buku 12 - kontra memori kasasi hendri

21
“ DEMI HUKUM DAN KEADILAN “ KONTRA MEMORI KASASI Atas Nama Terdakwa/Pemohon Kasasi DRS. HENDRI, M.M., SESUAI AKTA PERMOHONAN KASASI NOMOR : 28/Akta Pid.Sus-TPK/2015/PN.Pdg. TANGGAL 13 AGUSTUS 2015 Terhadap MEMORI KASASI JAKSA TANGGAL 25 AGUSTUS 2015 TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI PADA PENGADILAN TINGGI PADANG NOMOR :16/TIPIKOR/2015/PT.PDG, TANGGAL 13 JULI 2015 O L E H Penasihat Hukum Terdakwa/Pemohon Kasasi Dari Kantor SAW & PARTNERS LAW FIRM, Pada hari, Kamis, Tanggal 4 September 2015

Upload: hendritanjung

Post on 29-Jan-2016

308 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Kontra Memori Kasasi Terdakwa pada kasus pengadaan kendaraan dinas bupati pasaman Barat 2010

TRANSCRIPT

Page 1: Buku 12 - Kontra Memori Kasasi Hendri

“ DEMI HUKUM DAN KEADILAN “

KONTRA MEMORI KASASI

Atas Nama Terdakwa/Pemohon Kasasi

DRS. HENDRI, M.M.,

SESUAI AKTA PERMOHONAN KASASI

NOMOR : 28/Akta Pid.Sus-TPK/2015/PN.Pdg.

TANGGAL 13 AGUSTUS 2015

Terhadap

MEMORI KASASI JAKSA TANGGAL 25 AGUSTUS 2015

TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN TINDAK PIDANA

KORUPSI PADA PENGADILAN TINGGI PADANG

NOMOR :16/TIPIKOR/2015/PT.PDG,

TANGGAL 13 JULI 2015

O

L

E

H

Penasihat Hukum Terdakwa/Pemohon Kasasi

Dari Kantor SAW & PARTNERS LAW FIRM,

Pada hari, Kamis, Tanggal 4 September 2015

Page 2: Buku 12 - Kontra Memori Kasasi Hendri

KONTRA MEMORI KASASI ATAS NAMA TERDAKWA DRS. HENDRI, M.M.

TERHADAP MEMORI KASASI JAKSA PENUNTUT UMUM KEJAKSAAN

NEGERI SIMPANG EMPAT TANGGAL 25 AGUSTUS 2015 YANG TELAH

DIBERITAHUKAN KEPADA KUASA HUKUM TERDAKWA PADA TINGKAT

KASASI SESUAI RELAAS PENYERAHAN MEMORI KASASI

NO. : 43/Akta Pid.Sus-TPK/2015/PN Pdg., TANGGAL 27 AGUSTUS 2015

TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN TINGGI PADANG NOMOR :

16/TIPIKOR/2015/PT.PDG, TANGGAL 13 JULI 2015

Bogor, 03 September 2015

Kepada Yth. Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Di J a k a r t a

Melalui : Ketua Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Kelas IA Padang Di Padang, Sumatera Barat

Dengan Hormat,

Kami, AFRIADY PUTRA, S.H., S.Sos., SUYADI, S.H., SUHARDI, S.H., ZUCHLI

IMRAN PUTRA, S.H., LINDA Y. PUSPA, S.H., dan AHMAD MULKAN, S.H., Advokat dan

Konsultan Hukum pada Kantor SAW & PARTNERS LAW FIRM, beralamat di Sentra

Eropa Blok D Nomor 10, Kota Wisata, Nagrak, Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat,

berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 10 Agustus 2015 yang telah didaftar pada

Kepaniteraan Pengadilan Negeri Padang pada hari Kamis, tanggal 13 Agustus 2015

(terlampir) No. : 47/VIII/SK.Pid.Sus/2015, bertindak untuk dan atas serta mewakili

kepentingan hukum Terdakwa pada Tingkat Kasasi (Pemohon Kasasi) Drs. Hendri, M.M.,

beralamat di Jalan Melati No. 20 Ambacang Anggang Nagari Aia Manggih, Kecamatan

Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat, dalam hal ini telah memilih

tempat kediaman hukum (domisili) pada kantor kuasanya tersebut di atas, hendak

menandatangani dan mengajukan kontra memori kasasi terhadap memori kasasi Jaksa

Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Simpang Empat, sehubungan dengan telah

diberitahukan dan diserahkannya memori kasasi Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri

Simpang Empat tertanggal 25 Agustus 2015 kepada Kuasa Hukum Terdakwa pada tingkat

kasasi (Pemohon Kasasi) sesuai Relaas Penyerahan Memori Kasasi Nomor : 43/Akta

Page 3: Buku 12 - Kontra Memori Kasasi Hendri

2 | P a g e S A W . L F .

Pid.Sus-TPK/2015/PN.Pdg., tanggal 27 Agustus 2015 yang ditanda tangani oleh

SYAMSUARDI, SE., selaku Jurusita Pengganti Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Kelas IA Padang, sebagai keberatan-keberatan terhadap putusan

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi Padang dalam perkara pidana

korupsi Nomor : 16/TIPIKOR/2015/PT.PDG, tanggal 13 Juli 2015 juncto putusan

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Kelas IA Padang Nomor :

01/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Pdg., tanggal 29 Mei 2015.

Adapun putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi

Padang Nomor : 16/TIPIKOR/2015/PT.PDG, tanggal 13 Juli 2015, amar putusannya

berbunyi sebagai berikut :

1. Menerima permintaan banding dari Penuntut Umum dan dari Penasihat Hukum

Terdakwa;

2. Menguatkan putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri

Padang tanggal 29 Mei 2015 Nomor : 01/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Pdg., yang dimintakan

banding tersebut;

3. Menetapkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan;

4. Menyatakan masa penangkapan dan / atau penahanan yang telah dijalani oleh

Terdakwa dikurangi sepenuhnya dari Pidana yang dijatuhkan;

5. Membebani Terdakwa untuk membayar biaya perkara pada kedua tingkat peradilan yang

dalam tingkat banding sejumlah Rp. 5.000,00 (lima ribu rupiah).

Sementara itu, amar putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan

Negeri Kelas IA Padang Nomor : 01/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Pdg, tanggal 29 Mei 2015

berbunyi sebagai berikut :

1. Menyatakan Terdakwa Drs. Hendri, M.M., tersebut di atas telah terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Korupsi” sebagaimana dakwaan Primair;

2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 4

(empat) tahun dan denda sejumlah Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dengan

ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar, diganti dengan pidana kurungan

pengganti selama 1 (satu) bulan;

3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh Terdakwa dikurangkan seluruhnya

dari pidana yang dijatuhkan;

4. Menetapkan Terdakwa tetap ditahan;

5. Menetapkan barang bukti (nomor urut 1 sampai dengan 70) dipergunakan dalam perkara

lain;

6. Membebankan kepada Terdakwa membayar biaya perkara sejumlah Rp. 5.000,00 (lima

ribu rupiah).

Page 4: Buku 12 - Kontra Memori Kasasi Hendri

3 | P a g e S A W . L F .

Bahwa dalam memori kasasinya, Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri

Simpang Empat sebagaimana dituangkan pada halaman 3 sampai dengan halaman 6

memori kasasi tersebut, yang pada pokoknya menyatakan keberatan terhadap putusan

Judex Factie pada tingkat banding jo Judex Factie pada tingkat pertama karena Judex

Factie tidak menerapkan peraturan hukum atau menerapkan peraturan hukum tidak

sebagaimana mestinya sepanjang dalam menentukan jumlah atau besarnya kerugian

keuangan negara dan dengan dasar dan alasan tersebut Jaksa Penuntut Umum meminta

kepada Majelis Hakim Agung (Judex Juris) agar menghukum Terdakwa pada tingkat kasasi

dengan hukuman pidana 5 (lima) tahun penjara dipotong masa penahanan dan hukuman

pidana denda sebesar Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dengan ketentuan

apabila Terdakwa tidak membayar denda tersebut maka diganti dengan kurungan selama 4

(empat) bulan. Dalam hal besarnya kerugian keuangan negara, Jaksa Penuntut Umum

berpendapat bahwa kerugian keuangan negara dalam perkara tersebut sejumlah Rp.

