rerata nilai kualitas hidup pada mahasiswa...
TRANSCRIPT
RERATA NILAI KUALITAS HIDUP PADA
MAHASISWA PSPD FKIK UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA DENGAN
EXCESSIVE DAYTIME SLEEPINESS (EDS)
DAN TANPA EDS
Studi Analitik dengan Menggunakan Kuesioner
Epworth Sleepiness Scale dan SF-36 Version 2.0
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
Memeroleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Dhea Rachmawati
NIM: 1110103000036
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya penelitian ini dapat terselesaikan walaupun ada begitu
banyak cobaan dan hambatan yang penulis hadapi selama proses penelitian.
Shalawat serta salam tidak lupa penulis junjungkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa manusia ke alam yang penuh ilmu pengetahuan
seperti sekarang ini.
Alhamdulillah penulis akhirnya dapat menyelesaikan Laporan Penelitian
yang berjudul “Rerata Nilai Kualitas Hidup pada Mahasiswa PSPD FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Dengan Excessive Daytime Sleepiness (EDS) dan
Tidak EDS: Studi analitik dengan menggunakan kuesioner Epworth Sleepiness
Scale dan SF-36 version 2.0”, sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar
Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa selama proses penulisan laporan penelitian ini
penulis banyak menemui hambatan baik yang datang dari faktor luar diri penulis
maupun dari dalam diri penulis. Mengatasi hambatan yang ditemui, penulis
banyak mendapat dukungan, pengarahan, petunjuk, motivasi, saran dan bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. dr. Witri Ardini, M. Gizi, Sp. GK selaku Kepala Program Studi Pendidikan
Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.dr. Ibnu Haris Fadillah, Sp.THT-KL sebagai dosen pembimbing I penelitian dan
Ratna Pelawati, S.Kp, M. Biomed sebagai dosen pembimbing II penelitian, yang
telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan saran,
arahan, bimbingan, dan nasihat kepada penulis dari awal proses penelitian sampai
akhir penyusunan laporan penelitian ini.
4. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung jawab riset Program
Studi Pendidikan Dokter 2010 serta dr. Fikri Mirza Putranto, Sp.THT-KL,
vi
dr. Ramadiandhini serta dr. Fika Ekayanti, M.Med.Ed atas motivasinya kepada
penulis serta masukannya terhadap penyelesaian penelitian ini.
5. Keluarga besar penulis, terutama ayah penulis Abdul Djalil dan ibunda penulis
Euis Julaeha atas doa, dukungan, dan kasih sayang yang menenangkan terhadap
penulis. Untuk adik penulis tersayang Fadhal Rachmawan serta sepupu-sepupu
terimakasih atas dorongan dan penghiburan yang diberikan.
6. Sahabat tersetia dan terkasih, teman-teman satu tempat tinggal selama
perkuliahan di Cemprit yaitu Nadia Entus Nasrudin Tubagus, Uswatun Hasanah,
Adinda Sofiatunnisa, Meliansari, Mutia Oktavia, Siti Yayah Urfiah, Fifin
Fitriyani, Fitria Luluk Muhassonah, dan Ratu Qurrah „Ain. Sahabat di luar
Cemprit tersayang, Annisa Hurhayati dan Fitri Fatimatuzzahra. Sahabat M-Brass
SMAN 68, terutama Ramayang Nastiti Estowo. Mereka adalah penyemangat
terdekat penulis. Teman sekelompok riset, Nadia Entus Nasrudin Tubagus, Yahya
Kholid, Izkar Ramadhan, dan Latansa Dina atas semangat dan motivasinya.
Terimakasih atas saat-saat spesial dalam berbagi cerita dan ilmu mengenai
penelitian.
7. Untuk Bimo Widyoseno Amarullah atas dukungan dan arahannya dalam
memotivasi penulis. Bapak Richard (alm) serta teman seangkatan di SMA N 68
Jakarta, Siti Afina Zahra, Rezania Khairani Moechtar, Karina Luthfia, dan Nanda
Notario, atas bantuannya dalam memperoleh referensi di FKUI. Teman-teman
PSPD 2010 atas solidaritasnya, PSPD 2011 terutama Nurma Maulidatul dan
Muflikha Mayazi, PSPD 2012 khususnya Arvionita Utami dan Irma Sari Mulyadi,
serta seluruh staf pengajar dan staf karyawan dari Program Studi Pendidikan
Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
atas bantuannya dalam terlaksananya prosedural penelitian ini. Untuk Tri Bayu
Purnama, Zata Ismah, dan Iin Alaydrus atas bimbingannya dalam statistik.
9. Terakhir, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada seluruh responden
atas kesediannya dalam menjalani penelitian ini serta semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian ini baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Semoga dengan selesainya Laporan Penelitian ini dapat menambah
pengetahuan kita semua terutama mengenai Excessive Daytime Sleepiness (EDS).
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Ciputat, 26 September 2013
Penulis
vii
ABSTRAK
Dhea Rachmawati. Program Studi Pendidikan Dokter. Rerata Nilai Kualitas
Hidup Pada Mahasiswa PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dengan
Excessive Daytime Sleepiness (EDS) dan Tidak EDS: Studi analitik dengan
kuesioner Epworth Sleepiness Scale dan SF-36 version 2.0. 2013.
Excessive Daytime Sleepiness merupakan gejala mengantuk berlebihan pada siang
hari. Gangguan ini sering dikaitkan dengan masalah kesehatan seperti defisit
kognitif, penyakit kardiovaskuler, gangguan psikologis, dan gangguan fungsi
sosial. Oleh karena itu, EDS dapat mempengaruhi kualitas hidup. Di Indonesia
sendiri, penelitian mengenai EDS masih belum banyak dilakukan. Oleh karena
itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan rerata nilai kualitas hidup
antara responden EDS dengan tidak EDS. Keadaan EDS ditentukan dengan
menggunakan kuesioner ESS. Untuk mengetahui kualitas hidup berupa komponen
mental dan komponen fisik digunakan kuesioner SF-36 version 2.0. Data
dianalisis dengan menggunakan uji t tidak berpasangan dan uji Mann-Whitney.
Didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan rerata nilai yang signifikan antara
responden EDS dengan tidak EDS pada fungsi fisik (p: 0,012) dan peran
emosional (p: 0.046). Namun, tidak terdapat perbedaan rerata nilai signifikan pada
komponen mental, komponen fisik, dan keenam domain S-36 lainnya (p > 0,05).
Kata Kunci: EDS, Kualitas Hidup, ESS, SF-36 version 2.0
ABSTRACT
Dhea Rachmawati. Medical Education Study Programme. The mean value of
Quality of Life In PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Student with
Excessive Daytime Sleepiness (EDS) and without EDS: Analytic study by
Epworth Sleepiness Scale (ESS) questionnaire and the SF-36 version 2.0
questionnaire. 2013.
Excessive Daytime Sleepiness is a symptom of excessive sleepiness during the
day. This disorder often be associated by health problems such as cognitive
deficit, cardiovascular disease, psychological disorder, and social functioning
disorder. Therefore, EDS affects quality of life. In Indonesia, researches on EDS
are still not widely practiced. Therefore, this study is aimed to examine the mean
difference value of quality of life in respondent with EDS and without EDS. EDS
circumstances determined by ESS questionnaire. In determining of quality of life
in the form of the mental and physical component, a SF-36 version 2.0
questionnaire is used. Data is analyzed by unpaired t test and Mann-Whitney test.
In result, there are significant differences in the mean values among respondents
with EDS and without EDS in physical functioning (p: 0,012) and role-emotional
(p: 0,046). However, there are no significant differences in the mean values
among respondent with EDS and without EDS in physical and mental component
summary, and another six domains value (p > 0,05).
Keywords: EDS, Quality of Life, ESS, SF-36 version 2.0
viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL ................................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. iv
KATA PENGANTAR .......................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................ vii
ABSTRACT .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xi
DAFTAR BAGAN ………………………………………………... ..... xii
DAFTAR GRAFIK .............................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xiv
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 2
1.3 Pertanyaan Penelitian ......................................................... 2
1.4 Hipotesis ............................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................. 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 4
2.1 Sistem Pernapasan ............................................................... 4
2.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan ........................... 5
2.3 Fisiologi Respirasi Seluler .................................................... 9
2.4 Fisiologi Tidur ...................................................................... 10
ix
2.5 Dengkuran (Snoring) ............................................................. 11
2.6 Obstructive Sleep Apnea (OSA) ........................................... 13
2.7 Excessive Daytime Sleepiness (EDS) .................................... 13
2.8 Kualitas Hidup ....................................................................... 16
2.9 Kerangka Teori ...................................................................... 24
2.10 Kerangka Konsep ................................................................ 25
Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 26
3.1 Desain Penelitian .................................................................. 26
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................. 26
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................ 26
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ................................................. 27
3.5 Cara Kerja Penelitian ........................................................... 27
3.6 Manajemen Data .................................................................. 28
3.7 Etika Penelitian ..................................................................... 28
3.8 Definisi Operasional ............................................................... 29
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 30
4.1 Hasil Penelitian ................................................................... 30
4.1.1 Distribusi Responden Penelitian ................................ 30
4.1.2 Prevalensi EDS dan Tidak EDS ................................... 31
4.1.3 Uji Statistik .................................................................. 32
4.2 Pembahasan ........................................................................... 34
4.3 Keterbatasan Penelitian ......................................................... 37
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 38
5.1 Simpulan .............................................................................. 38
5.2 Saran ..................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 39
LAMPIRAN ........................................................................................... 43
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tidur REM dan Tidur Non-REM ........................................... 11
Tabel 2.2 Penilaian Skala Kantuk Epworth (Epworth Sleepiness Scale
= ESS) ...................................................................................... 16
Tabel 2.3 Aspek Penilaian Kualitas Hidup dengan WHOQOL .............. 18
Tabel 2.4 Sembilan Aspek Penilaian Kualitas Hidup dengan Kuesioner
SF-36 ....................................................................................... 21
Tabel 2.5 Pengkodean Ulang SF-36 ....................................................... 22
Tabel 2.6 Perata-rataan Pengkodean Ulang ........................................... 23
Tabel 3.1 Definisi Operasional 1 ............................................................ 29
Tabel 3.2 Definisi Operasional 2 ............................................................ 29
Tabel 4.1 Distribusi Sampel Penelitian .................................................. 30
Tabel 4.2 Komponen Fisik dan Mental pada Responden EDS dan
Tidak EDS ............................................................................... 32
Tabel 4.3 Nilai Kualitas Hidup SF-36 Tiap Domain ............................. 33
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Potongan Sagital Kepala dan Leher .................................... 5
Gambar 2.2 Saluran Pernapasan Bawah ................................................. 8
Gambar 2.3 EEG dari Kondisi Bangun, Tidur REM, dan Tidur Dalam ... 10
xii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Komponen Fisik dan Komponen Mental SF-36 V2.0 .......... 19
Bagan 2.2 Kerangka Teori ..................................................................... 24
Bagan 2.3 Kerangka Konsep .................................................................. 25
Bagan 3.1 Alur Penelitian ...................................................................... 27
xiii
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1 Distribusi Usia Responden Penelitian .................................. 31
Grafik 4.2 Prevalensi EDS dan Tidak EDS ........................................... 31
Grafik 4.3 Komponen fisik mental pada responden EDS dan tidak EDS 32
Grafik 4.1 Nilai kualitas hidup SF-36 tiap domain ................................ 33
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) .......... 43
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ........................................................... 45
Lampiran 2 Data Hasil Uji Statistik ....................................................... 52
Lampiran 3 Riwayat Penulis .................................................................. 59
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tidur adalah keadaan seseorang sedang berada di bawah kesadaran namun
masih dapat berespon terhadap rangsangan. Tidur merupakan salah satu
kebutuhan hidup manusia yang secara mutlak amat penting. Pada dasarnya, tidur
adalah suatu proses aktif dimana sebenarnya seseorang secara tidak sadar waspada
akan dunia luar. Kualitas dan kuantitas tidur seseorang bisa mempengaruhi
kualitas kerjanya.1,2
Sejumlah orang memiliki kondisi tidur yang tidak adekuat akibat berbagai
jenis gangguan. Keadaan ini dapat menimbulkan rasa kantuk di luar waktu tidur
yang dikenal dengan istilah Excessive Daytime Sleepiness (EDS). Excessive
Daytime Sleepiness sering dihubungkan dengan gangguan napas saat tidur atau
yang disebut Obstructive Sleep Apnea (OSA). Carmelli, dkk menyebutkan bahwa
dua gejala kardinal dari OSA adalah snoring dan EDS. Sampai saat ini, prevalensi
EDS maupun OSA di Indonesia masih belum diketahui.3-6
Beberapa hal yang menjadi faktor risiko EDS antara lain gangguan
metabolik, depresi, durasi tidur tidak adekuat, overweight, usia, dan riwayat
merokok. Kondisi mahasiswa dengan beban materi kuliah, kondisi depresi akibat
tekanan dalam perkuliahan, dan durasi tidur yang tidak adekuat dapat
menyebabkan EDS pada mahasiswa. Hal ini terutama terjadi pada mahasiswa
dengan beban perkuliahan yang berat seperti mahasiswa kedokteran.5
Excessive Daytime Sleepiness sering dihubungkan juga dengan gangguan
fungsional, defisit kognitif, dan keadaan terjatuh. Excessive Daytime Sleepiness
meningkatkan faktor risiko kematian sebesar 33% pada usia lanjut. Kematian pada
penderita EDS dapat berhubungan dengan gangguan kardiovaskular yang juga
berhubungan dengan OSA. Keadaan inilah yang mungkin menyebabkan EDS
sering dihubungkan dengan OSA.7,8
Seseorang yang mengalami EDS memiliki faktor risiko yang lebih tinggi
dalam kecelakaan kendaraan, kecelakaan kerja, maupun kesehatan yang lebih
1
2
buruk akibat penurunan konsentrasi. Sementara OSA, dalam sebuah penelitian
yang dilakukan oleh H.M. Engleman dan N. J. Douglas di Inggris, diketahui dapat
menyebabkan gangguan dalam kualitas hidup, fungsi sosial, dan psikologis. Di
Indonesia sendiri, penelitian mengenai kesehatan fisik maupun mental yang dapat
menggambarkan kualitas hidup pada pasien dengan EDS maupun OSA belum
banyak dilakukan.9, 10
Kualitas hidup dapat diukur dengan menggunakan alat ukur kuesioner
seperti SF-36, European Quality of Life Survey, dan WHO Quality of Life
Instruments. Penilaian kualitas hidup dengan menggunakan kuesioner-kuesioner
tersebut adalah untuk menilai fisik, fungsional, psikologis, dan sosial individu.
