reg-devel, gbe small paper
DESCRIPTION
GBE small paper, by: Dawud Gede Wicaksono D;Prog. MBA, Univ. Gadjah MadaTRANSCRIPT
-
TOPIKAL PAPER
Ekonomi Regional
ANALISIS PELUANG DAN ANCAMAN PENGARUH EKONOMI REGIONAL
TERHADAP PERUSAHAAN , PT. KRAKATAU STEEL Tbk.
Prof. Lincolin Arsyad, PhD
Dawud Gede Wicaksono
(12/343653/PEK/18069)
REGULER ANGKATAN 33 JKT
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA JAKARTA
2013
-
1PENDAHULUAN
Kegiatan ekonomi yang berjalan di suatu wilayah tidak bersifat eksklusif melainkan
saling mempengaruhi antar wilayah yang satu dan yang lain. Ilmu ekonomi regional adalah
cabang ilmu dari ekonomi yang tidak hanya mempelajari kegiatan memenuhi kebutuhan
dengan keterbatasan sumber daya untuk kepuasan semaksimal mungkin tapi juga mempelajari
reaksi wilayah sekitar terhadap kegiatan, keputusan ekonomi yang diambil.[1]
Segala keputusan ekonomi kewilayahan diambil dengan mempertimbangkan potensi
wilayah secara keseluruhan, keberagaman potensi, dan implikasi ke depan yang mungkin
ditimbulkan, memiliki dampak spill-over atau aglomerasi terhadap pusat-pusat kegiatan
ekonomi. PT. Krakatau Steel adalah perusahaan baja nasional yang sebagian besar
operasional inti perusahaan terjadi di wilayah Cilegon. Pendapatan yang dihasilkan Krakatau
Steel meningkatkan secara signifikan PDRB Cilegon dan pendapatan per kapita mencapai
Rp97 juta, jauh lebih tinggi daripada nasional yang tentunya menarik migrasi menuju kota
Cilegon.[2]
Pemerintah kedepannya menginginkan akselerasi yang sama seperti yang terjadi di
kota CIlegon tetapi dengan dampak ekspansi ke daerah-daerah sekitar. Berpegang pada
Peraturan Presiden No. 28 / 2008 mengenai Kebijakan Industri Nasional dan program
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), pemerintah
akan membentuk sentra-sentra industri di enam wilayah di Indonesia, Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Bali-Nusa Tenggara, Sulawei, dan Papua dengan bervisi Indonesia 2025 adalah
negara industri tangguh dengan peringkat ekonomi tujuh terbesar dunia.
PROFIL PERUSAHAAN
PT. KRAKATAU STEEL (Persero) Tbk. adalah perusahaan BUMN baja terbesar
dan terintegrasi yang sukses melaksanakan penawaran umum perdana pada 10 November
2010 di Bursa Efek Indonesia dan mencatatkan sahamnya dengan kode KRAS di Bursa Efek
Indonesia. Saat ini, KRAS mampu memenuhi permintaan produk baja kasar sebesar 2,45 juta
ton yang ditargetkan dapat mencapai 5,75 juta ton di tahun 2016 mendatang.[3]
Krakatau steel mengalami perubahan signifikan dalam sepuluh tahun terakhir dengan
penambahan berbagai fasilitas produksi seperti Pabrik Besi Spons, Pabrik Billet Baja, Pabrik
Batang Kawat, serta fasilitas pendukung seperti pembangkit listrik, penjernihan air,
pelabuhan, dan sistem telekomunikasi. Dimana di tiga tahun terakhir volume penjualan KRAS
meningkat rata-rata 10%, dengan total penjualan meningkat rata-rata 18% dan penambahan
-
2aset rata-rata sebesar 15%. Kenaikan ini dimungkinkan karena KRAS memiliki entitas
perusahaan yang beroperasi di tiap proses produksi dari hulu, antara, hingga hilir, sehingga
imungkinkan efisiensi beban transaksi antar produk hulu hingga hilir, dari peleburan baja
hingga pembuatan lembaran baja yang digunakan oleh sektor konstruksi dan otomotif.