276.887.273,00 (dua ratus tujuh puluh enam juta delapan ratus delapan puluh tujuh ribu

dua ratus tujuh puluh tiga rupiah), sementara Judex Factie menetapkan kerugian

keuangan negara sebesar Rp. 99.927.273,00 (sembilan puluh sembilan juta sembilan

ratus dua puluh tujuh ribu dua ratus tujuh puluh tiga rupiah), sehingga terjadi perbedaan

yang tajam atau sengketa dalam menentukan jumlah kerugian keuangan negara

antara Jaksa Penuntut Umum dengan Judex Factie.

Bahwa perbedaan dalam menentukan jumlah kerugian keuangan negara antara

Jaksa Penuntut Umum tersebut terjadi karena adanya perbedaan dalam menentukan harga

perolehan mobil Toyota Land Cruiser Prado 2,7 TX Limited Tahun 2010. Jaksa Penuntut

Umum menentukan bahwa harga perolehan mobil tersebut Rp. 675.000.000,00 (enam ratus

tujuh puluh lima juta rupiah), sementara Judex Factie menentukan harga perolehan sebesar

Rp. 860.000.000,00 (delapan ratus enam puluh juta rupiah). Bahwa sepanjang dalam

menentukan harga perolehan mobil dinas tersebut kami kuasa hukum Terdakwa

sependapat dengan Judex Factie karena sesuai fakta persidangan, yakni mobil dinas

Toyota Land Cruiser Prado 2,7 TX Limited tahun 2010 tersebut didapat oleh rekanan PT.

Baladewa Indonesia dari CV. Cahaya Mobilindo dengan harga Rp. 860.000.000,00

(delapan ratus enam puluh juta rupiah), namun kami sangat keberatan jika selisih harga

kontrak setelah dikurangi harga perolehan dan pajak-pajak merupakan kerugian keuangan

negara, apalagi keuntungan kotor PT. Baladewa Indonesia diperoleh dengan sangat patut,

layak dan wajar. Patut, karena keuntungan tersebut diperoleh melalui kontrak kerja, tidak

ada mark-up dan tidak ada suap. Sementara disebut layak dan wajar, karena keuntungan

tersebut merupakan keuntungan kotor yang jika dihitung prosentasenya dari nilai kontrak

masih di bawah 10 % (sepuluh persen). Apalagi kalau prosentasenya dihitung menurut

ketentuan perundang-undangan, dari HPS menurut Kepres No. 80 tahun 2003, maka

keuntungan perusahaan hanyalah sebesar Rp. 25.332.727,00 (Dua puluh lima juta tiga

Page 5: Buku 12 - Kontra Memori Kasasi Hendri

4 | P a g e S A W . L F .

ratus tiga puluh dua ribu tujuh ratus dua puluh tujuh rupiah) atau cuma sekitar 2,36 % (dua

koma tiga puluh enam persen) dari nilai kontrak.

Selengkapnya, perihal alasan hukum diajukannya kontra memori oleh Terdakwa

pada tingkat kasasi melalui Kuasa Hukumnya terhadap memori Jaksa Penuntut Umum

perkara a quo meliputi : (a) tidak tepat alasan hukum Jaksa Penuntut Umum dalam

menentukan harga perolehan mobil dinas dimaksud; (b) tidak tepat alasan hukum Jaksa

Penuntut Umum dalam menentukan adanya kerugian keuangan negara; dan (c) tidak tepat

alasan hukum Jaksa Penuntut Umum dalam menentukan terjadi perbedaan spesifikasi

antara kontrak dengan mobil yang diterima.

A. Tidak Tepat Alasan Hukum Jaksa Penuntut Umum Dalam Menentukan Harga

Perolehan Mobil Dinas Dimaksud

Dalam menentukan harga perolehan mobil dinas Toyota Land Cruiser Prado 2,7

TX Limited, Jaksa Penuntut Umum tidak dapat menunjukkan fakta-fakta yang dapat

dipertanggungjawabkan sehingga tidak tepat dalam menerapkan hukum sebagai alasan

kasasi, yaitu :

1. Mengabaikan Fakta Persidangan Sebagai Fakta Hukum Mengenai Harga

Perolehan Mobil Dinas Toyota Prado Land Cruiser 2,7 TX Limited Tahun 2010

Dari Rekanan PT. Baladewa Indonesia

Bahwa mobil dinas Bupati Pasaman Barat Toyota Land Cruiser Prado 2,7 TX

Limited didapat dari PT. Baladewa Indonesia berdasarkan kontrak, sesuai Surat

Perjanjian Kerja (Kontrak) Nomor : 027/480/Kontrak-Peng/Umum/2010, tanggal 13

Desember 2010 yang ditanda tangani oleh Drs. Hendri, M.M., selaku Kuasa

Pengguna Anggaran Bagian Umum Sekretariat Daerah Kabupaten Pasaman Barat

dan Vitarman, B.Ac, selaku Direktur Utama PT. Baladewa Indonesia. Bahwa sesuai

fakta persidangan sebagai fakta hukum, PT. Baladewa Indonesia mendapatkan

mobil tersebut dari CV. Cahaya Mobilindo dengan harga perolehan sebesar Rp.

860.000.000,00 (delapan ratus enam puluh juta rupiah).

Bahwa meskipun sudah terang dan jelas harga perolehan rekanan

sebagaimana juga tertuang dalam persidangan sebagai fakta hukum, namun Jaksa

Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Simpang Empat telah menetapkan sendiri harga

perolehan mobil dinas tersebut dengan mengacu kepada harga penjualan Importir

Umum PT. Multisentra Adikarya kepada DK Jaya Motor sebagai dasar menghitung

adanya kerugian keuangan negara. Bahwa penetapan harga perolehan mobil dinas

dimaksud sebagaimana dikemukakan oleh Jaksa Penuntut Umum adalah tidak tepat

Page 6: Buku 12 - Kontra Memori Kasasi Hendri

5 | P a g e S A W . L F .

dan tidak sesuai fakta persidangan sebagai fakta hukum dengan alasan hukum

sebagai berikut.

Pertama, Importir Umum PT. Multisentra Adikarya dan DK Jaya Motor telah

melepaskan atau menjual kembali mobil Toyota Land Cruiser Prado 2,7 TX Limited

tahun 2010 kepada pihak lain, sehingga tidak tepat dijadikan dasar harga perolehan.

Kedua, harga penjualan Importir Umum kepada DK Jaya Motor tersebut dalam

bentuk Off The Road, artinya bahwa belum dibebani dengan biaya kepengurusan

STNK dan BPKB (Belum On The Road) dan masih harga di Jakarta. Ketiga, impor

dan penjualan tersebut terjadi pada bulan Januari 2010, sementara penyerahan

mobil dinas terkait dari PT. Baladewa Indonesia kepada Pemda Pasaman Barat

terjadi pada bulan Desember 2010, sehingga kemungkinan besar juga sudah terjadi

perubahan harga impor dan harga penjualan seandainya impor dan penjualan

dilaksanakan pada bulan Desember 2010. Keempat, mobil jenis tersebut hanya ada

jika diimpor secara khusus, sehingga berdasarkan fakta persidangan mobil tersebut

sudah berada di tangan CV. Cahaya Mobilindo. Kelima, Jaksa Penuntut Umum

tersebut tidak menerangkan mata rantai proses penjualan atau pelepasan mobil

tersebut mulai dari importir sampai dengan di tangan CV. Cahaya Mobilindo,

sehingga apa yang diuraikan tentang harga perolehan menjadi kabur. Keenam,

keberadaan Importir Umum PT. Multisentra Adikarya di Jakarta dan baru bisa

diketahui dari Faktur Kendaraan yang terdapat di dalam BPKB kendaraan. Faktur

Kendaraan di dalam BPKB ini baru keluar apabila kendaraan ini sudah berada di

tangan konsumen, sudah dibeli dan proses pembayaran (Proses PBJ) sudah

selesai dilaksanakan (biasanya sekitar 3 bulan). Sehingga Panitia, KPA, Penyedia

Barang dan bahkan dealer resmi Mobil Toyota di Sumatera Barat, tidak akan bisa

mengetahui apa nama perusahaan yang mengimport kendaraan ini dari Jepang.

