refisi lap.biokim methb
DESCRIPTION
qwTRANSCRIPT
Laporan Praktikum BiokimiaPEMERIKSAAN KADAR METHEMOGLOBIN
BLOK CHEM 2
Oleh :Nama : Tini RohmantiniNIM : G1A008027Kelompok : 4 (empat)Asisten : Sintia Dewi SMK
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2009
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :Tini Rohmantini
G1A008027
Disusun untuk persyaratannilai praktikum Biokimiapada jurusan Kedokteran
Universitas Jenderal SoedirmanPurwokerto
Diterima dan disahkan
Purwokerto, juni 2009
Asisten
Sintia Dewi SMK
NIM. KIA006054
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Praktikum
Pemeriksaan kadar methemoglobin (MetHb)
B. Tanggal Praktikum
Jumat, 29 Mei 2009
C. Tujuan Praktikum
1. Mengukur kadar methemoglobin dalam darah dengan menggunakan
spektrofotometer.
2. Menyimpulkan hasil pemeriksaan methemoglobin pada saat praktikum
setelah membandingkannya dengan nilai normal.
D. Dasar Teori
Setiap mahluk hidup membutuhkan oksigen untuk bernafas, oksigen
diperlukan manusia terutama untuk reaksi kimia di dalam sel. Protein heme
yang berfungsi mempertahankan pasokan oksigen yang esensial untuk
metabolisme oksidatif salah satunya adalah hemoglobin.
Sistem pengangkut O2 di dalam tubuh terdiri atas paru-paru dan sistem
kardiovaskuler. Pengangkutan O2 menuju jaringan tertentu tergantung pada
jumlah O2 yang masuk kedalam paru-paru, adanya pertukaran gas dalam paru
yang adekuat, aliran darah menuju jaringan, serta kapasitas darah untuk
mengangkut O2. aliran darah bergantung pada derajat konstriksi jaringan
vaskuler didalam jaringan serta curah jantung.1
Jumlah O2 didalam darah ditentukan oleh :
a. Jumlah O2 yang larut, jumlah hemoglobin dalam darah
b. Afinitas hemoglobin terhadap O2.
Oksigen berdifusi dari bagian konduksi paru kebagian respirasi paru
sampai ke alveoli, membrana basalis dan endotel kapiler. Dalam darah
sebagian besar O2 bergabung dengan hemoglobin (97%) dan sisanya larut
dalam plasma (3%). Dewasa muda pria, jumlah darahnya ± 75 ml/kg ,
sedangkan wanita ± 65 ml/kg. Satu ml darah pria mengandung kira-kira 280
juta molekul Hb. Satu molekul Hb sanggup mengikat 4 Molekul O2
membentuk HbO2; oksi hemoglobin. Dinamika reaksi pengikatan O2 oleh
hemoglobin menjadikannya sebagai pembawa O2 yang sangat serasi.1
Hemoglobin adalah protein yang dibentuk dari 4 subunit, masing-
masing mengandung gugus heme yang melekat pada sebuah rantai
polipeptida. Heme adalah kompleks yang dibentuk dari suatu porfirin dan 1
atom besi ferro. Masing-masing dari ke-4 ataom besi dapat mengikat satu
molekul O2 secara reversibel. Atom besi tetap berada dalam bentuk ferro,
sehingga reaksi pengikatan O2 merupakan suatu reaksi oksigenasi, bukan
reaksi oksidasi.1
Eritrosit yang memungkinkan untuk mengangkut oksigen adalah
hemoglobin. Molekul hemoglobin terdiri dari dua bagian yaitu :
a. Bagian globin, suatu protein yang terbentuk dari empat rantai polipeptida
yang sangat berlipat-lipat.
b. Gugus nitrogenosa nonprotein mengandung besi yang dikenal sebagai
gugus hem (heme), yang masing2 terikat ke satu polipeptida.
Secara singkat hemoglobin tersusun dari protein globin dan suatu
senyawa bukan protein yang dinamakan heme. Heme sendiri tersusun dari
senyawa lingkar yang bernama porifirin, yang pusatnya ditempati oleh logam
Fe (besi).2
Hemoglobin tampak kemerahan apabila berikatan dengan oksigen dan
kebiruan apabila mengalami deoksigenasi.3 Reaksi pengikatan hemoglobin
dengan O2 lazim ditulis Hb + O2 HbO2.
