rencana_agrowisata

41
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KAWASAN AGROWISATA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN, SUMATERA BARAT SESUAI RTRW TAHUN 2015 YANG BERBASIS PERDAGANGAN, JASA, DAN PERINDUSTRIAN OLEH : ANITA DWI PUSPITASARI 0706265200 DEPARTEMEN GEOGRAFI

Upload: anitadwi

Post on 21-Jun-2015

305 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: rencana_agrowisata

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KAWASAN AGROWISATA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN, SUMATERA BARAT SESUAI RTRW TAHUN 2015 YANG

BERBASIS PERDAGANGAN, JASA, DAN PERINDUSTRIAN

OLEH :ANITA DWI PUSPITASARI

0706265200

DEPARTEMEN GEOGRAFIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS INDONESIA2010

Page 2: rencana_agrowisata

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peran alam sebagai sumber daya alam dalam kepariwisataan adalah sangat besar

dan penting. Hal tersebut dapat dilihat dari klasifikasi jenis obyek dan daya tarik dimana

wisata alam menempati prosentase yang paling tinggi. Di Indonesia motivasi kunjungan

wisata baik asing maupun domestik sebagian adalah karena sumber daya alam,

sedangkan jumlah obyek dan daya tarik wisata untuk ini perlu ditingkatkan pengetahuan

seluruh aparat yang bergerak dalam bidang pariwisata

Pengembangan pariwisata merupakan salah satu cara dalam pengembangan suatu

kawasan atau daerahnya. Pengembangan pariwisata ini tidak terlepas dari keberadaan

sumber daya alam maupun sumber daya buatan sebagai potensi daerah yang dimilikinya.

Potensi daerah tersebut merupakan salah satu sumber aset wisata yang diunggulkan baik

berupa keindahan alam, peninggalan budaya masa lampau maupun dari komoditas

unggulan yang khas daerahnya. Banyak daerah yang memiliki keunggulan wisata

tersendiri seperti wisata budaya, wisata alam, wisata pedesaan maupun wisata agro

(agrowisata).

Wisata agro bukan semata merupakan usaha di bidang jasa yang menjual bagi

pemenuhan konsumen akan pemandangan alam yang indah dan udara yang segar, namun

juga dapat berperan sebagai media promosi produk pertanian, menjadi media pendidikan

masyarakat, memberikan signal bagi peluang pengembangan diversifikasi produk

agribisnis dan berarti pula dapat menjadi kawasan pertumbuhan wilayah. Dengan

demikian wisata agro dapat menjadi salah satu sumber pertumbuhan baru daerah, sektor

pertanian dan ekonomi nasional. Agrowisata termasuk salah satu diversifikasi usaha

karena prospeknya yang cerah. Orang-orang di zaman modern seperti sekarang ini kian

membutuhkan sarana rekreasi yang alami, menyegarkan dan bebas polusi (Suhardono

dalam Suara Merdeka, 2007).

Berdasarkan pengertiannya agrowisata merupakan salah satu bentuk wisata

alternatif yang memanfaatkan komoditas pertanian sebagai daya tariknya. Komoditas

Page 3: rencana_agrowisata

pertanian tersebut dapat berupa pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,

perikanan dan peternakan. Agrowisata belum banyak dikembangkan di wilayah

Indonesia. Belum banyak daerah – daerah yang potensial pertanian memanfaatkan

sebagai daya tarik wisata. Padahal jika dilihat dari kecenderungan kondisi perubahan

masyarakat terhadap daerah tujuan wisata, permintaan akan jenis wisata agro di Indonesia

sangat tinggi. Tetapi kebanyakan yang ada sekarang, yang menjadi daya tarik wisata

hanya berupa wisata alam dan wisata budaya yang kecenderungan orang atau wisatawan

akan merasa bosan dengan apa yang dilihatnya.

Kabupaten Padang Pariaman merupakan salah satu daerah potensial pertanian

yang dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata. Kabupaten yang dilalui 12 sungai ini

sepertiga kegiatan ekonominya disumbang oleh pertanian. Kabupaten Padang Pariaman

kurang berkembang pada sektor pariwisatanya. Oleh karena itu, perlu dikembangkan

pariwisata yang berbasis agro.