2. Terjadi Missing Link Dalam Menentukan Harga Perolehan Mobil Dinas

Sebagaimana mengemuka sebagai fakta persidangan bahwa mobil dinas

Bupati Pasaman Barat berupa Toyota Land Cruiser Prado 2,7 TX Limited tahun 2010

diperoleh berdasarkan kontrak Nomor : 027/480/Kontrak-Peng/Umum/2010, tanggal

13 Desember 2010 yang ditanda tangani oleh Drs. Hendri, M.M., selaku Kuasa

Pengguna Anggaran Bagian Umum Sekretariat Daerah Kabupaten Pasaman Barat

dan Vitarman, B.Ac, selaku Direktur Utama PT. Baladewa Indonesia. Bahwa sesuai

fakta persidangan sebagai fakta hukum, PT. Baladewa Indonesia mendapatkan

mobil tersebut dari CV. Cahaya Mobilindo dengan harga perolehan sebesar

Rp860.000.000,00 (delapan ratus enam puluh juta rupiah).

Page 7: Buku 12 - Kontra Memori Kasasi Hendri

6 | P a g e S A W . L F .

Namun demikian sebagai alasan diajukannya kasasi dalam perkara a quo

Jaksa Penuntut Umum mengabaikan fakta tersebut dan kemudian mencari fakta lain

sebagai dasar untuk menentukan besarnya kerugian keuangan negara dengan cara

menetapkan harga perolehan yakni berdasarkan harga jual importir umum PT.

Multisentra Adikarya kepada DK Jaya Motor sebesar Rp. 675.000.000,00 (enam

ratus tujuh puluh lima juta rupiah) pada bulan Januari 2010. Sementara itu sesuai

fakta persidangan, mobil dinas dimaksud pada bulan Desember 2010 telah beralih ke

tangan pihak lain, yakni ke tangan CV. Cahaya Mobilindo dan dari CV. Cahaya

Mobilindo telah beralih pula ke tangan PT. Baladewa Indonesia, kemudian dari

tangan PT. Baladewa Indonesia beralih kepada Pemerintah Daerah Kabupaten

Pasaman Barat melalui pengadaan dan kontrak sehingga mobil dinas dimaksud

pada saat ini telah menjadi asset Pemerintah Daerah Kabupaten Pasaman Barat dan

telah pula digunakan sebagai mobil dinas Bupati Pasaman Barat semenjak 20

Desember 2010 sampai saat ini.

Dalam persidangan telah terungkap sebagai fakta bahwa mobil tersebut

didapat dengan cara diimpor langsung dari Jepang (Bulit Up) oleh PT. Multisentra

Adikarya, Jakarta, pada bulan Januari 2010. Selanjutnya PT. Multisentra Adikarya

menjual mobil tersebut kepada DK Jaya Motor seharga Rp. 675.000.000,00 (enam

ratus tujuh puluh lima juta rupiah) Off The Road. Kemudian DK Jaya Motor

berdasarkan keterangan Saksi Jono Hans sebagaimana tertuang pada halaman 55

sampai dengan halaman 56 turunan putusan peradilan tingkat pertama dalam

perkara a quo, pada pokoknya menerangkan bahwa telah melepas atau menjual

kembali kepada PT. Kencana Utama dengan harga Rp. 680.000.000,00 (enam ratus

delapan puluh juta rupiah) Off The Road. Namun demikian ternyata pada bulan

Desember 2010 mobil tersebut telah berada pada CV. Cahaya Mobilindo dan

kemudian dijual kepada PT. Baladewa Indonesia dan oleh PT. Baladewa Indonesia

diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat guna memenuhi isi

kontrak pengadaan mobil dimaksud, sehingga terjadi missing link atau mata rantai

terputus “bagaimana terjadinya peralihan mobil dari PT. Kencana Utama

kepada CV Cahaya Mobilindo? Mata rantai tersebut juga akan menentukan

besarnya harga mobil tersebut, karena mobil tersebut adalah mobil Built Up yang

pada bulan Desembeer 2010 hanya ada pada CV. Cahaya Mobilindo. Dalam

persidangan Jaksa Penuntut Umum tidak menghadirkan saksi-saksi terkait mata

rantai penjualan mobil tersebut. Adalah sangat mengada-ada jika Jaksa Penuntut

Umum hanya berpatokan pada harga penjualan oleh importir umum, sementara

barang tersebut terakhir didapat dari CV. Cahaya Mobilindo. Di samping itu, setiap

terjadi peralihan mobil dari satu pihak kepada pihak lainnya karena jual beli pasti

terjadi perbedaan harga (naik, bertambah) dan menurut ketentuan peraturan

Page 8: Buku 12 - Kontra Memori Kasasi Hendri

7 | P a g e S A W . L F .

perundang-undangan di bidang pajak pertambahan nilai (PPN) peralihan barang dari

satu pengusaha ke penguasaha lain tersebut termasuk objek PPN.

3. Tidak Memperhitungkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Atas Setiap

Penyerahan Barang Kena Pajak

Pasal 1A ayat (1) hurut a Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 sebagai

perubahan ketiga (terakhir) atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang

Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

(PPN & PPn BM) dan berlaku efektif terhitung sejak bulan April 2010 menyebutkan,

“Yang termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalah : huruf a.

Penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian”. Dalam

penjelasan Pasal 1A ayat (1) huruf a tersebut dijelaskan bahwa “Yang dimaksud

dengan “perjanjian” meliputi jual beli, tukar menukar, jual beli dengan angsuran, atau

perjanjian lain yang mengakibatkan penyerahan hak atas barang”. Sementara itu,

Pasal 4 ayat (1) huruf a Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa

dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah tersebut menyebutkan, “Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan atas : huruf a. Penyerahan Barang Kena Pajak

di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha”.

Bahwa dalam perkara a quo, mobil Toyota Land Cruiser 2,7 TX Limited

adalah termasuk dalam kualifikasi “Barang Kena Pajak”, sehingga dalam setiap

penyerahannya karena jual-beli harus dipungut PPN. Bahwa sebagaimana

terungkap dalam persidangan sebagai fakta hukum bahwa pertama kali mobil

tersebut didapat oleh PT. Multisentra Adikarya di Jakarta dengan cara impor

langsung dari Jepang (Built Up), sehingga pada saat impor tersebut juga sudah

dikenakan pajak PPN dan PPn BM. Pengenaan PPn BM hanya sekali pada saat

impor Barang Kena Pajak (BKP) tersebut dilakukan, sementara pengenaan PPN

tidak hanya terhadap importir akan tetapi juga terhadap setiap penyerahan Barang

Kena Pajak (BKP) di dalam Daerah Pabean sebagaimana diatur dan ditentukan

dalam Pasal 1A ayat (1) huruf a jo Pasal 4 ayat (1) huruf a Undang-undang PPN

dan PPn BM. Sementara tarif PPN menurut ketentuan Pasal 7 Undang-undang PPN

adalah sebesar 10% & tarif PPnBM untuk kendaraan bermotor untk cc sampai

dengan 3000 cc adalah sebesar 40 % (UU No. 11 Tahun 1994 sebagaimana terakhir

diubah dengen UU No. 42 tahun 2009 beserta peraturan pelaksanaannya). Oleh

karena kendaraan atau mobil Toyota Land Cruiser Prado 2,7 TX Limited sudah

berpindah tangan atau sudah dijual dari perusahaan satu kepada perusahaan

lainnya, maka sudah seharusnya pada setiap penjualan tersebut dikenakan PPN

sebesar 10 %. Dengan ketentuan tersebut, maka jika telah beralih kepada 5 (lima)

Page 9: Buku 12 - Kontra Memori Kasasi Hendri

8 | P a g e S A W . L F .

tangan, maka masing-masing pengalihan atau penjualan tersebut harus dipungut

pajak PPn sebesar 10 %.

Dalam persidangan sebagaimana diungkapkan oleh Saksi SUPARMAN

MARTODISASTRO dan Saksi JONO HANS pada halaman 54 sampai dengan

halaman 55 turunan putusan a quo pada tingkat pertama, hanya terungkap bahwa

mobil tersebut telah dijual oleh importir umum PT. Multisentra Adikarya kepada DK

jaya Motor sebesar Rp. 675.000.000,00 (enam ratus tujuh puluh lima juta rupiah)

termasuk PPN tetapi dalam keadaan Off The Road. Selanjutnya, oleh DK Jaya Motor

dijual kembali kepada PT. Kencana Utama Sakti sebesar Rp. 680.000.000,00 (enam

ratus delapan puluh juta rupiah) Off The Road, namun tidak dijelaskan apakah

penjualan mobil tersebut dari DK Jaya Motor kepada PT. Kencana Utama Sakti

tersebut sudah termasuk PPN. Selanjutnya Jaksa Penuntut Umum dalam perkara a

quo tidak membuktikan lagi bagaimana mobil tersebut sampai kepada tangan CV.

Cahaya Mobilindo. Mata rantai penjualan mobil tersebut sangat penting artinya guna

menentukan PPN yang dipungut dan besarnya harga perolehan PT. Baladewa

Indonesia selaku pelaksana pengadaan yang terikat kontrak.

Bahwa seandainya setelah penyerahan kepada DK Jaya Motor, terjadi lagi

penyerahan sebanyak tiga kali lagi (faktanya terjadi peralihan atau penjualan mobil

tersebut lebih dari tiga kali) hingga sampai kepada tangan CV. Cahaya Mobilindo,

maka berdasarkan harga pokok dengan ditambah PPN saja (tanpa mengambil

untung) pada setiap penyerahan mobil tersebut, maka akan diperoleh harga pokok

atau harga perolehan sebagai berikut :

1. Harga Penjualan dari DK Jaya Motor Kepada PT. Kencana Utama Saksi sebesar................................................. Rp 680.000.000,00

Pajak PPN 10 % .................................. Rp. 68.000.000,00

Harga Jual : ......................................... Rp. 748.000.000,00

2. Harga penjualan dari PT. Kencana Utama Sakti kepada PT. XXX, dengan asumsi tidak mengambil untung, maka harga pokok penjualan tersebut adalah sebesar..................................... Rp 748.000.000,00

Pajak PPN 10 %................................... Rp 74.800.000,00

Harga jual (tanpa mengambil laba)..... Rp 822.800.000,00

3. Harga penjualan dari PT. XXX kepada CV Cahaya Mobilindo, dengan asumsi tidak mengambil untung, maka harga pokok penjualan tersebut adalah sebesar................................................ Rp 822.800.000,00

Pajak PPN 10 %.................................. Rp 82.280.000,00

Harga Jual (tanpa mengambil laba)..... Rp 905.080.000,00

Bahwa berdasarkan perhitungan kasar sebagaimana tersebut di atas, maka

sepanjang harga perolehan yang ditetapkan Judex Factie berupa harga perolehan

dari CV. Cahaya Mobilindo sebesar Rp. 860.000.000,00 (delapan ratus enam puluh

Page 10: Buku 12 - Kontra Memori Kasasi Hendri

9 | P a g e S A W . L F .

juta rupiah) masih sangat wajar dan sangat masuk akal, dibandingkan harga

perolehan yang ditetapkan oleh Jaksa Penuntut Umum jo BPKP Perwakilan Provinsi

Sumatera Barat. Harga perolehan yang didalilkan Jaksa Penuntut Umum

berdasarkan temuan BPKP sebesar Rp675.000.000,00 (enam ratus tujuh puluh lima

juta rupiah) “sangat tidak masuk akal, menabrak berbagai logika hukum dan

peraturan serta sangat mengada-ada guna mencari-cari kesalahan Terdakwa”.

B. Tidak Tepat Alasan Hukum Jaksa Penuntut Umum Dalam Menentukan Adanya

Kerugian Keuangan Negara

Bahwa dalam menentukan adanya kerugian keuangan negara dalam perkara a

quo, seharusnya Jaksa Penuntut Umum terlebih dahulu menilai dan mempermasalahkan

harga HPS (Harga Penetapan Sendiri) yang telah dihitung oleh Panitia Pengadaan

Barang dan Jasa, dan ditetapkan oleh Terdakwa selaku KPA. Jika penetapan tersebut

dilakukan secara wajar, maka tidak bisa serta merta dan tanpa dasar hukum Jaksa

Penuntut Umum dapat menentukan adanya kerugian keuangan negara. Dengan

demikian, kami Kuasa Hukum Terdakwa pada tingkat kasasi (Pemohon Kasasi) juga

sangat keberatan terhadap memori kasasi Jaksa Penuntut Umum sebagaimana tertuang

dalam halaman 5 dan halaman 6 memori kasasi perkara a quo.

Pertama, perhitungan dan penetapan HPS pada pelelangan kedua sebesar

Rp1.074.900.000,00 (satu milyar tujuh puluh empat juta sembilan ratus ribu rupiah)

tersebut telah dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip pengadaan barang dan jasa

pemerintah sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Keppres Nomor 80 Tahun 2003,

yakni efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif dan

akuntabel. HPS tersebut juga telah diumumkan pada media cetak nasional Koran

Tempo pada tanggal 10 november 2010, sehingga siapapun dapat melakukan kontrol

terhadap kelayakan atau kewajaran HPS tersebut.

Bahwa selain itu, dalam Surat Dakwaan dan Surat Tuntutan Jaksa Penuntut

Umum sebagaimana juga diulang kembali dalam memori kasasi Penuntut Umum dalam

perkara a quo, telah dipaparkan pada pemeriksaan sidang pengadilan dan juga tertuang

dalam putusan sebagai pertimbangan hukum Majelis Hakim baik pada tingkat banding

maupun pada tingkat pertama, tidak ada uraian perihal potensi atau fakta adanya

kerugian keuangan negara akibat penetapan HPS pada pelelangan yang kedua.

Dengan demikian sudah semestinya, jika harga penunjukan sebesar

Rp1.072.000.000,00 (satu milyar tujuh puluh dua juta rupiah) yang masih di bawah

harga pelelangan kedua yang diumumkan di Koran Tempo pada tanggal 10 November

2010 dengan HPS (Harga Perkiraan Sendiri) sebesar Rp1.074.900.000,00 (satu milyar

tujuh puluh empat juta sembilan ratus ribu rupiah), dianggap merugikan keuangan

Page 11: Buku 12 - Kontra Memori Kasasi Hendri

10 | P a g e S A W . L F .

negara, maka semestinya proses penetapan HPS pada pelelangan kedua tersebut juga

dipersalahkan karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam menentukan

harga pada penunjukan langsung atau dengan kata lain penetapan HPS merupakan

dasar dan acuan dalam menentukan harga pada proses penunjukan langsung.

Bahwa dalam perkara a quo penetapan HPS diatur dan ditentukan menurut ketentuan

dalam Pasal 13 Keppres No. 80 Tahun 2003 yang menyebutkan :

“Ayat (1) Pengguna barang/jasa wajib memiliki harga perkiraan sendiri (HPS)

yang dikalkulasikan secara keahlian dan berdasarkan data yang dapat dipertangungjawabkan.

Ayat (2) HPS disusun oleh panitia/pejabat pengadaan dan ditetapkan oleh pengguna barang/jasa.

Ayat (3) HPS digunakan sebagai alat untuk menilai kewajaran harga penawaran termasuk rinciannya dan untuk menetapkan besaran tambahan nilai jaminan pelaksanaan bagi penawaran yang dinilai terlalu rendah, tetapi tidak dapat dijadikan dasar untuk menggugurkan penawaran.

Ayat (4) Nilai total HPS terbuka dan tidak bersifat rahasia. Ayat (5) HPS merupakan salah satu acuan dalam menentukan tambahan nilai

jaminan.”

Kedua, Pasal 1 angka 22 Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara menyebutkan “Kerugian negara / daerah adalah kekurangan

uang, surat berharga dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat

perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai”. Hal ini berarti bahwa untuk

menentukan kerugian keuangan negara/daerah harus harus ada nyata berkurangnya

asset daerah, baik berupa uang, barang , surat berharga dan lain sejenisnya. Dalam

perkara a quo sebagaimana fakta persidangan, bahwa harga penunjukan langsung

tersebut masih di bawah harga HPS (Harga Penetapan Sendiri) pada pelelangan

yang kedua. Bahwa di samping itu, hasil penunjukan langsung tersebut telah

mendapatkan mobil dinas dimaksud, sehingga pengeluaran uang daerah sepadan

dengan hasilnya. Syarat berikutnya yang harus terpenuhi untuk dapat menentukan

kerugian keuangan negara adalah harus ada “perbuatan melawan hukum”, sepanjang

tidak ada perbuatan melawan hukum, maka tidak bisa dikualifikasi sebagai kerugian

keuangan negara. Perihal perbuatan melawan hukum terkait kerugian keuangan negara

tersebut, Terdakwa melalui Kuasa Hukumnya telah menguraikan secara panjang lebar

dalam memori kasasinya. Syarat lain yang juga sangat penting dalam menentukan

kerugian negara adalah harus “nyata dan pasti”. Bahwa dalam perkara a quo, kerugian

keuangan negara yang ditetapkan “tidak nyata dan tidak pasti”, karena, (1) jumlahnya

atau besarnya berubah-ubah; (2) perhitungannya tidak benar karena tidak berdasarkan

hasil audit yang benar; (3) tidak dihitung oleh ahli; dan (4) hanya berupa asumsi, yakni

kerugian negara disamakan dengan keuntungan rekanan.

Page 12: Buku 12 - Kontra Memori Kasasi Hendri

11 | P a g e S A W . L F .

Ketiga, adanya kerugian keuangan negara harus ditetapkan oleh ahli dengan

cara yang wajar dan menurut hukum. Berdasarkan pernyataan Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Kantor Perwakilan Provinsi Sumatera Barat

sebagai dasar dakwaan dan tuntutan Jaksa Penuntut Umum dan telah pula diterangkan

dalam persidangan perkara a quo dan kemudian diulangi lagi dalam memori kasasinya,

Penuntut Umum menyimpulkan telah terjadi kerugian negara sebesar Rp276.887.273,00

(dua ratus tujuh puluh enam juta delapan ratus delapan puluh tujuh ribu dua ratus tujuh

puluh tiga rupiah). Namun demikian, kesimpulan BPKP tentang besaran kerugian negara

tersebut tidak dapat dipertahankan menurut argumentasi yang rasional dan legal,

karena kesimpulan BPKP tersebut tidak berdasarkan hasil audit yang valid atau

hanya berupa asumsi saja, sehingga Judex Factie mengambil alih dan menghitung

sendiri adanya kerugian keuangan negara dalam perkara a quo yakni sebesar

Rp99.927.275,00 (sembilan puluh sembilan juta sembilan ratus dua puluh tujuh

ribu dua ratus tujuh puluh lima rupiah). Bahwa ternyata dalam menentukan adanya

kerugian keuangan negara tersebut, Judex Fackti tidak menggunakan dasar hukum

yang benar atau telah menyimpangi ketentuan hukum perihal siapa yang

berwenang menentukan adanya kerugian keuangan negara. Bahwa merujuk kepada

Pasal 1 angka 22 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan

Negara, bahwa kerugian Negara itu harus “pasti dan nyata”. Senada dengan ketentuan

dalam Undang-undang tentang Perbendaharaan Negara dan Undang-undang No.15

tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, maka kemudian BPK menindaklanjuti

dengan mengeluarkan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan No.1 Tahun 2008,

Tentang Penggunaan Pemeriksa dan/ atau Tenaga Ahli diluar BPK, di situ disebutkan

bahwa yang berwenang menghitung kerugian negara adalah Badan Pemeriksa

Keuangan. Pasal 10 ayat (1) Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan

Pemeriksa Keuangan menyebutkan “BPK menilai dan/atau menetapkan jumlah

kerugian negara yang diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum baik sengaja

maupun lalai yang dilakukan oleh bendahara, pengelola BUMN/BUMD, dan

lembaga atau badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan keuangan negara”.

Ketentuan dalam Pasal 10 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tersebut selaras

dengan bunyi ketentuan dalam Pasal 13 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara yang menyebutkan

“Pemeriksa dapat melaksanakan pemeriksaan investigatif guna mengungkap

adanya indikasi kerugian negara/daerah dan/atau unsur pidana”. Bahwa dalam

perkara a quo, BPKP sama sekali tidak pernah melakukan audit investigatif tetapi

telah menyimpulkan terjadi kerugian keuangan negara, sehingga kesimpulan

BPKP tersebut premature dan tidak berdasar hukum. Di samping itu, pendapat BPKP

yang mengesampingkan pengenaan pajak PPN dalam setiap penyerahan Barang Kena

Page 13: Buku 12 - Kontra Memori Kasasi Hendri

12 | P a g e S A W . L F .

Pajak adalah bertentangan dengan peraturan perundang-undangan di bidang

perpajakan.

Bahwa karena temuan BPKP sebagai dasar penuntutan premature dan tidak

berdasar hukum, maka dalam menentukan adanya kerugian keuangan negara dalam

perkara a quo seharusnya Judex Factie berpedoman pada pendapat dan keterangan ahli

yang dihadirkan dalam persidangan. Bahwa karena pendapat, keterangan dan

penetapan ahli dari BPKP perihal adanya kerugian keuangan negara tidak dapat

dipergunakan, maka Judex Factie seharusnya memperhatikan keterangan ahli lain yang

dihadirkan dalam persidangan yaitu Saksi Ahli Mujisantosa,SE.MM dan DR.Sumule

Timbo. Bahwa meskipun Judex Factie berwenang menentukan sendiri besarnya

kerugian keuangan negara dalam perkara korupsi yang sedang diadilinya, namun

wewenang tersebut harus digunakan berdasarkan dan merujuk kepada keterangan ahli,

sehingga hitung-hitungan tentang adanya kerugian negara dapat diperhitungkan dengan

cara yang patut, layak dan wajar, dengan demikian angka yang didapat menjadi “nyata

dan pasti”.

Bahwa karena untuk menentukan “adanya kerugian keuangan negara yang

nyata dan pasti” harus berdasar keterangan ahli dan ternyata keterangan ahli dari

BPKP tidak dapat digunakan karena besarnya kerugian keuangan negara yang

diterangkan oleh ahli dari BPKP tersebut tidak dapat dijadikan dasar menentukan

adanya kerugian keuangan negara oleh Majelis Hakim, maka seharusnya Judex

Factie menggunakan kewenangan karena jabatannya sebagaimana diatur dan

ditentukan dalam Pasal 180 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana (KUHAP). Dalam persidangan perkara a quo, Terdakwa dan Penasihat

Hukumnya telah meminta kepada Majelis Hakim, agar dihadirkan ahli untuk membuat

terang tentang adanya kerugian negara, akan tetapi permintaan tersebut ditolak. Pasal

180 KUHAP tersebut berbunyi sebagai berikut :

“Ayat (1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang Pengadilan, Hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat minta agar diajukan oleh bahan baru oleh yang berkepntingan.

Ayat (2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari Terdakwa atau Penasihat Hukumnya terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Hakim memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.

Ayat (3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2).

Ayat (4) Penelitian ulang sebagaimana tersebut paa ayat (2) dan ayat (3) dilakukan oleh instansi semula dengan komposisi personel yang berbeda dan instansi lain yang mempunyai wewenang untuk itu.”

Page 14: Buku 12 - Kontra Memori Kasasi Hendri

13 | P a g e S A W . L F .

Bahwa meskipun keterangan ahli dari BPKP terkait dalam perkara a quo tidak

dijadikan dasar dalam menentukan besarnya kerugian keuangan negara, namun ternyata

Judex Factie dalam menentukan besarnya kerugian negara tidak merujuk dan tidak

berdasarkan keterangan ahli lain, sehingga besarnya kerugian keuangan negara dalam

perkara a quo hanya ditentukan berdasarkan asumsi belaka. Dengan demikian jelas dan

nyata bahwa meskipun Pasal 180 KUHAP memberikan wewenang kepada Judex

Factie demi “nyata dan pastinya” kerugian keuangan negara, namun kewenangan

itu tidak digunakan sehingga penentuan “adanya kerugian keuangan negara” tidak

diterapkan sebagaimana mestinya, selain itu penetapan perihal adanya kerugian

negara dalam perkara a quo juga tidak dilaksanakan sesuai ketentuan undang-undang.

