refleksi kasus dbd

21
BAB I PENDAHULUAN Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu ; DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat.

Upload: victor-william-kalaena

Post on 27-Sep-2015

33 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

DBD

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu ; DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat.WHO mencatat bahwa Indonesia adalah negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Pada tahun 2014, jumlah kasus DBD di 34 provinsi di Indonesia adalah 71.688 orang. Jumlah penderita DBD yang meninggal pada tahun 2010 yaitu 1.338. BAB II

KASUS

I. IDENTITAS

Nama

: An. HUmur

: 8 tahun 11 bulanJenis Kelamin

: PerempuanAgama

: Islam

Alamat

: Salubomba, Kabupaten DonggalaTanggal Pemeriksaan: 4 April 2015II. ANAMNESIS

Keluhan Utama : DemamRiwayat Penyakit Sekarang :

Pasien masuk dengan keluhan demam yang dikeluhkan sejak 4 hari yang lalu. Demam naik turun disertai menggigil. Batuk hilang timbul. Mimisan (-), gusi berdarah (-), nyeri menelan (-), lemas, nafsu makan menurun. Buang air kecil dan buang air besar kurang lancar. Riwayat minum obat diakui, yaitu obat penurun panas yang dibeli di warung. Riwayat Penyakit Dahulu dan Keluarga : Pasien kadang-kadang demam namun cepat hilang dengan obat penurun panas

Riwayat Prenatal

1. Pemeriksaan kehamilan : teratur, 1x/bulan selama kehamilan di bidan sampai bulan 6. bulan 7-8-9 melakukan pemeriksaan 2x sebulan dibidan.2. Pendarahan dan penyakit kehamilan : disangkal.3. Obat diminum selama kehamilan :vitamin dan tablet besi.4. Riwayat suntik tetanus kehamilan

Kesan: pemeliharaan prenatal baik Riwayat kelahiran

Persalinan

: Lahir spontan di Bidan setempatUsia dalam kandungan: 9 bulan

Berat badan lahir: 2600 gram

Riwayat Imunisasi

BCG

: 1x umur 1 bulan

DPT

: 3 x ( 2,4,6) bulan

Polio

: 4 x (0,2,4,6) bulan

Hepatitis B : 3x umur (0,1,5) bulan

Campak

: 1x umur 9 bulan

Kesan : Imunisasi dasar lengkap tepat bulan Riwayat Lingkungan, Sosial dan Kepribadian

Pasien anak kedua dari 3 bersaudara. Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan kedua kakaknya. Pasien akrab dengan keluarga serta teman-temannya. III. PEMERIKSAAN FISIS

Keadaan umum: Baik

Kesadaran

: Composmentis

Berat badan: 32 kg

Status Gizi

: Gizi Baik

Tanda Vital :

Nadi

: 98 x/menit

Pernafasan

: 24 x/menitSuhu

: 37,9 0CKepala-Leher

Kulit

: Berwarna sawo matang, ikterus (-), sianosis (-)

Kepala: Bentuk normal, tidak teraba benjolan, rambut berwarna hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut

Mata OD: Bentuk normal, Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, palpebral superior et inferior tidak edema, pupil bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm, reflek cahaya (+), mata cekung (-)

OS : Bentuk normal, Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, palpebral superior et inferior tidak edema, pupil bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm, reflek cahaya (+), mata cekung (-)

Telinga: Bentuk normal, liang telinga lapang, tidak ada sekret, tidak ada serumen

Hidung : Bentuk normal, tidak ada deviasi septum nasi, terdapat sekret berwarna cair berwarna jernihMulut: Bentuk normal, perioral tidak sianosis, bibir lembab, lidah tidak kotor, arkus faring simetris, letak uvula di tengah, faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1, mukosa mulut tidak ada kelainan

Leher

: Pembesaran KGB -/-

Thorax

Inspeksi :

Bentuk dan ukuran : Bentuk dada kiri dan kanan simetris, pergerakan dinding dada simetris

Permukaan dada : Papula (-), purpura (-), ekimosis (-),massa (-).

Palpasi

Trakea : Tidak ada deviasi trakea, iktus kordis teraba di ICS V linea parasternal sinistra

Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-).

Gerakan dinding dada : Simetris kiri dan kanan

Fremitus vocal : Simetris kiri dan kananPerkusi

Sonor seluruh lapang paruAuskultasi

Cor: S1 S2 tunggal regular, Murmur (-),

Pulmo :

Bronkovesikuler (+) pada seluruh lapang paru

Rhonki (-/-)

Wheezing (-/-)

Abdomen

Inspeksi Bentuk : Simetris

Umbilicus: Masuk merata

Permukaan Kulit : Tanda-tanda inflamasi (-), sianosis (-), massa (-)Auskultasi Bising usus (+) normalPerkusi