KRAS dan anak perusahaan bergerak di industri hilir, dengan menghasilkan produk-
produk seperti pipa spiral, pipa ERW, baja tulangan, baja profil. Sedangkan industri hulu dan
antara adalah kerjasama KRAS dengan asing mealui Penanaman Modal Asing dengan porsi
antara 51% - 80%, yakni dari Korea dan Jepang, dimana produk yang dihasilkan adalah baja
kasar (pig irons), baja mentah (slab baja), dan baja lembaran panas (HRC), baja lembaran
dingin (CRC), lembaran seng (GSC), kawat baja. Sedangkan untuk mendukung kegiatan
operasional KRAS mempunyai perusahaan utilitas air (air bersih, tenaga listrik), perusahaan
infrastruktur (pelabuhan, kawasan industri), industri jasa teknik (konstruksi, rekayasa, EPC),
teknologi informasi dan layanan rumah sakit yang hampir sebagian besar berdomisili di
Cilegon. [4]
Pada tahun 2012 kemarin, berdasarkan laporan tahunan laba rugi, KRAS mampu
menghasilkan produk baja lembaran panas 1,83 juta ton, baja lembaran dingin 0,54 juta ton,
baja batangan 0,47 juta ton, dan pipa baja 0,07 juta ton dan menghasilkan pendapatan
US$2287,45juta. Disisi lain korporasi juga menderita kerugian sebesar US$19,56 juta
disebabkan perlambatan ekonomi global di 2012 kemarin sebagai dampak krisis ekonomi di
kawasan Eropa, dan perlambatan pertumbuhan ekonomi di China yang berpengaruh langsung
pada penurunan konsumsi baja internasional. Akan tetapi, dengan pertumbuhan ekonomi
positif Indonesia di tiga tahun terakhir mengakibatkan konsumsi baja domestik meningkat
7,3% dibanding 2011 lalu.
Analisis SWOT
STRENGTH WEAKNESSES
Perusahaan baja terintegrasi dengan
diversifikasi produk (industri hulu, antara,
dan hilir)
Ketergantungan bahan baku (iron ore pellet &
scrap metal) dari impor
Kemampuan finansial yang kuat, program
MP3EI akan menguntungkan KRAS sebagai
BUMN
Revitalisasi mesin diperlukan untuk
meningkatkan efisiensi
-
3ANALISIS
Problem terbesar ekonomi regional di Indonesia adalah adanya disparitas antara
wilayah barat dengan wilayah timur Indonesia (KABARIN vs KATIMIN). Disparitas ini
tidak hanya di sisi perekonomian (jumlah uang beredar, PDRB), tapi juga masalah
kependudukan (populasi antar daerah), serta tingginya migrasi penduduk ke pulau Jawa. Ini
terlihat pada tabel berikut,
Distribusi GDRP 6 koridor Indonesia (%) Distribusi Populasi (%)
2009 2010 TW-II 2011 2000 2010
Sumatera 23,5 23,2 23,5 21,2 21,3
Jawa 58,1 57,8 57,7 58,93 57,49
Bali - Nusa Tenggara 2.69 2.7 2.5 5,34 5,5
Kalimantan 9,3 9,1 9,5 5,49 5,8
Sulawesi 4,6 4,7 4,7 7,23 7,31
Maluku & Papua 1.76 2.5 2.1 2 2,6
Tabel 1. Distribusi GDRP & populasi di 6 koridor di Indonesia , sumber (Lincolin, Arsyad, [pptt slide])[5]
Hal ini mengakibatkan terpusatnya perekonomian dan investasi hanya di pulau Jawa
saja. Hal ini dapat terlihat pada tabel berikut.
