refrat + daftar pustaka

20
MUSCLE RELAXAN Tugas Refrat Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan Pendidikan program profesi dokter stase Anestesi Fakultas kedokteran universitas muhammadiyah Surakarta Diajukan oleh : DEWI RETNO WATI J500050012 QONITA IMMA IRFANI J500050013 Fakultas kedokteran

Upload: restian-rudeichi

Post on 26-Jun-2015

333 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: refrat + daftar pustaka

MUSCLE RELAXAN

Tugas Refrat

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan

Pendidikan program profesi dokter stase Anestesi

Fakultas kedokteran universitas muhammadiyah Surakarta

Diajukan oleh :

DEWI RETNO WATI J500050012

QONITA IMMA IRFANI J500050013

Fakultas kedokteran

Universitas Muhammadiyah Surakarta

2010

Page 2: refrat + daftar pustaka

LEMBAR PENGESAHAN

MUSCLE RELAXANT

Diajukan untuk memenuhi persyaratan pendidikan Dokter Stase Anestesi

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh :

DEWI RETNOWATI J500050012

QONITA IMMA IRFANI J500050013

Menyetujui dan mengesahkan

Pembimbing : dr Damai Suri Sp.An

Mengetahui

Ketua program profesi dokter Pembimbing

FK UMS

dr Sulistyani Kusumaningrum, M Sc, SpRad dr. Damai Suri, Sp.An

Page 3: refrat + daftar pustaka

BAB I

PENDAHULUAN

Muscle relaxant digunakan secara luas selama anestesia untuk memberikan

kondisi intubasi yang baik dan memberikan relaksasi otot abdomen selama

pembedahan. Namun beberapa ahli menunjukkan bahwa obat pelumpuh otot dapat

menyebabkan efek yang tidak diinginkan seperti anafilaksis. Namun sebenarnya

kejadian reaksi anafilaksis pada penggunaan obat pelumpuh otot sangat jarang,

sebagai contoh, kejadiannya di Peransis hanya 1:15.000 dan 1:300.000 pada reaksi

anafilaksis derajat IV. Beberapa dokter anestesia juga tidak rutin menggunakan

muscle relaxant karena ketakutan adanya kejadian intubasi sulit yang tidak

terantisipasi sehingga menyebabkan hipoksia dan hiperkarbia pada pasien yang

paralisis. Namun komplikasi tersebut sangat jarang yaitu 0,01-2,0 per 10.000 pasien

di mana hanya terjadi jika trakea tidak dapat diintubasi dan diventilasi. Komplikasi

tersebut dapat dicegah dengan memastikan bahwa pasien dapat diventilasi dengan

sungkup wajah sebelum pemberian obat pelumpuh otot. Justru penggunaan muscle

relaxasant juga dapat mengurangi kejadian suara serak pasca intubasi dibandingkan

pasien yang diintubasi tanpa muscle relaxant. Obat pelumpuh otot modern juga

memberikan keuntungan lain seperti tingginya derajat stabilitas kardiovaskular dan

kebanyakan mempunyai lama kerja sedang sehingga sesuai dengan rata-rata lama

prosedur bedah abdomen. Muscule relaxant modern juga tidak menunjukkan efek

kumulatif. Selain itu tidak ada bukti penurunan morbiditas dan mortalitas ketika

menghindari obat pelumpuh otot untuk intubasi. Dan studi-studi saat ini

menunjukkan dengan jelas manfaat obat pelumpuh otot untuk intubasi rutin dan

selama pembedahan.

Page 4: refrat + daftar pustaka

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :

1. Mengetahui dan memahami lebih dalam tentang Muscle relaxant

2. Mengetahui cara menggunakan dan mengetahui macam-macam

muscle relaxant.

Page 6: refrat + daftar pustaka

Relaksan otot rangka memiliki banyak potensi interaksi obat. Disarankan dalam

penggunaannya harap dikonsultasikan dengan dokter yang menangani. . Karena obat

ini menyebabkan sedasi, mereka harus digunakan dengan hati-hati ketika diambil

dengan obat lain yang juga dapat menyebabkan kantuk.

