resensi lovasket
DESCRIPTION
Tugas Bahasa Indonesia Kelas XII IPA 3TRANSCRIPT
Basket, Persahabatan, Kompetisi dan Prestasi
Oleh: Rica Novianita Suzanti
Judul : Lovasket
Penulis : Luna Torashyngu
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2007
Jumlah Halaman : 312 Halaman
Ukuran : 13,5 x 20 cm
Harga : Rp36.500,00
Novel berjudul Lovasket ini sangat kental dengan segala sesuatunya yang berbau
dengan olahraga basket, yang tentunya berhubungan langsung dengan kompetisi dan prestasi.
Selain itu, novel ini akan mengupas secara tuntas setiap permasalahan yang dialami para
tokohnya, mulai dari permasalahan keluarga, persahabatan, sampai percintaan.
Novel ini sendiri ditulis oleh penulis berbakat dan terkenal yang bernama Luna
Torashyngu. Tidak ada yang dapat menyangkal, bahwa Luna Torashyngu memiliki nama yang
unik. Tentunya nama itu bukan nama asli si penulis novel Lovasket ini. “Luna Torashyngu”
merupakan nama yang sengaja dipilih lelaki kelahiran Purwokerto tanggal 13 Februari ini
sebagai nama pena. Luna yang dalam bahasa Spanyol berarti “bulan”, sedangkan Torashyngu
yang sejatinya merupakan nama Jepang itu dipilih karena ia sangat menyukai hal-hal yang
berbau Jepang, mulai dari masakan, musik, hingga dorama (drama) asal negeri sakura tersebut.
Disamping itu, Luna sengaja tidak pernah mempublikasikan biografi serta nama aslinya
kepada para penggemar, karena ia ingin agar para LUNAR (penggemar Luna) mau membeli dan
membaca semua hasil karyanya tanpa berkedok tahu siapa penulisnya, tetapi membeli dan
membaca karena suka dengan ceritanya. Prinsip itulah yang sampai saat ini menjadikannya
seorang penulis yang sukses dan terkenal.
Hingga saat ini Luna sudah menulis dan menerbitkan kurang lebih 12 buah novel fiksi. Di
antaranya ada tiga buah novel berjenis trilogi, yaitu Trilogi Sweet Angel, Trilogi Mawar Merah
dan termasuk pula novel Trilogi Lovasket yang akan dijadikan bahan resensi kali ini.
Sedikit informasi singkat mengenai novel Trilogi Lovasket akan dibahas pula dalam
resensi. Novel edisi pertama Luna ini berjudul Lovasket atau biasa juga disebut Lovasket 1 yang
selanjutnya akan dijadikan sebagai bahan resensi. Novel edisi kedua dan ketiga pun masih
menggunakan judul yang sama. Namun, memiliki perbedaan dalam segi subjudulnya. Novel
edisi kedua memiliki subjudul “For The Love of The Game”, sedangkan edisi ketiga bersubjudul
“The Final Game”. Namun, karena ending cerita pada novel edisi ketiga ini belum mencapai
tahap penyelesaian yang sempurna, maka tidak menutup kemungkinan bahwa akan ada lagi
Lovasket edisi keempat.
Dalam novel Lovasket ini, Luna menceritakan seorang tokoh utama bernama Savira
Priskila atau biasa dipanggil Vira, puteri tunggal seorang direktur cabang Bank Central Buana.
Vira bersekolah di SMA Altavia, SMA swasta paling megah dan favorit di Bandung. Vira mewakili
SMA Altavia dalam Turnamen Bola Basket Antar-SMA Se-Jawa-Bali. Selama turnamen, dialah
bintang SMA Altavia sekaligus calon pemain terbaik atau bisa disebut Most Valuable Player
(MVP) dan top scorer.
Suatu hari, hidup Vira yang mewah berubah drastis ketika ayahnya dituduh melakukan
korupsi dan harus dipenjara. Mendadak Vira kehilangan segalanya, bahkan ia dikeluarkan dari
sekolahnya, SMA Altavia, SMA paling favorit di Bandung. Akibatnya, Vira berhenti bermain
basket yang sebenarnya merupakan “hidupnya”.