0102030405060708090
100
Sum
ater
aJa
wa
Bali -
Nus
a Te
ngga
ra
Kalim
anta
n
Sulaw
esi
Mal
uku
&Pa
pua
2009
2010
Q3-2011
Tabel 2. Distribusi investasi riil di 6 koridor Indonesia (kiri : domestik, kanan : foreign) [6]
Walaupun sejak 2009, telah ada trend penurunan investasi di Jawa, akan tetapi
porsinya tetap tinggi yaitu lebih dari 50% tetap di pulau Jawa. Oleh karena itu, sejak 2008
muncul ide mengenai percepatan pembangunan ekonomi dengan menumbuhkan sektor-sektor
unggulan di tiap-tiap wilayah. Rencana pembangunan ekonomi jangka panjang ini yang
dikenal sebagai Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI). Program ini diharapkan mampu memicu akselerasi dan ekspansi
ekonomi di masing-masing koridor. Caranya dengan meningkatkan pembangunan
infrastruktur, pembentukan regulasi yang memudahkan investasi, pemberian insentif bagi para
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Sum
ater
a
Jawa
Bali -
Nus
a Te
ngga
ra
Kalim
anta
n
Sulaw
esi
Maluk
u &
Papu
a
Domestik 2009
Domestik 2010
Domestik Q3-2011
-
4pelaku kegiatan ekonomi, hingga pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkait
untuk tiap-tiap jenis industri.
!"#
!
$%&'( )
*"+
,-
./0/
1234235
1678923235
:3
67
4
8
5 ;23
1
67
23423
3
Gambar 1. MP3EI di 6 koridor dan produk-produk unggulan di masing2 sentra ekonomi [7]
Hal ini akan meningkatkan kebutuhan besi dan baja kedepannya mengingat industri
logam adalah industri dasar bagi infrastruktur. Kedepannya Pemerintah akan membangun
fasilitas pabrik besi dan baja yang dimulai dari sentranya di Banten (Cilegon), menyusul di
Kawasan Strategis Nasional Selat Sunda di Provinsi Lampung. Kemudian di tiap-tiap pulau
besar di Indonesia akan ada pabrik besi dan baja dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
besi dan baja untuk pembangunan infrastruktur di tiap-tiap pulau tersebut. Ini berarti adanya
peningkatan konsumsi baja per kapita hingga tahun 2025 (diproyeksi mencapai
100kg/kapita) dari saat ini yang hanya mencapai 51kg/kapita.
?@ABCDBE FGHG IJK LGIEMG
N@CAMKEJB OPQP OPQQ OPQO
RSTUSVWXY Z[ \] ]^
_Y`YaWXY bc\ bde Zf]
gX`XhXSY \Z ]\ eb
iXSjYhklY ]b[ [\b [bf
mn
YX`YST b^b b^c b\]
o
XV
p
SY
q
^bb ^^f ^bZ
Tabel 3. Konsumsi baja per kapita Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya [8]
Pengaruh regional ekonomi ASEAN dan perlambatan ekonomi China terhadap
industri baja nasional. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tumbuh sebesar 6,2% di
tahun 2012, walaupun mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar
6,5%. Hal ini disebabkan belum pulihnya ekonomi negara maju yang merambat pada negara-
negara berkembang. Walaupun begitu berdasar proyeksi PDB Bank Indonesia hingga tahun
-
52014, BI masih optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia masih positif, walaupun lebih
banyak ditunjang oleh sektor konsumsi. Seperti tabel berikut,
Tabel 4. Proyeksi PDB Bank Indonesia untuk tahun 2012 2014. sumber bi.go.id [9]
Adanya perlambatan pertumbuhan perekonomian China sejak 2011 kemarin selain
mempengaruhi nilai ekspor Indonesia (energi (batubara) dan CPO). Perlambatan ini berimbas
pada berkurangnya proyek-proyek infrastruktur di China padahal sebagai negara penghasil
baja terbesar dunia China juga negara pengkonsumsi baja terbesar. Maka bila di sisi konsumsi
baja berkurang, tentu akan berimbas semakin besar surplus produksi baja dalam negeri China
dan akan masuk ke negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi masih positif seperti
Indonesia dan negara ASEAN lainnya.
Pertumbuhan GDP (%)
2010 2011 2012Hong Kong SAR,
China 6.8 4.9 1.5
Tabel 5. Perlambatan pertumbuhan GDP China (sumber Worldbank.org) [10]
Hal ini akan berpengaruh negatif terhadap industri baja nasional, mengingat
dengan berlakunya ACFTA (ASEAN China Free Trade Agreement) sejak 2011
kemarin, beberapa produk baja setengah jadi (antara) seperi HRC, atau produk baja hilir
seperti pipa baja, baja profil sudah mengalami penurunan bea masuk mencapai 0%.
