tugas 6 pembelajaran individual

29
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS ICT PEMBELAJARAN INDIVIDUAL OLEH KELOMPOK IV ANGGREINI DESTRIAYU VASISTA DEYESA J DELIN DIAN LESTARI DOSEN PEMBIMBING PROF. DR. FESTIYED, M.S PENDIDIKAN FISIKA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2015

Upload: rere

Post on 17-Sep-2015

13 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

TUGAS KELOMPOK 6 BERISIKAN MATERI MENGENAI PEMBELAJARAN INDIVIDUAL

TRANSCRIPT

  • PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS ICT

    PEMBELAJARAN INDIVIDUAL

    OLEH

    KELOMPOK IV

    ANGGREINI

    DESTRIAYU VASISTA

    DEYESA J DELIN

    DIAN LESTARI

    DOSEN PEMBIMBING

    PROF. DR. FESTIYED, M.S

    PENDIDIKAN FISIKA

    PROGRAM PASCA SARJANA

    UNIVERSITAS NEGERI PADANG

    2015

  • i

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan

    karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Pembelajaran

    Individual yang dibimbing oleh Ibu Prof. Dr. Festiyed, M.S.

    Makalah yang ditulis penulis ini berbicara mengenai teori pembelajaran

    individual yang kreatif, efektif, efisien, menarik serta interaktif. Penulis menulis

    makalah ini dengan mengambil dari berbagai sumber baik dari buku maupun dari

    internet dan membuat gagasan dari beberapa sumber yang ada tersebut.

    Penulis berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu penulis

    dalam penyelesaian makalah ini. Hingga tersusunlah makalah yang sampai dihadapan

    pembaca pada saat ini.

    Penulis juga menyadari bahwa makalah yang penulis tulis ini masih terdapat

    banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk

    menyampaikan saran atau kritik yang membangun demi tercapainya makalah yang jauh

    lebih baik.

    Padang, Maret 2015

    Penulis

  • ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

    DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

    BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

    A. Pengertian Pembelajaran Individual dan Sejarahnya .............................................. 3

    B. Tujuan Pembelajaran Individual ............................................................................. 4

    C. Karakteristik Pembelajaran Individual .................................................................... 4

    D. Prinsip-prinsip Pengajaran Individual ..................................................................... 5

    E. Peran siswa dalam pembelajaran individual ........................................................... 6

    F. Peran guru dalam pembelajaran individual ............................................................. 6

    G. Keunggulan dan Keterbatasan Pengajaran Individual ............................................ 7

    H. Cara Pengaturan Pembelajaran Individual ............................................................ 10

    I. Metode dan Teknik yang di gunakan dalam Pembelajaran Individual ................. 11

    J. Pembelajaran yang Kreatif, Efektif, Efisien, Menarik, dan Interaktif .................. 15

    K. Matrik Pembelajaran Individual yang Kreatif, Efektif, Efisien, Menarik, dan

    Interaktif ......................................................................................................................... 21

    BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 24

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 26

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pengajaran Individual diilhami oleh teori Skinner yang dikenal dengan

    Reinforcement Theory pada tahun 1954. Penganut teori ini berpendapat bahwa tiap-tiap

    anak memiliki kepribadian yang unik. Tiap anak memiliki karakteristik yang berbeda

    antara satu dengan yang lainnya. Sejak dilahirkan anak memiliki sejumlah potensi

    namun dalam perkembangannya tidak semua potensi dapat berkembang dengan baik.

    Keunikan tiap anak terbentuk karena faktor keturunan, lingkungan, dan factor diri.

    Dalam suatu sekolah siswa berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda,

    lingkungan social budaya yang berbeda, serta memiliki potensi yang berbeda pula.

    Agar potensi pribadi anak dapat berkembang secara wajar maka para ahli memikirkan,

    melakukan pengkajian secara terus menerus serta menemukan pola pembelajaran yang

    cocok untuk mengembangkan kemampuan potensial setiap individu anak.

    Siswa dalam suatu kelas diharapkan mampu mengubah secara mendasar dalam

    hal kemampuan mentalnya, potensi belajar yang dicapai terdahulu, kecepatan belajar,

    motivasi, minat dan gaya belajar. Apabila kemampuan belajar dan prestasi belajar

    dikombinasikan dengan perbedaan individual siswa, motivasi, minat dan gaya belajar

    maka pembelajaran kelas regular tidak dapat menjadi pembelajaran yang efektif sesuai

    dengan kebutuhan siswa.

    B. Rumusan Masalah

    Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah

    1. Apa pengertian pembelajaran individual?

    2. Apa tujuan pembelajaran individual?

    3. Bagaimana karakteristik pembelajaran individual?

    4. Bagaimana prinsip-prinsip pembelajaran individual?

    5. Bagimana peran siswa dalam pembelajaran individual?

    6. Bagaimana peran guru dalam pembelajaran individual?

    7. Bagaimana keunggulan dan keterbatasan pembelajaran individual?

    8. Bagaimana cara pengaturan pembelajaran individual?

  • 2

    9. Apa metode dan teknik yang digunakan dalam pembelajaran individual?

    10. Bagaimana pembelajaran individual yang kreatif, efektif, efisien, menarik serta

    interaktif untuk pembelajaran?

    11. Bagaimanakah matriks pembelajaran individual yang kreatif, efektif, efisien,

    menarik serta interaktif untuk pembelajaran?

    C. Tujuan Penulisan

    Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah

    1. Mengetahui pengertian pembelajaran individual

    2. Mengetahui tujuan pembelajaran individual?

    3. Mengetahui karakteristik pembelajaran individual?

    4. Mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran individual?

    5. Mengetahui peran siswa dalam pembelajaran individual?

    6. Mengetahui peran guru dalam pembelajaran individual?

    7. Mengetahui keunggulan dan keterbatasan pembelajaran individual?

    8. Mengetahui cara pengaturan pembelajaran individual?

    9. Mengetahui metode dan teknik yang digunakan dalam pembelajaran individual

    10. Mengetahui pembelajaran individual yang kreatif, efektif, efisien, menarik serta

    interaktif untuk pembelajaran

    11. Mengetahui matriks pembelajaran individual yang kreatif, efektif, efisien, menarik

    serta interaktif untuk pembelajaran

  • 3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Pengertian Pembelajaran Individual dan Sejarahnya

    Pembelajaran individual menurut Duane dalam Mbulu (2001) merupakan cara

    pengaturan program belajar dalam setiap mata pelajaran, disusun dalam suatu cara

    tertentu yang disediakan bagi tiap siswa agar dapat memacu kecepatan belajarnya

    dibawah bimbingan guru. Pembelajaran individual merupakan pelatihan secara

    individual karena pertimbangan adanya perbedaan-perbedaan diantara para peserta

    didik (http://www.ica-sae.org). Selanjutnya menurut Wina Sanjaya (2008:128),

    pembelajaran individual adalah pembelajaran yang penyusunan program belajarnya

    memperhatikan kepentingan, kemampuan, minat, kecepatan belajarnya dari masing-

    masing siswa. Menurut Muhammad Ali (2000 : 94), pembelajaran individual disamping

    memungkinkan setiap siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan potensinya, juga

    memungkinkan setiap siswa menguasai seluruh bahan pelajaran secara penuh. Jadi

    dapat disimpulkan bahwa pembelajaran individual merupakan suatu penyusunan

    program pembelajaran bagi guru dengan memperhatikan kemampuan, minat dan

    kecepatan belajar setiap siswa dalam kelompok belajar.

