resensi roman salah asuhan

22
TUGAS BAHASA INDONESIA RESENSI ROMAN SALAH ASUHAN Karya Abdoel Moeis Disusun Oleh : NAMA : Muhammad Aries Setyawan No : 20 SMA NEGERI 1 KLATEN

Upload: muhammad-aries-setyawan

Post on 23-Dec-2015

42 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

untuk dibacaumum

TRANSCRIPT

Page 1: Resensi Roman Salah Asuhan

TUGAS BAHASA INDONESIA

RESENSI ROMAN SALAH ASUHANKarya Abdoel Moeis

Disusun Oleh :

NAMA : Muhammad Aries SetyawanNo : 20Kelas : XI IPA 1

SMA NEGERI 1 KLATENTahun Pelajaran 2012/2013

Page 2: Resensi Roman Salah Asuhan

BAB I

PENDAHULUAN

Setiap karya sastra adalah hasil pengaruh yang rumit dari faktor-faktor sosial-politik-kultural. Novel Salah Asuhan (1928) karya Abdoel Moeis, juga kelahirannya tak dapat dilepaskan dari faktor-faktor tersebut. Itulah sebabnya, usaha mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi dibalik teks Salah Asuhan, penting artinya untuk menangkap amanat pengarangnya yang juga berkaitan erat dengan situasi sosial dan semangat zamannya. Pada Februari 1928, naskah Salah Asuhan dikirimkan ke Balai Pustaka. Sebelumnya novel itu pernah dimuat di harian De Express sebagai cerita bersambung. Balai Pustaka yang menerima naskah itu, tidak segera menerbitkannya, bahkan bermaksud menolaknya. Menurut kriteria Balai Pustaka. Salah Asuhan menampilkan tokoh wanita Belanda (Corrie) yang justru dapat menimbulkan citra buruk bangsa Belanda (Barat) secara keseluruhan.Pertimbangan K St Pamuntjak, salah seorang redaktur Balai Pustaka kala itu. Dari mula sampai akhir perhatian pembaca terikat olehnya. “Ia mempunyai nilai didikan besar bagi orang pribumi yang menganggap diri mereka orang-orang Eropa hanya karena dapat bicara Hollands dan adalah suatu pedoman bagi orang-orang tua pribumi dalam memberikan didikan kepada anak-anak mereka.” Begitulah dalam banyak hal Salah Asuhan condong mengangkat persoalan ketidakadilan bangsa penjajah. Hanafi laksana simbol seorang bumiputera yang lupa akan kewajibannya terhadap bangsanya sendiri.

Jelas kiranya bahwa kasus Hanafi — Corrie lebih merupakan sebuah binkai untuk menutupi kecamannya terhadap bangsa penjajah. Bangsa Timur memang memerlukan pendidikan Barat, tetapi tidak berarti bahwa semuanya harus dibaratkan.Itulah yang tampaknya menjadi sikap Abdoel Moeis dalam memandang persoalan Timur — Barat. Dunia Barat tetap dipandang penting dalam hubungannya dengan dunia pendidikan waktu itu. Akan tetapi, kemajuan yang telah diperoleh dari dunia Barat, hendaknya jangan sampai melupakan tradisi dan akar budaya tanah tumpah darah sendiri. Malahan, lewat kemajuan yang telah dicapai di dunia Barat itulah, keadaan dunia pendidikan bangsa Timur (Indonesia) justru harus lebih ditingkatkan. Persoalan itulah yang sesungguhnya menjadi amanat novel Salah Asuhan.

Page 3: Resensi Roman Salah Asuhan

                                                            Bab IIIDENTITAS

                                                                          

I.       Resensi roman salah asuhan

Data buku

1. Judul                        : SALAH ASUHAN   

2. Pengarang.               : Abdoel Moeis

           .      3. Penerbit. : PT Balai Pustaka (Persero

            4. tahun buku               : 2009

5. Jumlah Halaman.     : 262 Halaman.

            6. Tebal Buku.             : 1,3 Cm.

7. Harga buku              : Rp 20.000,00

8. Berat Buku              : 0.35 kg

9. Jenis Cover             : Soft Cover

10 Dimensi (LxP)       : 15 x 21 cm

           

Sinopsis Novel Salah Asuhan

Hanafi, laki-laki muda asli Minangkabau, berpendidikan tinggi dan berpandangan

kebarat-baratan. Bahkan ia cenderung memandang rendah bangsanya sendiri. Dari kecil

Hanafi berteman dengan Corrie du Bussee, gadis Indo-Belanda yang amat cantik parasnya.

Karena selalu bersama-sama mereka pun saling mencintai. Tapi cinta mereka tidak dapat

disatukan karena perbadaan bangsa. Jika orang Bumiputera menikah dengan keturunan

Belanda maka mereka akan dijauhi oleh para sahabatnya dan orang lain. Untuk itu Corrie pun

meninggalkan Minangkabau dan pergi ke Betawi. Perpindahan itu sengaja ia lakukan untuk

menghindar dari Hanafi dan sekaligus untuk meneruskan sekolahnya.

Akhirnya ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah. Rapiah adalah sepupu

Hanafi, gadis Minangkabau sederhana yang berperangai halus, taat pada tradisi dan adatnya.

Ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah yaitu untuk membalas budi pada ayah

Rapiah yang telah membantu membiayai sekolah Hanafi. Awalnya Hanafi tidak mau karena

cintanya hanya untuk Corrie saja. Tapi dengan bujukan ibunya walaupun terpaksa ia menikah

Page 4: Resensi Roman Salah Asuhan

juga dengan Rapiah. Karena Hanafi tidak mencintai Rapiah, di rumah Rapiah hanya

diperlakukan seperti babu, mungkin Hanafi menganggap bahwa Rapiah itu seperti tidak ada

apabila banyak temannya orang Belanda yang datang ke rumahnya. Hanafi dan Rapiah

dikarunia seorang anak laki-laki yaitu Syafei.

Suatu hari Hanafi digigit anjing gila, maka dia harus berobat ke Betawi agar sembuh. Di

Betawi Hanafi dipertemukan kembali dengan Corrie. Disana, Hanafi menikah dengan Corrie

dan mengirim surat pada ibunya bahwa dia menceraikan Rapiah. Ibu Hanafi dan Rapiah pun

sangat sedih tetapi walaupun Hanafi seperti itu Rapiah tetap sabar dan tetap tinggal dengan

Ibu Hanafi. Perkawinannya dengan Corrie ternyata tidak bahagia, sampai-sampai Corrie

dituduh suka melayani laki-laki lain oleh Hanafi. Akhirnya Corrie pun sakit hati dan pergi

dari rumah menuju Semarang. Corrie sakit Kholera dan meninggal dunia. Hanafi sangat

menyesal telah menyakiti hati Corrie dan sangat sedih atas kematian Corrie, Hanafi pun

pulang kembali ke kampung halamannya dan menemui ibunya, disna Hanafi hanya diam saja.

Seakan-akan hidupnya sudah tidak ada artinya lagi. Hanafi sakit, kata dokter ia minum

sublimat (racun) untuk mengakiri hidupnya, dan akhirnya dia meninggal dunia

Page 5: Resensi Roman Salah Asuhan

Keunggulan dan Kelemahan.

1. Keunggulan Novel “Salah Asuhan”.

a. Novel ini menceritakan peraturan adat istiadat yang membuat kita sadar akan

pentingnya hal tersebut.

b. Menceritakan kelakuan seorang anak terhadap Orangtuanya yang selalu kasar, hingga

pada akhirnya anak itu akan sadar.itu membuat kita menjadi belajar untuk tidak

melawan orang tua kita ,kerena apa yang diberikan orang tua kita biasa itu yang

terbaik buat hidup kita.

c. Novel ini menceritakan juga tetang seorang istri yang sabar menghadapi suami nya

dimana dia tahu bahwa suami nya tidak mencintai dirinya karena pernikahan yang

diatur orang tua.disini kita belajar menjadi istri yang tetap mencintai suami nya walau

ini menyakitkan untuk kita tapi kita harus berfikir dua kali untuk melakukan suatu

tindakan .

2. Kelemahan Novel “Salah Asuhan”.

a. Terlalu banyak bahasa yang mengandung pengertian dari bahasa lain seperti bahasa

belanda.

b. Sangat sulit untuk di simak, ini karena bercampurnya bahasa Indonesia dengan bahasa

belanda.

c. Novel ini membuat seseorang membaca menjadi bosan .dikarenakan cerita terlalu

menjelasakan perjalanan mereka secara mendetail demana itu menbuat orang jenuh

karena hal tersebut membuang waktu untuk membacanya.

Page 6: Resensi Roman Salah Asuhan

II.Analisis Unsur Intrinsik

1. Tema

Adapun tema yang terkandung dalam novel Salah Asuhan adalah perbedaan adat

istiadat yang menyebabkan cinta sulit bersatu. .

2. Alur

Alur yang digunakan dalam novel Salah Asuhan adalah alur maju karna  pengarang

menceritakan kisahnya kemasa selanjutnya. kedua bagian plot itu tidak akan dibahas

dalam seksi ini:

a. perkenalan

Perkenalan dalam Salah Asuhan terjadi pada ketiga bab pertama. Dalam

bab pertama Hanafi dan Corrie diperkenalkan, kemudian pada bab kedua Tuan Du

Busée diperkenalkan. Dalam bab ketiga Mariam diperkenalkan. Pada bab ketiga

tokoh utama terakhir dibicarakan, tetapi dia baru diperkenalkan pada bab delapan.

b. Timbulnya Konflik

Konflik utama Salah Asuhan, yaitu ketidakcocokan Hanafi dengan

adat setempat,  ditandai dalam bab satu. Konflik ini mulai benar-benar jelas pada bab

tiga ketika Hanafi berbicara dengan Mariam; rasa bencinya terhadap

bangsaMinangkabau kelihatan jelas. Walaupun ibunya sedih akan perbuatan anaknya,

dia hanya bisa terima. Akibatnya, konflik tidak bisa cepat selesai.

c. Peningkatan konflik

Konflik meningkat selama berbab-bab, tetapi ada pula yang cepat

dipecahkan. Konflik utama dikembangkan dengan kuat pada bab tiga, tujuh, delapan,

dan sembilan. Kebencian Hanafi atas semua kebudayaan Minangkabau dicerminkan

jelas dalam gaya pembicaraannya dengan Mariam dalam bab tiga. Dalam bab

delapan, digambarkan bagaimana Hanafi suruh orang-orang yang menyiapkan

pernikahannya untuk menggunakan cara Barat.

3. Tokoh

1)  Hanafi , wataknya keras kepala, kasar

a) keras kapala

“Memang….kasihan! Ah ibuku…aku pengecut tapi hidupku kosong…habis cita-

cita baik…enyah!.” Halaman 259, paragraf 8)

b) kasar

“ Hai Buyung! Antarkan anak itu dahulu kebelakang!” kata Hanafi dengan suara

bengis dari jauh.” (halaman 80, paragraf 2)

Page 7: Resensi Roman Salah Asuhan

2) Corrine, wataknya baik, mudah bergaul

a) baik

“O, sigaret tante boleh habiskan satu dos. Sudah tentu enak, ayoh coba!” (halaman

164, paragraf 8)

b) mudah bergaul

“Oh, ruangan di jantung tuan Hanafi amat luas,” kata Corrie sambil tertawa, “buat

dua tuga orang perempuan saja masih berlapang-lapang.” (halaman 7, paragraf 2)

3) Rapiah, wataknya sabar, baik

a) sabar

“Rapiah tunduk, tidak menyahut, airmatanya saja berhamburan. Syafei, dalam

dukungan ibunya yang tadinya menangis keras, lalu mengganti tangisnya dengan

beriba-iba. Seakan-akan tahulah anak kecil itu, bahwa ibunya yang tdak berdaya,

sedang menempuh azab dunia dan menanggung aib di muka-muka orang.” (halaman

83, paragraf 4)

b) baik

“Apakah ayahmu orang baik? Uah sungguh-sungguh orang baik. Kata ibuku tidak

adalah orang yang sebaik ayahku itu.” (halaman 238, paragraf 5)

4) Ibu Hanafi, wataknya sabar dan baik

a) sabar

“Astagfirullah, Hanafi! Turutilah ibumu mengucap menyebut nama Allah bagimu

dan tidak akan bertutur lagi dengan sejauh itu tersesatnya” (halaman 85, paragraf 4)

b) baik

“Sekarang sudah setengah tujuh, sudah jauh terlampau waktu berbuka, Piah!

Sebaik-baiknya hendaklah engkau pergi makan dahulu.” (halaman 119, paragraf 4)

5) Tuan Du Busse, wataknya tegas

“Tapi Corrie mesti bersekolah yang sepatut-patutnya” (halaman 10, paragraf 5)

6) Si Buyung, wataknya penurut

“Kau kugaji buat kesenanganku dan bukan buat bermalas-malas. Hamba disuruh

kejalan.Diam! Bawa anak itu ke belakang. Angkat teh ke dapurl alu menceritakan apa

yang diperintahkan kepadanya. Oleh karena gula habis’ terpaksalah ia disuruh ke toko

yang tidak berapa jauh letaknya dari rumah.” (halaman 80, paragraf 2)

7) Syafei, wataknya berani

“Itulah yang kusukai, bu. Sekian musuh nanti kusembelih dengan pedangku.”

(halaman 196, paragraf 8)

Page 8: Resensi Roman Salah Asuhan

8)  Nyonya Brom.,watak nya baik,sopan

a. Baik

 “Ah, ah! Burung merpati dua sejoli!”.  ( halaman 6)

b. Sopan.

“Ah, ah! Burung merpati dua sejoli!” kata nyonya Brom dari jauh sambil

tertawa    dan mengacu-acukan raketnya kepada anak muda itu. (halaman 6)

9)  Tuan Brom.,watak nya puitis,baik

a.  Puitis.

Sepadan benar dengan Corrie perbandingan nyonya dengan merpati

itu.    (halaman 6).

b.  Baik.

Karena kelihatan olehnya Tuan dan Nyonya Brom, administrator

Afdelingsbank,           bersama-sama datang menuju ke tempat bermain tenis

itu.  (halaman 6)

4. Latar/setting

Latar atau tempat terjadinya yaitu :

    Lapangan tennis.

“Tempat bermain tennis, yang dilindungi oleh pohon-pohon kelepa disekitarnya,

masih sunyi” (hal.1, paragraf 1)

    Minangkabau

“Sesungguhnya ibunya orang kampung, dan selamanya tinggal di kampung saja, tapi

sebabkasihan kepada anak, ditinggalkannyalah rumah gedang di Koto Anau, dan

tinggallah ia bersma-sama dengan Hanafi di Solok.” (halaman 23, paragraf 3)

“Maka tiadalah ia segan-segan mengeluarkan uang buat mengisi rumah sewaan di

Solok itu secara yang dikehendaki oleh anaknya.” (halaman 23, paragraf 4)

    Betawi

“Dari kecil Hanafi sudah di sekolahkan di Betawi”(hal.23, paragraph 1)

“Sekarang kita ambil jalan Gunung Sari, Jembatan Merah Jakarta, Corrie!” (halaman

103, Paragraf 2)

    Semarang

“Pada keesokan harinya Hanafi sudah dating pula ke rumah tumpangan itu, dan bukan

buatan sedih hatinya, demikian mendengar bahwa Corrie sudah berangkat. Seketika

itu ia berkata hendak menurutkan keSemarang.” (halaman 186, paragraf 8)

Page 9: Resensi Roman Salah Asuhan

    Surabaya

“Di Surabaya mereka menumpang semalam di suatu pension kecil,mengaku nama

Tuan dan Nona Han.” (halaman 144, paragraf 1)

    Kota Solok

“Aku tahu buat diriku sendiri, meskipun esok atau lusa di kota solok ini sudah lazim

berjalan berkeliaran memakai baju renang”(halaman 3,paragraf 12)

    Tanah pulau sumatera

“Tetapi dalam pergaulan Bangsamu, apabila di tanah Sumatera ini,

lain    keadaannya”.(halaman 3)

    Di muka tangga rumah

“Demikian pulalah terjadi pada hari itu. Hanafi berjabatan tangan dengan    Carrie di

muka tangga rumah Tuan du Bussee”.(halaman 8)

    .Kebun

“Lima hari lagi engkau akan mendiami kota ini, setiap hari kita duduk bersama-  sama

di dalam kebun saja-apakah salah nya bergaya sekali ini di beranda muka rumahku?

Dan aku tidak tinggal membujang melainkan beserta ibuku”.(halaman 8)

    Jalan Besar

“Janganlah lupa, kita ada di jalan besar, dan belum sampai ke sana  Tuan!”.(halaman

8 )

    Hutan Belukar.

“Meskipun umurnya sudah enam puluh tahun, tapi tidak ada hutan belukar  yang tidak

dimasuki, tak ada gunung tinggi yang tidak terdaki”. (halaman 9)

    Pelabuhan teluk bayur .

“itulah sebabnya kama berumur enam belas tahun ,barulah corie dengan ayahnya

bercerai di pelabuahan teluk bayur, buat berlayar.”(halaman10)

    Sekolah Mulo .

“Setamatnya di sekolah rendah, bimbang pulalah hati ayahnya antara dia

mengirimkan dia ke padangKesekolah Mulo atau Betawi ke HBS”.(halaman 10)

    Sekolah HBS.

“Setamatnya di sekolah rendah, bimbang pulalah hati ayahnya antara dia

mengirimkan dia ke padangKesekolah Mulo atau Betawi ke HBS”.(halaman 10)

    Sungai Ciliwung.

“Bagi anak muda yang hendak menghayutkan diri ke sungai ciliwung, jangan   lupa

menutup kepalamu dengan topi mandi”.(halaman 11)

    Jalan Gunung Sari

“Sekarang kita ambil jalan Gunung Sari, Jembatan Merah Jakarta, Corrie!”(halaman

103)

Page 10: Resensi Roman Salah Asuhan

5. Diksi                                                           

Pemilihan kata pada novel Salah Asuhan ini cukup sulit untuk dimengerti karena

banyak terdapat bahasa Belanda dan bahasa melayu yang sukar untuk dimengerti .

6. Amanat         

Adapun amanat yang terkandung dalam novel Salah Asuhan adalah :

1) Janganlah melupakan adat istiadat negeri sendiri, jikalau ada adat istiadat dari

bangsa lain, boleh saja kita menerima tapi harus pandai memilih, yaitu pilihlah

adat yang layak dan baik kita terima di negeri kita.

2) Jangan memaksakan suatu pernikahan yang tidak pernah diinginkan oleh

pengantin tersebut, karena akhirnya akan saling menyiksa keduanya.

7 . Ending atu akhir cerita

“Akhirnya Corrie pun sakit hati dan pergi dari rumah menuju Semarang. Corrie sakit

Kholera dan meninggal dunia. Hanafi sangat menyesal telah menyakiti hati Corrie dan

sangat sedih atas kematian Corrie, Hanafi pun pulang kembali ke kampung

halamannya dan menemui ibunya, disna Hanafi hanya diam saja. Seakan-akan

hidupnya sudah tidak ada artinya lagi. Hanafi sakit, kata dokter ia minum sublimat

(racun) untuk mengakiri hidupnya, dan akhirnya dia meninggal dunia.”

8. Pusat Pengisahan/Sudut Pandang

Dalam novel Salah Asuhan, pengarang bertindak sebagai orang ketiga yaitu

menceritakan kehidupan tokoh-tokoh pada novel.

9.  Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang digunakan dalan novel Salah Asuhan ini cukup sulit untuk

diartikan. Karna novel ini adalah novel lama dan dilamnya juga terdapat bahasa

Belanda. Pada novel ini juga terdapat :

a). Peribahasa

“saat ini, air mukamu jerni, keningmu licin, bolehkah ibu menuturkan niatku

itu, supaya tidak menjadi duri dalam daging” (halaman 25,paragraf  3)

b) Majas perbandingan (perumpamaan)

“Sesungguhnya tiadalah berdusta apabila ia berkata sakit kepala, karna

sebenarnyalah kepalanya bagai dipalu” (halaman 47, paragraf 2)

Page 11: Resensi Roman Salah Asuhan

III Analisis Unsur Ekstrinsik

a. Latar belakang penciptaan karya sastra

Berasal dari luar diri pengarang, karena pada novel ini pengarang hanya sebagai sudut

pandang orang ketiga.

b. Sejarah dan latar belakang pengarang

Abdoel Moeis (lahir di Sungai Puar, Bukittinggi, Sumatera Barat, 3 Juli  – wafat di

Bandung, Jawa Barat, 17 Juni 1959 pada umur 75 tahun) adalah seorang sastrawan dan

wartawan Indonesia. Pendidikan terakhirnya adalah di Stovia (sekolah kedokteran,

sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia), Jakarta akan tetapi tidak tamat. Ia

juga pernah menjadi anggota VolksraaSetelah menyelesaikan pelajarannya di sekolah

rendah Belanda di Bukit tinggi ia melanjutkan pelajaran di Stovia, tetapi tidak sampai

selesai. Kemudian, ia mejadi wartawan di Bandung.

Abdoel Moeis lahir di Sungai Puar, Bukittinggi, Sumatera Barat, 3 Juli  wafat di

Bandung, Jawa Barat, 17 Juni 1959 pada umur 75 tahun.

Dengan mengetengahkan tokoh Hanafi danlam roman Salah Asuhan, Abdoel Moeis

mengkritik sikap dan tingkah laku kaum borjuis yang kebarat-baratan dan  daratan. Dalam

roman tersebut soal adat masih disinggung-singgungnya, bahkan di kritiknya tajam sekali.

Beberapa karyanya berupa roman adalah Surapati, Robert anak Surapati dan Pertemuan

Jodoh.

.

c. Kondisi masyarakat saat karya sastra diciptakan.

Pengarang menciptakan novel ini karena berdasarkan kehidupan sosial masyarakat

pada masa itu yang menceritakan seseorang yang melupakan adat istiadatnya.

d. Nilai moral

Sedang pekerjaan yang disangka tidak menggangu kesenangan orang lain itu pun

boleh jadi akan melanggar kesopanan.

            Ditanah Arab perempuan menutup badan sampai ke muka-muka.

Nilai adapt istiadat

Adat istiadat pada saat itu tidak memperbolehkan seorang waita atau pria

yang berbeda bangasa bersatu dalam cinta atu saling mencintai.dan hormati orang

tua kita karena apa yang dikehendaki nya akn berbuah manis pada kita .

Nilai pendidikan

Kepindahan corrie ke semarang untuk meneruskan pendidikan nya disana

memotivasi anak bangsa untuk terus belajar merai ilmu dan prestasi

Page 12: Resensi Roman Salah Asuhan

Nilai sejarah

Diskriminasi kelas sosial di cerita ini sangat terlihat. Contohnya perbedaan

terhadap bangsa pribumi dan Eropa. Di kalangan pribumi pun terjadi diskriminasi

terhadap masyarakatnya sendiri. Di zaman ini ada golongan orang yang disebut

”bujang”. Yaitu pembantu yang mengabdikan seumur hidupnya kepada sang

majikan. Ini mirip dengan perbudakan yang terjadi di zaman feodal. ”Bujang”

yang terdapat dalam Salah Asuhan adalah Simin, bujangnya keluarga du Bussee,

dan Buyung, bujangnya keluarga Hanafi.

