tugas individual makro2

Upload: jumadi-ginting

Post on 18-Jul-2015

108 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS DAMPAK KRISIS ASIA 1997 DAN KRISIS GLOBAL 2007 TERHADAP INDONESIAPada tahun 1997 saya masih duduk di bangku SD dan ketika pagi hari yang seharusnya ayah saya berangkat ke kantor justru masih memakai celana pendek dan terlihat sedang berbicara serius dengan beberapa orang tetangga diluar rumah. Ketika itu saya bertanya kepada ibu saya apakah ada masalah. Dan ibu saya menjawab bahwa ayah saya dan beberapa tetangga sedang mengantisipasi adanya tindakan penjaharahan yang bersifat merugikan masuk ke kompleks rumah kami. Saya pun bertanya apa penjarahan itu. Lalu ibu saya menyetel tivi dan saya melihat berbagai kekacauan seperti penjarahan dimana-mana, kerusuhan, penembakan terhadap para mahasiswa serta demonstrasi yang menyerukan reformasi. Pada saat itu yang saya lihat dari layar televisi adalah Krisis Moneter. Yang ada dibayangan saya hanyalah keadaan perekonomian Indonesia sedang memburuk karena harga-harga yang naik tanpa tahu penyebab serta dampaknya secara nyata pada perekonomian Indonesia. Lalu pada tahun 2007 saya justru tidak menyadari adanya krisis secara Global. Oleh karena itu, didalam Essay ini saya mencoba menganalisis dampak yang ditimbulkan oleh dua krisis yang memiliki jarak waktu 10 tahun terhadap perekonomian Indonesia dengan menggunakan variabel dan rasio-rasio makroekonomi. Apakah memiliki dampak yang sama terhadap Indonesia? Apakah terdapat perbedaan antara kondisi makroekonomi Indonesia sebelum krisis Asia 1997 dan sebelum krisis Global 2007 yang menyebabkan perbedaan dampak tersebut? Serta apa saja peran pemerintah dalam mengatasi dampak dari kedua krisis.

KRISIS ASIA 1997 Tahun 1995 dan 1996 merupakan tahun kejayaan bagi negara-negara di Asia. Misalnya ekonomi Thailand mengalami pertumbuhan yang pesat, yaitu rata-rata 9%. Disisi lain Korea Selatan yang juga disebut-sebut sebagai Macan Asia merupakan ekonomi terbesar ke-11 dunia. Lalu mengapa bisa terjadi krisis Asia 1997? Penyebab Krisis Asia Tahun 1997 Banyak yang tidak menduga bahwa Indonesia akan terkena dampak krisis Asia 1997. Pada saat itu Stiglitz dan Furman (1998) mengambil sampel 34 negara yang bermasalah untuk penelitiannya dan Indonesia adalah negara yang paling tidak diperkirakan akan terkena krisis bila dibandingkan dengan negara-negara lainnya karena Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang cukup kuat untuk menahan external shock akibat kejatuhan ekonomi thailand. Thailand awalnya melalakukan

banyak leveraging ke negara-negara maju seperti jepang. Karena tren perekonomian thailand yang stabil menyebabkan jepang banyak mengucurkan kredit ke negara tersebut hingga akhir tahun 1996 adalah masa jatuh tempo dimana perusahaanperusahaan swasta di Thailand harus membayar hutang kepada bank-bank di jepang. Namun banyak perusahaan tidak mampu membayar hutang mereka hingga timbul ketidakpercayaan dan mempercepat jatuh tempo pembayaran hutang. Awal tahun 1997, nilai mata uang Baht jatuh karena tingginya permintaan terhadap dollar AS. Hal ini membuat Perusahaan swasta semakin sulit melunasi pinjaman karena Baht menurun tajam. Sehingga pemerintah memperlemah mata uang secara sengaja. Berawal dari Thailand kemudian menular ke negara-negara Asia lainnya seperti Filipina, Korea Selatan, Malaysia, Indonesia. Beberapa pandangan yang bermunculan mengenai penyebab dari krisis Asia 1997 , diantaranya : 1. Stok Hutang Luar negeri swasta yang sangat besar dan berjangka pendek menciptakan ketidakstabilan. 2. Banyaknya kelemahan dalam sistem perbankan di Indonesia. Dengan kelemahan sistemik perbankan tersebut, masalah hutang swasta eksternal langsung beralih menjadi masalah perbankan dalam negeri. 3. Negara-negara Asia mengalami Overheating yaitu disaat perekonomian suatau negara dipacu terus menerus sehingga akhirnya kepanasan. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi disertai dengan Investasi, utang luar negeri dan inflasi yang tinggi. Dan cadangan devisa yang mismatch. 4. Kondisi politik di Indonesia yang tidak stabil turut berdampak pada perekonomian. Karena krisis kepercayaan yang menyebabkan modal lari keluar, dan sulitnya mendapatkan modal baru.

