refrat psikofarmaka

Upload: james-holland

Post on 09-Jan-2016

222 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

REFERAT SOMATISASI

TRANSCRIPT

BAB I

PendahuluanI. Latar belakang

Sejak dekade 1980-1990-an banyak sekali perkembangan baru dibidang psikofarmakologi, yaitu suatu cabang ilmu farmakologi yang khusus mempelajari psikofarmaka atau psikotropik. Psikofarmaka atau psikotropik adalah obat yang bekerja pada atau mempengaruhi fungsi pikis, kelakuan atau pengalaman (WHO 1966).1 Psikofarmakologi berkembang dengan pesat sejak ditemukannya alkaloid Rauwolfia dan klorpromazin yang ternyata efektif untuk mengobati kelainan psikiatrik. Sekarang psikofarmakologi menjadi titik pertemuan antara cabang ilmu klinik dan preklinik yaitu : farmakologi, fisiologi, biokimia, genetika serta ilmu biomedik lain. Berbeda dengan antibiotic, pengobatan dengan psikotropik bersifat simtomatik dan lebih berdasarkan atas pengetahuan empiric. Hal ini dapat dipahami, karena patofisiologi penyakit jiwa itu sendiri belum jelas. Psikotropik hanya mengubah keadaan jiwa penderita sehingga lebih kooperatif dan dapat menerima psikoteropi dengan lebih baik.1 Disatu pihak memang ada kebutuhan dan pasar akan obat-obat psikotropik tersebut oleh karena meningkatnya kasus-kasus gangguan kesehatan jiwa, tetapi dipihak lain banyak dokter-dokter tidak siap dengan pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan obat-obatan tersebut yang disebabkan oleh materi pelajaran sewaktu menjadi mahasiswa kedokteran sudah ketinggalan zaman.2sehingga penulisan makalah ini guna menambah pegetahuan dan keterampilan sesuai dengan psikofarmaka.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. DefinisiPsikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas hidup pasien. 3Obat psikotropik dibagi menjadi beberapa golongan, diantaranya: antipsikosis, anti-depresi, anti-mania, anti-ansietas, anti-insomnia, anti-panik, dan anti obsesif-kompulsif. Pembagian lainnya dari obat psikotropik antara lain: transquilizer, neuroleptic, antidepressants dan psikomimetika.2Semua obat psikofarmaka bersifat lipofil mudah masuk kedalam CCS (cairan serebrospinal) dan obat-obat psikofarmaka melakukan kegiatan langsung terhadap saraf otak. Mekanisme kerjanya pada taraf biokimiawi belum diketahui dengan pasti, bahwa ada petunjuk kuat bahwa mekanisme ini berhubungan erat dengan kadar neurotransmiter di otak dan antara keseimbangannya.4II.Obat-Obat Psikotropika

II.1. Obat Anti-Psikosis

Anti-psikosis disebut juga neuroleptic, atau major transquilize adalah obat-obat yang dapat menekan fungsi-fungsi psikis tertentu tanpa mempengaruhi fungsi-fungsi umum seperti berfikir dan kelakuan normal. Obat-obat ini dapat meredakan emosi dan agresi,dan dapat pula mengurangi atau menghilangkan gangguan jiwa seperti impian dan halusinasi serta menormalkan perilaku yang tidak normal. 4Salah satunya adalah chlorpromazine (CPZ), yang diperkenalkan pertama kali tahun 1951 sebagai premedikasi dalam anastesi akibat efeknya yang membuat relaksasi tingkat kewaspadaan seseorang. CPZ segera dicobakan pada penderita skizofrenia dan ternyata berefek mengurangi delusi dan halusinasi tanpa efek sedatif yang berlebihan.3II.1.1. Penggolongan antipsikosis 2,3No

