0,25 mgNo. XXXS 1-0-0R/Dorner20 mcg No.XXS2dd1Nama pasien : Tn. Bagus TriUsia: 51 th

StempeL Poli Geriatri

StempeL Poli

II. DESKRIPSI KASUS & DATA PASIEN Nama= Tn. Bagus TriJenis kelamin= Laki-lakiUmur= 24 tahunBB/ TB= -Luas Tubuh = -Alamat pasien= Surabaya No. Resep= 0168356Tekanan darah terakhir = 126/97 mmHg Nadi= 75/menitDiagnosa dokter= Primary Pulmonary Hypertension

III. PENGKAJIAN RESEP1. Pengkajian Administrasi

Persyaratan AdministrasiAda/ Tidak (keterangan)

NamaAda

Jenis kelaminAda (Laki-laki)

Berat badan, Umur, AlamatAda (BB tidak ada)

Nama dan paraf dokterAda

Tanggal ResepAda (4-11-2014)

Ruangan/ Poli dan stempelAda (Jantung)

Persyaratan resep sesuai status pasienAda

2. Pengkajian Farmasetik Furosemide Pengkajian FarmasetisAda/tidak (keterangan)

Nama, Bentuk, Kekuatan, Jumlah obatAda ( Furosemide 40 mg, jumlah 30 Tablet), Bentuk sediaan tablet

Signa atau aturan pakai

Ada (satu kali sehari) untuk pemakaian 30 hari

Stabilitas obat

Simpan pada suhu ruang, pada tempat tertutup rapat dan terlindung cahaya

KetersediaanTersedia

Aturan atau cara dispensing

Obat tidak diracik (tetap dalam bentuk tablet) diberikan 1x sehari pada pagi hari.

SpironolactonPengkajian FarmasetisAda/tidak (keterangan)

Nama, Bentuk, Kekuatan, Jumlah obatAda (Spironolacton 25 mg, jumlah 30 Tablet), kekuatan obat 25 mg, bentuk sediaan tablet.

Signa atau aturan pakaiAda (S1-0-0) untuk pemakaian 30 hari yang diberikan pada pagi hari.

Stabilitas obat Simpan pada suhu ruang.

KetersediaanTersedia

Aturan atau cara dispensing

Obat tidak diracik (tetap dalam bentuk tablet) diberikan 1x sehari pada pagi hari.

AmlodipinPengkajian FarmasetisAda/tidak (keterangan)

Nama, Bentuk, Kekuatan, Jumlah obatAda (Amlodipine , jumlah 30 Tablet), kekuatan 10 mg, bentuk sediaan tablet.

Signa atau aturan pakaiAda (S 1-0-0) untuk pemakaian 30 hari

Stabilitas obat Simpan pada suhu ruang, terlindung dari cahaya matahari.

KetersediaanTersedia

Aturan atau cara dispensingObat tidak diracik (tetap dalam bentuk tablet) diberikan 1x sehari pada pagi hari.

Digoxin 0,25 mgPengkajian FarmasetisAda/tidak (keterangan)

Nama, Bentuk, Kekuatan, Jumlah obatAda (Digoxin 0,25 mg, jumlah obat 30 tablet), kekuatan obat 0,25 mg bentuk sedian tablet.

Signa atau aturan pakaiAda S 1-0-0 untuk pemakaian 30 hari

Stabilitas obat Simpan pada suhu ruang dan terlindung dari cahaya dan lembab.

KetersediaanTersedia

Aturan atau cara dispensingObat diberikan 1x sehari padi hari setelah makan.

Dorner (Beraprost)Pengkajian FarmasetisAda/tidak (keterangan)

Nama, Bentuk, Kekuatan, Jumlah obatAda (Dorner (beraprost), jumlah obat 20 tablet), bentuk sedian tablet.

Signa atau aturan pakaiAda S2dd1 untuk pemakaian 10 hari

Stabilitas obat Simpan pada suhu ruang dan terlindung dari cahaya dan lembab.

KetersediaanTersedia

Aturan atau cara dispensingObat diberikan 2x sehari bersama makan atau setelah makan.

3. Pengkajian Farmasi Klinik

NoPengkajian farmasi klinikAda/tidakKeterangan

1Kesesuaian resep dengan formulariumAdaSemua obat yang diresepkan sesuai dengan obat yang ada di formularium

2Riwayat alergiTidak Ada-

3.Efek aditifTidak ada-

4.ESOAda Poli Jantunga. Furosemide: gangguan ringan gastrointestinal, hepatic enselopati, hipotensi, retensi urine akut, hipokalemia, hiponatremia, hipocalcemia, metabolic alkalosis. (BNF 61, 2011)b. Spironolacton: kepala pusing, hiperkalemia, atrial fibrasi, hipotensi,ginekomastia,pyelophritis, hiponatremia, dehidrasi, hiponatremia. (BNF 61, 2011).c. Amlodipin: 10%: Efek pada kardiovaskuler: edema perifer (2-5% tergantung dosis), sakit kepala (7,3%) (DIH)d. Digoxin: anoreksia, mual muntah, sakit kepala, ngantuk, rasa lemah, dan sering halusinasi. (Medscap, 2014)e. Dorner (beraprost) : Sakit kepala, rasa hangat & kemerahan pd wajah, ggn pd GI, kecenderungan pendarahan, pusing. Peningkatan kadar enzim hati, trigliserida, & bilirubin.(Mims indonesia,)

4. Dokumen Farmasi Penderita (DFP-2)Nama :Tn. Bagus TriUmur : - th BB : kg TB : cmNo.Resep: 0168356Ruangan: Jantung

Dokter : dr. WApoteker : MM

NoHari/TanggalKodeMasalahUraianMasalahRekomendasiatau SaranTindak Lanjut

1Senin4 november 20148(interaksi obat-obat)Furosemide/ spironolactone bisa berinteraksi dengan digoxin dimana akan dapar meningkatkan efek hipokaleia, hiponatremia, dan kerjadari farmakodinamiknya akan sinergis, dan itu akan dapat eningkatkan efek ototoksisitas (medscape, 2014)Sebaiknya aturan pakai antara loop diuretik dan digoxin tidak bersamaa atau dipisahkan, serta selalu monitoring elektrolit pasien.Konfirmasikan kembali kedokter.