1.2 Perumusan Masalah

Karena pariwisata berbasis agro di Kabupaten Padang Pariaman belum cukup

berkembang, maka perlu adannya pengembangan pariwisata seperti ini. Untuk

melakukan suatu pembangunan perlu adanya perencanaan terlebih dahulu. Perencanaan

kawasan agrowisata membahas beberapa hal antara lain:

1. Aspek apa saja yang menjadi dasar pertimbangan dalam pembangunan kawasan

agrowisata di Kabupaten Padang Pariaman?

2. Dimana sajakah wilayah Kabupaten Padang Pariaman yang berpotensi untuk

pengembangan agrowisata?

3. Bagaimana perubahan luasah untuk rencana pembangunan kawasan agrowisata

terhadap rencana tata ruang wilayah keseluruhan Kabupaten Padang Pariaman?

1.3 Tujuan Perencanaan

Perencanaan tata ruang pembangunan kawasan agrowisata di Kabupaten Padang

pariaman bertujuan untuk:

1. Mengembangkan pariwisata berbasis pertanian di Kabupaten Padang Pariaman.

Page 4: rencana_agrowisata

2. Menjadikan Kabupaten Padang Pariaman sebagai pelopor majunya Provinsi

Sumatera Barat.

3. Meningkatkan Pendapatan Daerah Kabupaten Padang Pariaman.

4. Membangun kawasan Agrowisata yang berwawasan perdagangan, jasa, dan

perindustrian.

Page 5: rencana_agrowisata

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tata Ruang Wilayah

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota /Rencana Umum Tata Ruang Kawasan

Perkotaan, berdasarkan pasal 22 ayat (1) UU No. 24/1992 tentang Penataan Ruang,

merupakan rencana umum tata ruang sebagai penjabaran dari Rencana Tata Ruang

Wilayah Propinsi atau Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Metropolitan ke dalam

strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah Kota/Kawasan Perkotaan. Rencana

Umum Tata Ruang Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan adalah kebijaksanaan yang

menetapkan lokasi dari kawasan yang harus dilindungi dan dibudidayakan serta wilayah

yang akan diprioritaskan pengembangannya dalam jangka waktu perencanaan.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan merupakan rencana

pemanfaatan ruang Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan yang disusun untuk menjaga

keserasian pembangunan antar sektor dalam rangka penyusunan dan pengendalian

program-program pembangunan perkotaan dalam jangka panjang. Rencana Umum Tata

Ruang Kawasan Perkotaan merupakan bagian dari Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten.

Rumusan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Rencana Umum Tata Ruang

Kawasan Perkotaan lebih merupakan rencana struktur pemanfaatan ruang dan bersifat

strategi dan kebijaksanaan dasar dalam pengambangan kota. (Kepmendagri NO 59/1988).

Fungsi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Rencana Umum Tata Ruang Kawasan

Perkotaan adalah untuk:

menjaga konsistensi perkembangan Kota/Kawasan Perkotaan dengan strategi

perkotaan nasional dan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi dalam

jangka panjang;

menciptakan keserasian perkembangan kota dengan wilayah sekitar

menciptakan keterpaduan pembangunan sektoral dan daerah.

Page 6: rencana_agrowisata

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Rencana Umum Tata Ruang Kawasan Perkotaan

adalah sebagai pedoman untuk:

Perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang di Wilayah Kota/Kawasan

Perkotaan;

Rencana kota harus mengacu pada rencana yang ada di atasnya, yaitu RTRWP

dan RTRWN mengingat bahwa Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan berada dalam

wilayah propinsi dan negara.

Memperhatikan kedudukan wilayah kota/ Kawasan perkotaan dalam sistem kota-

kota wilayah yang lebih luas.

Agar tidak terjadi overlap kepentingan antara sektoral dan daerah yang dapat

menimbulkan konflik

2.2 Pariwisata

Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara,

dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau

keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya,

alam, dan ilmu. (Spillane. 1987 : 21).

Pariwisata dinilai oleh banyak pihak memiliki arti penting sebagai salah satu

alternatif pembangunan, terutama bagi negara atau daerah yang memiliki keterbatasan

sumberdaya alam. Untuk memaksimumkan dampak positif dari menekan serendah

mungkin dampak negatif yang ditimbulkan, diperlukan perencanaan yang bersifat

menyeluruh dan terpadu. Rencana pengembangan pariwisata diperlukan oleh berbagai

pihak sebagai pedoman dalam mengembangkan aktivitas di bidang masing-masing.

Bahkan, rencana pengembangan dimaksud harus bersinergi dengan rencana-rencana

pembangunan pada sektor-sektor lain dan tetap konsisten dengan rencana pembangunan

kepariwisataan nasional secara keseluruhan.

Pariwisata merupakan kegiatan yang kompleks, bersifat multi sektoral dan

terfragmentsikan, karena itu koordinasi antar berbagai sektor terkait melalui proses

perencanaan yang tepat sangat penting artinya. Perencanaan juga diharapkan dapat

membantu tercapainya kesesuaian (match) antara ekspektasi pasar dengan produk wisata

yang dikembangkan tanpa harus mengorbankan kepentingan masing-masing pihak.

Page 7: rencana_agrowisata

Mengingat masa depan penuh perubahan, maka perencanaan diharapkan dapat

mengantisipasi perubahan-perubahan lingkungan strategis yang dimaksud dan

menghindari sejauh mungkin dampak negatip yang ditimbulkan oleh perubahan-

perubahan lingkungan tersebut.

Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sangat kompleks

yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a) Multi-dimensional. Pariwisata berdimensi banyak,

mencakup dimensi fisik, sosial, ekonomi, politik, dan

budaya.

b) Multi-sektoral. Pariwisata berkaitan erat dengan sektor-

sektor lainnya, seperti pertanian, perikanan, manufaktur,

transportasi, berbagai pelayanan dan fasilitas umum, dan

infrastruktur lainnya.

c) Multi-produk. Produk yang ditawarkan pariwisata itu

bermacam-macam sesuai dengan demand wisatawan, di

antaranya ialah wisata alam, wisata agro, wisata

lingkungan, wisata budaya, wisata bahari, wisata air,

wisata ziarah, konvensi, dlsb.

d) Multilevel. Pariwisata juga melibatkan banyak tingkatan,

mulai dari tingkat komunitas lokal, provinsial, nasional,

sampai tingkat global.

2.3 Agrowisata

Agrowisata merupakan kegiatan yang berupaya mengembangkan sumberdaya

alam suatu daerah yang memiliki potensi di bidang pertanian untuk dijadikan kawasan

wisata. Daerah perkebunan, sentra penghasil sayuran tertentu dan wilayah perdesaan

berpotensi besar menjadi objek agrowisata. Potensi yang terkandung tersebut harus

dilihat dari segi lingkungan alam, letak geografis, jenis produk, atau komoditas pertanian

yang dihasilkan, serta sarana dan prasarananya (Sumarwoto, 1990).

Pengembangan agrowisata pada hakikatnya merupakan upaya terhadap

pemanfaatan potensi atraksi wisata pertanian. Berdasarkan Surat Keputusan (SK)

Page 8: rencana_agrowisata

bersama antara Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi dan Menteri Pertanian No.

KM.47/PW.DOW/MPPT-89 dan No. 204/KPTS/HK/050/4/1989 agrowisata sebagai

bagian dari objek wisata, diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan yang memanfaatkan

usaha agro sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan,

pengalaman rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian. Agrowisata diberi batasan

sebagai wisata yang memanfaatkan objek-objek pertanian (Tirtawinata dan Fachruddin,

1996).

Sementara itu, ada juga pandangan yang menyebutkan bahwa agrowisata adalah

usahatani yang pemasarannya berorientasi pada kegiatan yang berhubungan dengan

pelayanan pariwisata. Misalnya usaha penggemukan sapi atau budidaya sayur-sayuran

yang pemasaran hasilnya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan hotel atau restoran yang

melayani wisatawan. Di sini teknologi yang diterapkan adalah teknologi usahatani yang

dapat mencapai mutu produksi sesuai dengan permintaan hotel atau restoran. Jadi,

agrowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan agribisnis.

2.4 Daerah Tujuan Agrowisata

Unsur-unsur utama komponen produksi pariwisata terdiri dari 3 bagian: (1) Daya

tarik DTW, termasuk di dalamnya citra yang dibayangkan oleh wisatawan (atraksi), (2)

Fasilitas di DTW seperti akomodasi, usaha pengolahan makan, hiburan, dan reksreasi

(amenitas), (3) Kemudahan pencapaian DTW tersebut (aksesbilitas) (Medik dan

Middleton, 1993 dalam Sudianto 2001).

2.4.1 Atraksi Agrowisata

Atraksi yang juga disebut objek wisata merupakan potensi yang menjadi

pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Menurut Undang-Undang

No. 9 Tahun 1990 Pasal 1, objek dan daya tarik wisata adalah sesuatu yang menjadi

sasaran wisata.

Marpaung (2002) dalam Herry (2006) menyatakan bahwa objek dan daya tarik

wisata merupakan suatu bentukan dan/atau aktivitas dan fasilitas yang berhubungan, yang

dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah/tempat

tertentu.

Page 9: rencana_agrowisata

Atraksi dalam agrowisata berkaitan dengan penggunaan tanah berkaitan dengan

pertanian dan perkebunan. Penggunaan tanah yang dimaksud antara lain sawah, tegalan/

ladang, perkebunan, kebun campuran, dan hutan. Jadi, untuk mengetahui wilayah

berpotensi agrowisata, harus menggunakan penggunaan tanah tersebut sebagai syaratnya.

2.4.2 Aksesbilitas

Bintarto (1991) mengatakan bahwa yang dikatakan aksesbilitas adalah

kemudahan bergerak dari suatu tempat ke tempat lain dalam suatu wilayah. Aksesbilitas

dapat diukur melalui :

1. Waktu tempuh dari suatu tempat ke tempat lain

2. Jarak tempuh dari suatu tempat ke tempat lain

Aksesbilitas tidak dapat dipisahkan dengan ketersediaan sistem transportasi :

angkutan transportasi, dan jaringan rute. Sistem transportasi jugan akanberkaitan dengan :

1. Kedatangan wisatawan pada satu daerah menggunakan jalan lokal yang dirancang

untuk kebutuhan ekonomi lokal.

2. Pengelola objek wisata akan merespon dengan menyediakan akomodasi dan

atraksi wisata

3. Bertambahnya angka kunjungan wisata sejalan dengan meningkatnya aksesbilitas

(Burton, 1995)

Fasilitas

Fasilitas memberikan kemudahan bagi para wisatawan dalam menikmati kegiatan

wisata yang dilakukan. Fasilitas tersebut misalnya : tempat makan, toko cinderamata,

toko kelontong, bank, dan lain-lain. Fasilitas-fasilitas tersebut biasanya terdapat di

pinggir jalan. Jadi, fasilitas dapat dikaitkan dengan aksesbilitas. Dan biasanya fasilitas

muncul karena terdapatnya objek wisata.

Page 10: rencana_agrowisata

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi

Suatu penelitian memerlukan lokasi yang dijadikan objek penelitian untuk

memperoleh data, informasi, keterangan dan hal-hal lain yang dibutuhkan untuk

keperluan penelitian. Lokasi penelitian ini adalah di Kabupaten Padang Pariaman.

Posisi astronomis Kabupaten Padang Pariaman yang terletak antara 0 0 11 ‘ – 0 0

49 ‘ Lintang Selatan dan 98036‘ – 100028‘ Bujur Timur , tercatat memiliki luas wilayah

sekitar 1.328,79 Km 2, dengan panjang garis pantai 60,50 Km 2. Luas daratan daerah ini

setara dengan 3,15 persen dari luas daratan wilayah Propinsi Sumatera Barat.

Daerah ini berbatasan dengan Kota Pariaman yang terletak di tengah Kabupaten Padang

Pariaman; serta berbatasan dengan: sebelah Utara dengan Kabupaten Agam; sebelah

Selatan dengan Kota Padang; sebelah Timur dengan Kabupaten Tanah Datar dan

Kabupaten Solok; dan sebelah Barat dengan Samudera Indonesia, Kabupaten Mentawai.

Untuk lebih jelasnya, lihat peta 1.

Page 11: rencana_agrowisata
Page 12: rencana_agrowisata

PETA 1

Page 13: rencana_agrowisata

3.2 Variabel Yang Mendukung Kesesuaian Kawasan Agrowisata

Variabel adalah gejala-gejala yang menunjukkan variasi baik dalam jenisnya

maupun dalam tingkatannya (Sutrisno, 2000 ; 224).

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan antara lain :

1. Penggunaan Tanah

2. Permukiman

3. Aksesbilitas (jangkauan jalan)

3.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan teknik survei data sekunder. Studi Literatur

Pengumpulan data sekunder dengan studi literatur ini dilakukan dengan mencari sumber

– sumber yang terkait berkaitan dengan pengembangan agrowisata maupun konsep

analisis spasial dengan ArcView GIS. Kajian literatur ini dapat diperoleh melalui buku –

buku, jurnal, majalah, internet, maupun dari sumber – sumber lain yang berkaitan dengan

tema penelitian ini sehingga peneliti dapat memperoleh bahan masukan yang lebih

lengkap dan relevan. Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yang terdiri dari

peta penggunaan lahan dan peta jaringan jalan Kabupaten Padang Pariaman, sedangkan

untuk kawasan pemukiman diperoleh dari peta penggunaan tanah.

Page 14: rencana_agrowisata

3.4 Tahap Pengolahan Data

Pada tahap ini maka peta yang telah dikumpulkan dan diklasifikasikan dapat diolah

untuk menghasilkan suatu peta kesesuaian lahan untuk agrowisata. Dibawah ini

merupakan diagram alir untuk mendapatkan peta kesesuaian tersebut:

BUFFERBUFFER

OVERLAY

OVERLAY

AKSESBILITAS (A)PEMUKIMAN (M)

PENGGUNAAN TANAH (P)

PMA

PM

Page 15: rencana_agrowisata

A. Penggunaan Tanah

Penggunaan Tanah Kabupaten Padang Pariaman (lihat peta 2).

No Penggunaan Tanah Luas (Ha)1 Alang-alang 1406.2052 Hutan belukar 9473.3583 Hutan lebat 50546.664 Kebun campuran 20918.4095 Pemukiman 4931.3726 perkebunan 34550.0817 sawah 35673.3388 tegalan/ladang 1466.507

jumlah 158965.93

Page 16: rencana_agrowisata

PETA 2

Page 17: rencana_agrowisata

B. Permukiman

Permukiman Kabupaten Padang Pariaman (lihat peta 3).

N0 Jangkauan Pemukiman Luas (Ha)1 > 500 m 137870.9652 < 500 m 21094.965

Jumlah 158965.93

Kawasan pariwisata harus terpisah dari permukiman penduduk, tetapi tidah boleh

terlalu jauh. Kalau terlalu jauh, penduduk tidak dapat mencapai daerak objek wisata. Jadi,

ditentukan jangkauan maksimum dari permukiman penduduk.

Page 18: rencana_agrowisata

PETA 3

Page 19: rencana_agrowisata

C. Peta Aksesbilitas (Jangkauan Jalan)

Aksesbilitas Kabupaten Padang Pariaman (lihat peta 4).

No Jangkauan Jalan Luas (Ha)1 < 2 km 70711.2952 > 2 km 88254.635

Jumlah 158965.93

Dengan adanya jalan, suatu tempat dapat dikatakan strategis. Begitu juga dengan

kawasan pariwisata. Perlu adanya jalan sebagai sarana perhubungan guna mencapai

daerah objek wisata tersebut. Jadi, jaringan jalan merupakan prasyarat adanya objek

wisata.

Page 20: rencana_agrowisata

PETA 4

Page 21: rencana_agrowisata

Selain variabel-variabel di atas, rencana pembangunan kawasan agrowisata di

kabupaten Padang Pariaman juga memperhatikan wilayah tanah usaha (WTU).

Perencanaan pembangunan atau perencanaan ekonomi yang di-terapkan di Indonesia

melalui konsep Pelita yakni dengan menetapkan prioritas-prioritas dalam pemilihan

bidang maupun tahapan pelaksanaan kegiatan, telah dilaksanakan/berlangsung selama

kurun waktu kurang lebih 30 tahun serta diikuti dengan perkem-bangan penduduk yang

cukup pesat (terutama di P. Jawa) telah membawa implikasi terhadap perubahan

wajah/pola penggunaan tanah. Sehubungan dengan hal itu, perencanaan penggunaan

tanah pada dasarnya tidak menggariskan bidang/kegiatan apa yang harus ada, melainkan

mengarahkan atau mengatur letak atas bidang-bidang yang telah digariskan dalam

perencanaan ekonomi/pembangunan tersebut. Untuk dapat mengarahkan letak suatu

bidang-bidang yang sudah digariskan tadi dan agar bisa tercapai azas lestari dengan

pertimbangan penggunaan tanah yang seimbang dan optimal, maka telah dibuat sebuah

model yang dinamakan Wilayah Tanah Usaha (Dr. I made Sandy, Publikasi No. 75

Penggunaan Tanah di Indonesia, Dit. Tata Guna Tanah Depdagri, 1977). Model ini

dilandasi oleh medan (di. Lereng/kemiringan) dan ketinggian (faktor kendali iklim),

sebagai tempat kegiatan masyarakat (tanah usaha).

Berdasarkan konsep Wilayah Tanah Usaha (WTU), I made sandy berpendapat bahwa

wilayah yang bisa diusahakan atau WTU di Indonesia adalah wilayah yang memiliki

ketinggian wilayah hingga 1/3 dari ketinggian maksimum di wilayah tersebut. Di Indonesia,

rata-rata ketinggian maksimum sekitar 3000 m dpl, sehingga dalam hal tersebut wilayah

tanah usaha adalah wilayah dengan ketinggian hingga mencapai 1000 m dpl. Selebihnya atau

wilayah dengan ketinggian lebih dari 1000 m dpl adalah tidak sesuai atau bukan wilayah

tanah usaha (WTU).

Wilayah tanah usaha ini menjelaskan mengenai wilayah yang sesuai untuk

diusahakan, namun konteksnya lebih kepada aspek pertanian.

Page 22: rencana_agrowisata

Dapat terlihat pada gambar di atas (Gambar 1) bahwa wilayah dengan ketinggian

antara 7 – 1000 m dpl adalah sesuai untuk WTU. Wilayah dengan ketinggian kurang dari 7 m

dpl memiliki faktor pembatas seperti berupa rawa-rawa dan gambut serta dataran pantai

sehingga sulit untuk diusahakan lahannya dalam konteksnya lahan pertanian, hal yang sama

juga pada wilayah dengan ketinggian lebih dari 1000 m dpl dimana faktor pembatas adalah

adanya hutan lindung dan konservasi. WTU Kabupaten Padang Pariaman dapat dilihat pada

peta 5.

Page 23: rencana_agrowisata

PETA 5

Page 24: rencana_agrowisata

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perencanaan pembangunan pariwisata di Kabupaten Padang Pariaman dilakukan

secara berkala setiap lima tahun sekali dilakukan lima kali sampai tahun 2015.

Pembangunan ini dilakukan tanpa mengacuhkan kondisi fisik dan lingkungan karena

prinsip pembangunan tata ruang wilayah di Kabupaten Padang Pariaman ini adalah

pembangunan yang berorientasi pada perdagangan, jasa, dan perindustrian. Ini berarti

bahwa pembangunan yang mengedepankan sektor ekonomi yaitu perdagangan, jasa, dan

perindustrian. Pariwisata merupakan sektor ekonomi berupa jasa. Peningkatan

pembangunan di sektor ekonomi dapat meningkatkan pendapatan daerah.

Perencanaan pembangunan pariwisata di Kabupaten Padang Pariaman memiliki

tujuan yaitu :

Memenuhi kebutuhan akan pemandangan alam yang indah kepada masyarakat

khususnya pada pertanian

Meningkatkan dan mengembangkan agribisnis di Kabupaten Padang Pariaman.

Meningkatkan dan menambah manfaat sektor pertanian bagi masyarakat.

Menjadikan kawasan agrowisata sebagai media promosi produk pertanian,

Meningkatkan pemasukan daerah Kabupaten Padang Pariaman melalui sektor

pariwisata

Meningkatkan sektor pariwisata bukan hanya agrowisata sebagai penggerak

ekonomi Kabupaten Padang Pariaman.

Dengan memenuhi tujuan-tujuan tersebut maka Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

dan dinas-dinas lainnya di Kabupaten Padang Pariaman membuat suatu rancangan tata

ruang wilayah tahun 2015. Wilayah yang berpotensi dijadikan kawasan pariwisata dapat

dilihat pada peta 6, sedangkan untuk mengetahui rencana pembangunan kawasan

pariwisata di Kabupaten Padang Pariaman yang akan terwujud dapat dilihat pada peta 6.

Page 25: rencana_agrowisata

PETA 6

Page 26: rencana_agrowisata

PETA 7

Page 27: rencana_agrowisata

Dari peta diatas merupakan peta rencana pembangunan kawasan agrowisata di

Kabupaten Padang Pariaman. Pembangunan ini didasari atau berorientasi pada

perdagangan, jasa, dan perindustrian. Dari peta diatas juga terlihat bahwa tidak semua

daerah dekat jalan dapat dibuat pembangunan kawasan agrowisata. Suatu pembangunan

dalam suatu perencanaan harus mempertimbangkan peremcanaan pembangunan sektor

lainnya. Karena berbasis perdagangan, kawasan dekat jalan lebih diutamakan

perencanaan pembangunan kawasan perdagangan.

SektorLuas (hektar)

Sebelum RTRW

Luas (hektar)

Setelah RTRW

Pariwisata 34483.586 12327.038

Bukan Pariwisata 125015.328 141169.698

Page 28: rencana_agrowisata

Dapat diketahui bahwa setelah adanya penggabungan RTRW Kabupaten Padang

Pariaman, rencana pembangunan kawasan pariwisata berkurang 17%. Terdapat daerah

yang sama tetapi perencanaan pembangunan yang berbeda. Oleh karena itu harus ada

sektor yang diutamakan agar dapat terwujud rencana pembangunan Kabupaten Padang

Pariaman yang seimbang sesuai dengan basisnya yaitu perdagangan, jasa, dan

perindustrian.

Page 29: rencana_agrowisata

Sektor Luas (Ha) Sebelum RTRW Luas (Ha) Setelah RTRW

Industri 49727.231 8689.973

Kesehatan 43615.086 2054.663

Pariwisata 34483.586 11256.982

Pendidikan 43615.09 2071.683

Perdagangan 1496.401 860.581

Permukiman 78084 52413.775

Pertanian 11678.918 15297.528

RTH 61426.096 60291.803

TPST 2728.54 84.498

Taman Kota 1452.75 475.250

Panjang Jalan

Jalan - 25666.379 meter

Dari peta dan tabel diatas merupakan hasil rencana tata ruang wilayah keseluruhan dinas

di Kabupaten Padang Pariaman. Terdapat banyak perubahan luas wilayah dikarenakan

lebih memprioritaskan perdagangan, jasa, dan perindustrian sebagai basis RTRW

Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2015. Perubahan luasan itu dari 290942.893 ha

menjadi 153496.7 ha.

Karena penyusutan luasan tersebut maka pembangunan Kawasan agrowisata juga

menyusut luasnya. Banyak daerahnya yang dialihkan menjadi pembangunan kawasan

perdagangan. Selain itu, berubah juga menjadi pembangunan fasilitas kesehatan, fasilitas

pendidikan, industri, permukiman, taman kota, dan ruang terbuka hijau.

Page 30: rencana_agrowisata

BAB V

KESIMPULAN

Dari hasil pemaparan tersebut, disimpulkan bahwa secara garis besar, wilayah yang

akan dilakukan pembangunan kawasan agrowisata di Kabupaten Padang Pariaman adalah 5%

dari total luas keseluruhan Kabupaten Padang Pariaman. Terjadi perubahan luas yang

disebabkan oleh prioritas pembangunan dalam RTRW Kabupaten Padang Pariaman Tahun

2015. Kawasan agrowisata yang sesuai dialihkan menjadi kawasan lain yaitu fasilitas

kesehatan, fasilitas pendidikan, industri, permukiman, taman kota, dan ruang terbuka

hijau. Pembangunan kawasan agrowisata juga mempertimbangkan wilayah tanah usaha

(WTU). Dengan adanya wilayah tanah usaha, keseimbangan lingkungan dapat terwujud serta

dapat meminimalisasi terjadinya bencana seperti banjir, lonsor, dan sebagainya. Untuk

terwujudnya Rencana Tata Ruang Wilayah Pariwisata perlu adanya koordinasi dengan

dinas-dinas lainnya untuk mendukung terlaksananya RTRW tersebut serta

mempertimbangkan WTU.

Page 31: rencana_agrowisata

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Kabupaten Padang Pariaman dalam http://www.cimbuak.net.

Anonim. 2007. Letak Geografis Kabupaten Padang Pariaman dalam

http://www.padangpariamankab.go.id .

Anonim. 2009. Sektor Pertanian Harus Menjadi Sektor Andalan dalam

http://korantrans.wordpress.com .

Suradnya, I Made. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR DAYA TARIK WISATA BALI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERENCANAAN PARIWISATA DAERAH BALI. Bali.

Page 32: rencana_agrowisata

PETA 5