refrat ispa farmasi-1
DESCRIPTION
ispaTRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah
kesehatan yang penting terutama karena menyebabkan kematian bayi dan balita
yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak
diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari
kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang
disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya
adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.
Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi.
Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam
keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi. Data
morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar antara 10 -20 %
dari populasi balita. Bila kita mengambil angka morbiditas 10 % pertahun, ini
berarti setiap tahun jumlah penderita pneumonia di Indonesia berkisar 2,3
juta.Penderita yang dilaporkan baik dari rumah sakit maupun dari Puskesmas pada
tahun 1991 hanya berjumlah 98.271. Diperkirakan bahwa separuh dari penderita
pneumonia didapat pada kelompok umur 0-6 bulan.
Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun
1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA. 1
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Menurut DepKes RI, Istilah ISPA mengandung 3 unsur, yaitu infeksi,
saluran pernafasan, dan akut. Pengertian atau batasan masing-masing unsur adalah
sebagai berikut :
a. Yang dimaksud dengan infeksi adalah masuknya kuman atau
mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak
sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b. Yang dimaksud dengan saluran pernafasan adalah organ yang mulai
dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-
sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Dengan demikian ISPA secara
anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan
bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa
saluran pernafasan. Dengan batasan ini maka jaringan paru termasuk
dalam saluran pernafasan (respiratory tract).
c. Yang dimaksud dengan infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung
sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari ini diambil untuk menunjukkan
proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat
digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14
hari. 2
B. KLASIFIKASI ISPA
WHO telah merekomendasikan pembagian ISPA menurut derajat
keparahannya. Pembagian ini dibuat berdasarkan gejala-gejala klinis yang timbul
dan telah ditetapkan dalam lokakarya Nasional II ISPA tahun 1988. Adapun
pembagiannya sebagai berikut :2
Secara anatomis yang termasuk Infeksi saluran pernapasan akut :
a. ISPA ringan
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu
atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
i. Batuk
ii. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan
suara (misalnya pada waktu berbicara atau menangis).
iii. Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung
iv. Panas atau demam, suhu tubuh lebih dari 370C atau jika dahi
anak diraba dengan penggung tangan terasa panas.
b. ISPA sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai
gejala-gejala ISPA ringan disertai gejala-gejala berikut :
i. Pernapasan >50 kali per menit pada anak yang berumur >1
tahun atau > 40kali per menit pada anak yang berumur 1 tahun
atau lebih.
ii. Suhu tubuh lebih dari 390C.
iii. Tenggorokan berwarna merah.
iv. Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak.
v. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
vi. Pernapasan berbunyi seperti mendengkur atau mencuit-cuit.
Dari gejala-gejala ISPA sedang, perlu berhati-hati jika anak
menderita ISPA ringan sedangkan suhu tubuhnya lebih dari
390C atau gizinya kurang baik,atau umurnya ≤4 bulan, maka
anak tersebut menderita ISPA sedang dan harus mendapat
pertolongan dari petugas kesehatan.
c. ISPA berat
Seorang anak dinyatakan menderita ispa berat jika dijumpai gejala-
gejala ISPAringan atau ISPA sedang disertai gejala berikut :
i. Bibir atau kulit membiru.
ii. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada
waktu bernapas.
iii. Kesadaran menurun.
iv. Pernapasan berbunyi berciut-ciut dan anak tampak gelisah.
v. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas.
vi. Nadi cepat, lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
vii. Tenggorokan berwarna merah.
Penderita ini harus dirawat di puskesmas atau rumah sakit, karena
perlu mendapat perawatan dengan peralatan khusus seperti oksigen
dan atau cairan infus.
Menurut Depkes RI, Pembagian ISPA berdasarkan atas umur dan
tanda-tanda klinis yang didapat yaitu :
1. Untuk anak umur 2 bulan-5 tahun
Untuk anak dalam berbagai golongan umur ini ISPA
diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :
a) Pneumonia berat
Tanda utama :
Adanya tanda bahaya yaitu tidak bisa minum, kejang,
kesadaran menurun, stridor, serta gizi buruk.
Adanya tarikan dinding dada kebelakang. Hal ini terjadi
bila paru-paru menjadi kaku dan mengakibatkan perlunya
tenaga untuk menarik nafas.
Tanda lain yang mungkin ada :
Nafas cuping hidung.
Suara rintihan.
Sianosis (pucat).
b) Pneumonia tidak berat
Tanda Utama :
Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam.
