relasi manusia dengan binatang dalam theologi...

128
RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDU SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag) Oleh: Hendri Purnawan NIM: 1112032100037 PRODI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

Upload: others

Post on 05-Sep-2019

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM

THEOLOGI HINDU

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S. Ag)

Oleh:

Hendri Purnawan

NIM: 1112032100037

PRODI STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 2: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang
Page 3: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang
Page 4: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang
Page 5: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

v

ABSTRAK

Skripsi ini mengulas tentang”relasi manusia dengan binatang dalam

theologi Hindu”. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat suatu fenomena relasi

manusia dengan binatang khususnya sapi dan anjing.

Binatang suci memang sudah dapat dijumpai ketika masa prasejarah. Umat

Hindu sangat menghormati binatang tidak lepas dari dalam ajaran Tri Hita Karana

dijelaskan bahwa mengajarkan umat manusia untuk menciptakan hubungan yang

harmonis dengan Tuhan, dengan sesama manusia, dan dengan alam semesta.

Dalam penelitian penulis memakai pendekatan teologis sebagai pisau

analisis dalam melihat fenomena yang ada di agama Hindu khususnya relasi

manusia dengan sapi dan anjing. Pendekatan teologis menghendaki bahwa

menggambarkan objek yang diteliti berdasarkan pada data primer maupun data

sekunder. Pendekatan ini dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai

sesuatu kepercayaan manusia kepada Tuhan, dengan jalan mendeskripsikan

sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.

Hasil temuan dilapangan menunjukkan, pertama relasi manusia dengan

sapi, sapi binatang yang sakral, sapi harus dihormati, sapi memberikan manfaat

bagi manusia, daging sapi dianjurkan tidak dimakan. Sapi itu merupakan binatang

konserfasi yang harus dijaga atau dilindungi oleh manusia karena sapi itu sendiri

sudah membantu manusia khususnya para petani sebagai alat membajak sawah.

Selain itu, sapi bisa menjadi komoditas yang bisa menghasilkan bagi keseharian

seluruh umat manusia.

kedua relasi manusia dengan anjing, anjing sangat membantu aparat

kepolisian dalam menuntaskan persoalan-persoalan yang sangat akut seperti kasus

pembunuhan, korupsi, karena anjing mempunyai indria penciuman yang sangat

kuat dari binatang lainnya. Dan upacara Bhuta yadnya anjing digunakan kurban

dalam upacara karena manusia ingin membantu anjing itu sendiri. Karena sifat-

sifat anjing pada dasarnya kotor atau jelek. Anjing digunakan upacara untuk

menghilangkan sifat tersebut kelak rohnya menjadi lebih baik (manusia) yang

disebut dengan reinkarnasi.

Keyword: Manusia, Sapi, Anjing

Page 6: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan serta

cucuran nikmat yang telah diberikan. Melalui pertolongan-Nya skripsi ini

terselesaikan dengan baik yang berjudul “RELASI MANUSIA DENGAN

BINATANG DALAM THEOLOGI AGAMA HINDU”. Shalawat serta salam

terhaturkan keharibaan Kanjeng Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan

sahabatnya, serta pengikutnya yang tercerahkan di jalan Allah SWT.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan penulisan skripsi

ini terdapat banyak uluran tangan dari berbagai pihak. Mulai dari niat sampai

menyelesaikan penulisan ini, penulis merasa mendapatkan banyak manfaat berupa

ilmu pengetahuan, pengalaman baru dalam penulisan karya ilmiah dan melatih

kesabaran. Penulis yakin tanpa dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik

yang bersifat pribadi maupun suatu lembaga tidaklah mungkin skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu ucapan terima kasih yang sedalam-

dalamnya penulis sampaikan kepada pihak-pihak, terutama kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis, MA, selaku Rektor Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Media Zainul Bahri, selaku Ketua Prodi Studi Agama-agama.

Page 7: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

vii

4. Ibu Dra. Halimah SM, M.Ag, selaku Sekretaris Prodi Studi Agama-agama dan

sekaligus selaku Penasehat Akademik penulis.

5. Ibu Dra. Hj. Hermawati, MA, sebagai Pembimbing Penulisan Skripsi ini,

yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga pikiran dan kesabaran dalam

memberikan arahan, motivasi serta bimbingan kepada penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua orang tua tercinta ayahanda Papa Rasuto dan Mama Horriyah, yang

telah mendidik, memberikan dukungan baik secara moril maupun materil dan

tidak lepas do’a dan restunya beliau demi kelancaran studi dan penulisan

skripsi ini.

7. Ibu Dra. Hj. Hermawati, MA, sebagai penguji dalam ujian kompre, yang telah

meluangkan waktu, tenaga pikiran dan kesabaran dalam menguju. Sehingga

penulis dapat menyelesaikan dan lulus dalam ujuannya.

8. Segenap dosen pengajar di Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang bersedia membekali pengetahuan selama penulis belajar di

Fakultas Ushuluddin.

9. Petugas Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Ushuluddin,

Perpustakaan Nasional dan Penerbit buku Hindu Paramita yang telah

menyediakan referensi dalam bentuk buku yang dibutuhkan oleh penulis.

10. Pengurus Pura Jala Siddhi Amertha Juanda Surabaya, Pemangku Agus Wijaya

selaku narasumber yang selalu menyambut kedatangan penulis dan tidak

segan-segan memberikan apapun yang penulis butuhkan dalam skripsi ini.

Page 8: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

viii

11. Para narasumber, baik pemangku, tokoh, guru, pemerintahan kementrian

Agama bimas Hindu Jawa Timur dan penganut agama Hindu di Pura Jala

Siddhi Amertha Juanda Surabaya selaku narasumber yang menyambut

kedatangan penulis dengan ramah, baik, dan tidak segan-segan memberikan

informasi, masukan yang penulis butuhkan dalam skripsi ini.

12. Wahed Mannan, S.Sos, selaku paman yang selalu setia dalam membantu

memberikan arahan, motivasi dan bimbingan beliau baik moril maupun

materil dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

13. Kakek Sukari, Nenek Biyati, Paman Lukman Hakim, Bibik Endang

Susilawati, dan Adik-adik tersayang Abdul Latif, Anis Sholehatun Nadiroh

dan Ahmad Dani Maulidi yang selalu memberikan suport dan do’a untuk

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

14. Kanda Sabran Sanaf S.Psi, Kanda Idris Hemay M.Si, Kanda Abdus Saleh

Meller S.Ag, Kanda Helmiyono, Kanda Muhawi S.Pd, Kanda Sapraji S.Th.I,

Kanda Kurniyadi, S.Sos, Kanda Supriyono Hemay S.S, Kanda Suhardi S.Sos,

Kanda Sutarji, Kanda Herman Siswanto, Kanda Abdul Wafi, Kanda Kholili

S.Si, Yunda Suliyati Sanaf S.Th.I, Yunda Nia Trisnawati M.Pd, Yunda

Atifatul Uyun Elvas, Yunda Fatimatuz Zahroh, S.Sos, selaku senior yang

selalu memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

15. Sahabat-sahabat terdekat Prodi Studi Agama, Aqidah Filsafat Islam, Tafsir

Hadis, dan Komunitas anak Madura Kampung Utan, Moh Faisal As’adi,

Page 9: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

ix

S.Sos, Khairil Anwar, Bambang Romaidi, Ihwanul Arifir Rahman, Khairul

Ulam, Walid, Achmad Sufaili Muslim, Mohammad Rifky Nuris, Muniri,

Achmad Rofiq, A. Saiful Rijal, Mohammad Farid, Robiatun Jamilah, Ilma

Inayah Diana, Kurratul Aini, Nita Nur Ningsih, Nory Fitriani Fajrin dan

sahabat jurusan Jamiludin S.Ag, Riswandi, S.Ag, Ahmad Fauzi, Hidayatullah,

Rizqi Subagiyah, Adelina Fauziah S.Ag, Elvita Fatchiyyatus Sa’adah, dan

seluruh angkatan 2012. Sahabat Tafsir Hadis Setia Ningsih Vera Dinajani dan

sahabat Ilmu Hukum Livia Amalia

16. Bapak Abdulwafi, Ibu Samia, Mbak Wakiah, Ghazali, Sari Yuliandari dan

Adik-adik tersayang Ahmad Fakih Farizi, Fiftye, Siti Qomariyah, Siti Ratna

Annajah, Moh. Alfian Maulidi, terima kasih atas do’a dan restunya yang

selama ini sudah berikan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

17. Dian Susilawati kekasih tercinta yang selalu memberikan semangat, suport,

motivasi kehidupan dan do’a untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Mudah-mudahan semua amal baik mereka diterima oleh Allah SWT, dan

mendapatkan balasan yang setimpal dari-Nya. Akhirul kalam, ibarat tiada gading

yang tak retak, mudah-mudahan skripsi yang masih jauh dari sempurna ini dapat

bermanfaat bagi penulis dan para pembaca. Amin.

Jakarta, 13 November 2018 M

Penulis

Page 10: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

x

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ................................................................................................ i

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv

ABSTRAK ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ........................................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 9

D. Landasan Teori ........................................................................................... 10

E. Metode Penelitian ....................................................................................... 10

F. Sistematika Penulisan ................................................................................ 13

BAB II KONSEP MANUSIA DAN BINATANG MENURUT AGAMA HINDU

A. Pengertian Manusia menurut agama Hindu ............................................... 15

1. Pengertian Manusia .............................................................................. 15

a. Teks Suci tentang Manusia ............................................................ 17

b. Filasat Syamkhya ..................................................................................... 18

c. Mitologi ................................................................................................... 19

2. Hakekat Manusia .................................................................................. 20

3. Tujuan Hidup Manusia ......................................................................... 21

B. Pengertian Binatang menurut agama Hindu .............................................. 22

1. Pengertian Binatang ............................................................................. 22

a. Teks Suci tentang Binatang ............................................................ 24

b. Filsafat Alam Semesta .................................................................... 24

c. Mitologi .......................................................................................... 25

Page 11: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

xi

2. Penciptaan Binatang-Binatang ............................................................. 26

a. Tuhan Benih Semua Makhluk ........................................................ 26

b. Binatang Berinkarnasi Menjadi Manusia ....................................... 27

c. Tumbuh-tumbuhan dan Binatang sebagai Komoditi Yadnya ........ 27

3. Binatang-Binatang yang Suci ............................................................... 28

a. Vahana Devata ............................................................................... 28

1) Garuda ................................................................................ 30

2) Naga ................................................................................... 31

3) Kurma (empas) ................................................................... 31

4) Hamsa (angsa) .................................................................... 32

5) Maruya (merak) .................................................................. 32

6) Barong ................................................................................ 33

BAB III UPACARA-UPACARA KEAGAMAAN HINDU DI INDONESIA

A. Bhuta Yadnya ............................................................................................. 35

1. Fungsi dan Makna Upacara Bhuta Yadnya ......................................... 37

a. Bermakna sebagai Pengeruat ............................................................ 37

b. Bermakna sebagai Kesejahteraan ..................................................... 38

c. Bermakna sebagai Peleburan Dosa .................................................. 39

d. Bermakna sebagai Korban Suci ....................................................... 39

2. Perangkat Upacara Bhuta Yadnya ...................................................... 43

a. Sanggah Cucuk ................................................................................. 43

b. Tengala, Lampit, dan Tulud ............................................................. 44

c. Api Prakpak ...................................................................................... 44

d. Sapu Lidi .......................................................................................... 44

e. Kulkul ............................................................................................... 44

f. Arak Berem ....................................................................................... 45

g. Daun Nagasari .................................................................................. 45

h. Kober Rsi Gana ................................................................................ 45

B. Upacara Tumpek Kandang ......................................................................... 46

Page 12: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

xii

1. Tinjauan Filosofis Tumpek Kandang ................................................... 46

a. Tumpek Kandang versus Binatang untuk Persembahan, sebuah

Kontradiksi ..................................................................................... 46

2. Keterkaitan Tumpek Kandang dengan Budaya, Adat Istiadat, dan

agama Hindu di Bali ............................................................................. 47

a. Binatang dalam Kehidupan Orang Bali ......................................... 47

b. Ternak dan Peternakan dalam Budaya Hindu Bali dan

Keterkaitannya dengan Adat Istiadat Bali ...................................... 49

3. Tumpek Kandang dan Pembangunan Sosial Ekonomi di Bali ............ 50

a. Tumpek Kandang dan Kebebasan Berekonomi ............................. 50

b. Tentang Korban Binatang dalam Upacara (Epilog: Wayan

Supartha) ........................................................................................ 51

BAB IV ANALISIS RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM

THEOLOGI HINDU

A. Sapi dalam Kekawin Ramayana ................................................................. 53

B. Anjing ......................................................................................................... 59

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 64

B. Saran ........................................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 67

LAMPIRAN

Page 13: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia memiliki kebudayaannya masing-masing, dan masing-

masing manusia tersebut mewujudkan kebudayaannya dalam bentuk ide-ide,

gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan yang ada pada masyarakat,

dan suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam

masyarakat, serta benda-benda hasil karya manusia.

Berdasarkan pengamatan sehari-hari yang diajarkan, bahwa manusia

terdiri dari dua bagian, yaitu bagian yang tampak dan yang tidak tampak. Pada

zaman Upanisad, atman dipandang sebagai bagian terkecil dari Brahman.

Bukanlah segala sesuatu yang mengalir dari Brahman. Baik tubuh maupun jiwa

manusia mengalir keluar dari Brahman yaitu sebagai bagian yang kasar dan yang

halus.1

Demikian manusia adalah Brahman sendiri, yang penuh dengan tenaga

ilahi. Napasnya, akalnya, segala yang panas dan yang cair pada manusia,

tubuhnya dengan segala anggotanya, semuanya itu adalah tempat tenaga atau

daya-daya ilahi. Manusia adalah mikrokosmos yang mengandung di dalamnya

seluruh makrokosmos.2

1Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Budha (Jakarta: Gunung Mulia, 2010), h. 57.

2Hadiwijono, Agama Hindu dan Budha, h. 57.

Page 14: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

2

Agama Hindu pada masa awal telah mengenal penyembahan terhadap

binatang-binatang, terutama binatang lembu, begitu juga penyembahan terhadap

kekuatan alam semesta, juga penyembahan terhadap jenis kelamin binatang itu

dengan suatu kepercayaan bahwa alat inilah yang menyebabkan kejadian, dan

Tuhan ini mereka namakan Linga yang diambil dari kata berbahasa Inggris

“Link” yang berarti hubungan dan ikatan.

Dilihat dari makna perilaku binatang itu sendiri bila anjing peliharaan

melolong sepanjang malam, maka bermakna sebagai tanda bahwa kita akan

mendengar kabar yang kurang baik, dimana salah satu anggota keluarga kita ada

yang sakit atau tertimpa musibah. Ada juga bila terjadi sesuatu ketika binatang-

binatang liar berbondong-bondong turun gunung bila binatang-binatang liar

penghuni hutan lereng gunung berapi (seperti harimau, kijang, monyet, ular, dll)

berbondong-bondong turun gunung, itu suatu tanda gunung akan segera meletus.3

Secara filosofis binatang di India dulu tidak terlalu membumi dan tidak

ada upacara-upacara tentang binatang. Adanya akulturasi peradaban bangsa

Drawida dengan bangsa Arya. Bangsa Drawida lebih suka hidup dengan pertanian

dan mereka cinta kedamaian sedangkan bangsa Arya pada hakekatnya adalah

bangsa yang bertenak. Peradaban bangsa Drawida agamanya, mereka memuja

seorang dewi tertinggi yang dianggap sebagai ibu alam. Selain itu mereka juga

memuja binatang-binatang, umpamanya: ular, lembu, dan sebagainya. Peradaban

bangsa Arya setelah menetap di India, baru mereka belajar bercocok tanam dari

3Qi Manteb Sari (Desta), Primbon Dewata Seri Mitologi Tanaman, Binatang, Dan

Makhluk Halus (Surabaya: Paramita, 2013), h. 39-46.

Page 15: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

3

bangsa Drawida, sehingga lambat-laut mereka menjadi petani.4 Dengan ini ada

sebuah kombinasi antar kedua bangsa sehingga menimbulkan kesejahteraan.

Dalam hal ini terdapat seperti sapi, dimana sapi itu di buat alat trasportasi,

membajak sawah. Dari sinilah timbul hubungan manusia dengan binatang yang

saling harmonis.

Hal ini juga di jelaskan bahwa ada seorang pendeta amat miskin bernama

Sri Dharma Swami, dengan tekun melaksanakan brata serta memuja Sanghyang

Siwa setiap hari, dianugerahkan seekor lembu yang bagus berbulu hitam mulus.

Pendata tersebut memelihara lembu tersebut dengan penuh kesabaran dalam

beberapa bulan kemudian atas kehendak Hyang Widhi makin lama makin

bertambah satu, dua, tiga, sampai dua puluh ekor.5 Dari sinilah kita tarik dimana

manusia dengan binatang sangat dekat dengan penuh kasih sayang dari manusia.

Untuk melindungi dunia, devata, para pendeta, orang-orang suci, dan kitab

suci, kebenaran dan kemakmuran, Tuhan Yang Maha Esa mengambil “wujud”

(Bhagavata Purana 8.24.5.). Sejarah penciptaan alam semesta ini terbentang

dalam 10 siklus utama penjelmaan-Nya yang disebut dengan yuga avatara seperti

yang disebutkan dalam Matsya Purana 285.67 yang terdiri dari sepuluh

penjelmaan masing-masing sebagai berikut: “Ikan, Kura-kura, Babi Hutan,

Manusia-singa, Orang Kerdil, Parasu Rama, Rama (yang sangat menawan),

4Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Budha (Jakarta: Gunung Mulia, 2010), h. 11.

5Padandha Nyoman Pidhadha dan Padandha Ketut Pidhadha, Tantri Kamandaka

(Nandhaka Harana) Teks dan Terjemahan dalam Bahasa Indonesia (Surabaya: Paramita, 2006),

h. 148.

Page 16: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

4

Krsna, Buddha, dan Kalki”. Kalki disebut belum turun dan di antara sepuluh

avatara itu, Krsna diyakini sebagai Sang Purnavatara oleh para Vaisnava.6

Dalam masyarakat Bali terdapat upacara-upacara keagamaan yang

berkaitan dengan mensucikan atau menghormati binatang. Upacara tersebut ada

yang berkaitan dengan upacara korban atau sesajen untuk Dewa-dewa, leluhur

dan juga upacara mensucikan binatang. Contohnya upacara pitra yadnya, upacara

tumpek kandang. Upacara tumpek kandang ritual yang berkaitan dengan

keberadaan binatang secara keseluruhan.7 Sedangkan upacara pitra yajnya ritual

yang berkaitan dengan pengorbanan yang melibatkan binatang dan berkaitan

dengan bebanten dalam tingkat pengambilan karya nista, madya, utama.8

Binatang suci atau binatang mitos memang sudah dapat dijumpai ketika

masa prasejarah. Demikian pula ketika sejarah umat manusia mulai ditemukan,

mulai dikenalnya tulisan, kepercayaan kepada binatang-binatang mitos atau

binatang yang suci masih tetap berlangsung. Dalam kitab suci Veda dijelaskan

tentang binatang suci seperti garuda, angsa, naga, dan lain-lain. Binatang-binatang

tersebut ada yang merupakan gambaran perwujudan-Nya, ada juga yang berfungsi

sebagai Vahana para devata.9

Kalau kita mempelajari dasar hukum Kitab Suci Weda tentang keagungan

sapi, umat manusia yang memakan daging sapi bisa lebih menghormati pantangan

6I Made Titib, Teologi dan Simbol-Simbol dalam Agama Hindu (Surabaya: Paramita,

2003), h. 408-409. 7I Dewa Gede Alit Udayana, Tumpek Kandan; Kearifan Lokal Bali untuk Pelestarian dan

Pengembangan Sumber Daya Ternak (Denpasar: Pustaka Bali Post, 2008), h. 40. 8Ida Ayu Putu Surayin, Seri V Upakara Yajna; Pitra Yadya (Surabaya: Paramita, 2002),

h. 86. 9I Made Titib, Teologi dan Simbol-Simbol dalam Agama Hindu (Surabaya: Paramita,

2003), h. 384.

Page 17: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

5

umat yang tidak memakan daging sapi. Dengan demikan lebih terjalin rasa

kerukunan dan adanya toleransi yang baik.10

Harus diketahui bahwa alam semesta ini merupakan sebuah Pohon

Keinginan Raksasa, yang cabang-cabangnya menjangkau setiap hati manusia.

Proses yang mengatur alam semesta ini menentukan bahwa pada suatu saat atau di

lain kata, baik di dalam dunia maupun dunia yang akan datang, semua keinginan

ini dikabulkan, beserta seluruh akibatnya juga. Jadi yang ada di alam semesta ini

kita harus saling menghormati terutama binatang dan makhluk yang lainnya. Hal

ini untuk menghindari hukum karma, karena kalau kita melakukan perbuatan

buruk nanti ada hukum karma. Jika perbuatan kita jelek itu bisa menyebabkan kita

lahir kembali, tetapi kita tidak tahu apakah kita lahir seperti apa. Tetapi, ada

contoh orang lahir menyerupai binatang, hal itu yang harus kita ketahui. Dari

situlah manusia harus saling menghargai sesama makhluk.

Manusia sebagai mahluk mulia bukan hanya diperintah untuk memuliakan

Tuhan dan dirinya sendiri, namun manusia memperoleh kewajiban untuk

memuliakan semua ciptaan Tuhan. Pentingnya memuliakan semua ciptaan Tuhan

termasuk kepada para binatang, karena para binatang juga dianugerahkan oleh

Tuhan berupa deva pengendali (pengembala) untuk masing-masing hewan atau

binatang. Bahkan bukan itu saja, Tuhan juga masuk dalam tubuh semua makhluk

(sarva bhuta) termasuk dalam tubuh binatang, sehingga penghormatan atau

pemujaan kepada hewan-hewan tidak dapat dinilai semata-mata memberhalakan

10

Ketut Wiana, Darmayasa Keagungan Sapi Menurut Weda (Jakarta: Pustaka Manikgeni,

1993), h. 69.

Page 18: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

6

ciptaan. Namun karena Tuhan sendiri bersedia menempati setiap sudut hati semua

makhluk. Bagi seseorang yang tidak dapat menerima cara pemujaan kepada

Tuhan yang ada dalam tubuh binatang, dapat dilakukan dengan cara memuja

kepada manifestasi Tuhan yang mengendalikan (menggembalakan) binatang

tersebut.11

Dalam ajaran Tri Hita Karana dijelaskan bahwa mengajarkan umat

manusia untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan Tuhan, dengan

sesama manusia, dan dengan alam lingkungan, maka akan terwujud kehidupan

yang bahagia lahir batin. Dan juga di jelaskan dinamika alam yang harmonis

sesuai dengan hukum Rta akan menjadi sumber hidup dan kehidupan bagi umat

manusia dan makhluk hidup lainnya.12

Banyak orang mengartikan alasan orang-orang Hindu dan para penganut

peradaban dan filsafat Weda tidak makan daging sapi adalah karena mereka

memandang bahwa sapi itu sebagai ibu. Untuk menjelaskan hal ini, bukti-bukti

dari kitab Suci Weda pun perlu diungkapkan. Dengan demikian, akan lebih

mudah bagi kita untuk menerima, menyakini, dan melaksanakannya untuk tidak

memakan daging sapi. Maka, ajaran Weda yang menyatakan sapi sebagai ibu dari

seluruh dunia dan jelas dan nyata, yaitu Gavah Visvasyah Matarah.13

11

I Ketut Donder, Kosmologi Hindu; Penciptaan, Pemeliharaan, dan Peleburan Serta

Penciptaan Kembali Alam Semesta (Surabaya: Paramita, 2007), h. 346-347. 12

I Ketut Wiana, Tri Hita Karana; Menurut Konsep Hindu (Surabaya: Paramita, 2007), h.

5-21. 13

Ketut Wiana, Darmayasa Keagungan Sapi Menurut Weda (Jakarta: Pustaka Manikgeni,

1993), h. 69.