Dampak krisis Asia 1997 terhadap Indonesia Hutang swasta kian menumpuk Antara tahun 1992 sampai dengan bulan Juli 1997, 85% dari penambahan hutang luar negeri Indonesia berasal dari pinjaman swasta (World Bank, 1998). Hal ini serupa dengan yang dialami oleh negara-negara yang terkena krisis lainnya. Karena kreditur asing tentu lebih memilih untuk menanamkan modalnya di negara-negara yang memiliki inlasi rendah, memiliki surplus anggaran, tenaga kerja terdidiknya banyak, sarana yang cukup memadai serta sistem perdagangan yang terbuka menyebabkan net capital inflows (arus modal masuk) yang meliputi hutang jangka panjang, penanaman modal asing, dan equity purchases sangat deras, namun tidak dimanfaatkan dengan baik untuk pertanian dan Industri misalnya, yang adalah acuan ekspor kita.

Pada Juli, Thailand megambangkan baht, Otoritas Moneter Indonesia melebarkan jalur perdagangan dari 8 persen ke 12 persen. Rupiah mulai terserang kuat di Agustus. Pada 14 Agustus 1997, Pemerintah RI mengganti kebijakan pertukaran mengambang teratur dengan pertukaran mengambang bebas, akibatnya Rupiah terperosok semakin dalam. Hal ini disebabkan tidak lain karena serangan mendadak secara bertubi-tubi terhadap dollar AS (spekulasi) dan jatuh temponya utang swasta luar negeri dalam jumlah besar Sektor perbankan yang diharapkan menjadi peredam dari jatuhnya nilai rupiah ini justru menjadi korban. Disektor perbankan sendiri terjadi masalah moral hazard yang kian memperparah keadaan. Sebagai imbasnya dari jatuhnya nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS adalah harga-harga yang naik, Hutang luar negeri yang membumbung tinggi, harga BBM danListrik melonjak, Perusahaan mengalami kebangkrutan yang akhirnya mengurangi produksi atau bahkan menutup perusahaan karena tidak dapat membayar hutangnya sehingga terjadi PHK secara besar-besaran pada waktu itu, Investasi pun menurun karena impor barang modal menjadi mahal, biaya sekolah diluar negeri juga ikut mahal. Laju inflasi pun tak ketinggalan terkena dampaknya. Namun tidak adil jika terusterusan mengatakan dampak negatif akibat meroosotnya nilai rupiah, hikmah yang kita dapat adalah impor barang yang menurun tajam dapat menyebabkan daya saing produk dalam negeri akan meningkat dan merangsang ekspor khususnya dalam sektor pertanian, selain itu arus turis masuk akan lebih besar. Berbeda di sektor industri, Sektor ini mengalami penurunan karena terdapat masalah dengan pembukaan Letter of Credit dan keadaan politik yang tidak jelas sehingga pembeli diluar negeri mengalihkan pemesanan barangnya ke negara lain. Secara keseluruhan dampak negatif yang ditimbulkan masih lebih besar ketimbang dampak positifnya.