Sedangkan pemerintah tidak melakukan pembatasan baja impor sehingga pasar baja nasional
terbuka bagi pasokan baja China. Ini menjadi ancaman yang mampu mempengaruhi besar
laba KRAS kedepannya terlebih masih positifnya sektor konstruksi Indonesia ke depannya.
-
6STRATEGI BISNIS KRAS
Untuk merealisasikan program MP3EI, maka KRAS perlu meningkatkan kapasitas
produksinya, mengamankan sumber bahan baku & bahan bakar, serta meningkatkan efisiensi
logistik di pelabuhan. ini berarti akan ada perluasan pabrik baja melalui peningkatan intens
kerjasama antara Krakatau dengan Posco baik di dalam perluasan pabrik dan peningkatan
kuantitas produksi. Industri hulu dan antara Krakatau adalah usaha patungan KRAS dengan
Posco.
Seiring dengan peningkatan produksi, KRAS juga memiliki kendala tersendiri, yaitu
bahan baku iron ore pellet dan stell scrap harus diimpor dari luar, hal ini disebabkan
teknologi pembuatan baja yang dimiliki tidak mampu memproduksi baja dari bijih besi
langsung (padahal eksplorasinya ada di indonesia, diekspor untuk dibuat iron ore pellet untuk
kemudian diimpor kembali untuk digunakan). Oleh karena itu KRAS perlu melakukan alih
teknologi ke BLAST FURNACE (saat ini DIRECT FURNACE) yang mampu menghasilkan
baja dari bijih besi langsung. Sehingga KRAS tidak tergantung pada bahan baku impor.
Untuk urusan logistik & distribusi, KRAS perlu mempercepat perluasan pelabuhan
PT. Krakatau Bandar Samudera agar semakin mengefisiensikan proses bongkar muat logistik
KRAS. Bila KRAS mengalami pertumbuhan permintaan kedepannya maka laba operasional
KRAS akan sangat dipengaruhi jalur distribusi (meningkatkan akses ke konsumen) serta
urusan logistik (bongkar muat di pelabuhan KRAS di Cilegon).
Selain itu, KRAS sebagai perusahaan BUMN baja nasional terbesar perlu
berkonsultasi dengan Pemerintah sebagai regulator untuk melindungi industri baja nasional,
misal dengan mengenakan technical barrier pada impor baja. Aturan WTO yang tetap
membolehkan aturan technical barrier misal seperti Standar Nasional Indonesia (SNI),
diharapkan dapat mengerem masuknya baja impor dengan mensyaratkan aturan mutu dan
keamanan tertentu pada baja impor.
LAMPIRAN
[1] Arsyad, Lincolin 2013. Ekonomi Regional [Powerpoint slides]. Program Pascasarjana
MM FEB Univ. Gadjah Mada
[2] Badan Pusat Statistik Kota Cilegon. 2013. Cilegon Dalam Angka. Diakses tanggal
07/11/2013 dari http://cilegonkota.bps.go.id/publikasi/cda2013/index.html
-
7[3] Krakatau Steel. 2013. Laporan Tahunan. Diakses tanggal 01/11/2013 dari
http://www.krakatausteel.com/?page=content&cid=94
[4] Krakatau Steel. Ibid
[5] Arsyad, Lincolin. Op. cit
[6] Arsyad, Lincolin. Ibid
[7] Hidayat, Teguh. 10 Juli 2013. Mengenal MP3EI: Seperti Apa Indonesia di Tahun 2025?.
Diakses tanggal 05/11/2013 dari http://www.teguhhidayat.com/2013/07/mengenal-mp3ei-
seperti-apa-indonesia-di.html
[8] South East Asia Iron & Steel Institute. 2013. Crude Steel Consumption. Diakses tanggal
05/11/2013 dari http://www.seaisi.org/stats/stats_view.asp?file_id=&cat=1&subcat=4&
country=
[9] Bank Indonesia. 2013. Laporan Perekonomian Indonesia 2012. Diakses tanggal
05/11/2013 dari http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/EA0E9CE7-48EE-4C1B-A326-
32E5F0C602A5/28812/LPI2012Finaledit12042014.pdf
[10] Worldbank. 2013. Chinas Data. Diakses tanggal 05/11/2013 dari
http://data.worldbank.org/country/china