Page 19: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

7

Banyak orang yang mengatakan bahwa manusia memperoleh pengetahuan

ini dari Alam. Pengetahuan alami ini terdapat pada hewan dan burung-burung

dalam bentuk instink, namun dalam kasus manusia perlu dikembangkan secara

terus menerus. Semua manusia harus belajar, namun seekor laba-laba dapat

membuat jaringnya dan seekor burung dapat membangun sarangnya dengan

bantuan instink alaminya. Kita dapat dikatakan tentang contoh Bangsa Negro,

Kole, dan Bheel yang telah diberikan diatas, bahwa dapatkan mereka, ketika

hidup di tengah-tengah alam, memperlihatkan rasa kepingintahuannya tentang hal

itu, mereka akan mencapai Brahmajinana, namun mereka masih membunuh

binatang untuk memuaskan rasa lapar mereka. Namun para Rsi Veda tidak

berbuat seperti ini. mereka tidak melakukan kekerasan. Mereka mengasihi semua

makhluk hidup.14

Binatang-binatang diyakini sebagai binatang piaraan, wahana atau

tunggangan para dewa, berbagai manifastasi Tuhan Yang Maha Esa. Di dalam

Kitab Suci Veda dinyatakan Tuhan mengambil wujud sebagai garuda untuk

memberikan rasa aman dan kesejahteraan bagi umat manusia,15

demikian pula

angsa, merak, barong, dan lain sebagainya. Tuhan Yang Maha Esa dapat

mengambil wujud-wujud tertentu sebagai yang di dambakan oleh umat manusia.

Ia hadir berwujud atau tidak wujud (saguna atau nirguna), personal atau

impersonal sesuai dengan kemampuan manusia.

14

Mahendra Mittal, Intisari Veda: Pesan Tuhan untuk Mensejahterakan Umat Manusia

(Surabaya: Paramita, 1959), h. 29-30. 15

I Made Titib, Teologi dan Simbol-Simbol dalam Agama Hindu (Surabaya: Paramita,

2003), h. 386.

Page 20: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

8

Terdapat upacara korban yang diselenggarakan bersama oleh masyarakat

dibantu pejabat lain. Korban diselenggarakan di rumah-rumah atau di altar. Benda

yang dipesembahkan biasanya adalah benda-benda yang disukai oleh manusia

seperti susu, ghee dan kue-kue yang terbuat dari gandum atau beras. Kalau korban

tersebut berupa binatang, maka daging korban tersebut tidak mereka makan.

Menurut Robert D. Baird dan Alfred Bloom, korban binatang ini merupakan bukti

korban manusia yang pasti diterima oleh para dewa.16

Dengan demikian, penulis merasa tertarik untuk mengangkat tema relasi

manusia dengan binatang dalam theologi Hindu karena memang tradisi ini telah

terjadi pada zaman dulu sampai sekarang terutama di India maupun di Indonesia

khususnya umat Hindu di Bali.

Oleh karena itu, berdasarkan tradisi diatas penulis mencoba untuk

mengangkat sebuah judul,“Relasi Manusia dengan Binatang dalam Theologi

Hindu”.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

a. Pembatasan Masalah

Kiranya sangat menarik bagi penulis untuk mengangkat lebih lanjut

tentang Relasi Manusia dengan Binatang dalam Theologi Hindu, dengan latar

belakang di atas, penulis akan membatasi pembahasan pada permasalahan ini.

16

Rahmat Fajri, dkk., Agama-Agama Dunia (Yogyakarta: Jurusan Perbandingan Agama

Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga, 2012), h. 70.

Page 21: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

9

b. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis lebih menganalisis tentang

Relasi Manusia dengan Binatang dalam Theologi Hindu. Ada beberapa

pertanyaan yang harus dijelaskan. Agar penelitian ini mencapai hasil yang

diharapkan. Peneliti akan merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah

yang dimaksud dengan manusia dan binatang dalam theologi Hindu? 2.

Bagaimana relasi manusia dengan binatang dalam theologi Hindu?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini diarahkan

untuk mendapatkan jawaban atas rumusan masalah yang diajukan di atas yakni:

1. Untuk mengetahui Manusia dan Binatang dalam Agama Hindu.

2. Untuk mengetahui Relasi Manusia dengan Binatang dalam Theologi

Hindu.

b. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah Semoga menambah

wawasan serta pengetahuan bagi penulis maupun masyarakat umum dan juga

memberikan pengetahuan secara mendalam tentang Relasi Manusia dengan

Binatang dalam Theologi Hindu. Semoga Mahasiswa dapat pelajaran dan Ilmu

Pengetahuan yang lebih luas dan juga lebih menghormati sesama makhluk

Page 22: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

10

terutama binatang. Pada dasarnya hidup di Dunia kita harus saling berhubungan

dengan alam semesta dan binatang. Dan juga mengetahui lebih jelas mengenai

hubungan manusia dan binatang yang digunakan dalam upacara yajya yang

merupakan ajaran bagi umat Agama Hindu.

D. Landasan Teori

Keterhubungan antar variabel pada penelitian ini perlu penulis jabarkan

sehingga menjadi sebuah kerangka terori. Hal ini dimaksudkan agar pembaca

dapat pemahaman yang konperhensif dan menghindari terjadinya interpretasi

yang keliru dalam memahami maksud yang terkadung dalam penelitian ini.

Dalam skiripsi Totong Ma’ruf mahasiswa Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2013 yang membahas Sakralitas Sapi dalam Agama Hindu.

Dimana dalam skirispi ini lebih mendalami kesakralan sapi itu sendiri. Bedanya

penulis ingin lebih meluas dan mendalami relasi manusia dengan binatang dalam

theologi Agama Hindu dari pada sakralitas sapi dalam Agama Hindu..

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kepustakaan

(Library research) yaitu penelahaan terhadap berbagai literatur kepustakaan,

Page 23: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

11

misalnya buku, jurnal, internet maupun koran. Sumber-sumber tersebut dapat

dikategorikan ke dalam data primer dan data sekunder.17

2. Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.

bahwa penelitian kualitatif tidak dimulai dari teori yang dipersiapkan sebelumnya,

tapi dimulai dari lapangan berdasarkan lingkungan alami. Data dan informasi

lapangan ditarik maknanya dan konsepnya, melalui pemaparan deskriptif analitik,

tanpa harus menggunakan angka. Sebab lebih mengutamakan proses terjadinya

suatu peristiwa dalam situasi yang alami. Generalisasi tak perlu dilakukan sebab

deskripsi dan interpretasi terjadi dalam konteks dan situasi tertentu. Realitas yang

kompleks dan selalu berubah menuntut peneliti cukup lama berada di lapangan.

Penelitian ini agar dapat memberi gambaran tentang situasi, fenomena, masalah

atau suatu kejadian. Informasi tersebut dikumpulkan dengan menggunakan

berbagai variabel yang diukur dalam skala nominal atau ordinal (skala

pengukuran kualiatif) dan analisis dilakukan untuk membangun variasi tersebut.

Selanjutnya, penulis menggunakan pendekatan teologis, yaitu

menggambarkan objek yang diteliti berdasarkan pada data primer maupun data

sekunder. Pendekatan ini dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai

sesuatu kepercayaan manusia kepada Tuhan, dengan jalan mendeskripsikan

sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.18

Untuk

17

Mestikan Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2004), h. 3-5. 18

Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 20

Page 24: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

12

pengumpulan data-data, disini data dikumpulkan sesuai dengan sumber, metode,

dan istrumen pengumpulan data yang telah dinyatakan dalam kedua.19

3. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan Data, ada beberapa teknik yang akan digunakan

untuk mengumpulkan data, diantaranya sumber lapangan yaitu:

a. Teknik Wawancara

Yaitu penelitian yang diajukan secara lisan (pengumpulan data bertatap

muka dengan responden).20

Dan bertujuan pengumpulkan keterangan tentang

kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian mereka itu,

merupakan suatu pembantu utama dari metode observasi.21

Penulis melakukan

wawancara dengan beberapa informan tokoh agama 9 orang terdiri dari pemangku

dan guru, pemerintah 1 orang, umat Hindu 5 orang bagi pemeluk Agama Hindu.

b. Teknik Observasi

Teknik observasi yaitu mengamati dan mendengar dalam rangka

memahami, mencari jawaban, mencari bukti terhadap fenomena sosial-keagamaan

(perilaku, kejadian-kejadian, keadaan, benda dan simbol-simbol tertentu) selama

19

Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, h. 32. 20

Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, h. 52. 21

Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: PT Gramedia, 1977),

h. 129.

Page 25: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

13

beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang di observasi, dengan

mencatat, merekam, memotret fenomena untuk penemuan data analisis.22

c. Teknik Dokumenter

Dimana teknik bertujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengumpulkan

data-data dari beberapa dokumen seperti buku, kitab suci, surat kabar, majalah

dan lain-lain.

F. Sistematika Penulisan

Agar penulisan skiripsi ini bersifat sistematis, maka penulis membagi

menjadi lima bab, dimana pada setiap babnya terdiri dari sub-sub. Adapun

sistematisnya sebagi berikut:

BAB I Pendahuluan secara keseluruhan, isi pendahuluan ini merupakan

penjelasan-penjelasan yang serat hubungannya dengan masalah yang akan dibahas

dalam penulisan karya tulis. Hal ini terdapat beberapa hal yang harus di jelaskan

diantaranya, latar belakang masalah, dibagian ini mengemukakan alasan mengapa

penelitian atas topik yang diajukan penting dilakukan. Alasan ditulis secara naratif

tersebut harus diungkapkan secara menyakinkan, sehingga betul-betul dirasakan

sebagai suatu yang sangat penting dilakukan. Rumusan masalah, dimana di

dalamnya terdapat permasalahan, penulis ingin menanyakan yang penting dalam

permasalahan ini. Tujuan penelitian, bagian ini merupakan pernyataan tentang

22

Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2001), h. 167.

Page 26: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

14

hasil yang ingin diperoleh dari kegitan penelitian ini. Manfaat penelitian, bagian

ini mengemukakan pernyataan bahwa penelitian dilakukan memiliki nilai guna,

baik dari segi akademis maupun praktis. Metode Penelitian, bagian ini

menguraikan secara terperinci bagaimana dan melalui apa penelitian ini akan

dilakukan dan juga menggunakaan pendekatan apa untuk melakukan penelitian.

Sistematika penulisan, bagian ini menjelaskan pembagian bab keseluruhan,

disertai uraian singkat tentang isi masing-masing bab tersebut.

BAB II merupakan bab membahas konsep manusia dan binatang menurut Agama

Hindu, dimana akan dijabarkan secara detail mengenai manusia dan binatang itu

sendiri.

BAB III merupakan bab akan mendalami yang berkaitan dengan upacara-upacara

yang berkaitan dengan binatang, seperti tumpek kandang, bhuta yadnya di dalam

Agama Hindu.

BAB IV merupakan bab untuk menganalisis dan mendalami tentang relasi

manusia dengan binatang dalam theologi Hindu.

BAB V di bab ini penulis kan menyimpulkan dari seluruh bahasan dan masalah

yang menjadi fokus kajian serta merekomendasikan sejumlah saran terkait

hubungan ini.

Page 27: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

15

BAB II

KONSEP MANUSIA DAN BINATANG MENURUT AGAMA HINDU

A. Pengertian Manusia menurut agama Hindu

1. Pengertian Manusia

Manusia pertama menurut Hindu adalah Svambhu manu, yang artinya

makhluk berpikir pertama yang menjadikan dirinya sendiri. Jadi Svambhu

bukanlah nama seseorang. Secara etimologi kata manusia berasal dari kata manu

yang artinya pikiran atau berpikir. Manusia disebut manusia karena manusia

adalah makhluk berpikir. Manusia berasal dari kata manah yang artinya pikiran

dan berkembang menjadi manu karena terlahir dari pikiran Tuhan.1

Menurut konsep Hindu, manusia adalah kesatuan antara badan jasmani

dan jiwa (atman) menjadikan ia secara psikopisik terus berkembang. Secara

kosmologis, manusia (yang berupa kesatuan dan jiwa badan jasmaninya) yang

sering disebut mikrokosmos (bhuana alit) yang merupakan perwujudan dari

makrokosmos (bhuana agung). Menurut I Nengah Suka Arta, salah satu pegawai

Bimas Hindu di Kementrian Agama Jawa Timur, mengatakan bahwa manusia

merupakan ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena memiliki 3 dasar hidup

yang disebut Tri Pramana, yang terdiri sabda, bayu, dan idep. Dengan kekuatan

sabda manusia bisa berbicara antara satu dengan yang lainnya, dengan bayu

1I Ketut Donder, Kosmologi Hindu: Penciptaan, Pemeliharaan, dan Peleburan Serta

Penciptaan Kembali Alam Semesta (Surabaya: Paramita, 2007), h. 213.

Page 28: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

16

manusia bisa tumbuh berkembang dan bergerak, dan dengan idep manusia bisa

berpikir, dengan pikiran manusia bisa membedakan hal baik dan buruk

(bijaksana).2 Menurut Agus Wijaya selaku Pemangku Pura Jala Siddhi Amertha

Juanda, mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang lebih sempurna dari

pada tumbuhan dan binatang, manusia mempunyai tiga kemampuan namanya

bayu (tenaga), sabda (bisa bersuara), dan idep (berpikir), dan tidak ada pada

binatang maupun tumbuh-tumbuhan.3 Dan juga menurut Ketut Suardaka selaku

Pemangku Pura Jala Siddhi Amertha Juanda, mengatakan bahwa manusia adalah

makhluk yang mempunyai tiga kekuatan baik yaitu bayu, sabda, dan idep, idep

kelebihannya. Bayu kekuatan hidup, sabda itu bersuara atau berbicara, dan idep

ini adalah berpikir. Kelebihan manusia dibandingkan dengan binatang bepikir,

seperti manusia membuat rumah, dan sebagainya, bisa berpindah-pindah

kemudian manusia juga bisa memperbaiki yang rusak menjadi bagus, dan bisa

menjadi rusak.4

Agama Hindu menyebut manusia sebagai trisarira (tiga lapisan) yang

terdiri dari stula sarira, suksma sarira, dan antakarana sarira. Stula sarira

merupakan badan kasar atau jasmani, suksma sarira merupakan badan halus atau

rohani, sedangkan antakarana sarira merupakan atman yang menjadi sumber

kehidupan pada manusia.5 Manusia juga dikatakan sebagai makhluk Tri Pramana

2Wawancara Pribadi dengan I Nengah Suka Arta salah satu pegawai Bimas Hindu di

Kementrian Agama Jawa Timur, Surabaya, 9 Mei 2017. 3Wawancara Pribadi dengan Agus Wijaya selaku Pemangku Pura Jala Siddhi Amertha

Juanda, Surabaya, 8 Mei 2017. 4Wawancara Pribadi dengan Ketut Suardaka selaku Pemangku Pura Jala Siddhi Amertha

Juanda, Surabaya, 12 Mei 2017. 5I Wayan Watra, Filsafat Manusia dalam Perspektif Hindu (Surabaya: Paramita, 2006), h.

92.

Page 29: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

17

karena memiliki tiga kemampuan utama yaitu berpikir, berkata dan berbuat, yang

menyebabkan berbeda dengan makhluk lainnya. Dengan kemampuan berpikir,

berkata dan berbuat, manusia melakukan perbuatan baik dan perbuatan buruk

yang disebut subha asubha karma. Dengan mengutamakan perbuatan baik yang

disebut subha karma inilah manusia mampu menolong dirinya sendiri,

mengangkat dirinya dari kesengsaraan. Inilah keistimewaan lahir menjadi

manusia. Dimana tidak dimiliki oleh makhluk lain selain manusia.

Manusia memiliki kesempurnaan peralatan untuk mengantarkan dirinya

menemui penciptanya yaitu Tuhan. Dengan demikian pikiran manusia bisa

merobah nasibnya dan memperbaiki dirinya.6

Terdapat beberapa konsep dalam menjelaskan manusia dalam agama

Hindu yaitu: Teks Suci, Filsafat Syamhkya, Metologi.

a. Adapun Teks Suci tentang Manusia yaitu:

Sa vai naiva reme; tasmad akaki na ramate; sa dvitiyam aicchat; sa

haitavan asa yatha stri pumam sau samparisvaktau; sa imam evatmanam

dvedhapatayat, tatah patis ca pahit cabhavatam; tasmad idam ardha-

brgalam iva svah, iti ha smaha yajnavalkyah; tasmad ayam akasah striya

puryata eva tam samabhavat, tato manusya ajayanta. ( Brahadaranyaka

Upanisad 1.4.3)

Artinya: Dia (karena sendirian) sesungguhnya tidak merasa gembira.

Karena itu juga seseorang yang menyendiri tidak merasa gembira. Dia

(kemudian) menginginkan yang kedua, selanjutnya dia menjadi besar

6Cudamani, Pengantar Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: Yayasan Wisma

Karma Jakarta, 1987), h. 81.

Page 30: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

18

sebesar seorang wanita dan seorang laki-laki yang sedang berpelukan erat.

Dia yang menyebabkan adanya atma yang terbagi dua bagian. Maka

terjadilah pasangan suami istri. Oleh sebab itulah seperti kata-kata

Yajnavalkya; tubuh ini adalah sebagian (setengah) dari keseluruhan tubuh,

seperti setengah dari bagian dari buah yang bulat. Karena itulah ruang itu

dipenuhi oleh seorang istri. Dia menjadi menyatu dengan istrinya, dari

penyatuannya itu dihasilkan manusia.7 Dalam ajaran agama Hindu

manusia akan mengelami samsara untuk mencapai kelepasan. karena

manusia itu sendiri mempunyai keinginan- (Brh. Up. IV, 4,5). Dan

keinginan-keinginan manusia itu akan senantiasa memperoleh karma hasil

perbuatnnya. Demikian juga dalam upanisad manusia akan sampai pada

panteisme. Tuhan ada dalam segala sesuatu, dan manusia pada hakikatnya

adalah Tuhan.8

b. Adapun dalam Filasat Syamkhya yaitu:

1) Purusa

Samkhya membuat liama argumentasi untuk membuktikan adanya purusa:

(1) Kumpulan dari segala suatu yang ada di dunia ini ada tujuannya yaitu

demi sesuatau yang lain diluar dirinya. Artinya bahwa semua obyek-obyek

yang ada di dunia ini dimaksudkan untuk dimanfaatkan oleh seseorang

diluar dirinya sendiri. (2) Semua obyek yang dikenal memiliki unsur Tri

Guna. (3) Obyek-obyek yang ada di dunia ini termasuk pikiran, panca

indra dan intelek adalah suatu yang tidak sadar. Mereka semua tidak akan

7I Ketut Donder, Kosmologi Hindu; penciptaan, pemeliharaan, dan peleburan serta

Penciptaan Kembali Alam Semesta (Surabaya: Paramita, 2007), h. 148. 8Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Buddha (Jakarta: Gunung Mulia, 2010). h. 27.

Page 31: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

19

berfungsi tanpa pengarahan dari suatu yang memiliki kecerdasan murni.

(4) Praktri yang merupakan suatu yang dinamis yang dapat menghasilkan

suatu berupa produk. (5) Hidup ini mempunyai tujuan, tujuan itu adalah

pembebasan (Moksa) dari penderitaan. Dan juga teori Samkhya

menyatakan Purusa atau Jiwa sebagai berikut: (1) Roh itu ada karena ia

menjelma. (2) Ketidakadaannya tidak dapat dinyatakan dengan apapun

juga. (3) Roh itu berbeda dengan indrinya, pikiran dan akal. (4) Bersifat

langgeng, tidak pernah ada aktivutas, tidak mengalami perubahan tempat

maupun bentuk. (5) Ia tanpa sebab, menyusupi segala, namun bebas dari

segala ikatan dan pengaruh dunia obyek.

2) Prakerti

Prakerti adalah sebelum membuat, sebelum menciptaan. Ia merupakan

prinsip awal dari segala sesuatu. Prakerti adalah azas jasmani dari alam

semerta yang sangat lua, komplek dan dari unsur-unsur yang selalu

berubah. Sistem filsafat Syamkhya menunjukkan bahwa keseluruhan dari

dunia ini, termasuk badan, pikiran dan indra-indra ditentukan dan dibatasi

serta dibentuk oleh sebab akibat. Teori prakerti terdapat Sattwa adalah

elemen Prakerti yang memiliki sifat nikmat dan ringan. Rajas adalah

prinsip kegiatan sesuatu benda. Tamas adalah prinsip kepasifan dan

kenegatifan dalam benda atau objek.9

c. Adapun pula secara Mitologi yaitu:

9Ni Made Suwitri,”Samkhya Darsana,” artikel diakses tanggal 16 Maret 2019 dari

https://witriblog.wordpress.com/2019/3/16/syamkhya-darsana.html.

Page 32: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

20

Pada zaman upanisad, atma dipandang sebagai bagian terkecil dari

Brahman. Bukanlah segala sesuatu yang mengalir dari Brahman. Baik

tubuh maupun jiwa manusia mengalir keluar dari Brahman yaitu bagian

yang kasar dan yang halus.10

2. Hakekat Manusia

Konsep Hindu mengatakan bahwa manusia terdiri dari dua unsur, yaitu

jasmani dan rohani. Jasmani adalah badan, tubuh manusia sedangkan rohani

merupakan hakekat Tuhan yang abadi, kekal, yang disebut dengan Atman.

Manusia memiliki tiga lapisan badan yang disebut Tri Sarira yang terdiri dari

Stula Sarira, Suksma Sarira, dan Anta Karana Sarira. Stula Sarira atau raga

manusia dalam konsep Hindu terdiri dari unsur-unsur Panca Maha Bhuta yaitu

Pertiwi, Apah, Teja, Bayu, Akasa. Tubuh manusia merupakan Bhuana Alit atau

Bhuana Sarira. Proses terbentuknya pun sama seperti proses terjadinya Bhuana

Agung atau alam semesta. Sedangkan Suksma Sarira yaitu badan halus yang

terdiri tiga unsur yang disebut Tri Antahkarana terdiri dari manas atau alam

pikiran, Buddhi atau kesadaran termasuk didalamnya intuisi dan Ahamkara atau

keakuan atau ego. Dalam Suksma Sarira terdapat unsur halus dari Panca Maha

Bhuta yang disebut Panca Tan Matra yaitu ; Sabda, Sparsa, Rupa, Rasa, Gandha

membentuk berbagai indriya (Panca Buddhindriya dan Panca Karmendriya).

10

Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Budha (Jakarta: Gunung Mulia, 2010), h. 57.

Page 33: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

21

Sedangkan Anta Karana Sarira merupakan unsur rohani yaitu jiwatman sendiri

yang sifatnya sama seperti paramaatman, kekal abadi.11

Hakikat manusia adalah makhluk yang berakal budhi dan manusia disebut

juga atmaja, anuja, atau jadma, dan purusa. Pada hakikatnya manusia adalah

penjelmaan anu atau atom sedangkan percikan kecil dari Tuhan, manusia tersebut

atmaja, anuja, atau jadma, dan semua bersatu dalam diri manusia atau

membadan.12

3. Tujuan Hidup Manusia

Dalam Hindu, tujuan hidup manusia dikemas dalam konsep Catur

Purusartha. Yang terdiri dari empat bagian yaitu : Dharma, Artha, Kama Moksa.

Dharma merupakan ajaran kebenaran, sebagai pandangan hidup, tuntunan hidup

manusia. Artha yaitu yang berupa materi sebagai penopang kehidupan. Kama

merupakan keinginan dan Moksa yaitu bersatunya sang diri atau jiwatman dengan

Paramaatman. Jadi jelas dalam hidup manusia selalu memerlukan artha, kama dan

moksa. Namun dalam memenuhi artha dan kama harus berdasarkan dharma,

kebajikan dan kebenaran, bukan dengan cara-cara melanggar hukum, bahasa ini

sepadan dengan leteh (niat tidak suci). Penyatuan kepada yang hakekat merupakan

tujuan yang harus dicapai manusia dengan berdasarkan etika keagamaan dan

dharma yang telah ditentukan. Pembangkitan kesadaran bahwa kita merupakan

salah satu bagian dari pada esensi dunia ini merupakan hal yang harus dicapai

11

Ida Bagus Rai Adnyana, “Hakikat Manusia Hindu”, diakses dari

http://prajatinijabar.org/berita/hakikat-manusia-hindu.html, pada tanggal 5 Juli 2017 pukul 10.30. 12

I Gede Rudia Adiputra, dkk., Dasar-Dasar Agama Hindu (Jakarta: Lestari Karya

Megah, 2004), h. 37.