    Latar belakang pembelajaran individual berasal dari teori Skinner yang dikenal

    dengan Reinforcement Theory pada tahun 1954. Penganut teori ini berpendapat bahwa

    tiap-tiap anak memiliki kepribadian yang unik. Tiap anak memiliki karakteristik yang

    berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sejak dilahirkan anak memiliki sejumlah

    potensi namun dalam perkembangannya tidak semua potensi dapat berkembang dengan

    baik. Keunikan tiap anak terbentuk karena faktor keturunan, lingkungan, dan factor

    diri. Dalam suatu sekolah siswa berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda,

    lingkungan social budaya yang berbeda, serta memiliki potensi yang berbeda pula.

    Agar potensi pribadi anak dapat berkembang secara wajar maka para ahli memikirkan,

    melakukan pengkajian secara terus menerus serta menemukan pola pembelajaran yang

    cocok untuk mengembangkan kemampuan potensial setiap individu anak.

    Siswa dalam suatu kelas diharapkan mampu mengubah secara mendasar dalam

    hal kemampuan mentalnya, potensi belajar yang dicapai terdahulu, kecepatan belajar,

    motivasi, minat dan gaya belajar. Apabila kemampuan belajar dan prestasi belajar

  • 4

    dikombinasikan dengan perbedaan individual siswa, motivasi, minat dan gaya belajar

    maka pembelajaran kelas regular tidak dapat menjadi pembelajaran yang efektif sesuai

    dengan kebutuhan siswa. Latar belakang timbulnya pembelajaran individual menurut

    Duane dalam Mbulu 2001 dengan sebuah ungkapan bahwa tidak ada dua orang pelajar

    yang :

    1. Memiliki tingkat prestasi yang sama

    2. Mencapai taraf prestasi belajar dengan menggunakan cara belajar yang sama

    3. Memecahkan masalah yang sama dengan cara yang sama pula

    4. Memiliki pola tingkah laku dan minat yang sama

    5. Dimotivasi untuk mencapai prestasi belajar pada taraf yang sama

    6. Mencapai tujuan belajar yang sama

    7. Siap untuk belajar pada waktu yang sama

    8. Mempunyai kemampuan yang sama untuk belajar

    B. Tujuan Pembelajaran Individual

    Pembelajaran individual dapat mencakup cara-cara pengaturan sebagai berikut:

    1. Membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar terutama kelompok siswa

    yang lamban belajar

    2. Menyesuaikan materi pelajaran dengan perbedaan individual siswa dalam

    belajar dan memperhatikan kepentingan siswa dalam belajar

    3. Meningkatkan mutu dan efektivitas pengajaran

    4. Pelaksanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan minat dan individual siswa

    (Utomo 1990 dalam Rahajeng 2011).

    C. Karakteristik Pembelajaran Individual

    Perhatian utama yang membedakan pembelajaran individual dengan

    pembelajaran konvensional, yaitu

    1. Lebih mengutamakan proses daripada mengajar (memusatkan perhatian pada

    siswa yang belajar bukan guru yang mengajar)

    2. Menyesuaikan pengajaran dengan kemampuan dan kebutuhan siswa sebagai

    individual

    3. Mengusahakan pertisipasi yang aktif dari siswa untuk belajar secara individual

  • 5

    4. Merumuskan tujuan yang jelas dan spesifik sehingga memudahkan siswa untuk

    mencapainya

    5. Memberikan kesempatan untuk maju sesuai dengan kecepatan masing-masing

    6. Menggunakan banyak feedback dari hasil evaluasi untuk membantu siswa yang

    mengalami kesulitan belajar (Utomo 1990 dalam Rahajeng 2011).

    D. Prinsip-prinsip Pembelajaran Individual

    Prinsip-prinsip pembelajaran individual adalah sebagai berikut:

    1. Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai dengan kecepatannya

    masing-masing

    2. Membuka kesempatan bagi siswa untuk mencapai belajar tuntas atas bahan

    pelajaran yang dipelajari

    3. Mendorong siswa untuk memecahkan masalah dan menggunakan pikiran dalam

    memecahkan masalah

    4. Mengembangkan kesanggupan berinisiatif dan mengatur diri sendiri dalam

    belajar

    5. Memupuk kebiasaan untuk menilai diri sendiri dan mempertinggi motivasi siswa

    untuk belajar

    6. Menentukan dengan teliti taraf pengetahuan siswa sebelum diberi tugas

    7. Mengadakan evaluasi yang sering secara individual untuk mengetahui dengan

    segera hasil yang dicapai sebagai penguatan bagi siswa maupun guru atau untuk

    memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa, kekeliruan yang

    dilakukan oleh guru maupun kelemahan-kelemahan tugas yang diberikan oleh

    guru

    8. Dilakukannya diagnosis dan diberikannya remediasi yang tepat dan segera

    9. Evaluasi dengan berbagai bentuk (tes dan nontes) dan jadwal yang luwes

    10. Pilihan berbagai bentuk pembelajaran (variasi penggunaan metode

    pembelajaran)

    11. Pengorganisasian materi pelajaran dalam suatu cara yang memungkinkan tiap

    siswa maju sesuai dengan kemampuan dan minatnya masing-masing

    12. Diberikan bimbingan dan petunjuk instruksional kepada masing-masing siswa

    sesuai dengan kebutuhannya (Utomo 1990 dalam Rahajeng 2011).

  • 6

    E. Peran Siswa dalam Pembelajaran individual

    Kedudukan siswa dalam pembelajaran bersifat sentral. Pembelajaran merupakan

    pusat layanan pengajaran. Berbeda dengan pengajaran klasikal maka siswa memiliki

    keluasan sebagai berikut :

    1. Keleluasaan belajar sesuai dengan kemampuan sendiri

    2. Kebebasan menggunakan waktu belajar, dalam hal ini siswa bertanggung jawab

    atas semua kegiatan yang dilakukannya

    3. Keleluasaan dalam mengontrol kegiatan, kecepatan, dan intensitas belajar,

    dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan

    4. Siswa melakukan penilaian sendiri atas hasil belajar

    5. Siswa dapat mengetahui kemampuan dan hasil belajar sendiri

    6. Siswa memiliki kesempatan untuk menyusun program belajarnya sendiri

    Keenam jenis kedudukan siswa tersebut berdampak pada perbedaan tanggung

    jawab belajar mengajar (Utomo 1990 dalam Rahajeng 2011).