Golongan ObatSediaanDosis Anjuran

Tipikal

1.Fenotiazin

ChlorpromazinTablet 25 dan 100 mg,

Injeksi 25 mg/ml150-600

mg/hari

ThioridazinTablet 50 dan 100 mg 150-600

mg/hari

TrifluoperazinTablet 1 mg dan 5 mg 10-15 mg/hari

Perfenazin Tablet 2, 4, 8 mg12-24 mg/hari

FlufenazinTablet 2,5 mg, 5 mg10-15 mg/hari

2

ButirofenonHaloperidolTablet 0,5 mg, 1,5 mg, 5

mg

Injeksi 5 mg/ml. 5-15 mg/hari

DroperidolAmp 2.5 mg/ ml7,5 15

mg/hari

3.Difenilbutil

piperidin

PimozideTablet 1 dan 4 mg1-4 mg/hari

Atipikal

1.BenzisoxaleRisperidonTablet 1, 2, 3 mg2-6 mg/hari

AripiprazoleTablet 10-15 mg10-15 mg/hari

2. Benzamide SupirideAmp. 100mg/2cc, tab 200 mg

3-6 amp/hari(im),300-600mg/hari

4.dibenzodiazepineClozapineTablet 25-100 mg25-100 mg/hari

Olanzapine Tablet 5-10 mg10-20 mg/hari

Quetiapine Tablet 25-100 mg 200 mg50-400 mg/hari

Zotepine Tablet 25-50 mg75-100 mg/hari

II.1.2 Indikasi Obat anti-psikosis merupakan pilihan pertama dalam menangani skizofreni, untuk memgurangi delusi, halusinasi, gangguan proses dan isi pikiran dan juga efektif dalam mencegah kekambuhan. Major transquilizer juga efektif dalam menangani mania, Tourettes syndrome, perilaku kekerasan dan agitasi akibat bingung dan demensia. Juga dapat dikombinasikan dengan anti-depresan dalam penanganan depresi delusional.3II.1.3 Mekanisme Kerja Mekanisme Semua obat anti-psikosis merupakan obat-obat potensial dalam memblokade reseptor dopamine dan juga dapat memblokade reseptor kolinergik, adrenergik dan histamin. Obat Antipsikosis tipikal adalah memblokade dopamine pada reseptor pasca-sinaps neuron diotak, khususnya disistem limbik dan sistem ekstrapiramidal sehingga efektif untuk gejala positif. Obat Anti-psikosis atypical disamping berafinitas memblokade reseptor dopamine juga terhadap serotonin 5HT2 reseptor, sehingga afektif untuk gejala negative dan beberapa diantaranya juga dapat memblokade dopamin sistem limbic, terutama pada striatum.3II.1.4. Cara Penggunaan 2,3Umumnya dikonsumsi secara oral, yang melewati first-pass metabolism di hepar. Beberapa diantaranya dapat diberikan lewat injeksi short-acting Intramuscular (IM) atau Intra Venous (IV), Untuk beberapa obat anti-psikosis (seperti haloperidol dan flupenthixol), bisa diberikan larutan ester bersama vegetable oil dalam bentuk depot IM yang diinjeksikan setiap 1-4 minggu. Obat-obatan depot lebih mudah untuk dimonitor. Pemilihan jenis obat anti-psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat. Penggantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalennya. Apabila obat psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis optimal setelah jangka waktu memadai, dapat diganti dengan obat anti-psikosis lainnya. Jika obat anti-psikosis tersebut sebelumnya sudah terbukti efektif dan efek sampingnya dapat ditolerir dengan baik, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang. Dalam pemberian dosis, perlu dipertimbangkan:

Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu

Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam

Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)

Dosis pagi dan malam berbeda untuk mengurangi dampak efek samping, sehingga tidak menganggu kualitas hidup pasien. Mulailah dosis awal dengan dosis anjuran (dinaikkan setiap 2-3 hari ( hingga dosis efektif (sindroma psikosis reda) ( dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan( dosis optimal (dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi) (diturunkan setiap 2 minggu ( dosis maintenance ( dipertahankan selama 6 bulan 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/minggu (tapering off (dosis diturunkan tiap

2-4 minggu) ( stop

Obat anti-psikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun diberikan dalam jangka waktu lama, sehingga potensi ketergantungan sangat kecil. Jika dihentikan mendadak timbul gejala cholinergic rebound, yaitu: gangguan lambung, mual, muntah, diare, pusisng, gemetar dan lain-lain dan akan mereda jika diberikan anticholinergic agents (injeksi sulfas atropine 0,25 mg IM dan tablet trihexylfenidil 3x2 mg/hari). Obat anti-psikosis parenteral berguna untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan obat atau tidak efektif dengan medikasi oral. Dosis dimulai dengan 0,5 cc setiap bulan. Pemberiannya hanya untuk terapi stabilisasi dan pemeliharaan terhadap skizofrenia. Penggunaan CPZ sering menimbulkan hipotensi orthostatik pada waktu merubah posisi tubuh. Hal ini dapat diatasi dengan injeksi nor-adrenalin (effortil IM). Haloperidol juga dapat menimbulkan sindroma Parkinson, dan diatasi dengan tablet trihexylfenidil 3-4x2 mg/hari.II.1.5. Efek Samping 41. Gangguan Extrapiramidal (GEP), yang bertalian dengan daya antidopaminnya dan bersifat kurang berat pada senyawa butirofenon, butilpiperidin dan obat atypis. GEP dapat terbentuk sebagai berikut:

Parkinsonisme : hipokinesia (daya gerak berkurang, berjalan langkah demi langka, kekakuan anggota tubuh, kadang temor, gejala lain rabit-syndrome (mulut membuat gerakan mengnyah seperti kelinci)

Dystonia akut : kontraksi otot-otot muka dan tengkuk, kepala miring , gangguan menelan, sukar bicara, dan kejang rahang. Guna menghindarkannya dosis harus dinaikan dengan perlahan, atau diberikan antikolinergik sebagai profilaksis. Akathasia : selalu ingin bergerak tidak mampu duduk diam tanpa menggerakan kaki, tangan, atau tubuh. Akathasia juga dapat diatasi oleh propanolol dan bemzodiazepin. Dyskinesia tardiv : gerakan abnormal tak sengaja khususnya otot-otot muka dan mulut(menjulurkan lidah) yang dapat menjadi kekal 2. Gangguan Endokrin (galactorrhea, amenorrhea), metabolik (jaundice), hematologik (agranulocytosis) biasanya pada pemakaian jangka panjang.

3. Sedasi dan inhibisi psikomotor (mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun,kemampuan kognitif menurun) 4. Gangguan otonomik

Hipotensi ortostatis Efek antikolinergikBila terjadi gejala tersebut, obat anti-psikosis perlahan-lahan dihentikan. Bisa diberikan obat reserpin 2,5 mg/hari. Obat pengganti yang yang paling baik adalah klozapin 50-100 mg/hari. Reaksi idiosinkrasi yang timbul dapat berupa diskrasia darah, fotosensitivitas, jaundice, dan Neuroleptic Malignant Syndrome(NSM). NSM berupa hiperpireksia, rigiditas, inkontinensia urin, dan perubahan status mental dan kesadaran. Bila terejadi NSM, hentikan pemakaian obat, perawatan suportif dan berikan agonis dopamine (bromokriptin 3x 7,5 sampai 60 mg/hari, L-Dopa 2x100 mg atau amantidin 200 mg/hari).2II.1.6 Kontraindikasi Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris yang tinggi, ketergantungan alkohol, penyakit SSP dan gangguan kesadaran.3II.2 Obat Antidepresan Sinonim antidepresan adalah thimoleptika atau psikik energizer. Umumnya yang digunakan sekarang adalah dalam golongan trisiklik (misalnya imipramin, amitriptilin, dothiepin dan lofepramin).5NoGolonganObatSediaan Dosis anjuran

1. Trisiklik (TCA)AmitriptilinTablet 25 mg75-150 mg/hari

ImipraminTablet 25 mg75-150 mg/hari

2.SSRI (selective serotonin reuptake inhibitor)Sentralin Tablet 50 mg50-150 mg/hari

FluvoxaminTablet 50 mg50-100 mg/hari

FluoxetinKapsul 20 mg,

Kaplet 20 mg

20-40 mg/hari

ParoxetinTablet 20 mg20-40 mg/hari

3.MAOI-reversible (reversible inhibitor of mono amine oxydase)moclobimedeTablet 150 mg300-600 mg/

hari

4AtipikaltrazodoneKapsul 50-150mg100-200 mg/hari

mirtazapineTablet 30 mg15-45 mg/hari

venlafaxineKapsul 75 mg75-150 mg/hari

II.2.1. Indikasi

Obat antidepresan ditujukan kepada penderita depresi dan kadang berguna juga pada penderita ansietas fobia, obsesif-kompulsif, dan mencegah kekambuhan depresi.2II.2.2. Mekanisme KerjaTrisiklik (TCA) memblokade reuptake dari noradrenalin dan serotonin yang menuju neuron presinaps. SSRI hanya memblokade reuptake dari serotonin. MAOI menghambat pengrusakan serotonin pada sinaps. Mianserin dan mirtazapin memblokade reseptor alfa 2 presinaps. Setiap mekanisme kerja dari antidepresan melibatkan modulasi pre atau post sinaps atau disebut respon elektrofisiologis.3II.2.3 Cara Penggunaan 2Umumnya bersifat oral, sebagian besar bisa diberikan sekali sehari dan mengalami proses first-pass metabolism di hepar. Respon anti-depresan jarang timbul