Page 34: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

22

agar pikiran dapat terbuka, menyadari hakekat sang diri. Harapan tersebut dapat

terwujud dengan mengimplementasikan ajaran dharma. Dalam pustaka suci Hindu

telah disebutkan bahwa menjelma menjadi manusia merupakan suatu

keberuntungan dan hal yang utama. Dengan manas atau pikiran yang dimiliki,

maka manusia dapat menolong dirinya sendiri dari keadaan samsara dengan jalan

suba karma yaitu berkarma atau berbuat yang baik. Kesadaran akan mampu

meluruskan pikiran yang selalu hanya mementingkan kehidupan duniawi.13

Karma dan reinkarnasi dimana dalam Brihardaranyaka Upanisad

memberikan suatu penjelasan yang lengkap tentang masalah kematian dan

reinkarnasi. Perbuatan manusia yang perbuatannya baik akan menjadi orang baik;

yang berbuat jahat akan menjadi orang jahat. Dan manjadi manusia suci dengan

perbuatan suci, menjadi kotor dengan perbuatan jahat.14

B. Pengertian Binatang menurut agama Hindu

1. Pengertian Binatang

Binatang dalam agam Hindu adalah salah satu makhluk hidup selain

manusia. Binatang adalah yang terdiri dari bayu adalah kekuatan nafas, Sabda

adalah kekuatan suara. Menurut Agus Wijaya selaku Pemangku Pura Jala Siddhi

Amertha juanda, mengatakan bahwa binatang adalah makhluk yang diciptakan

oleh Tuhan yang mempunyai dua kemampuan lebih sempurna dibandingkan

tumbuhan.15

Dan menurut Ketut Suardaka selaku Pemangku Pura Jala Siddhi

13

Ida Bagus Rai Adnyana, “Hakikat Manusia Hindu”, diakses dari

http://prajatinijabar.org/berita/hakikat-manusia-hindu.html, pada tanggal 5 Juli 2017 pukul 10.30. 14

I Nyoman Ananda, Agama Veda dan Filsafat (Surabaya: Paramita, 2006), h. 84-85. 15

Wawancara Pribadi dengan Agus Wijaya selaku Pemangku Pura Jala Siddhi Amertha

Juanda, Surabaya, 8 Mei 2017.

Page 35: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

23

Amertha Juanda, mengatakan bahwa binatang adalah makhluk yang mempunyai

dua kekuatan atau disebut dengan Dwi Pramana, binatang hanya mampu hidup,

hidupnya ada dua: diam dan bergerak sama binatang hanya bisa bersuara seperti

burung, harimau macam-macam suaranya, suaranya berbeda-beda sesuai dengan

karakternya. Binatang bisa berbuat hanya berdasarkan yeoni atau kekuatan yang

diberikan saja seperti membuat sarang seperti burung, pinter membuat sarang

tetapi sarang saja. Binatang juga tidak bisa memperbaiki hanya bisa merusak

karena yeoningnya yang diberikan oleh Tuhan ada dua, tidak bisa berpikir

masalahnya.16

Dan juga menurut I Nengah Suka Arta, salah satu pegawai Bimas

Hindu di Kementrian Agama Jawa Timur, mengatakan Binatang dalam

pandangan Hindu merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki derajat lebih

rendah dari manusia, karena hanya memiliki 2 dasar kehidupan yang disebut Dwi

Pramana yang terdiri dari sabda yang artinya suara dan bayu artinya tenaga hidup

atau gerak. Sehingga binatang hanya dapat tumbuh, bergerak dan bersuara saja.17

Pada binatang terdapat empat kelompok elektron yang besama-sama

menyelenggarakan fungsi hewani (animale functie), yang terdiri dari pernafasan

dan bergerak (nerveuze dan motorise functie). Keempat kelompok elektron itu

bersama-sama dan bebas dari ikatan dengan benda, menjelma menjadi roh hewani

(anima animalis). Hakikat roh hewani ditunjukkan oleh adanya sebab kemauan

yang berhubungan erat dengan nafsu atau insting. Nafsu atau insting itu yang

16

Wawancara Pribadi dengan Ketut Suardaka selaku Pemangku Pura Jala Siddhi Amertha

Juanda, Surabaya, 12 Mei 2017. 17

Wawancara Pribadi dengan I Nengah Suka Arta salah satu pegawai Bimas Hindu di

Kementrian Agama Jawa Timur, Surabaya, 9 Mei 2017.

Page 36: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

24

menyebabkan adanya rangsangan kemauan, jika tidak ada nafsu maka tidak ada

kemauan.18

Terdapat beberapa konsep dalam menjelaskan binatang dalam agama

Hindu yaitu: Teks Suci, Filsafat penciptaan Alam, Metologi.

1. Adapun Teks Suci tentang Binatang yaitu:

Maya tatam idam sarvam jagad avyakta murtina,

Matshani sarva bhutani na caham tesv avasthitah.

(Bhagavadgita IX. 4)

Artinya: Alam semesta ini diliputi oleh-Ku dengan wujud-Ku yang tak

nyata, semua makhluk ada pada-Ku, tetapi Aku tidak ada pada mereka.

Bijam mam sarva bhutanam viddhi partha sanatanam,

Buddhir buddhimatam asmi tejas tejasvinam aham.

(Bhagavadgita VII.10)

Artinya: Ketahuilah, wahai Partha, Aku ini adalah benih abadi dari

semua makhluk, Aku adalah akal dari kaum intelektual, Aku adalah

cemerlangnya sinar cahaya. 19

2. Adapun dalam Filsafat Alam Semesta yaitu:

Alam sebagai fenomena merupakan salah satu aspek bahasan darsana.

Dalam mengungkapkan keberadaan alam semesta, sistem filsafat

Syamkhya memegang peranan penting didalam sistem filsafat india.

Dalam ajaran filsafat Syamkhya mengatakan bahwa evolusi terjadi

18

I Ketut Donder, Kosmologi Hindu: Penciptaan, Pemeliharaan, dan Peleburan Serta

Penciptaan Kembali Alam Semesta (Surabaya: Paramita, 2007), h. 52. 19

I Ketut Donder, Kosmologi Hindu: Penciptaan, Pemeliharaan, dan Peleburan Serta

Penciptaan Kembali Alam Semesta, h. 111-113.

Page 37: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

25

membantu tercapainya tujuan purusa. Berkembangan Prakerti tiada

lain karena Purusa yang mempengaruhi tiga Guna itu. Tiga Guna

dalam keadaan seimbang dan terkendali maka belum terjadi

penciptaan. Ketika ketidak seimbangan dari ketiga Guna tersebut, yang

ada dalam Prakerti sebagai akibat pengaruh Purusa, maka

memunculkan perwujudan atas evolusi. Dengan kata lain Prakerti

berkembang karena pengaruh Purusa. Proses terjadinya alam semesta

ini merupakan Pramana (proses evolusi) yang berkembang menjadi

suatu kenyataan yang ada, suatu perubahan besar dari tidak ada

menjadi ada. Perkembangan Prakerti menjadi alam semesta

merupakan perkembangan yang terakhir.20

3. Adapun pula Mitologi Alam Semesta (binatang) yaitu:

Seluruh semesta termasuk bulan, matahari, galaksi daan planet-planet

ada di dalam telur. Telur ini dikelilingi oleh sepuluh kualitas dari luar.

Vayu Purana 4.72-73. Di akhir dari ribuan tahun, telur itu dibagi dua

oleh Vayu. Vayu Purana 24.73. Didalam Manusmrti1.13 dijelaskan

bahwa alam semesta ini dari telur emas, alam material diciptakan.21

Makara adalah makhluk mitologi Hindu. Makara mirip seperti buaya.

20

Ni Made Suwitri,”Samkhya Darsana,” artikel diakses tanggal 16 Maret 2019 dari

https://witriblog.wordpress.com/2019/3/16/syamkhya-darsana.html. 21

Diases dari www.narayanasmrti.com/konsep-penciptaan-alam-semesta-hindu-islam-

kristendan-secara-ilmiah.html, pada tanggal 16 Maret 2019.

Page 38: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

26

Namun, ada beberapa bagian tubuhnya yang mirip hewan lain. Makara

menjadi kendaraan Dewi Gangga dan Dewa Baruna.22

2. Penciptaan Binatang-Binatang

a. Tuhan Benih Semua Makhluk

Seorang yang tidak menyadari bahwa Tuhan ada pada semua makhluk

hidup tidak terkecuali pada binatang dan tumbuhan kerap memaki sesama

manusia dengan sebutan binatang. Sebagaimana yang diuraikan dalam kitab

Bhagavadhita; Tuhan adalah benih abadi dari setiap makhluk (Bhagavadgita VII

.10.). Risalah dalam kitab Manusmrti menguraikan bahwa setiap hewan-hewan .

merupakan manifestasi Manu sendiri (sebagaimana uraian kitab suci Manawa

Dharmasastra dan kitab Purana).

Dalam Brahmavaivarta Purana dengan sangat jelas menguraikan bahwa

ternyata, makhluk hidup seperti kayu, hewan berkaki dua hewan berkaki empat

dilahirkan oleh para rsi orang suci yang memiliki tingkat kesucian sama dengan

deva. Jika saja ajaran Purana ini meresap dalam setiap manusia, maka rasa cinta

kasih akan menyusup dalam semua jaringan sel tubuh dan cinta kasih itu akan

membuat air mata jatuh bercucuran ketika ada matanya melihat orang lain atau

makhluk lain yang menderita. Ini mungkin hayalan dan mimpi indah di siang hari

bolong. Tetapi hal itu akan menjadi pemandangan yang indah ketika era Satya

Yuga tiba.

22

Wila Wadiana,”Hewan ini dijadikan Kendaraan oleh Para Dewa dan Dewi,” artikel

diakses tanggal 16 Mare 2019 dari https://Bobo.grid.id/read/08680233/hewan-ini-dijadikan-

kendaraan-oleh-para-dewa-dan-dewi?page=all.html.

Page 39: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

27

b. Binatang Berinkarnasi Menjadi Manusia

Setiap sejenis kehidupan ingin berinkarnasi menjadi manusia. Jika

tumbuh-tumbuhan ingin menjelma hewan, sebaliknya hewan-hewan ingin

menjadi manusia. Hanya cukup disayangkan setelah menjelma menjadi manusia

tidak dapat mempertahankan kemanusiaannya akhirnya kembali menjadi

binatang. Contoh orang yang melakukan tindakan brunaha atau menggugurkan

bayi dalam kandungannya, karena semata-mata hanya untuk pertimbangan

kebaikan dirinya sendiri berakibat karma yang sangat buruk yakni ia akan lahir

dari kandungan srigala. (Slokantara 16).

c. Tumbuhan dan Binatang sebagai Komoditi Yadnya

Tujuan utama dari suatu keberadaan adalah untuk melakukan yadnya.

Hewan dan tumbuhan diciptakan adalah untuk yadnya dan juga melayani

kebutuhan atau kepentingan umat manusia. Tumbuhan dan hewan membaktikan

tubuhnya untuk dimakan oleh manusia. Tumbuhan dan hewan merasa sangat

bahagia ketika tubuhnya dimakan oleh manusia bijak. Karena sebelum tubuhnya

dimakan terlebih dahulu diadakan pemujaan untuk kesucian atma yang ada di

dalam tubuhn hewan dan tumbuhan tersebut. Agar kelak dapat menjelma menjadi

makhluk yang lebih tinggi statusnya. Karena faktor penyucian terhadap roh yang

ada pada binatang dan tumbuhan itulah kehadiaran manusia merupakan penolong

bagi makhluk lain.

Di dalam sloka (Manava dharmasastra V.31), penggunaan daging adalah

wajar untuk upacara “kurban”, hal mana dinyatakan peraturan yang dibuat oleh

Page 40: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

28

para deva, tetapi jika memaksa menggunakannya dalam hal yang lain adalah

peraturan yang cocok untuk para raksasa.23

3. Binatang-binatang yang Suci

Binatang suci atau binatang mitos memang sudah dapat dijumpai ketika

masa prasejarah. Demikian pula ketika sejarah umat manusia mulai ditemukan,

mulai dikenalnya tulisan, kepercayaan kepada binatang-binatang mitos atau

binatang suci masih tetap berlangsung. Dalam kitab suci Veda kita jumpai

informasi tentang binatang mitos seperti garuda, angsa, naga dan lain-lain.

Binatang-binatang tersebut ada yang merupakan gambaran perwujudan-Nya, ada

juga yang berfungsi sebagai Vahana para devata.24

Menurut Ketut Suardaka

selaku Pemangku Pura Jala Siddhi Amertha Juanda, mengatakan bahwa binatang

suci dan dihormati sebetulnya tidak suci dan dihormati tetapi tergantung fungsi

binatang itu dalam upacara seperti ayam bukan suci dan dihormati kita bunuh

dalam upacara.25

a. Vahana Devata

Vahana Devata adalah binatang-binatang dan burung-burung tertentu umumnya

digunakan sebagai Vahana Devata. Di atas binatang-binatang atau burung-burung

23

I Ketut Donder, Kosmologi Hindu: Penciptaan, Pemeliharaan, dan Peleburan Serta

Penciptaan Kembali Alam Semesta, h. 255-258. 24

I Made Titib, Teologi dan Simbol-Simbol dalam Agama Hindu (Surabaya: Paramita,

2003), h. 384. 25

Wawancara Pribadi dengan Ketut Suardaka selaku Pemangku Pura Jala Siddhi Amertha

Juanda, Surabaya, 12 Mei 2017.

Page 41: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

29

itu para Dewa dan Dewi duduk mengendarainya, seperti Visnu di atas garuda26

.

Vahana Devata adalah kendaraan Dewa-Dewa27

.

Dalam kitab Vamana Purana (9) memuat sebuah daftar tentang Vahana

devata, sebagai berikut: Gajah besar bernama Airavata, putih warna kulitnya, lahir

dari telapak tangan dewa Pudra adalah vahana untuk dewa Indra. Kerbau yang

ganas bernama Paundraka, warna tubuhnya hitam dan lahir dari keberanian dewa

Siva untuk dewa Yama. Simsumara, binatang air berwarna biru yang muncul dari

pikiran dewa Indra dan sebagai simbol lautan untuk dewa Varuna. Manusia yang

tinggi besar dan wajahnya menyeramkan, yang lahir dari kaki dewi Durga yang

matanya seperti roda kereta untuk dewa Kubera. Ular naga yang besar dan sangat

galak, anjing berbulu putih dan lembu jantan yang larinya sangat cepat untuk

Ekadasa Rudra (Dewa Rudra). Kereta dengan 500 angsa yang menariknya untuk

dewi Candra. Kereta ditarik oleh 12 ekor kuda yang digabungkan untuk dewa-

dewa Aditya. Gajah untuk Astavasu. Manusia untuk yaksa. Ular naga untuk para

Kinnara (Dewa-Dewa penari dan musik). Kuda untuk dewa-dewa Asvina. Kijang

bertanduk tanpa cabang untuk para Maruta (Dewa Petir).28

Menurut I Nengah Suka Arta, salah satu pegawai Bimas Hindu di

Kementrian Agama Jawa Timur, mengatakan bahwa Pada prinsipnya semua

binatang dalam pandangan Hindu harus dihormati dan disayangi, namun diantara

binatang yang paling dihormati bahkan disucikan adalah sapi. Dan Dasar umat

26

I Made Titib, Teologi dan Simbol-Simbol dalam Agama Hindu (Surabaya: Paramita,

2003), h. 384. 27

Sangayu Ketut Laksemi Nilotama, Makna Simbol Gelar Raja dalam Masyarakat Adat

Bali. Jurnal ITB J.Vis. Art dan Des., Vol. 3, No. 1, (2009), h. 45. Lihat:

http://journal.itb.ac.id/downloadphp?file=D09097.pdf. 28

I Made Titib, Teologi dan Simbol-Simbol dalam Agama Hindu, h. 385.

Page 42: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

30

Hindu menghormati binatang disebutkan dalam Sarasamuscaya “Ayuwa tan masih

ring sarwa prani, apan prani ngara prana”, yang artinya jangan tidak sayang

kepada binatang, karena binatang atau makhluk adalah kekuatan alam. Sloka

tersebut mewajibkan umat Hindu untuk mengembangkan kasih sayang kepada

semua makhluk ciptaan Tuhan.29

Berikut beberapa binatang mitos yang dipandang suci:

1) Garuda

Garuda adalah burung matahari atau burung rajawali yang dianggap

sebagai lambang dunia. Burung elang atau garuda yang dilukiskan bersama-sama

ular merupakan dasar bentuk binatang garuda yang merupakan Vahana Dewa

Wisnu di India. Selanjutnya di dalam Rgveda yang merupakan sumber ajaran

Agama Hindu dilukiskan berbagai aspek keagungan Tuhan Yang Maha Esa

dengan berbagai nama atau wujud seperti Agni, Yama, Varuna, Mitra dan

Garutma atau Garuda. Kemahakuasaan-Nya bagaikan garuda keemasan yang

menurunkan hujan menganugrahkan kemakmuran (Rgveda 1.164.46,47,52).

Menurut Wayan Arnadi selaku umat agama Hindu Pura Jala Siddhi Amertha

Juanda, mengatakan bahwa sapi, anjing, ayam, bebek, kalau dalam upacara besar

ada juga burung garuda.30

Dan juga menurut Nika Dek Arini selaku umat agama

Hindu Pura Jala Siddhi Amertha Juanda, mengatakan bahwa sapi kendaraan Dewa

Siwa, gajah kendaraan Dewa Ganesa, dan burung garuda kendaraannya Dewa

29

Wawancara Pribadi dengan I Nengah Suka Arta salah satu pegawai Bimas Hindu di

Kementrian Agama Jawa Timur, Surabaya, 9 Mei 2017. 30

Wawancara Pribadi dengan Wayan Arnadi selaku umat agama Hindu Pura Jala Siddhi

Amertha Juanda , Surabaya, 7 Mei 2017.

Page 43: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

31

Wisnu, lembu kendarannya istri Dewa Siwa. Semua binatang tidak boleh disakiti

termasuk ayam karena digunakan untuk persembahan.31

2) Naga

Di dalam kesusastraan Jawa Kuno kita mengenal berbagai wujud dan

peranan naga yang pada umumnya berfungsi sebagai tali pengikat. Di dalam

kekawin Ramayana kita mengenal senjata naga yang disebut “nagastrapasa”,

yang artinya senjata tali atau perangkap dari naga.

3) Kurma (empas/kura-kura)

Mengacu pada susastra Sanskerta dan Jawa Kuno sebagai sumber ajaran

agama Hindu di Indonesia, dapat kita jumpai beberapa nama yang berkaitan

dengan penyu, khususnya sumber berupa kitab-kitab Itihasa dan Purana. Itihasa

mengandung makna sejarah, walaupun dalam beberapa bagian terselip juga

metologi dan utamanya nilai-nilai pendidikan agama, sedang Purana di dalamnya

terdapat unsur-unsur folklore, cerita rakyat kuno, mitologi dan cerita-cerita yang

penuh pesan keagamaan.

Secara khusus kita tidak menemukan di dalam Veda maupun susastra

Veda lainnya, nama Kurma yang diterjemahkan dengan penyu, melainkan pada

umumnya selalu tortoise, yang dimaksudkan tidak lain adalam empas (labi-labi),

bukan bulus atua kura-kura. Mitologi Kurma selalu dikaitkan dengan Avantara

yang kedua dari Sang Hyang Visnu ketika turun ke dunia untuk menyelamatkan

umat manusia dari kehancuran.

31

Wawancara Pribadi dengan Nika Dek Arini selaku umat agama Hindu Pura Jala Siddhi

Amertha Juanda, Surabaya, 7 Mei 2017.

Page 44: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

32

4) Hamsa (angsa)

Hamsa (angsa) adalah kendaraan Dewa Brahma dan Sarasvati. Di dalam

kitab suci Veda, angsa sebagai simbol dari kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa

(Rgveda 1.65.5; 1.163.10; 11.34.5; III.8.9) dan baru kemudian di dalam

Atharvaveda (VI. 12.1, dan lain-lain) disebutkan sebagai angsa jantan. Burung

tersebut digambarkan berwarna hitam pada punggungnya (nilaprsthal Rgveda

VII.59.7), terbang berkelompokm (Rgveda III.8; 9), berenang di atas air (uda-

prut/Rgveda 1.65.5; III.45.4), suaranya riuh dank eras (Rgveda III. 5 3.10) dan

bangun pada waktu malam (Atharvaveda VI. 12.1). Hamsa dihargai karena

memiliki kemampuan memisahkan Soma dari air. Angsa merupakan

penggambaran atam atau roh atau juga penggambaran Brahma yang bagaikan

burung angsa terbang melayang-layang di alam semesta.

5) Mayura (merak)

Mayura atau burung merak, terdapat di dalam Rgveda (III,45.1; VIII. 1.25)

menggambarkan keagungan dan kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa sebagai

Yang Maha Cemerlang. Burung merak juga disebut sebagai yang dipersembahkan

dalam upacara Asvamedha Yadnya (Yajurveda, Maitrayani III. 14,4; Vajasaneyi

XXIV.23.27). Merak batina juga disebutkan di dalam Rgveda (1.191.14) dan

Atharvaveda (VII.56.7) yang menyatakan bahwa burung ini manjur terdapat

racun.

Dalam perkembangan berikutnya burung merak menjadi kendaraan Dewa

Brahma dan Dewi Sarasvati. Dalam kaitannya dengan Dewi Sarasvati, merak

Page 45: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

33

melambangkan ego yang di atasi oleh Dewi kebijaksanaan. Ego seseorang bisa

dikurangi bila telah memiliki kebijaksanaan dalam dirinya.

6) Barong

Dalam prosesi upacara Melasti ke tepi pantai atau ke mata air dalam

rangka upacara Piodalan atau hari raya Nyepi, kita menyaksikan berbagai wujud

arca-arca binatang yang diyakini suci. Arca-arca tersebut umumnya disunggi oleh

umat sebagai arca vahana devata yang wujudnya bermacam, seperti naga, naga

bersayap, singa, harimau, burung garuda, dan lain-lain. Di samping itu yang

paling terkenal dan umum adalah wujud Barong.

Kata Barong rupanya berasal dari barwang (Barong) dalam bahasa jawa

Kuno berarti beruang, beruang madu (Ursus malayanus). Kata ini dapat dijumpai

dalam Ramayana (12.61), Sumanasantaka (159;3), Sutasoma (95.6), Arjuna

Wijaya (10.14). singha beruang Alayu (sering dikombinasi menjadi singha

Barong), Sutasoma (131.1c), Bharatayudha (93; 46.14).32

Menurut Dewa Putu Adnyana selaku Guru Sekolah Pura Jala Siddhi

Amertha Juanda, mengatakan bahwa Sapi, gajah, tetapi secara umum semuanya,

tetapi khusus binatang-binatang yang dipelihara seperti anjing. Semuanya yang

dipelihara yang betul-betul di rasa bermanfaat bagi manusia dalam kehidupan

sehari-hari bagi orang yang memelihara, anjing sangat dihormati anjingnya

makanya ada hari khusus binatang namanya tumpek kandang atau yang disebut

tumpek uye. Itu hari khusus penghormatan terhadap binatang. Kalau manusia

32

I Made Titib, Teologi dan Simbol-simbol dalam Agama Hindu (Surabaya: Paramita,

2003), h. 384-417.

Page 46: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

34

mempunyai anjing, anjingnya yang dihormati di kasih selamatan diberi pakaian.

Kalau mempunyai babi, babinya yang dihormati. Kalau punya sapi, sapinya yang

dihormati.33

Dan menurut Rajendra Wraspati selaku Guru Sekolah Pura Jala

Siddhi Amertha Juanda, mengatakan bahwa sapi, karena gambaran umumnya sapi

yang di pandang di sucikan dan dihormati.34

Dan juga menurut I Gade Pasek Wira

Bhuana selaku umat agama Hindu Pura Jala Siddhi Amertha Juanda, mengatakan

bahwa Sapi, karena sapi kendaraan Dewa Siwa. Karena sapi membantu kita

membajak sawah. Angsa, anjing, kura-kura, naga dan lain-lain. Banyak lainnya

seperti singa, gajah dan burung garuda.35

Dan juga menurut Agus Wijaya selaku

Pemangku Pura Jala Siddhi Amertha Juanda, mengatakan bahwa Asli dari India itu sapi

mandini kalau menurut ajaran Weda. Kendaraan Tuhan sendiri tetapi dasar

ajarannya zaman dahulu, zaman agraris sapi itu digunakan untuk sarana. Pada

zaman utama kehidupan agraris sapi itu membajak sawah mengotong dari sawah

disuruh kerja.36

33

Wawancara Pribadi dengan Dewa Putu Adnyana selaku Guru Sekolah Pura Jala Siddhi

Amertha Juanda, Surabaya, 7 Mei 2017. 34

Wawancara Pribadi dengan Rajendra Wraspati selaku Guru Sekolah Pura Jala Siddhi

Amertha Juanda, Surabaya, 12 Mei 2017. 35

Wawancara Pribadi dengan I Gade Pasek Wira Bhuana selaku umat agama Hindu Pura

Jala Siddhi Amertha Juanda, Surabaya, 7 Mei 2017. 36

Wawancara Pribadi dengan Agus Wijaya selaku Pemangku Pura Jala Siddhi Amertha

Juanda, Surabaya, 8 Mei 2017.

Page 47: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

35

BAB III

UPACARA-UPACARA KEAGAMAAN HINDU DI INDONESIA

A. Upacara Bhuta Yadnya

Bhuta yadnya adalah yadnya kepada para bhuta kala. “bhuta” berasalah

dari kata “bhu” berarti yang ada (unsur alam semesta), “kala” berarti energi

kuatan. Jadi Bhuta kala berarti unsur-unsur Alam dengan kekuatan yang dimiliki.

Di dalam Menawa Dharmasastra antara lain disebutkan:

Tadawicanti bhutani mahanti

Saha karmabhih

Manaccawayahwaih suksmaih

Sarwa bhuta krdawayayam (W.S.I.18)

Artinya: Bhuta-bhuta dengan fungsi mereka bersama dan pikiran, ia jadikan

badan-badan ghaib yang abadi manjadi sarwa bhuta (sarwa makhluk hidup).1

Menurut Ketut Suardaka selaku Pemangku Pura Jala Siddhi Amertha

Juanda, mengatakan bahwa Upacara Bhuta yadnya adalah upacara kepada para

penghuni bumi alam halus seperti butakala. Kenapa kita perlu binatang karena itu

ada tingkatan juga kalau cuman sehari-hari pembersihannya sebetulnya itu

upacara pembersian. Binatangpun yang digunakan untuk upacara tidak semua

binatang, hanya binatang tertentu seperti butakala itu waktu, identikkan binatang-

1Ny. I Gusti Agung Mas Putra, Upakara Yadnya (Denpasar: I.H.D, 1982), h. 6.

Page 48: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

36

binatang yang mengetahui waktu. Kalau yang paling kecil setiap harinya ayam

yang jelas, karena ayam itu pagi sudah mengetahui matahari sudah terbit sudah

bangun tempat dia baru keluar dari tempat tidurnya, sore sudah gelap dia kembali.

Manusia tidak seperti itu. Binatang itu tidak seperti itu. Anjing makan tidak

memandang waktu. Kemudian ayam ini disembelih yang disembelih bukan

ayamnya tetapi kita mengidentikkan sifat-sifat ayam.2 Menurut Dewa Putu

Adnyana selaku Guru Sekolah Pura Jala Siddhi Amertha Juanda, mengatakan

bahwa Upacara Bhuta yadnya adalah upacara yang berkaitan dengan penyucian

dan penghormatan terhadap alam, itu ada binatang-binatang yang digunakan. Itu

sebenarnya di dalam agama Hindu pengorbanan binatang itu bukan bermaksud

membunuh dan menyakiti, itu ada keyakinan namanya mensomea adalah

meningkatkan derajat binatang itu dari binatang karena di Hindu ada namanya

reinkarnasi. Nanti derajat rohnya melebihi binatang bisa menjadi manusia atau

dalam sifatnya nanti menjadi manusia, dan pada kelahiran yang akan datang

mempunyai sifat-sifat manusia.3 Dan menurut Nika Dek Arini selaku umat agama

Hindu Pura Jala Siddhi Amertha Juanda, mengatakan bahwa Bhuta yadnya di

bentuk dengan persembahan. Umat Hindu membuat sesajen dari daun, perwakilan

tumbuhan. Bhuta yadnya sendiri dari binatang seperti ayam. Tingkat kecil ayam,

sedangkan tingkat yang besar anjing, anjingnya tertentu caranya juga tingkatannya

yang besar. Kalau Bhuta yadnya namanya yang panco satu ayam. Itu banyak lebih

luas lagi penjelasannya pakai ayam, anjing, kerbau beda lagi tingkatan lebih

2Wawancara Pribadi dengan Ketut Suardaka selaku Pemangku Pura Jala Siddhi Amertha

Juanda, Surabaya, 12 Mei 2017. 3Wawancara Pribadi dengan Dewa Putu Adnyana selaku Guru Sekolah Pura Jala Siddhi

Amertha Juanda, Surabaya, 7 Mei 2017.

Page 49: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

37

tinggi.4 Dan juga menurut Made Suparta selaku umat agama Hindu Pura Jala

Siddhi Amertha Juanda, mengatakan bahwa Panca yadnya itu bentuknya kepada

binatang seperti salah satunya Bhuta yadnya kepada binatang.5

Jadi yang termasuk bhuta adalah unsur-unsur Alam serta makhluk hidup

ciptaan Tuhan seperti tanah, air, api, tumbuh-tumbuhan, binatang dan lain-lain.6

1. Fungsi dan Makna Upacara Bhuta Yadnya

Kalau dipandang dari sudut fungsinya upacara bhuta yadnya adalah

sebagai sarana untuk menetralisir semua kekuatan-kekuatan yang bersifat Asuri

Sampad (sifat keburukan) yang telah bersemayam ke dalam bhuwana agung

maupun ke dalam bhuwana alit, dengan tujuan untuk mencapai bhuta hita agar

keseimbangan.

Sedangkan kalau dipandang dari sudut makna upacara bhuta yadnya

memiliki beberapa makna, yaitu:

a. Bermakna sebagai Pengeruat (penyupatan)

Pelaksanaan Upacara Bhuta yadnya khususnya di Bali mempergunakan

korban dari binatang-binatang, dirangkai sedemikian rupa dijadikan satu paket

upacara Bhuta yadnya. Dalam pelaksanaan upacara Bhuta yadnya ini perbuatan

bersifat suba karma karena membunuh dalam kontek bertujuan memberikan jalan

kelepasan kepada binatang yang pergunakan sebagai korban upacara bhuta

4Wawancara Pribadi dengan Nika Dek Arini selaku umat agama Hindu Pura Jala Siddhi

Amertha Juanda, Surabaya, 7 Mei 2017. 5Wawancara Pribadi dengan Made Suparta selaku umat agama Hindu Pura Jala Siddhi

Amertha Juanda, Surabaya, 7 Mei 2017. 6Ny. I Gusti Agung Mas Putra, Upakara Yadnya (Denpasar: I.H.D, 1982), h. 6.

Page 50: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

38

yadnya bertujuan nantinya roh binatang kalau reinkarnasi kembali ke dunia

lahirlah menjadi manusia. Menurut Agus Wijaya selaku Pemangku Pura Jala

Siddhi Amertha juanda, mengatakan bahwa dalam Hindu ada kepercayaan

binatang yang dipersembahkan itu jiwanya menjadi lebih tinggi tetapi ada

hubungannya dengan reinkarnasi kepercayaan keempat. Binatang yang

dipersembahkan itu doanya pemangku sama pendeta yang lebih tinggi padanne

mantranya jika di artikan “ semoga rohmu pada akan kelahiran akan datang

meningkat lebih suci”.7 Dan juga menurut Rajendra Wraspati selaku Guru

Sekolah Pura Jala Siddhi Amertha Juanda, mengatakan bahwa sebetulnya tidak

harus dengan binatang ketika binatang itu di jadikan sarana upacara dalam Hindu

kita mengenal atman itu yang menjadikan sebuah makhluk hidup menjadi hidup

ketika lahir ke dunia baik menjadi manusia, tanaman, maupun binatang itu

atmannya terikat dengan raga. Sementara binatang dipergunakan sarana upacara

maka dia mempunyai kesempatan ketika atman ini lepas dari raganya. Ketika

binatang menjadi sarana upacara kemungkinan dia lahir ke dunia menjadi manusia

yang lebih baik itu lebih besar dibandingkan dengan binatang yang mati karena

mati tanpa digunakan upacara.8

b. Bermakna sebagai Kesejahteraan

Upacara Bhuta yadnya memiliki makna sebagai sarana untuk

mensejahterakan alam semesta, sehubungan dengan adanya kekuatan-kekuatan

7Wawancara Pribadi dengan Agus Wijaya selaku Pemangku Pura Jala Siddhi Amertha

Juanda, Surabaya, 8 Mei 2017. 8Wawancara Pribadi dengan Rajendra Wraspati selaku Guru Sekolah Pura Jala Siddhi

Amertha Juanda, Surabaya, 12 Mei 2017.

Page 51: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

39

yang memiliki kecenderungan Asuri Sampad yaitu adanya kekuatan-kekuatan

bhuta, kala, raksasa, paesaca, danawa, danaju, dan lain-lain.

c. Bermakna sebagai Peleburan Dosa

Upacara Bhuta yadnya dikatakan mengandung makna sebagai peleburan

dosa manusia khususnya umat Hindu.

d. Bermakna sebagai Korban Suci (yadnya)

Upacara Bhuta yadnya dapat dikatakan memiliki makna sebagai korban

suci, karena pada dasarnya pelaksanaannya berdasarkan pengorbanan baik berupa

material maupun moral spiritual yang berlandaskan ketulus ikhlasan.9

Tata cara pelaksanaan upacara Pecaruan:

Mengenai tata cara pelaksanaan upcara pencaruan kami ungkapkan cara

yang paling sederhana, hanya sebagai contoh dengan tatanannya sebagai berikut:

1). Caru Ayam Brumbun

Upakara diantaranya:

Daksina, peras, soda, ketipat sari, suci alit asoroh.

Banten caru ayam brumbun dengan tetangdingan sebagai berikut:

Membuat tetandingan membangun urip 33 antara lain:

9I.B. Putu Sudarsana, Ajaran Agama Hindu: Makna Upacara Bhuta Yadnya (Bali:

Yayasan Dharma Acarnya, 2001), h. 8-19.

Page 52: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

40

Urip arah Timur

Satu kekebat berisi tumpeng putih berjumlah 5 biji, raka-raka lengkap,

silih asih sampian pusung, lengkap dengan rerasmen dengan alas kojong

perangkad.

Urip arah Selatan

Tetandingannya sama, hanya warna tumpengnya merah dengan jumlah 9

biji.

Urip arah Barat

Tetandingannya sama, hanya warna tumpengnya kuning dengan jumlah 7

biji.

Urip arah Utara

Tetandingannya sama, hanya warnanya hitam dan jumlahnya 4 biji.

Arah di tengah

Tetandingannya sama hanya warna tumpengnya brumbun dengan jumlah 8

biji.

Diatas tetandingannya tadi disusun dengan pengerekan berbentuk ayam

mempergunakan nasi brumbun, dengan alasnya muncuk daun pisang saba

(dontelujungan) lengkap berisi plaus pada ujung daun, sedangkan pada

pangkalnya berisi bawang jae dan garam serta diiisi 8 buah kwangen,

masing-masing kwangenannya ditusuk sejajar.

Page 53: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

41

Diatas rerekan ini disusunkan olahan-olahan ayam brumbun dengan alas

yang masing-masing memakai sebuah sengkui dengan olahan dalam

perhitungan urip tri kona.10

Agar panca Maha bhuta dapat menolong atau agar tidak terganggu,

diadakanlah upacara agama yang dinamai “caru”

1). Caru Mancasata

Mempergunakan 5 ekor ayam berwarna: putih, merah, kuning, hitam, dan

brumbun. Tanding menurut utip Panca warna.

Di timur ayam putih diolah menjadi 5 tanding nasi dan lauk pauknya juga

berwarna putih.

Di Selatan ayam merah diolah menjadi 9 tanding nasi dan lauk pauknya

berwarna merah.

Di barat ayam putih siungan diolah menjadi 7 tanding, nasi dan lauk

pauknya berwarna kuning.

Di utara ayam hitam diolah menjadi 4 tanding, nasi dan lauk pauknya

berwarna hitam.

Di tengah ayam brumbun diolah menjadi 8 tanding, nasi dan lauk pauknya

berwarna brumbun.

2). Caru Mancasanak, Caru Nistha

10

I.B. Putu Sudarsana, Ajaran Agama Hindu: Makna Upacara Bhuta Yadnya, h. 55-57.

Page 54: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

42

Caru mancasata ditambah 1 ekor anjing bang bungkem dan 1 ekor itik

berbulu elang (sikep).

3). Caru Mancakelud, Caru Madhya

Caru mancasata ditambah 1 ekor kambing dan 1 ekor angsa.

4). Caru Baliksumpah, Caru Utama bagi Jaba

Caru Mancasata ditambah 1 ekor babi jantan dan 1 ekor banteng. Sajen

memakai catur rebah/catur muka dan 1 pula gembal.

5). Caru Taur Gentuh, Caru Madhya bagi Waisya

Caru Mancasata ditambah 1ekor kerbau. Sajen memakai catur rebah/catur

muka, 1 pula gembal. Lis kecil, lis besar dan maeedan.

6). Caru Masapuh-sapuh, Caru Nistaning Ratu

Sajen catur lengkap serta sajen lainnya. Caru mancasata ditambah 3 ekor

kerbau.

7). Caru manca Walikrama, Caru Madhyaning Ratu

Bertambah kerbau 5 ekor. Sajennya memakai catur rebah, catur muka,

memakai lis 3 buah dan sajen lainnya.

8). Caru Ekadasarudra, Caru Utamaning Ratu

Page 55: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

43

Bertambah kerbau 6 ekor. Sajennya lengkap, menurut umumnya hari pada

hari melaksanakan upacara tersebut. Binatangnya, burung dan lain-lainnya harus

ngeed (diarak) dan pada waktu akan dipotong atau disembelih, patut diberi japa

mantra lebih dahulu agar makhluk hidup yang akan dibunuh itu, apabila menjelma

dapat naik tingkatnya sederajat.

9). Gara Maligia dan Nyegjeg Gumi

Bertambah kerbau 46 ekor. Upacara dan upakaranya sama. Tujuannya

adalah agar negeri aman sentosa, keadilan dan kemakmuran tercapai.11

2. Perangkat Upacara Bhuta Yadnya

Pada upacara Bhuta yadnya juga memiliki beberapa perangkat upacara,

namun kebanyakan dari umat Hindu belum memahami secara benar mengenai

makna yang terkandung didalamnya, namun tentang membuat perangkat-

perangkat tersebut, hampir semua umat Hindu bisa membuatnya.

Mengenai perangkat-perangkat upacara Bhuta Yadnya dapat kami

ungkapkan sebagai berikut:

a. Sanggah Cucuk

Sanggah cucuk ini berpenampang segitiga yang memiliki tangkai

ditancapkan ketanah. Sanggah cucuk ini digunakan pada pelaksanaan upacara

bhuta yadnya dengan sarana korban suci khewan unggas ayam. Bentuk segitiga

11

Sri Reshi Ananda Kusuma, Aum Upacara Bhuta Yadnya (Bali: CV. Kayumas Agung,

1985), h. 17-19.

Page 56: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

44

dari sanggah cucuk ini adalah sebagai simbol adanya tiga kekuatan Sang Hyang

Widhi sebagai kekuatan menuju keimanan manusia di dunia.

1) Pada sanggah cucuk biasanya berisi sujang yang didalamnya berisi arak

berem.

2) Pada sanggah cucuk diisi penjor kecil. Penjor caru ini dibuat dari ranting

bamboo yang dihias lengkap dengan sampiannya.

3) Sanggah cucuk berisi kober yang berwarna-warni sesuai dengan

pengideran tempat upacara caru.

4) Sanggah cucuk berisi layang-layang yang terbuat dari pelepah bamboo

berisi bulu ayam.

b. Tengala, Lampit, dan Tulud

Pada waktu pelaksanaan upacara Bhuta Yadnya, biasanya mempergunakan

perangkat upacara yang menyerupai bentuk tengala, lampit dan tulud.

c. Api Prakpak

Api Prakpak terbuat dari segengam atau seikat daun kelapa kering dan

disuluti api.

d. Sapu Lidi

Di dalam pelaksanaan upacara Bhuta Yadnya mempergunakan sapu lidi

yang berisi 12 tangkai lidi sebagai alat menyapu.

e. Kulkul

Page 57: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

45

Dalam pelaksanaan upacara Bhuta Yadnya biasanya menggunakan

perangkat kulkul sebagai simbol penetralisir kekuatan Panca Maha Bhuta yang

bersifat negatif untuk kembali ke unsur akasa.

f. Arak Berem

Biasanya dalam pelaksanaan upacara pecaruan dilakukan tetabuhan

memakai sarana arak berem.

g. Daun Nagasari

Daun nagasari ini dipergunakan pada waktu melaksanakan caru Rsi Gana,

dimana daun ini dijahit sedemikian rupa, dengan jumlah 9 helai dan berbentuk

padma sebagai alas dari nasi tumpeng dari Rsi Gana.

h. Kober Rsi Gana

Pada waktu upacara pecaruan Rsi Gana dibuatlah kober bergambar Rsi

Gana dengan tangkai kober dari ranting bamboo kuning.12

Tujuan dari Bhuta Yadnya ini sebenarnya mendidik agar manusia

menncapai mencintai makhluk yang lebih rendah dari dirinya, dengan memberi

makan dan minum, membuatkan tempatnya yang baik agar ia dapat hidup yang

12

I.B. Putu Sudarsana, Ajaran Agama Hindu: Uparengga (Bali: Yayasan Dharma Acarya,

2000), h. 91-102.

Page 58: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

46

berguna. Binatang, burung, ikan patut dipelihara, dibuatkan tempatnya, diberi

makan dan minum yang sesuai agar ia hidup baik.13

B. Upacara Tumpek Kandang

1. Tinjauan Filosofis Tumpek Kandang

a. Tumpek Kandang versus Binatang untuk Persembahan, sebuah

Kontradiksi

Upacara tumpek kandang adalah sebuah bentuk penghormatan umat Hindu

kepada tuhan melalui cinta kasih kepada binatang. Sementara itu, disisi lain

binatang digunakan sebagai sarana upacara. Umumnya, binatang-binatang itu di

sembelih sebagai persembahan, diadu bertumpah darah (ritual dalam tubuh roh),

dipotong lehernya sehingga darahnya beburai (ritua dalam peyembahan), dan

sebagian di antaranya ditenggelamkan (ritual mepekelem). Melihat dua sisi itu,

sepertinya ada semacam kondisi kontradiktif. Di satu sisi binatang dihormati,

namun disisi yang lain dikorbankan. Menurut Dewa Putu Adnyana selaku Guru

Sekolah Pura Jala Siddhi Amertha Juanda, mengatakan bahwa khusus binatang-

binatang yang dipelihara seperti anjing. Semuanya yang dipelihara yang betul-

betul di rasa bermanfaat bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari bagi orang

yang memelihara, anjing sangat dihormati anjingnya makanya ada hari khusus

binatang namanya tumpek kandang atau yang disebut tumpek uye. Itu hari khusus

penghormatan terhadap binatang. Kalau manusia mempunyai anjing, anjingnya

13

Sri Reshi Ananda Kusuma, Aum Upacara Bhuta Yadnya (Bali: CV. Kayumas Agung,

1985), h.. 20.

Page 59: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

47

yang dihormati di kasih selamatan diberi pakaian. Kalau mempunyai babi,

babinya yang dihormati. Kalau punya sapi, sapinya yang dihormati.14

Penyembelian binatang pada upacara tumpek kandang, dan upacara

lainnya, masih dilihat semata-mata untuk nyupat (memuliakan) binatang itu agar

para kelahirannya mendatang mempunyai eksistensi “lebih tinggi” (lebih mulia).

Tumpek kandang sebenarnya merupakan bentuk penghormatan umat Hindu

terhadap tuhan melalui cinta kasih kepada para binatang. Oleh karena itu, yang

perlu dilakukan pada tumpek kandang adalah menebarkan seluas-luasnya rasa

kasih dan rasa memiliki terhadap binatang-binatang yang diciptakan tuhan sebagai

sang hyang pasupati. Layaknya manusia, binatang juga punya hak hidup secara

damai.

Pada upacara-upacara besar di bali, bahkan digunakan binatang-binatang

yang tergolong langka, dan sulit didapatkan. Pada upacara Eka Dasa Rudra di

Pura Besakih misalnya, yang jatuh sekali setiap seratus tahun (satu abad),

digunakan sarana satwa (binatang) seperti menjagan, bahkan elang.15

2. Katerkaitan Tumpek Kandang dengan Budaya, Adat Istiadat, dan agama

Hindu di Bali

a. Binatang dalam Kehidupan Orang Bali

Dalam sejarahnya, keberadaan binatang hampir tidak pernah luput dari

kehidupan manusia. Sedemikian dekat manusia dengan binatang menyebabkan

14

Wawancara Prbadi dengan Dewa Putu Adnyana selaku Guru Sekolah Pura Jala Siddhi

Amertha Juanda, Surabaya, 7 Mei 2017. 15

I Dewa Gede Alit Udayana, Tumpek Kandang: Kearifan Lokal Bali Untuk Pelestarian

dan Pengembangan Sumber Daya Ternak (Denpasar: Pustaka Bali Post, 2008), h. 91-93.

Page 60: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

48

banyak sekali peradaban dan tingkah laku manusia tidak terpisahkan dengan

binatang.

Sebelum zaman prasejarah, melalui lukisan di dinding goa, sehingga

peradaban modern melalui teknologi modern, banyak di lukiskan hubungan

manusia dengan binatang. Dari hubungan itu kita mengenal seni lukis, foto, seni

pahat, film, dan karya satra yang mengungkapkan dinamika dan romantisme

hubungan manusia dengan binatang. Film-film kartun misalnya, paling lazim

menggunakan binatang sebagi tokohnya.

Memang ditakdirkan manusia hidup secara berdekatan di muka bumi ini.

Menurut teologi Hindu, binatang diciptakan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

Tuhan Yang Maha Esa, menjadi teman manusia di dunia ini. Sang Hyang

Rareangon, atau Sang Hyang Pasupati adalah Dewa dari sekalian binatang (sarwa

prani). Dalam budaya Hindu, binatang sangat dihormati. Salah satu binatang yang

paling dihormati itu adalah sapi.

Di dalam kitab-kitab Purana dan Itihasa, lembu atau sapi disebut

Kamadhenu, Nandini, atau Surabi. Menurut pustaka-pustaka itu, Nandini adalah

ibu pertama dari semua ternak. Kamadhenu, yang juga disebut Surabi, disebutkan

sebagai dewi kekuatan dan kecakapan yang dapat memberikan susu kepada para

Dewa dan Resi. Semua ternak yang ada sekarang ini adalah keturunan dari

Kamandenu. Meskipun penjelasan tentang Kamandhenu atau lembu Nandini itu

berupa metologi, tetapi umat Hindu tetap yakin bahwa lembu atau sapi adalah

binatang suci. Oleh Karena itu sapi layak untuk dihormati. Bagi masyarakat yang

Page 61: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

49

fanatic soal ini, sangat menghindari mengkonsumsi daging sapi. Perlu ditekankan,

daging sapi tidak dikonsumsi bukan karena sapi itu buruk, tetapi karena disucikan.

Dalam budaya agraris di Bali, sapi digunakan untuk membantu membajak

sawah. Selain karena memang sapi dianggap binatang suci, secara kasat mata sapi

memang berjasa bagi mereka.16

b. Ternak dan Peternakan Dalam Budaya Hindu Bali dan Keterkaitannya

Dengan Adat Istiadat Bali

Dalam perjalanan sejarah manusia, kelak beberapa jenis binatang

didomestikasi (dijinakkan). Binatang yang jinak kemudian dipelihara dan diambil

manfaatnya. Dikenal sebagai ternak. Pengertian ternak yang dikemukakan Nitis

(2006) sangat sederhana, yaitu binatang atau hewan, yang dipelihara manusia.

Selanjutnya, peternakan adalah usaha untuk meningkatkan produktivitas ternak.

Usaha-usaha tersebut meliputi bibit dan pembibitan, makanan dan cara pemberian

makan, pemeliharaan, kesehatan dan sanitasi, pasca panen, dan sosial ekonomi.

Produktivitas meliputi produksi dan mutu bibit, produksi dan mutu daging, telur,

susu, dan kerja, produksi dan mutu limbah, atau hasil sisa.

Menyimak apa yang diuraikan Nitis (2006), ternyata praktek-praktek

peternakan di Bali mempunyai keterkaitan yang erat dengan budaya di Bali.

Praktek-praktek itu juga memenuhi unsur-unsur keterkaitan dengan kebudayaan

ditinjau dari kajian secara umum. Dapat diartikan bahwa peternakan di Bali tidak

dapat dipisahkan dari budaya Bali itu sendiri. Apabila dikaitan dengan upacara

16

I Dewa Gede Alit Udayana, Tumpek Kandang: Kearifan Lokal Bali Untuk Pelestarian

dan Pengembangan Sumber Daya Ternak, h. 103-106.

Page 62: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

50

Tumpek Kandang, yang antara lain juga terkandung makna mensejahterakan

semuanya, maka budaya Bali sangat mendukung usaha-usaha peternakan. Dalam

tataran yang lebih luas lagi dapat dikatakan bahwa budaya Bali sangat mendukung

upaya-upaya produktif di bidang peternakan, sekaligus terkait upaya-upaya

pelestarian hewan ternak itu sendiri.17

3. Tumpek Kandang dan Pembangunan Sosial Ekonomi di Bali

a. Tumpek Kandang dan Kebebasan Berekonomi

Sebagian kalangan masih merasakan bahwa ada sebagian masyarakat Bali

memaknai upacara Tumpek Kandang sebatas upacara semata, dan kemeriahan

yang dihasilkannya. Artinya, unsur upacara yang di tonjolkan, bukan pada nilai

dan esensi yang terkandung dalam upacara Tumpek Kandangitu. Setidaknya

seperti itu yang dinyatakan oleh antroplog Ngurah Bagus ( seorang mahaguru )

dan sejarawan Putra Agung ( kedua-duanya dari Fakultas Sastra Universitas

Udayana) seperti di kutip Sut ( Bali Post 4 September 1999 : 8-9). Menurut

mereka, semestinya pemaknaan Tumpek Kandang tidak terhenti pada ritual itu

saja. Umat Hindu hendaknya tidak cukup terpaku pada upacara semata, tetapi

semestinya ada keseimbangan berfikir antara upacara dan pemaknaan terhadap

apa yang dilaksanakan dengan upacara itu.

Dalam konteks Tumpek Kandang ini, menurut Bagus, upacara harus

dimaknai dan diikuti dengan usaha-usaha pemberdayaan masyarakat sipil, yaitu

petani petrnak itu sendiri. Petani ternak bukan lagi sebatas sebagai pekerja atau

17

I Dewa Gede Alit Udayana, Tumpek Kandang: Kearifan Lokal Bali Untuk Pelestarian

dan Pengembangan Sumber Daya Ternak, h. 107-114.

Page 63: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

51

produsen yang pemasaran produksinya sangat tergantung kepada pemerintah,

tetapi mereka berhak menjadi pengelola.18

b. Tentang Korban Binatang dalam Upacara (Epilog: Wayan Supartha)

Dalam Bhagavadgita VII. 16 ada disebutkan Catur Widha Bajante yaitu:

1) Artah, artinya orang baru memuja Tuhan setelah ia memahami

penderitaan.

2) Artha Arthii, artinya mereka yang memuja Tuhan dengan maksud

memohon kekayaan.

3) Jijnyasuh, artinya memuja Tuhan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan

dan kedudukan duniawi.

4) Jnani, artinya mereka yang memuja Tuhan bertujuan untuk mendapat

kebijakan rohani.

Dari keempat ini, dalam pelaksanaan upacara di Bali, kesan hura-hura,

mementingkan penampilan yang serba mewah, ingin dipuji, pamer, dan

sebagiannya rupanya masih ada. Ada yang menggelar upacara “metatah”, sewa

busananya saja 2,5 juta perorang.

Dalam sesajen persembahan umat Hindu di Bali apabila dalam upacara

besar, terdapat ikan, daging, dan telur. Ini tidak lepas dari sumber dalam

Bhagavadgita Bab IX.26 disebutkan:

Pattram pushpam phalam toyam,

18

I Dewa Gede Alit Udayana, Tumpek Kandang: Kearifan Lokal Bali Untuk Pelestarian

dan Pengembangan Sumber Daya Ternak, h. 123-124.

Page 64: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

52

Yo me bhaktya prayachchati,

Tad aham bhaktyupahritam,

Asnami prayatatmanah

Artinya: Siapa yang sujud kepada-Ku dengan persembahan setangkaian daun,

sekuntum bunga, sebiji buah-buahan, seteguk air, aku terima sebagai bakti

persembahan dari segi yang berhati suci.19

19

I Dewa Gede Alit Udayana, Tumpek Kandang: Kearifan Lokal Bali Untuk Pelestarian

dan Pengembangan Sumber Daya Ternak, h. 137-140.

Page 65: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

53

BAB IV

ANALISIS RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG

DALAM THEOLOGI HINDU

A. Sapi dalam Kekawin Ramayana

Kekawin Ramayana adalah kekawin yang paling terkenal, yang paling

indah, paling panjang, dan paing disukai oleh orang-orang tua dalam pabebasan

atau pesantian-pesantian.

Bait nomor 110 adalah merupakan pendahuluan. Di sini secara umum Sri

Rama menjelaskan bahwa binatang adalah tempat segala jenis penderitaan.

Dibebani dengan barang yang berat-berat, berjalan tertatih-tatih sambil dipukul

dan dicemeti. Pada bait nomor 112 mulailah Sri Rama menjelaskan sapi, bahwa

penderitaan yang paling berat tertimpakan pada sapi. Bagaimanapun beratnya

penderitaan yang dialami binatang lain, penderitaan sapi dalam pelayanan pada

manusia masih jauh lebih berat. Sapi adalah pelita dalam hidup manusia.1

Pasu pasusupaning laratibhara

Pinalu lumakwakena ng bhinandabhara

Ugangan agulungan lepet sabhara

Suka sakutek ya pinetnya tan sabhara

1Ketut Wiana, Darmayasa Keagungan Sapi Menurut Weda (Jakarta: Pustaka Manikgeni,

1993), h. 106-108.

Page 66: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

54

Binatang sapi merupakan tempat dari segala penderitaan yang berat-berat.

Dan diikat, diberi beban yang berat-berat, dipaksa berjalan sambil dipuluk dan

dicemati. Melenguh sedikit saja berarti kesalahan besar, padahal ia menginginkan

kesenangan atau makan hanya sedikit saja, tidak sebarapa banyak. Menurut I

Nengah Suka Arta, salah satu pegawai Bimas Hindu Kementrian Agama Jawa

Timur, mengatakan bahwa sapi merupakan binatang yang paling dihormati dan

disakralkan atau disucikan, menurut ajaran agama Hindu, sapi merupakan

lambang dari ibu pertiwi yang memberikan kesejahteraan kepada semua makhluk

hidup di bumi ini. Sapi memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia

terutama untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti susu, keju, mentega. Di India,

terdapat sistem pengobatan yang dinamakan Ayur Veda yang salah satu teknik

pengobatannya disebut dengan “Panca Gavya” yaitu lima bahan yang menyucikan

yang dihasilkan oleh sapi, yaitu: susu, yoghurt, ghee, kencing (urine) sapi, dan

kotoran sapi. Di Jawa sapi juga bukan hanya dibutuhkan susunya namun juga

digunakan tenaganya untuk membantu para petani dalam mengerjakan sawah dan

ladang bahkan transportasi.2 Dan menurut Made Suparta selaku umat agama

Hindu Pura Jala Siddhi Amertha Juanda, mengatakan bahwa sapi itu lebih

memberikan manfaat kepada kita. Coba bandingkan dengan harimau apa manfaat

kepada manusia. Coba bandingkan dengan gajah apa manfaat bagi manusia. Jadi

sapi paling banyak memberikan manfaat kepada manusia. Sapi membantu

manusia baik tenaganya, hasil produksinya yang sapi berikan kepada manusia.3

2Wawancara Pribadi dengan I Nengah Suka Arta salah satu pegawai Bimas Hindu di

Kementrian Agama Jawa Timur, Surabaya, 9 Mei 2017. 3Wawancara Pribadi dengan Made Suparta selaku umat agama Hindu Pura Jala Siddhi

Amertha Juanda, Surabaya, 7 Mei 2017.

Page 67: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

55

Hasil wawancara dengan I Nengah Suka Arta mengatakan bahwa sapi

adalah binatang yang paling dihormati. Dalam pandangan saya karena sapi adalah

binatang yang paling agung dalam agama Hindu. Itu tidak terlepas dari Dewa

Siwa itu sendiri, karena sapi kendaraannya dewa siwa. Dan terdapat pula sapi

memberikan kehidupan bagi manusia atau lebih jelasnya memberikan banyak

manfaat bagi manusia. Apalagi ditegaskan oleh Made Suparta yang mengatakan

bahwa sapi memberikan manfaat bagi manusia. Seperti halnya susu yang bisa

dikosumsi oleh manusia. Sudah jelas bahwa manusia seharusnya menghormati

sapi apalagi menjaga keharmonisan dengan alam sekitar (sapi) untuk menjaga

ekosistem kedepaannya. Di kemukankan juga dalam buku bahwa penderitaan sapi

dalam pelayanan pada manusia masih jauh lebih berat. Sapi adalah pelita dalam

kehidupan manusia.

Dalam bait 114 disebutkan, bahwa sapi sesungguhnya adalah orang tua

atau bapak ibu seluruh dunia. Bapak dan ibu umat manusia. Gavah visvasyah

matarah, sapi adalah ibu seluruh dunia. Di dalam kitab Red Weda disebutkan gaur

me mata vrsabhah pita me, sapi jantan adalah bapak kita dan sapi bertina adalah

ibu kita.4 Menurut Dewa Putu Adnyana selaku Guru Sekolah Pura Jala Siddhi

Amertha Juanda, mengatakan bahwa kalau kita lihat kedekatannya dengan

manusia itu sapi dan jasanya kepada manusia itu adalah sapi. Kalau dilihat

kenyataannya selain metodologi, sapi dihormati seperti itu. Sehingga ada petuah

dari orang suci juga “tegahkah kamu membunuh ibumu atau membunuh ayahmu”.

Karena sapi dianggap seperti itu menolong manusia bekerjaannya membajak,

4Ketut Wiana, Darmayasa Keagungan Sapi Menurut Weda (Jakarta: Pustaka Manikgeni,

1993), h. 15.

Page 68: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

56

mengangkut hasilnya, susunya berguna, kalau sampai binatang dibunuh. Ada

orang yang mengibaratkan seperti itu. Sehingga ada orang yang sangat

menghormati terhadap nasehat itu tidak mau membunuh apalagi memakan daging

sapi.5

Hampir setiap orang Hindu yang sungguh-sungguh mendalami spiritual

Hindu, amat berpantang makan daging sapi atau daging lembu. Bahkan banyak

pula di antara rohaniawan Hindu yang sama sekali tidak makan daging dari segala

jenis binatang atau menempuh hidup vegetarian.

Mereka tidak makan daging sapi, bukan menganggap sapi itu haram atau

binatang yang jelek. Tetapi karena mereka sangat menghormati sapi itu sendiri.

System pemujaan Hindu memiliki tiga dimensi yaitu untuk mendapatkan

hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam lingkungannya, antara

manusia dengan sesamanya, dan keharmonisan yang tinggi adalah keharmonisan

manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Keharmonisan dengan alam dan

manusia, merupakan landasan untuk menuju pada keharmonisan yang tinggi yaitu

pada Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Menurut Ketut

Suardaka selaku Pemangku Pura Jala Siddhi Amertha Juanda, mengatakan bahwa

Sapi adalah teman kerja harus di hormati, harus disanyangi. Sehingga manusia

mengetahui orang Hindu sadar tidak memakan daging sapi, karena melihat begitu

besar jasanya sapi itu. Bukan karena kita menghormati sapi itu karena alat

kemakmuran. Di dalam 3 fungsi Dewa Brahma, Wisnu, Siwa. Brahma pencipta,

kemudian pemelihara Dewa Wisnu. Alat pemeliharan itu sapi di identikkan orang

5Wawancara Pribadi dengan Dewa Putu Adnyana selaku Guru Sekolah Pura Jala Siddhi

Amertha Juanda, Surabaya, 7 Mei 2017.

Page 69: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

57

Hindu. Sapi itu diberi simbol tersendiri karena di identikkan memelihara dalam

melihara manusia karena memberikan susu dan teman kerja. Tidak ada kita

memuja itu hanya simbolis.6

Tapi, hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa tidak semuanya orang

Hindu vegetarian (tidak memakan daging sapi), melainkan terdapat dari mereka

yang memakan daging sapi seperti yang diutarakan oleh Pemangku Ketut

Suardaka tidak semuanya umat Hindu memakan daging sapi tetapi tergantung

masing-masing setiap individu. Meski demikian, sapi merupakan binatang yang

wajid dihormati.

Dalam Bhagavadgita III, 10, diisyaratkan adanya hubungan timbal balik

berdasarkan yadnya antara Prajapati, Praja dan Kamadhuk. Prajapati adalah Tuhan

sebagai Raja Alam Semesta, Praja adalah manusia yaitu makhluk hidup yang

paling lengkap karena memiliki Tri Pramana yaitu: sabda, dayu, ide (suara,

tenaga, dan pikiran). Kamadhuk dalam Bhagavadgita adalah sapi, mitos milik

Dewa Indra yang mampu memenuhi segala keinginan yang dikehendaki oleh

manusia. Sapi dalam mithos Hindu banyak digunakan dalam simbul alam

semesta, atau simbol bumi. Bumi yang ditempati pleh manusia, binatang dan

tumbuh-tumbuhan, adalah sumber dari harta benda yang dapat memenuhi

keinginan atau kama manusia.

Swami suka Dewa mengatakan bahwa sapi itu lambang Weda dalam kitab

Upanisad dan kitab sastranya. Sri Kresna adalah pengembala (Ghopala) dan

memerah “susunya”. “susu” itu adalah Bhagavadgita yang dinikmati Arjuna.

6Wawancara Pribadi dengan Ketut Suardaka selaku Pemangku Pura Jala Siddhi Amertha

Juanda, Surabaya, 12 Mei 2017.

Page 70: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

58

Setelah Arjuna menikmati minuman spriritual Bhagavadgita leyaplah

kebimbangan dan kebingungannya dalam menghadapi perak yang dikenal dengan

sebutan Bharatayuda. Dia tampil berperang bukanlah didorong oleh kemarahan

atau kebencian lagi dan bukan pula oleh keinginan untuk menghadapatkan

ketenaran atau kedudukan duniawi.7 Menurut Agus Wijaya selaku Pemangku Pura

Jala Siddhi Amertha juanda, mengatakan bahwa di dalam ajaran Weda Ketika

Tuhan berwujud Dewa Siwa kendaraannya namanya sapi nandini. Kendaraan

Tuhan sapi itu. Masak kendaraan Tuhan mau dibunuh dasarnya dari situ. Selain

logika-logika yang berikutnya itu karena sapi adalah binatang yang sangat utama

digunakan pada masyarakat agraris.8

Sapi itu merupakan binatang konserfasi yang harus dijaga atau dilindungi

oleh manusia karena sapi itu sindiri sudah membantu manusia khususnya para

petani sebagai alat membajak sawah. Selain itu, sapi bisa menjadi komoditas yang

bisa menghasilkan bagi keseharian seluruh umat manusia.

Demikian pula sapi sebagai lambang bumi. Bumi ini adalah sumber

tumbuh-tumbuhan dan inilah yang menjadi dasar bahan makanan semua makhluk.

Penghormatan pada sapi benar-benar amat nampak di kalangan masyarakat

Hindu di India. Di Negara ini amat sulit menjumpai orang Hindu yang makan

daging sapi, bahkan umumnya umat Hindu di India tergolong vegetarian. Umat

yang tidak mau makan daging sapi itu tidak terbatas pada Pendeta dan Pujari

7Ketut Wiana, Darmayasa Keagungan Sapi Menurut Weda (Jakarta: Pustaka Manikgeni,

1993), h. 3. 8Wawancara Pribadi dengan Agus Wijaya selaku Pemangku Pura Jala Siddhi Amertha

Juanda, Surabaya, 8 Mei 2017.

Page 71: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

59

(Pemangku) atau para rohaniawan, tetapi meluas sampai pada umat Hindu yang

tergolong umat kebayakan.

Kalau dilihat secara perbedaan antara umat Hindu di India dengan umat

Hindu di Bali, kalau umat Hindu di India seriusnya memandang keagungan sapi

sebagai binatang yang dihormati oleh kitab suci, pandangan umat Hindu di Bali

khususnya dan di Indonesia umumnya sedikit berbeda. Umat Hindu di Indonesia

(terutama yang bukan rohaniawan) kebayakan masih makan daging sapi. Sapi

masih biasa diperlakukan dengan kasar, dipukul-pukul pada waktu membajak atau

waktu menarik gerobak. Dadingnya pun biasa dimakan dan dipakai berpesta pada

saat upacara agama. tetapi untuk upacara di luar Bhuta Yadnya umumnya tidak

menggunakan daging sapi.9

B. Anjing

Asu Bang Bungkem terdiri dari kata Asu, Bang, dan Bungkem. Asu berarti

anjing. Sedangkan Bang berarti merah, dan Bungkem berarti diam. Jadi Asu Bang

Bungkem berarti anjing yang berwarna merah pada badannya, namun moncong

mulut dan ekornya berwarna hitam.

Lebih lanjut khusus untuk caru Anjing Bang Bungkem ini merupakan

simbol dari Bhuta Kala yang di bawah kekuasaan Dewa Rudra. Bahkan, dalam

lontar Bhama Kertih penggunaan Asu Bang Bungkem sebagai sarana utama

dalam caru Panca Sanak maupun Caru Rsi Gana yang dimaksudkan untuk

manyonya (menyeimbangkan) Bhuta Ulu Kuda yang tempatnya dalam pangider-

ider di neriti atau barat daya agar kembali menjadi Sang Hyang Rudra.

9Ketut Wiana, Darmayasa Keagungan Sapi Menurut Weda, h. 12.

Page 72: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

60

Sedangkan merujuk dalam tattwa (filsafat), warna hitan pada mulut anjing

Bang Bungkem sebagai simbol kekuatan Dewa Wisnu. Warna merah pada bagian

badannya sebagai simbol Dewa Brahma. Selain dalam kisah Mahabarata,

khususnya bagian Suarga Rohana Parwa, Dharma Wangsa diikuti oleh seekor

anjing dikisahkan dalam menempuh perjalanan menuju alam Sunya (moksa).

Sebisa mungkin, anjing Bang Bungkem yang dipengaruhi untuk caru

diusahakan usianya sudah dewasa, namun belum memiliki anak. Karena pada

umumnya yang dewasa sudah memiliki kekuatan penuh yang dibutuhkan dalam

caru.

Penggunaan Asu Bang Bungkem sebagai sarana untuk menetralisasi,

energi dari negatif menjadi positif, sehingga menjadi seimbang. Bahkan, kekuatan

Asu Bang Bungkem untuk menetralisasi energi negatif manjadi positif tidak

hanya dipergunakan untuk dipekarangan rumah saja. Melainkan di sebuah daerah.

Di sisi lain, penggunaan Asu Bang Bungkem merupakan tetadahan

(makanan) Bhuta Ulu Kuda. Disebut tetadahan karena dalam prakteknya manusia

banyak memiliki keterbatasan untuk menciptakan alam yang harmonis, maka

dipakailah penggantinya, yakni Asu Bang Bungkem. “ di sini manusia harus

mengerti tentang alam, bahwa bukan hanya manusia saja yang menikmati ala

mini, melainkan ada makhluk lain, termasuk hewan dan tumbuhan. Kalau ala mini

tidak dikelola dengan baik, maka akan menimbulkan bencana. Sehingga Asu

Bang Bungkem sangatlah penting.10

Menurut Wayan Arnadi selaku umat agama

Hindu Pura Jala Siddhi Amertha Juanda, mengatakan bahwa sapi, anjing, ayam,

10

Diakses dari http://baliexpress.jawapos.com/red/69374/begini-makna-asu-bang-

bungkem-dalam-caru-pance-kelud.htm, pada tanggal 16 Maret 2019.

Page 73: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

61

bebek, kalau dalam upacara besar ada juga burung garuda.11

Menurut Dewa Putu

Adnyana selaku Guru Sekolah Pura Jala Siddhi Amertha Juanda, mengatakan

bahwa Sapi, gajah, tetapi secara umum semuanya, tetapi khusus binatang-binatang

yang dipelihara seperti anjing. Semuanya yang dipelihara yang betul-betul di rasa

bermanfaat bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari bagi orang yang

memelihara, anjing sangat dihormati anjingnya makanya ada hari khusus binatang

namanya tumpek kandang atau yang disebut tumpek uye. Itu hari khusus

penghormatan terhadap binatang. Kalau manusia mempunyai anjing, anjingnya

yang dihormati di kasih selamatan diberi pakaian. Kalau mempunyai babi,

babinya yang dihormati. Kalau punya sapi, sapinya yang dihormati.12

Dan

menurut I Gade Pasek Wira Bhuana selaku umat agama Hindu Pura Jala Siddhi

Amertha Juanda, mengatakan bahwa Sapi, karena sapi kendaraan Dewa Siwa.

Karena sapi membantu kita membajak sawah. Angsa, anjing, kura-kura, naga dan

lain-lain. Banyak lainnya seperti singa, gajah dan burung garuda.13

dan juga

menurut Made Suparta Umat Agama Hindu Pura Jala Siddhi Amertha Juanda,

Anjing membantu menjaga rumah kita seperti pergi keluar ketika kita kepergian

anjing yang membangunkan. Ketika terjadi sesuatu hal yang tidak bagus, seperti

sapi, ayam.14

11

Wawancara Pribadi dengan Wayan Arnadi selaku umat agama Hindu Pura Jala Siddhi

Amertha Juanda , Surabaya, 7 Mei 2017. 12

Wawancara Pribadi dengan Dewa Putu Adnyana selaku Guru Sekolah Pura Jala Siddhi

Amertha Juanda, Surabaya, 7 Mei 2017. 13

Wawancara Pribadi dengan I Gade Pasek Wira Bhuana selaku umat agama Hindu Pura

Jala Siddhi Amertha Juanda, Surabaya, 7 Mei 2017. 14

Wawancara Pribadi dengan Made Suparta selaku umat agama Hindu Pura Jala Siddhi

Amertha Juanda, Surabaya, 7 Mei 2017.

Page 74: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

62

Anjing dalam setiap pelaksanaan upacara yadnya, tentu memiliki alasan

yang mendasar dan masuk akal. Hal ini terkait dengan berbagai jenis makanan dan

sesajen yang mampu mengundang kehadian anjing atau binatang lainnya untuk

mendekat. Secara akal sehat, kondisi ini tentu tidak dapat disalahkan, karena

anjing dan binatang lainnya, hanya memiliki Dwi Pramana, yakni Bayu dan

Sabda. Jadi, mereka tidak bisa berpikir dan membedakan mana yang baik dan

mana yang buruk, mana yang boleh dan mana yang tidak.15

Dalam upacara Bhuta yadnya anjing digunakan kurban dalam upacara

karena manusia ingin membantu anjing itu sendiri. Karena sifat-sifat anjing pada

dasarnya kotor atau jelek. Anjing digunakan upacara untuk menghilangkan sifat

tersebut kelak rohnya menjadi lebih baik (manusia) yang disebut dengan

reinkarnasi.

Masyarakat Bali, anjing di Bali, memiliki hubungan yang telah terjalin

sejak lama. Ketika anjing Kintamani Bali menjadi mascot daerah Kintamani dan

dinamai anjing gembrong oleh masyarakat local. Anjing gembrong merupakan

anjing ras asli, yang telah ditetapkan di dunia.

Masyarakat Bali terkenal dengan kearifan lokalnya, memelihara anjing

sebagai penjaga rumah, dilepasliarkan namun akan kembali pada pemiliknya.

Mereka dipelihara untuk mengatasi kesunyian di rumah, menjaga harta

majikannya, dan ada yang percaya sebagai penjaga hal-hal gaib.16

Menurut Ketut

Suardaka Pemangku Pura Jala Siddhi Amertha Juanda, orang-orang tertentu

15

Diakses dari http://baliexpress.jawapos.com/red/59742/begini-sejarah-anjing-pantang-

dipukul-saat-pelaksaan-yadnya.htm, pada tanggal 16 Maret 2019. 16

Diakses dari www.tatkala.co/bagi-masyarakat-bali-anjing-itu-peliharaan-atau-

ternak.htm, pada tanggal 16 Maret 2019.

Page 75: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

63

menghormati anjing bukan menghormati anjing tetapi menyanyangi anjing di

rumahnya karena anjing itu lambang kesetiaan anjing dahulu dalam bahasa jawa

asu karena membawa sifat kesetiaan asubakarma dan subakarma baik dan sifat

buruk manusia yang paling setia menemani manusia sampai mati. Kalau kita jahat

disini bawa kesana sifat dan kita akan di hukum disana itu kesetiaan perilaku kita.

Kalau kita baik disini kita mendapatkan yang bagus itu kesetiaan di identik di

bumi dengan bahasanya asubakarma dan subakarma baik dan buruk perbuatan.

Sehingga Darmawase di simbolisasi membawa anjing membawa sifat-sifat baik

dan buruk. Mangkanya di tegur anjing ini kalau baik akan menjadi Dewa Darma

ini sifat saya yang muncul, ini yang akan mengantarkan kedalam surga. Kalau

membawa sifat jahat dia diantarkan ke naraka. Karena asubakarma dan

subakarma yang paling setia menemani manusia sampai ke dalam sana tidak lain

dari sifat baik dan buruk.17

Bahkan anjing sangat membantu aparat kepolisian dalam menuntaskan

persoalan-persoalan yang sangat akut seperti kasus pembunuhan, korupsi, karena

anjing mempunyai indria penciuman yang sangat kuat dari binatang lainnya. Oleh

karena itu relasi anjing dengan manusia sangat kuat sekali, hal tersebut bisa dilihat

bahwa realita yang ada bukan hanya orang Hindu saja yang memelihara anjing

melainkan penganut agama lain (Kristen, Katolik, Islam, Budha, Khonghucu),

menjadikan anjing sebagai peliharaan yang bisa membantu menjaga keamanan di

rumah.

17

Wawancara Pribadi dengan Ketut Suardaka selaku Pemangku Pura Jala Siddhi Amertha

Juanda, Surabaya, 12 Mei 2017.

Page 76: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

64

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil temuan dilapangan menunjukkan, pertama: relasi manusia dengan

sapi, sapi adalah binatang yang paling agung dalam agama Hindu. Itu tidak

terlepas dari Dewa Siwa itu sendiri, karena sapi kendaraannya Dewa Siwa. Dan

terdapat pula sapi memberikan kehidupan bagi manusia atau lebih jelasnya

memberikan banyak manfaat bagi manusia. Sapi memberikan manfaat bagi

manusia. Seperti halnya susu yang bisa dikosumsi oleh manusia. Sudah jelas

bahwa manusia seharusnya menghormati sapi apalagi menjaga keharmonisan

dengan alam sekitar (sapi) untuk menjaga ekosistem kedepaannya. Dan hasil

temuan di lapangan menunjukkan bahwa tidak semuanya orang Hindu vegetarian

(tidak memakan daging sapi), melainkan terdapat dari mereka yang memakan

daging sapi, tidak semuanya umat Hindu memakan daging sapi tetapi tergantung

masing-masing setiap individu. Meski demikian, sapi merupakan binatang yang

wajid dihormati. Selain itu, sapi itu merupakan binatang konserfasi yang harus

dijaga atau dilindungi oleh manusia karena sapi itu sindiri sudah membantu

manusia khususnya para petani sebagai alat membajak sawah. Selain itu, sapi bisa

menjadi komoditas yang bisa menghasilkan bagi keseharian seluruh umat

manusia.

Kedua: relasi manusia dengan anjing, Dalam upacara Bhuta yadnya anjing

digunakan kurban dalam upacara karena manusia ingin membantu anjing itu

Page 77: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

65

sendiri. Karena sifat-sifat anjing pada dasarnya kotor atau jelek. Anjing digunakan

upacara untuk menghilangkan sifat tersebut kelak rohnya menjadi lebih baik

(manusia) yang disebut dengan reinkarnasi. Bahkan anjing sangat membantu

aparat kepolisian dalam menuntaskan persoalan-persoalan yang sangat akut

seperti kasus pembunuhan, korupsi, karena anjing mempunyai indria penciuman

yang sangat kuat dari binatang lainnya. Oleh karena itu relasi anjing dengan

manusia sangat kuat sekali, hal tersebut bisa dilihat bahwa realita yang ada bukan

hanya orang hindu saja yang memelihara anjing melainkan penganut agama lain

(Kristen, Katolik, Islam, Budha, Khonghucu), menjadikan anjing sebagai

peliharaan yang bisa membantu menjaga keamanan di rumah.

B. Saran

Penulis menyadari betul sepenuhnya dan keterbatasan waktu, pengetahuan

dan kemampuan yang dimiliki penulis serta masih langkapnya literatur atau bahan

pustaka yang dimiliki.

1. Kita sebagai makhluk yang paling sempurnya yang diciptakan oleh Tuhan

selain makhluk-makhluk lainnya kita sudah sepantasnya menjaga

keharmonisan antara makhluk-makhluk yang diciptakan oleh Tuhan.

Dalam agama Hindu sendiri di sebut Tri Hita Karana, keharmonisan antara

Tuhan, keharmonisan antara sesama manusia, dan keharmonisan antara

alam semesta.

Page 78: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

66

2. Kepada umat Hindu, khususnya umat Pura Jala Siddhi Amertha Juanda tetap

selalu menjaga ajaran-ajaran yang terdapat dalam kitab-kitab Hindu yang

berkaitan dengan Skripsi ini.

3. Kepada umat Hindu, khususya Pura Jala Siddhi Amertha Juanda tetap

melestarikan tradisi salah satunya yaitu dalam upacara-upacara keagamaan

yang berhubungan dengan binatang seperti tumpek kandang dan bhuta

yadnya, karena dalam upacara tersebut sangat mulia untuk membantu

binatang menjadi lebih baik rohnya untuk menjadi manusia yang disebut

dalam agama Hindu inkarnasi.

4. Tujuan dari hubungan manusia dengan binatang untuk menjunjung tinggi

rasa nilai-nilai toleransi dengan sesama makhluk ciptaan Tuhan.

Page 79: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

67

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Wiana, Ketut. Darmayasa Keagungan Sapi Menurut Weda. Jakarta: Pustaka

Manikgeni, 1993.

Titib, I Made. Teologi dan Simbol-Simbol dalam Agama Hindu. Surabaya:

Paramita, 2003.

Ananda, I Nyoman, Agama Veda dan Filsafat, Surabaya: Paramita, 2006.

Sari, Qi Manteb (Desta). Primbon Dewata Seri Mitologi Tanaman, Binatang, Dan

Makhluk Halus, Surabaya: Paramita, 2013.

Ketut Pidhadha, Padandha, dan Nyoman Pidhadha, Padandha. Tantri Kamandaka

(Nandhaka Harana) Teks dan Terjemahan dalam Bahasa Indonesia,

Surabaya: Paramita, 2006.

Gede Alit Udayana, I Dewa. Tumpek Kandang: Kearifan Lokal Bali untuk

Pelestarian dan Pengembangan Sumber Daya Ternak, Denpasar: Pustaka

Bali Post, 2008.

Putu Surayin, Ida Ayu. Seri V Upakara Yajna: Pitra Yajna, Surabaya: Paramita,

2002.

Donder, I Ketut, Kosmologi Hnidu: Penciptakan, Pemeliharaan, dan Peleburan

Serta Penciptaan Kembali Alam Semesta, Surabaya: Paramita, 2007.

Page 80: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

68

Wiana, I Ketut, Tri Hita Karana, Surabaya: Paramita, 2007.

Hadiwijono, Harun. Agama Hindu dan Budha. Jakarta: Gunung Mulia, 2010.

Zed, Mestikan. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2004.

Faisal, Sanapiah. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Pers, 2010.

Mittal, Mahendra. Intisari Veda: Pesan Tuhan untuk Kesejahteraan Umat

Manusia. Surabaya: Paramita, 1959.

Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT Gramedia,

1977.

Suprayogo, Imam. Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2001.

Fajri, Rahmat, dkk., Agama-Agama Dunia. Yogyakarta: Jurusan Perbandingan

Agama Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam UIN

Sunan Kalijaga, 2012.

Watra, I Wayan, Filsafat Manusia dalam Perspektif Hindu, Surabaya: Paramita,

2006.

Cudamani, Pengantar Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Yayasan

Wisma Karma Jakarta, 1987.

Adiputra, I Gede Rudia, dkk., Dasar-Dasar Agama Hindu, Jakarta: Lestari Karya

Megah, 2004.

Page 81: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

69

Mas Putra, Ny. I Gusti Agung, Upakara Yadnya, Denpasar: I.H.D. 1982.

Sudarsana, I.B. Putu, Ajaran Agama Hindu: Makna Upacara Bhuta Yadnya, Bali:

Yayasan Dharma Acarnya, 2001.

Sudarsana, I.B. Putu, Ajaran Agama Hindu: Uparengga, Bali: Yayasan Dharma

Acarya, 2000.

Ananda Kusuma, Sri Reshi, Aum Upacara Bhuta Yadnya, Bali: CV. Kayumas

Agung, 1985.

Jurnal dan Internet

Sangayu Ketut Laksemi Nilotama, Makna Simbol Gelar Raja dalam Masyarakat

Adat Bali. Jurnal ITB J.Vis. Art dan Des., Vol. 3, No. 1, (2009), h. 45.

Lihat: http://journal.itb.ac.id/downloadphp?file=D09097.pdf.

Rai Adnyana, Ida Bagus, “Hakikat Manusia Hindu”, diakses dari

http://prajatinijabar.org/berita/hakikat-manusia-hindu.html, pada tanggal 5

Juli 2017 pukul 10.30.

Ni Made Suwitri,”Samkhya Darsana,” artikel diakses tanggal 16 Maret 2019 dari

https://witriblog.wordpress.com/2019/3/16/syamkhya-darsana.html.

Wila Wadiana,”Hewan ini dijadikan Kendaraan oleh Para Dewa dan Dewi,”

artikel diakses tanggal 16 Mare 2019 dari

Page 82: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

70

https://Bobo.grid.id/read/08680233/hewan-ini-dijadikan-kendaraan-oleh-

para-dewa-dan-dewi?page=all.html.

Diases dari www.narayanasmrti.com/konsep-penciptaan-alam-semesta-hindu-

islam-kristendan-secara-ilmiah.html, pada tanggal 16 Maret 2019.

Diakses dari http://baliexpress.jawapos.com/red/69374/begini-makna-asu-bang-

bungkem-dalam-caru-pance-kelud.htm, pada tanggal 16 Maret 2019.

Diakses dari http://baliexpress.jawapos.com/red/59742/begini-sejarah-anjing-

pantang-dipukul-saat-pelaksaan-yadnya.htm, pada tanggal 16 Maret 2019.

Diakses dari www.tatkala.co/bagi-masyarakat-bali-anjing-itu-peliharaan-atau-

ternak.htm, pada tanggal 16 Maret 2019.

Wawancara

Wawancara Pribadi dengan Agus Wijaya selaku Pemangku Pura Jala Siddhi

Amertha Juanda, 8 Mei Surabaya, 2017.

Wawancara Pribadi dengan Ketut Suardaka selaku Pemangku Pura Jala Siddhi

Amertha Juanda, Surabaya, 12 Mei 2017.

Wawancara Pribadi dengan I Nengah Suka Arta salah satu pegawai Bimas Hindu

di Kementrian Agama Jawa Timur, Surabaya, 9 Mei 2017.

Wawancara Pribadi dengan Nyoman Parta selaku Tokoh Pura Jala Siddhi

Amertha Juanda, Surabaya, 8 Mei 2017.

Page 83: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

71

Wawancara Pribadi dengan Dewa Putu Adnyana selaku Guru Sekolah Pura Jala

Siddhi Amertha Juanda, Surabaya, 7 Mei 2017.

Wawancara Pribadi dengan Rajendra Wraspati selaku Guru Sekolah Pura Jala

Siddhi Amertha Juanda, Surabaya, 12 Mei 2017.

Wawancara Pribadi dengan Made Suparta selaku umat agama Hindu Pura Jala

Siddhi Amertha Juanda, Surabaya, 7 Mei 2017.

Wawancara Pribadi dengan I Gade Pasek Wira Bhuana selaku umat agama Hindu

Pura Jala Siddhi Amertha Juanda, Surabaya, 7 Mei 2017.

Wawancara Pribadi dengan Nika Dek Arini selaku umat agama Hindu Pura Jala

Siddhi Amertha Juanda, Surabaya, 7 Mei 2017.

Wawancara Pribadi dengan Wayan Arnadi selaku umat agama Hindu Pura Jala

Siddhi Amertha Juanda , Surabaya, 7 Mei 2017.

Page 84: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang
Page 85: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

LAMPIRAN II

1. Apa Pengertian binatang dan manusia menurut pandangan umat agama

Hindu?

2. Apa yang menjadi dasar umat Hindu mensucikan atau menghormati binatang?

3. Mengapa Dewa itu identik wujud dengan binatang?

4. Mengapa dalam upacara Panca Yajna harus dikaitkan dengan binatang?

5. Menurut Bapak dan Ibu, binatang apa saja yang disucikan atau dihormati

dalam agama Hindu?

6. Dalam agama Hindu ada beberapa binatang yang disucikan seperti sapi,

mengapa harus sapi yang sangat atau paling agung?

7. Apa hubungan manusia dengan binatang menurut atau pandangan Bapak dan

Ibu, sebagai umat Hindu?

Page 86: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

LAMPIRAN III

Nama : I Nengah Suka Arta, S.Pd.H (Bimas Hindu Kementrian Agama Jawa

Timur)

Alamat : Jl. Kentintang Madya Surabaya

No Hp : 081917294407

1. Binatang dalam pandangan Hindu merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang

memiliki derajat lebih rendah dari manusia, karena hanya memiliki 2 dasar

kehidupan yang disebut Dwi Pramana yang terdiri dari sabda yang artinya

suara dan bayu artinya tenaga hidup atau gerak. Sehingga binatang hanya

dapat tumbuh, bergerak dan bersuara saja. Sedangkan manusia berasal dari

kata “manu” yang artinya bijaksana atau berpikir, manusia merupakan ciptaan

Tuhan yang paling sempurna karena memiliki 3 dasar hidup yang disebut Tri

Pramana, yang terdiri sabda, bayu, dan idep. Dengan kekuatan sabda manusia

bisa berbicara antara satu dengan yang lainnya, dengan bayu manusia bisa

tumbuh berkembang dan bergerak, dan dengan idep manusia bisa berpikir,

dengan pikiran manusia bisa membedakan hal baik dan buruk (bijaksana).

Page 87: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

2. Dasar umat Hindu menghormati binatang disebutkan dalam Sarasamuscaya

“Ayuwa tan masih ring sarwa prani, apan prani ngara prana”, yang artinya

jangan tidak sayang kepada binatang, karena binatang atau makhluk adalah

kekuatan alam. Sloka tersebut mewajibkan umat Hindu untuk

mengembangkan kasih sayang kepada semua makhluk ciptaan Tuhan.

3. Dewa yang berprabawa dalam wujud binatang memiliki peran sesuai dengan

tugas yang diemban untuk menyelamatkan dunia.

4. Manawa Dharmasastra V.40 dinyatakan “ osadhyah pacawo wriksastir

yancah paksinastatha, yadnyartham nidhanam praptah, prabnu wantyutsritih

punah”, artinya tumbuh-tumbuhan dan hewan yang digunakan sebagai sarana

upacara agama kelak akan menjelma dalam tingkatan yang lebih tinggi. Dari

ulasan tersebut umat Hindu memiliki pandangan bahwa binatang yang

dipergunakan sebagai persembahan, justru akan menolong sang binatang

tersebut agar dapat menjelma kembali dalam kehidupan berikutnya menjadi

makhluk yang lebih sempurna, misalnya dari binatang menjelma manjadi

manusia.

5. Pada prinsipnya semua binatang dalam pandangan Hindu harus dihormati dan

disayangi, namun diantara binatang yang paling dihormati bahkan disucikan

adalah sapi.

6. Sapi merupakan binatang yang paling dihormati dan disakralkan atau

disucikan, menurut ajaran agama Hindu, sapi merupakan lambang dari ibu

pertiwi yang memberikan kesejahteraan kepada semua makhluk hidup di bumi

Page 88: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

ini. Sapi memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia terutama untuk

memenuhi kebutuhan pokok seperti susu, keju, mentega. Di India, terdapat

sistem pengobatan yang dinamakan Ayur Veda yang salah satu teknik

pengobatannya disebut dengan “Panca Gavya” yaitu lima bahan yang

menyucikan yang dihasilkan oleh sapi, yaitu: susu, yoghurt, ghee, kencing

(urine) sapi, dan kotoran sapi. Di Jawa sapi juga bukan hanya dibutuhkan

susunya namun juga digunakan tenaganya untuk membantu para petani dalam

mngerjakan sawah dan ladang bahkan transportasi.

7. Agama Hindu mengajarkan tentang Tri Hita Karana yaitu tiga penyebab

terciptanya kebahagiaan atau keharmonisan, yang terdiri dari Parahyangan

yaitu selalu harmonis dengan Tuhan dengan wujud bhakti atau sembahyang,

Pawongan yaitu selalu menjaga keharmonisan dengan sesama manusia,

Palemahan yaitu menjaga keharmonisan lingkungan alam termasuk

didalamnya tumbuhan dan binatang. Dengan demikian dapat digambarkan

bahwa kehidupan manusia tidak akan terlepas dari unsur Paleman (alam,

tumbuhan, binatang), manusia akan selalu membutuhkan keberadaan hewan

atau binatang untuk menenuhi kebutuhan hidupnya.

Page 89: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

Nama : Agus Wijaya (Pemangku Pura Jala Siddhi Amertha Juanda)

Alamat : Jl. Griya Candra Mas Sidati Sidiarjo

No Hp : 087852547418

1. Binatang adalah makhluk yang diciptakan oleh Tuhan yang mempunyai dua

kemampuan lebih sempurna dibandingkan tumbuhan. Sedangkan manusia

adalah makhluk yang lebih sempurna dari pada tumbuhan dan binatang,

manusia mempunyai tiga kemampuan namanya bayu (tenaga), sabda (bisa

bersuara), dan idep (berpikir) dan tidak ada pada binatang maupun tumbuh-

tumbuhan. Teori penciptaan menurut agama Hindu Tuhan menciptakan

menciptakan tumbuhan dulu, kemudian menciptakan hewan, lalu menciptakan

manusia urutan logika hidup. Di dalam konteks ini binatang adalah makhluk

yang diciptakan oleh Tuhan yang diberikan dua kemampuan oleh Tuhan,

manusia yang diciptakan oleh Tuhan yang diberikan tiga kemampuan oleh

Tuhan.

2. Urutan kelahiran itu kalau kamu punya kakak kamu hormat kepada kakak,

kakakmu dibanding dengan kamu siapa yang duluan lahir, manusia dengan

binatang siapa yang duluan diciptakan oleh Tuhan binatang, kita harus hormat

bukan menyembah, tapi kita harus hormat. Binatang makhluk yang duluan

diciptakan. upacara di Hindu yang namanya Tumpak Kandang itu adalah

Page 90: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

upacara keagamaan Hindu untuk menghormati binatang bukan menyembah,

menghormati karena dari segi urutan kelahiran penciptaan duluan ada.

3. Dewa Hindu itu ada banyak ada 33 dewa ada 9 dewa pengelompokan-

pngelompokan. Dewa itu tidak semua berwujud binatang ada satu dari ada

benar tidak semua. Genesa itu anaknya Tuhan yang berwujud binatang

kepalanya badannya manusia. Jadi saat Genesa kecil ditemgal lehernya

seharusnya mati tetapi atas kuasa Tuhan. Tuhan dalam Hindu Tuhan itu

mempunyai kekuasaan maha kuasa dan maha yang lainnya serba maha. Kalau

ada manusia, binatang mau dihidupkan oleh Tuhan bisa hidup apa tidak. Bisa

jadi Tuhan yang menghendaki. Kalau tidak bisa bukan Tuhan namanya.

Tuhan sendiri yang memberikan kehidupan. Menurut Tuhan kepalanya sudah

tempegal atau sudah mati beda badannya masih hidup terus disuruh cari gajah

ketemu kepala gajah dipotong kepalanya dipasangkan dengan tubuhnya

Genesa dan atas kekuasaan Tuhan, Tuhan itu mempunyai kekuatan kekuasaan

dipenggal lehernya gajah kecil di pasangkan ditubuh Genesa lalu nyambung

langsung ketubuh Dewa Genesa. Dewa Genesa suci dalam Hindu beliau yang

menulis kitab Weda karirnya pada zaman dahulu tidak semua Dewa seperti

itu.

4. Binatang dalam Hindu itu sebagian sebagai dari persembahan kepada Tuhan.

Di dalam Islam ada hari kurban binatang persembahan. Mirip di Hindu ada

kepercayaan ajaran itu bahwa dalam banten sarana doa Hindu itu ada binatang

yang persembahkan. Tetapi dalam Hindu ada kepercayaan binatang yang

Page 91: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

dipersembahkan itu jiwanya menjadi lebih tinggi tetapi ada hubungannya

dengan reinkarnasi kepercayaan keempat dari ajaran Hindu dari lima

kepercayaan utama itu keempat reinkarnasi. Jiwa manusia atau jiwa binatang

dan jiwa makhluk-makhluk lainnya itu tidak sekali lahir beda dengan ajaran

Islam. Dalam agama Hindu jiwa saya sudah lahir kerkali-kali. Binatang yang

dipersembahkan itu doanya pemangku sama pendeta yang lebih tinggi

padanne mantranya jika di artikan “ semoga rohmu pada akan kelahiran akan

datang meningkat lebih suci”. Jadi dia di doakan bukan disia-siakan untuk

menjadi lebih tinggi derajatnya. Dia bersyukur karena dia dipersembahkan dia

di doakan oleh orang suci untuk pada kelahiran akan datang dan rohnya lagi

tidak menjadi binatang lagi menjadi manusia. Di dalam Hindu itu jiwa itu dari

manusia manjadi binatang misalnya dalam hidupnya memfitnah orang, suka

teriak-teriak, nanti kalau dia mati dilahir lagi dia menjadi anjing itu

kepercayaan Hindu. Kelahiran akan datang menjadi hukum dari Tuhan bisa

hukum karma. Kenapa saya menjadi pemangku saya ingin kelahiran akan

datang setelah saya meninggal meningkat lagi mungkin tetap manusia tetapi

manusia lebih baik atau suci. Tinggal milih mau lebih rendah atau lebih

tinggi. Hubungan binatang dipersembahkan seperti itu dia tidak disia-siakan

di korbankan dan didoakan supaya lebih baik kehidupannya.

5. Asli dari India itu sapi mandini kalau menurut ajaran Weda. Kendaraan Tuhan

sendiri tetapi dasar ajarannya zaman dahulu, zaman agraris sapi itu digunakan

untuk sarana. Pada zaman utama kehidupan agraris sapi itu membajak sawah

Page 92: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

mengotong dari sawah disuruh kerja. Zaman dahulu sapi tidak dipotong dia

mati, mati sendiri. Sapi tidak menjadi persembahan karena dia dihormati

kalau dibuat pesembahan sarana banten bisa kerbau dipotong, terus kuda.

Pada zaman raja-raja upacara potong hewan persembahannya kuda lagi

binatang persembahannya ayam dan terus lain-lainnya. Sapi tidak

dipersembahkan akan tetapi dihormati. Sampai di Bali sampai sekarangpun

sebagian besar umat Hindu tidak memakan daging sapi, susunya diambil

diperas dan diminum tetapi binatangnya sendiri tidak.

6. Karena ajarannya bilang begitu Weda. Kalau logikanya Tuhan itu dia Tuhan

itu satu dalam Hindu Tuham mengambil menefestasi. Tuhan dalam Hindu

serba maha dia mau pecah dirinya menjadi 3 bisa, dia pecah dirinya menjadi 9

bisa, dia pecah dirinya menjadi 33 bisa. Ada lagi ajaran Tuhan itu bisa

menjadi Dewa, kadang menjadi manusia, menjadi buta, bisa menjadi semua

serba maha Tuhan itu macam-macam. Ketika dia berwujud Dewa, Dewa itu

punya kendaraan Dewa yang Trimurti Brahma, Wisnu, Siwa. Ketika Tuhan

berwujud Dewa Siwa kendaraannya namanya sapi nandini. Kendaraan Tuhan

sapi itu. Masak kendaraan Tuhan mau dibunuh dasarnya dari situ. Selain

logika-logika yang berikutnya itu karena sapi adalah binatang yang sangat

utama digunakan pada masyarakat agraris.

7. Urutan kelahiran dalam penciptaan alam semesta ini itu hewan itu duluan lahir

dari pada manusia. Dahulu hewan diciptakan Tuhan kemudian baru manusia.

Logikanya dalam urutan kakak beradik dalam satu keluarga adik menghormati

Page 93: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

kakaknya yang duluan lahir. Jadi kelahiran kita setelah binatang, kita

menghormati binatang itu hubungannya. Dan kemudian karena diciptakan

manusia, dan manusia lebih sempurna Tuhan juga memberi hak kepada

manusia boleh menggunakan haknya hewan untuk menjadi persembahan

dalam persembayangan Hindu. Tetapi dengan catatan bukan sia-siakan tidak

boleh misalnya ada binatang dikepruk kepalanya, diletakkan. Di Hindu itu

binatang yang mau dipersembahkan diperlakukan sangat baik. Itu binatang

suci di doakan, binatang lain mungkin mati terjeletak di jalan ditabrak mobil

tetapi binatang pesembahan didoakan jiwanya.

Page 94: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

Nama : Ketut Suardaka (Pemangku Pura Jala Siddhi Amertha Juanda)

Alamat : Jl. Perum Taman Surya Agung F1 No 1 Taman Sidoarjo

No Hp : 082237908186

1. Binatang adalah makhluk yang mempunyai dua kekuatan atau disebut dengan

Dwi Pramana, binatang hanya mampu hidup, hidupnya ada dua diam dan

bergerak sama binatang hanya bisa bersuara seperti burung, harimau macam-

macam suaranya, suaranya berbeda-beda sesuai dengan karakternya. Binatang

bisa berbuat hanya berdasarkan yeoni atau kekuatan yang diberikan saja

seperti membuat sarang seperti burung pinter membuat sarang tetapi sarang

saja. Binatang juga tidak bisa memperbaiki hanya bisa merusak karena

yeoningnya yang diberikan oleh Tuhan ada dua, tidak ada berpikir

masalahnya. Sedangkan Manusia adalah makhluk yang mempunyai tiga

kekuatan yaitu baik bayu, sabda, dan idep, idep kelebihannya. Bayu kekuatan

hidup, sabda itu bersuara atau berbicara, dan idep ini adalah berpikir.

Kelebihan manusia dibandingkan dengan binatang bepikir. Seperti manusia

membuat rumah, dan sebagainya, bisa berpindah-pindah kemudian manusia

juga bisa memperbaiki yang rusak menjadi bagus, dan menjadi rusak. Itu saja

perbedaan manusia dengan binatang dalam binatang tidak bisa berpikir.

Page 95: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

2. Yang menjadi dasar adalah Tri Hitakarana antaranya 3 hubungan yang

menyebabkan kita harmonis. Satu hubungan dengan sang pencipta seperti

sembahyang, layani di Pure dan lain-lain. Kedua hubungan manusia dengan

manusia besosialisasi, keteman, manusia dengan manusia harus baik, manusia

sebelum lahir dalam kandungan sudah membutuhkan bantuan orang lain

sampai matipun diusung orang lain. Hubungan manusia dengan alam. Alam

ini bermacam-macam disamping manusia ada juga binatang ada tumbuh-

tumbuhan. Kalau kita dengan binatang misalnya tidak harmonis kemudian

bunuh-bunuh saja, makan-makan saja, tanpa ada perawatan, memelihara

seperti ayam habis. Maka manusia kesulitan sendiri, kalau tidak ada hubungan

tidak memahami alam sesungguhnya. Alam itu perlu dilestarikan oleh

manusia baik tumbuh-tumbuhan maupun binatang. Tumbuh-tumbuhan seperti

pohon ditebang begitu saja tanpa ada peremajaan yang rugi manusia

kehabisan kayu. Jika alam murka begitu karena tidak ada menahan air-air

hujan itu menghancurkan dirinya sendiri. Itu sebetulnya kenapa manusia harus

memelihara merawat alam khususnya tumbuh-tumbuhan dan binatang, karena

manusia hidup dari dua itu sat hewani, sat nabati. Kita tidak makan saja tetapi

merawat juga. Inilah manusia punya berpikir supaya hanya makan,

mengambil, tetapi merawat mereka supaya berkelanjutan makmur demi

manusianya.

3. Dewa di idedintik dengan berwujud binatang sebetulya tidak seperti wisnu itu

beliau sebagai memelihara wujudnya air. Air itulah wujud pemeliharaan oleh

Page 96: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

Dewa Wisnu. Kalau binatang hanya simbolisasi saja sebagai suatu

keperwujudan. Inikan umat Hindu sendiri mempunyai simbol. Dahulu ada

binatang yang dipakai tumpangan Dewa Siwa seperti lembu, sapi. Mangkanya

orang Hindu mengatakan sapi itu adalah Dewa itu simbolis semuanya tidak

ada. Binatang itu simbolis. Zaman dahulu tidak seperti sekarang peralatan alat

kerjanya zaman dahulu merawat makanan disawah. Ada yang membajak

dengan binatang itu dengan sapi, sapi itu bayangkan dia sudah mau dipakai

kerja, kotorannya menjadi rabuk, kencingnya menjadi rabuk, dan mereka

tidak puas mau saja dipecuti sana kemari demi untuk kehidupan padi-padi

yang ada di sawah. Sehingga tumbuh bagus. Itu semua di bajak oleh sapi itu

kemudian kotorannya mampun kencingnya menjadi rabuk besar jasanya.

Orang Hindu menganggap juga memakan sapi bukannya tidak boleh, di

Hindu tidak ada larangan apapun hanya ada anjuran sebaiknya tidak memakan

daging sapi karena sapi itu diperah susunya demi anaknya demi anak manusia

minum air susunya tetapi berarti sapi mewakili ibu kita. Anak manusia ibunya

sakit tidak bisa menyusui kan membeli air susu untuk diminum. Itu berarti

saat beliau menjadi ibu binatang ini, karena merawat sebagai pemelihara,

Wisnu sebagai pemelihara. Kemudian ketika sapi juga digunakan membajak

di sawah sapi menumbuhkan merawat tumbuh-tumbuhan beliau teman kerja.

Ajuran Hindu mengapa sebaiknya tidak memakan daging sapi karena

kekuatan itu satu sebagai wakil ibu, simbolisasinya adalah minum air susunya.

Kedua karena sapi itu teman kerja bukan tidak boleh bukan ada larangan

Page 97: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

Hindu tidak melarang memakan sapi saja. Tetapi anjurannya seperti itu,

karena seperti itu kebanyakan orang Hindu tidak memakan daging sapi, itu

hanya anjuran itu hanya khiasan di buat bentuk seperti itu supaya manusia

cepat memahami filsafat Hindu.

4. Yadnya ukuran besar seperti caru. Yadnya kepada Dewa, misalnya Dewa

yadnya walaupun upacara kecil tidak harus binatang, buah-buahan, daun-

daunan, bunga, tupa itu sudah cukup tetapi bila kita mengarah yang sudah

besar tingkat besar itu ada istilahnya suku 2, suku 4 ada yang berkaki 2 seperti

ayam, berkaki 4 misalnya kerbau, babi. Ini sebetulnya bukan keharusan

Karena manusia mengindektikkan dengan sesuatu yang lebih besar saja.

Sebetulnya nanti saya melihat upacara saya menjelaskan upacara harus

menggunakan apa. Kemudian upacara yang banyak menggunakan binatang

seperti Bhuta yadnya. Upacara Bhuta yadnya adalah upacara kepada para

penghuni bumi alam halus seperti butakala. Kenapa kita perlu binatang karena

itu ada tingkatan juga kalau cuman sehari-hari pembersihannya sebetulnya itu

upacara pembersian. Binatangpun yang digunakan untuk upacara tidak semua

binatang tertentu seperti butakala itu waktu, identikkan binatang-binatang

yang mengetahui waktu. Kalau yang paling kecil setiap harinya ayam yang

jelas, karena ayam itu pagi sudah mengetahui matahari sudah terbit sudah

bangun tempat dia baru keluar dari tempat tidurnya, sore sudah gelap dia

kembali. Manusia tidak seperti itu. Binatang itu tidak seperti itu. Anjing

makan tidak memandang waktu. Kemudian ayam ini disembelih yang

Page 98: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

disembelih bukan ayamnya tetapi kita mengidentikkan sifat-sifat ayam. Sifat

ayam bagaimana dia sudah menggauhi anaknya, istrinya, cucunya, buyutnya,

sampai siapa saja digauhi. Digauhi dengan tidak bagus kepala dipegang sudah

diinjak-injak. Kemudian sudah dikasih seperti itu. Sifat-sifat manusia yang

seperti sifat-sifat ayam yang mengotori yang sebetulnya diidentik yang kita

bunuh. Kita bunuh sifat-sifat seperti ayam itu. Kalau kita di identikkan dengan

upacaranya dengan sifat-sifatnya. Mangkanya binatang yang dipilihpun yang

sifatnya jahat seperti itu. Kedua adalah babi kenapa babi karena perusak,

pemales, kotor. Jadi kita di identikkan membunuh sifat-sifat males, sifat-sifat

merusak, sifat-sifat kotor sebetulnya. Tujuannya supaya kita mengatur

kembali sifat-sifat kepada buta, supaya manusia tidak membawa sifat-sifat itu.

Kalau dari filsafatnya itu hanya segitu sebetulnya.

5. Binatang suci dan dihormati sebetulnya tidak suci dan dihormati tetapi

tergantung fungsi binatang itu dalam upacara seperti ayam bukan suci dan

digormati kita bunuh dalam upacara. Kedua anjing, anjingpun menjadi

butakala ataupun yang sifatnya 5 tahun 10 tahun sekali yang berhubungan

dengan waktu. Biasanya ada upacara maresigane upacara menggunakan ayam,

bebek, anjing itu sifat-sifat anjingpun ada sifat-sifat kalanya waktunya. Coba

liat bulan seperti bulan kameran maret, September anjing kawin namanya

kesange. Anjing kawin dia mengetahui waktu selain itu, anjing tidak ada

nafsu selain waktu itu bulan maret dan september. Jadi mengetahui waktu

tahunnya, waktu yang panjang. Kalau ayam waktunya harian, kalau anjing

Page 99: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

tahunan 6 bulan sekali kawin bulan maret terutama. Upacara-upcara yang

menggunakan waktu yang lebih panjang digunakanlah anjing itu, karena

mengetahui waktu yang panjang. Tidak ada kita menghormati binatang tetapi

kita menyesuaikan dengan sifatnya kenapa anjing dihormati karena dipelihara

di rumahnya. Orang-orang tertentu menghormati anjing bukan menghormati

anjing tetapi menyanyangi anjing di rumahnya karena anjing itu lambang

kesetiaan anjing dahulu dalam bahasa jawa asu karena membawa sifat

kesetiaan asubakarma dan subakarma baik dan sifat buruk manusia yang

paling setia menemani manusia sampai mati. Kalau kita jahat disini bawa

kesana sifat dan kita akan di hukum disana itu kesetiaan perilaku kita. Kalau

kita baik disini kita mendapatkan yang bagus itu kesetiaan di identik di bumi

dengan bahasanya asubakarma dan subakarma baik dan buruk perbuatan.

Sehingga Darmawase di simbolisasi membawa anjing membawa sifat-sifat

baik dan buruk. Mangkanya di tegur anjing ini kalau baik akan menjadi Dewa

Darma ini sifat saya yang muncul, ini yang akan mengantarkan kedalam

surga. Kalau membawa sifat jahat dia diantarkan ke naraka. Karena

asubakarma dan subakarma yang paling setia menemani manusia sampai ke

dalam sana tidak lain dari sifat baik dan buruk.

6. Bukan yang paling agung karena sapi itu diambil susunya dia seolah mewakili

ibu. Kadang-kadang ibu belum tentu memberi susu karena dia punya penyakit

sehingga sapi di saat itu diminum susunya oleh manusia mewakili ibu kita. Di

saat jadi teman kerja, sapi menjadi membajak sawah kemudian kotorannya

Page 100: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

memberikan rabuk, kencingnya memberikan rabuk. Sapi adalah teman kerja

harus di hormati, harus disanyangi. Sehingga manusia mengetahui orang

Hindu sadar tidak memakan daging sapi, karena melihat begitu besar jasanya

sapi itu. Bukan karena kita menghormati sapi itu karena alat kemakmuran. Di

dalam 3 fungsi Dewa Brahma, Wisnu, Siwa. Brahma pencipta, kemudian

pemelihara Dewa Wisnu. Alat pemeliharan itu sapi di identikkan orang

Hindu. Sapi itu diberi simbol tersendiri karena di identikkan memelihara

dalam melihara manusia karena memberikan susu dan teman kerja. Tidak ada

kita memuja itu hanya simbolis.

7. Tergantung binatang apa kalau misalnya ayam orang Hindu mengenal Tri

Hitakaran 3 hubungan yang dapat memberikan kemakmuran, manusia di kasih

pemikiran untuk merawat. Kalau ingin makan harus dirawat. Dirawat dulu

supaya tidak sampai punah sampai habis. Itu hubungan manusia dengan

binatang. Sehingga zaman saat ini banyak orang tertentu di Kota tidak mau

merawat tetapi beli makan-makan, akhirnya lama-kelamaan binatang itu

langka. Manusia sebetulnya tidak bisa merawat, bayangkan saja kalau

kelamaan-kelamaan orang memelihara qaran saja tidak ada ayam kampung,

tidak dapat telornya maka orangpun tidak ada. Sehingga di daerah-daerah ada

pembudidayaan ayam dengan perawatan supaya bisa nelor. Mangkanya telor

melimpah, karena ada yang memelihara, merawat, memberi makan sehingga

hasilnya dimakan jangan sampai pokoknya. Sebetulnya itu hubungan kita

dengan alam semesta seperti tumbuh-tumbuhan. Kalau kita ingin

Page 101: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

mendapatkan kembang harus ada perawatan. Kembang tetap ada, orang-orang

senang melihatnya hidup. Dalam sembahyang kita memakai kembang itu

sendiri. Perlu ada pembudidayaan atau perawatan kembang itu. Sebabnya

manusia disini berbuat. Sembahyang juga merupakan perbuatan dimana

disuatu saat beliapun akan campur tangan di dalam alam semesta membantu

orang yang mau berusaha. Contoh kalau kita tanam kembang kita tidak

mungkin bisa membesarkan pohon kembang itu dan manusia tidak bisa

membuat daunnya, membuat bunganya, apalagi buahnya tidak mungkin. Kita

cukup hanya menanam, menyiram, merawat, supaya dia tetap hidup dari

gangguan binatang. Manusia hanya bisa berbuat dan merawat pohon itu kalau

kita sudah ada pengabdian untuk merawat alam ini dengan sendirinya nanti

alampun dengan campur tangan Tuhan dalam pengabdian kita akarnya di

tumbuhkannya oleh Tuhan. Karena manusia mau menyiram, manusia tidak

bisa membuat akar. Tuhan akan campur tangan dengan urusan menumbuhkan

akar, membesarkan batangnya. Kemudian memberikan daunnya, akhirnya

berbunga, berbuah. Manusia tidak akan bisa kita wajib menyiram. Manusia

tidak bisa membuat sesuatu yang lebih dari itu, itu campur tangan Tuhan

apabila kita mewatnya.

Page 102: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

Nama : Nyoman Parta (Tokoh Pura Jala Siddhi Amertha Juanda)

Alamat : Jl. Derta Sari Indah H 19 Waru

No Hp : 081332000771

1. Tuhan menciptakan alam ini terdiri dari tumbuhan, binatang, dan

manusia. tumbuhan hanya bisa memiliki tenaga. Binatang hanya bisa

memiliki suara dan hidup. Sedangkan manusia memiliki suara, hidup

dan pikiran. Jadi manusia lebih sempurna dari binatang dan tumbuhan.

2. Jadi karena 3 maka umat Hindu identik saudara alam ciptaan Tuhan.

Manusia menghormati binatang.

3. Dewa Genesa tetapi adalah sebuah kisah ibunya. Dewa Genesa

sebenarnya berwujud manusia saat dilahirkanpun Siwa suatu tempat.

Jadi si anak tidak mengetahui wujud bapaknya. Suatu hari nandi Siwa

mau masuk pintu agar dibuka. Singkat pergi pulang oleh si anak suatu

perintah ibunya Dewi Parwati tidak diperkenankan masuk kedalam

melalui dialog. Dewa Siwa memanggal kepala Dewa Genesa dan

Dewa memerintah mencari mahluk yang pertama itulah yang menjadi

kepala anakku seekor gajah keaslinya.

Page 103: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

4. Manusia itu dilahirkan mengapa. Semua binatang selain buah-buahan

dan tumbuhan sebagai wujud bakti manusia kepada Tuhan, agar

persembahan dibakti sebelum dinikmati Tuhan dan membutuhkan

maka karena yang ada di alam miliknya. Masih dikasih pewenang oleh

Tuhan di alam kemudian kebutuhan hidupnya boleh memperoleh

binatang dan tumbuhan. Ekosistem berjalan dengan seimbang sebelum

binatang dan tumbuhan di persembahkan oleh manusia.

5. Semua binatang adalah seperti itu dihormati oleh agama Hindu karena

sama-sama ciptaan Tuhan. Aku adalah kamu, kamu adalah aku.

6. Sapi adalah kendaraan Dewa Siwa jadi Tuhan 3 Dewa dalam

filosofinya. Horizontal, Brahma adalah pencipta, Wisnu adalah

pemelihara, Siwa adalah penghancur atau pelebur. Sapi membantu kita

membajak di sawah dan susunya menghasilkan yang digunakan oleh

ibunya. Penghormatan umat Hindu terhadap sapi identikkan manusia

menghormati ibunya.

7. Identik-identikkan dengan memohon kepada Tuhan untuk digunakan

perjalanan ekosistem. Maksudnya hubungan antara Tuhan, sesama

manusia, dan alam.

Page 104: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

Nama : Dewa Putu Adnyana (Guru Sekolah Pura Jala Siddhi Amertha Juanda)

Alamat : Jl. Perum Gariya Permata Hijau No 10 Wodoro Candi Sidoarjo

No Hp : 087703391873

1. Makhluk ciptaan Tuhan itu ada 3 klasifikasinya yang pertama makhluk Eka

Pramana, makhluk Eka Pramana makhluk yang mempunyai satu daya

kemampuan dasar yang disebut dengan bayu. Bayu kalau cari makan,

kemampuan bergerak saja. Apa yang di golongkan Eka Pramana adalah

tumbuh-tumbuhan. Kemudian yang kedua itu makhluk yang mempunyai Dwi

Pramana dua kemampuan dasar yaitu gerak dan suara yang disebut dengan

sabda, jadi bayu dan sabda. Sabda itu bisa bersuara dan inilah binatang. Yang

paling sempurna itu adalah Tri Pramana manusia yang mempunyai bayu

tenaga atau bergerak, kemudian sabda bersuara, dan idep berpikir. Kalau

dilihat dari sini binatang adalah tergolong binatang Dwi Pramana. Kalau

manusia tergolong binatang Tri Pramana. Itulah sebabnya manusia dikatakan

makhluk yang paling sempurna atau paling lengkap karena mempunyai 3

kemampuan.

2. Dalam agama Hindu kewajiban untuk menghormati semua makhluk bagi

manusia karena dia makhluk ciptaan Tuhan. Oleh karena itu bagi orang Hindu

menganggap tumbuhan, binatang itu meskipun berbeda kelas di anggap

Page 105: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

saudaranya oleh karena itulah harus diperlakukan seperti manusia. Tumbuhan,

binatang dan alam tempat hidup ini harus diperlakukan secara manusiawi

diperlakukan seperti dirinya. Oleh karena itulah di Hindu ada hari yang

khusus menghormati tumbuh-tumbuhan memuliakan tumbuh-tumbuhan,

memuliakan binatang selain memuliakan manusia itu sendiri. Binatangpun

dilakukan secara manusiawi. Oleh karena itu unsur-unsur alam itu juga di

perlakukan secara manusiawi seperti tanah, tanah dibuat patung, patung itu

kemudian disarungi. Jadi intinya kita memperlakukan sesuatu yang ada di

alam itu sebagai ciptaan Tuhan. Ini berhubungan dengan bakti kita

sesungguhnya. Orang yang berbakti kepada Tuhan orang yang cinta kepada

Tuhan harus mencintai semua ciptaannya, tidak egois. Orang berbakti kepada

Tuhan hanya fokus kepada Tuhan saja harus di tujukan keciptaannya. Sama

seperti kita mencintai orang tua kita cintai juga saudara-saudara yang lain dari

orang tua kita. Hanya cara menyanyangi, mencintai, mengasihi, berbeda-beda.

Tetapi cinta itu adalah kepada Tuhan. Karena kehidupan manusia pada

akhirnya Tuhan. Apapun yang kita lakukan di dunia ini itu sebagai bentuk

bakti penghormatan kemudian pemuliaan, maupun kepada Tuhan. Oleh

karena itulah dalam agama Hindu ada konsep namanya Tri Hitakarana 3

hubungan harmonis yang menyebabkan terjadinya kebahagiaan hidup di dunia

ini. Kalau hubungan ini salah satu di adakan itu tidak akan terjadi kehidupan

keharmonisan. Ada mantarnya berbunyi“ kita misalnya jangan

mengharapkan kebahagiaan yang sejati dalam kehidupan apabila dia tidak

Page 106: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

mencintai alam” . kita misalnya bagus sujut bakti kepada Tuhan barang kali

sesama manusia bagus tetapi alam kita tidak dicintai kita rusak apa

dampaknya. Bagi kita sebenarnya hukum ini logis sebenarnya saya rasa dalam

agama lain juga begitu. Manusia dalam hidup ini hendaknya secara aktif

menggerakkan hukum yang tiga tadi, aktif melakukan hubungan dengan

Tuhan, baik dengan sesama manusia, baik dengan alam. Apabila dilakukan

maka terjadilah kebahagiaan hidup ini.

3. Ada dalam agama Hindu itu Dewa di identikkan di simbolkan dengan

binatang-binatang tertentu seperti Dewa Genesa kepala gajah. Sebenarnya itu

selain ada metodologinya kita logikanya gajah itu binatang yang sangat cerdas

dan tergolong binatang yang bijaksana. Jadi real oleh manusia bahwa Dewa

bertugas sebenarnya melindungi, memelihara manusia. Sifat-sifat Dewa

cerdas, mengasihi, menyanyangi, memelihara, melindungi dan lain-lain.

Apabila di simbolkan dengan binatang, di pilih binatang yang mempunyai

karakter seperti itu. Lebih mudah diperlihatkan kepada manusia sebenarnya.

4. Emang ada dalam disitu pengorbanan binatang terutama upacara Bhuta

yadnya adalah upacara yang berkaitan dengan penyucian dan penghormatan

terhadap alam, itu ada binatang-binatang yang digunakan. Itu sebenarnya di

dalam agama Hindu pengorbanan binatang itu bukan bermaksud membunuh

dan menyakiti, itu ada keyakinan namanya mensomea adalah meningkatkan

derajat binatang itu dari binatang karena di Hindu ada namanya reinkarnasi.

Nanti derajat rohnya melebihi binatang bisa menjadi manusia atau dalam

Page 107: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

sifatnya nanti menjadi manusia, dan pada kelahiran yang akan datang

mempunyai sifat-sifat manusia. Sebagai satu filosofi orang Hindu selalu

berdoa semua makhluk meningkatkan derajatnya. Derajat yang lebih tinggi

lebih baik, lebih suci sehingga dia mencapai terakhirnya kepada Tuhan.

Karena konsep yang diajarkan oleh Hindu tujuan akhirnya moksa. Moksa

kembalinya bersatu atman, rohini kepada Brahman. Kesadaran roh akan

meningkatkan apabila dia mengambil wujud yang berbeda-beda. Apabila

nanti mengambil wujud binatang, manusia, tentu akan mempunyai kelebihan

dalam hal hidupnya. Sehingga lebih mempunyai peluang Brahma

meningkatkan karenanya perbuatan yang lebih baik. Meningkatkan derajat

kesucian meningkatkan derajat kesadaran rohnya. Di samping itu manusia

kesadarannya sama kecerdasan ini, kesadaran mencerminkan kecerdasan

orang. Semakin tinggi kesadaran ritual cerdas orang itu, ini proses somea. Jadi

meningkatkan derajat kesadaran roh binatang itu menjadi kesadaran yang

lebih tinggi. Itu mangkanya binatang itu dikorbankan. Di korbankan salah satu

tidak menyakiti semua dikorbankan mati semua nanti. Kalau saya pribadi itu

sebagai pahlawannya berkorban. Dia mewakili binatang-binatang lainnya

untuk meningkatkan derajatnya karena sesuai dengan filosofinya manusia itu

harus berupaya bagaimana unsur-unsur alam ini menjadi tetap baik selain

menjaga, oleh karena itu tidak boleh merusak alam, tidak boleh menyiksa

binatang dan lain-lain. Tetapi wujud kasih sayangnya juga ditujukan melalui

upacara ini. Memotong binatang bukan karena kejaman karena syarat

Page 108: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

membunuh sudah ada. Di cari titik yang menyebabkan mati kemudian waktu

membunuh juga ada doanya.

5. Sapi, gajah, tetapi secara umum semuanya, tetapi khusus binatang-binatang

yang dipelihara seperti anjing. Semuanya yang dipelihara yang betul-betul di

rasa bermanfaat bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari bagi orang yang

memelihara, anjing sangat dihormati anjingnya makanya ada hari khusus

binatang namanya tumpek kandang atau yang disebut tumpek uye. Itu hari

khusus penghormatan terhadap binatang. Kalau manusia mempunyai anjing,

anjingnya yang dihormati di kasih selamatan diberi pakaian. Kalau

mempunyai babi, babinya yang dihormati. Kalau punya sapi, sapinya yang

dihormati.

6. Di dalam metodologi sapi sebagai kendaraan Dewa Siwa tetapi secara historis

binatang yang banyak menolong manusia. Karena dipakai tenaganya, bagi

yang tidak makan daging susunya sangat bermanfaat. Tenaganya bermanfaat

untuk membajak sawah, mengangkut hasil panennya, pupuknya berguna. Jadi

kalau kita lihat kedekatannya dengan manusia itu sapi dan jasanya kepada

manusia itu adalah sapi. Kalu dilihat kenyataannya selain metodologi, sapi

dihormati seperti itu. Sehingga ada petuah dari orang suci juga “tegahkah

kamu membunuh ibumu atau membunuh ayahmu”. Karena sapi dianggap

seperti itu menolong manusia bekerjaannya membajak, mengangkut hasilnya,

susunya berguna, kalau sampai binatang dibunuh. Ada orang yang

mengibaratkan seperti itu. Sehingga ada orang yang sangat menghormati

Page 109: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

terhadap nasehat itu tidak mau membunuh apalagi memakan daging sapi. Jadi

hubungan kedekatannya. Dalam teologi Hindu Tuhan itu adalah yang pertama

Tuhan yang tidak berwujud Tuhan yang tidak mempunyai sifat atau Tuhan

yang belum menciptakan disebut nirguna brahma, kemudian begitu beliau

aktif menciptakan alam kemudian memelihara alam ini beliau Tuhan disebut

saguna brahama. Beliau Tuhan saguna brahma mempunyai sifat menciptakan,

memelihara, melebur. Mencipta Brahma dianggap Tuhan berwujud yang

mempunyai sifat kemudian Wisnu sang pemelihara, Siwa sang pelebur.

Pelebur mengembalikan ke asalnya. Milsanya manusia tercipta dengan tubuh

ada rohnya ketika mati tubuhnya kan harus hancur. Ini fungsi Siwa

meleburkan perusak. Tubuh manusia dari Panca Mahabuta yaitu unsur bayu

udara, unsur akasa, unsur teja adanya panas tubuh, kemudian zat cair bentuk

darah. Dewa Siwa mempunyai kendaraan sapi, sapi gaib yang bisa diliat oleh

orang-orang tertentu wujudnya sapi itu. Mangkanya itu salah satu alasan

mengapa sapi ini sangat dihormati.

7. Hubungan sangat erat tidak bisa dipisahkan karena dalam prosesnya, alam ini

tercipta setelah alam tercipta ada salah satu unsur alam bumi tempat kita.

Bumi dahulunya ada kemudian baru tumbuh-tumbuhan dari tumbuhan

sederhana kemudian rumput, pohon, kemudian dalam metogologinya dilihat

Tuhan menciptakan tumbuhan terus nanti penuh dengan tumbuhan

mangkanya dunia dianggap sepi, diciptalah binatang yang memakan

tumbuhan. Kemudian binatang yang memakan binatang andaikan semua

Page 110: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

binatang ini memakan tumbuhan dimakanlah henefora binatang yang

memakan binatang sehingga populasinya bisa seimbang. Kemudian diciptalah

henefora yang memakan tumbuhan sehingga memakan binatang. Manusia itu

di dalam kitab Reg Weda manusia tidak mencapai kebahagiaan yang seperti di

dunia ini, apabila dia tidak menghormati alam ini termasuk tumbuhan dan

binatang termasuk Panca Mahabuta. Air di cemari, udara kotor, kira-kira

hidup kita bagaimana sehat apa tidak. Tumbuhan sebagai penghasil makanan,

mangkanya bumi ini kuat. Di dalam agama Hindu disebut dengan naga

ananta boga. Naga artinya lapisan bumi Ananta terus-menerus Boga makan.

Terus menerus yang menghasilkan makanan. Maka apa tumbuh-tumbuhan itu

tumbuh dari tanah. Itulah yang menghasilkan makanan jadi berupa sayur-

sayuran, buah-buahan, kemudian karena adanya tumbuh-tumbuhan yang

hidup binatang juga hidup karena adanya tumbuhan dan binatang, maka

merusakpun bisa hidup. Semua yang diciptakan oleh Tuhan berupa tumbuh-

tumbuhan sepupu dia, binatang pasti ada manfaatnya. Kalau dikaitkan dengan

kita tumbuh-tumbuhan dan binatang adalah penunjang hidup kita yang

menyebabkan justru mencapai hidup yang bahagia di dunia. Tanpa itu apa

yang terjadi. Binatang itu makan tumbuhan berjasa mengatur keseimbangan

alam sebenarnya. Jadi selain dia menjaga keseimbangan alam, binatang juga

bermanfaat untuk memberikan sumber makanan bagi kita juga, sumber tenaga

bagi kita. Meskipun sekarang sudah digantikan dengan mesin tenaga-tenaga

itu tetapi sumber makan tetap. Jadi ekonomi menjadi meningkat bergairah

Page 111: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

karena jasa tumbuhan dan binatang. Oleh karena itulah hubungan kasih

sayang itu antara manusia dengan tumbuhan dan binatang itu mutlak harus

dilakukan. Kembali konsep Tri Hitakarana harmonis dengan Tuhan, hubuagan

harmonis dengan sesama manusia, hubungan harmonis dengan alam itu hal

yang mutlak. Sehingga ditegaskan lagi tidak boleh salah satu dihilangkan

karena manusia itu hanya cinta kepada Tuhan berbakti kepada Tuhan tetapi

tidak mencintai sesama manusia jadi kacau. Apalagi saling membenci akan

kacau.

Page 112: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

Nama : Rajendra Wraspati (Guru Sekolah Pura Jala Siddhi Amertha Juanda)

Alamat : Jl. Raya Juanda A 10

No Hp : 085335025216

1. Dua-duanya ciptaan Tuhan yang membedakan binatang dengan manusia.

Kalau manusia memiliki 3 Pramana yaitu sabda, bayu, dan idep. Sementara

binatang hanya memiliki sabda dan bayu. Sabda, bayu dan idep berarti sabda

bisa suara, bayu bisa hidup, idep bisa berpikir. Yang membedakan manusia

dengan binatang berarti adalah manusia bisa berpikir sedangkan binatang

tidak bisa berpikir.

2. Jadi sama-sama makhluk hidup itu memang ketika kita berhubungan

harmonis dengan makhluk hidup. Di Hindu mengenal ada 3 yang pertama

harmonis dengan Tuhan, harmonis dengan manusia, terakhir harmonis dengan

lingkungan sekitarnya. Binatang ini termasuk lingkungan seperti tumbuhan

dan binatang. Seperti sapi dalam Hindu kita mengenal 3 ibu, yang pertama ibu

melahirkan, kedua ibu yang memelihara, yang ketiga ibu yang menyusui.

Disini semua binatang yang menyusui kambing, kerbau, babi, yang sering di

buat susunya menyusui manusia. Kita merasakan sapi itu ibu kita juga dari

sisi pandangan sapi sebagai ibu. Kemudian wahana sapi itu kendaraan salah

satu Dewa manefestasi sang Widi Brahma Widi. Salah satunya Dewa Siwa.

Page 113: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

3. Secara mentah seperti Dewa Genesa berkepala gajah, yang jelas merupakan

simbol ada taringnya yang patah ada tangannya kemudian ada belalainya yang

panjang. Tidak di identikkan saya rasa tidak di identikkan dengan binatang.

4. Karena dalam sarana upacara itu ada unsur-unsurnya. Sebetulnya tidak harus

dengan binatang ketika binatang itu di jadikan sarana upacara dalam Hindu

kita mengenal atman itu yang menjadikan sebuah makhluk hidup menjadi

hidup ketika lahir ke dunia baik menjadi manusia, tanaman, maupun binatang

itu atmannya terikat dengan raga. Sementara binatang dipergunakan sarana

upacara maka dia mempunyai kesempatan ketika atman ini lepas dari raganya.

Ketika binatang menjadi sarana upacara kemungkinan dia lahir ke dunia

menjadi manusia yang lebih baik itu lebih besar dibandingkan dengan

binatang yang mati karena mati tanpa digunakan upacara.

5. Sapi, karena gambaran umumnya sapi yang di pandang di sucikan dan

dihormati.

6. Pandangan kami umat Hindu dan dari segi binatang dalam trimurti ada

beberapa yang menggunakan binatang sebagai wahana atau kendaraannya

salah satu sapi. Karena sapi salah satu binatang juga susunya di konsumsi oleh

anak manusia. Jadi ibu yang 3 melahirkan, memelihara, menyusui, sapi itu

sama seperti ibu. Ibu bagi kami karena menyusui sehingga yang mengusai

hidup ada darah ada susunya sapi yang ada dalam tubuh manusia.

7. Yang jelas kita berusaha harmonis jadi ketika binatang itu ada kita

memanfaatkan tenaganya, perilakunya. Yang jelas kalau kita membunuh

Page 114: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

binatang itu tidak boleh membunuh karena emang membunuh binatang itu

perbuatan yang tidak baik tetapi binatang itu di bunuh karena untuk di

konsumsi. Karena emang tujuannya binatang layak hidup atau sarana

uapacara yang berarti nanti berusaha meningkatkan kehidupan binatang

kehidupan selanjutnya.

Page 115: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

Nama : Made Suparta (Umat Agama Hindu Pura Jala Siddhi Amertha Juanda)

Alamat : Jl. Pondok Wage Taman Sidoarjo

No Hp : 08885002847

1. Manusia dengan binatang sama-sama makhluk hidup mereka semua berhak

untuk hidup. Binatang itu bisa membantu manusia dalam kehidupannya kita

tidak lepas dari binatang karena hubungan manusia dengan Tuhan, manusia

dengan manusia, manusia dengan binatang. Kita perlu kembangkan dan tida

lepas dengan kebutuhan kita dengan binatang. Binatang sebagai makhluk

yang sangat-sangat kita butuhkan dalam kehidupan misalnya untuk membajak

sawah misalnya anjing menjaga rumah dan sebagainya. Manusia sebagai

makhluk ciptaan Tuhan yang sangat diberikan keutamaan dibandingkan

dengan makhluk lainnya, karena manusia paling utama. Manusia itu posisinya

bisa mengatur yang lainnya dari ciptaan-ciptaan Tuhan itu.

2. Di dalam kitab Weda ada bahwa terutama sapi itu sangat membantu maka kita

sayangi seperti halnya kita sebagai manusia ada manusia yang membantu kita,

kita harus sayangi manusia-manusia itu. Binatangpun juga seperti itu karena

binatang membantu kita dalam kehidupan kita menjadi semakin makmur,

maka kita sayangilah binatang itu. Bukan kita sakiti binatang-binatang itu, itu

sudah ada dalam ajaran kitab Weda.

Page 116: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

3. Tuhan menciptakan Dewa, Dewa inilah yang mempunyai peran-peran dalam

kehidupan Dewa Brahma pencipta, Dewa Wisnu pemelihara, Dewa Siwa

pelebur kemudian yang memusnahkan yang pantas di musnahkan bukan

segala di musnahkan. Yang jelas Tuhan itu menciptakan segala sesuatu dalam

bentuk apapun bisa dalam bentuk Dewa, Dewa Genesa, Dewa Wisnu itu

semua ciptaan Tuhan dan mempunyai peran tersendiri-sendiri dari Dewa itu.

4. Panca yadnya itu bentuknya kepada binatang seperti salah satunya Bhuta

yadnya kepada binatang. Kemudian mereka berhak hidup juga diberikan

kehidupan oleh Tuhan, karena itu kita sebagai manusia yang mempunyai

kemampuan yang lebih di atas makhluk-makhluk lain ciptaan Tuhan itu harus

menghormati dari ciptaan Tuhan yang lainnya.

5. Salah satunya sapi, karena sapi sangat banyak memberikan seperti susunya

kita bisa hidup, cerdas karena susu yang di hasilkan oleh sapi itu. Sapi itu

membantu kita untuk mengelola lahan kita supaya kita lebih makmur untuk

menghasilkan gandum, padi beras yang lebih banyak sehingga masyarakat

bisa lebih makmur.

6. Sapi itu lebih memberikan manfaat kepada kita. Coba bandingkan dengan

harimau apa manfaat kepada manusia. Coba bandingkan dengan gajah apa

manfaat bagi manusia. Jadi sapi paling banyak memberikan manfaat kepada

manusia. Sapi membantu manusia baik tenaganya, hasil produksinya yang

sapi berikan kepada manusia.

Page 117: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

7. Anjing membantu menjaga rumah kita seperti pergi keluar ketika kita

kepergian anjing yang membangunkan. Ketika terjadi sesuatu hal yang tidak

bagus, seperti sapi, ayam. Misalnya ayam, ketika subuh ayam berkongkok

membangunkan kita bahwa sudah waktunya bangun.

Page 118: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

Nama : I Gade Pasek Wira Bhuana (Umat Agama Hindu Pura Jala Siddhi Amertha

Juanda)

Alamat : Jl. Sutomu No 28 Sidoarjo

No Hp : 081916785877

1. Binatang adalah wujud reinkarnasi yang kedua setelah tumbuh-tumbuhan

sedangkan manusia reinkarnasi yang paling tinggi setelah binatang.

2. Karena kita percaya hukum karma apa yang kita perbuat, itu yang kita dapat

nanti. Kalau kita menghormati semua makhluk hidup kitapun akan

mendapatkan karma yang baik.

3. Kalau Dewa Genesa itu kepalanya gajah karena dahulu Dewa Genesa sangat

taat kepada orang tuanya. Suatu saat Dewa Genesa di suruh menjaga pintu

siapapun tidak boleh masuk karena ibu Parwati sedang mengganti baju atau

sedang melakukan sesuatu. Sampai akhirnya Dewa Siwa ingin masuk kamar

tersebut tetapi dihalangi Genesa, karena keteguhan Dewa Genesa akhirnya

dilarang Dewa Siwa padahal suaminya Dewi Parwati. Akhirnya Dewa Siwa

pun marah akhirnya kepala Dewa Genesa itu di potong. Sebelumnya kepala

biasa.

4. Karena binatang itu salah satu bentuk persembahan, yadnya adalah

persembahan suci.

Page 119: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

5. Sapi, karena sapi kendaraan Dewa Siwa. Karena sapi membantu kita

membajak sawah. Angsa, anjing, kura-kura, naga dan lain-lain. Banyak

lainnya seperti singa, gajah dan burung garuda.

6. Karena sapi membantu kita dalam membajak sawah kerana tidak ada sapi kita

bisa menghasilkan beras dan sapi kendaraan Dewa Siwa.

7. Binatang itu dalam sehari-hari misalnya anjing menjaga rumah, kalau sapi

membantu membajak sawah, kalau ayam menghasilkan telor untuk

dikomsumsi sehari-hari. Jadi hubungan manusia dengan binatang saling

membantu dari segi pekerjaan, kebutuhan pangan dan persembahan.

Page 120: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

Nama : Nika dek Arini (Umat Agama Hindu Pura Jala Siddhi Amertha Juanda)

Alamat : Jl. Bumi Intan Permai A No 2 Sidoarjo

No Hp : 082244799334

1. Manusia derajatnya lebih tinggi, dari segi pemikirannya lebih tinggi. Binatang

semestinya di bawahnya. Akalnya manusia tetap nomer satu binatang di

bawahnya.

2. Karena binatang ciptaan Tuhan hanya derajatnya manusia lebih di atas sama-

sama ciptaan Tuhan. Jadi kita saling menghargai, saling menghormati,

maksudnya tidak menyakiti dalam artian menghormatinya tidak menyakiti

sampai membunuh itu tidak boleh.

3. Ada dasarnya kita berdasarkan metos Ramayana dan Mahabrata, itu ada

contohnya bukan sekedar binatang memang wujudnya binatang tetapi ada

nilai sakral dan nilai kesuciannya itu hanyalah simbol.

4. Misalnya Bhuta yadnya, memang Bhuta yadnya di bentuk dengan

persembahan. Umat Hindu membuat sesajen dari daun, perwakilan tumbuhan.

Bhuta yadnya sendiri dari binatang seperti ayam. Tingkat kecil ayam,

sedangkan tingkat yang besar anjing, anjingnya tertentu caranya juga

tingkatannya yang besar. Kalau Bhuta yadnya namanya yang panco satu

Page 121: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

ayam. Itu banyak lebih luas lagi penjelasannya pakai ayam, anjing, kerbau

beda lagi tingkatan lebih tinggi.

5. Sapi kendaraan Dewa Siwa, gajah kendaraan Dewa Genesa, dan burung

garuda kendaraan Dewa Wisnu, lembu kendaran istri Dewa Siwa. Semua

binatang tidak boleh disakiti termasuk ayam karena digunakan persembahan.

6. Karena kendaraanya Dewa Siwa. Dewa Siwa sifatnya bisa melebur

maksudnya dalam artian Dewa yang paling tua yang harus terlebur.

Tingkatannya lebih tinggi di antara trimurti. Seperti dalam upacara ngaben

Dewa Siwa tingkatannya paling tinggi karena menghidupkan roh. Sapi itu

kendaraanya Dewa Siwa.

7. Pokoknya saling menghargai, saling membutuhkan kita butuh binatang untuk

bisa di makan. Seperti orang muslim membutuhkan sapi untuk di komsumsi.

Bedanya orang Bali binatang tertentu yang disucikan seperti sapi. Oran Bali

tidak boleh memakan daging sapi. Orang Bali dari segi medis mungkin karena

korestrol. Kalau dari Hindu bisa diantispasi dengan lain, misalnya

mangandung korestrol nanti netralisir dengan minuman apa seperti jus atau

yang lain. Hanya kalau sapi memang tidak boleh karena kendaraan Dewa

Siwa. Kita menghormati kanjungan tertinggi kita Dewa Siwa. Yang kedua

sebagai konsumsi kelansungan hidup.

Page 122: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

Nama : Wayan Arnadi (Umat Agama Hindu Pura Jala Siddhi Amertha Juanda)

Alamat : Jl. Bumi Permisi S 21 Sidoarjo

No Hp : 085646350738

1. Binatang status sosialnya lebih rendah dari manusia, tingkatannya lebih

rendah ketimbang manusia. Binatang mempunyai rasa dan hidup tetapi

pikirannya yang tidak ada pada binatang. Jadi bedanya dengan manusia, kalau

binatang itu pikirannya yang tidak ada, kalau manusia sendiri bedanya

dengan binatang dia lebih, pikirannya ada nalarnya. Jadi manusia bisa

membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Kalau binatang tidak

bisa mana yang baik dan mana yang tidak baik. Manusia tingkatannya lebih

tinggi karena manusia bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak

baik.

2. Karena binatang juga ciptaan Tuhan, jadi kita sebagai manusia yang

mempunyai status sosialnya lebih tinggi. Kita tidak boleh memperlakukan

binatang tidak manusiawi karena binatang itu juga ciptaan Tuhan.

3. Karena sebenarnya semua makhluk itu ada unsur Tuhannya itu atman. Atman

itu nanti bisa dalam wujud apapun seperti manusia, binatang. Dewa Genesa

wujudnya yang mengambil binatang itu semua hanyalah bentuk fisiknya saja

Page 123: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

akan tetapi unsurnya unsur Tuhan. Jadi, Dewa itu bisa mengambil bentuk apa

saja.

4. Karena binatang sama seperti kita di dalam binatang ada unsur Panca Maha

Buta, sama-sama ada darahnya hanya yang kurang dari itu pikirannya.

5. Sapi, anjing, ayam, bebek, kalau dalam upacara besar ada juga seperti burung

garuda.

6. Karena sapi itu kendaraannya Dewa Siwa di samping itu juga untuk manusia

temannya membantu pekerjaan di sawah, susunya juga di minum jadi

pantaslah untuk di hormati.

7. Sama-sama makhluk ciptaan Tuhan, sama-sama mempunyai unsur yang

paling mendasar itu unsur atman di manusia ada atman dan juga di binatang

ada atman. Yang paling mendasar sebenarnya kita mempunyai kesamaan

sama-sama ciptaan Tuhan, sama-sama ada unsur atmannya, mungkin

kebetulan binatang lahir statusnya lebih rendah dari manusia. Mungkin itu ada

hubungannya dengan reinkarnasinya.

Page 124: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

LAMPIRAN IV

Dokumentasi hasil Wawancara Penelitian di Pura Jala Siddhi Amertha Juanda

Surabaya dan Kementrian Agama Jawa Timur

Ketut Suardaka (Pemangku Pura Jala Siddhi Amertha Juanda)

Agus Wijaya (Pemangku Pura Jala Siddhi Amertha Juanda)

Page 125: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

Dewa Putu Adnyana (Guru Sekolah Pura Jala Siddhi Amertha Juanda)

Rajendra Wraspati (Guru Sekolah Pura Jala Siddhi Amertha Juanda)

Page 126: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

Nyoman Parta (Tokoh Pura Jala Siddhi Amertha Juanda)

I Nengah Suka Arta, S.Pd.H (Bimas Hindu Kementrian Agama Jawa Timur)

Page 127: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

I Gade Pasek Wira Bhuana (Umat Agama Hindu Pura Jala Siddhi Amertha Juanda)

Made Suparta (Umat Agama Hindu Pura Jala Siddhi Amertha Juanda)

Page 128: RELASI MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM THEOLOGI HINDUrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45223/1/HENDRI...sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

Nika dek Arini (Umat Agama Hindu Pura Jala Siddhi Amertha Juanda)

Wayan Arnadi (Umat Agama Hindu Pura Jala Siddhi Amertha Juanda)