Kadar hemoglobin darah normal pada laki-laki adalah 13,4gr/dl- 17,6
gr/dl. Sedangkan pada perempuan adalah 12,0gr/dl-15,4gr/dl7. Sedangkan
pada sumber yang berebeda, kandungan hemoglobin normal rata-rata dalam
darah adalah 16 gr/dl pada pria dan 14 gr/dl pada wanita, dan semuanya
berada di sel darah merah. Kadar normal metHb adalah kuarang dari 4%.
Apabila kadar tersebut terlewati dapat menyebabkan kematian.1
Sedangkan methemoglobin adalah hasil oksidasi hemoglobin yang
sudah tidak mempunyai kemampuan lagi untuk mengikat oksigen.
Methemoglobin terbentuk ketika ion ferro (Fe2+) di dalam Hemoglobin yang
dioksidasi dalam bentuk ferri (Fe3+) Methemoglobin dapat disebabkan oleh
senyawa nitrit, amin aromatik, senyawa nitro aromatik serta zat-zat kimia lain
yang dapat mengoksidasi O2.
Methemoglobin tidak berguna dalam transportasi oksigen. Besi Ferro
α- hemoglobin peka terhadap oksidasi oleh superoksida dan zat pengoksidasi
lainnya. Oksidasi besi fero hemoglobin akan membentuk methemoglobin yang
tidak dapat mengangkut oksigen dan kelainannya dikenal sebagai
methemoglobinemia. Ketiadaan sistem ini, secara kongenital dapat
menyebabkan methemoglobin herediter. Methemoglobinemia dapat
diklasifikasikan sebagai keadaan yang diturunkan atau didapat melalui
pemberian obat dan zat tertentu.5
Methemoglobin terbentuk ketika ion ferro (Fe2+) di dalam Hemoglobin
yang dioksidasi dalam bentuk ferri (Fe3+). Normalnya methemoglobin yang
dihasilkan rata-rata 0,5% - 3% per hari. Keadaan ini dapat terjadi dari hasil
beberapa obat dan bahan kimiawi meliputi nitrit, sulfonamid dan asetonid.
Salah satu bentuk methemoglobin herediter adalah defisiensi enzim sitokrom
65 di dalam sel darah merah. Methemoglobin tidak dapat digunakan untuk
membawa oksigen, tetapi peningkatan afinitas oksigen di dalam hemoglobin
terjadi karena efek alosterik. Dengan demikian akan melemahkan oksigen dan
tidak mampu mengirim sampai ke jaringan. Bentuk MetHb sangat terbatas
dalam pengiriman oksigen karena kapasitas Hb untuk membawa oksigen
berkurang sampai 25%.5,6
Methemoglobin (MetHb) adalah suatu hasil oksidasi hemoglobin yang
tidak mempunyai kemampuan lagi untuk mengangkut oksigen. Banyak zat
misalnya amin aromatic, senyawa nitro, klorat, serta senyawa nitrit dapat
menyebabkan pembentukan metHb. Mekanismenya adalah karena terjadi
oksidasi Fe dalam Hb dari ferro menjadi ferri. Oksidasi ini mengubah warna
Hb menjadi coklat kehitaman. MetHb dalam darah adalah <4% (WHO, 1997
dalam Sumirat 2003). Bila kadar MetHb meningkat sampai 15%, contohnya
pada keracunan nitrit, maka kulit akan menjadi kebiruan (sianosis) yang
timbul sebagai gejala kekurangan oksigen. Keracunan nitrit pada bayi dengan
kadar MetHb >11% akan menyebabkan penyakit “Blue Babies” atau
methemoglobinemia. Hal ini disebabkan karena sistem enzim (NADH-
NADPH) masih belum sempurna.
E. Alat dan Bahan
Alat
1. Spuit 3 cc
2. Torniquet
3. Plakon
4. Tabung reaksi 10 ml
5. Rak tabung reaksi
6. Erlenmeyer 25 cc
7. Mikropipet (10 l-100 l)
8. Yellow tip
9. Kuvet
10. Spektrofotometer
Bahan Praktikum
1. Sampel darah
2. EDTA
3. Na Nitrit
4. Aquadest
F. Cara Kerja
1. Penetapan Oksihemoglobin
a. Diambil darah probandus dengan spuit, kemudian dimasukkan
kedalam plakon yang telah diberi EDTA sebanyak 1 spatula
b. Disiapkan Erlenmeyer 25 cc dan diberi aquadest sebanyak 10 cc
c. Setelah itu ditambahkan darah EDTA sebanyak 10 l.
d. Lalu dituang dalam kuvet sebanyak 5 cc dan dibaca absorbansinya
pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm dan nilai
faktor 100.