Peran Pemerintah dalam Mengatasi Dampak Krisis Asia 1997 Beberapa upaya pemerintah dilakukan guna memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia yang terkena krisis. Pada bulan Desember 1997 Menteri Keuangan berkeliling ke negara-negara lain guna menarik kembali para kreditur. Tim Negoisasi Utang Luar Negeri Swasta dibentuk untuk mengatasi masalah hutang luar negeri yang melilit Indonesia. Pemerintah pun menjamin penuh semua deposan dan kreditur dari semua bank umum yang berbadan hukum Indonesia baik swasta maupun pemerintah. Dibentuk Front Persatuan guna mengambil langkah-langkah untuk segera pulih dari krisis dan menyelamatkan perekonomian Indonesia. Akhirnya dibentuklah BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional) untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan Nasional, restrukturisasi sektor perbankan, serta menarik kembali dana-dana yang lari ke luar negeri. Disamping itu demi mengembalikan kepercayaan masyarakat ekonomi International , Pemerintah akhirnya meminta tolong kepada IMF, melihat India dan Korea membaik nerkat bantuan IMF.

Kesepakatan yang terjadi antara tim IMF dengan tim Indonesia adalah melalui Memorandum on Economic and Financia Policies serta Letter of Intent, yaitu sebuah program paket kebijakan reformasi ekonomi untuk menstabilkan nilai tukar dan variabel-variabel moneter lainnya. Akhirnya selama tahun 1998 pemerintah melakukan berbagai kebijakan ekonomi makro berupa reformasi ekonomi. Pemerintah memutuskan untuk menjalankan berbagai rekomendasi dari IMF untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing. Langkah-langkah tersebut antara lain adalah pertama , mempercepat skenario penurunan secara bertahap tarif bea masuk. Kedua, melonggarkan tata niaga berbagai komoditas pokok seperti gandum, tepung terigu, kedelai dan bawang putih. Yang artinya barang-barang tersebut dapat diimpor dengan bebas. Ketiga, mengurangi secara bertahap hambatan-hambatan dan pajak ekspor. Adapun paket reformasi ekonomi, adalah sebgai berikut, (1) Penyehatan sektor keuangan, (2) Pembenahan bidang fiskal, (3) Pembenahan bidang moneter, (4) penyesuaian struktural berupa penurunan tarif di bidang pertanian dan Industri. Dalam upaya membenahi Perbankan pemerintah melakukan : Penguatan kerangka makroekonomi, Strategi untuk merestrukturisasi sektor keuangan dan menutup institusi yang bermasalah, serta melakukan berbagai angkah struktural guna memperbaiki kinerja pemerintah dan sektor swasta. Kebijakan Menteri yang dikeluarkan guna memperbaiki kondisi perekonomian dimasa itu : 1. SK Menteri Keuangan No. 15/KMK.017/1998 tentang pen-cabutan pembatasan pembukaan cabang bank campuran dan ca-bang pembantu bank asing. 2. SK Menteri Keuangan No. 16/KMK/01/1998 tentang penu-runan bea masuk beberapa pro-duk pertanian, menurunkan tarif seluruh produk makanan mak-simal lima persen, dengan tujuan agar harga yang terjangkau dan wajar. 3. SK No. 17/KMK/01/1998 ten-tang penurunan bea masuk atas impor produk tertentu. 4. SK Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 21/MPP/Kep/ 1/1998 tentang pembebasan Bu-log dari kewajiban mendistri-busikan tepung terigu. 5. SK Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 48/MPP/1/ 1998 tentang pencabutan setiap hambatan distribusi semen. Dari berbagai upaya disertai rekomendasi dari IMF yang pemerintah telah lakukan Indonesia termasuk negara yang sangat lambat bisa pulih dari krisis dibanding dengan negara lain, sperti Malaysia , Korea Selatan dan Thailand. Hal ini disebabkan.