Setelah keluar dari SMA Altavia, Vira bersekolah di SMA 31, sekolah yang terletak di
pinggiran kota. Ia memiliki teman baru yaitu Niken. Dengan bujukan ibunya dan Niken, akhirnya
Vira kembali bermain basket. Hal itu membuatnya dekat dengan Rei yang juga merupakan
pemain sekaligus kapten tim basket.
Sementara itu, pada saat-saat seperti inilah, konflik baru kembali ditunjukkan oleh Luna
(si penulis novel Lovasket). Dimana Niken yang ternyata sudah lama memendam cinta kepada
Rei, merasa cemburu dan salah paham.
Satu lagi yang tentunya mampu membuat pembaca merasa terkejut, terkecoh, kagum
sekaligus tak percaya dengan pemikiran cemerlang yang dituliskan Luna di bagian akhir cerita
novel ini.
Saat Vira berlibur ke Australia dalam rangka liburan semester, ia bertemu Kak Aji,
seorang pria yang ia yakini sebagai akhir dari pencarian cintanya. Dan siapa sangka, ternyata
Kak Aji adalah kakak sahabat Vira sendiri, Niken.
Dalam resensi ini, akan dibahas pula sedikit mengenai gaya bahasa yang digunakan Luna
Torashyngu. Dalam novelnya yang berjudul Lovasket, Luna sering menggunakan gaya bahasa
yang kurang baku agar terkesan lebih santai, baik dalam narasi maupun dialog antartokohnya.
Hal itu dapat dilihat dari banyaknya kata serta kalimat yang sering digunakan remaja dalam
pergaulannya sehari-hari.
Di samping itu, Luna dengan kemampuannya yang luar biasa juga menambahkan
beberapa kalimat bermajas di dalam karya novelnya. Majas tersebut antara lain majas
personifikasi, contohnya “Angka terus bergerak cepat.” (hlm. 229), serta majas hiperbola,
seperti “Ketegangan semakin mencekam.” (hlm. 254) dan “Semua orang yang ada di dalam
C-tra Arena menahan napas saat Debi melepaskan bola dari tangannya.” (hlm. 271).
Dari beberapa jenis novel karya Luna, novel Lovasket ini merupakan salah satu novel
yang menjadi favorit. Selain ceritanya yang simpel dan menarik, novel ini juga memberikan
gambaran kepada kita tentang apa, siapa, dan bagaimana sahabat sejati sesungguhnya. Di
samping itu juga, novel ini mampu memberikan nilai-nilai serta pesan moral bagi pembaca,
khususnya remaja. Dimana mereka masih memiliki ego yang besar, baik dalam bersahabat,
maupun berkompetisi.
Dan yang membuat novel ini semakin berkesan adalah konflik ceritanya yang dikemas
begitu rapi. Selain itu, ending ceritanya yang tidak terduga juga menjadikan novel ini semakin
menarik dan layak untuk dibaca.
Adapun desain dan ilustrasi sampul yang dibuat oleh Yustisea Satyalim juga sangat layak
mendapat pujian dan penghargaan khusus karena desain sampul tersebut sangat menarik
sekaligus cocok dengan judul dan isi cerita novel yang banyak membahas tentang basket dan
kompetisi.
Namun, ada beberapa hal yang membuat kebanyakan dari pembaca novel Lovasket ini
merasa kurang puas dengan kisah asmara Vira yang kurang ditunjukkan dalam novel tersebut.
Luna lebih menitikberatkan pada kisah persahabatan dan kompetisi olahraga, khususnya
basket, daripada kisah asmara Vira. Padahal dalam kenyataannya, kisah asmaralah yang paling
ditunggu-tunggu para pembaca.
Terlepas dari semua yang ada, novel ini tetap menjadi salah satu karya terbaik Luna
Torashyngu. Selain menceritakan tentang dunia remaja yang penuh dengan permasalahan,
mulai dari permasalahan keluarga, sekolah, persahabatan, percintaan, kompetisi, sampai
prestasi, novel ini juga memberikan solusi atas semua yang menjadi permasalahannya serta
memberikan pesan moral sekaligus nilai-nilai positif bagi pembaca.
Tidak salah jika novel ini menjadi bahan bacaan favorit, karena selain mendapat
pelajaran berharga, kita juga dapat mengambil nilai positifnya. Semoga dengan membacanya,
novel Lovasket ini dapat menginspirasi tidak hanya bagi kalangan remaja, tetapi bagi semua
kalangan.