    F. Peran Guru dalam Pembelajaran iIndividual

    Kedudukan guru dalam pembelajaran bersifat membantu. Bantuan guru

    berkenaan dengan:

    1. Perencanaan kegiatan belajar

    2. Pengorganisasian kegiatan belajar

    3. Penciptaan pendekatan terbuka antara guru dan siswa

    4. Fasilitas yang memperudah belajar

    Peran guru dalam merencanakan kegiatan belajar :

    1. Membantu merencanakan kegiatan belajar siswa, dengan musyawarah guru

    membantu siswa menetapkan tujuan pembelajaran, membuat program belajar

    sesuai kemampuan siswa

    2. Membicarakan pelaksanaan belajar, mengemukakan criteria keberhasilan

    belajar, menentukan waktu dan kondisi belajar.

    3. Berperan sebagai penasehat dan pembimbing

    4. Membantu siswa dalam penilaian hasil belajar dan kemajuan sendiri, sebagai

    ilustrasi, guru membantu memilih program belajar dengan suatu modul (Utomo

    1990 dalam Rahajeng 2011).

  • 7

    Peranan guru dalam pengorganisasian kegiatan belajar adalah mengatur dan

    memonitor kegiatan belajar sejak awal sampai akhir. Peranan guru sebagi berikut:

    1. Memberikan orientasi umum sehubungan dengan belajar topic tertentu

    2. Membuat variasi kegiatan belajar agar tidak terjadi kebosanan

    3. Mengkoordinasikan kegiatan dengan memperhatikan kemajuan, materi, media,

    dan sumber

    4. Membagi perhatian pada sejumlah pebelajar, menurut tugas

    5. Mengakhiri kegiatan belajar dalam suatu hasil belajar berupa laporan atau

    pameran hasil kerja; untuk kerja hasil belajar tersebut umumnya diakhiri dengan

    evaluasi kemajuan belajar (Utomo 1990 dalam Rahajeng 2011).

    Peranan guru dalam penciptaan hubungan terbuka dengan siswa bertujuan

    menimbulkan perasaan bebas dalam belajar.

    G. Keunggulan dan Keterbatasan Pembelajaran Individual

    1. Keunggulan Pembelajaran Individual Bagi Siswa

    Berbagai fakta membuktikan bahwa siswa yang berpartisipasi dalam program

    belajar mandiri, belajar lebih keras, lebih banyak, dan mampu lebih lama mengingat hal

    yang dipelajarinya dibandingkan dengan siswa yang mengikuti kelas konvensional.

    Belajar mandiri memberikan keunggulan sebagai metode pengajaran sebagai berikut:

    a. Program belajar yang dirancang dengan cermat akan memanfaatkan lebih

    banyak asas belajar. Hasilnya adalah peningkatan baik dari segi jenjang belajar

    maupun kadar ingatan. Jumlah siswa yang gagal dan menunjukkan kinerja tidak

    memuaskan dapat dikurangi secara nyata

    b. Program ini memberikan kesempatan kepada siswa yang lamban maupun yang

    cepat untuk menyelesaikan pelajaran dengan tingkat kemampuan masing-masing

    dalam kondisi belajar yang cocok

    c. Rasa percaya diri dan tanggung jawab pribadi yang dituntut dari siswa oleh

    program belajar mandiri mungkin dapat berlanjut sebagai kebiasaan dalam

    kegiatan pendidikan lain, tanggung jawab atas pekerjaan dan tingkah laku

    pribadi

  • 8

    d. Program belajar mandiri dapat menyebabkan lebih banyak perhatian tercurah

    kepada siswa perorangan dan memberikan kesempatan yang lebih luas untuk

    berlangsungnya interaksi antar siswa

    e. Memungkinkan bagi siswa untuk maju menurut kecepatannya sendiri dengan

    mempelajari setiap bidang studi atau mata pelajaran

    f. Siswa berhubungan langsung dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari

    g. Kesempatan memperoleh respon dengan segera untuk menjawab pertanyaan dan

    segera pila memperoleh balikan, sehingga siswa merasa puas dengan hasil yang

    dicapainya.

    h. Memungkinkan siswa untuk memahami materi pelajaran dengan lebih baik

    karena disusun secara sistematis dan terstruktur

    i. Memungkinkan siswa untuk mempelajari dan memahami dengan lebih

    mendalam aspek-aspek mata pelajaran yang dipelajari , melaksanakan tes

    diagnostic dan mendorong siswa mempelajari materi dengan lebih luas

    j. Bentuk pengajaran non grade dimana setiap siswa dapat maju dalam suatu mata

    pelajaran atau bidang studi sejauh kemampuannya (Utomo 1990 dalam

    Rahajeng 2011).

    2. Keunggulan Pembelajaran Individual Bagi Guru

    a. Membebaskan guru dari kegiatan mengajar rutin, sehingga guru dapat

    merencanakan tugas lain, misalnya buku kerja yang mencatat kemajuan belajar

    atau kesalahan-kesalahn untuk semua siswa

    b. Guru akan lebih akurat mengenal kebutuhan pengajaran bagi setiap siswa

    c. Memberikan kesempatan kepada guru untuk menyediakan tes diagnostic sebagai

    dasar untuk menentukan kedudukan siswa

    d. Guru dapat menyediakan waktu lebih banyak bagi siswa yang membutuhkan

    bantuan

    e. Memberikan kesempatan kepada guru agar menghasilkan sesuatu secara

    sistematis dan teliti walaupun program yang dihasilkan itu dimanfaatkan

    f. Guru berperan sebagai pembimbing siswa di dalam usaha untuk menambah

    pengetahuan dari materi pelajaran yang diberikan

  • 9

    g. Kegiatan dan tanggung jawab pengajar yang terlibat dalam program belajar

    mandiri berubah karena waktu untuk penyajian menjadi berkurang dan pengajar

    mempunyai waktu lebih banyak untuk memantau siswa dalam pertemuan

    kelompok dan untuk konsultasi perorangan

    h. Timbul rasa kepuasan kerja yang lebih tinggi (Utomo 1990 dalam Rahajeng

    2011).

    3. Keterbatasan Pembelajaran Individual

    Para siswa yang sudah terbiasa mengikuti pelajaran secara konvensional akan

    mengalami kesukaran apabila mereka diarahkan untuk belajar secara mandiri

    (individual). Belajar secara individual membutuhkan disiplin belajar yang tinggi,

    mempunyai kemauan yang kuat untuk belajar mencapai sukses, memiliki motivasi

    untuk berprestasi, adanya persaingan antar siswa untuk mencapai tingkat prestasi yang

    optimal. Menyusun bahan belajar memakan waktu berbulan-bulan dan memerlukan

    biaya yang besar (menulis buku pelajaran misalnya modul, paket belajar, teks pelajaran

    terprogram; pembelian bahan ajar, monitoring, menyusun soal tes, dan sebagainya) serta

    membutuhkan tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu yang menunjang hasil produksi

    yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan. Memang pendekatan utama kearah

    belajar mandiri mungkin tidak efisien dari segi biaya dalam jangka pendek namun

    karena teknik dan beraneka ragam sumber yang digunakan berulang-ulang dengan

    kelompok selanjutnya, biaya program dapat dikurangi secara nyata. Menurut Kemp

    (daam Mbulu, 2001) terdapat beberapa kelemahan belajar individual yang harus

    diketahui:

    a. Mungkin kurang terjadi interaksi antara pengajar dengan siswa atau antara siswa

    dengan siswa apabila program belajar mandiri dipakai metode satu-satunya dalam

    mengajar. Oleh karena itu perlu direncanakan kegiatan kelompok kecil antara

    pengajar dan siswa secara berjangka

    b. Program belajar individual tidak cocok untuk semua siswa atau semua pengajar

    c. Kurang disiplin diri dan kemalasan yang menyebabkan kelambatan penyelesaian

    program oleh beberapa siswa. Kebiasaan dan pola perilaku baru perlu

    dikembangkan sebelum dapat berhasil dalam belajar individual

  • 10

    Metode belajar secara individual sering menuntut kerjasama dan perencanaan tim

    yang rinci diantara staf pengajar yang terlibat dan koordinasi dengan layanan penunjang

    (sarana media perpustakaan).