Kedua Saksi ahli yang dihadirkan oleh Terdakwa atau Penasihat Hukumnya dan

telah diperiksa dalam persidangan, yaitu Saksi Ahli Mujisantosa,SE., MM dan Saksi Ahli

DR.Sumule Timbo pada pokoknya telah menerangkan bahwa pengadaan mobil dinas

Bupati Pasaman Barat Toyota Land Cruiser Prado 2,7 TX Limited tahun 2010 dengan

harga kontrak Rp1.072.000.000,00 (satu milyar tujuh puluh dua juta rupiah) dengan cara

penunjukan langsung setelah dalam dua kali pelelangan dengan HPS pada pelelangan

kedua sebesar Rp1.074.900.000,00 (satu milyar tujuh puluh empat juta sembilan ratus

ribu rupiah) mengalami kegagalan, boleh dilakukan, tidak melanggar hukum dan

tidak pula merugikan keuangan negara. Bahwa karena kedua saksi ahli tersebut

dalam persidangan telah menerangkan bahwa dalam perkara a quo tidak terjadi kerugian

pada keuangan negara/daerah, sehingga sesuai fakta persidangan seharusnya

keterangan ahli tersebut yang dipertimbangan Judex Factie dalam putusannya guna

menentukan adanya kerugian keuangan negara. Saksi Ahli Mudjisantosa adalah ahli

dalam bidang pengadaan barang dan jasa dari LKPP RI (Lembaga Kebijakan

Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah RI). Sementara itu, Dr. Sumule Timbo, adalah

ahli dalam bidang keuangan daerah yang pada saat ini menjabat sebagai Kasi Wilayah I

pada Subdit Bagian Kebijakan dan Bantuan Keterangan Ahli pada Dirjen Keuangan

Daerah Kementerian Dalam Negeri RI dan sekaligus anggota Tim Penyusunan

Peraturan Peraturan tentang Keuangan Daerah. Secara lengkap keterangan ahli atau

Saksi Ahli dalam persidangan perkara a quo, yakni pertama Saksi Ahli AFRIZAL, SE.,

dari BPKP yang kesimpulannya tentang adanya kerugian negara tidak dapat

dipertahankan di persidangan, kedua Saksi Ahli Mudjisantosa sebagai saksi yang

dihadirkan oleh Terdakwa yang telah menerangkan bahwa penunjukan langsung setelah

pelelangan ulang gagal boleh dilakukan sepanjang tidak merugikan keuangan negara,

dan ketiga Saksi Ahli Dr. Sumule Timbo yang telah menerangkan dalam persidangan

bahwa pengurangan volume bukan perubahan rincian objek karena masih ada Silpanya

dan berapa yang terealisasi itu yang harus dipertangung jawabkan, rekaman dan

Page 15: Buku 12 - Kontra Memori Kasasi Hendri

14 | P a g e S A W . L F .

transkripnya secara lengkap telah kami sertakan sebagai lampiran dalam memori

banding sebelumnya.

Keempat, dengan menetapkan sendiri adanya jumlah kerugian keuangan

negara tanpa merujuk kepada pendapat atau keterangan ahli dan dengan kerugian yang

tidak nyata dan tidak pasti jumlahnya, maka Judex Factie dalam menetapkan adanya

kerugian keuangan negara dalam perkara a quo dengan jumlah atau angka yang tidak

pasti tersebut telah menyimpangi ketentuan hukum. Undang-undang Nomor 1 Tahun

2004 Tentang Perbendaharaan Negara sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 angka 22

menyebutkan “Bahwa kerugian Negara itu harus pasti dan nyata”. Berdasarkan bunyi

Pasal tersebut seharusnya adanya kerugian negara dapat ditentukan dengan pasti, nyata

dan terukur. Angka yang disebutkan Judex Factie bahwa terjadi kerugian keuangan

negara sebesar Rp99.927.275,00 (sembilan puluh sembilan juta sembilan ratus dua

puluh tujuh ribu dua ratus tujuh puluh lima rupiah) adalah angka yang tidak pasti, tidak

nyata, tidak bisa diukur dan bertentangan dengan hukum, salah satunya karena

biaya leges daerah sebesar Rp8.040.000,00 (delapan juta empat puluh ribu rupiah) yang

nyata-nyata masuk ke kas daerah Kabupaten Pasaman Barat juga disebut sebagai

kerugian negara.

Menurut Pasal 4 ayat (1) Peraturan BPK Nomor 1 tahun 2008 tentang

Penggunaan Pemeriksa Dan/Atau Tenaga Ahli Dari Luar Badan Pemeriksa Keuangan

disebutkan bahwa “Pemeriksa dan/atau tenaga ahli sebagaimana dimaksud dalam Pasal

3 ayat (1) meliputi pemeriksa dari lingkungan pengawas intern pemerintah, akuntan

publik pada kantor akuntan publik dan/atau tenaga ahli”. Dalam perkara a quo, karena

Judex Factie tidak dalam kapasitas ahli dalam menghitung atau menentukan adanya

kerugian negara, maka terjadi salah hitung, yakni biaya leges daerah diperhitungkan

sebagai kerugian negara. Dengan mengacu kepada Pasal 10 ayat (1) Undang-undang

Nomor 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan dan peraturan Badan

Pemeriksa Keuangan No.1 Tahun 2008, Tentang Penggunaan Pemeriksa dan/ atau

Tenaga Ahli di luar BPK, “ bahwa yang berwenang menghitung kerugian negara adalah

Badan Pemeriksa Keuangan.

Kelima, berdasarkan Pasal 1 angka 22 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004

tentang Perbendaharaan Negara menyebutkan bahwa “Kerugian negara / daerah adalah

kekurangan uang, surat berharga dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai

akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai”. Oleh karena itu maka

yang disebut kerugian negara adalah berkurang atau hilangnya keuangan negara secara

melawan hukum. Bahwa dalam perkara a quo, keuntungan kotor PT. Baladewa sebesar

Rp91.887.273,00 (sembilan puluh satu juta delapan ratus delapan puluh tujuh ribu dua

ratus tujuh puluh tiga rupiah) didapat dengan cara sesuai hukum, yakni dengan modal

sendiri dan menaati seluruh kewajiban yang dituangkan dalam kontrak, sesuai Surat

Page 16: Buku 12 - Kontra Memori Kasasi Hendri

15 | P a g e S A W . L F .

Perjanjian Kerja (Kontrak) Nomor : 027/480/Kontrak-Peng/Umum/2010, tanggal 13

Desember 2010 yang ditanda tangani oleh Drs. Hendri, M.M., selaku Kuasa Pengguna

Anggaran Bagian Umum Sekretariat Daerah Kabupaten Pasaman Barat dan Vitarman,

B.Ac, selaku Direktur Utama PT. Baladewa Indonesia. Selain itu, keuntungan kotor PT.

Baladewa tersebut walaupun tidak dihitung dari HARGA PASAR, TAPI DIHITUNG DARI

HARGA PEROLEHAN, juga masih dalam kisaran di bawah 10 % dari nilai kontrak.

Sementara kalau dihitung dari HARGA PASAR, maka keuntungan kotor PT. Baladewa

Indonesia hanya 2,36%, sehingga keuntungan tersebut sangat-sangat wajar dan patut.

Di samping itu, harga dalam kontrak adalah harga terendah dan masih di bawah harga

pasar, meskipun pedoman menurut Kepres Nomor 80 Tahun 2003 mengamanatkan

sesuai harga pasar, sehingga harga penunjukan yang berada di bawah HPS adalah

wajar dan layak. Dengan demikian tidak ada unsur melawan hukum atau setidak-

tidaknya tidak ada sifat melawan hukum dalam memperoleh keuntungan tersebut.

Keenam, menurut Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) Perwakilan Provinsi Sumatera Barat, sebagaimana tercantum dalam

Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat

Tahun Anggaran 2009 dan 2010, Nomor : 53/S/XVIII.PDG/01/2011, Tanggal 20 Januari

2011. Dan Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI Atas Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2011, Nomor : 01.C/LHP/XVIII/PDG/03/2012

Tanggal 29 Maret 2012, pengadaan mobil dinas Bupati Pasaman Barat Tahun 2010

berupa 1 (satu) Unit Toyota Prado 2,7 TX Limited Tahun 2010 dengan penunjukan

langsung setelah 2 (dua) kali pelelangan mengalami kegagalan tidak ditemukan adanya

penyimpangan. Oleh sebab itu, LHP BPK RI yang pada Tahun 2010 dan 2011 telah

melakukan audit terhadap kegiatan pengadaan ini yang dibuktikan dengan Laporan Hasil

Pemeriksaan Atas Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat Tahun

Anggaran 2009 dan 2010, Nomor : 53/S/XVIII.PDG/01/2011, Tanggal 20 Januari 2011.

Di samping itu, juga terdapat Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI Atas Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2011, Nomor :

01.C/LHP/XVIII/PDG/03/2012 Tanggal 29 Maret 2012, tidak menemukan adanya

indikasi pelanggaran atau penyimpangan tersebut.