Beberapa kuesioner seperti SF-36 dapat memberikan gambaran mengenai kualitas
hidup dengan menilai komponen fisik dan komponen mental individu.10
Dapat disimpulkan bahwa EDS dan OSA memiliki dampak terhadap
kesehatan tubuh yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. Oleh karena itu,
penting bagi seseorang untuk mengetahui apakah dirinya menderita OSA atau
tidak dengan mengenali salah satu gejala kardinalnya yaitu EDS dan kualitas
hidup penderita EDS dengan yang tidak mengalami EDS. Atas dasar hal tersebut,
dilakukan penelitian mengenai hal ini untuk mengetahui bagaimana kualitas hidup
penderita EDS dengan yang tidak EDS pada populasi mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Indonesia (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.4,9
1.2 Perumusan Masalah
Kondisi fisik dan kondisi mental yang menggambarkan kualitas hidup pada
penderita EDS dengan tidak EDS akan diteliti pada mahasiswa PSPD FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013 dengan mengunakan kuesioner
Epworth Sleepiness Scale (ESS) dan SF-36 version 2.0.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Bagaimana rerata nilai kualitas hidup yang mengalami EDS dan tidak EDS
pada mahasiswa PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013?
1.4 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah rerata nilai kualitas hidup pada mahasiswa
PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013 yang mengalami
3
EDS kemungkinan lebih rendah dari yang tidak mengalami gangguan
tersebut.
1.5 Tujuan Penelitian
Mengetahui rerata nilai kualitas hidup pada mahasiswa PSPD FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013 antara yang mengalami EDS dengan
yang tidak mengalami EDS.
1.6 Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
1. Menambah pengetahuan tentang pengaruh EDS terhadap kualitas
hidup seseorang.
2. Memanfaatkan ilmu kedokteran yang telah diterima selama
pendidikan kedokteran melalui bidang penelitian.
3. Memenuhi tugas akhir modul kedokteran preklinik dalam Program
Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Bagi Institusi
1. Memajukan UIN dan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
khususnya melalui bidang penelitian.
2. Memberikan informasi baru mengenai keilmuan THT (Telinga,
Hidung, dan Tenggorokan).
c. Bagi Keilmuan
1. Memberikan informasi baru mengenai EDS dan kualitas hidup di
lingkungan mahasiswa.
2. Menjadi bahan rujukan untuk penelitian mengenai EDS
selanjutnya.
d. Bagi Sosial
1. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengaruh
EDS terhadap kualitas hidup mereka.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat berisiko mengenai
pentingnya pencegahan EDS.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan adalah salah satu sistem organ dalam tubuh manusia
yang memiliki peranan penting dalam kelangsungan hidupnya. Hal ini karena
fungsi utama sistem ini adalah menyediakan oksigen yang akan didistribusikan
bersama nutrisi ke seluruh sel-sel tubuh. Sebagai contoh, sel-sel otak yang sensitif
akan mengalami nekrosis jika dalam tiga sampai empat menit tidak mendapatkan
oksigen. Fungsi sistem pernapasan adalah perannya dalam pertukaran gas O2 dan
CO2, pengaturan pH darah, penghidu, penghasil suara, penyaring udara inspirasi,
dan pengekshalasi udara yang berisi sejumlah panas dan air.11, 12
Sistem pernapasan manusia dapat diklasifikasikan berdasarkan
anatominya: sistem pernapasan atas dan sistem pernapasan bawah. Sistem
pernapasan atas terdiri dari hidung, rongga hidung, sinus paranasal, dan faring
sementara sistem pernapasan bawah terdiri dari laring, trakea, bronki, bronkiolus,
dan alveoli paru. Keduanya membentuk suatu susunan organ yang saling
berhubungan.4, 11, 12
Sistem pernapasan merupakan sebuah jalur respirasi yang terbagi menjadi
zona konduksi dan zona respiratorik sesuai dengan fungsinya. Zona konduksi
meliputi hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus terminal. Zona ini
merupakan tempat mengalir masuknya udara pernapasan ketika inspirasi dan
mengalir keluarnya udara pernapasan ketika ekspirasi. Fungsi zona ini adalah
menyaring, manghangatkan, dan melembabkan udara serta menghantarkan udara
ke paru-paru. Sementara itu, zona respiratorik berfungsi sebagai tempat
pertukaran gas antara udara dan darah. Zona respiratorik terdiri dari bronkiolus
respiratorik, duktus alveolar, sakus alveolar, dan alveoli paru.5,11
Respirasi sendiri juga dapat dibagi menjadi dua yaitu respirasi eksternal
dan respirasi seluler. Respirasi eksternal adalah proses ventilasi, difusi, dan
perfusi. Ventilasi merupakan proses bernapas yaitu masuk dan mengalirnya udara
sampai ke paru. Difusi adalah proses pertukaran gas pada zona respiratorik serta
antara darah dan sel-sel yang membutuhkan. Perfusi adalah transpor gas hasil
4
5
difusi melalui aliran darah dalam sistem sirkulasi. Sementara itu, respirasi seluler
merupakan sejumlah proses metabolik di dalam sitoplasma sel yang
membutuhkan O2 dan menghasilkan energi serta CO2.1, 11
2.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan
Gambar 2.1 Potongan Sagital Kepala dan Leher11
Sistem pernapasan atas dimulai dari hidung (nasal). Hidung terbagi
menjadi hidung eksternal dan hidung internal. Hidung eksternal tersusun dari
tulang keras dan kartilago hialin yang dapat terlihat dari luar. Tulang keras yang
turut membangun hidung adalah os frontalis, os sfenoid, os etmoidalis, os nasal,
os vomer, os maksilaris, os palatina, dan os lakrimalis. Pada hidung eksternal ini,
akan terlihat dari luar dua lubang hidung yang dinamakan nares eksternal atau
nostril.11-14
Hidung internal adalah hidung yang dapat dilihat dengan jelas
menggunakan rinoskopi. Hidung internal terdiri dari rongga yang merupakan
bagian yang lebih dalam dari hidung eksternal. Ruang di dalam hidung internal ini
disebut rongga nasal atau kavitas nasal. Hidung internal berbatasan dengan hidung
eksternal pada bagian anterior dan berbatasan dengan faring pada bagian
posterior. Jika pada hidung eksternal terdapat nares eksternal, maka pada hidung
internal terdapat nares internal atau koana yang berhubungan dengan faring.4,11,12
Sinus frontalis
Cavum nasii
Nares interna
Pintu masuk tuba auditori
Tonsil faringeal
Nasofaring
Orofaring
Laringofaring
Konka nasal:
Superior
Media
Inferior Vestibulum
nasal
Nares eksterna
Pallatum durum
Cavum ori
Lidah Tonsil palatina
Mandibula
Tonsil lingua
Os hyoid
Kartilago cricoideus
Trakhea
Glandula tiroideus
Epiglotis
Glotis
Lipatan vokal
Esofagus
Pallatum
molle
Kartilago
tiroideus
6
Pada bagian dalam hidung, terdapat rongga nasal dan vestibula nasal.
Rongga nasal dibentuk oleh os maksilaris, os etmoidalis, os vomer, os sfenoidalis,
dan os frontalis pada dinding lateral dan superiornya. Vestibula nasal merupakan
ruang dari rongga nasal yang memiliki hasil modifikasi sel-sel epitel berupa
rambut-rambut penyaring debu. Sementara itu, septum nasal terbentuk dari
kartilago hialin pada bagian anteriornya serta os vomer beserta gabungan lempeng
perpendicular dari os etmoidalis, os vomer, os maksilaris, dan os palatina pada
bagian posteriornya. Septum nasal akan membagi rongga nasal menjadi kanan dan
kiri.11-13
Struktur lain yang turut membangun hidung internal adalah tiga konka
nasal: konka nasal inferior, konka nasal media, dan konka nasal superior. Ketiga
konka tersebut menempatkan diri sedemikian rupa sehingga terbentuk tiga
subdivisi dari rongga nasal: meatus inferior, meatus media, dan meatus superior.
Fungsi struktur hidung internal seperti ini adalah untuk turbulensi yaitu perluasan
area kontak udara sehingga memperpanjang waktu penghangatan oleh sistem
vaskularisasi vena yang berkumpul dan pelembaban (humadifikasi) udara. Selain
itu, struktur tersebut dapat membantu mencegah dehidrasi dengan memerangkap
uap air saat ekshalasi.9, 11
Ada suatu struktur lagi yang berhubungan dengan hidung yaitu sinus
paranasal. Sinus paranasal adalah sejumlah rongga pada tulang kranium dan
tulang fasial. Sinus-sinus ini terdiri dari sinus maksilaris, sinus etmoidalis, sinus
sfenoidalis, dan sinus frontalis. Sinus-sinus tersebut akan terhubung dengan
rongga nasal dan turut menghasilkan mukus. Mukus-mukus yang juga dihasilkan
oleh sel-sel goblet lamina propria rongga nasal ini berperan dalam melembabkan
udara dan memerangkap partikel debu ukuran besar agar tidak masuk ke saluran
pernapasan lebih dalam.11, 12
Faring merupakan suatu jalur lewatnya makanan maupun udara menuju
saluran selanjutnya. Udara akan menuju ke laring sedangkan makanan akan
menuju ke esofagus. Anterior dari faring adalah rongga hidung dan rongga mulut
sedangkan posterior dari faring adalah vertebrae servikalis. Inferior dari faring
adalah laring. Dinding faring tersusun atas otot-otot skeletal dan membran
7
mukosa. Faring terbagi menjadi tiga bagian secara anatomi (dari superior ke
inferior): nasofaring, orofaring, dan laringofaring (hipofaring).9, 11, 13
Nasofaring berbatasan langsung dengan rongga nasal posterior dan
palatum molle yang membatasinya dengan rongga mulut. Pada nasofaring
terdapat tonsila faringea pada dinding posteriornya dan muara tuba eustachius
pada sisi lainnya. Orofaring berbatasan langsung dengan rongga mulut. Orofaring
ini merupakan perluasan dari palatum molle dan basis lidah setingkat os hyoideus.