    H. Cara Pengaturan Pembelajaran Individual

    Pengajaran individual dapat mencakup cara-cara pengaturan sebagai berikut:

    1. Rencana Studi Mandiri (Independent Study plans)

    Guru dan siswa bersama-sama mengadakan perjanjian mengenai materi

    pelajaran yang akan dipelajari dan apa tujuannya. Para siswa mengatur belajarya sendiri

    dan diberikan kesempatan untk berkonsultasi secara berkala kepada guru untuk

    memperoleh pengarahan atau bantuan dalam menghadapi tes dan menyelesaikan tugas-

    tugas perseorangan.

    2. Studi yang Dikelola Sendiri (Self-Directed Study)

    Siswa diberi sejumlah daftar tujuan yang harus dicapai serta materi pelajaran

    yang harus dipelajari untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dilengkapi dengan

    daftar kepustakaan. Pada waktu-waktu tertentu siswa menempuh tes dan dinyatakan

    lulus apabila telah memenuhi kriteria yang ditetapkan.

    3. Program Belajar yang berpusat pada siswa (Learner-Centered Program)

    Dalam batas-batas tertentu siswa diperbolehkan menentukan sendiri materi yang

    akan dipelajari dan dalam urutan yang bagaimana. Setelah siswa menguasai

    kemampuan-kemampuan pokok dan esensial, maereka diberi kesempatan untuk belajar

    program pengayaan.

    4. Belajar Menurut Kecepatan Sendiri (Self-Pacing)

    Siswa mempelajari materi pelajaran tertentu untuk mencapai tujuan

    pembelajaran khusus yang telah ditetakan oleh guru. Sema siswa arus mencapai tujuan

    pembelajaran khusus yang sama, namn mereka mengatur sendiri laju kemajuan

    belajarnya daam mempelajari materi pelajaran tersebut.

    5. Pembelajaran yang ditentukan oleh siswa sendiri. (Student-Determined Instruction)

    Pengaturan pembelajaran tersebut menyangkut: penentuan tujuan pembelajaran

    (umum dan khusus), pilihan media pembelajaran dan nara suumber, penentuan alokasi

    waktu untuk mempelajari berbagai topik, penentuan laju kemajuan sendiri,

  • 11

    mengevaluasi sendiri pencapaian tujuan pembelajaran, dan kebebasan untuk

    memprioritaskan materi pelajaran tertentu.

    6. Pembelajaran Sesuai Diri (Individual Instruction)

    Strategi pembelajaran ini mencakup enam unsur dasar, yaitu, a) kerangka waktu

    yang luwes; b) adanya tes diagnostik yang diikuti pembelajaran perbaikan

    (memperbaiki keselahan yang dibuat siswa atau memberi kesempatan kepada isiwa

    untuk ;melangkah bagian materi pelajaran yang telah dikuasainya; c) pemberian

    kesempatan kepada siswa untuk memilih bahan belajar yang sesuai; d) penilain

    kemajuan belajar siswa dengan menggunakan bentuk-bentuk penilaian yang dapat

    dipilih dan penyediaan waktu mengerjakan yang luwes; e) pemilihan lokasi belajar

    yang bebas; dan f) adanya bentuk-bentuk kegiatan belajar bervariasi yang dapat dipilih.

    7. Pembelajaran Perseorangan Tertuntun (Indivully Prescribed Instruction)

    Sistem pembelajaran ini didasarkan pada prinsip-prinsip pembelajaran

    terprogram. Setiap siswa diarahkan pada program belajar masing-masing berdasarkan

    rencana kegiatan belajar yang telah disiapkan oleh guru atau guru bersama siswa

    berdasrkan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan dirumuskan secara

    operasional. Rencana kegiatan ini berkaitan dengan materi pelajaran yang harus

    dipelajari atau kegiatan yang harus dilakukan siswa. (Utomo 1990 dalam Rahajeng

    2011).

    I. Metode dan Teknik yang di gunakan dalam Pembelajaran Individual

    Metode yang digunakan dalam pengajaran individual

    1. Metode Tanya Jawab

    Untuk mencipatakan kehidupan interaksi belajar mengajar perlu guru

    menimbulkan metode Tanya jawab atau dialaog, ialah suatu metode untuk memberi

    motivasi pada siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya selama mendengar

    pelajaran . Metode Tanya jawab ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui

    bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh anak didik. Dengan metode ini, antara lain

    dapat dikembangakan keterampilaan mengamati, menginterprestasi, mengklasifikasi,

    membuat kesimpulan dan menerapkan. Penggunaan metode Tanya jawab bermaksud

    memotivasi anak didik untuk bertanya selama proses belajar mengajar. Metode Tanya

  • 12

    jawab mempunyai tujuan agar siswa dapat mengerti atau mengingat ingat tentang apa

    yang dipelajari.

    a. Metode Tanya jawab ini layak dipakai bila dilakukan:

    1) Sebagai pengulang pelajaran yang telah lalu

    2) Sebagai selingan dalam menjelaskan pelajaran

    3) Untuk merangsang siswa agar perhatian mereka terpusat pada masalah.

    4) Untuk mengarahkan proses berfikir siswa.

    5) Kelabihan Metode Tanya Jawab

    6) Lebih mengaktifkan anak didik dibanding dengan metode ceramah

    7) Anak akan lebih cepat mengerti

    8) Mengetahui perbedaan pendapat antara anakn didik dan guru.

    9) Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian anak didik

    b. Kekurangan Metode Tanya Jawab

    1) Mudah menyimpang dari pokok persoalan

    2) Dapat menimbulkan masalah baru

    3) Anak didik kadang merasa takut untuk memberikan jawaban atas pertanyaan

    yang diajukan kepadanya.

    4) Sukar membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berfikir dan pemahaman

    anak didik.

    5) Waktu yang dipergunakan dalam pembelajaran tersita karena banyaknya

    pertanyaan yang timbul dari siswa

    6) Jalannya pengajaran kurang dapat terkoordinir secara baik karena tidak bisa

    dijawab secara tepat baik oleh guru atau siswa (Eka, 2011).