Lebih jauh dalam kedua Laporan Hasil Pemeriksaan tersebut, secara tegas

disajikan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh SKPD Kabupaten Pasaman Barat

semenjak Tahun Anggaran 2009, 2010 dan 2011 yang tidak sesuai dengan ketentuan

dan berpotensi merugikan keuangan daerah, atau berpotensi terjadi pengeluaran yang

disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dan proses pengadaan yang

tidak akuntabel dan tidak sesuai dengan peraturan pengadaan barang/ jasa yang berlaku

pada saat itu yakni Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Namun terhadap kontrak pengadaan 1 (satu)

Page 17: Buku 12 - Kontra Memori Kasasi Hendri

16 | P a g e S A W . L F .

unit mobil dinas Bupati Pasaman Barat tahun 2010 berupa Toyota Prado 2,7 TX

Limited Tahun 2010 dengan cara penunjukan langsung setelah mengalami 2 (dua)

kali kegagalan dalam proses lelang, tidak ditemukan adanya indikasi pelanggaran

atau potensi kerugian keuangan daerah. Dengan demikian Terhadap pengadaan

Kendaraan Dinas Operasional Bupati/ Wakil Bupati Pasaman Barat, berdasarkan kontrak

No. : 027/480/Kontrak-Peng/Umum/2010 tanggal 13 Desember 2010, dengan nilai

kontrak Rp. 1.072.000.000,- (Satu Milyar Tujuh Puluh Dua Juta Rupiah), berdasarkan

LHP BPK RI bahwa kegiatan tersebut tidak ada menjadi temuan dari pemeriksaan BPK

RI yang dibuktikan dengan tidak ada dicantumkannya dalam Laporan Hasil Pemeriksaan

BPK RI seperti tersebut di atas.

C. Tidak Tepat Alasan Hukum Jaksa Penuntut Umum Dalam Menentukan Terjadi

Perbedaan Spesifikasi Antara Kontrak Dan Mobil Yang Diterima.

Bahwa dengan memanipulasi atau memutarbalikkan fakta mengenai keterangan

Saksi Suparman Martodisastro dan Saksi Jono Hans sebagaimana dikemukakan Jaksa

Penuntut Umum pada halam 5 dan halaman 6 memori kasasinya, seolah-olah

produsen di Jepang langsung mengeluarkan produk dalam bentuk “Toyota land

Cruiser Prado 2,7 TX dan TX Limited”. Bahwa produsen hanya mengeluarkan 1(satu)

produk yakni “Toyota Land Cruiser Prado 2,7 TX”. Sementara itu, tambahan kata

“Limited” hanya merupakan penambahan assesoris belaka, jadi kata-kata “Limited” tidak

akan tertuang dalam faktur maupun dalam bukti impor.

Saksi SUPARMAN MARTODISASTRO sebagaimana dikutip pada halaman 54

turunan putusan perkara a quo pada tingkat pertama, pada keterangan poin ketiga pada

pokoknya menerangkan, “Bahwa sesuai dengan faktur kendaraan PT. Multisentra

Adikarya Nomor : 239/MSA/XII/2010 tanggal 14 Januari 2011 yang menerangkan tentang

1 (satu) unit Kendaraan Toyota Prado 2.7 A/T Type mesin Prado 2,7 A/T bahan bakar

bensin, jumlah silinder 4/In-Line, isi silinder 2693 (cm3), warna hitam, nomor chasis :

TRJ150-0001532, nomor rangka : TRJ150-0001532, nomor mesin : 2TR-0815790 dan

tahun pembuatan 2010 dengan harga Rp. 506.000.000,00 (lima ratus enam juta rupiah)

adalah mobil yang berasal dari PT. Multisentra Adikarya”. Berdasarkan keterangan Saksi

SUPARMAN MARTODISASTRO tersebut di atas tidak ada kata-kata “TX Standard

Edition”, sehingga kata-kata “TX Standart Edition” hanya merupakan karangan

Jaksa Penuntut Umum dengan memanipulasi fakta persidangan.

Bahwa demikian juga keterangan Saksi JONO HANS, sepanjang yang dikutip

dan dicatat dalam persidangan sebagaimana tertuang pada halaman 55 sampai dengan

halaman 56 turunan putusan perkara a quo pada tingkat pertama tidak ada kata-kata “TX

Standar Edition” sebagaimana diungkapkan Jaksa Penuntut Umum pada halaman 5

Page 18: Buku 12 - Kontra Memori Kasasi Hendri

17 | P a g e S A W . L F .

memori kasasinya. Bahwa sehubungan dengan faktur kendaraan, Saksi JONO HANS

sebagaimana tertuang pada halaman 55 keterangan poin 3 pada salinan putusan

perkara a quo pada tingkat pertama pada pokoknya telah memberikan keterangan,

“bahwa jenis kendaraan Toyota Land Cruiser Prado 2.7 A/T tahun 2010 warna hitam

nomor chasis : TRJ150-0001532 dan nomor mesin : 2TR-0815790 adalah sama dengan

faktur kendaraan yang saksi dapat dari PT. Multisentra Adikarya Nomor :

239/MSA/XII/2010 tanggal 14 Januari 2011 yang menerangkan tentang 1 (satu) unit

kendaraan Toyota Prado 2.7 A/T bahan bakar bensin, jumlah silinder 4/In-Line, isi

silinder 2693 (cm3) warna hitam nomor rangka : TRJ150-0001532 dan nomor mesin :

2TR-0815790 tahun pembuatan 2010 harga Rp506.000.0000,00 (lima ratus enam juta

rupiah) adalah mobil yang dibeli dari PT. Multisentra Adikarya dan saksi tidak pernah

berurusan langsung dengan pihak Pemda Pasaman Barat sehubungan dengan

pengadaan kendaraan tersebut”. Bahwa Berdasarkan keterangan Saksi JONO HANS

sebagaimana diuraikan di atas juga tidak ada kata-kata “TX Standard Edition”,

sehingga sekali lagi harus dinyatakan bahwa kata-kata “TX Standart Edition”

hanya merupakan karangan Jaksa Penuntut Umum dengan memanipulasi fakta

persidangan.

Bahwa di samping itu, untuk menguji dan mengukur apakah produsen terkait di

Jepang mengeluarkan produk Toyota Land Cruiser Prado dalam bentuk “TX” dan “TX

Limited”, maka Jaksa Penuntut Umum harus mendatangkan direksi atau setidak-tidaknya

ahli teknik yang memproduksi mobil tersebut. Lagi pula dalam perkara a quo, Jaksa

Penuntut Umum juga tidak dapat membuktikan bahwa dugaan perbedaan spesifikasi

mobil yang diterima dengan yang tertuang dalam kontrak berhubungan pararel dengan

timbulnya kerugian keuangan negara.

Bahwa apa yang dikemukakan Jaksa Penuntut Umum dalam memori kasasinya

pada halaman 5 memori kasai aquo telah pula dipertimbangkan oleh Judex Factie pada

tingkat banding yang menyatakan Terdakwa bersalah karena itu. Oleh karena itu,

perlawanan atau keberatan terhadap memori kasasi jaksa Penuntut Umum sekaligus

juga sebagai keberatan atas pertimbangan Judex Factie terkait. Bahwa memori Penuntut

Umum sepanjang mengenai perbedaann spesifikasi antara barang yang diterima dengan

spesifikasi dalam kontrak jo pertimbangan hukum Judex Factie pada tingkat banding

terkait, tidak sesuai fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan. Pertama,

berdasarkan kesimpulan Judex Factie tingkat pertama dalam perkara a quo sebagai

fakta hukum, sebagaimana tertuang pada halaman 95 s.d. halaman 103, “tidak

ditemukan adanya perbedaan spesifikasi” antara barang dalam kontrak dengan

barang yang dikirim dan diterima oleh Pemerintah Daerah/Kabupaten Pasaman Barat.

Kedua, berdasarkan keterangan saksi-saksi sebagai pemeriksa barang, yakni Saksi

Amrianto, S.H., Roni Hendri Eka Putra, S.Hut., Setia Bakti, S.H., Bobby Perdana Riza,

Page 19: Buku 12 - Kontra Memori Kasasi Hendri

18 | P a g e S A W . L F .

