resensi buku edward sallis (bagus pambajeng 0102513007)

Upload: bagus-ebi

Post on 13-Oct-2015

293 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

edward sallis TQM in Education

TRANSCRIPT

TUGAS RESENSI BUKU

Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan (Terjemahan Total Quality Management in Education)

Diajukan untuk memenuhi ujian akhir mata kuliah Manajemen Mutu PendidikanDosen Pengampu : Dr. Cahyo Budi Utomo, M.Pd

Bagus Pambajeng Noor Pebriansyah0102513007

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKANPROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2014IDENTITAS BUKU:Judul Buku: Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan (Terjemahan Total Quality Management in Education)Penulis: Edward SallisPenerjemah : Dr. Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi,M.AgPenyunting: Yusuf Sampul Cetakan : cetakan IV, Desember 2011Penerbit : IRCiSoD Sampangan Gg. Perkutut No. 325-B Jl. Wonosari, Baturetno Banguntapan, Yogyakarta

IKHTISAR:Pada buku Total Quality Management In Education (Manajemen Mutu) ini menjelaskan latar belakang, konsep dan segala hal yang berkaitan dengan manajemen mutu pendidikan yang sebenarnya di latar belakangi oleh proses penerapan mutu di bidang industri. Oleh karena itu proses peningkatan mutu pendidikan didasarkan pada manajemen perusahaan. Pengelolaan ini mengandaikan adanya upaya pihak pengelola institusi pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan manajemen perusahaan. Dalam disiplin ilmu pendidikan disebut dengantotal quality education(TQE). TQE mengusung filosofitotal quality management (TQM) yang semula diterapkan dalam dunia bisnis. Secara filosofis konsep ini menekankan pada pencarian secara konsisten terhadap perbaikan yang berkelanjutan untuk mencapai kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Mutu merupakan suatu ide yang dinamis sedangkan definisi-definisi yang kaku sama sekali tidak akan membantu. Karena itu dibutuhkan suatu pemikiran dan pemahaman yang komprehensif.TQM adalah sebuah filosofi tentang perbaikan secara terus menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggannya, saat ini dan untuk masa yang akan datang (Edward Sallis).Dalam konsep TQM, TQM jangan dilihat sebagai beban. Dalam proses penerapannya, TQM harus diperkenalkan terlebih dahulu. Sebab TQM adalah suatu keinginan untuk selalu mencoba mengerjakan sgala sesuatu dengan selalu baik sejak awal. TQM juga bukan untuk memeriksa kalau-kalau ada yang salah. Juga bukan bagaimana mengerjakan agenda melainkan tentang agenda yang telah ditetapkan klien; tidak juga tugs yang hanya dikerjakan oleh manajer senior yang selanjutnya memberikan arahan kepada bawahannya.Deming, Juran dan Crosby merupakan orang-orang penting dibalik mutu (mereka bermutu karena telah menjadikan mutu sebagai orientasi). Mereka berkonsentrasi dalam mutu industri produksi meskipun kemudian juga diterapkan dalam industri jasa. Juga bahwa mereka tidak menyinggung atau mencoba menerapkannya dalam pendidikan. Tetapi eksplorasi terhadap pemikiran mereka memberikan manfaat bagi dunia pendidikan. Sebab berbeda antara produksi industri dan pendidikan. Produksi industri menghasilkan barang sedangkan pendidikan mempengaruhi manusia.Pelanggan membutuhkan jaminan dan kepercayaan bahwa para pemasok memiliki kemampuan untuk memberikan produk atau jasa secara konsisten sesuai dengan mutu yang telah ditentukan.BS5750 adalah standar mutu Inggris (British Standard)danISO9000 (International Standard)merupakan dua jenis standar yang mendapatkan perhatian serius dari Eropa dan Amerika. Bahwa kemudian pendidikan berkeinginan menerapkan british standard institution (BSI) merupakan hal baru dalam dunia pendidikan. Pertanyaan yang sama dengan penulis adalah bahwa apakah BS5750 dapat diterapkan dalam dunia pendidikan dan apakah dapat menciptakan kultur TQM?.Kedua pertanyaan di atas merupakan dua pertanyaan yang menuntut bukti, yakni dapatkah diterapkan dan mencapai mutu. Konsepnya adalah sistem mutu harus dapat menghasilkan produk dan mutu yang konsisten dan meyakinkan. Meskipun kemudian menimbulkan permasalahan metodologis di mana, apakah mutu diarahkan pada hasil atau nilai siswa sebagai produk dari pendidikan? Tentu tidak semata-mata ke situ.Maka proses pembelajaranpun dapat dikualifikasikan sebagai produk. Ini akan berbeda dengan produksi industri. Produksi industri menghasilkan barang dan kemudian di lempat ke pasar, jika cacat, dapat ditarik kembali. Sebaliknya dalam pendidikan, merupakan jasa sehingga dapat terjalin komunikasi antara pelanggan dan penyedia sehingga bisa dapat mengubah mutu jasa yang disediakan.Semua guru tahu bahwa tidak ada dua kelas yang identik. Hal ini disebakan oleh pengalaman dan suasana interaksi dalam kelas, laboratorium dan wilayah belajar yang berbeda. Sama sekali tidak mungkin untuk menyampaikan dan menyeragamkan pengalaman belajar dengan tingkat yang benar-benar sama. Motivasi dan sikap peserta didik merupakan aspek penting dalam mutu pendidikan yang mereka terima.Argumentasi di atas kemudian menjadi alasan untuk mempertimbangkan BS5750 maupun ISO9000 atau menolak sambil menunggu standar industri layanan.Harus diingat bahwa penghargaan apapun yang diraih dalam jenis standarisasi apapun tidak berarti sudah menjamin keberadaan mutu dengan sendirinya. Ini diperlukan tindakan melakukannya secara terus menerus. Meskipun demikian, standar mutu eksternal tersebut setidak-tidaknya menegakkan kedisiplinan, penilaian eksternal, dan proses yang jelas untuk memperoleh.Artinya ada keseriusan dari pihak penyelenggara berkaitan dengan mutu. Bahwa ada tujuan dan acuan yang jelas sehingga memiliki nilai publisitas potensial yang luarbiasa dalam institusi dan publik umum. Standar mutu nasional maupun internasional tentu memberikan nilai tambah dan merupakan marketing tidak langsung sebagai bentuk penyampaian pesan perihal mutu.Sallis melalui buku Total Quality Management in Educationmenyebutkan, kondisi yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan dapat berasal dari berbagai macam sumber, yaitu miskinnya perancangan kurikulum, ketidak cocokan pengelolaan gedung, lingkungan kerja yang tidak kondusif, ketidaksesuaian sistem dan prosedur (manajemen), tidak cukupnya jam pelajaran, kurangnya sumber daya, dan pengadaan staf.Dalam bab ke IX, Sallis mempercayai kerja tim sebagai komponen penting dari implementasi TQM mengingat kerja tim akan meningkatkan kepercayaan diri, komunikasi, dan mengembangkan kemandirian. Dalam bab berikutnya dibuku ini, dijelaskan beberapa alat dan teknik dalam melakukan peningkatan Mutu. Misalkan brainstorming, diagram Ishikawa, dan lain-lain.Jika kita telah sepakat bahwa TQM adalah sebuah perubahan kultur berjangka panjang maka harus direncanakan. Mutu tidak terjadi begitu saja atau dengan kata lain mutu tidak akan jatuh dari langit. Ia harus direncanakan dan menjadi bagian penting dari strategi institusi secara sistematis. Atau perencanaan yang strategis dan sistematis (bagaimana jika strategis tetapi tidak sistematis atau sistematis tetapi tidak strategis).Dalam hal ini, kekuatan TQM terletak pada perencanaan jangka panjang yang jelas, terstruktur, sistematis guna mencapai mutu. Dalam pemikiran Deming (14) adalah menciptakan tujuan secara konstan. Hal ini dapat diterawang melalui visi yang terejawentahkan dalam perencanaan strategis. Dengan demikian kesuksesan dapat diramalkan.Perencanaan strategis memungkinkan formulasi prioritas-prioritas jangka panjang dan perubahan institusional berdasarkan pertimbangan rasional. Sallis menekankan bahwa tanpa perencanaan strategis tidak mungkin isntitusi dapat memanfaatkan peluang-peluang baru.

KEUNGGULAN BUKU:Banyak memberikan pengetahuan tentang Total Quality Management dalam pendidikan. Bahasa yang lugas mewarnai pemaparannya sehingga buku yang terkesan teknis dapat tersaji dengan baik dan dipahami dengan baik pula. Ini sebuah seni mengelola bahasa teknis.

KELEMAHAN BUKU:Kurang lengkap dalam memaparkan bab tentang alat dan teknik yang digunakan pencapaian mutu.

KOMENTAR DAN SARAN:Buku ini merupakan sebuah hand book yang telah digunakan banyak orang dan telah memberikan banyak informasi dengan memperkenalkan filosofi TQM dalam dunia pendidikan. Sallis dengan teliti melampirkan point-point penting dari pemikiran Deming, Juran, Crosby dalam buku ini. Sehingga informasi yang diperoleh secara lengkap ada di dalamnya. Yang diawali dari pemaparan tentang latar belakang lahirnya mutu, konsep mutu, pemikiran Deming, Juran, dan lain-lain. Yang menarik adalah Sallis mencoba memberikan benang merah antara TQM dan TQM dalam konteks pendidikan Kristen.Selanjutnya Sallis mengemukakan standar-standar mutu bertaraf internasional beserta jenis-jenis penghargaan seputar mutu. Obyektifitas Sallis terlihat ketika ia tidak hanya menawarkan TQM dalam bukunya namun juga memperkenalkan prinsip pencapain mutu dengan cara yang lain. Ia juga mengetengahkan langkah-langkah membuat penilaian atau evaluasi bahkan analisis. Dan menguncinya dengan kepemimpinan mutu.Buku ini sangat sistematis dalam menyajikan masalah tentang TQM, melalui buku ini sallis menekankan kepada pembaca bahwa metode bisnis bukan berarti lebih unggul daripada praktik pendidikan, atau bahwa pendidikan akan bisa ditingkatkan hanya dengan mengadopsi bahasa komersial. Lebih dari itu, justru dunia bisnis dapat belajar dari metode yang diterapkan didunia pendidikan.