Krisis Global 2007 Berselang 10 tahun dari krisis Asia 1997 kini Indonesia lagi-lagi harus menghadapi krisis , namun kali ini tidak hanya Asia saja yang terkena krisis tetapi krisis ini menyerang secara Global. Pemerintah seharusnya berkaca kepada krisis 1997 dan dapat melakukan langkah-langkah untuk mencegah terkenanya krisis namun pada kenyataannya Indonesia tidak luput dari krisis. Lalu seperti apakah krisis Global 2007?? Penyebab Krisis Global 2007 Krisis Global 2007 sebenarnya bermuara dari AS yang mengalami gairah dalam bisnis properti yang luar biasa. Masyarakat AS terus-terusan dirangsang untuk membeli rumah dengan menggunakan kredit atau subprime mortgage dan disaat satu bank Ambruk maka efeknya akan seperti domino yaitu menyebabkan Bank-bank lain ambruk. Pertengahan 2004 arah kebijakan moneter AS mengalami perubahan menjadi ketat, kondisi ini mengakibatkan pasar perumahan menjadi bergejolak karena banyak debitur mengalami gagal bayar. Masalah ini kian diperburuk dengan jatuhnya harga rumah di AS yang membuat para Investor terlilit masalah likuiditas. Hingga salah satu bank terbesar prancis mengumumkan pembekuan beberapa sekuritas yang terkait perumahan berisiko tinggi AS. Hal ini memicu gejolak pasar Finansial dan menular ke seluruh dunia. Akhirnya the Fed berusaha memperbaiki keadaan ini dengan menurunkan suku bunga namun hal ini belum juga dapat memperbaiki kondisi perekonomian AS dan justru menimbulkan spekulasi. Imbasnya Lehman Brothers bangkrut, dan menyebabkan hilangnya kepercayaan Investor pada kemampuan pelaku bisnis untuk memenuhi kewajiban sehingga pasar modal dan pasar pembiayaan jangka pendek terhambat. Selain subprime mortgage beberpa pandangan mengenai penyebab krisis Global 2007, yaitu Penumpukan hutang AS, program pajak korporasi yang mengurangi pendapatan negara, CFTC (Commodity Futures Trading Commision) sebuah lembaga pengawas keuangan tidak mengawasi ICE (Inter Continental Exchange) sebuah badan yang melakukan aktifitas perdagangan berjangka. Dimana ECE juga turut berperan mendongkrak harga minyak hingga lebih dari USD 100/barel. Belum lagi dengan adanya Perang Irak dan Afganistan yang menghabiskan banyak dana dimana AS menjadi negara yang membiayai perang tersebut. Lagi-lagi terjadi Contagion Effect atau Efek penularan atau biasa orang menyebutnya dengan efek Bola Salju dimana krisis yang bermula terjadi di AS menyebar ke negara-negara lainnya, yang menyebabkan krisis ini disebut dengan krisis Global.