2Senin4 november 20148 (interaksi obat-makanan) Amlodipin dengan Grapefruit jus dapat menurunkan metabolism Calsium Channel Blocker (Lacy et al., 2008).

Pemberian informasi kepada pasien bahwa minum obat dengan airputih biasa dan jangan menggunakan air minum yang lainnya seperti jus, dsbDikonselingkan kepada pasien.

3Senin4 November 20149(ESO)Furosemide dan spironolacton dapat menyebabkan seringnya buang air kecil (>10%) sehingga dapat mengakibatkan retensi cairan.Untuk konseling kepada pasien, beritahu kepada pasien untuk selalu minum air sesuai dengan kebutuhan agar tidak terjadi retensi cairan.Memberitahukan kepada pasien apabila mengalami efek samping dari obat harus segera dihentikan.

4Senin4 November 20143(dosis obat)Dosis pemakaian Beraprost untuk primary pulmonal hypertensi adalah 60 mcg yang dibagi dalam 3-4 dosis terbagi dan bisa ditingkatkan menjadi 180 mcg dalam 3-4 dosis terbagi.Beritahu kepada dokter mengenai obat Beraprost sesuai dengan terapi pengobatannya. Konfirmasikan kedokter dan beri saran mengenaiaturan dosis yang dipakai.

5Senin4 November 201412(Lain-lain)Lupa meminum obat: diminum sesegera mungkin, tidak diminum sama sekali bila kurang dari 4 jam dari jadwal untuk meminum obat selanjutnya terutama Digoxinyang memiliki efek terapi sempit.(Medline)Pasien perlu mendapatkan informasi penggunaan obat digoxin.Diberitahukan kepada pasien agar selalu minum obat dijam yang sama dan tidak mendoblekan dosis.

Kode Masalah :1. Indikasia. Tidak ada indikasib. Ada indikasi, tidak ada terapi2. Pemilihan Obat3. Dosis obata. Kelebihan (Over dosis)b. Kurang (Under dosis)

4. Interval pemberian5. Cara/waktu pemberian6. Rute pemberian7. Lama pemberian8. Interaksi obata. Obatb. Makanan/minumanc. Hasil laboratorium9. Efek samping obat10. Ketidaksesuian RM dengan:a. Resepb. Buku injeksi11. Kesalahan penulisan resep12. Stabilitas sediaan injeksi13. Sterilitas sediaan injeksi

14. Kompatibilitas15. Ketersediaan obat/kegagalan mendapat obat16. Kepatuhan17. Duplikasi terapi18. Lain-lain.......

4. Informasi Obat 1. Furosemide Nama obat : Furosemide Tujuan pengobatan : sebagai anti diuretik boros kalium, untuk mengatasi udem pulmonary Cara penggunaan : 40-80 mg/hari Penympanan : simpan di tempat yang kering, terlindung dari cahaya dan jauhkan dari jangkauan anak anak ESO : gangguan ringan gastrointestinal, hepatic enselopati, hipotensi, retensi urine akut, hipokalemia, hiponatremia, hipocalcemia, metabolic alkalosis. (BNF 61, 2011)2. Spironolactone Nama obat : Spironolactone Tujuan pengobatan : Sebagai anti diuretik hemat kalium untuk mengatasi udem pulmonary Cara penggunaan : sekali sehari secara oral dipagi hari. Penyimpanan : simpan di tempat yang terlindung dari cahaya, rapat dan kering, serta jauhkan dari jangkauan anak anak ESO : kepala pusing, hiperkalemia, atrial fibrasi, hipotensi,ginekomastia,pyelophritis, hiponatremia, dehidrasi, hiponatremia. (BNF 61, 2011).3. Amlodipin Nama obat : Amlodipin Tujuan pengobatan : untuk mengontrol tekanan darah Cara penggunaan : secara oral, tiga kali sehari, Penyimpanan : simpan di tempat yang terlindung dari cahaya, rapat dan kering, serta jauhkan dari jangkauan anak anak ESO : 10%: Efek pada kardiovaskuler: edema perifer (2-5% tergantung dosis), sakit kepala (7,3%) (DIH).4. Digoxin Nama obat : Digoxin Tujuan pengobatan : Untuk meningkatkan Kontraktilitas kerja jantung. Cara penggunaan : secara oral, satu kali sehari. Penyimpanan : simpan di tempat yang terlindung dari cahaya, rapat dan kering, serta jauhkan dari jangkauan anak anak. ESO : anoreksia, mual muntah, sakit kepala, ngantuk, rasa lemah, dan sering halusinasi. (Medscap, 2014)5. Dorner Nama obat : Beraprost Tujuan Pengobatan : Memperbaiki tukak nyeri, dan rasa dingin yang berhubungan dengan oklusi arteri kronik, Hipertensi pulmonal primer. Cara penggunaan : Diberikan bersama/ sesasat makan Penyimpanan : simpan di tempat yang terlindung dari cahaya, rapat dan kering, serta jauhkan dari jangkauan anak anak. ESO : Sakit kepala, rasa hangat & kemerahan pd wajah, ggn pd GI, kecenderungan pendarahan, pusing. Peningkatan kadar enzim hati, trigliserida, & bilirubin.(Mims indonesia,)