Sementara itu, laringofaring terletak antara os hyoideus dan pintu masuk ke arah
laring dan esofagus. Dinding nasofaring tersusun atas sel-sel epitel silindris
bersilia berlapis semu yang berbeda dengan dinding orofaring dan laringofaring
yang tersusun atas sel-sel epitel pipih berlapis.4, 9
Laring merupakan saluran aliran udara antara laringofaring dan trakea
yang terletak setinggi C4 sampai C6. Posterior dari laring adalah esofagus. Laring
dibentuk dari tiga kartilago besar yang tidak berpasangan: kartilago tiroid,
kartilago krikoid, dan epiglotis. Pada kartilago tiroid, terdapat suatu bentuk
penonjolan yang disebut prominentia laringea. Inferior dari kartilago tiroid adalah
kartilago krikoid. Kedua kartilago tersebut berfungsi melindungi glotis dan
sebagai pintu masuk menuju trakea.1, 11, 12
Epiglotis adalah suatu organ yang terbentuk dari kartilgo elastin yang
dilapisi epithelium. Fungsinya adalah mencegah masuknya makanan dan
minuman ke dalam saluran pernapasan saat menelan. Bagian inferior epiglotis
bergabung dengan kartilago tiroid dan kartilago hyoid sedangkan bagian
superiornya menggantung bebas. Oleh karena itu, bagian superior epiglotis dapat
bergerak. Ketika menelan, faring akan naik memperlebar epiglotis. Begitupun
dengan laring juga naik membuat epiglotis turun dan menutup glotis sehingga
makanan atau minuman tidak masuk. Ketika makanan atau minuman dapat
melewati laring, akan timbul refleks batuk.11, 12
8
Gambar 2.2 Saluran Pernapasan Bawah12
Trakea adalah saluran pernapasan setelah laring. Letaknya anterior dari
esofagus dan setinggi sekitar C6 sampai T5. Trakea menempel pada ligamen yang
menempel di kartilago krikoid. Saat memasuki mediastinum, trakea terbagi
menjadi bronkus dekstra dan sinistra. Dinding trakea tersusun atas epitel silindris
bersilia berlapis semu seperti nasofaring. Selain itu, terdapat bentuk C yang khas
pada dinding trakea yang terbentuk dari kartilago hialin.11, 12
Pada setinggi vertebrae T5, terdapat karina yang merupakan percabangan
bronkus dekstra dan bronkus sinistra yang masing-masing menuju ke paru dekstra
dan paru sinistra. Bronkus terbagi menjadi tiga jenis sesuai dengan
percabangannya: bronkus primer, bronkus sekunder, dan bronkus tersier. Bronkus
primer adalah bronkus yang belum memasuki paru. Bronkus sekunder merupakan
percabangan bronkus primer yang jumlahnya sesuai dengan lobus paru sehingga
terdapat tiga bronki sekunder dekstra dan dua bronki sekunder sinistra. Bronki
sekunder akan bercabang menjadi bronki tersier yang selanjutnya akan bercabang
menjadi bronkiolus. Inilah yang disebut pohon bronkus.1, 12
Paru terdiri dari alveoli dan berada di dalam rongga pleura. Paru kanan
memiliki tiga lobus sementara paru kiri hanya dua lobus. Alveoli sendiri
merupakan kantung udara yang berhubungan dengan bronkiolus terminalis.
Keduanya membentuk zona respiratorik. Oksigen dan karbondioksida di alveoli
Lokasi karina
Bronkus primer kiri
Bronkus sekunder kiri
Bronkus tersier kiri
Bronkiolus kiri
Bronkiolus terminal kiri
Diafragma
Pleura viseral
Pleura parietal
Bronkus
primer kanan
Bronkus sekunder
kanan
Bronkus tersier kanan
Bronkiolus kanan
Bronkiolus
terminal kanan
Laring
Trakhea
Percabangan pohon bronkial:
Trakhea
Bronki primer
Bronki sekunder
Bronki tersier
Bronkiolus
Bronkiolus
terminalis Rongga pleura
9
akan bertukar dengan oksigen dan karbondioksida di kapiler darah pulmonal.
Pertukaran ini terjadi secara difusi.1, 9, 11
Mekanisme pernapasan adalah sebagai berikut. Peristiwa pertama
dinamakan ventilasi yaitu pertukaran gas O2 dan CO2 antara atmosfer dan alveoli
melalui zona konduksi terlebih dahulu lalu ke zona respiratorik. Selanjutnya
adalah peristiwa difusi ketika terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara udara di
alveoli dan darah di kapiler paru. Setelah difusi, oksigen ditranspor melalui aliran
darah menuju jaringan di seluruh tubuh. Hasil metabolisme berupa CO2 juga
dibawa dari jaringan menuju kapiler paru melalui darah. Pada jaringan tubuh
selanjutnya akan terjadi pertukaran O2 dan CO2 kembali antara darah dengan
jaringan interstisial yang akan dibawa ke sel-sel yang membutuhkan. Inilah yang
dinamakan perfusi. Sel-sel tersebut memerlukan oksigen untuk melakukan
respirasi seluler dan membuang CO2 sebagai hasil akhir respirasi seluler tersebut.1
2.3 Fisiologi Respirasi Seluler
Respirasi seluler merupakan proses metabolik yang menghasilkan energi
yang berasal dari molekul nutrien. Respirasi seluler menggunakan oksigen untuk
respirasi aerob dan tidak menggunakan oksigen saat respirasi anaerob. Baik pada
respirasi aerob maupun respirasi anaerob, keduanya sama-sama akan
menghasilkan karbondioksida. Peristiwa respirasi aerob terjadi di mitokondria
masing-masing sel sementara respirasi anaerob hanya sebatas pada sitosol sel.1
Pada peristiwa respirasi, dikenal istilah Respiratory Quotient (RQ). RQ
merupakan sebuah angka perbandingan antara jumlah karbondioksida yang
diproduksi terhadap jumlah oksigen yang dikonsumsi saat respirasi. Perbedaan
RQ dapat terlihat pada jenis nutrien yang digunakan untuk respirasi seluler. Untuk
penggunaan karbohidrat, nilai RQ-nya adalah 1 sementara untuk protein adalah
0,8 dan untuk lemak adalah 0,7. Rumus RQ:
RQ =
1, 9
10
2.4 Fisiologi Tidur
Tidur merupakan peristiwa fisiologis yang berulang ketika semakin
menurunnya proses untuk mempertahankan keadaan tetap terbangun. Siklus tidur
terdiri dari dua fase yaitu fase REM (Rapid Eye Movement) selama 20-25% tidur
dan non-REM (Non-Rapid Eye Movement) selama 75-80% tidur. Pengaturan
siklus ini penting untuk mempertahankan keseimbangan. Bagian dari otak yang
mempengaruhi kondisi tidur adalah sistem aktivasi retikuler batang otak, lokus
koeruleus, rafe dorsal, nuklei batang otak lain, otak depan bagian basal, talamus,
lokus hipotalamus, dan korteks.14, 15
Gambar 2.3 EEG dari Kondisi Bangun, Tidur REM, dan Tidur Dalam11
Tahap tidur REM ditandai dengan mimpi yang aktif. Pada tahap ini akan
terjadi perubahan frekuensi napas dan tekanan darah. Tubuh menjadi kurang
reseptif terhadap stimulasi dari luar dan tonus otot menurun. Pengaruh inhibisi ini
tidak terjadi pada neuron yang mempersarafi otot penggerak bola mata. Hal inilah
yang menyebabkan mata orang tertidur saat bermimpi bergerak dengan cepat.11
Tidur non-REM memiliki empat fase. Pada tahap tidur non-REM atau
disebut tidur dalam atau tidur gelombang lambat, tubuh menjadi lebih rileks.
Aktivitas pada korteks serebral minimum. Denyut jantung, tekanan darah,
frekuensi napas, dan kecepatan metabolisme basal menurun sebesar 10- 30%.2, 11
Terdapat perbedaan pada tidur REM dan tidur non-REM. Tabel 2.1
dibawah ini menjelaskan mengenai perbedaan keduanya.
Bangun
Tidur REM
Tidur dalam
(gelombang lambat)
11
Tabel 2.1 Tidur REM dan Tidur Non-REM11
Gambaran fase 1, 2 Gambaran fase 3, 4 Fase REM
Pola pernapasan Periodik Stabil Tidak teratur
Apnea Sentral Jarang Sentral
Otot rongga dada Aktif Aktif Dihambat
Diafragma Aktif Aktif Aktif
Otot saluran
pernapasan atas
Aktif Aktif Dihambat
Respon bangun
terhadap rangsangan
Ambang lebih rendah
dibanding saat
terjaga
Ambang lebih
rendah dibanding
fase 1 dan 2
Ambang lebih
rendah dibanding
fase 3 dan 4
2.5 Dengkuran (Snoring)
Mendengkur adalah keadaan ketika seseorang yang tidur mengeluarkan
suara akibat getaran saluran pernapasan atas. Suara yang disebut dengkuran itu
dapat terjadi berulang-ulang. Mendengkur bisa menjadi masalah yang perlu
dievaluasi saat ini karena menjadi tanda tersering dari OSAHS (Obstructive Sleep
Apnea-Hypopnea Syndrome). Selain itu, mendengkur juga dapat menyebabkan
permasalahan sosial akibat mengganggu teman sekamar dan mempermalukan diri
sendiri.4
Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai mendengkur. Salah
satunya mengenai bagaimana suara tersebut dihasilkan. Saluran pernapasan atas
merupakan saluran yang fleksibel sehingga dapat berkontraksi maupun kolaps.
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kolaps saluran pernapasan atas
sehingga menimbulkan suara dengkuran akan dijelaskan sebagai berikut.3, 4
Faktor yang pertama adalah kelemahan tonus otot-otot palatum, lidah, dan
faring pada tahap tidur dalam. Hal ini menyebabkan efek dilatasi otot faring dan
efek protrusif otot genioglossus tidak adekuat. Kondisi ini membuat lidah lebih
mudah jatuh ke belakang sehingga menutup saluran pernapasan.16, 17
Faktor kedua adalah adanya massa atau jaringan yang menutupi saluran
pernapasan. Contohnya adalah tonsil yang membesar pada anak-anak, jaringan
faringeal yang besar atau lemak yang menumpuk pada penderita obesitas. Lidah
yang besar pada penderita Sindrom Down ataupun akromegali serta terbentuknya
kista maupun tumor juga dapat menimbulkan obstruksi saluran pernapasan.16, 17
12
Faktor ketiga adalah deformitas kraniofasial seperti dagu yang tertarik ke
belakang, retrognatia, dan makrognatia. Keadaan ini mempersulit lidah untuk
berada di depan dan cenderung mudah tertarik ke belakang. Lidah kemudian
menempati ruang di saluran pernapasan dan mengobstruksi aliran udara
pernapasan. Selain itu, uvula dan palatum molle yang panjang juga dapat
mempersempit apertura nasofaring.4, 15, 16
Faktor terakhir adalah restriksi aliran udara pada hidung seperti ketika
pilek, serangan alergi, deformitas septum nasi, tumor hidung, dan sinusitis.
Kolapsnya saluran pernapasan atas menyebabkan peningkatan turbulensi aliran
udara. Akibat turbulensi ini, maka jaringan-jaringan lunak di sekitarnya bergetar
menghasilkan suara dengkuran.4, 16, 17
Mendengkur sendiri memiliki faktor risiko antara lain adalah peningkatan
berat badan, kongesti nasal kronik, pencandu alkohol, serta penggunaan obat-
obatan sedatif (hipnotik) dan analgesik opioid. Prevalensi terjadinya mendengkur
meningkat seiring dengan usia dan peningkatan berat badan. Kejadian
mendengkur terjadi tiga kali lebih sering pada orang yang obesitas.4, 16, 17
Menurut prevalensi, laki-laki lebih sering mendengkur dibandingkan
perempuan. Pada rentang usia 30-35 tahun, pendengkur laki-laki sekitar 20%
sementara perempuan sekitar 5%. Pada usia 60 tahun, 60% laki-laki mendengkur
sementara 40% perempuan mendengkur. Laki-laki memiliki kecenderungan untuk
kolaps saluran pernapasan atas yang dikatakan berkaitan dengan faktor hormonal.