    2. Metode Tugas

    Metode tugas adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas

    tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Masalah tugas yang dilaksanakan oleh

    siswa dapat dilakukan didalam kelas, dihalaman sekolah, dan diperpustaan ataupun

    dirumah asalkan tugas itu dapat dikerjakan. Metode ini diberikan karena dirasakan

    bahan pelajaran yang terlalu banyak sementara waktu sedikit. Tugas biasanya bisa

    dilaksanakan dirumah, disekolah, dan diperpustakaan. Tugas bisa merangsang anak

    untuk aktif belajar, baik secara individuala ataupun kelompok.

  • 13

    a. Kelebihan Metode Tugas

    1) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual.

    2) Dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru.

    3) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa

    4) Dapat mengembangkan kreativitas siswa

    b. Kekurangan Metode Tugas

    1) Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas atau orang lain

    2) Tidak mudah memberi tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa

    3) Sering memberi tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat menimbulkan

    kebosanan siswa (Eka, 2011).

    3. Metode Latihan

    Metode latihan yang disebut juga metode training merupakan suatu cara

    mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaankebiasaan tertentu, juga sebagai

    sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Sebagai suatu metode yang

    diakui banyak mempunyai kelebihan, juga tidak disangkal bahwa metode latihan

    mempunyai beberapa kelemahan. Maka dari itu guru yang ingin mempergunakan

    metode latihan ini kiranya tidak salah bila memahami metode ini.

    a. Kelebihan Metode Latihan

    1) Untuk memperoleh kecakapan motoris : seperti menulis, menghapal dan lain-lain.

    2) Untuk memperoleh kecakapan mental atau intelek seperti dalam perkalian,

    menjumlah, pengurangan, dan pembagian dan lain-lain.

    3) Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat seperti

    hubungan sebab akibat.

    4) Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecepatan

    pelaksanaan.

    b. Kelemahan Metode Latihan

    1) Menghambat dan menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.

    2) Kadangkadang ; latihan yang dilaksanakan secara berulangulang merupakan hal

    yang monoton dan mudah membosankan. (Eka, 2011).

  • 14

    4.Metode Pembiasaan

    Secara Etimologi pembiasaan asal katanya adalah biasa. Dalam kamus besar

    bahasa Indonesia kata biasa adalah, lazim dan umum, dalam kaitannya dengan

    metode pengajaran dalam pendidikan Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah

    sebuah cara yang dapat dilakukan untuk pembiasaan anak didik berfikir, bersikap dan

    bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.

    Pembiasaan dinilai sangat efektif jika pada penerapannya dilakukan terhadap

    peserta didik yang berusia anak-anak kecil dari usia 3 11 tahun, karena anak

    seusianya memiliki rekaman ingatan yang sangat kuat dan kondisi kepribadiannay yang

    belum matang sehingga mereka mudah terlarut dalam kebiasaan-kebiasaan yang

    mereka lakukan sehari hari. Tetapi bukan tidak mungkin bila metode pemhajaran

    pembiasaan ini diterapkan pada tingkat awal remaja dan remaja.

    Oleh karena itu lah ada syarat syarat dalam pemakaian metode ini yaitu antara lain:

    1. Mulailah pembiasaan sejak dini.

    2. Pembiasaan hendaknya dilakukan secara kontiniu.

    3. Pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat.

    4. Pembiasaan yang pada mulanya hanya bersifat mekanistis, hendaknya secara

    berangsur-angsur dirubah menjadi kebiasaan yang verbalistik.

    a. Kelebihan Metode Pembiasaan

    1) Dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik.

    2) Pembiasan tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriyah tetapi juga berhubungan

    dengan aspek batiniah.

    3) Pembiasaan adalah metode yang paling berhasil dalam pembentukan kepribadian

    anak didik.

    b. Kekurangan Metode Pembiasaan

    Membutuhkan tenaga pendidik yang dapat dijadikan contoh tauladan di dalam

    menanamkan sebuah nilai kepada anak didik. Baik dalam perkataan dan dalam

    mengaplikasikan perkataanya itu dengan perbuatan (Eka, 2011).

    5. Metode Keteladanan

    Metode keteladanan memiliki peranan yang sangat signifikan dalam upaya

    pencapaian keberhasilan pendidikan.

  • 15

    a. Kelebihan Metode Keteladanan

    1) Akan memudahkan anak didik dalam menerapkan ilmu yang dipelejari disekolah

    2) Akan memudahkan guru dalam mengevaluasi hasil belajarnya.

    3) Agar tujuan pendidikan lebih terarah dan tercapai dengan baik.

    4) Bila keteladanan dalam sekolah, keluarga, dan masyarakat yang baik, maka akan

    tercipata situasi yang baik.

    5) Tercipata hubungan yang harmonis antara guru dan siswa.

    6) Secara tidak langsung guru dapat menerapkan ilmu yang diajarkannya.

    7) Mendorong guru untuk selalu berbuat baik karena akan dicontoh oleh siswanya

    b. Kekurangan Metode Keteladanan

    1) Jika figure yang mereka contoh tidak baik, maka mereka cenderung untuk

    mengikuti tidak baik pula.

    2) Jika teori tanpa praktek akan menimbulkan verbalisme.

    Teknik yang digunakan dalam pembelajaran individual adalah teknik bertanya

    dan memberi motivasi, menimbulkan rasa keinginan tahuan seorang siswa.Sedangkan

    pendekatan yang tepat dalam pembelajaran individual adalah pendekatan

    konstruksivisme, pendekatan masalah, dan realistik. (Eka, 2011).

    J. Pembelajaran yang Kreatif, Efektif, Efisien, Menarik, dan Interaktif

    1. Pembelajaran Kreatif

    Menurut Syah Muhibbin (2009: 13), kreatif (creative) berarti menggunakan

    hasil ciptaan / kreasi baru atau yang berbeda dengan sebelumnya. Pembelajaran yang

    kreatif mengandung makna tidak sekedar melaksanakan dan menerapkan kurikulum.

    Kurikulum memang merupakan dokumen dan rencana baku, namun tetap perlu dikritisi

    dan dikembangkan secara kreatif. Dengan demikian, ada kreativitas pengembangan

    kompetensi dan kreativitas dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas termasuk

    pemanfaatan lingkungan sebagai sumber bahan dan sarana untuk belajar. Pembelajaran

    kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam

    sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa dan tipe serta gaya belajar

    siswa.Di satu sisi guru bertindak kreatif dalam arti:

  • 16

    a. mengembangkan kegiatan pembelajaran yang beragam;

    b. membuat alat bantu belajar yang berguna meskipun sederhana;

    Di sisi lain, siswa pun kreatif dalam hal:

    a. merancang / membuat sesuatu;

    b. menulis/mengarang.

    2. Pembelajaran Efektif

    Menurut Syah Muhibbin (2009: 33), pembelajaran dapat dikatakan efektif

    (effective / berhasil guna) jika mencapai sasaran atau minimal mencapai kompetensi

    dasar yang telah ditetapkan. Di samping itu, yang juga penting adalah banyaknya

    pengalaman dan hal baru yang didapat siswa. Guru pun diharapkan memeroleh

    pengalaman baru sebagai hasil interaksi dua arah dengan siswanya.