Nilai sastra dari segi linguisticBahasa resmi sewaktu penjajahan Belanda adalah bahasa Belanda. Jadi

tidaklah aneh dipakai bahasa-bahasa Belanda dalam percakapan sehari-hari. Contohnya:“Perkawinan di negeri kita ialahbandelstransacties belaka dan akan mengganggu moral segala orang yang sudah mempelajariWestersche beschaving.” (halaman 32 paragraf 4)”

“Dag Corrie, bersuka-sukalah anakku!” (hal. 42 par. 8)”“Hingga ini ke atas, sebelum aku bersuami, namaku ialah Juffrouw du

Bussee, kalau sudah kawin Mevrouwini atau itu.” (hal.57 par. 5)”

V. Relevansi dengan zaman sekarang.

       Dalam novel Salah Asuhan ini, banyak menceritakan tentang kedurhakaan

seorang anak pada ibunya. Yang mana pada zaman sekarang ini juga banyak anak

yang durhaka pada ibunya. Bahkan sampai-sampai anak tersebut disumpahi oleh

ibunya. Disini juga dijelaskan bahwa adanya orang yang melupakan adat istiadatnya

sendiri. Sebagaimana kita tahu bahwa remaja saat ini juga bersikap demikian.

Page 13: Resensi Roman Salah Asuhan

BAB III

PENUTUP

kesimpulanKehidupan sosial yang tergambarkan dalam novel Salah Asuhan adalah

kehidupan pribumi pada masa penjajahan Belanda. Sisi kehidupan pribumi yang diambil adalah ketika seorang pribumi melewati ”garis kepribumiannya” dan berusaha menjadi sejajar dengan bangsa Eropa. Yang terjadi pada kehidupan sosial pribumi yang seperti itu –seperti yang dialami oleh Hanafi—adalah pengucilan dari kedua belah pihak. Baik dari pribumi sendiri yang memang dihindari oleh Hanafi, maupun dari pihak bangsa Eropa sendiri yang memang memandang pribumi rendah. Apalagi jika pribumi itu berusaha ”meniru-niru” atau menjadikan diri mereka sejajar. Hal itu dianggap kesombongan oleh bangsa Eropa.

Bangsa Eropa dan pribumi digambarkan dalam Salah Asuhan dapat berteman bahkan menjalin hubungan cinta. Tetapi seperti yang dialami Hanafi, pertemanan dengan bangsa Eropa itu tidak semurni dengan darah dan daging sendiri. Kawin campur antara bangsa Eropa dan pribumi pun mendapatkan tentangan dari kedua belah pihak.

Namun,kehidupan sosial yang ditampilkan dalam Salah Asuhan memiliki

perbedaan dengan kehidupan sosial masyarakat Indonesia saat ini. Sekarang ini tidak

lagi ada diskriminasi kelas terhadap pribumi. Perkawinan campur antar bangsa pun

bukanlah lagi hal yang bersifat tabu.Oleh karena kemampuan dan keberanian Abdoel Moeis itu Salah Asuhan patut

dibaca berkali-kali dan diartikan sebagai perjuangan rahasia bangsa Indonesia. Apalagi, pesan dalam novel ini agar tidak berubah menjadi yang bukan-bukan sangat penting kala kini karena globalisasi dan kehilangan kebudayaan tradisional

        saranDalam novel Salah Asuhan ini, banyak menceritakan tentang kedurhakaan

seorang anak pada ibunya. Yang mana pada zaman sekarang ini juga banyak anak

yang durhaka pada ibunya. Disini juga dijelaskan bahwa adanya orang yang

melupakan adat istiadatnya sendiri. Sebagaimana kita tahu bahwa remaja saat ini juga

bersikap demikian yang masih melawan orang tua nya.

Page 14: Resensi Roman Salah Asuhan

Daftar pustaka

Moeis, Abdoel. 2009. Salah Asuhan. Catatan ketiga puluh sembilan. Jakarta: BalaiPustaka.