2. Penetapan Deoksihemoglobin
a. Diambil darah probandus dengan spuit, kemudian dimasukkan
kedalam plakon yang telah diberi EDTA sebanyak 1 spatula
b. Disiapkan Erlenmeyer 25 cc dan diberi aquadest sebanyak 10 cc.
c. Setelah itu ditambahkan darah EDTA sebanyak 10 l.
d. Lalu dituang dalam kuvet sebanyak 5 cc dan ditambahkan Na nitrit
sampai berubah warna (jernih).
e. Setelah itu dibaca absorbansinya pada spektrofotometer dengan
panjang gelombang 546 nm dan nilai faktor 100.
G. Nilai Normal
Kadar MetHb dalam darah <4%
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
Nama probandus : Tini Rohmantini
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 18 tahun
Hasil pemeriksaan :
Kadar oksihemoglobin : 0%
Deoksihemglobin : 9%
Dari hasil pemeriksaan diatas, ternyata alat yang digunakan yaitu
spektrofotometer mengalami kerusakan, adapun faktor terjadinya kesalahan
tersebut adalah karena suhu yang terlalu panas.
Hasil pemeriksaan :
Nama probandus : Puput
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 18 tahun
Tabung Reagen (R)
Aquadest 10 ml Darah EDTA 10 l Homogenkan
Homogenkan
Tabung sample (SPL)
5ml + Na Nitrit 5ml
(sampai jernih/berbeda warna)
Baca di spektrofotometer
Pemeriksaan Nilai Absorbansi
Kadar MetHb < 4 %
Oksihemoglobin 6 %
Deoksihemoglobin 4 %
Hasil pemeriksaan:
MetHb = (Abs. oks (%) – Abs. deok(%) atau (Abs.oks – Abs.deok) x 100
= (6% - 4 %)
= 2% (Normal)
B. Pembahasan
Komponen:
1. Penjelasan hasil praktikum
Dari hasil pemeriksaan kadar metHb dan perhitungan
menggunakan spektrofotometer pada darah probandus, didapat kadar
metHb di dalam darah adalah 2%. Hal ini menunjukan bahwa kadar
metHb dalah darah normal, karena nilai normal metHb dalam darah
adalah <4%.
Kadar MetHb dalam darah pada suhu 270 C terdapat :
a. 1-3 % Masih dalam batas normal
b. 4-5 % Belum adanya tanda apa-apa tapi sudah sianosis.
c. 15-25 % Sudah mulai sianosis.
d. 25-50% Sudah mulai lemah, lesu, pusing dan sakit kepala.
e. 50-75% Sudah mulai delirium setengah sadar/koma dan bisa
menyebabkan kematian.3
2. Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi hasil
a. Probandus
Kondisi fisik probandus sangat mempengaruhi kadar
Hb.Banyak faktor probandus yang sangat berpengaruh antara lain
kegiatan probandus seperti banyak melakukan aktifitas yang
mengharuskan probandus banyak menggunakan kendaraan bermotor.
Sehingga terpapar zat berbahaya yang dapat meningkatkan kadar
metHb.
b. Praktikan
Faktor praktikan ini dapat juga disebut human error (kesalahan
pada manusia/praktikan) Misalnya dalam praktikum terjadi
kesalahan/ketidak telitian pengukuran banyaknya larutan yang
digunakan,serta kesalahan perhitungan waktu inkubasi yang tidak
tepat dan akurat, atau bisa juga larutan yang digunakan
terkontaminasi zat lain yang tidak diperlukan dalam praktikum dan
dapat mempengaruhi keakuratan data.
c. Alat praktikum
Faktor alat-alat praktikum juga dapat mempengaruhi hasil
akhir dari praktikum. Contoh hal yang bisa mempengaruhi misalnya
alat praktikum yang sudah mengalami kerusakan, sudah tidak akurat,
dan adanya bahan pencemar yang menggangu praktikum, serta
penggunaan alat yang tidak steril.