Dampak krisis Global 2007 terhadap perekonomian Indonesia Dampak yang paling bisa dirasakan adalah melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia karena merupakan negara small open economy. Yang kedua, yaitu Melemahnya nilai tukar Rupiah. Dengan sistem nilai tukar rupiah yang Floating Exchange rate dimana nilai tukar bergantung pada supply dan demand dipasar maka nilai tukar rupiah cenderung rentan terkena krisis. Kurs Rupiah melemah menjadi Rp 11.711,- per USD pada bulan November 2008 yang merupakan depresiasi yang cukup tajam, karena pada bulan sebelumnya Rupiah berada di posisi Rp 10.048,- per USD. Akibat ketatnya likuiditas di AS, supply dollar menurun, hal ini menyebabkan Rupiah terdepresiasi. Jika dilihat dari pemikiran didalam makroekonomi seharusnya depresiasi dapat meningkatkan daya saing produk dalam negeri karena harga-harga produk dalam negeri menjadi lebih murah dibanding produk impor. Namun karena krisis ini juga dirasakan dinegara lain yang juga mengalami depresiasi membuat daya beli masyarakat menurun. Berdasarkan laporan BPS awal Maret 2009 lalu, disebutkan bahwa nilai ekspor Indonesia pada Januari 2009 hanya sebesar USD 7,15 miliar. Angka ini turun 17,7% dibandingkan nilai ekspor pada Desember 2008 sebesar USD 8,69 miliar. Bahkan, jika dibandingkan dengan Januari 2008, nilai penurunannya lebih besar lagi, yakni sebesar 36%. Tidak ketinggalan krisis ini telah menyebabkan ekspor indonesia menurun dan membuat neraca pembayaran Indonesia defisit. Bank Indonesia memperkirakan secara keseluruhan NPI mencatatkan defisit sebesar US$ 2,2 miliar pada tahun 2008. Penyebab lainnya adalah derasnya aliran keluar modal asing dari Indonesia khususunya pada pasar SUN (Surat Utang Negara) dan SBI (Sertifikat Bank Indonesia). Investasi portofolio mencatat defisitnya akibat aliran keluar modal asing tersebut. Karena sentimen negatif terhadap pasar keuangan modal, para investor panik dan ketakutan hingga melepas aset-aset finansial mereka himgga neraca modal dan finansial menjadi ikut defisit. Harga saham turun drastis sebesar 41% sebelum akhirnya sempat ditutup. Melonjaknya harga minyak dunia mengakibatkan Inflasi makin tinggi dan mendorong dikeluarkannya kebijakan subsidi harga BBM. Namun seiring harga komoditi dan harga subsidi yang mengalami penurunan tingkat inflasi pun berangsurangsur membaik. Didalam kondisi seperti ini yang dapat dilakukan oleh perusahaanperusahaan di Indonesia adalah melakukan efisiensi yang membuat adanya pemutusan hubungan kerja dan memperlambat penyerapan tenaga kerja serta meningkatkan tingkat pengangguran.

Peran Pemerintah dalam Mengatasi Dampak Krisis Asia 1997 Pemerintah akhirnya mengutus BI sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam menjaga perekonomian Indonesia tetap stabil. Oleh karena itu BI memerlukan kebijakan-kebijakan guna mengatasi krisis. Didalam sektor moneter , BI menaikkan BI rate dari 8 persen secara bertahap menjadi 9,5 persen pada Oktober 2008 dengan tujuan agar Inflasi terus-terusan meningkat. Sedangkan didalam sektor perbankan BI mengupayakan untuk memperkuat ketahanan sistem perbankan dengan mempersiapkan implementasi Basel II. Basel II bertujuan meningkatkan keamanan dan kesehatan sistem keuangan, dengan menitikberatkan pada perhitungan permodalan yang berbasis risiko, supervisory review process, dan market discipline. Dari krisis yang telah terjadi terlihat bahwa Industri perbankan Syariah lebih tahan terhadap krisis, hal ini dimanfaatkan dengan cara meningkatkan industri ini. Selain itu mempermudah akses ke bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk menanggulangi terjadinya keketatan likuiditas, dan sebgai bantalan perekonomian rakyat BI menjaga agar pendanaan di sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) tetap tersedia. Dalam sektor perbankan ini BI mengedepankan transparansi serta manajemen resiko. Seperti yang telah dibahas sebelumnya pasar modal mengalami defisit , maka diperlukan ekspor untuk meningkatkan kembali neraca perdagangan serta menarik mendorong penanaman kembali modal asing yang sempat lari. Langkah konvensional dilakukan dengan memberikan insentif kepada dunia usaha. Di sini, PP No 1/2007 tentang insentif pajak bagi usaha dan daerah tertentu akan diimplementasikan. Paket kebijakan ekonomi lawas melalui Inpres 5/2008 juga terus dijalankan. Setelah menganalisis dampak yang ditimbulkan dari kedua krisis, dapat disimpulkan bahwa Krisis Asia 1997 dan Krisis Global 2007 sama-sama mengakibatkan nilai tukar rupiah melemah. Hal ini disebabkan oleh sistem Floating Exchange Rate yang dianut oleh Indonesia yaitu sistem dimana nilai tukar rupiah bergantung kepada keadaan pasar sehingga rentan terkena krisis. APPENDIX Krisis Asia 1997 Kondisi Makroekonomi Indonesia Indikator Makroekonomi Tahun Besaran USD 265 USD 785