Berdasarkan data di atas, efek progesteron kemungkinan mempengaruhi saluran
respirasi sehingga terjadi dengkuran.4, 16, 17
Selain itu, riwayat keluarga yang mendengkur juga dikaitkan dengan
kecenderungan seseorang untuk mendengkur. Hal tersebut terjadi kemungkinan
karena adanya peranan genetik yang menyebabkan kelainan anatomi dan fisiologi
yang meningkatkan resistensi saluran pernapasan atas dan tekanan inspirasi
subatmosferik di jalan napas atau mengganggu stabilitas dinding saluran
pernapasan atas.4, 15
13
2.6 Obstructive Sleep Apnea (OSA)
Sindrom apnea terbagi menjadi tiga, yaitu tipe sentral, tipe obstruktif, dan
tipe campuran. Apnea tipe obstruktif ini disebut OSA (Obstructive Sleep Apnea).
Obstructive Sleep Apnea adalah tipe apnea yang paling sering terjadi yang
disebabkan oleh adanya kolaps pada jalan aliran udara di saluran pernapasan.
Mekanisme dan penyebab kolaps ini multifaktorial.16, 18
Astuti dkk. memberikan pernyataan bahwa Bergeron et al. dalam Jonson C
et al. mengemukakan bahwa inflamasi jalan napas dan inflamasi sistemik
menyebabkan OSA. Faktor-faktor risiko OSA antara lain berat badan berlebih,
lingkar leher lebih besar, asma, dan gangguan anatomis pada saluran pernapasan
atas. Gangguan anatomis tersebut yang paling sering antara lain adalah rinitis,
deviasi septum, sinusitis, pembesaran adenoid, hipertrofi konka, dan uvula
memanjang.3, 18
Dua gejala kardinal OSA adalah snoring (mendengkur) dan EDS. Snoring,
EDS, dan OSA sering dikaitkan. Sekitar 26% sampai 32% orang dewasa dengan
OSA memiliki risiko EDS. Prevalensi ini diperkirakan masih akan meningkat.
Hubungan keduanya mungkin dapat dilihat dari estimasi heritabilitas berdasarkan
kemungkinan faktor risiko genetik yaitu untuk EDS sebesar 40% dan snoring
sebesar 23%. Selain itu, karena EDS dan OSA mungkin sama-sama
mempengaruhi kondisi kesehatan, baik fisik maupun mental, maka EDS dan OSA
dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya.6, 9
2.7 Excessive Daytime Sleepiness (EDS)
Definisi dan klasifikasi
Excessive Daytime Sleepiness adalah suatu keadaan mengantuk pada siang
hari. Berdasarkan klasifikasi internasional mengenai gangguan tidur, EDS
diartikan sebagai suatu kondisi mengantuk pada beberapa situasi yang bersifat
subjektif. Perlu dibedakan pula EDS dengan perasaan kurang energi, keletihan,
perasaan mengantuk, atau malaise.19
Sulit untuk menentukan derajat keparahan EDS. Excessive Daytime
Sleepiness derajat ringan ditandai dengan mengantuk pada kondisi istirahat atau
kondisi dibutuhkannya perhatian kecil yang hanya menyebabkan gangguan fungsi
14
sosial ringan. Excessive Daytime Sleepiness derajat sedang terjadi sehari-hari
selama aktivitas fisik yang sangat ringan atau saat kondisi dibutuhkan perhatian
sedang. Pada EDS yang parah, episode mengantuk terjadi sehari-hari di saat
kondisi yang membutuhkan perhatian ringan sampai sedang yang mengganggu
fungsi sosial dan fungsi kerja secara nyata.19
Gejala dan faktor risiko EDS
Excessive Daytime Sleepiness dapat disebabkan oleh beberapa hal.
Beberapa penyebab yang sudah diketahui adalah kondisi apnea saat tidur, sindrom
katapleksi atau narcolepsy, ganggguan psikiatrik atau psikofisiologik, pengaruh
obat, kondisi metabolik toksik, dan gangguan intermiten seperti saat menstruasi.20
Sindrom narcolepsy ditandai dengan EDS dan gejala abnormal tidur REM.
Excessive Daytime Sleepiness biasanya merupakan gejala pertama dari empat
gejala narcolepsy. Rasa mengantuk sepanjang hari terjadi seringnya setelah
makan atau pada siang hari. Riwayat katapleksi adalah gambaran khas dari
sindrom ini. Serangan katapleksi ditandai dengan adanya kehilangan tonus otot,
rahang jatuh, kepala jatuh, wajah mengendur atau turun, lutut dan genggaman
tangan melemah, dan paralisis tiba-tiba seluruh otot skeletal dengan kolaps
postural yang lengkap.20
Rasa mengantuk berlebihan dapat juga transien ketika seseorang sedang
menghadapi hal-hal yang membuatnya stress atau tertekan. Keadaan tersebut
ditandai dengan gangguan pola tidur seperti kesulitan bangun tidur sehingga
menghabiskan banyak waktu di tempat tidur atau sering tidur sebentar saat siang
hari. Selain gangguan psikologis, sejumlah obat juga dapat menimbulkan EDS.
Obat-obatan tersebut memiliki efek depresif terhadap sistem saraf pusat.
Komplikasi dari penggunaan obat-obatan tersebut adalah iritabilitas, perubahan
mood, dan paranoid.20
Banyak kondisi medis, toksik, atau lingkungan yang berkaitan dengan
EDS. Hipersomnolensia sering dihubungkan dengan gangguan metabolik dan
endokrin seperti hipotiroidisme, diabetes, hipoglikemia, uremia, gagal hati, dan
hiperkapnia sekunder akibat penyakit paru kronik. Gangguan pada sistem saraf
15
pusat seperti tumor otak, perdarahan subdural, dan peningkatan tekanan
intrakranial juga dapat memicu EDS.5, 6, 20
Penyebab EDS yang paling sering adalah tidur yang tidak adekuat yang
terjadi secara kronik sehingga riwayat tidur juga perlu diketahui untuk
mengidentifikasi etiologi EDS. Excessive Daytime Sleepiness merupakan salah
satu gejala tersering yang berhubungan dengan tidur dan dialami oleh kurang
lebih 20% dari populasi dunia. Faktor risiko EDS adalah gangguan metabolisme
seperti diabetes mellitus dan berat badan berlebih. Selain itu, faktor lain yang
berisiko adalah usia, merokok, durasi tidur, dan depresi. Namun, dari semua
faktor tersebut, yang paling berpengaruh menimbulkan EDS adalah faktor
metabolik dan depresi.5, 9, 15
EDS lebih sering terjadi pada usia di bawah 30 tahun dan di atas 75 tahun.
Usia di bawah 30 tahun sering dihubungkan dengan ketidakseimbangan antara
tidur dan kondisi depresi yang dialaminya. Sementara itu, usia 75 tahun lebih
berkaitan dengan masalah kesehatan dan penyakit medis seperti gangguan
metabolisme yaitu diabetes, resistensi insulin, dan obesitas. Terdapat kontribusi
genetik terhadap EDS dan obesitas. Estimasi besar pengaruh genotip terhadap
fenotip adalah 40% pada EDS dan 64% untuk obesitas.5, 6
Konsekuensi yang signifikan dari EDS sendiri adalah pengaruhnya
terhadap meningkatnya gangguan fungsi, defisit kognitif, dan mortalitas. Hal ini
terutama terjadi pada 10% sampai 33% orang dewasa lanjut usia. Kejadian
mortalitas meningkat dua sampai tiga kali pada pasien dengan kondisi EDS yang
disertai Sleep Disordered Breathing (SDB) dibandingkan dengan kondisi EDS
saja atau SDB saja.7
Epworth Sleepiness Scale (ESS)
Excessive Daytime Sleepiness dapat dinilai secara lebih objektif dengan
sebuah kuesioner singkat yang dikenal sebagai Epworth Sleepiness Scale. Pasien
akan diminta mengisi kuesioner ini dengan menggunakan bahasa yang
dikuasainya. Nilai ESS 1-6 menunjukkan bahwa orang tersebut mendapat cukup
tidur dengan derajat EDS dan OSA ringan, nilai 7-8 menunjukkan nilai rata-rata
dengan derajat EDS dan OSA yang sedang, serta nilai ≥ 9 menunjukkan derajat
16
EDS dan OSA yang berat. Sementara itu, jika nilai ESS > 10, maka orang tersebut
dikatakan abnormal dan membutuhkan bantuan medis.21, 22
Tabel 2.2 Penilaian Skala Kantuk Epworth (Epworth Sleeepiness Scale = ESS)21
Kegiatan Nilai
Duduk dan membaca 0 1 2 3
Menonton televise 0 1 2 3
Duduk diam di tempat umum (misalnya bioskop atau sedang
rapat) 0 1 2 3
Sebagai penumpang mobil selama satu jam tanpa istirahat 0 1 2 3
Rebahan untuk beristirahat di siang hari ketika keadaan
memungkinkan 0 1 2 3
Duduk dan berbicara dengan seseorang 0 1 2 3
Duduk tenang setelah makan siang tanpa minum alkohol 0 1 2 3
Di dalam mobil dan mobil berhenti selama beberapa menit karena
macet 0 1 2 3
Nilai Total
Keterangan: Penilaian Curiga OSA jika ESS ≥ 10
2.8 Kualitas Hidup Manusia
Health-related quality of life
Kesehatan berhubungan dengan kualitas hidup seseorang. World Health
Organization (WHO) menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan fisik, mental,
dan sosial yang baik tanpa adanya penyakit. Sementara itu, kualitas hidup sendiri
adalah persepsi individual terhadap posisi mereka dalam kehidupan dengan
konteks budaya dan norma di tempat mereka tinggal dan hubungannya terhadap
tujuan, ekspektasi, standar, dan perhatian.23
Kualitas hidup dapat berupa kualitas mengenai kesehatan individu ataupun
kualitas individu yang lainnya. Kualitas hidup yang berhubungan dengan
kesehatan adalah keadaan seseorang yang dinilai baik secara fisik, fungsional,
mental, maupun sosial. Penilaian kualitas hidup penting mengingat pengaruhnya
terhadap sosial, ekonomi, dan integritas biologis seseorang. Kualitas hidup ini
dapat diukur dengan menggunakan kuesioner yang baku atau dengan wawancara
semistruktural. Pengukuran kualitas hidup yang dilakukan dapat menggunakan
kuesioner yang bersifat umum maupun yang bersifat spesifik.10
17
Beberapa kuesioner yang baku mengenai penilaian kualitas hidup yang
berhubungan dengan kesehatan adalah kuesioner SF-36, European Quality of Life
Survey, dan WHO Quality of Life Instruments. Alat ukur kualitas hidup tersebut
mengukur kualitas hidup pada populasi secara umum. Pada dasarnya, setiap alat
ukur tersebut sama-sama menilai kualitas hidup secara fisik dan mental namun
ada sedikit perbedaan dalam aspek perinciannya. Komponen yang akan dinilai
dalam penilaian kualitas hidup seseorang terdiri dari empat dimensi yaitu fisik,
fungsional, psikologis atau emosional, dan sosial atau okupasional.10
European Quality of Life Survey (EQLS)
European Quality of Life Survey adalah alat yang dibuat untuk
mendokumentasi dan menganalisis kualitas hidup di Eropa. Kuesioner ini telah
diperbaiki sebanyak tiga kali sampai terakhir pada tahun 2011 telah dibuat EQLS
ke-3 yang telah diterjemahkan ke dalam 25 bahasa. Persyaratan untuk menjadi
responden dari EQLS ini antara lain adalah usia lebih dari atau sama dengan
delapan belas tahun, telah tinggal di negara tersebut selama minimal enam bulan,
dapat berbicara menggunakan bahasa nasional dengan cukup baik untuk merespon
kuesioner, dan tidak tinggal dalam sebuah institusi seperti barak militer, penjara,
rumah sakit, atau ruang perawatan.24
Konteks pengukuran kualitas hidup dengan EQLS kurang terorganisir
karena konteksnya masih belum terbagi antara kesehatan mental dengan kesehatan
fisik. Komponen-komponen yang dinilai dalam EQLS antara lain mengenai
persepsi keadaan tubuh yang baik dari individu, standar kehidupan dan
kehilangan, keseimbangan pekerjaan dan kehidupan kerja, kehidupan sosial dan
keluarga, lingkungan lokal, pemukiman dan rumah, pelayanan kesehatan dan
publik, serta kualitas bermasyarakat.24
WHO Quality of Life Instruments
WHO Quality of Life Instruments merupakan suatu bentuk kuesioner yang
dibuat oleh WHO. Organisasi kesehatan dunia ini telah mengembangkan dua jenis
instrumen yaitu WHOQOL-100 dan WHOQOL-BREF. Berikut ini tabel 2.3
tentang aspek WHOQOL.23
18
Tabel 2.3 Aspek Penilaian Kualitas Hidup dengan WHOQOL23
No. Domain Segi-segi yang Termasuk dalam Domain
Keseluruhan kualitas hidup dan kesehatan umum
1. Kesehatan fisik Energi dan kelelahan
Nyeri dan ketidaknyamanan
Tidur dan istirahat
2. Psikologikal Citra dan penampilan tubuh
Perasaan negatif
Perasaan positif
Harga diri
Pemikiran, pembelajaran, ingatan, dan konsentrasi
3. Tingkat kemandirian Mobilitas
Aktivitas kehidupan sehari-hari
Ketergantungan pada substansi obat dan peralatan
medis
Kapasitas kerja
4. Hubungan social Hubungan personal
Dukungan sosial
Aktivitas seksual
5. Lingkungan Sumber keuangan
Kebebasan, keselamatan, dan keamanan secara fisik
Perawatan sosial dan kesehatan: pencapaian dan
kualitas
Lingkungan rumah
Kesempatan untuk memperoleh keahlian dan
informasi baru
Keikutsertaan dan kesempatan untuk rekreasi atau
waktu luang
Lingkungan fisik (polusi/suara/macet/iklim)
Transpor
6. Spriritualitas/agama/kepercayaan
personal
Agama/spiritualitas/kepercayaan personal
Kuesioner ini telah digunakan oleh berbagai negara dengan
keanekaragaman budayanya. Tabel 2.3 menunjukkan domain-domain yang
termasuk dalam pengukuran kualitas hidup dengan instrumen WHOQOL.23
19
Kekuatan dari WHOQOL ini antara lain adalah instrumen ini dapat
dikembangkan sehingga melintas budaya untuk berbagai negara. Bahkan sampai
saat ini sudah diterjemahkan ke dalam 20 bahasa. Selain itu, instrumen ini juga
menempati kepentingan pertama atas persepsi individual, pengembangan yang
sistematis, dan memiliki bentuk yang berbeda pada penggunaan yang berbeda.