Contoh obat muscle relaxan

Pankuronium

Deskripsi

Nama & Struktur

Kimia:

1,1–(3alfa,17ß–Diacetoxy–5a–androstan-2ß,16ß–Xylene) bis

(1-methylpiperidium ) di bromida. C35H60Br2N2O4

Sifat Fisikokimia

:

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur; putih atau hampir

putih; higroskopis Kelarutan : larut dalam 1 bagian air; dalam

5 bagian etanol dan dalam 5 bagian kloroform; dalam 4

bagian dikloro metana; dalam 1 bagian metana; praktis tidak

larut dalam eter

:

Golongan/Kelas Terapi

Relaksan Otot Perifer dan Penghambat Kolinesterase  

  Indikasi

Page 7: refrat + daftar pustaka

          Pankuronium digunakan sebagai intubasi endotrakeal dan relaksan otot pada

anestesi umum untuk prosedur pembedahan dan untuk memudahkan ventilasi

terkontrol.

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

          Dewasa : Dengan cara injeksi intravena, dosis awal untuk intubasi 50-100

mcg/kg bb, dilanjutkan 10-20 mcg/kg bb sesuai dengan kebutuhan/saat diperlukan.

          Anak-anak : dosis awal 50-100 mcg/kg bb, lalu dilanjutkan dengan 10-20

mcg/kg bb.

          Noenatus : 30-40 mcg/kg bb, kemudian 10-20 mcg/kg bb.

          Perawatan intensif, pada pasien ICU dengan cara injeksi intravena, 60 mcg/kg

bb tiap 1-1,5 jam.

Farmakologi

          Pankuronium adalah penghambat neuromuskular kompetitif yang digunakan

untuk relaksasi otot skeletal selama proses operasi.Dengan pemberian secara injeksi

intravena dan intramuskular. Biasanya onset dosis intravena pada relaksasi otot

sekitar 1,5 – 3 menit dan bertahan sekitar 45 menit. Efek samping dari pemberian ini

seperti takhikardia dan tekanan darah menjadi tinggi. Pankuronium melemaskan otot

dengan cara menghalangi asetilkolin untuk berikatan dengan reseptornya sehingga

menghambat depolarisasi. Obat ini disebut juga pelemas otot kompetitif. Kerjanya

lebih lambat dan tidak lengkap sehingga digunakan untuk membedah pasien yang

menggunakan ventilator jangka lama. Efeknya dapat dihilangkan dengan pemberian

antikolinesterase dan penderita miastenia gravis memperhatikan kepekaan yang lebih

tinggi.

Page 8: refrat + daftar pustaka

Stabilitas Penyimpanan

          Stabilitas : stabil pada pH 3,8 – 4,2

          Penyimpanan : Pada temperatur (15 – 25)°C dalam wadah kedap udara dan

jauhkan dari cahaya.

Kontraindikasi

          Hipersensitivitas : pasien peka bromida ; pasien yang menderita epilepsi

(antiepileptika).

Efek Samping

          Efek samping yang sering terjadi pada pemakaian obat ini seperti :

Bradikardia, Bronkospasme, Hipotensi, dan gagal jantung, Takhikardia dan tekanan

darah menjadi tinggi. Pemberian pancuronium pada pasien perlu diperhatikan karena

dapat menaikkan konsentrasi katekolamine atau efek simpatomimetika.

Interaksi

          - Dengan Obat Lain :  Peningkatan efek dapat terjadi pada pemakaian

bersama aminoglikosida, beta bloker, klindamisin, calsium channel blocker, anestesi

halogen, imipenem, ketamin, lidokain, diuretik loop (furosemid), makrolida,

magnesium sulfat, prokainamid, kuinidin, kuinolon, tetrasiklin dan vankomisin. Efek

relaksan otot non diturunkan oleh karbamazepin, kortikosteroid, fenitoin,

simpatomimetik dan teofilin (kepulihan dari blok neuromuskular dipercepat).

          - Dengan Makanan :  tidak ditemukan

Page 9: refrat + daftar pustaka

Pengaruh

          - Terhadap Kehamilan :  Faktor risiko : C. Obat harus dihindari atau

digunakan dengan hati-hati dalam kehamilan karena dengan pemberian dosis tinggi

dapat menyebabkan miastenia gravis pada bayi.

          - Terhadap Ibu Menyusui : Dilaporkan terjadi sensitivitas pankuronium pada

bayi.

          - Terhadap Anak-anak :  tidak ditemukan

          - Terhadap Hasil Laboratorium :  tidak ditemukan

Bentuk Sediaan

          Injeksi 2 mg/ml

Peringatan

          Hati-hati penggunaan pada pasien dengan gangguan fungsi hati. Dosis harus

dikurangi pada gangguan fungsi ginjal dan pada gagal ginjal yang berat dapat

memperpanjang masa penghambatan.

Page 10: refrat + daftar pustaka

Informasi Pasien

          Mengingat pemberian obat dilakukan melalui/oleh dokter anestesi, maka

informasi tidak langsung diberikan kepada pasien.

Mekanisme Aksi

          Pankuronium melemaskan otot dengan cara menghalangi asetilkolin untuk

berikatan dengan reseptornya sehingga menghambat depolarisasi

TUBOKURARIN KLORIDA (KURARIN)

Merupakan alkaloid kuartaner, suatu derifat isokuinolin yang berasal dari tanaman

tropis Chondrodendrom tomentosum.

Farmakologi

Merupakan obat pelumpuh otot nondepolarisasi yang klasik. Obat sangat cepat

ditimbun dimembran otot . pada dosis terapeutik menyebabkan kelumpuhan otot

dimulai ddengan ptosis , diplopia, otot muka, rahang, leher dan ekstremitas. Paralisis

dinding otot abdomen dan diafragma terjadi paling akhir.lama parlisis bervariasi

mulai dari 15 sampai 50 menit.berpengaruh kuat terhadap ganglion simpatik dan

parasimpatik, dapat menyebabkan hipotensi dan bradikardi. Hipotensi juga dapat

terjadi karena pelepasan histamine otokoidd. Pada dosis yang sangat besar bersifat

inotropik negative. Berikatan kuat dengan globulin plasma. Ekskresi utama melalui

ginjal dan sebagian melalui hepar.

Dosis

Paralisis otot abdominal :10-15 mg

Page 11: refrat + daftar pustaka

Intubasi trakea : 10-20 mg.

Cara pemberian : terutama melalui IV kadang-kadang IM

GALAMIN (FLAXEDIL)

Merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasi sintetik. Kemasan dibuat dalam

ampul berisi 2ml atau 3ml larutan 4%. Larutan dapat bercampur dengan thiopental.

Farmakologi

Lama kerjua obat berkisar 15-20 menit. Mula kerja sangan berhubungan

dengan aliran darah otot. Punya efek yang lemah pada ganglion syaraf dan tidak

menyebabakan pelepasan histamine. Memiliki sifat seperti atropine yaitu

menyebabkan takikardi walaupun pada dosis kecil ( 20 mg) . karena itu galamin

cukup baik kalau dipakai bersama anestetik halotan. Kenaikan tekanan darah darah

dapat terjadi, tetapi ringan. Galamin dapat menembus sawar utero plasenta tetapi

tidak sampai mempengaruhi kontraksi uterus. Ekskresi terutama melalui ginjal dan

sebagian kecil empedu.

Penggunaan klinik:

a. Memudahkan intubasi trakea. Dosis: 80-100 mg IV ditunggu selama 2-3

menit.

b. Relaksasi pembedahan. Dosis: 2mg/kgbb/IV. Pada dosis sebesar 40 mg

jarang sampai menimbulakan paralisis diafragma dan pasien dapat tetap

bernafas spontan walaupun sebagian otot rangka mengalami kelumpuhan.

Tekhnik seperti ini sering dipakai untuk prosedur ginekologik.

c. Sebagai profilaksis braikardi selama anestesi umum, misalnya pada

pembedahan biola mata.

Page 12: refrat + daftar pustaka

Pemakaian galamin sebaiknya dihindari pada:

a. Pasien dengan takikardia

b. Fungsi ginjal yang buruk atau ancaman gagal ginjal.

ALKURONIUM KLORIDA (ALLOFERIN)

Merupaka sintetik toksiferin. Kemasan dalam ampul beroisi larutan bertisi 2ml yang

mengandung 10 mg alkuronium klorida. Larutan tidak dapat dicampur bersama

thiopental

Farmakologi

Mula kerja pada menit ke 3 untuk selama 15-20 menit . tidak bersifat pelepas

histamine jaringan, tetapi dapat menghambat ganglion simpatik sehingga dapat

menimbulkan hipotensi terutama pada pasien dengan penyakit jantung. Alkuronium

dapat berpotensi ringan dengan N2O-tiopental-narkotik. Ekskresi terutama melalui

ginjal (70%) dalam bentuk utuh dan sebagian kecil melalui empedu.

Dosis relaksasi pembedahan : 0,15mg/kg/BB/IV (dewasa)

0,125-0,2 mg/kgBB/IV (anak-anak)

Dosis intubasi trakea : 0,3 mg/kg/BB/IV

VEKURONIUM (NORCURON)

Juga merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasiu yang batu dan merupakan

homolog pankuronium bromide yang berkekuatan lebiih besar dengan lam akerja

Page 13: refrat + daftar pustaka

yang singkat . tidak memiliki efek kumulasi pad a pemberian berulang atau

kontoinyu perinfus. Tidak menyebabkan perubahan cardiovaskuler yang bermakna.

Kemasan dibuata dalam bentuk ampul berisi bubuk verukonium 4mg. pelarut yang

dipakai antara Lain akuades, garan fisiologik, ringer lakatat atau dextrose 5%

sebanyak 2 ml.

Dosis : 0,1 mg/kgBB/IV mula kerja dimulai pada menit ke 2-3 dengan lama kira-kira

30 menit.

Page 14: refrat + daftar pustaka

BAB III

PENUTUPAN

Jenis obat relaksan otot yang kadang-kadang digunakan selama umum

induksi anestesi atau selama penyisipan sebuah endotracheal (ET) tabung.. Relaksan

otot ini diberikan intravena (melalui aliran darah) dan bertindak secara langsung

pada otot. Contoh relaksan otot yang digunakan selama prosedur pembedahan

meliputi succinylcholine (Anectine, Sucostrin), atracurium (Tracrium), dan

pancuronium (Pavulon) dll.

Page 15: refrat + daftar pustaka

Daftar pustaka

Anonym., 2009. Pankuronium. www.dinkes jawabarat.com

Anonym., 2009. Muscle Relaxant. www.medicinenet.com

Basuki gunawarman et all., 2002., Anestesiologi, Jakarta : fakultas kedokteran

universitas Indonesia.

Latief said et all., 2007., petunjuk praktis anestesiologi:edisi kedua, Jakarta : fakultas

kedokeran universitas Indonesia.

Darmansjah ., 1995, Pelumpuh Otot dalam Farmakologi Dan Terapi , Bagian Farmakologi FK UI: Jakarta.

Miller, R.D., and Katzung , B.G., 2001, Relaksan otot Rangka: Ed 1, Salemba Bagianfarmakologi Airlangga: Surabaya.

Atchison, W.D., 1998., Neuromuscular Blocking agent dalam Human Pharmacology Molecular to Clinical, Eds. Br ody, T.M. , Mosby Year Book Inc: Missouri.

Raharjo setyo., 2006. Kurariform. www.digilibuns.com

Uretsky Samuel., 2009. Muscle Relaxant. www.anaesthesia.org