Pertumbuhan Domestik 1995 bruto perkapita 1997

Perkembangan Investasi Aliran Modal

Nilai 1990-1996 1996 1996 1996

11,5% USD 6.194 M Rp 2.432,3 7,9%

Pergerakan Nilai Tukar Tingkat Inflasi

Tabel : Posisi Utang Luar Negeri RI

Periode

Pinjaman Komersial

Pinjaman Non-komersial ODA Non ODA 12,474 15,130 15,169 15,367 14,812

Sub jumlah52,461 58,618 59,588 55,303 53,865

1993 1994 1995 1996 1997

2,169 1,727 1,085 1,048 890

37,818 41,761 43,335 38,888 38,163

Sumber: Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia (Jakarta: Bank Indonesia, Mei 2000).

Investasi Langsung ke Indonesia (bersih) 1997-1998 Periode Juni 1997 September 1997 Desember 1997 Maret 1997 Juni 1998 September 1998 Desember 1998 FDI 1.267 1.409 -307 -485 367 -144 55

Sumber: Data Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Bank Indonesia12

sumber : www.bi.go.id

Sumber : kementerian koordinator perekonomian Indonesia

Sumber : kementerian koordinator perekonomian Indonesia

Sumber : www.bi.go.id

Sumber : www.bi.go.id Krisis Global 2007

Sumber : BPS

Sumber : www.bi.go.id

Sumber : www.bi.go.id

DAFTAR PUSTAKAIbnu Purna / Hamidi / Prima , Perekonomian Indonesia Tahun 2008 Tengah Krisis Keuangan Global, http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=3698&Itemid=29 Diakses tanggal 20 Januari 2012 jam 15.37 Marina R. L. Pandin, KUALITAS KREDIT DAN TANTANGAN PERBANKAN INDONESIA PASCA KRISIS GLOBAL 2008, http://www.bni.co.id/Portals/0/Document/kualitas%20kredit.pdf Diakses tanggal 20 Januari 2012 pukul 20.55 Noor Yudanto dan M. Setyawan Santoso, DAMPAK KRISIS MONETER TERHADAP SEKTOR RIIL, http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/18E242E4-4095-48C9-ABBF42C45E7221EA/3013/bempvol1no2sept.pdf Diakses tanggal 20 Januari 2012 pukul 21.09 Tim penyusun BI, Outlook Ekonomi Indonesia 2008-2012 http://www.gaikindo.or.id/download/industry-policies/k-bank-indonesia/OEI-2008-2012.pdf Diakses tanggal 20 Januari 2012 pukul 21.13

Lilik Salamah, Lingkaran Krisis Ekonomi Indonesia, http://mkp.fisip.unair.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=97:lingkarankrisis-ekonomi-indonesia&catid=34:mkp&Itemid=62 Tim penyusun BI, Outlook ekonomi Indonesia, Krisis Ekonomi Global dan Dampaknya terhadap Perekonomian Indonesia, http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/D39BC89A-1079-47E3-9803BF9CC812E89D/16508/Bab3KrisisEkonomiGlobaldanDampaknyaterhadapPerekon.pdf

Statement of Authorship

Saya/kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan oran lain yang saya/kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya. Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah atau tugas pada mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/kami menyatakan menggunakannya. Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme

Nomor mahasiswa Mata Ajaran Dosen Judul Makalah/Tugas Tanggal Tanda Tangan

09/282558/EK/17558 Makroekonomika II Dr, Bagus Santoso ANALISIS DAMPAK KRISIS ASIA 1997 DAN KRISIS GLOBAL 2007 TERHADAP INDONESIA Jumat, 20 Januari 2012

Tugas Individual Makroekonomika IIANALISIS DAMPAK KRISIS ASIA 1997 DAN KRISIS GLOBAL 2007 TERHADAP INDONESIA

09/282558/EK/17558 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada