rencana tindak final
TRANSCRIPT
D
Penguatan Modal Sosial Masyarakat
Kelurahan Tandang melalui
pelaksanaan FGD.
Sesuatu yang baik secara teori belum
tentu aplikatif diterapkan di semua
daerah. Pendekatan partisipatif
meminimalisasi terjadinya perencanaan
yang tidak aplikatif.
Dalam konsep partisipatif (FGD),
kearifan lokal menjadi lebih bisa tergali
sebagai bentuk-bentuk inovasi baru
adaptasi terhadap perubahan iklim.
Metode pembelajaran partisipatif akan
meningkatkan tingkat partisipatif
masyarakat dan antusias masyarakat
dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang
dilakukan.
Sekilas Tentang Tandang 4
Kondisi Kelurahan Tandang 4
Ketahanan Eksisting - Tingkat
Kerentanan Masyarakat Tandang
terhadap Perubahan Iklim
5
Fenomena Perubahan Iklim 6
Tujuan Adaptasi Perubahan Iklim
di Kelurahan Tandang
7
Proses Partisipatif Penyusunan
Rencana Aksi
10
Menggali pengalaman dan upaya
yang dilakukan masyarakat dalam
menghadapi bencana tanah
longsor dan angin puting beliung
10
DAFTAR ISI
Rencana Aksi Lokal Kelurahan Tandang
Pemetaan Bahaya Iklim Berbasis
Masyarakat
10
Diterbitkan oleh :
P5 UNDIP
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Gedung B, Lantai 2, Ruang B203 Jl. Prof. Sudarto, SH, Kampus UNDIP Tembalang
Semarang
Rukuh Setiadi
Ketua Penelitian
Rencana Aksi Adaptasi Lokal Kelurahan
Tandang
Pusat Pelayanan Pembangunan
Perencanaan Partisipatif (P5 UNDIP)
Kontributor
Rukuh Setiadi
Artiningsih
Dessy H M. Kundarto
Rr. Ratri Werdiningtyas
Claudia Tyas N Yogi Ananto
Masyarakat Kelurahan Tandang
Memfasilitasi Masyarakat untuk
Menyiapkan Rencana Aksi
Adaptasi Lokal
11
Identifikasi Kebutuhan Eksisting
Masyarakat dalam Adaptasi
10
3 Rencana Aksi Lokal Kelurahan Tandang Juli, 2010
Tentang Longsor Tandang 12
Ancaman Bencana Longsor 13
Tentang Angin Puting Beliung 19
Bentuk Adaptasi Fisik 21
Bentuk Adaptasi Lingkungan 22
Bentuk Adaptasi Ekonomi 23
Bentuk Adaptasi Sosial
Kelembagaan 23
Kondisi sosial masyarakat di
kelurahan ini didominasi oleh
penduduk dengan mata
pencarian sebagai sopir, buruh
dan pekerja di sektor informal.
Dalam hal penggunaan lahan,
lahan didominasi oleh fungsi
permukiman dengan fungsi
l a innya ya i t u kegia tan
campuran, pemakaman umum
dan konservasi.
Permukiman penduduk di
kelurahan ini dibangun diatas
bukit dengan kelerengan lebih
d a r i 2 5 % d a n t a n p a
menggunakan standar kontruksi
yang benar serta pembangunan
saluran drainase perkotaan yang
tersistem. Hal ini terjadi
dikarenakan permukiman di
Tandang tumbuh secara
organis. Harga lahan yang
murah turut mendukung
perkembangan pemukiman
secara organis ini.
Salah satu lahan permukiman
yang tumbuh secara organis
dan banyak diakses oleh
masyarakat yaitu di lahan
konservasi dan sempadan
sungai. Penduduk miskin
mengakses lahan tersebut untuk
bermukim karena mereka tidak
memiliki kemampuan secara
ekonomi untuk membeli tanah
yang lebih aman untuk
b e r m u k i m . K a r e n a
keterbatasan tersebut, penduduk
tidak dapat membangun
saluran drainase perkotaan yang
tersistem.
Selain keterbatasan dari segi
e ko n o mi , p e r ma s a l a h a n
permukiman di Kelurahan
Tandang ini juga disebabkan
oleh keterbatasan masyarakat
dalam pengetahuan dan
informasi mengenai standar
teknis pembuatan talud
penahan. Karena permasalahan
tersebut, masyarakat miskin
Tandang termasuk dalam orang
yang rentan terhadap dampak
perubahan iklim.
Kondisi Kelurahan Tandang
Kelurahan Tandang merupakan
salah satu dari 40 kelurahan yang
ada di Kota Semarang. Secara
administratif Kelurahan Tandang
berada di dalam wilayah
Kecamatan Tembalang yang
didominasi dengan kelerengan
15-24% dan lebih dari 25%.
Kelurahan ini terdiri dari 14 RW
dan 177 RT. (Sumber: RTRW
Kota Semarang tahun 2010-
2030).
Daerah ini adalah salah satu
daerah yang diperuntukkan bagi
re lokasi perumahan dan
termasuk dalam kelurahan yang
rawan terjadinya bencana tanah
longsor dan angin puting beliung
di Kota Semarang. Pada tahun
2002 dan 2008, hampir di
beberapa wilayah kelurahan ini
terjadi bencana tanah longsor.
Pada tahun 2005 dan 2008,
kelurahan ini juga terjadi angin
puting beliung. Dilihat dari segi
perekonomian, masyarakat di
daerah ini termasuk dalam
masyarakat berpenghasilan
rendah dan termasuk dalam
empat kelurahan miskin di Kota
Semarang. Hal ini dibuktikan
dengan Kelurahan Tandang
dijadikan sebagai salah satu
ke lu rah an p i l o t p ro j ec t
penanggulangan kemiskinan.
( S u m b e r : h t t p : / /
www.semarang.go.id).
Rencana Aksi Lokal Kelurahan Tandang Juli, 2010 4
Tata Guna Lahan
KONDISI PERMUKIMAN DI KELURAHAN TANDANG
Kerentanan merupakan suatu kondisi dari
suatu komunitas atau masyarakat
yang mengarah atau menyebabkan
ketidakmampuan dalam menghadapi
ancaman bahaya. Kerentanan menggambar-
kan suatu kondisi kawasan yang rawan
terhadap faktor bahaya (hazard) tertentu.
Sedangkan di Kelurahan Tandang
memiliki kerentanan fisik berupa topografi
dan kelerengan yang curam dan tanah yang
labil sehingga rawan terjadinya longsor.
Kondisi dan jenis tanah tersebut
mengakibatkan lokasi ini sering dilanda
bencana longsor.
Kerentanan tersebut diperparah dengan
beban bangunan dan konstruksi rumah yang
tidak kuat baik itu pondasi maupun struktur
bangunannya, serta jaringan saluran
drainase yang belum terbangun di seluruh
kawasan permukiman.sehingga limpasan air
pun semakin besar dan berpotensi
mengakibatkan longsor. Selain itu, masih
banyak hal yang menjadi faktor
penyebabnya, seperti kurangnya vegetasi
atau penghijauan dan sungai yg tercemar
oleh sampah.
JALAN LINGKUNGAN DENGAN KEMIRINGAN LEBIH
DARI 45% DI LOKASI PERMUKIMAN TANDANG.
Ketahanan dan Kerentanan Eksisting Masyarakat Tandang terhadap
Perubahan Iklim
5 Rencana Aksi Lokal Kelurahan Tandang Juli, 2010
Ketahanan terhadap perubahan iklim yang
saat ini dimiliki oleh masyarakat Kelurahan
Tandang yang berhasil digali dari
keseluruhan proses berupa :
(1). Ketahanan fisik/lingkungan :
- Pembuatan talud dengan karung pasir.
- Pengetahuan lokal masyarakat tentang
cara pengurangan ancaman longsor
pada lereng/ t anah dengan
menggunakan penutup berupa MMT/
terpal sehingga infiltrasi air hujan
berkurang .
(2). Ketahanan sosial kelembagaan:
- adanya transfer informasi pengetahuan
lokal tentang bencana yang diakibatkan
oleh perubahan iklim di daerah
Tandang berupa tanda-tanda terjadinya
angin puting beliung.
- modal sosial Kelurahan Tandang yang
telah ada dan terbentuk dapat dilihat
dengan adanya dewan mesjid,
Kelompok CN, dan kelompok kerja air
bersih.
(3) Ketahanan ekonomi:
- adanya usaha-usaha informal yang
dilakukan oleh masyarakat berupa
indutri rumah tangga anyaman tas,
peternakan sapi, makanan olahan dari
alam (ketela dan singkong) sebagai
penopang kehidupan masyarakat.
ANAK-ANAK MERUPAKAN SALAH SATU PIHAK YANG RENTAN
TERHADAP DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI KELURAHAN TANDANG
aat ini, perubahan iklim
menjadi suatu kenyataan/
fenomena yang tidak dapat
dihindarkan termasuk
dampak yang diakibatkan.
Pemanasan global sebagai akibat
dari peningkatan efek rumah kaca
di atmosfer mengubah beberapa
bentuk dan pola iklim, dari
pencairan es di kutub hingga
perubahan awan dan curah hujan
menuju ke perubahan sirkulasi laut.
Fenomena-fenomena tersebut
mengakibatkan beberapa dampak
dan memberikan isu-isu serius
antar sektor dan tantangan
keberlanjutan di tingkat kota.
Secara umum, diperkirakan
bahwa Indonesia akan mengalami
peningkatan intensitas curah hujan
sekitar 2-3 persen per tahun sebagai
akibat dari perubahan iklim.
Prediksi detail lain juga dilakukan
di beberapa kota di Indonesia. Di
Kota Semarang misalnya dilakukan
CCROM-IPB pemodelan iklim
setempat. Analisis kecenderungan
berdasarkan catatan sejarah dari 27
stasiun curah hujan di dalam Kota
Semarang (5 stasiun) dan di luar
Kota Semarang (22 stasiun)
m e n u n j u k k a n b a h w a
kecenderungan curah hujan di Kota
Semarang tidak terdistribusikan
secara merata (lihat grafik di
bawah). Beberapa bagian kota
menunjukkan kecenderungan curah
hujan meningkat secara signifikan
khususnya di JJA dan DJF.
S e b a l i k n y a , n e g a t i f a t a u
kecenderungan penurunan drastis
ditemukan selama periode transisi
SON dan MAM. Hal ini
menunjukkan bahwa penurunan
curah hujan selama periode ini
cenderung memperpanjang kondisi
kering di sebagian besar wilayah.
Meskipun tidak ada penelitian
tentang pemodelan iklim dalam
p e r u b a h a n t e ka n a n u d a r a
perkotaan, namun dialami tekanan
udara di Kota Semarang mengalami
perubahan yang signifikan.
Perubahan iklim mengakibatkan
perubahan ekstrim yang mengarah
pada terjadinya bencana. Ada
banyak bencana yang terjadi di
Kota Semarang sebagai akibat dari
perubahan iklim. Disamping
banjir, abrasi, dan kekeringan, ada
dua bencana lain yang kurang
diberi pertimbangan, yaitu tanah
longsor, yang sering terjadi karena
peningkatan curah hujan ekstrim di
musim hujan, dan angin
puting beliung. Sebagai
hasilnya, masyarakat yang
tinggal di daerah yang
terkena akan mengalami
tekanan dan trauma karena
perubahan iklim. Tekanan
dan trauma ini secara
signifikan mempengaruhi
masyarakat secara negatif
terutama pada masyarakat
yang dikategorikan sebagai
masyarakat miskin dan
marjinal. Oleh karena itu,
p e n t i n g u n t u k
mempertimbangkan tekanan
dan trauma sebagai subtansi
kegiatan selanjutnya untuk
menciptakan ketahanan
masyarakat dan kota.
KONDISI SALAH SATU RUMAH WARGA PASCA BENCANA LONGSOR. Seorang warga sedang men-
jemur pakaian diatas puing rumah yang rusak akibat bencana longsor yang terjadi pada
awal tahun 2010.
S
6 Rencana Aksi Lokal Kelurahan Tandang Juli, 2010
Salah satu kejadian longsor yang terjadi di Kelurahan Tandang pada bulan Januari tahun 2008. Talud warga longsor setelah terjadi hujan deras, kerugian yang ditimbulkan
berupa kerugian material.
Fenomena Perubahan Iklim
Kerentanan Masyarakat Menghadapi Dampak Perubahan Iklim (Tanah Longsor dan Angin Puting Beliung)
Sekilas Tentang Tandang
PERMUKIMAN TANDANG YANG TERLETAK DI KELERENGAN
YANG BERKISAR 14– 24% DAN LEBIH DARI 25%. DENGAN KONDISI LERENG YANG
TERJAL TERSEBUT, PENDUDUK MEMBANGUN RUMAH UNTUK TEMPAT TINGGAL.
PEMBANGUNAN RUMAHPUN TANPA DISERTAI TALUD PENAHAN YANG SESUAI
STANDAR KONSTRUKSI YANG BENAR.
egiatan yang dilaksanakan di Kelurahan
Tandang memiliki tujuan untuk mencipta-
kan dan meningkatkan ketahanan masyara-
kat dalam menghadapi bencana tanah longsor dan
angin puting beliung.
Secara umum, sasaran dari kegiatan tersebut
berupa (1). persiapan di tingkat masyarakat untuk
memahami dan menyadari dampak perubahan
iklim di dalam lingkungan mereka, (2). penilaian
kondisi eksisting adaptasi lokal masyarakat dan
identifikasi kebutuhan eksisting akan bahaya ik-
lim bencana, (3). fasilitasi di tingkat masyarakat
untuk mengembangkan kemampuan adaptasi lo-
kal yang lebih kuat dalam menghadapi dampak
perubahan iklim melalui rencana aksi lokal ber-
basis masyarakat, dan (4). pelaksanaan kegiatan
percontohan yang dihasilkan dari perumusan ren-
cana aksi lokal dengan penekanan menangani
masalah dengan vegetasi longsor.
K
Tujuan Adaptasi
Perubahan Iklim di
Kelurahan Tandang
Box 1
Terminologi Adaptasi, Kerentanan dan Perubahan Iklim
Adaptasi adalah kemampuan suatu sistem manusia atau
alam untuk menyesuaikan dengan perubahan iklim
(termasuk iklim yang berubah-ubah dan ektrim) untuk men-
gurangi kerusakan potensial yang terjadi, untuk dapat me-
manfaatkan peluang, atau untuk menghadapi konsekuensi.
(UN-Habitat Sustainable Cities Programme Toolkit Vol 1-4)
Kerentanan adalah potensi untuk menderita kerugian atau
kehilangan, yang berkaitan dengan kapasitas untuk mengan-
tisipasi, mengatasi bahaya, menahan diri dan pulih dari dam-
paknya. Keduanya, kerentanan dan ketahanan, ditentukan
oleh fisik, lingkungan, sosial, ekonomi, politik, budaya dan
faktor kelembagaan. (Charlotte Benson and John Twigg,
2007).
Perubahan iklim merupakan perubahan signifikan secara
statistik pada pengukuran baik di negara atau bentuk-bentuk
iklim untuk suatu tempat atau wilayah selama jangka waktu
tertentu, baik secara langsung maupun tidak langsung karena
pengaruhnya kegiatan manusia pada komposisi atmosfer
global atau karena alam yang berubah-ubah. (Charlotte Ben-
son and John Twigg, 2007).
8 Rencana Aksi Lokal Kelurahan Tandang Juli, 2010
“Proses perencanaan dengan keterlibatan masyarakat harus
dibangun untuk menjadikan sumber daya lokal yang terbatas
menjadi sumber daya yang potensial bagi masyarakat “
PROSES
PARTISIPATIF
PENYUSUNAN
RENCANA AKSI
Tahapan ini berisi FGD dengan masyarakat, pemerintahan local,
dan organisasi lokal yang terkait. Dalam daftar kebutuhan tidak
hanya berisi kebutuhan fisik dan social ekonomi namun juga akan
dinilai menurut prioritas masyarakat.
Belajar
bersama
masyarakat
Perubahan
Iklim dan
Bencana
Pemahaman akan
bencana dan
kebutuhan penanganan
Percontohan
Intervensi
Rencana Tindak
Pengurangan
Resiko Bencana
Monitoring
dan Evaluasi
PROSES PARTISIPATIF PENYUSUNAN RENCANA AKSI ADAPTASI LOKAL
KELURAHAN TANDANG
Menggali pengalaman dan
upaya yang dilakukan
masyarakat dalam menghadapi
bencana tanah longsor dan
angin puting beliung
ntuk menghindari solusi
yang tidak tepat, pengalaman
dari kapasitas masyarakat
Kelurahan Tandang dalam
adaptasi harus dinilai. Pengalaman
dan upaya masyarakat dalam
menghadapi tanah longsor dan
angin puting beliung merupakan
informasi penting yang harus
d i g a l i . F a s i l i t a t o r a k a n
merangkum semua informasi dan
menstrukturkan semua tanggapan
masyarakat dalam beradaptasi
dengan dampak perubahan iklim.
Pemetaan Bahaya Iklim
Berbasis Masyarakat
Pemetaan bahaya iklim berbasis
masyarakat merupakan tahapan
lanjutan untuk mengetahui lokasi-
lokasi yang sangat rawan tanah
longsor dan angin puting beliung
di Kelurahan Tandang.
Identifikasi Kebutuhan
Eksisting Masyarakat dalam
Adaptasi Bahaya Iklim Berbasis
Masyarakat
egiatan ini adalah untuk
mengidentifikasi kebutuhan
yang sebenarnya dibutuhkan
oleh masyarakat yang bisa
membuat mereka untuk dapat
beradaptasi dengan bahaya iklim.
U
K
KERJA BAKTI : PENANAMAN RUMPUT VETIVER
SECARA KERJA BAKTI DI SALAH SATU LERENG
PERMUKIMAN WARGA RW 11 KELURAHAN TANDANG.
Rencana Aksi Lokal Kelurahan Tandang Juli, 2010 10
Memfasilitasi Masyarakat
untuk Menyiapkan Rencana
Aksi Adaptasi Lokal
Salah satu tujuan akhir
k e g i a t a n u n t u k d a p a t
meningkatkan kapas t i t as
adaptasi masyarakat adalah
d e n g a n m e m f a s i l i t a s i
masyarakat dalam merumuskan
rencana aksi lokal untuk
mengatasi dampak perubahan
iklim. Rencana aksi lokal adalah
sebuah pemecahan masalah
yang be ror ient as i pada
p e m e n u h a n k e b u t u h a n
masyarakat dalam menghadapi
dampak bencana iklim.
Masyarakat dan para pelaku
lokal akan beker jasama
untuk merumuskan strategi dan
kegiatan proyek yang tepat di
Kelurahan Tandang secara
umumnya dan di lingkungan
pada khususnya dengan
pendampingan dari fasilitator.
METODE YANG DIGUNAKAN ADALAH MELALUI PEMETAAN PARTISIPATIF DENGAN “PRA” SEBAGAI INSTRUMENNYA.
Kegiatan Tujuan Kegiatan
FGD 1
Menggali pengalaman dan upaya masyarakat dalam menghadapi tanah lonsor dan angin puting beliung
FGD 2 Pemetaan bahaya iklim berbasis masyarakat
FGD 3
Identifikasi kebutuhan eksisting berbasis masyarakat dalam adaptasi bahaya iklim
FGD 4
Fasilitasi masyarakat untuk mempersiapkan rencana adaptasi lokal
Pengenalan Rumput Akar Wangi
Pengenalan kegunaan rumput vertiver untuk menangani tanah longsor dan pemilihan lokasi
Penyiapan Lahan Mengembangkan Model Penanganan Tanah Longsor dengan Vegetasi
Penanaman Rumput Akar Wangi
Monitoring Evaluasi
Menjamin keberlangsungan nilai kemanfaatan kegiatan di masa yang akan datang
TUJUAN FASILITASI MASYARAKAT
TATA CARA & PROSES FASILITASI MASYARAKAT KELURAHAN TANDANG.
Rencana Aksi Lokal Kelurahan Tandang Juli, 2010 11
TENTANG LONGSOR TANDANG
i Kelurahan Tandang, Ke-
camatan Tembalang Sema-
rang terdapat daerah-daerah yang
sering mengalami bencana long-
sor dan memiliki kemungkinan besar
untuk terjadinya longsor. Longsor
hampir dapat dipastikan terjadi setiap
terjadi hujan lebat.
Daerah di Kelurahan Tandang yang
merupakan daerah rawan bencana
adalah RW 11 dan RW 13. Keduanya
merupakan wilayah dalam beberapa
tahun terakhir yang sering tertimpa
bencana longsor. Bencana terjadi di
2002 dan 2008. Di tahun 2010 fre-
kuensi bencana menjadi lebih sering
terjadi. Hampir setiap terjadi hujan
lebat terjadi kelongsoran pada wilayah
ini.
Daerah rentan longsor di wilayah
RW 11 adalah RT 9, RT 14, RT 12, RT
8, RT 4, RT 7 dan RT 1. Adapun
daerah rentan di wilayah RW 13 adalah
RT 1, RT 3, RT 6, RT 7 dan RT 10
dengan prioritas berdasarkan besarnya
tingkat kerentanan terhadap longsor
adalah pada RT 10, 7 dan RT 3.
“HIDUP BERDAMPINGAN DENGAN ANCAMAN“
D Bencana longsor sudah berkali-
kali terjadi di Kelurahan Tandang
ini. Berdasarkan hasil rekaman dari
masyarakat, tingginya curah hujan
merupakan factor utama terjadi
bencana longsor.
Selain itu, menurut masyarakat
setempat, longsor yang kerap
terjadi disebabkan karena faktor
tanah yang labil dan berkontur
curam, kurangnya daerah resapan
air atau daerah hijau, tidak adanya
penyaluran air permukaan yang
baik serta pondasi bangunan yang
memang tidak kuat.
Jika melihat kondisi eksisting,
secara topografi Kelurahan Tan-
dang dapat dikatakan sebagai
daerah perbukitan dengan kontur
tajam yang memiliki ketinggian
berbeda dan tidak menentu.
Dengan kondisi tersebut, tingkat
kerentanan terhadap pengikisan
tanah atau erosi menjadi lebih
tinggi dibandingkan pada daerah
yang relatif datar.
Hal tersebut diperparah dengan
tingginya koefisien run off air yang
t i d a k d i i m b a n g i d e n g a n
ketersediaan saluran air atau drainase
yang mencukupi dan terarah.
J ika melihat secara lebih
mendalam tentang kondisi tanah di
Kelurahan Tandang, tanah yang oleh
penduduknya sering dikatakan
sebagai „tanah padas‟ ini secara fisik
sudah terfragmentasi ukurannya
menjadi lebih kecil.
TANAH LONGSOR YANG TERJADI SEBAGAI AKIBAT LONGSORNYA TALUD
RUMAH WARGA DI ATAS PERBUKITAN DI KELURAHAN TANDANG. BILA
HUJAN TERJADI DENGAN INTENSITAS TINGGI, LONGSOR DAPAT TERJADI
DI WILAYAH INI.
12 Rencana Aksi Lokal Kelurahan Tandang Juli, 2010
Kemudian tanah tersebut mulai
membentuk rongga atau pori untuk
aliran air walaupun secara kimia
belum banyak mengalami
perbedaan dengan batuan asalnya.
Sehingga mampu untuk mengikis
lapisan luar tanah dan akhirnya
sebagian besar air meresap ke
dalam tanah dan mengisi rongga
yang ada di dalam tanah tersebut.
Ibarat batu jika terkena air tiap hari
akan hancur, maka begitu pula
dengan tanah. Kekuatan tanah
untuk bisa menopang keberadaan
bangunan di atasnya menjadi
berkurang yang akibatnya mengaki-
batkan longsor.
Ancaman Bencana Longsor
eberapa penduduk berusaha
untuk mencegah terisinya
rongga tanah tersebut
dengan air, yaitu dengan melaku-
kan semenisasi. Semenisasi dilaku-
kan secara individual ber-
dasarkan tingkat kemampuan eko-
nominya. Selain pencegahan ter-
jadinya peresapan air ke dalam
tanah, bentuk adaptasi lain yang
d i l a k u k a n a d a l a h d e n g a n
pembuatan talud.
Talud adalah sebuah konstruksi
yang sengaja dibuat untuk
mencegah terjadinya gerakan tanah
akibat erosi dalam tanah oleh air
B
KONDISI EKSISTING KELURAHAN TANDANG YANG BERBUKIT DAN MEMILIKI TOPOGRAFI YANG BERVARIASI.
Keterangan :
Rumah / Bangunan
BEBAN
PROSES TERJADINYA LONGSOR
Jalan Kampung
BEBAN
90o
Gambar A
Gambar B
: arah resapan air (infiltrasi)
: arah beban gravitasi
: batuan induk (bedrock)
: bahan induk (parent material)
: lapisan tanah atas (topsoil)
: talud
90o
13 Rencana Aksi Lokal Kelurahan Tandang Juli, 2010
Sama halnya dengan bentuk
adaptasi yang pertama, bentuk
adaptasi kedua ini sangat
bergantung dengan tingkat
k e m a m p u a n e k o n o m i
masyarakat dan mengingat
mahalnya biaya pembangunan
talud. Sehingga jika kita
berjalan menyusuri wilayah
Kelurahan Tandang terutama di
RW 11 dan 13 akan tampak
terlihat beragamnya kuantitas
maupun kualitas dari kedua
bentuk adaptasi ini. Dari mulai
pencegahan peresapan air
dengan semen sampai dengan
menutupi tanah dengan terpal.
Walaupun begitu tidak semua
bangunan yang ditalud dapat
dikatakan aman dari ancaman
longsor. Justru beberapa
bencana terjadi dikarenakan
karena runtuhnya talud yang
telah dibuat.
Dari observasi secara lebih
mendalam, runtuhnya talud di
kelurahan ini disebabkan oleh
beban bangunan, jalan atau
kendaraan, bentuk talud yang
umumnya tegak lurus yaitu
dengan kemiringan 90o ,
pangkal pondasi talud berada di
bagian bahan induk tanah yang
sifatnya tidak kompak atau
mudah retak dan tersusupi aliran
air.
Selain itu, talud dibuat
kedap tanpa ada lubang pipa
drainase di bagian dindingnya,
sehingga akumulasi resapan air
ke dalam tanah akan menambah
beban tanah terhadap talud serta
tidak ada tanaman penguat un-
tuk mengikat tanah.
PEMBANGUNAN TALUD : SEBAGAI SALAH SATU CARA ADAPTASI TERHADAP BENCANA
LONGSOR. NAMUN PEMBANGUNAN TALUD INI HANYA DAPAT DILAKUKAN OLEH WARGA
YANG MAMPU SECARA EKONOMI.
PENGGUNAAN TERPAL : MASYARAKAT MENGURANGI ANCAMAN LONGOR DENGAN CARA MENU-
TUP PERMUKAAN LERENG DENGAN TERPAL DAN KAIN BEKAS MMT BEKAS AGAR INFILTRASI AIR
HUJAN BERKURANG.
Rencana Aksi Lokal Kelurahan Tandang Juli, 2010 14
Berdasarkan pemetaan yang dilaku-
kan oleh masyarakat, berikut adalah
daerah – daerah di Kelurahan Tan-
dang yang rawan bencana longsor.
Tingkat kerawanan yang tinggi
daerah tersebut ditinjau dari
kondisinya saat ini. Daerah tersebut
adalah daerah dengan kelerengan
curam, daerah dengan kondisi talud
buruk dan daerah dengan kondisi
saluran drainase yang buruk/tidak
tertata. Daerah-daerah tersebut di
wilayah Kelurahan Tandang dapat
dilihat dalam peta-peta di Kelurahan
Tandang, peta RW 11 dan 13 sebagai
dua daerah terawan bencana di Kelu-
rahan Tandang berdasarkan hasil
FGD bersama warga.
Lokasi Daerah Rawan Longsor
di Kelurahan Tandang
Lokasi Kelerengan Curam
di Kelurahan Tandang
Lokasi Saluran Drainase Buruk
di Kelurahan Tandang
Lokasi Lahan Gundul
di Kelurahan Tandang
ANAK-ANAK YANG HARUS MENURUNI TANGGA BAMBU DENGAN
KEMIRINGAN HINGGA 80% UNTUK DAPAT MASUK KE DALAM RUMAH
MEREKA. RUMAH YANG TERLETAK DIBAWAH LERENG TERJAL INI
MENGHARUSKAN ANAK-ANAK UNTUK DAPAT HIDUP BERDAMPINGAN
DENGAN ANCAMAN LONGSOR DAN ANCAMAN JATUH DARI
KETINGGIAN.
Rencana Aksi Lokal Kelurahan Tandang Juli, 2010 15
Lokasi Lereng Curam di RW 11 Lokasi Daerah Rawan Longsor di RW 11
Lokasi Daerah Saluran Buruk di RW 11
Lokasi Daerah Talud Buruk di RW 11
Foto diatas adalah proses FGD 2
“Pemetaan Bersama Masyarakat Kelurahan
Tandang di RW 13 dan 11.” Pemetaan
yang dilakukan masyarakat pada fasilitasi
FGD 2 mencakup titik rawan longsor, an-
gin puting beliung, lereng curam, lahan
gundul, jalan yang sulit dilalui, evakuasi,
dan saluran buruk. Teridentifikasinya
wilayah rawan longsor dan angin puting
beliung dan wilayah-wilayah terpengaruh
di Kelurahan Tandang oleh pihak P5
UNDIP dengan bantuan pengetahuan
masyarakat menjadi penting dan menjadi
salah satu dasar dalam penyusunan
Rencana Aksi Adaptasi Lokal Masyarakat.
16 Rencana Aksi Lokal Kelurahan Tandang Juli, 2010
Lokasi Daerah Saluran Buruk di RW 13
Lokasi Daerah Rawan Longsor RW 13
di Kelurahan Tandang
Lokasi Daerah Lereng Curam di RW 13
di Kelurahan Tandang
Lokasi Daerah Talud Buruk di RW 13
di Kelurahan Tandang
Lokasi Daerah Lahan Gundul di RW 13
di Kelurahan Tandang
K erugian yang ditimbulkan dari
bencana tanah longsor ini
berupa kerugian material
seperti rumah yang rusak,
kehilangan harta benda, kerusakan fasilitas
umum serta korban jiwa. Sebagai
contohnya, kejadian longsor yang
memakan korban jiwa adalah kejadian di
RW 13 pada tahun 2008 yaitu sebanyak 4
orang. Berbagai macam kerugian yang
ditimbulkan dari bencana longsor ini
memperentan kondisi masyarakat Tandang
secara ekonomi.
17 Rencana Aksi Lokal Kelurahan Tandang Juli, 2010
“TERLIHAT AWAN HITAM DI LANGIT YANG MEMBUMBUNG TINGGI MERUPAKAN TANDA-
TANDA AKAN TERJADI ANGIN PUTING BELIUNG. “ KATA SEORANG WARGA TANDANG
A ngin puting beliung adalah bencana
lain yang kerap menimpa sebagian
wilayah Tandang selain dari ben-
cana longsor. Masyarakat belum
bisa mengidentifikasi penyebab dari terjadinya
bentuk bencana ini selain menganggap bahwa
wilayah mereka merupakan „susuh angin‟ se-
hingga terjadinya angin puting beliung tidak
mungkin dielakkan lagi. Bencana yang telah
kerap kali menimpa wilayah Tandang ini telah
dapat diidentifikasikan tanda-tandanya. Sebe-
lum angin puting beliung melanda biasanya
didahului dengan awan mendung dan angin
gemuruh yang biasa terjadi pada pukul 3 sore
hari. Angin puting beliung ini juga mempunyai
jalur khusus yang dapat diidentifikasi oleh
masyarakat RW 13, yaitu diawali dari RT 1
kemudia RT 3, RT 5, RT 4, RT 7, RT 10 dan
RT 2. Arah ini berulang dari tiap kejadian ke
tiap kejadian berikutnya. Dari hasil pemetaan
yang dilakukan oleh masyarakat, lokasi terjad-
inya angin puting beliung dapat dipetakan
dalam peta angin puting beliung.
TENTANG ANGIN PUTING BELIUNG
Angin puting beliung akan datang ke wilayah ini karena wilayah ini dipercaya sebagai susuk jalannya
angin, dan akan hilang ke arah gunung alap-alap (bukit di sebelah selatan Kelurahan Tandang).”
Suparno, Lurah Tandang, 2010
Lokasi Bencana Angin Puting Beliung Kelurahan Tandang
Lokasi Bencana
Angin Puting Beliung
RW 11 Kelurahan Tandang
Lokasi Bencana Angin Puting Beliung
RW 13 Kelurahan Tandang
19 Rencana Aksi Lokal Kelurahan Tandang Juli, 2010
erapnya terjadi bencana long-
sor dan angin puting beliung
melanda wilayah Kelurahan
Tandang menyebabkan masyarakat
secara tidak langsung melakukan
adaptasi sebagai bentuk respon
t e r h a d a p b e n c a n a y a n g
terjadi. Beberapa bentuk kegiatan
adaptasi terhadap bencana longsor
yang dilakukan oleh masyarakat
Kelurahan Tandang termasuk
p e r m a s a l a h a n d a l a m
pelaksanaannya berupa kerja bakti
atau gotong royong masyarakat,
memberikan bantuan baik fisik
maupun material terhadap korban
bencana, penanaman pohon untuk
penghijauan, pengerasan jalan,
penataan maupun pembenahan
s a lu r a n , pe mb ua t an t a lu d ,
pengontrolan air sungai serta
saluran secara berkala ketika terjadi
hujan.
Adapun bentuk-bentuk adaptasi
terhadap bencana angin puting
beliung yang dilakukan oleh
masyarakat Tandang adalah dengan
mengurangi ranting-ranting atau
memotong pohon-pohon yang
terlalu tinggi atau besar.
Banyak hal yang telah
diaspirasikan oleh masyarakat
Tandang untuk bisa menghadapi
dampak perubahan iklim
bencana longsor dan angin
puting beliung tetapi belum
dapat dilaksanakan karena
keterbatasan yang ada, terutama
keterbatasan ekonomi.
Pada awalnya sebelum
pemberian materi mengenai
contoh-contoh best practices
bentuk-bentuk adaptasi bencana
yang telah dilakukan di wilayah
lain, masyarakat Kelurahan
Tandang menganalogikan suatu
bentuk adaptasi hanya dengan
K
bentuk adaptasi fisik saja seperti
p e m b a n g u n a n t a l u d ,
pembangunan dan penataan
drainase, normalisasi sungai,
pembangunan Early Warning
System (EWS) dan penghijauan.
Dengan berbasis pada
kapasitas lokal yang ada, berikut
merupakan bentuk-bentuk
a dap t a s i ya n g b e rh as i l
d i identi fikasikan sebagai
aspirasi masyarakat Kelurahan
Tandang yang meliputi tidak
hanya bentuk adaptasi fisik
namun juga l ingkungan,
e k o n o m i d a n s o c i a l
kelembangaan.
BENTUK
ADAPTASI DALAM
MENGHADAPI
DAMPAK
PERUBAHAN
IKLIM
KELURAHAN
TANDANG
20 Rencana Aksi Lokal Kelurahan Tandang Juli, 2010
BENTUK
ADAPTASI FISIK
Bentuk adaptasi fisik dilakukan un-
tuk bisa meminimalisasi terjadinya
bencana, baik itu longsor maupun
angin puting beliung. Bentuk adap-
tasi fisik yang diusulkan ini me-
mang sangat membantu dalam
mengoreksi keterbatasan fisik
wilayah Kelurahan Tandang yang
berkontur curam, topografi tidak
merata tetapi harus menopang
ribuan bangunan di atasnya.
Bentuk adaptasi fisik tersebut
adalah pembangunan talud, teru-
tama untuk bantaran sungai dan
jalan, pembangunan dan
penataan saluran drainase secara
komprehensif, normalisasi sungai,
penyediaan Early Warning System
(EWS) serta penghijauan.
Sebagai penerima manfaat
perencanaan, pengalaman
- keinginan dan harapan
masyarakat adalah sesuai
yang penting untuk digali.
Dengan pendekatan Fo-
cussed Discussed Group,
P5 UNDIP mendasarkan
kegiatannya ‘bagi dan
oleh’ masyarakat.
…They have rights to de-
cide what they want for
their environment.
21 Rencana Aksi Lokal Kelurahan Tandang Juli, 2010
BENTUK
ADAPTASI LINGKUNGAN
Penghijauan di Kelurahan Tandang
Lingkungan yang baik adalah lingkun-
gan yang dapat me‟recovery‟ peruba-
han yang ada sehingga sistem lingkun-
gan dapat terjaga dengan baik dan tidak
terjadi degradasi lingkungan. Peruba-
han lingkungan yang tampak sangat
terjadi di wilayah Kelurahan Tandang
adalah kemampuan daya infiltrasi se-
hingga tidak merusak atau mengakibatkan pen-
gikisan tanah. Kurangnya kemampuan tanah
meresapkan air ini disebabkan karena hampir
semua wilayah memiliki KDB >90% atau bisa
dikatakan sangat minim lahan yang difungsikan
sebagai ruang terbuka hijau. Selain kurangnya
daya infiltrasi tanah, kurangnya pepohonan di
wilayah ini berarti pula kurangnya akar yang
dapat difungsikan untuk mengikat tanah dan
mencegah erosi tanah. Kelurahan Tandang telah
beberapa kali menerima bantuan berupa bibit
tanaman yaitu bibit pohon jati mas dan pohon
mangga.
Namun bantuan menjadi tidak maksimal
terserap ketika masyarakat enggan untuk mela-
kukan penanaman. Keengganan masyarakat ini
dikarenakan selain keterbatasan lahan, ke-
beradaan tanaman yang berakar tunggang ini
justru merusak dari pondasi rumah masyarakat.
Pemilihan pohon yang tepat dan sesuai karakter-
istik wilayah Kelurahan Tandang perlu dilaku-
kan agar fungsi baik adanya pohon justru tidak
berbalik memberikan dampak negatif kepada
masyarakat. Pemilihan pohon yang diaspirasi-
kan masyarakat adalah pohon yang dapat mem-
berikan fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. Penghijauan dan peneduh
2. Mencegah erosi/longsor
3. Dapat menjadi sumber makanan ternak
4. Dapat menjadi bahan pembuatan pupuk
kompos
Pengelolaan Sampah
Sebagaimana telah disebutkan bahwa salah satu
faktor penyebab terjadinya bencana longsor
adalah aliran air yang tidak tertata/tersalurkan
dengan baik. Kondisi system pengaliran air Ke-
lurahan Tandang saat ini diperburuk oleh ma-
salah persampahan. Dengan keterbatasan
kondisi fisik yang menyulitkan pengangkutan
sampah, masyarakat Kelurahan Tandang
cenderung melakukan pembuangan sampah
pada sungai atau ruang-ruang terbuka yang ma-
sih tersisa di wilayah sekitar tempat tinggalnya.
Tumpukan sampah tersebut memperburuk sis-
tem pengaliran air yang pada akhirnya berdam-
pak pada terjadinya kelongsoran. Ketiadaan
Tempat Pembuangan Sampah (TPS) ini di-
karenakan lahan yang ada merupakan lahan pri-
badi. Dengan pertimbangan tersebut di atas,
pengadaan TPS menjadi penting untuk diadakan
di wilayah Kelurahan Tandang.
22 Rencana Aksi Lokal Kelurahan Tandang Juli, 2010
ekor. Dengan peningkatan kapasitas dari industri-
industri tersebut di atas diharapkan akan mampu
meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat
yang akan berimbas pada peningkatan tingkat
ketahanan masyarakat terhadap perubahan iklim
(tanah longsor and angin puting beliung).
BENTUK ADAPTASI SOSIAL KELEMBAGAAN
Dari sisi kelembagaan, kondisi dari lembaga-
lembaga yang ada di masyarakat dapat dikatakan
cukup beragam, „solid‟ dan cukup „mature‟. Hal ini
dimungkinkan karena kesamaan nasib akan resiko
dampak perubahan iklim (tanah longsor dan angin
puting beliung) yang menyebabkan masyarakat
bahu membahu satu sama lain.
BENTUK
ADAPTASI EKONOMI
Tingkat kerentanan masyarakat terhadap peruba-
han iklim berbanding terbalik dengan tingkat
kemampuan ekonominya. Semakin tinggi ting-
kat kemampuan masyarakat maka akan semakin
tinggi pula kemampuannya dalam melakukan
adaptasi menghadapi dampak perubahan iklim
(bencana longsor dan angin puting beliung).
Dibuktikan dengan data statistik dan melihat
dari kondisi yang ada, Kelurahan Tandang dapat
dikategorikan sebagai salah satu daerah miskin
di Kota Semarang. Sebagian besar penduduk
usia produktif di wilayah ini tergolong sebagai
pengangguran (pengangguran tetap dan pen-
gangguran terselubung) dan sebagian besar
masyarakat menyandarkan hidupnya pada sektor
informal. Bentuk adaptasi ekonomi adalah ben-
tuk adaptasi yang ditujukan untuk bisa melaku-
kan penguatan kemampuan ekonomi masyara-
kat. Penguatan dapat dilakukan dengan mem-
buka lapangan pekerjaan atau memperbesar ka-
pasitasnya agar bisa meningkatkan pendapatan
masyarakat setempat. Beberapa industri ruamh
tangga yang ada di Kelurahan Tandang yang
dapat diperkuat kapasitasnya dalam menopang
perekonomian masyarakat meliputi: industri
kerajinan tas, pembuatan sepatu dan sandal,
tanaman hias, pagar besi, alluminium, kusen,
rolling door, rak dan makanan olahan. Selain itu
di Kelurahan tandang juga terdapat peternakan
sapi potong dengan jumlah ternak mencapai 120
23 Rencana Aksi Lokal Kelurahan Tandang Juli, 2010
Kondisi masyarakat yang „solid‟ ini dapat dilihat
terdapat dana sosial msyarakat (RT, RW, PKK, dana
takmir masjid dan zakat) yang difungsikan untuk
meringankan beban masyarakat yang terkena musibah.
Selain adanya beberapa paguyuban yaitu paguyuban
„Warga CN‟ dan Dewan Masjid. Selain itu beberapa
masjid telah menjadi media informasi musibah.
Secara tidak langsung dapat terlihat bahwa
masyarakat Kelurahan Tandang telah melakukan
adaptasi sosial kelembagaan dalam menghadapi
dampak perubahan iklim (bencana angin puting
beliung dan tanah longsor) secara internal.
Penguatan terhadap lembaga-lembaga internal yang
telah ada di Kelurahan Tandang perlu dilakukan
sehingga masyarakat Tandang memiliki modal sosial
yang kuat tidak hanya di dalam internal Kelurahan
tandang tapi juga dengan pihak luar. Modal sosial ini
perlu untuk menyalurkan aspirasi mereka ke dunia
luar.
24 Rencana Aksi Lokal Kelurahan Tandang Juli, 2010
Rencana Aksi Lokal Kelurahan Tandang Juli, 2010
Berikut susunan organisasi Paguyuban Akar
Wangi Kelurahan Tandang:
Pelindung : Kepala Kel. Tandang
Pembina : P5 UNDIP
Ketua : Slamet Riyadi
Sekretaris : Mujiono
Bendahara : Sukaton
Koordinator
RW 11 : Siswanto
RW 13 : Taufan
Anggota : Masyarakat RW 11 dan RW 13
Kelurahan Tandang (untuk sementara ini dan
kemungkinan diperluas di kemudian hari)
Sebagai modal awal dari kelompok paguyuban ini
untuk keberlanjutannya di kemudain hari telah
diberikan:
(1) Dana sebesar Rp. 3.000.000,-
(2) Pupuk kandang sebanyak 825 kg
(3) Pupuk urea sebanyak 50 kg
(4) Dana untuk penggantian air selama 3 bulan
angkaian kegiatan yang dilakukan P5
tidaklah berhenti setelah dilakukan
penanaman rumput akar wangi. Rumput
akar wangi baru bisa kuat setelah minimal 3
bulan penanaman. Untuk durasi tersebut
diperlukan pihak-pihak yang bertanggung jawab
yang mampu menjaga keberlangsungan rumput
akar wangi.
Kegiatan monitoring dan evaluasi adalah
agenda yang harus dijalankan bersama-sama.
Kegiatan ini perlu dilakukan untuk memberikan
tongkat estafet secara resmi dari P5 UNDIP
sebagai penanggung jawab kepada pihak
Kelurahan Tandang, termasuk pemeliharaan
keberlangsungannya sehingga nilai kemanfaatan
dari kegiatan yang telah dilakukan dapat tetap
terjaga di kemudian hari.
Selain disepakati terbentuknya paguyuban
kelompok Akar Wangi Kelurahan Tandang
sebagai penerima tongkat estafet tanggung jawab,
pada pertemuan disusun pula susunan organisasi
yang bertanggung jawab.
R
“PAGUYUBAN AKAR WANGI KELURAHAN TANDANG“
Tim P5 UNDIP foto bersama tokoh
dan masyarakat Kelurahan Tandang
Modal awal tersebut diberikan untuk menjamin
kegiatan pecontohan yang dilakukan memberikan
nilai kemanfaatan maksimal. Selain itu dari 6 lokasi
penanaman salah satunya dijadikan sebagai kebun
bibit. Rumput akar wangi yang ada pada kebun bibit
ini nantinya akan menjadi bibit-bibit yang akan
direplikasi pada daerah-daerah lain yang rawan akan
ancaman bencana longsor.
Adapun mekanismenya di kemudian hari
menjadi tanggung jawab dari pengurus Paguyuban
Akar Wangi Kelurahan Tandang. P5 UNDIP
selanjutnya hanya akan menjadi pembina/konsultan
sekaligus narasumber teknis jika di kemudian hari
kelompok paguyuban ini menghadapi kesulitan.
Dengan adanya Kelompok Paguyuban Akar
Wangi ini, maka akan sangat berguna sekali
keberlanjutan program di masa yang akan datang
termasuk di dalamnya adalah pengelolaan kebun
bibit rumput akar wangi sehingga nilai
kemanfaatannya tetap terjaga.
CERITA SUKSES ari pelaksanaan kegiatan yang dilakukan
selama 3 bulan di Kelurahan Tandang terdapat
beberapa pencapaian yang berhasil terkait
dengan dampak jangka panjang terkait dengan
adaptasi terhadap perubahan iklim.
Dari proses pelaksanaan FGD yang didesain
sebagai suatu kegiatan proses pembelajaran bersama
(2 arah) telah terjadi peningkatan pengetahuan dan
wawasan tentang perubahan iklim dan global
warming maupun bentuk-bentuk adaptasi terhadap
perubahan iklim yang terjadi di dunia.
Dengan bekal pengetahuan tersebut setelah
kegiatan yang dilakukan Tim P5 UNDIP di
Kelurahan Tandang telah selesai, masyarakat tetap
bisa melanjutkan visi misi yang dibawa program di
lingkungannya (Kelurahan Tandang) di masa yang
akan datang.
Tim P5 UNDIP memberikan modal untuk
Paguyuban Akar Wangi Kelurahan Tandang
D
Melalui berbagai proses pembelajaran tersebut,
dapat disimpulkan cerita sukses dari kegiatan yang
telah berjalan selama ini, yaitu :
Kegiatan “Adaptasi Menghadapi Dampak
Perubahan Iklim (Bencana Tanah Longsor
dan Angin Puting Beliung) di Kelurahan
Tandang” berhasil membuat dokumen action
plan adaptasi perubahan iklim berbasis
masyarakat melalui metode partisipatif.
Terdapat kelompok masyarakat yang
berpartipasi aktif dan dapat dijadikan sebagai
kader masyarakat dalam adaptasi bencana
tanah longsor dan puting beliung. Kelompok
masyarakat ini dibentuk oleh masyarakat
sendiri dengan nama “Kelompok Paguyuban
Akar Wangi Kelurahan Tandang” sebagai
upaya pengembangan kapasitas kelembagaan
di tingkat masyarakat lokal.
Lahan seluas 506 m2 di RW 11 dan RW 13
Kelurahan Tandang berhasil ditanami
bersama oleh warga sekaligus mempersiapkan
kegiatan pengembangan penanaman vetiver
dilokasi lain dengan adanya kebun bibit.
Kebun bibit ini dipersiapkan apabila ada
warga lain yang menginginkan penanaman
vetiver untuk menahan erosi disekitar mereka
dengan mekanisme yang akan disepakati
bersama dengan kelompok pemelihara rumput
akar wangi (Paguyuban Akar Wangi
Kelurahan Tandang).
Rencana Aksi Lokal Kelurahan Tandang Juli, 2010
BENTUK ADAPTASI FISIK DAN LINGKUNGAN
KEGIATAN PRIORITAS
Pengadaan TPST (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu) 1
Penghijauan sesuai karakteristik lokasi 2
Pembangunan talud sesuai karakteristik lokasi (kombinasi vertiver) 2
Sistem peringatan dini (Sarpras, Mekanisme, Kelembagaan) 3
Penataan drainase 4
Pengerukan sungai 5
BENTUK ADAPTASI EKONOMI
KEGIATAN PRIORITAS
Pengembangan Industri Kerajinan Rumah Tangga 1
Pengembangan Kelompok Usaha Komoditas Lokal 2
Pengembangan Kelompok Usaha Ternak (Sapi, Kelinci, Kambing) 3
BENTUK ADAPTASI SOSIAL & KELEMBAGAAN
KEGIATAN PRIORITAS
Pembuatan Media Informasi Adaptasi Perubahan Iklim 1
Pembentukan Dan penguatan Lembaga Lokal Tanggap Bencana 2
Penyusunan Rencana Aksi Adaptasi Perubahan Iklim 3
Pembentukan Dana Bencana 4
Tabel prioritasi diatas merupakan hasil dari
proses FGD 4 yang dilakukan oleh masyarakat
dengan pendampingan oleh fasilitator
berdasarkan supply - demand masyarakat
Kelurahan Tandang.
Hasil prioritasi tersebut terbagi menjadi 3
bentuk adaptasi yang pembagiannya berdasarkan
materi pembahasan tiap aspek. Tabel pertama
membahas bentuk adaptasi pada aspek fisik dan
lingkungan, yang kedua membahas bentuk
adaptasi aspek ekonomi dan yang terakhir dengan
materi bahasan bentuk adaptasi aspek social &
kelembagaan.
Proses diskusi ditiap kelompok tersebut
dilaksanakan dengan penyampaian aspirasi dan
tukar pengetahuan masyarakat berdasarkan dari
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
bersama. Seluruh informasi secara langsung
ditulis pada kertas metaplan, kemudian dilakukan
penyusunan bersama - sama.
Penggalian informasi tersebut dilakukan
dengan metode metaplan, dimana informasi
disampaikan secara lisan lalu dituliskan pada
kertas metaplan yang ditempelkan pada kertas
plano dan selanjutnya masyarakat menentukan
sendiri prioritas bentuk-bentuk adaptasi yang
sesuai dengan kebutuhannya mulai dari kriteria
sangat mendesak, mendesak, cukup mendesak,
kurang mendesak. Prioritasi tersebut pada
akhirnya akan digunakan untuk rencana aksi
adaptasi terhadap perubahan iklim di Kelurahan
Tandang.
27 Rencana Aksi Lokal Kelurahan Tandang Juli, 2010
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Gdg.B Lt.2 R.B203
Kampus UNDIP Tembalang - Semarang
Phone/Fax : +62 24 76480583
Email : [email protected]
Website : www.p5undip.org
P5 - UNDIP