Instrumen ini dapat digunakan dalam berbagai kepentingan seperti pada praktik
medis, meningkatkan hubungan dokter dengan pasien, dan menilai efektivitas
suatu terapi evaluasi pelayanan medis dan penelitian.10, 23
SF-36 Health Survey
SF-36 Health Survey adalah suatu kuesioner yang secara umum dan luas
dapat mengukur dua komponen manusia yaitu komponen fisik dan komponen
mental yang dirincikan dalam kedelapan aspek status kesehatan manusia.
Kedelapan aspek tersebut adalah fungsi fisik, peran fisik, nyeri tubuh, kesehatan
umum, vitalitas, fungsi sosial, peran emosional, dan kesehatan mental. Namun,
SF-36 ini juga menilai perubahan kesehatan sehingga terdapat sembilan aspek
yang dinilai. Komponen tersebut dijabarkan dalam tabel 2.4.25, 26
Bagan 2.1 Komponen Fisik dan Komponen Mental SF-36 V2.0
Peran fisik
Fungsi fisik
Nyeri Tubuh
Kesehatan Umum
Vitalitas
Fungsi Sosial
Peran Emosional
Kesehatan Mental
Kesehatan
Fisik
Kesehatan
Mental
20
Bagan 2.1 menunjukkan bahwa terdapat dua aspek kualitas hidup dalam
penilaian dengan kuesioner SF-36. Aspek kesehatan fisik dipengaruhi mayoritas
oleh fungsi fisik, peran fisik, nyeri tubuh, dan kesehatan umum. Sementara itu
kesehatan mental lebih banyak dipengaruhi oleh vitalitas, fungsi sosial, peran
emosional, dan kesehatan mental.
Terdapat sejumlah perilaku yang harus dilakukan dalam melakukan
pengisian kuesioner SF-36 ini. Hal-hal yang harus dilakukan tersebut:
a. Memperkenalkan kuesioner dan memberikan penjelasan mengenai
manfaat yang diperoleh
b. Memberikan penjelasan kepada reponden untuk melakukan pengisian
kuesioner secara lengkap
c. Mengatakan pada responden untuk melakukan pengisian kuesioner ini
sebelum mereka melakukan pengisian data kesehatan lain
d. Bersikap hangat, ramah, dan membantu
e. Membacakan dan mengulangi secara verbal pertanyaan jika responden
meminta klarifikasi
f. Mengatakan kepada responden untuk menjawab pertanyaan sesuai
dengan apa yang dipikirkannya
g. Mengatakan kepada responden untuk melengkapi kuesioner sendiri
h. Mengucapkan terimakasih.25
Pengisian kuesioner SF-36 ini memerlukan sejumlah persyaratan agar
validitas hasil pengisian terjaga dengan baik. Persyaratan untuk menjadi
responden kuesioner ini:
a. Dapat membaca tulisan dengan baik (jika tidak dapat membaca, dapat
dilakukan wawancara langsung yang telah terstandardisasi)
b. Dapat mengerti bahasa yang digunakan dalam kuesioner (jika perlu
diberikan dua jenis bahasa untuk memudahkan pemahaman)
c. Pengertian dan kerja sama responden yang baik.25
21
Tabel 2.4 Sembilan Aspek Penilaian Kualitas Hidup pada Kuesioner SF-3625
Skala Nomor Komponen tiap nomor
Fungsi fisik 3a Aktivitas berat seperti berlari, mengangkat barang
berat, atau mengikuti olahraga berat
3b Aktivitas sedang seperti memindahkan meja,
mendorong penghisap debu, bermain bowling atau
golf
3c Mengangkat atau membawa bahan makanan
3d Menaiki beberapa tangga
3e Menaiki satu tangga
3f Menekuk, berlutut, atau membungkuk
3g Berjalan beberapa mil
3h Berjalan beberapa ratus meter
3i Berjalan seratus yard
3j Mandi atau memakai pakaian sendiri
Peran fisik 4a Mengurangi sejumlah waktu yang dihabiskan
dalam pekerjaan atau aktivitas-aktivitas lainnya
4b Menyelesaikan kurang dari apa yang diharapkan
4c Terbatas pada jenis pekerjaan atau aktivitas-
aktivitas lain tertentu
4d Memiliki kesulitan dalam melakukan pekerjaan
atau aktivitas-aktivitas lainnya
Nyeri pada tubuh 7 Intensitas nyeri tubuh
8 Nyeri berkepanjangan dalam keterlibatan
pekerjaan yang normal
Kesehatan umum 1 Kesehatan Anda? Luar biasa baik, sangat baik,
baik, agak baik, buruk
11a Sedikit lebih mudah terlihat sedang sakit dari
orang lainnya
11b Sesehat orang lain yang saya tahu
11c Menyangka kesehatan saya buruk
11d Kesehatan yang luar biasa baik
Vitalitas 9a Merasa penuh kehidupan
9e Punya banyak energi
9g Merasa kehabisan tenaga
9i Merasa lelah
Fungsi sosial 6 Masalah kesehatan berkepanjangan dalam
keterlibatan aktivitas sosial yang normal
10 Masalah kesehatan yang sering dalam keterlibatan
aktivitas sosial yang normal
Peran emosional 5a Mengurangi sejumlah waktu yang dihabiskan
dalam pekerjaan atau aktivitas-aktivitas lainnya
5b Menyelesaikan kurang dari apa yang diharapkan
5c Melakukan pekerjaan atau aktivitas-aktivitas
lainnya kurang berhati-hati dari biasanya
Kesehatan mental 9b Menjadi sangat gugup
9c Merasa terlalu jatuh sampai tidak ada sesuatupun
yang dapat menghibur Anda
9d Merasa tenang dan damai
9f Merasa putus asa dan depresi
9h Merasa senang
Transisi Kesehatan yang
Dilaporkan
2 Bagaimana kesehatan saat ini dibandingkan
dengan satu tahun yang lalu
22
Penilaian angka hasil pengisian kuesioner SF-36 adalah menggunakan computer-
based scoring yang dikeluarkan oleh Quality Metric Incorporated. Software yang
digunakan dalam penilaian nilai akhir adalah Scoring Software 2.0.25
Perhitungan dapat juga dilakukan dengan menggunakan perhitungan
RAND-scoring. Perhitungan ini dilakukan secara dua tahap berdasarkan tabel
berikut ini.26
1. Pengkodean ulang
Tabel 2.5 Pengkodean Ulang SF-3623
Nomor item Jawaban
Responden
Nilai Pengkodean Ulang
3a, 3b, 3c, 3d, 3e, 3f, 3g, 3h, 3i, 3j 1 0
2 50
3 100
4a, 4b, 4c, 4d, 5a, 5b, 5c, 9b, 9c, 9f, 9g, 9i,
10, 11a, 11c
1 0
2 25
3 50
4 75
5 100
7 1 100
2 80
3 60
4 40
5 20
6 0
1, 2, 6, 8, 9a. 9d, 9e, 9h, 11b, 11d 1 100
2 75
3 50
4 25
5 0
23
2. Perata-rataan nilai item yang dikode ulang ke dalam skala
Tabel 2.6 Perata-rataan Pengkodean Ulang26
Skala Jumlah Skala dari item Rata-rata dari Item Berikut
Fungsi fisik 10 3a, 3b, 3c, 3d, 3e,3f, 3g, 3h, 3i, 3j
Keterbatasan peran karena
gangguan kesehatan fisik
4 4a, 4b, 4c, 4d
Keterbatasan peran karena
gangguan kesehatan
emosional
3 51, 5b, 5c
Vitalitas 4 9a, 9e, 9g, 9i
Kesehatan Mental 5 9b, 9c, 9d, 9f, 9h
Fungsi Sosial 2 6, 10
Nyeri Tubuh 2 7, 8
Kesehatan Umum 5 1, 11a, 11b, 11c, 11d
Transisi Kesehatan 1 2
24
2.9 Kerangka Teori
Bagan 2.2 Kerangka Teori
Faktor Etiologi
Obstructive Sleep Apnea (OSA)
Dampak medis Dampak non-medis
Excessive Daytime
Sleepiness (EDS)
Gangguan kualitas
hidup
Penyakit
kardiovaskuler
Penyakit
serebrovaskuler
Faktor Risiko:
IMT
Lingkar leher
Usia
Jenis kelamin
Faktor Risiko:
Diabetes mellitus
IMT
Depresi
Usia
Durasi tidur
Merokok
Epworth
Sleepiness
Scale
(ESS)
SF-36
Health
Survey
Hidung: deviasi septum,
hipertrofi adenoid,
hipertrofi konka, rinitis,
sinusitis
Orofaring: hipertrofi
tonsil, makroglosia,
uvula memanjang
Hipofaring: hipertrofi
tonsil lingual,
penebalan dinding
lateral faring
25
2.10 Kerangka Konsep
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Bagan 2.3 Kerangka Konsep
Obstructive Sleep Apnea (OSA)
Dampak medis Dampak non-medis
Excessive Daytime
Sleepiness (EDS)
Gangguan kualitas
hidup
Penyakit
kardiovaskuler
Penyakit
serebrovaskuler
Faktor Risiko:
Diabetes mellitus
IMT
Depresi
Usia
Durasi tidur
Merokok
Epworth
Sleepiness
Scale
(ESS)
SF-36
Health
Survey
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah desain cross sectional.27
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dalam FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta pada bulan Desember 2012 – September 2013.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi target
Populasi target dari penelitian ini adalah mahasiswa dan
mahasiswi calon tenaga kesehatan.
Populasi terjangkau
Populasi yang dapat dijangkau oleh peneliti adalah
mahasiswa dan mahasiswi aktif preklinik PSPD FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2012-2013.
Sampel
Sampel yang akan dijadikan objek penelitian adalah
mahasiswa dan mahasiswi aktif preklinik PSPD FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2012-2013.