    Untuk mengetahui keefektifan sebuah proses pembelajaran, maka pada setiap

    akhir pembelajaran perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dimaksud di sini bukan

    sekedar tes untuk siswa, tetapi semacam refleksi, perenungan yang dilakukan oleh guru

    dan siswa, serta didukung oleh data catatan guru. Hal ini sejalan dengan kebijakan

    penilian berbasis kelas atau penilaian authentic yang lebih menekan- kan pada

    penilaian proses selain penilaian hasil belajar (Warta MBS UNICEF : 2006)

    Alhasil, di satu sisi guru menjadi pengajar yang efektif, karena:

    a. menguasai materi yang diajarkan;

    b. mengajar dan mengarahkan dengan memberi contoh;

    c. menghargai siswa dan memotivasi siswa;

    d. memahami tujuan pembelajaran;

    e. mengajarkan keterampilan pemecahan masalah;

    f. menggunakan metode yang bervariasi;

    g. mengembangkan pengetahuan pribadi dengan banyak membaca;

    h. mengajarkan cara mempelajari sesuatu;

    i. melaksanakan penilian yang tepat dan benar.

    Di sisi lain, siswa menjadi pembelajar yang efektif dalam arti:

    a. menguasai pengetahuan dan keterampilan atau kompetensi yang diperlukan;

    b. mendapat pengalaman baru yang berharga.

  • 17

    3. Pembelajaran Efisien

    Efisien, menurut Syah Muhibbin (2009: 43), adalah optimasi sumber daya, yaitu

    yang termudah cara mengerjakannya, termurah biayanya, tersingkat waktunya, teringan

    bebannya, dan terpendek jaraknya. Bila dalam suatu usaha mencapai tujuan tertentu

    dianggarkan 100 juta, tetapi dengan metode baru dapat dikerjakan dengan 80 juta, maka

    terdapat efisiensi sebesar 20 juta.

    Dari sini dapat dipahami bahwa efisiensi adalah sebuah konsep yang

    mencerminkan perbandingan terbaik antara usaha dengan hasilnya. Efisiensi berarti

    pula melakukan segala sesuatu secara benar, tepat, akurat, dan mampu membandingkan

    antara besaran input dan output.

    Dalam konteks belajar, efisiensi mempunyai arti, meningkatkan kualitas belajar

    dan penguasaan materi belajar; mempersingkat waktu belajar; meningkatkan

    kemampuan guru, mengurangi biaya tanpa mengurangi kualitas belajar mengajar. Bagi

    suatu lembaga pendidikan, pengertian efisiensi tersebut tampaknya mengarah pada

    efisiensi yang memberikan arti peningkatan kemampuan guru dalam proses belajar-

    mengajar. Hal ini karena dalam proses belajar mengajar yang mementingkan hubungan

    peserta didik dan guru, guru menjadi pihak yang aktif.

    Namun bagi peserta didik, efisiensi dapat dimaknai menjadi dua macam

    efisiensi, yaitu efisiensi usaha belajar dan efisiensi hasil belajar.

    a. Efisiensi Usaha Belajar

    Suatu kegiatan belajar dapat dikatakan efisien kalau prestasi yang diinginkan

    dapat dicapai dengan usaha seminimal mungkin. Usaha dalam hal ini adalah segala

    sesuatu yang digunakan untuk mendapat hasil belajar yang memuaskan, seperti: tenaga

    dan pikiran, waktu, peralatan belajar, dan hal-hal lain yang relevan dengan kegiatan

    belajar.

    b. Efisiensi Hasil Belajar

    Sebuah kegiatan belajar dapat pula dikatakan efisien apabila dengan usaha

    belajar tertentu memberikan prestasi belajar tinggi.

    4. Pembelajaran Menarik

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata menarik yang sesuai dalam

    konteks ini adalah: (1) menyenangkan (menggirangkan hati, menyukakan); dan (2)

  • 18

    mempengaruhi atau membangkitkan hasrat untuk memperhatikan (Depdikbud,

    2002:1145). Dengan demikian, merujuk pada pengertian kamus tersebut, pembelajaran

    yang menarik hanya mencakup dua unsur, yaitu: siswa senang dan siswa

    memperhatikan. Atau dengan kata lain, pembelajaran yang menarik adalah

    pembelajaran yang menyenangkan hati sehingga siswa mau memperhatikan.

    Tentu saja pengertian demikian kurang lengkap. Dalam proses pembelajaran,

    siswa memang harus senang dan memperhatikan. Tetapi kalau ini ukurannya (siswa

    senang dan memperhatikan), mungkin tujuan pembelajaran tidak tercapai. Pasalnya,

    siswa bisa saja bertindak seolah-olah (seolah-olah senang atau seolah-olah

    memperhatikan) untuk membuat guru merasa senang.

    Ada beberapa pendekatan atau model bagi penyelenggaraan proses pembelajaran

    yang menarik. Misalnya: CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) atau PAKEM

    (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Atau yang berasal dari

    mancanegara (dari buku terjemahan), seperti: Quantum Teaching (DePorter, 2001),

    Accelerated Learning (Meier, 2002).

    Guru dapat mempraktikkan model atau pendekatan pembelajaran seperti

    disebutkan di atas, termasuk dari buku-buku terjemahan, dengan penyesuaian tertentu.

    Boleh juga guru merancang model sendiri, atau memodifikasi model yang sudah ada

    dan disesuaikan dengan kondisi lapangan. Namun, model apa pun yang digunakan,

    unsur-unsur seperti yang disarankan oleh Purkey dan pendapat siswa di atas harus

    dipenuhi.

    Model atau pendekatan hanya alat, semua kembali kepada yang menggunakan

    (the man behind the gun). Sebagus apa pun alatnya, kalau tidak didukung dengan

    kemampuan dan kemauan pemakainya, alat itu tidak banyak gunanya. Dan untuk hal-

    hal yang menyangkut peningkatan mutu pendidikan, kembalinya adalah pada guru

    sebagai pelaksana di lapangan, yaitu guru yang berkualitas dan memiliki komitmen

    tinggi untuk membantu siswa mencapai keberhasilan.

    5. Pembelajaran Interaktif menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi

    (TIK) dalam proses pembelajaran

    Menurut Syah Muhibbin (2009: 25), perkembangan teknologi informasi dan

    komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya

  • 19

    dalam proses pembelajaran. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan

    menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb.

    Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka

    tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut.

    Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan

    siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari

    berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer

    atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya cyber teaching atau

    pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan

    internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah e-learning yaitu satu model

    pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi

    khususnya internet.