Di sertai nafas cepat :
Lebih dari 50 kali/menit untuk usia 2 bulan – 1 tahun.
Lebih dari 40 kali/menit untuk usia 1 tahun – 5 tahun.
c) Bukan pneumonia
Tanda utama :
Tidak ada tarikan dinding dada kedalam.
Tidak ada nafas cepat :
Kurang dari 50 kali/menit untuk anak usia 2 bulan – 1
tahun.
Kurang dari 40 kali/menit untuka anak usia 1 tahun – 5
tahun.
2. Anak umur kurang dari 2 bulan
Untuk anak dalam golongan umur ini, di klasifikasikan menjadi 2
yaitu :
a) Pneumonia berat
Tanda utama :
Adanya tanda bahaya yaitu kurang bisa minum, kejang,
kesadaran menurun, stridor, wheezing, demm atau dingin.
Nafas cepat dengan frekuensi 60 kali/menit atau lebih.
Tarikan dinding dada ke dalam yang kuat.
b) Bukan pneumonia
Tanda utama :
Tidak ada nafas cepat.
Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam.
C. ETIOLOGI
Etiologi ISPA terdiri dari :
1. Bakteri : Diplococcus pneumonia, Pneumococcus,
Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, Haemophilus
influenza, dan lain-lain.
2. Virus : Rinovirus, coronavirus, adenovirus, enterovirus,
Parainfluenza, coronavirus, adenovirus.
3. Jamur : Aspergillus sp, Candida albicans, Histoplama, dan lain-
lain.
4. Aspirasi : makanan, asap kendaraan bermotor, BBM (bahan bakar
minyak, biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda
asing (biji-bijian, mainan plastic kecil, dan lain-lain).
Diagnosis etiologi pneumonia pada balita sukar ditegakkan karena
dahak biasanya sukar diperoleh, sedangkan prosedur pemeriksaan imunologi
belum memberikan hasil yang memuaskan untuk menentukan adanya bakteri
sebagai penyebab pneumonia. Hanya biakan dari spesimen pungsi atau aspirasi
paru serta pemeriksaan spesimen darah yang dapat diandalkan untuk membantu
menegakkan diagnosis etiologi pneumonia. Meskipun pemeriksaan spesimen
pungsi paru merupakan cara yang sensitif untuk mendapatkan dan menentukan
bakteri penyebab pneumonia pada balita akan tetapi pungsi paru merupakan
prosedur berbahaya dan bertentangan dengan etika, terutama jika hanya
dimaksudkan untuk penelitian.3
Oleh karena alasan tersebut di atas maka penetapan etiologi pnemonia
di Indonesia masih berdasarkan pada hasil penelitian di luar Indonesia.
Menurut publikasi WHO, penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa di
negara berkembang Streptokokus pnemonia dan Hemofilus influenza
merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada dua per tiga dari hasil isolasi,
yaitu 73,9% aspirat paru dan 69,1% hasil isolasi dari spesimen darah.
Sedangkan di negara maju, dewasa ini pnemonia pada anak umumnya
disebabkan oleh virus.3
D. GAMBARAN KLINIS
Penderita ISPA biasanya menunjukan gejala-gajala sebagai berikut 4:
ISPA Ringan ISPA Sedang ISPA Berat
- Batuk
- Pilek
- Serak
- Demam +/-
- Congekan > 2 minggu
tanpa sakit telinga
- Tanda ISPA ringan
- Nafas cepat > 50x/menit
(tanda utama)
- Wheezing
- Demam 39o atau lebih
- Sakit telinga
- Congekan < 2 minggu
- Campak
- Tanda ISPA
ringan/sedang
- Chest indrawing
- Stridor
- Tak mampu dan tak
mau makan
- Sianosis
- Nafas cuping hidung
- Kejang
- Dehidrasi
- Kesadaran menurun
- Selaput difteri
E. DIAGNOSIS
Diagnosis pneumonia pada balita didasarkan pada adanya batuk atau
kesukaran bernafas disertai peningkatan frekuensi nafas (nafas cepat) sesuai umur,
adanya nafas cepat ini ditentukan dengan cara menghitung frekuensi pernafasan.
Batas nafas cepat adalah frekuensi pernafasan sebanyak 50 kali permenit atau
lebih pada anak usia 2 bulan kurang dari 1 tahun dan 40 kali permenit atau lebih
pada anak usia 1 tahun kurang dari 5 tahun. Pada anak usia kurang dari 2 bulan
tidak dikenal dosis pneumonia.