Besar sampel
(( )
)
(( )
)
= 86,5928 87
Besar sampel minimal untuk penelitian ini adalah 87
sampel.28
26
27
Cara pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple
random sampling.27
3.4 Kriteria inklusi dan eksklusi
Kriteria inklusi
Mahasiswa aktif preklinik PSPD FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Kriteria eksklusi
Menolak menjadi responden dalam penelitian
3.5 Cara kerja penelitian
Alur penelitian
Bagan 3.1 Alur Penelitian
Alat dan bahan
Peralatan yang dibutuhkan selama penelitian adalah
kuesioner yang diadaptasi dari Epworth Sleepiness Scale dan SF-
36 version 2.0.
Pengambilan sampel secara simple random sampling
Pengisian kuesioner Epworth Sleepiness Scale dan SF-36
Analisis data apakah berdistribusi normal atau tidak
Jika iya, analisis data
dengan uji t tidak
berpasangan
Jika tidak, analisis
data dengan uji
Mann-Whitney
28
3.6 Managemen data
Teknik pengolahan data
Data akan diolah menggunakan software komputer yaitu
SPSS 16 (Statistical Program for Social Sciences 16) dengan
melihat rerata nilai variabel numerik (skor SF-36 Health Survey
version 2.0) pada variabel kategorik (EDS dan tidak EDS).
Analisis data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji t tidak ta
berpasangan (uji parametrik) jika memenuhi syarat. Jika tidak
memenuhi syarat, maka digunakan uji alternatifnya yaitu uji Mann-
Whitney (uji nonparametrik). Analisis data ini dilakukan untuk
mengetahui apakah ada perbedaan rerata nilai SF-36 antara sampel
yang mengalami EDS dengan yang tidak mengalami EDS.29
3.7 Etika penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti memohon perizinan
secara tertulis maupun langsung terhadap pihak universitas.
Penelitian dilakukan secara random sehingga tidak memilih-milih
sendiri subyek penelitian. Selain itu, peneliti memberitahukan
secara lengkap mengenai tujuan, prosedur, dan manfaat penelitian
yang akan dilakukan. Peneliti juga membuat lembar persetujuan
kepada calon subyek penelitian sebelum penelitian dilakukan
sehingga tidak ada unsur pemaksaan. Data subyek akan dijaga
kerahasiannya.
29
3.8 Definisi operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini ditampilkan dalan tabel
3.1 dan tabel 3.2 di bawah ini. Variabel independen dalam penelitian ini
adalah Excessive Daytime Sleepiness. Sementara itu, variabel dependen
yang diteliti adalah kualitas hidup.
Tabel 3.1 Definisi Operasional 1
No. Variabel
Dependen
Definisi
Operasional22
Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
1. Kualitas
hidup
Persepsi
individual
terhadap posisi
mereka dalam
kehidupan dengan
konteks budaya
dan norma di
tempat mereka
tinggal dan
hubungannya
terhadap tujuan,
ekspektasi,
standar, dan
perhatian
Kuesioner
SF-36 Health
Survey
version 2.0
Hasil
pengukuran
ditampilkan
dalam bentuk
angka:
-Komponen
fisik
-Komponen
mental
-Delapan
domain SF-36
Numerik
Tabel 3.2 Definisi Operasional 2
No. Variabel
Independen
Definisi
Operasional18
Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1. Excessive
Daytime
Sleepiness
(EDS)
Kondisi
mengantuk pada
beberapa situasi
yang bersifat
subjektif
Kuesioner
Epworth
Sleepiness
Scale
Hasil
pengukuran
ditampilkan
dalam bentuk
kualitatif yaitu
EDS dan non-
EDS
1. Positif
EDS:
≥10
2. Negatif
EDS:
˂10
Kategorik
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil penelitian
Sampel dipilih berdasarkan data yang diambil dari prevalensi Excessive
Daytime Sleepiness yang dilakukan terlebih dahulu. Pengambilan sampel tersebut
dilakukan secara simple random sampling dengan sampling frame yang
didapatkan dari staf administrasi Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.1.1 Distribusi responden penelitian
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran distribusi
responden dalam penelitian ini. Data distribusi tersebut disajikan dalam tabel 4.1
di bawah ini.
Tabel 4.1 : Distribusi sampel penelitian
Usia Jumlah Persentase (%)
16 tahun 1 0,7
17 tahun 3 2,1
18 tahun 16 11,4
19 tahun 29 20,7
20 tahun 55 39,3
21 tahun 32 22,9
22 tahun 3 2,1
23 tahun 1 0,7
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, ditemukan dalam penelitian ini bahwa
terdapat variasi usia dengan rentang usia yaitu 16-23 tahun. Kelompok usia
terbanyak yaitu pada usia 20 tahun sebanyak 55 orang (39,3%). Sementara itu,
kelompok usia 16 tahun dan usia 23 tahun memiliki jumlah paling sedikit yaitu
masing-masing sebanyak 1 orang (0,7%).
30
31
Grafik 4.1 Distribusi usia responden penelitian
4.1.2 Prevalensi EDS dan tidak EDS
Jumlah sampel yang dalam penelitian ini adalah 140 sampel. Dari 140
sampel tersebut, 78 sampel (55,7%) mengalami EDS dan 62 sampel (44,3%) tidak
mengalami gangguan tersebut.
Grafik 4.2 Prevalensi EDS dan Tidak EDS
Selanjutnya, penilaian skor kualitas hidup dilakukan menggunakan
kuesioner SF-36 version 2.0 tersebut dengan menggunakan computer-based
scoring yang dikeluarkan oleh Quality Metric Incorporated yaitu Scoring
Software 2.0. Data hasil penilaian tersebut selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan software SPSS 16. Hasil analisis data mengenai komponen fisik
dan komponen mental pada responden yang EDS dengan yang tidak EDS
ditampilkan dalam tabel 4.2 serta mengenai kedelapan domain SF-36 dalam tabel
4.3
0
10
20
30
40
50
60
16 17 18 19 20 21 22 23
Jumlah
Responden
Usia
32
4.1.3 Uji statistik
Analisis bivariat terhadap komponen fisik, komponen mental, dan
kedelapan domain pada SF-36 dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16.
Desain penelitian yang diambil adalah desain analitik tidak berpasangan numerik
sehingga uji yang dilakukan adalah uji t tidak berpasangan jika memenuhi syarat
dan uji Mann-Whitney jika tidak memenuhi syarat. Tabel 4.2 menunjukkan hasil
analisis statistik nilai kualitas hidup responden yaitu komponen fisik dan
komponen mental berdasarkan kuesioner SF-36 version 2.0.
Tabel 4.2 Komponen fisik mental pada responden EDS dan tidak EDS
Karakteristik Rerata ±s.b.
P-value EDS Tidak EDS
Komponen Fisik 51,8±6,4 53,5±5,9 0,094*
Komponen Mental 42,3±9,9 45,1±8,6 0,07**
Keterangan: *uji Mann-Whitney, **uji t tidak berpasangan
Grafik 4.3 Komponen fisik mental pada responden EDS dan tidak EDS
Berdasarkan tabel 4.2 dan grafik 4.3 di atas, dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara rerata nilai komponen fisik dan
komponen mental kelompok yang EDS dengan rerata nilai komponen fisik dan
komponen mental kelompok yang tidak EDS. Meskipun begitu, masih terdapat
perbedaan yang terlihat dari nilai rerata kedua kelompok tersebut. Rerata nilai
komponen fisik pada responden yang EDS lebih rendah daripada yang tidak
33
EDS. Begitupun pada rerata nilai komponen mental yang lebih rendah pada
responden yang EDS dibandingkan yang tidak EDS.
Tabel 4.3 Nilai kualitas hidup SF-36 tiap domain
Karakteristik Rerata ±s.b.
P value EDS Tidak EDS
Fungsi Fisik 45,8±7,9 48,8±7,5 0.012*
Peran Fisik 53,0±5,5 53,3±4,9 0,710*
Kesehatan Umum 45,7±7,6 47,4±8,3 0,213*
Nyeri Tubuh 49,9±8,8 52,0±9,0 0,157*
Vitalitas 52,9±7,5 53,8±8,1 0,673*
Fungsi Sosial 43,8±8,6 45,7±8,4 0,201*
Peran Emosional 39,1±11,3 43,3±8,9 0,046*
Kesehatan Mental 46,1±8,5 47,6±8,0 0,480*
Keterangan: *uji Mann-Whitney, **uji t tidak berpasangan
Grafik 4.4 Nilai kualitas hidup SF-36 tiap domain
Tabel 4.3 di atas menunjukkan hasil analisis dengan nilai rerata dan
simpangan baku dari kedelapan domain dari SF-36 version 2.0. Dapat ditarik
simpulan bahwa untuk nilai rerata semua domain SF-36 yang tidak EDS lebih
tinggi daripada yang EDS walaupun secara statistik perbedaan rerata nilai
tersebut tidak semua domain bermakna. Hal ini sesuai dengan dasar teori yang
menyatakan bahwa EDS dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang.
34
4.2 Pembahasan
Tabel 4.3 menunjukkan hasil analisis untuk kedelapan domain dari
kuesioner SF-36 version 2.0. Berdasarkan tabel 4.3, dapat terlihat bahwa nilai
fungsi fisik pada responden yang EDS dengan yang tidak terdapat perbedaan
yang bermakna dengan nilai p yaitu 0,012. Hasil yang sama juga terdapat pada
nilai peran emosional dengan nilai p yaitu 0,046 yang menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan rerata nilai yang bermakna antara responden yang EDS
dengan yang tidak. Sementara itu, tidak terdapat perbedaan rerata yang bermakna
antara responden yang EDS dengan yang tidak pada nilai peran fisik, kesehatan
umum, nyeri tubuh, vitalitas, fungsi sosial, dan kesehatan mental.
Durasi tidur yang banyak hilang sehingga menimbulkan gejala EDS
memiliki efek samping terhadap mood dan perilaku. Seseorang yang memiliki
durasi tidur yang banyak hilang secara kronik dilaporkan banyak mengalami
kegawatan mental, gejala depresi, dan kecemasan yang dapat mempengaruhi
peran emosional seseorang. Hal ini sejalan dengan penelitian ini yang
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara responden
yang EDS dengan yang tidak EDS pada nilai peran emosionalnya.30
Dari laporan di atas juga dapat terlihat bahwa memang pada responden
yang positif EDS lebih rendah fungsi fisiknya dibandingkan dengan responden
yang tidak EDS yang bermakna secara statistik. Hal ini sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Sforza, dkk., yang menyatakan bahwa memang
keterbatasan peran karena gangguan kesehatan fisik pada pasien dan fungsi fisik
dengan OSA (Obstructive Sleep Apnea), yang memang memiliki gejala utama
berupa EDS, lebih banyak ditemukan dibandingkan pada pasien yang tidak
OSA.31
Untuk domain SF-36 yang lain, ditemukan bahwa semua domain memiliki
nilai rerata yang lebih rendah pada kelompok EDS dibandingkan kelompok tidak
EDS. Pada penelitian yang juga dilakukan oleh Sforza, dkk., diketahui bahwa
responden dengan gangguan pernapasan saat tidur sehingga timbul gejala EDS
35
memiliki keterbatasan peran karena alasan emosional, kesehatan mental, dan
fungsi sosial yang lebih rendah dari kondisi responden tanpa gangguan tersebut.31
Pada penelitian yang lain yang dilakukan oleh Hirunwiwatkul dan
Mahattanasakul dihasilkan keterangan bahwa gangguan bernapas saat tidur tidak
berkaitan langsung dengan status kesehatan umum. Akan tetapi disimpulkan juga
bahwa terdapat penurunan pada setiap domain dalam SF-36 pada responden
dengan gangguan napas saat tidur sejalan dengan tingkat keparahan gangguan
tersebut. Dikatakan bahwa hal ini berhubungan erat dengan kondisi EDS yang
merupakan gejala mayor gangguan tersebut.32
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Akashiba et al ditemukan bahwa
enam dari delapan domain pada SF-36 memiliki nilai lebih rendah pada pasien
dengan OSA yang parah. Nilai ESS (Epworth Sleepiness Scale) yang menilai
kondisi EDS dan SDS (Zung self-rated Depression Scale) yang menilai kondisi
depresi juga menunjukkan lebih adanya gangguan pada pasien OSA yang parah
dibandingkan kelompok kontrol.33
Pada penelitian tersebut juga ditemukan tidak terdapat hubungan antara
domain SF-36 dengan keparahan OSA dan nilai ESS. Selain itu, lima dari
kedelapan domain SF-36 dan nilai total SF-36 berkorelasi secara signifikan
dengan nilai SDS. Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa walaupun
tingkat keparahan dan kondisi EDS tidak mempengaruhi domain kualitas hidup,
kondisi EDS dapat menyebabkan kondisi depresi yang berpengaruh pada
kesehatan mental dan peran emosional seseorang. Namun penelitian yang
dilakukan tersebut memang menggunakan sampel yang jumlahnya hanya sedikit
yaitu sebanyak 94 orang sehingga bias dapat saja terjadi seperti pada penelitian ini
yang sampelnya hanya 140 orang.33
Pada penelitian yang dilakukan oleh Daniels, et al mengenai narcolepsy,
didapatkan bahwa terdapat penurunan semua domain SF-36 pada pasien
narcolepsy yang memang memiliki gejala EDS dan katapleksi. Nilai domain yang
paling terpengaruh adalah peran fisik, energi atau vitalitas, dan fungsi sosial. Jika
36
dibandingkan dengan penelitian ini yang hanya menilai EDS saja, sebenarnya
tidak terlihat signifikansi antara domain-domain tersebut dengan kondisi EDS.34
Kuantitas tidur merupakan salah satu faktor risiko terjadinya EDS. Haack,
et al melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui respon tubuh
terhadap restriksi durasi tidur berupa peningkatan penanda inflamasi. Dari
penelitian yang mereka lakukan didapatkan hasil bahwa insufisiensi kuantitas
tidur dapat meningkatkan kadar IL-6 yang dapat menimbulkan rasa nyeri pada
tubuh. Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang diminta tidur 4
jam sehari dan kelompok yang diminta tidur 8 jam sehari. Secara signifikan kadar
IL-6 lebih tinggi pada kelompok sampel yang tidur 4 jam sehari dibandingkan
kelompok yang tidur 8 jam sehari. Kadar CRP dan PGE2 juga meningkat pada
kelompok yang tidur hanya 4 jam sehari walaupun tidak signifikan.35
Sementara itu penelitian ini menunjukkan tidak adanya perbedaan nyeri
tubuh pada responden EDS dengan yang tidak EDS yang signifikan secara
statistik. Hal ini mungkin terjadi karena adanya faktor-faktor lain yang dapat
menyebabkan nyeri tubuh seperti kondisi stress pada pasien psikosomatis yang
berada di luar dari jangkauan peneliti. Apalagi faktor-faktor yang mempengaruhi
kondisi EDS bukan hanya durasi tidur saja namun juga depresi, BMI, riwayat
merokok, dan usia.35
Walaupun secara statistik komponen fisik, komponen mental, domain
peran fisik, domain kesehatan umum, domain nyeri tubuh, domain vitalitas,
domain fungsi sosial, dan domain kesehatan mental tidak memiliki perbedaan
nilai rerata yang bermakna sehubungan dengan kondisi EDS, namun dapat
diketahui bahwa nilai rerata komponen-komponen tersebut lebih tinggi pada
responden tanpa EDS daripada responden yang EDS. Ketidaksesuaian hubungan
secara statistik mungkin terjadi karena jumlah sampel yang diambil dalam
penelitian ini masih sedikit. Selain itu, kualitas hidup seseorang yang
digambarkan dalam komponen fisik dan komponen mental ini sangat dipengaruhi
oleh berbagai faktor yang masih menjadi keterbatasan dalam penelitian ini.
37
4.3 Keterbatasan penelitian
Jumlah populasi dalam cakupan penelitian ini terbatas. Oleh karena itu,
penelitian ini pun terbatas dalam pengambilan sampel. Selain itu, kebermaknaan
secara statistik juga dapat dipengaruhi oleh sedikitnya jumlah populasi yang ada.
Karakteristik yang homogen pada sampel juga dapat mempengaruhi
kebermaknaan secara statistik.
38
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Pada penelitian ini ditemukan adanya perbedaan rerata yang bermakna
antara nilai fungsi fisik pada responden yang EDS dengan tidak EDS
(nilai p 0,012).
2. Terdapat perbedaan yang bermakna juga pada nilai rerata peran
emosional antara responden EDS dengan tidak EDS (nilai p 0,046).
3. Penelitian ini juga memberikan hasil berupa tidak ada perbedaan rerata
nilai yang bermakna antara responden yang EDS dengan yang tidak
EDS pada komponen fisik dan komponen mental yang
menggambarkan kualitas hidup.
4. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada nilai rerata antar
responden EDS dengan tidak EDS pada peran fisik, kesehatan umum,
nyeri tubuh, vitalitas, fungsi sosial, dan kesehatan mental karena
kualitas hidup ditentukan oleh berbagai faktor selain EDS.
5.2 Saran
1. Penelitian mengenai EDS ini disarankan untuk dilakukan pada
populasi yang berjumlah besar sehingga kebermaknaan dapat lebih
dijangkau.
2. Disarankan untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan sampel
dari populasi umum yang tidak hanya terbatas pada satu karakteristik
populasi
38
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 7th ed. Belmont:
Brooks/Cole; 2010. p. 461-506.
2. Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. 11th ed.
Pennsylvania: Elsevier Saunders; 2006. p. 471-523.
3. Febriani D, Yunus F, Antariksa B, Andrianto H. Hubungan obstructive
sleep apnea dengan kardiovaskuler. Jurnal Kardiologi Indonesia 2011 Jan-
Mar [cited 2013 Jan 14]; 32(1):45-52. Available from:
URL:http://indonesia.digitaljournals.org
4. Douglas NJ, Engleman HM. Sleepiness, cognitive function, and quality of
life in obstructive sleep apnoea/hypopnoea syndrome. Thorax 2004 [cited
2012 Sep 28]; 59:618-22. Available from: URL:http://thorax.bmj.com
5. Bixler EO, Vgontzas AN, Lin HM, Calhoun SL, Vela-Bueno A, Kales A.
Excessive daytime sleepiness in general population sample: the role of
sleep apnea, age, obesity, diabetes, and depression. J Clin Endocrinol
Metab 2005 Aug [cited 2013 Apr 18]; (8)90:4510-15. Available from:
URL:http://ncbi.nlm.nih.gov
6. Carmelli D, Bliwise DL, Swan GE, Reed T. Genetic factor in self-reported
snoring and daytime sleepiness: a twin study. Am J Respir Crit Care Med
2001 April [cited 2013 Apr 18]; 164:949-52. Available from: URL:
http://atsjournals.org
7. Gooneratne NS, Richards KC, Joffe M, Lam RW, Pack F, Staley B, et al.
Sleep disordered breathing with excessive daytime sleepiness is risk factor
for mortality in older adult. Sleep 2011 [cited 2013 Apr 18]; 34(4): 435-
42. Available from: URL:http://journalsleep.org
8. Empana J, Dauvilliers Y, Dartigues J, Ritchie K, Gariepy J, Jouven X, et
al. Excessive daytime sleepiness is an independent risk indicator for
cardiovascular mortality in community dwelling elderly: the three city
study. Stroke 2009 [cited 2013 Apr 17]; 40(4):1219-24. Available from:
URL:http://ncbi.nlm.nih.gov
9. Pagel JF. Excessive daytime sleepiness. Am Fam Physician 2009 [cited
2013 Jan 14]; 79(5):391-6. Available from: URL:http://aafp.org
39
40
10. Donald A. What is quality of life? [online]. 2009 [cited 2013 Mei 22].
Available from:
URL:http://meds.queensu.ca/medicine/obgyn/pdf/what_is/WhatisQOL.pdf
11. Martini FH, Nath JL, Bartholomew EF. Fundamentals of anatomy and
phisiology. 9th ed. San Fransisco: Pearson Education; 2012. p. 539-41,
813-57.
12. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 12th ed.
Hoboken: John Wiley & Sons; 2009. p. 874-912.
13. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Gray’s anatomy for students.
Pennsylvania: Elsevier Saunders; 2007. p. 937-82.
14. Arifin Z. Analisis hubungan kualitas hidup dengan kadar glukosa darah
pasien diabetes mellitus tipe 2 di rumah sakit umum provinsi Nusa
Tenggara Barat [online]. 2011 [cited 2013 Jan 14]. Available from: URL:
http://lontar.ui.ac.id
15. Brooks CG, Stephen N. Excessive daytime sleepiness: a challenge for
practicing neurologist. Standford: Oxford University Press 2001 [cited
2013 Apr 18]. Available from: URL:http://oxfordjournals.org
16. Fairbanks DNF. Snoring, a general overview with historical perspective.
In Fairbanks DNF, Mickelson SA, Woodson BT, editor. Snoring and
obstructive sleep apnea. 3th ed. Philadelphia: Lippincolt Williams &
Wilkins; 2003. p. 1-15.
17. Coleman JA. Pathophysiology of snoring and obstructive sleep apnea,
airway dynamics. In Fairbanks DNF, Mickelson SA, Woodson BT, editor.
Snoring and obstructive sleep apnea. 3th ed. Philadelphia: Lippincolt
Williams & Wilkins; 2003. p. 19-24.
18. Puji A, dkk. Prevalensi dan gejala obstructive sleep apnea pada pasien
asma. Jakarta: Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi
FKUI; 2011.
19. Rosenberg R, Mickelson SA. Obstructive sleep apnea: evaluation by
history and polysomnography. In Fairbanks DNF, Mickelson SA,
Woodson BT, editor. Snoring and obstructive sleep apnea. 3th ed.
Philadelphia: Lippincolt Williams & Wilkins; 2003. p 39-48.
41
20. Potolicchio SJ. Disorders of excessive sleepiness. In Fairbanks DNF,
Mickelson SA, Woodson BT, editor. Snoring and obstructive sleep apnea.
3th ed. Philadelphia: Lippincolt Williams & Wilkins; 2003. p. 69-76.
21. Sihombing CR. Prevalensi Obstructive sleep apnea pada pengemudi taksi
“X” di Jakarta yang mendengkur dan faktor-faktor yang dihubungkan.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2008.
22. Saus PA. Perbedaan rerata parameter sefalometrik saluran napas atas pada
penderita obstructive sleep apnea (OSA) dan non-OSA. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2008.
23. WHOQOL: Measuring quality of life [online]. 1997 [cited 2013 Apr 22].
Available from: URL:http://who.int/mental_health/media/68.pdf
24. Anderson R, Dubois H, Leoncikas T, Sandor E. Third European quality of
life survey: quality of life in Europe: impacts of the crisis [online]. 2012
[cited 2013 Mei 22]. Availablefrom: URL:http://european.europa.eu
25. Ware JE, Kosinski M, Bjorner JB, Turner-Bowker DM, Gandek B,
Maruish ME. SF-36v2 health survey: a primer for healthcare providers.
Lincoln: Quality Metric Incorporated; 2008. p. 1-44.
26. Litwin MS. UCLA prostate cancer index (UCLA-PCI), including the
RAND 36-item health survey v2 (SF-36v2): scoring instruction [online].
1994 [cited 2013 Jul 30]. Available from: URL:http://proqolid.org
27. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. 2th
ed. Jakartaa: CV Sagung Seto; 2006. p. 79-128, 240-258.
28. Dahlan MS. Besar sampel dan cara pengambilan sampel: dalam penelitian
kedokteran dan kesehatan. 3th ed. Jakarta: Salemba Medika; 2010. p. 1-72.
29. Dahlan MS. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan: deskriptif, bivariat,
dan multivariat dilengkapi aplikasi dengan menggunakan SPSS. 4th ed.
Jakarta: Salemba Medika; 2009. p. 1-75.