S.Stp., M.Si., sebagaimana tertuang pada halaman 57 s.d. halaman 63 turunan putusan

tingkat pertama perkara a quo, pada pokoknya telah menerangkan bahwa barang berupa

1 (satu) unit mobil Toyota Land Cruiser Prado telah diperiksa dan diserahterimakan dari

PT. Baladewa Indonesia kepada Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat telah sesuai

dengan spesifikasi dalam kontrak, yaitu kontrak Nomor : 027/480/Kontrak-

Peng/Umum/2010, tanggal 13 Desember 2010 sebagaimana juga tertuang dalam berita

acara Pemeriksaan Barang Nomor : 027/267/BAPB/SETDA/2010, tanggal 20 Desember

2015. Saksi-saksi pemeriksa barang tersebut diangkat oleh Bupati Pasaman Barat

berdasarkan Surat Keputusan Nomor : 188.45/248/BUP-PASBAR/2010, tanggal 14 April

2010, sebagaimana dalam Surat Bukti (Barang Bukti) Nomor 41 yang disebutkan dalam

putusan tingkat pertama perkara a quo dan pada turunan putusan pada tingkat banding.

Ketiga, perbedaan antara TX dengan TX Limited hanya terletak pada assesoris saja.

Dengan demikian memori kasasi Jaksa Penuntut Umum dan pertimbangan hukum Judex

Factie pada tingkat banding sepanjang mengenai “ditemukan adanya perbedaan

spesifikasi mobil yang diterima dengan yang tertera pada kontrak” adalah tindakan yang

hanya mengada-ada sebagaimana dakwaan dan tuntutan Penuntut Umum, mencari-cari

kesalahan Terdakwa.

Bahwa berdasarkan kontra memori kasasi terhadap memori kasasi Jaksa

Penuntut Umum tersebut di atas dan dihubungkan dengan fakta hukum yang diperoleh

dari fakta persidangan dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut :

1. Bahwa Terbukti Terdakwa tidak menerima keuntungan dalam bentuk apapun

dalam pengadaan ini baik suap maupun hadiah, serta dalam proses penyelidikan dan

penyidikan perkara a quo pada tingkat kejaksaan Terdakwa secara aktif telah

membantu atau mempermudah Penyelidik atau Penyidik Kejaksaan Negeri Simpang

Empat, sehingga dapat dikualifikasi sebagai Justice Collaborator (meskipun dalam

perkara terkait tidak ada tindak pidana yang terjadi), dengan demikian maka tidak

tepat memori kasasi Jaksa Penuntut Umum yang menyalahkan Terdakwa dan tidak

tepat pula pertimbangan Judex Factie yang menghukum Terdakwa bersalah;

2. Bahwa dengan pengadaan tersebut keuangan negara menjadi lebih efektif dan

efisien dalam penggunaannya, karena HPS yang ditetapkan hanya

memberikan keuntungan kepada rekanan sebesar Rp. 25.332.727,00 (dua puluh lima

juta tiga ratus tiga puluh dua ribu tujuh ratus dua puluh tujuh rupia) atau sekitar 2,36 %

(dua koma tiga enam persen) dari nilai kontrak sebesar Rp. 1.072.000.000,00 (satu

milyar tujuh puluh dua juta rupiah), sehingga tidak tepat pula memori Jaksa Penuntut

Umum yang menyatakan Terdakwa bersalah karena merugikan keuangan negara

dan tidak tepat pula pertimbangan Judex Factie yang telah menghukum bersalah

Terdakwa karena menimbulkan kerugian keuangan negara;

Page 20: Buku 12 - Kontra Memori Kasasi Hendri

19 | P a g e S A W . L F .

3. Bahwa barang bukti berupa mobil dinas terkait tidak disita dan telah dipakai sebagai

kendaraan dinas operasional Bupati Pasaman Barat selama satu periode

kepemimpinannya (5 tahun) sampai saat ini, sehingga pembangunan dan pelayanan

kepada masyarakat terpenuhi;

4. Bahwa Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) Perwakilan

Provinsi Sumatera Barat telah melakukan audit terhadap pengadaan kendaraan

dinas ini dan menyatakan tidak ada penyimpangan dan kerugian keuangan negara,

fakta tidak adanya kerugian keuangan negara tersebut berdasarkan Laporan Hasil

Pemeriksaan (LHP) BPK RI Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten

Pasaman Barat Tahun 2011, Nomor : 01.C/LHP/XVIII/PDG/03/2012 Tanggal 29

Maret 2012, pengadaan mobil dinas Bupati Pasaman Barat Tahun 2010 berupa 1

(satu) Unit Toyota Prado 2,7 TX Limited Tahun 2010 dengan penunjukan langsung

setelah 2 (dua) kali pelelangan mengalami kegagalan tidak ditemukan adanya

penyimpangan. Oleh sebab itu, LHP BPK RI yang pada Tahun 2010 dan 2011 telah

melakukan audit terhadap kegiatan pengadaan ini yang dibuktikan dengan Laporan

Hasil Pemeriksaan Atas Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat

Tahun Anggaran 2009 dan 2010, Nomor : 53/S/XVIII.PDG/01/2011, Tanggal 20

Januari 201, tidak menemukan adanya indikasi pelanggaran atau penyimpangan

tersebut.

5. Terdakwa selaku Aparatur Sipil Negara (ASN) tengah menjalankan perintah atasan

dan perintah Undang-undang dalam jabatannya dalam guna melaksanakan proses

pembangunan dan pelayanan masyarakat yang pada waktu habis ditimpa musibah

gempa Sumatera Barat, selain itu mobil dinas tersebut juga sangat membantu

berbagai tugas Bupati Pasaman Barat dalam melayani masyarakatnya yang tersebar

luas dengan wilayah perbukitan dan bergunung-gunung sehingga tindakan

Terdakwa pada tingkat kasasi (pemohon Kasasi) seharusnya mendapatkan

perlindungan dari negara dan undang-undang.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, alasan-alasan kasasi Jaksa Penuntut

Umum sebagaimana tertuang dalam memori kasasinya adalah alasan yang mengada-

ngada dan tidak sesuai fakta-fakta hukum. Oleh karena itu, mohon kiranya Judex Juris

atau Yang Mulia Hakim Agung yang memeriksa dan memutus perkara a quo dapat

memberikan keadilan kepada Terdakwa dan menolak permohonan kasasi Jaksa

Penuntut Umum.

Bahwa oleh karena itu, Terdakwa pada tingkat kasasi (Pemohon Kasasi)

memohon dengan hormat, sudilah kiranya Mahkamah Agung RI c.q. Majelis Hakim

Agung yang memeriksa perkara kasasi a quo berkenan memutuskan dengan amar

putusan sebagai berikut :

Page 21: Buku 12 - Kontra Memori Kasasi Hendri

20 | P a g e S A W . L F .

1. Menyatakan menolak permohonan kasasi dari Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan

Negeri Simpang Empat;

2. Membatalkan putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi

Padang Nomor : 16/TIPIKOR/2015/PT.Pdg juncto putusan Pengadilan Tindak Pidana

Korupsi pada Pengadilan Negeri Kelas IA Padang Nomor : 01/Pid.Sus-

TPK/2015/PN.Pdg;

Dan dengan mengadili sendiri :

3. Menyatakan Terdakwa pada tingkat kasasi/Pemohon Kasasi Drs. Hendri, M.M.

tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah secara bersama-sama

melakukan tindak pidana korupsi melanggar Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 18 ayat (1)

huruf b, ayat (2) dan ayat (3) Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 jo Undang-

undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo

Pasal 55 ayat (1) ke – 1 KUHP sebagaimana dakwaan primair;

4. Membebaskan Terdakwa selaku Pemohon Kasasi Drs. Hendri, M.M. dari segala

dakwaan (vrijpraak) atau setidak-tidaknya melepaskan Terdakwa dari segala

tuntutan hukum (onslag van recht vervolging)

5. Memulihkan hak Terdakwa/Pemohon Kasasi dalam kemampuan, kedudukan dan

harkat serta martabatnya;

6. Membebankan biaya perkara kepada negara.

Demikian kontra memori kasasi terhadap memori kasasi Jaksa Penuntut Umum ini

kami sampaikan dan terima kasih, semoga demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa dan tegaknya hukum di Negara Republik Indonesia yang tercinta, yang mulia

Majelis Hakim Agung Mahkamah Agung RI berkenan mempertimbangkannya.

Hormat kami

Kuasa Hukum Terdakwa pada tingkat kasasi (Pemohon Kasasi)

Kantor SAW & Partners Law Firm

AFRIADY PUTRA, S.H., S. Sos. SUYADI, S.H.