alam waktu kurang dari 2-6 minggu Untuk sindroma depresi ringan dan sedang, pemilihan obat sebaiknya mengikuti urutan:

Langkah 1 : golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)

Langkah 2 : golongan tetrasiklik (TCA)

Langkah 3 :golongan tetrasiklik, atypical, MAOI (Mono Amin Oxydase Inhibitor) reversibel.II.2.4. Efek Samping 2 Trisklik dan MAOI : antikolinergik(mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi, sinus takikardi) dan antiadrenergik (perubahan EKG, hipotensi ) SSRI : nausea, sakit kepala

MAOI : interaksi tiramin

Jika pemberian telah mencapai dosis toksik timbul atropine toxic syndrome dengan gejala eksitasi SSP, hiperpireksia, hipertensi, konvulsi, delirium, confusion dan disorientasi. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasinya:

Gastric lavage

Diazepam 10 mg IM untuk mengatasi konvulsi

Postigmin 0,5-1 mg IM untuk mengatasi efek antikolinergik, dapat diulangi setiap 30-40 menit hingga gejala mereda.

Monitoring EKGII.2.5. Kontraindikasi 3 Penyakit jantung koroner

Glaucoma, retensi urin, hipertensi prostat, gangguan fungsi hati, epilepsyII.3.Obat Antimania Obat anti mania mempunyai beberapa sinonim antara lain mood modulators, mood stabilizers dan antimanik. Dalam membicarakan obat antimania yang menjadi acuan adalah litium karbonat.3NoNama GenerikSediaanDosis anjuran

1.Litium karbonatTablet 200,300,400,500 mg250-500 mg

2.HaloperidolTablet 0,5-2-5 mgAmp. 5mg/cc4,5-15 mg/hari5 mg(im) setiap 2 jam, maksimum 100 mg/hari

3.KarbamazepineTablet 200 mg400-600 mg/hari

II.3.1. Cara Penggunaan Obat

Pada mania akut diberikan haloperidol IM atau tablet litium karbonat. Pada gangguan afektif bipolar dengan serangan episodik mania depresi diberi litium karbonat sebagai obat profilaks. Dapat mengurangi frekuensi, berat dan lamanya suatu kekambuahan. Bila penggunaan obat litium karbonat tidak memungkinkaan dapat digunakan karbamazepin. Obat ini terbukti ampuh meredakan sindroma mania akut dan profilakis serangan sindroma mania pada gangguan afektif bipolar. Pada ganguan afektif unipolar, pencegahan kekambuhan dapat juga dengan obat antidepresi SSRI yang lebih ampuh daripada litium karonat. Dosis awal harus lebih rendah pada pasien usia lanjut atau pasien gangguan fisik yang mempengaruhi fungsi ginjal. Pengukuran serum dilakukan dengan mengambil sampeel darah pagi hari, yaitu sebelum makan obat dan sekitar 12 jam setelah dosis petang.2II.3.2. Mekanisme kerja

Efek antimania lithium disebabkan oleh kemampuannya mengurangi dopaminereseptor supersensitivity meningkatkan .2II.3.3 Efek samping

1. Efek samping Lithium berhubungan erat dengan dosis dan kondisi fisik pasien

2. Gejala efek samping pada pengobatan jangka lama: mulut kering, haus, gastrointestinal distress (mual, muntah, diare feses lunak), kelemahan otot, poliuria, tremor halus (fine tremor, lebih nyta pada pasien usia lanjut dan penggunaan bersamaan dengan neuroleptika dan antidepresan) Tidak ada efek sedasi dan gangguan akstrapiramidal

3. Efek samping lain : hipotiroidisme, peningkatan berat badan, perubahan fungsi tiroid, edema pada tungkai metalic taste, leukositosis, gangguan daya ingat dan kosentrasi pikiran