    Penggunaan komputer dalam pendidikan dapat menggabungkan unsur inovasi,

    kreativitas dan hiburan, menjadikan peserta didik memiliki rasa senang, tidak jenuh

    menerima pelajaran dan memudahkan tenaga pendidik dalam mempersiapkan materi

    pembelajaran. Apabila media teknologi ini tersedia, maka dengan mudah siswa dapat

    memfokuskan pengambilan keputusan, refleksi, penalaran, dan problem solving. Hal ini

    akan mendorong daya pikir kritis siswa dan berkeasi dengan bebas. Dengan

    memanfaatkan kemajuan teknologi, proses belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan

    dan teknologi semakin cepat dan hemat waktu dan prosesnya pun akan semakin

    individual sesuai dengan kebutuhan setiap siswa tetapi sekaligus massal. (Centron,

    dalam Supriadi, 2002:4).

    Beberapa ahli berpendapat bahwa dalam dunia pendidikan teknologi komputer

    dianggap sebagai revolusi ketiga. Revolusi pertama ditandai dengan ditemukannya

    teknologi pencetakan buku. Revolusi kedua ditandai dengan munculnya konsep

    perpustakaan dan teknologi komputer yang dikembangkan pada awal tahun 1950-an

    yang telah memberikan manfaat luar biasa bagi kehidupan manusia (Heinich, 1996).

    Kemajuan teknologi komputer membawa perubahan besar dalam dunia

    pendidikan, tatkala inovasi dalam perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak

    (software) mulai tumbuh, dilakukan usaha-usaha untuk menerapkan hasil-hasil inovasi

    teknologi tersebut dalam pendidikan umumnya dan kegiatan pembelajaran khususnya

    yang dikenal dengan pembelajaran dengan bantuan komputer (Computer-Assited

  • 20

    Learning / Instruction, disingkat CAL/CAI) dimana belajar siswa tidak lagi hanya

    mengandalkan tatap muka dengan guru, meskipun siapapun mengakui bahwa bahwa

    peran guru dalam pendidikan tak tergantikan oleh komputer (Supriadi, 2002 : 1 ).

    Alternatif CAI diimplementasikan dengan penggunaan komputer secara

    langsung dengan siswa untuk menyampaikan isi pelajaran, memberikan latihan dan

    mengukur kemajuan belajar siswa. CAI dapat sebagai tutor yang menggantikan guru di

    dalam kelas. Bentuk CAI bermacam-macam bergantung pada kecakapan pendesain dan

    pengembang pembelajaran. Di antaranya ada yang berbentuk permainan (games) untuk

    mengajarkan konsep-konsep abstrak yang dikonkretkan dalam bentuk visual dan audio

    yang dianimasikan.

    Ditinjau dari tujuan kognitif, komputer dapat mengajar- kan konsep-konsep

    aturan, prinsip, langkah-langkah, proses, dan kalkulasi yang kompleks. Komputer juga

    dapat menjelaskan konsep tersebut dengan dengan sederhana dengan penggabungan

    visual dan audio yang dianimasikan. Sehingga cocok untuk kegiatan pembelajaran

    mandiri. Ditinjau dari tujuan psikomotor, melalui pembelajaran yang dikemas dalam

    bentuk games dan simulasi sangat bagus digunakan untuk menciptakan kondisi dunia

    kerja. Beberapa contoh program antara lain; simulasi pendaratan pesawat, simulasi

    perang dalam medan yang paling berat dan sebagainya, dan tujuan afektif. Bila program

    didesain secara tepat dengan memberikan potongan clip suara atau video yang isinya

    menggugah perasaan, pembelajaran sikap/afektif pun dapat dilakukan mengunakan

    media komputer. Selain itu banyak keuntungan yang diperoleh, karena komputer

    memiliki banyak keistimewaan diantaranya (Dubin dan Clements dalam Munir,

    2001:10) :

    a. Adanya hubungan interaktif yang menyebabkan terwujudnya hubungan antara

    rangsangan dengan respons, juga dapat menumbuhkan inspirasi dan meningkatkan

    minat;

    b. Terjadinya pengulangan. Komputer memberi fasilitas bagi pengguna untuk

    mengulang bila diperlukan, juga untuk memperkuat proses belajar dan

    memperbaiki ingatan. Hal ini memerlukan kebebasan kreativitas dari para siswa;

    c. Umpan balik. Komputer membantu siswa memeroleh umpan balik (feed back)

    terhadap pelajaran secara leluasa dan dapat memacu motivasi siswa.

  • 21

    Proses pembelajaran yang berbasis teknologi komputer multimedia atau

    perangkat elektronik (e-learning), dapat dilaksanakan dengan menggunakan beberapa

    model sesuai dengan kemampuan sekolah dalam penyediaan sarana perangkat keras

    (hardware) dan perangkat lunak (software).

    K. Matrik Pembelajaran Individual yang Kreatif, Efektif, Efisien, Menarik, dan

    Interaktif

    Matrik Indikator Pembelajaran Individual

    Kreatif

    Pembelajaran yang kreatif

    mengandung makna tidak

    sekedar melaksanakan dan

    menerapkan kurikulum,

    namun menciptakan kreasi

    baru atau yang berbeda dari

    sebelumnya. Pembelajaran

    yang kreatif dapat dilakukan

    oleh guru dengan membuat

    kegiatan belajar yang

    beragam sehingga memenuhi

    berbagai tingkat kemampuan

    siswa dan tipe serta gaya

    belajar siswa

    1. Guru berkreasi dalam membuat media

    pembelajaran yang

    sesuai dengan

    karakteristik siswa

    secara individu

    2. Potensi yang dikembangkan bukan

    pengetahuan saja tetapi

    kekuatan spiritual

    keagamaan, penguasaan

    diri, kepribadian baru

    kemudian keterampilan

    3. Berorientasi pada pengembangan potensi

    diri bukan hafalan dan

    keterampilan menjawab

    tes

    4. Pengorganisasian materi pelajaran dalam suatu

    cara yang

    memungkinkan tiap

    siswa maju sesuai

    dengan kemampuan dan

    minatnya masing-

    masing

    Efektif

    Pembelajaran dapat dikatakan

    efektif (effective / berhasil

    guna) jika mencapai sasaran

    atau minimal mencapai

    kompetensi dasar yang telah

    ditetapkan

    1. Merumuskan tujuan yang jelas dan spesifik

    sehingga memudahkan

    siswa untuk

    mencapainya 2. Membuka kesempatan

    bagi siswa untuk mencapai

    belajar tuntas atas bahan

    pelajaran yang dipelajari

  • 22

    Efisien

    Efisiensi dalam pembelajaran

    mempunyai arti,

    meningkatkan kualitas belajar

    dan penguasaan materi

    belajar; mempersingkat

    waktu belajar; meningkatkan

    kemampuan guru,

    mengurangi biaya tanpa

    mengurangi kualitas belajar

    mengajar

    1. Bagi siswa pembelajaran

    individual sangatlah

    efisien karena memberi

    peluang siswa untuk

    maju secara optimal

    dan mengembangkan

    kemampuan yang

    dimilikinya

    2. Bagi guru pembelajaran

    individual dinilai

    kurang efisien, karena

    memerlukan usaha

    yang sangat ekstra

    untuk memahami

    setiap karakteristik

    siswa

    Menarik

    Pembelajaran yang menarik

    mengandung makna bahwa

    selama pembelajaran siswa

    antusias, bersemangat, dan

    menyenangi pembelajaran

    tersebut.