Timpani pada seluruh lapang abdomen (+) Nyeri ketok (-)Palpasi

Nyeri tekan epigastrium (-) Massa (-) Hepar / lien : tidak terabaIV. PEMERIKSAAN PENUNJANGRumple leed tes (+)PLT : 95 x 103

HCT : 41,58 %

DDR : (-)V. DIAGNOSIS

Demam DengueVI. PENATALAKSANAAN

Pengobatan farmakologi yang diberikan adalah : Paracetamol 3x1 Vitamin C tablet 1 x1 Pengobatan nonfarmakologi berupa saran kepada pasien untuk :1. Minum banyak air2. Istirahat yang cukup3. Menjaga lingkungan agar tetap bersih4. Makan-makanan bergizi seimbangBAB III

PEMBAHASANDemam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu ; DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.Cara Penularan

Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada telurnya (transovanan transmission), namun perannya dalam penularan virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembangbiak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Di tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 46 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit.

Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.Epidemiologi

Infeksi virus dengue telah ada di Indonesia sejak abad ke -18, seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Saat itu infeksi virus dengue menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai penyakit demam lima hari (vijfdaagse koorts) kadang-kadang disebut juga sebagai demam sendi (knokkel koorts). Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai dengan nyeri pada sendi, nyeri otot,

dan nyeri kepala. Pada masa itu infeksi virus dengue di Asia Tenggara hanya merupakan penyakit ringan yang tidak pernah menimbulkan kematian. Tetapi sejak tahun 1952 infeksi virus dengue menimbulkan penyakit dengan manifestasi klinis berat, yaitu DBD yang ditemukan di Manila, Filipina. Kemudian ini menyebar ke negara lain seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia. Pada tahun 1968 penyakit DBD dilaporkan di Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian yang sangat tinggi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD sangat kompleks, yaitu (1) Pertumbuhan penduduk yang tinggi, (2) Urbanisasi yang tidak terencana & tidak terkendali, (3) Tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis, dan (4) Peningkatan sarana transportasi. Morbiditas dan mortalitas infeksi virus dengue dipengaruhi berbagai faktor antara lain status imunitas pejamu, kepadatan vektor nyamuk, transmisi virus dengue, keganasan (virulensi) virus dengue, dan kondisi geografis setempat. Dalam kurun waktu 30 tahun sejak ditemukan virus dengue di Surabaya dan Jakarta, baik dalam jumlah penderita maupun daerah penyebaran penyakit terjadi peningkatan yang pesat. Sampai saat ini DBD telah ditemukan di seluruh propinsi di Indonesia, dan 200 kota telah melaporkan adanya kejadian luar biasa. Incidence rate meningkat dari 0,005 per 100,000 penduduk pada tahun 1968 menjadi berkisar antara 6-27 per 100,000 penduduk. Pola berjangkit infeksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara. Pada suhu yang panas (28-32C) dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk Aedes akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di Indonesia, karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap tempat, maka pola waktu terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di Jawa pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei setiap tahun.Patogenesis

Virus merupakan mikrooganisme yang hanya dapat hidup di dalam sel hidup. Maka demi kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel manusia sebagai pejamu (host) terutama dalam mencukupi kebutuhan akan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan pejamu, bila daya tahan baik maka akan terjadi penyembuhan dan timbul antibodi, namun bila daya tahan rendah maka perjalanan penyakit menjadi makin berat dan bahkan dapat menimbulkan kematian. Patogenesis DBD dan SSD (Sindrom syok dengue) masih merupakan masalah yang kontroversial. Dua teori yang banyak dianut pada DBD dan

SSD adalah hipotesis infeksi sekunder (teori secondary heterologous infection) atau hipotesis immune enhancement. Hipotesis ini menyatakan secara tidak langsung bahwa pasien yang mengalami infeksi yang kedua kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog mempunyai risiko berat yang lebih besar untuk menderita DBD/Berat. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan kemudian membentuk kompleks antigen antibodi yang kemudian berikatan dengan Fc reseptor dari membran sel leokosit terutama makrofag. Oleh karena antibodi heterolog maka virus tidak dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas melakukan replikasi dalam sel makrofag.

Dihipotesiskan juga mengenai antibodi dependent enhancement (ADE), suatu proses yang akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel mononuklear. Sebagai tanggapan terhadap infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok. Sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berlainan pada seorang pasien, respons antibodi anamnestik yang akan

terjadi dalam waktu beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit dengan menghasilkan titer tinggi antibodi IgG anti dengue. Disamping itu, replikasi virus dengue terjadi juga dalam limfosit yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya virus kompleks antigen-antibodi (virus antibody complex) yang selanjutnya akan mengakibatkan aktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya plasma dari ruang intravaskular ke ruang ekstravaskular. Pada pasien dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari

30 % dan berlangsung selama 24-48 jam. Perembesan plasma ini terbukti dengan adanya, peningkatan kadar hematokrit, penurunan kadar natrium, dan terdapatnya cairan di dalam rongga serosa (efusi pleura, asites). Syok yang tidak ditanggulangi secara adekuat, akan menyebabkan asidosis dan anoksia, yang dapat berakhir fatal; oleh karena itu, pengobatan syok sangat penting guna mencegah kematian. Hipotesis kedua, menyatakan bahwa virus dengue seperti juga virus binatang lain dapat mengalami perubahan genetik akibat tekanan sewaktu virus mengadakan replikasi baik pada tubuh manusia maupun pada tubuh nyamuk. Ekspresi fenotipik dari perubahan genetik dalam genom virus dapat menyebabkan peningkatan replikasi virus dan viremia, peningkatan virulensi dan mempunyai potensi untuk menimbulkan wabah. Selain itu beberapa strain virus mempunyai kemampuan untuk menimbulkan wabah yang besar. Kedua hipotesis tersebut didukung oleh data epidemiologis dan laboratoris.Aspek KlinisSeorang anak perempuan berumur 4 tahun 11 bulan datang ke puskesmas diantar ibunya dengan keluhan utama demam yang dikeluhkan sejak 4 hari yang lalu. Demam naik turun disertai menggigil. Batuk hilang timbul. Mimisan (-), gusi berdarah (-), nyeri menelan (-), lemas, nafsu makan menurun. Buang air kecil dan buang air besar kurang lancar. Riwayat minum obat diakui, yaitu obat penurun panas yang dibeli di warung. Demam yang dialami pasien dapat dicurigai mengarah pada penyakit demam berdarah, malaria atau tonsilitis. Pasien lalu dilakukan pemeriksaan laboratorium dalam hal ini DDR, trombosit dan hematokrit. Hasil yang didapatkan terdapat trombositopenia dan peningkatan kadar hematrokrit.Aspek Ilmu Kesehatan MasyarakatPasien anak ketiga dari 3 bersaudara. Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan kedua kakaknya. Pasien memiliki hubungan baik dengan keluarga serta teman-temannya.A. Keadaan rumahPasien tinggal di rumah berukuran luas 30m2 yang terletak di pemukiman padat penduduk, jarak antara rumah yang satu dengan yang lain hanya dipisahkan oleh tembok. Jenis bangunan merupakan rumah permanen dari beton, dengan lantai terbuat dari semen kasar dan atap genteng. Kondisi rumah tampak sedikit gelap karena kurang pencahayaan..Rumah pasien terdiri dari 2 kamar tidur, ruang tamu,ruang makan yang berlantaikan semen kasar, kamar mandi dan dapur yang terletak di belakang rumah. Kondisi kamar tidur dengan ventilasi dan sirkulasi udara yang baik, kamar mandi dan dapur cukup bersih. Peralatan rumah tangga yang cukup lengkap, dan terdapat 1 motor. Lingkungan disekitar rumah pasien cukup bersih.B. Riwayat Penyakit Keluarga

Dari penuturan ibu pasien diketahui bahwa tidak ada keluarga pasien yang mengalami hal serupa. C. Pola Konsumsi Makanan

Pola Konsumsi keluarga tersebut cukup baik dengan asupan gizi. Pasien sering tidak makan 3 kali sehari.D. Lingkungan

Lingkungan pemukiman keluarga kurang bersih. Sampah dan barang bekas tertumpuk di halaman belakang, beberapa sampah tergenanang air. Tata letak peralatan dan perlengkapan rumah cukup baik. E. Psikososial

Pasien memiliki hubungan yang baik dengan sesama anggota keluarga yang lain.F. Keadaan Ekonomi

Keadaan ekonomi keluarga pasien tergolong menengah ke atas. Penghasilan dalam keluarga didapat dari ayah pasien yang bekerja sebagai pegawai swasta. Ibu pasien hanya seorang ibu rumah tangga.

BAB IV

PENUTUP4.1Kesimpulan

Diagnosis pada pasien ini adalah demam dengue. Hal ini dikarenakan demam yang dialami pasien sudah 4 hari serta berdasarkan pemeriksaan fisik serta laboratorium yang menunjukan adanya trombositopenia dan hemokonsentrasi.Dalam mengatasi penyakit yang terjadi dalam masyarakat diperlukan tindakan yang holIstik, berkesinambungan, dan terpadu dengan menggunakan cara promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Diharapkan dengan cara tersebut dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian serta dapat meningkatkan kesehatan dalam masyarakat. 4.2Saran

Saran yang dianjurkan untuk mengatasi penyakit ini, yaitu :

Pasien :

Menerapkan perilaku bersih dan sehat Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar Meminum obat dengan teratur untuk tercapainya kesembuhan yang optimal. Memperhatikan keadaan gizi dengan memakan makanan yang bersih dan gizi seimbang Istirahat yang cukup untuk membantu proses penyembuhan penyakit.Pihak petugas kesehatan (puskesmas):

Mengadakan penyuluhan kesehatan tentang DBD serta lebih turut aktif dalam mencegah penyakit DBD.