4. Gejala intoksikasi

- Gejala dini : muntah, diare, tremor kasar, mengantuk, kosentrasi pikiran menurun, bicara sulit, pengucapan kata tidak jelas, berjalan tidak stabil

- Dengan semakin beratnya intoksikasi terdapat gejala : kesadaran menurun, oliguria, kejang-kejang

- Penting sekali pengawasan kadar lithium dalam darah

5. Faktor predisposisi terjadinya intoksikasi lithium :

- Demam (berkeringat berlebihan)

- Diet rendah garam

- Diare dan muntah-muntah

- Diet untuk menurunkan berat badan

- Pemakaian bersama diuretik, antireumatik, obat anti inflamasi nonsteroid

6. Tindakan mengatasi intoksikasi lithium

- Mengurangi faktor predisposisi

- Diuresis paksa dengan garam fisiologis NaCl diberikan secara IV sebanyak 10 ml

7. Tindakan pencegahan intoksikasi lithium dengan edukasi tentang factor predisposisi, minum secukupnya, bila berkeringat dan diuresis banyak harus diimbangi dengan minum lebih banyak, mengenali gejala dan intoksikasi dan kontrol rutin.3II.3.4. Kontra Indikasi

Wanita hamil

II.4 Anti-Ansietas

Obat anti-ansietas mempunyai beberapa sinonim, antara lain psikoleptik, transquilizer minor dan anksioliktik. obat yang digunakan untuk pengobatan ansietas adalah sedative atau obat-obat yang secara umum memiliki sifat yang sama dengan sedative. Anti ansietas yang terutama adalah golongan benzodiazepine.1NoNama GenerikGolonganSediaanDosis aniuran

1DiazepamBenzodiazepinTab 2- 5 mgPeroral 10-

30mg/hr,2-3

x/hari

Paenteral

IV/IM

2-10mg/kali setiap 3-4 jam

2KlordiazepoksoidBenzodiazepinTab 5 mg

Kap 5 mg

15-30 mg/hari

2-3 x/sehari

3LorazepamBenzodiazepinTab 0,5-2 mg2-3 x 1 mg/hr

4ClobazamBenzodiazepinTab 10 mg2-3 x 10mg/hr

5BrumazepinBenzodiazepinTab 1,5-3-6 mg3 x 1,5 mg/hr

6OksazolomBenzodiazepinTab 10 mg2-3 x 10

mg/hr

7KlorazepatBenzodiazepinCap 5-10mg2-3 x 5 mg /

hr

8AlprazolamBenzodiazepinTab0,25-0,5-

1 mg

3 x 0,25-0,5

mg/hr

9PrazepamBenzodiazepinTab 5 mg2-3 x 5 mg/hr

10SulpiridNonBenzodiazepinCap 50 mg100-200

mg/hari

11BuspironNonBenzodiazepinTab 10 mg15-30 mg/hari

II.4.1. Mekanisme kerja

Sindrom ansietas disebabkan hiperaktivitasndari system limbic yang terdiri dari dopaminergic, nonadrenergic, seretonnergic yang dikendalikan oleh GABA ergic yang merupakan suatu inhibitory neurotransmitter. Obat antiansietas benzodiazepine yang bereaksi dengan reseptornya yang akan meng-inforce the inhibitory action of GABA neuron, sehingga hiperaktivitas tersebut mereda.3II.4.2. Cara Pengguanan

Klobazam untuk pasien dewasa dan pada usia lanjut yang ingin tetap aktif

Lorazepam untuk pasien-pasien dengan kelainan fungsi hati atau ginjal

Alprazolam efektif untuk ansietas antosipatorik, mula kerja lebih cepat dan

mempunyai komponen efek antidepresan.

Sulpirid 50 efektif meredakan gejala somatic dari sindroma ansietas dan

paling kecil resiko ketergantungan obat.

Mulai dengan dosis awal (dosis anjuran) kemudian dinaikkan dosis setiap 3-5 hari sampai mencapai dosis optimal. Dosis ini dipertahankan 2-3 minggu. Kemudian diturunkan 1/8 x dosis awal setiap 2-4 minggu sehingga tercapai dosis pemeliharan. Bila kambuh dinaikkan lagi dan tetap efektif pertahankan 4-8 mingu. Terakhir lakukan tapering off. Pemberian obat tidak lebih dari 1-3 bulan pada sindroma ansietas yang disebabkan factor eksternal.2,3II.4.3. Efek samping

Sedasi ( rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerka psikomotor menurun,

kemampuan kognitif melemah)

Relaksasi otot ( rasa lemas, cepat lelah dan lain-lain)

Potensi menimbulkan ketergantungan lebih rendah dari narkotika, Potensi ketergantungan obat disebabkan oleh efek obat yang masih dapat dipertahankan setelah dosis trerakhir berlangsung sangat singkat. Penghentian obat secara mendadak, akan menimbulkan gejala putus obat, pasien

menjadi iritabel, bingung, gelisah, insomania, tremor, palpitasi, keringat dingin, konvulsi. Untuk mengurangi resiko ketergantungan obat, maksimum lama pemberian 3 bulan dalam rentyang dosis terapeutik.3II.4.4. Kontra Indikasi

Pasien dengan hipersensitif terhadap benzodiazepin, glaukoma, miastenia gravis, insufisiensi paru kronik, penyakit ginjal dan penyakit hati kronik Pada pasien usia lanjut dan anak dapat terjadi reaksi yang berlawanan (paradoxal reaction) berupa kegelisahan, iritabilitas, disinhibisi, spasitas oto meningkat dan gangguan tidur. Ketergantungan relatif sering terjadi pada individu dengan riwayat peminum alkohol, penyalagunaan obat atau unstable personalities. Untuk mengurangi resiko.2II.5. Anti-Insomnia

Sinonimnya adalah hipnotik, somnifacient, atau hipnotika. Obat acuannya adalah fenobarbital.2NoNama GenerikGolonganSediaanDosis aniuran

1NitrazepamBenzodiazepinTab 5 mgDewasa 2 tab

Lansia 1 tab

2TriazolamBenzodiazepinTab 0,125 mg

Tab 0,250 mg

Dewasa 2 tab

Lansia 1 tab

Dewasa 2 tab

Lansia 1 tab

3EstazolamBenzodiazepinTab 1 mg

Tab 2mg

1-2 mg/malam

4Chloral hydrateNon-

Benzodiazepin

Soft cap 500 mg1-2 cap, 15-30

menit sebelum

tidur

II.5.1. Mekanisme kerja

Obat anti-insomnia bekerja pada reseptor BZ1 di susunan saraf pusat yang berperan dalam memperantarai proses tidur.II.5.2 Cara Penggunaan

Dosis anjuran untuk pemberian tunggal 15-30 menit sebelum tidur.

Dosis awal dapat dinaikkan sampai mencapai dosis efektif dan dipertahankan sampai 1-2 minggu, kemudian secepatnya tapering off untuk mencegah timbulnya rebound dan toleransi obat.

Pada usia lanjut, dosis harus lebih kecil dan peningkatan dosis lebih perlahan-lahan untuk menghidari oversedation dan intoksikasi.

Lama pemberian tidak lebih dari 2 minggu agar risiko ketergantungan kecil.II.5.3. Efek samping

Supresi SSP pada saat tidur Rebound Phenomen Disinhibiting efect yang menyebabkan perilaku penyerangan dan ganas pada penggunaan golongan benzodiazepine dalam waktu yang lama.II.5.4. Kontra indikasi

Sleep apnoe syndrome

Congestive heart failure

Chronic respiratory disease

Wanita hamil dan menyusuiII.6 Obat anti Obsesif-Kompulsif

Dalam membicarakan obat anti obsesi kompulsi yang menjadi acuan adalah klomipramin.

Obat anti obsesi kompulsi dapat digolongkan menjadi :

1. Obat anti obsesi kompulsi trisiklik, contoh klomipramin

2. Obat anti obsesi kompulsi SSRJ, contoh sentralin, paroksin, flovokamin, fluoksetinNoNama GenerikSediaanDosis anjuran

1ClompramineTab 25 mg75-200 mg/hr

2FluvoxamineTab 50 mg100-200 mg/hr

3SertralineTab 50 mg50-150 mg/hr

4FluxetineCap 20 mg, caplet

20 mg20-80 mg/hr

5ParoxetineTab 20 mg40-60 mg/ hr

II.6.1. Mekanisme kerja

Menghambat re-uptake neurotransmitter serotonin sehingga gejala mereda.II.6.2. Cara penggunaan