    1. Mendorong siswa untuk memecahkan

    masalah dan

    menggunakan pikiran

    dalam memecahkan

    masalah

    2. Mengembangkan kesanggupan

    berinisiatif dan

    mengatur diri sendiri

    dalam belajar

    3. Memupuk kebiasaan untuk menilai diri

    sendiri dan

    mempertinggi motivasi

    siswa untuk belajar

    Interaktif

    Pembelajaran yang interaktif

    mengandung makna bahwa

    dalam proses pembelajaran

    terjadi interaksi antara guru

    dengan siswa maupun siswa

    dengan siswa. Hal ini bearti

    selama proses pembelajaran

    siswa aktif

    1. Menumbuhkan hubungan pribadi yang

    menyenangkan antara

    siswa dengan guru

    2. Diberikan bimbingan dan petunjuk

    instruksional kepada

    masing-masing siswa

    sesuai dengan

    kebutuhannya.

  • 23

    Ayat Alquran berhubungan dengan pembelajaran individual :

    Menurut Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid :

    :

    "Belajar adalah proses perubahan dalam pemikiran siswa yang dihasilkan atas

    pengalaman terdahulu kemudian terjadi perubahan baru

    Kemandirian belajar seseorang menurut Samana dikutip oleh Syarifudin Huda

    adalah bagaimana ia mengatur serta mengendalikan kegiatan belajarnya atas dasar

    pertimbangan, keputusan dan tanggung jawab sendiri. Kemandirian belajar merupakan

    keadaan kesiapan belajar siswa yang berasal dari dalam diri siswa untuk bertindak dan

    mereaksi terhadap obyek-obyek yang berhubungan dengan bagaimana seseorang

    mengatur serta mengendalikan kegiatan belajarnya atas. Pertimbangan, keputusan dan

    tanggung jawab sendiri utaus nakapurem awsis rajaleb nairidnamek kutnebmem ayapU

    lah malaD .rajaleb nataigek utaus malad nakanaskalid tapad aynah sesorp nad ,sesorp

    -lA malad hallA namrif anamiagabes rajaleb kutnu aisunam nakhatniremem hallA ini

    tarus naruQ

    Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,

    Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

    Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,

    Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

  • 24

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan isi makalah maka dapat disimpulkan bahwa :

    1. Pembelajaran individual merupakan suatu strategi untuk penyusunan program

    pembelajaran bagi guru dengan memperhatikan kemampuan, minat dan kecepatan

    belajar setiap siswa dalam kelompok belajar.

    2. Tujuan Pengajaran Individual antara lain membantu siswa yang mengalami

    kesulitan belajar, menyesuaikan materi pelajaran dengan perbedaan dan

    kepentingan individual siswa, meningkatkan mutu dan efektivitas proses

    pengajaran, pelaksanaan pengajaran yang disesuaikan dengan kemampuan dan

    minat individual siswa.

    3. Karakteristik pengajaran individual lebih mengutamakan proses daripada

    mengajar, menyesuaikan pengajaran dengan kemampuan dan kebutuhan siswa

    sebagai individual, mengusahakan partisipasi aktif dari siswa untuk belajar secara

    individual, merumuskan tujuan yang jelas dan spesifik, memberikan kesempatan

    untuk maju sesuai dengan kecepatannya masing-masing, menggunakan banyak

    feedback dari hasil evaluasi

    4. Prinsip-prinsip pengajaran individual adalah memberikan kesempatan kepada

    siswa untuk belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing, membuka

    kemungkinan bagi siswa untuk mencapai belajar tuntas, mendorong siswa untuk

    memecahkan masalah dan menggunakan pemikiran dalam memecahkan suatu

    masalah, mengembangkan kesanggupan berinisiatif dan mengatur diri sendiri

    dalam belajar

    5. Peran siswa dalam pengajaran individual adalah belajar berdasarkan kemampuan

    sendiri, kebebasan menggunakan waktu belajar, keleluasaan dalam mengontrol

    kegiatan, kecepatan, dan intensitas belajar, siswa melakukan penilaian sendiri atas

    hasil belajar, siswa dapat mengetahui kemampuan dan hasil belajar sendiri, siswa

    memiliki kesempatan untuk menyusun program belajarnya sendiri.

    6. Peran guru dalam pembelajaran individual adalah peranan guru dalam

    merencanakan kegiatan belajar, peranan guru dalam pengorganisasian kegiatan

    belajar.

  • 25

    7. Keunggulan pembelajaran individual ada terdiri dari keunggulan untuk guru dan

    keunggulan untuk siswa

    8. Keterbatasan pengajaran individual adalah mungkin kurang terjadi interaksi antara

    pengajar dengan siswa atau antara siswa dengan siswa, program belajar mandiri

    tidak cocok untuk semua siswa atau semua pengajar, kurang disiplin diri dan

    kemalasan yang menyebabkan kelambatan penyelesaian program oleh beberapa

    siswa, menuntut kerjasama dan perencanaan tim yang rinci diantara staf pengajar

    yang terlibat dan koordinasi dengan layanan penunjang.

    B. Saran

    Pembelajaran individual merupakan pembelajaran yang dapat berdampak baik

    jika tim guru dan siswa sama-sama melaksanakan tugas, memahami hakikat

    pembelajaran individual dan saling berkoordinasi dengan baik.

  • 26

    DAFTAR PUSTAKA

    Ali, Muhammad. 2010. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

    Algesindo.

    Eka, Nurhayati. 2013. Pengajaran Individual dan Pengajaran Klasikal.

    https://fortugaskuliah.wordpress.com/2013/01/16/pengajaran-individual-

    pengajaran-klasikal/. Diakses pada 23 Januari 2015.

    Heinich, R, dkk. 1996. Instructional Media and Technology for Learning. New Jersey:

    Prentice Hall.

    Mbulu. Joseph. 2001. Pendekatan dan Bentuk Pembelajaran Individual. Malang: TEP

    FIP UM.

    Munir. 2001. Aplikasi Teknologi Multimedia dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:

    Mimbar Pendidikan.

    Rahajeng, Nastiti. 2011. Konsep Dasar Pembelajaran Individual.

    http://www.slideshare.net/NastitiChristianto/konsep-dasar-pengajaran

    individual?related=1. Diakses pada 23 Januari 2015.

    Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

    Jakarta : Kencana Prenada Media.

    Syah, Muhibbin. 2009. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan

    Menyenangkan (PAIKEM). Bandung: UIN Sunan Gunung Djati.

    Supriadi, D. 2002. Internet Masuk Sekolah: Pemberdayaan Guru dan Siswa dalam Era

    Sekolah Berbasis E-learning, Makalah Disajikan dalam Seminar Implementasi

    E-learning untuk Sekolah Menengah. Diselenggarakan oleh Telkom

    Learning/Sinopsis Indonesia, Oktober 2002. Bandung: PT Telkom.

    Warta MBS UNICEF. 2006. Paket Pelatihan Program Manajemen Berbasis Sekolah.

    Jakarta: Depdiknas.