30. Colten HR, Altevogt BM. Sleep disorders and sleep deprivation: an unmet
public health problem [online]. 2010 [cited 2013 Sept 4]. Available from:
URL:http://ncbi.nlm.nih.gov
42
31. Sforza E, Janssens JP, Rochat T, Ibanez V. Determinants of altered quality
of life in patients with sleep-related breathing disorders. Eur Respir J 2003
[cited 2013 Sept 4]; 21:682-7. Available from:
URL:http://ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12762357
32. Hirunwiwatkul P, Mahattanasakul P. Sleep-disordered breathing and self-
reported general health status in thai patients. Asian Biomedicine 2010
Des 6 [cited 2013 Sept 4]; 4(6):861-8. Available from:
URL:http://abm.digitaljournals.org
33. Akashiba T, Kawahara S, Akahoshi T, Omori C, Saito O, Majima T, et al.
Relationship between quality of life and mood or depression in patients
with severe obstructive sleep apnea syndrome. Chest 2002 Sept [cited
2013 Sept 4]; 122(3):861-5. Available from: URL:
http://journal.publications.chestnet.org
34. Daniels E. King MA, Smith IE, Shneerson JM. Health-related quality of
life in narcolepsy. J Sleep Res 2001 [cited 2013 Sept 4]; 10(1):75-81.
Available from: URL:http://onlinelibrary.wiley.com
35. Haack M, Sanchez E. Mullington JM. Elevated inflammatory markers in
response to prolonged sleep restriction are associated with increased pain
experience in healthy volunteers. Sleep 2007 [cited 2013 Sept 4];
30(9):1145-52. Available from: URL:http://journalsleep.org
43
Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
Rerata Nilai Kualitas Hidup pada Mahasiswa PSPD FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Dengan Excessive Daytime Sleepiness (EDS)
dan Tidak EDS
Studi analitik dengan menggunakan kuesioner Epworth Sleepiness Scale dan
SF-36 version 2.0
Mahasiswa yang terhormat,
Saat ini saya Dhea Rachmawati sebagai peneliti di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian mengenai
“Rerata Nilai Kualitas Hidup pada Mahasiswa PSPD FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Dengan Excessive Daytime Sleepiness (EDS) dan Tidak
EDS: Studi analitik dengan menggunakan kuesioner Epworth Sleepiness Scale
dan SF-36 version 2.0”.
Sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan di universitas kami, maka
Anda akan menjalani penelitian ini melalui pengisian kuesioner. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan rerata nilai kualitas hidup
sehubungan dengan Excessive Daytime Sleepiness (EDS) pada mahasiswa PSPD
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.
Anda berkesempatan untuk menanyakan segala hal yang berhubungan
dengan penelitian ini dan berhak menolak ikut serta dalam penelitian ini atau
sewaktu-waktu ingin berhenti dalam penelitian ini. Oleh karena penelitian ini
penting sekali, diharapkan agar Anda dapat menjalani penelitian ini dengan jujur
dan sebaik-baiknya.
Peneliti,
Dhea Rachmawati
Mahasiswa Pendidikan Studi Program Dokter
Jl.X, Ciputat, Tangerang Selatan
Tlp. 085694502448
Lampiran 1
44
Surat Persetujuan untuk Mengisi Kuesioner
Yang bertanda tangan dibawah ini
Nama :
Usia :
NIM :
Alamat :
Nomer telp/Hp :
Menyatakan bahwa saya telah mengerti sepenuhnya atas penjelasan yang
diberikan oleh Dhea Rachmawati dari PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan bersedia menjalani penelitian mengenai “Rerata Nilai Kualitas Hidup
pada Mahasiswa PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dengan Excessive
Daytime Sleepiness (EDS) dan Tidak EDS: Studi analitik dengan menggunakan
kuesioner Epworth Sleepiness Scale dan SF-36 version 2.0”.
Pernyataan ini dibuat dengan kesadaran penuh tanpa paksaan.
Ciputat,
Mengetahui,
Peneliti Peserta Penelitian
(Dhea Rachmawati) ( )
45
Kuesioner Penelitian
A. Epworth Sleepiness Scale
Lingkari angka yang sesuai dengan apa yang dirasakan oleh Anda di siang hari
pada masing-masing keadaan seperti table di bawah ini.
Contoh:
Kegiatan Nilai
Duduk dan Membaca 0 1 2 3
Menonton Televisi 0 1 2 3
Berikan nilai 0 jika Anda tidak pernah mengantuk
Berikan nilai 1 jikaAnda sedikit mengantuk
Berikan nilai 2 jika Anda cukup mengantuk
Berikan nilai 3 jika Anda sangat mengantuk dan jatuh tertidur
Kegiatan Nilai
Duduk dan Membaca 0 1 2 3
Menonton Televisi 0 1 2 3
Duduk diam di tempat umum (misalnya bioskop atau sedang rapat) 0 1 2 3
Sebagai penumpang mobil selama satu jam tanpa istirahat 0 1 2 3
Rebahan untuk beristirahat di siang hari ketika keadaan memungkinkan 0 1 2 3
Duduk dan berbicara dengan seseorang 0 1 2 3
Duduk tenang setelah makan siang, tanpa minum alkohol 0 1 2 3
Di dalam mobil dan mobil berhenti selama beberapa menit karena macet 0 1 2 3
Nilai Total
Lampiran 2
46
B. SF-36 Version 2.0
Kesehatan dan Kesejahteraan Anda
Kuesioner ini akan meminta pendapat Anda mengenai kesehatan Anda.
Informasi yang Anda berikan akan membantu kami mengikuti perubahan dan
perkembangan perasaan Anda dan seberapa jauh Anda mampu melakukan
aktivitas sehari-hari Anda.
Terima kasih atas kesediaan Anda untuk menyelesaikan survei ini !
Untuk setiap pertanyaan berikut, tolong berikan tanda dalam salah satu kotak
yang paling sesuai dengan jawaban Anda.
1. Secara umum, Anda akan mengatakan kesehatan Anda berada pada
kondisi:
2. Dibandingkan dengan keadaan satu tahun yang lalu, bagaimana penilaian
Anda mengenai kesehatan Anda secara umum sekarang?
47
3. Pertanyaan-pertanyaan berikut berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang
mungkin biasa Anda lakukan pada hari-hari biasa. Apakah kesehatan Anda
sekarang membatasi Anda dalam menjalankan kegiatan tersebut? Jika ya,
seberapa banyak?
a. Aktivitas yang berat, seperti misalnya berlari,
mengangkat barang berat,
mengikuti olahraga yang berat .................. 1 .............. 2.......... 3
b. Aktivitas yang menengah, seperti misalnya
memindahkan meja, menyapu/mengepel
lantai, berenang, atau bersepeda ................. 1 ................ 2 .......... 3
c. Mengangkat atau menjinjing barang
belanja kebutuhan sehari-hari …................. 1 ............... 2 .......... 3
d. Naik tangga sebanyak beberapa lantai ….... 1 ............... 2 .......... 3
e. Naik tangga sebanyak satu lanta.................. 1 ............... 2 .......... 3
f. Membungkuk, berlutut, atau
membungkukkan badan …….…................. 1 ............... 2 .......... 3
g. Berjalan lebih dari satu kilometer …........... 1 ............... 2 ........... 3
h. Berjalan beberapa ratus meter …................. 1 ............... 2 ........... 3
i. Berjalan seratus meter ……......................... 1 ............... 2 ........... 3
j. Mandi atau berpakaian sendiri …..….......... 1 ............... 2 ........... 3
4. Selama 4 minggu terakhir, seberapa sering anda pernah mengalami
masalah-masalah berikut ini berkaitan dengan pekerjaan anda atau
kegiatan-kegiatan sehari-hari anda yang lain sebagai akibat dari kesehatan
fisik anda?
48
a. Mengurangi jumlah waktu yang anda
pergunakan untuk bekerja atau
melakukan aktivitas-aktivitas lainnya …... 1 …... 2 ……. 3 ……. 4 ……. 5
b. Mencapai hasil yang lebih sedikit
daripada yang anda inginkan ……….…... 1 …... 2 ……. 3 ……. 4 ……. 5
c. Membatasi jenis pekerjaan atau
aktivitas yang bisa anda lakukan …..….... 1 …... 2 ……. 3 ……. 4 ……. 5
d. Mengalami kesulitan untuk
melakukan pekerjaan atau kegiatan
yang lain (sebagai contoh, membuat
anda harus berusaha lebih keras) …..….... 1 …... 2 ……. 3 ……. 4 ……. 5
5. Selama 4 minggu terakhir, seberapa sering anda pernah mengalami
masalah-masalah berikut ini berkaitan dengan pekerjaan anda atau
kegiatan-kegiatan sehari-hari anda yang lain sebagai akibat dari masalah-
masalah emosional (seperti merasa depresi atau cemas)?
a. Mengurangi jumlah waktu yang anda
pergunakan untuk bekerja atau
melakukan aktivitas-aktivitas lainnya …... 1 …... 2 ……. 3 ……. 4 ……. 5
b. Mencapai hasil yang lebih sedikit
daripada yang anda inginkan ……….…... 1 …... 2 ……. 3 ……. 4 ……. 5
c. Melakukan pekerjaan atau kegiatan-kegiatan
lainnya secara kurang hati-hati
dibandingkan biasanya ……….…........... 1 …... 2 ……. 3 ……. 4 ……. 5
49
6. Selama 4 minggu terakhir, sejauh mana kondisi kesehatan fisik atau
masalah-masalah emosional telah mengganggu aktivitas sosial anda yang
normal dengan keluarga, teman-teman, tetangga, atau kelompok anda?
7. Seberapa banyak rasa nyeri secara fisik anda alami selama 4 minggu
terakhir?
8. Selama 4 minggu terakhir, sejauh mana rasa nyeri mengganggu pekerjaan
normal anda (baik pekerjaan di luar rumah maupun pekerjaan rumah
tangga)?
50
9. Pertanyaan-pertanyaan berikut berkaitan dengan apa yang anda rasakan
dan bagaimana keadaan anda dalam 4 minggu terakhir. Untuk setiap
pertanyaan, mohon anda memilih satu jawaban yang paling mendekati apa
yang anda rasakan. Seberapa sering selama 4 minggu terakhir ini…
a. Apakah Anda merasa penuh semangat
semangat dalam menjalani kehidupan? … 1 …... 2 ……. 3 ……. 4 ……. 5
b. Pernahkan Anda sangat gelisah? ……….. 1 …... 2 ……. 3 ……. 4 ……. 5
c. Pernahkan Anda merasa sedemikian
putus asa hingga tidak ada sesuatupun
yang dapat membuat Anda ceria? …..….... 1 …... 2 ……. 3 ……. 4 ……. 5
d. Pernahkan Anda merasa tenang
Dan penuh damai? ……………...…..….... 1 …... 2 ……. 3 ……. 4 ……. 5
e. Apakah Anda memiliki banyak energi? … 1 …... 2 ……. 3 ……. 4 ……. 5
f. Pernahkah anda merasa patah semangat
dan depresi? ............................................... 1 …... 2 ……. 3 ……. 4 ……. 5
g. Apakah anda merasa kehabisan tenaga? … 1 …... 2 ……. 3 ……. 4 ……. 5
h. Pernahkah anda merasa bahagia? ……….. 1 …... 2 ……. 3 ……. 4 ……. 5
i. Apakah anda merasa lelah? ……………... 1 …... 2 ……. 3 ……. 4 ……. 5
10. Selama 4 minggu terakhir, seberapa sering kesehatan fisik atau masalah-
masalah emosional mengganggu aktivitas-aktivitas sosial anda (seperti
berkunjung pada teman, kerabat, dll.)?
51
11. Seberapa BENAR atau SALAHkah setiap pernyataan-pernyataan berikut
ini menurut anda?
a. Saya tampaknya sedikit lebih
mudah jatuh sakit dibandingkan
orang lain …………………….…… 1 …... 2 ……. 3 ….. 4 5
b. Saya sama sehatnya dengan
seseorang yang saya kenal………. 1 …... 2 ……. 3 ……. 4 5
c. Saya merasa bahwa kesehatan
saya akan semakin memburuk …… 1 …... 2 ……... 3..... 4 5
d. Kondisi kesehatan saya luar
biasa baik ………………………… 1 …... 2 ……. 3 ……. 4 5
Terima kasih atas kesediaan Anda menjawab
pertanyaan-pertanyaan ini!
52
Data Hasil Uji Statistik
Lampiran 3
53
54
55
56
57
58
59
Riwayat Penulis
Identitas :
Nama : Dhea Rachmawati
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Januari 1992
Agama : Islam
Alamat : Jl. Asoka 4 No. 37, Cipinang, Jakarta Timur
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1998 – 2004 : Sekolah Dasar Kemala Bahayangkari 5
2004 – 2007 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 92 Jakarta
2007– 2010 : Sekolah Menengah Atas Negeri 68 Jakarta
2010– Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter,
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 4