Diagnosis pneumonia berat didasarkan pada adanya batuk dan atau
kesukaran bernafas disertai nafas sesak atau penarikan dinding dada sebelah
bawah kedalam. pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun. Untuk kelompok umur
kurang dari 2 bulan diagnosis pneumonia berat ditandai dengan adanya nafas
cepat, yaitu frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih, atau
adanya penarikan yang kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam. Untuk
tatalaksana penderita di Rumah sakit atau sarana kesehatan rujukan bagi
kelompok umur 2 bulan sampai 5 tahun. Dikenal pada diagnosis pneumonia
sangat berat yaitu gejala batuk atau kesukaran bernafas yang disertai adanya
gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum. 5
F. PENATALAKSANAAN
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang
benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya
kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk
yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA).
Pola tatalaksana ISPA yang diterapkan pada pelita VI hanya dimaksudkan
untuk tatalaksana penderita pneumonia berat, pneumonia dan batuk pilek biasa.
Ini berarti hanya penyakit-penyakit tersebut yang penanggulangannya di cakup
oleh program P2 ISPA. Sedang penyakit ISPA lain seperti faringitis, tonsillitis
dan otitis belum dicakup oleh program ini.
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar
pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan
antibiotik untuk kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk
yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk
tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang
yang penting bagi penderita ISPA. Pola tatalaksana penderita ini terdiri dari 4
bagian, yaitu :
a. Pemeriksaan
b. Penentuan ada tidaknya tanda bahaya
c. Penentuan klasifikasi penyakit
d. Pengobatan
Prinsip pengobatan bagi ISPA adalah :
a. Penderita dengan batuk pilek biasa (batuk yang tidak disertai nafas cepat atau
nafas sesak) tidak perlu antibiotik. Mereka memerlukan parasetamol dengan
dosis 3x1 tablet ( @ tablet 500 mg) dan obat yang meringankan batuk.
b. Penderita batuk yang disertai nafas cepat (pneumonia) harus mendapat
antibiotik untuk 5 hari. Antibiotik jenis kotrimoksazol, amoksilin, ampisilin
atau penisilin prokain dapat digunakan. Program Pemberantasan Penyakit
ISPA (P2 ISPA) memilih tablet kotrmoksazol dengan dosis 2x1 tablet ( @
tablet 500 mg) sesuai anjuran WHO.
c. Penderita batuk yang disertai nafas sesak (pneumonia berat) perlu dirujuk ke
rumah sakit atau puskesmas dengan fasilitas rawat inap. 6
G. PROGNOSIS
Pada dasarnya, prognosis ISPA adalah baik apabila tidak terjadi komplikasi
yang berat. Hal ini juga didukung oleh sifat penyakit ini sendiri, yaitu self limiting
disease sehingga tidak memerlukan tindakan pengobatan yang rumit.
Penyakit yang tanpa komplikasi berlangsung 1-7 hari. Kematian terbanyak
oleh karena infeksi bakteri sekunder. Bila panas menetap lebih dari 4 hari dan
leukosit > 10.000/ul, biasanya didapatkan infeksi bakteri sekunder. 7
BAB II
STATUS PASIEN
A. ANAMNESA
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. I
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : -
Alamat : Ngoresan, Surakarta
No. RM : 01 87 89 66
Masuk RS : 13 Januari 2015
Pemeriksaan : 14 Januari 2015
2. Keluhan Utama
Batuk berdahak
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan batuk berdahak sejak 4 hari yang lalu.
Dahak dirasakan sulit dikeluarkan. Batuk dirasakan sering tetapi tidak
terus menerus. Batuk tidak membaik dengan pemberian obat dan
memberat ketika makan gorengan. Pasien juga mengeluhkan kalau
suaranya menjadi serak dan nyeri saat menelan sejak 4 hari terakhir. Selain
itu pasien juga mengeluhkan pilek sejak 4 hari yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan badan terasa demam sejak 2 hari terakhir.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
R. Sesak Nafas : disangkal
R. Asma : disangkal
R. Alergi : disangkal
R. Mondok : disangkal
5. Riwayat Penyakit keluarga
R. Sakit jantung : disangkal
R. Penyakit Paru : disangkal
R. Asma : disangkal
R. DM, Hipertensi : disangkal
6. Riwayat Status Gizi
Penderita biasa makan tiga kali sehari dengan nasi, lauk pauk ,
tahu, tempe, lebih sering makan daging ayam. Penderita minum air putih
kurang lebih 6-7 gelas perhari.
7. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah pegawai swasta
8. Anamnesa Sistemik
Keluhan utama : Batuk berdahak
Kepala : nyeri kepala (-)
Mata : pandangan kabur (-), mata kuning (-),
pandangan dobel (-), berkunang-kunang (-)
Hidung : pilek (-), mimisan (-), hidung tersumbat (-)
Telinga : pendengaran berkurang (-), keluar cairan (-),
berdenging ( - )
Mulut : mulut terasa kering (-), bibir biru (-), sariawan
(-), gusi berdarah (-), gigi berlubang (-), bibir
pecah-pecah (-)
Tenggorokan : sakit telan (+), serak (+), gatal (+)
Respirasi : sesak (-) waktu serangan, batuk (-), dahak ()
berwarna putih, batuk darah (-), mengi (-),
stridor (-)
Cardiovaskuler : nyeri dada (-), pingsan (-), keringat dingin (-),
berdebar-debar (-), lemas (-) saat serangan
Gastrointestinal : mual (-) saat serangan, muntah (-), perut terasa
panas (-), kembung (-), sebah (-), mbeseseg (-),
nafsu makan menurun (+), perut membesar (-),
muntah darah (-), BAB warna hitam (-), BAB
darah lendir (-), BAB sulit (-), ambeien (-)
Genitourinaria : BAK warna seperti teh (-), BAK warna merah
(-), nyeri saat BAK (-), sering kencing (-),
kencing sedikit (-)
Muskuloskeletal : nyeri otot (-), nyeri sendi (-), bengkak sendi (-),
kesemutan (-)
Extremitas : atas : pucat (-/-), kebiruan (-/-), bengkak
(-/-), luka (-/-), terasa dingin (-/-)
bawah : pucat (-/-), kebiruan (-/-), bengkak
(-/-), luka (-/-), terasa dingin (-/-)
Kulit : kering (-), gatal (-), luka (-), pucat (-), kuning
(-), kebiruan (-)
B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum :apatis , sakit sedang, gizi kesan cukup
Tanda vital:
a. Tekanan darah : 110/70 mmHg
b. Nadi : 70 x / menit, reguler, isi cukup, elastisitas cukup.
c. Heart rate : 60 x / menit, reguler
d. Respirasi : 38 x / menit
e. Suhu : 38,3 0 C (per axiller)
f. Berat badan : 70 kg
g. Tinggi badan : 170 cm
Kulit : warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-),
venectasi (-), spider nevi (-), turgor baik (+)
Kepala : bentuk mesocephal, luka (-), rambut warna hitam dan tidak
mudah dicabut
Mata : cekung (-/-), conjungtica pucat (-/-), sklera ikterik (-/-),
reflek cahaya (+/+), pupil isokor (3mm/3mm), oedem
palpebra (-/-)
Telinga : sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), MT intak,
LT lapang
Hidung : napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-), chonca
inferior DS eutrofi, septum deviasi (-),
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-), stomatitis (-), mukosa pucat (-),
gusi berdarah (-), lidah kotor (-), lidah hiperemis (-), lidah
tremor (-), papil lidah atrofi (-)
Tenggorokan : tonsil hipertrofi (-) T1-T1, faring hiperemis (-), uvula
ditengah
Leher : simetris, trachea di tengah , JVP tidak meningkat (R+2),
KGB servikal membesar (-), tiroid membesar (-), nyeri
tekan (-)
Thorax : normochest, simetris, retraksi supraternal (-), spider nevi (-),
pernapasan tipe thoraco-abdominal
Jantung : Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Ictus cordis tak kuat angkat,
Ictus cordis teraba di SIC V linea
midclavicula sinistra.
Perkusi : Batas jantung
Batas jantung kanan atas : SIC II linea parasternalis
dextra
Batas jantung kanan bawah : SIC IV linea parasternalis
dextra
Batas jantung kiri atas : SIC II linea parasternalis
sinistra
Batas jantung kiri bawah : SIC V lateral linea
midclavicula sinistra
Kesan : Batas jantung normal
Auskultasi :
HR : 70 kali/menit, reguler
BJ I tunggal, BJ II tunggal, intensitas normal, reguler,
bising (-), gallop (-)
Ekstrasistole (-)
Paru : Depan : Inspeksi : simetris statis dan dinamis
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor / sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), ST (-/-)
RBK(-/-), Wheezing (-/-)
Belakang:Inspeksi : simetris statis dan dinamis
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor / sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), ST (-/-)
Abdomen : Inspeksi : dinding perut lebih tinggi dari dinding dada
Auskultasi : peristaltik usus (+) normal
Perkusi : timpani, acites (-), pekak alih (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien
tidak teraba.
Extremitas : Atas : pitting edem (-/-), akral dingin (-/-), luka
(-/-), clubbing finger (-/-), spoon nail (-/-)
Bawah : pitting oedem (-/-), akral dingin (-/-), luka
(-/-), clubbing finger (-/-), spoon nail (-/-)
C. RESUME
Pasien datang dengan keluhan batuk berdahak yang sudah sejak 4
hari lalu. Dahak dirasa sulit keluar dimana batuk dirasa sering tetapi tidak
terus menerus. Pilek (+) Demam (+) Serak (+) .
E. TUJUAN PENGGUNAAN OBAT
Untuk menghilangkan penyebab utama
Untuk menghilangkan gejala simptomatis yang dirasa mengganggu
F. PEMBAHASAN OBAT
1. Cotrimoxazole
Dalam kasus diatas kita dapat menggunakan antibiotic untuk membunuh
kuman. Penegakan diagnosis infeksi kuman dapat dilihat dari adanya demam dan
tidak ada nyeri sendi. Kita dapat menggunakan antibiotic Cotrimoxazole umtuk
kasus diatas sesuai dengan anjuran WHO untuk P2 ISPA dengan sediaan tablet
sebanyak 480 mg. Pemberian ini diberikan tiap 12 jam. Cotrimoxazole sendiri
merupakan kombinasi dari sulfamethoxazole dan trimethoprim kombinasi
tersebut mempunyai aktivitas bakterisid yang besar karena menghambat pada dua
tahap sintesis asam nukleat dan protein yang sangat esensial untuk
mikroorganisme. Cotrimoxazole mempunyai spectrum aktivitas luas dan efektif
terhadap bakteri gram positif dan gram negative misalnya streptococci,
staphylococci, klebsiella , pneumococci. Cotrimoxazole juga efektif terhadap
bakteri yang resisten terhadap antibakteri lain seperti H. Influanzae, E.Coli. P
mirabilis dan P vulgaris.
2. Paracetamol
Paracetamol diberikan untuk menghilangkan demam dan sebagai
analgesik. Parasetamol juga mempunyai efek anti inflamasi meskipun rendah.
Paracetamol bekerja menghambat pembentukan prostaglandin yang merupakan
inisial peningkatan temperature set body . Dosis yang digunakan ialah 500 mg
untuk dewasa. Efek samping yang mungkin terjadi ialah dapat terjadi
methemoglobinemia, hemolisis eritrosit, hepatotoksik.
3. Ambroxol
Ambroxol adalah salah satu obat yang masuk ke dalam golongan
mukolitik, yaitu obat yang fungsinya adalah mengencerkan dahak. Ambroxol
umumnya digunakan untuk mengatasi gangguan pernapasan akibat produksi
dahak yang berlebihan pada kondisi seperti bronkiektasis dan emfisema. Dengan
obat mukolitik, dahak yang diproduksi akan lebih encer sehingga lebih mudah
dikeluarkan dari tenggorokan saat batuk. Dengan demikian, pipa saluran
pernapasan pun lebih terbuka dan terasa lega
RESEP
R/ Cotrimoxazole tab mg 480 No X
∫ 2 dd tab 1
R/ Paracetamol tab mg 500 No IX
∫ 3 dd tab 1
R/ Ambroxol tab mg 30 No IX
∫ 3 dd tab 1
Pro : Tn. I ( 27 thn)
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementrian Kesehatan RI. (2012).Profil Data Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI. 2. Depkes RI. (2008).Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Jakarta: Usaid.
3. Corwin , Elizabeth J.(2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
4. Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit edisi 2. Jakarta : EGC.
5. Rahmawati , Dwi & Hartono. (2012). Gangguan Pernafasan Pada Anak:
ISPA. Yogyakarta: Nuha Medika.
6. Rasmaliah .(2004). Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan
Penanggulangannya. Http://usudigital_library.com. Diunduh 14 Januari 2015
7 www.emedicine.com/med/topic735 htm.2006. diakses pada 14 Januari
2015.