Sampai sekarang obat pilihan untuk gangguan obsesi kompulsi adalah klomipramin. Terhadap meraka yang peka dapat dialihkan ke golongan SSRI dimana efek samping relatif aman. Obat dimulai dengan dosis rendah klomopramin mulai dengan 25-50 mg /hari (dosis tunggal malam hari), dinaikkan secara bertahap dengan penambahan 25 mg/hari sampai tercaapi dosis efektif (biasanya 200-300 mg/hari). Dosis pemeliharan umumnya agak tinggi, meskipun bersifat individual, klomipramin sekitar 100-200 mg/hari dan sertralin 100 mg/hari. Sebelum dihentikan lakukan pengurangan dosis secara tappering off. Meskipun respon dapat terlihat dalam 1-2 minggu, untuk mendapatkan hasil yang memadai setidaknya diperlukan waktu 2- 3 bulan dengan dosis antara 75-225 mg/hari.3II.7. Obat Anti panik

Dalam membicarakan antipanik yang menjadi obat acuan adalah imipraminNoNama GenerikSediaanDosis Anjuran

1ImipraminTab 25 mg75-150 mg/hr

2ClomipraminTab 25 mg 75-150 mg/hr

3AlprazolTab 0,25 mg,0,5 mg,

1 mg2-4 mg/hr

4MoclobemidTab 150 mg300-600 mg/hr

5SertralinTab 50 mg50-100 mg/hr

6FluoxetinCap dan caplet 20

mg20-40 mg/hr

7ParocetinTab 20 mg 20-40 mg/hr

8FluvoxamineTab 50 mg50-100 mg/hr

II.7.1 Mekanisme kerja

Sindrom panik berkaitan dengan hipersensitivitas dari serotonic reseptor di SSP. Mekanisme kerja obat antipanik adalah menghambat reuptake serotonin pada celah sinaptik antar neuron

II.7.2 Cara Penggunaan Obat

Golongan SSRI mempunyai efek samping yang lebih ringan

Alprozolam merupakan obat yang paling kurang toksiknya dan onset kerjanya lebih cepat

II.7.3. Efek samping obat

Mengantuk, sedasi, kewaspadaan berkurang Neurotoksik

II.7.4 Lama Pemberian Obat

Lamanya pemberian obat tergantung dari individual, umunya selama 6-12 bulan, kemudian dihentikan secara bertahap selama 3 bulan bila kondisi penderita sudah memungkinkan

Dalam waktu 3 bulan bebas obat 75% penderita menunjukkan gejala kambuh. Dalam keadaan ini maka pemberian obat dengan dosis semula diulangi selama 2 tahun. Setelah itu dihentikan secara bertahap selama 3 bulan.3BAB III

KESIMPULANPsikofarmaka adalah obat yang bekerja secara selektif pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas hidup pasien.

Obat psikotropik dibagi menjadi beberapa golongan, diantaranya: antipsikosis, anti-depresi, anti-mania, anti-ansietas, anti-insomnia, anti-panik, dan anti obsesif-kompulsif. Semua obat psikofarmaka bersifat lipofil mudah masuk kedalam CCS (cairan serebrospinal) Mekanisme kerjanya pada taraf biokimiawi belum diketahui dengan pasti, bahwa ada petunjuk kuat bahwa mekanisme ini berhubungan erat dengan kadar neurotransmiter di otak dan antara keseimbangannya DAFTAR PUSTAKA

1. Sardjono O. Santoso, Metta Sinta SS. Psikotropik dalam: Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-4. Bagian farmakologi Fakultas Kedokteran Indonesia. Jakarta.2005.h 148-162.

2. Maslim Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi ketiga.Bagian Ilmu Kedokteran jiwa FK-Unika Atmajaya.Jakarta,2007. h 14-563. http://misaekyu.files.wordpress.com/2009/12/psikofarmaka2.pdf diunduh pada tanggal 28 februari 20104. Tjay Tan Hoan, Rahardja K. AntiPsikotik dalam : Obat-Obat penting Khasiat, Penggunaan, dan efek-efek sampingnya. Edisi kelima. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.2002. h 419-431.5. http://books.google.co.id/books?id=QE1iRZmTD1cC&pg=PA175&lpg=PA175&dq=psikofarmaka&source diunduh pada tanggal 28 februari 2010.