C. Aplikasi Klinis
Ketidaknormalan kadar MetHb dalam darah dapat mengakibatkan
beberapa kelainan diantaranya
1. Sianosis
Diakibatkan karena kehabisan oksigen yang dapat disebabkan oleh
berbagai macam sebab. Salah satunya pengikatan oksigen terganggu yang
diakibatkan karena kadar hemoglobin menurun drastis, sehingga
mengakibatkan Sianosis
Hemoglobin reduksi mempunyai warna gelap dan bila konsentrasi
hemoglobin reduksi di dalam darah kapiler lebih besar dari 5 gr/dl, terlihat
warna biru kehitaman pada jaringan, yang disebut sianosis. Terlihatnya
sianosis bergantung pada jumlah total hemoglobin dalam darah, jumlah
hemoglobin yang tidak tersaturasi, serta derajat konstriksi kapiler dalam
sirkulasi. Sianosis paling mudah dilihat pada kuku dan membran mukosa
serta pada cuping telinga, pipi dan jari-jari yaitu pada bagian kulit tertipis.
Sianosis tidak tampak pada:
a. Hipoksia anemia, karena kandungan hemoglobin total yang rendah
b. Pada keracunan karbon monoksida, karena warna hemoglobin reduksi
tertutup oleh warna merah-ceri dari karbon monoksihemoglobin
c. Hipoksia histotoksik, karena kandungan gasa dalam darah normal1.
Kadar methemoglobin pada orang yang menderita sianosis lebih
tinggi dari kadar toleransi methemoglobin dalam tubuh. Peningkatan
methemoglobin ini terjadi karena adanya proses oksidasi besi.
2. Methemoglobinemia
Methemoglobinemia adalah suatu keadaan dimana kadar
methemoglobin yaitu salah satu senyawa hemoglobin berkurang sehingga
transportasi oksigen terganggu. Methemoglobinemia didiagnosa dengan
suatu tes darah khusus dan pada prinsipnya pengobatan didasarkan pada
penghentian konsumsi dapsonenya. Jika seseorang yang memakai dapsone
mengalami sesak napas yang tidak jelas alasannya, sebaiknya dicek kadar
methemoglobinnya. Keadaan ini jarang terjadi, tetapi karena berdampak
serius namun mudah untuk diobati, sangatlah bijaksana untuk dipikirkan.7
Methemoglobinemia terjadi dengan mekanisme sebagai berikut :
NO3-→NO2-; ion nitrit mengoksidasi ion Fe dalam Hb :
Fe2+→Fe3+→methemoglobin tak mampu membawa oksigen
(methemoglobinemia) →blue baby syndrome.5
BAB III
KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil praktikum probandus memiliki kadar methemoglobin
normal yaitu 2 %, karena batas normalnya adala < 4%.
2. Mekanisme pembentukan MetHb adalah terjadinya oksidasi Fe dalam darah
dari ferro menjadi ferri.
3. Hemoglobin adalah zat dalam tubuh yang berfungsi mengangkut O2.
4. Methemoglobin merupakan hasil oksidasi hemoglobin yang tidak memiliki
kemapuan lagi untuk mengangkut oksigen. Methemoglobin dapat
disebabkan oleh senyawa nitrit, amin aromatik, senyawa nitro aromatik serta
zat-zat kimia lain yang dapat mengoksidasi O2.
5. Dalam darah terdapat MetHb reduktase yang berfungsi untuk mengubah
kembali ferri menjadi ferro. Akan tetapi, jika jumlah MetHb sangat banyak ,
maka MetHb reduktase tidak mampu mengubahnya kembali.
6. Kadar hemoglobin dan met hemoglobin pada penyakit
Hipoksia : Kadar hemoglobin : Menurun
Blue babies : Kadar methemoglobin : Meningkat
Sianosis : Kadar methemoglobin : Meningkat
DAFTAR PUSTAKA
1. Ganong, W. F. 2003. Sirkulasi Cairan Tubuh. Dalam : Buku Ajar
Fisiologi. Edisi20. Jakarta: EGC. 513;640;657;658;732
2. Sadikin, M. 2002. Sifat Umum Darah. Biokimia Darah. Jakarta: Widya
Medika.15;17
3. Lauralee Sherwood. Darah. Dalam: Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem
Edisi 2. jakarta : EGC, 2001: 348-53
4. Jones RWA, Baumer JH, Joseph MC, Shinebourne EA. 1976. Dalam
Arterial oxygenation and response to oxygen breathing in differential
diagnosis of congenital heart disease in infancy. Arch Dis Child. 51: 667-
73
5. Hoffbrand, A.V., et. al. 2005. Eritropoiesis dan Aspek Umum Anemia.
Kapita Selekta Hematologi. Edisi 4. Jakarta: EGC. Hal:14;18
6. Isbister, J.P.; Pittiglio,D.H. 1999. Proses Diagnostik. Hematologi Klinik
Pendekatan Berorientasi-Masalah. Jakarta:Hipokrates.35