referat vur (dr.besut) fixx5-1123

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vesico Ureteral Reflux (VUR) adalah penyebab kelima yang paling umum dari insufisiensi ginjal kronis pada anak- anak (Chemaly et al, 2015). Dari 1,1 juta penderita ISK bawah 18 tahun ditemukan sebanyak 25.000 anak yang berkunjung ke urolog untuk evaluasi dan pengobatan VUR. Keadaan ini dapat dijumpai pada 1% bayi neonatus sehat. Prevalensi VUR berkisar antara 1-3% dari seluruh populasi anak. Bayi perempuan 5-6 kali lebih banyak menderita VUR dari pada laki-laki. Dengan bertambahnya usia, insidensi penyakit ini semakin menurun (Purnomo, 2011). VUR diperkirakan terjadi pada 38% apabila terdapat hidronefrosis yang berat ata u anomali urological dari pasien-pasien dengan ISK bagian atas. Beberapa ahli mengatakan bahwa angka kejadian VUR pada pyelonefritis sebanyak 22% sampai 52%. Angka kejadian VUR lebih tinggi pada anak-anak dengan ISK yaitu, 30-70%, anak-anak tanpa ISK 0,5-1%. Saat ini, kejadian hidronefrosis akibat VUR berkisar 17-37% dari bayi prenatal Salah satu penyebab Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah VUR, untuk sampai saat ini belum ada data-data mengenai insiden VUR pada umumnya dan pada khususnya di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA). Karena dalam sebagian besar kasus, refluks pada anak didiagnosis secara tidak sengaja selama evaluasi ISK. VUR dapat juga terdiagnosa akibat 1

Upload: leong-zhee-chuan

Post on 15-Dec-2015

68 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Vur (Dr.besut) Fixx5-1123

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Vesico Ureteral Reflux (VUR) adalah penyebab kelima yang paling umum

dari insufisiensi ginjal kronis pada anak-anak (Chemaly et al, 2015). Dari 1,1 juta

penderita ISK bawah 18 tahun ditemukan sebanyak 25.000 anak yang

berkunjung ke urolog untuk evaluasi dan pengobatan VUR. Keadaan ini dapat

dijumpai pada 1% bayi neonatus sehat. Prevalensi VUR berkisar antara 1-3%

dari seluruh populasi anak. Bayi perempuan 5-6 kali lebih banyak menderita VUR

dari pada laki-laki. Dengan bertambahnya usia, insidensi penyakit ini semakin

menurun (Purnomo, 2011).

VUR diperkirakan terjadi pada 38% apabila terdapat hidronefrosis yang

berat ata u anomali urological dari pasien-pasien dengan ISK bagian atas.

Beberapa ahli mengatakan bahwa angka kejadian VUR pada pyelonefritis

sebanyak 22% sampai 52%. Angka kejadian VUR lebih tinggi pada anak-anak

dengan ISK yaitu, 30-70%, anak-anak tanpa ISK 0,5-1%. Saat ini, kejadian

hidronefrosis akibat VUR berkisar 17-37% dari bayi prenatal

Salah satu penyebab Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah VUR, untuk

sampai saat ini belum ada data-data mengenai insiden VUR pada umumnya dan

pada khususnya di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA). Karena dalam sebagian

besar kasus, refluks pada anak didiagnosis secara tidak sengaja selama evaluasi

ISK. VUR dapat juga terdiagnosa akibat konsekuensinya, yaitu hipertensi,

insufisiensi ginjal atau pertumbuhan yang terhambat (William et al, 2008). Oleh

karena itu, pada referat ini akan dibahas lebih lanjut mengenai data-data insiden

VUR yang terjadi di RSSA.

1

Page 2: Referat Vur (Dr.besut) Fixx5-1123

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dan epidemiologi VUR?

2. Apa etiologi dan faktor resiko VUR?

3. Bagaimana patofisiologi VUR?

4. Bagaimana cara mediagnosis VUR?

5. Bagaimana management VUR?

6. Apa komplikasi dan prognosis dari VUR?

7. Bagaimana data VUR di RS Saiful Anwar Malang?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dan epidemiologi VUR

2. Mengetahui etiologi dan faktor resiko VUR

3. Mengetahui patofisiologi VUR

4. Mengetahui cara mediagnosis VUR

5. Mengetahui management yang tepat pada kasus VUR

6. Mengetahui komplikasi dan prognosis yang dapat terjadi pada kasus

VUR

7. Mengetahui data VUR di RS Saiful Anwar Malang

BAB II

2

Page 3: Referat Vur (Dr.besut) Fixx5-1123

PEMBAHASAN

2.1. Definisi

Vesico ureteral refluks (VUR) adalah aliran balik (retrograde) urin dari

kandung kemih ke saluran kemih bagian atas akibat adanya gangguan pada

persimpangan vesiko ureter atau vesicoureteral junction (Winata dan

Hilmanto, 2009). Persimpangan vesiko ureter dalam keadaan normal

bertindak seperti katup satu arah, yang memungkinkan aliran urin dari ureter

ke dalam kandung kemih dan mencegah aliran balik. Fungsi katup ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya panjang ureter submukosa,

lebar ureter, otot-otot trigonum dan ureter serta koordinasi peristaltik ureter.

Apabila terjadi kelainan yang mempengaruhi faktor-faktor tersebut maka

akan menimbulkan gejala klinik VUR (Tekgul et al, 2008).

Penyebab VUR dibagi menjadi yaitu VUR primer dan VUR sekunder.

VUR prime terjadi akibat anomali kongenital dari persimpangan vesiko ureter

dengan dasar genetik, sedangkan VUR sekunder disebabkan oleh obstruksi

anatomi atau fingsional kandung kemih, atau akibat inflamasi (Akbar dan

Rodjani, 2010).

2.2. Epidemiologi

Studi epidemiologi dengan menggunakan voiding cystourethrography

(VCUG) melaporkan bahwa VUR dijumpai pada 1% pada neonatus, bayi,

dan anak-anak. Anak-anak kulit putih 10 kali lebih sering terjadi VUR

dibandingkan anak-anak kulit hitam. Bayi perempuan 5-6 kali lebih banyak

menderita VUR dari pada laki-laki. Insiden menurun dengan meningkatnya

usia pasien. Refluks ditemukan pada pasien tertentu seperti orang-orang

yang mempunyai riwayat hidronefrosis atau pasien ISK yang memiliki

riwayat keluarga VUR. Bayi yang menderita ISK 30-70% menderita VUR

(Chemaly et al, 2015). Dikatakan bahwa refluks urin ke ginjal yang disertai

dengan infeksi, menyebabkan jaringan parut pada ginjal. Namun

pembentukan parut ginjal dapat dicegah atau diperkecil, jika infeksi diobati

pada fase akut, yakni dalam minggu pertama. Dikatakan pula bahwa 30-50%

anak menderita kelainan ini ginjalnya akan mengalami perubahan menjadi

jaringan parut (renal scarring). Saudara kandung dari pasien VUR, 45%

mempunyai kemungkinan penyakit yang sama, jika dibandingkan dengan

3

Page 4: Referat Vur (Dr.besut) Fixx5-1123

populasi usia pediatri hanya 1% kemungkinan menderita refluks (Purnomo,

2011)

Dari 1,1 juta penderita ISK bawah 18 tahun ditemukan sebanyak

25.000 anak yang berkunjung ke urolog untuk evaluasi dan pengobatan

VUR. Saat ini, kejadian hidronefrosis akibat VUR berkisar 17-37% dari bayi

prenatal. VUR adalah penyebab kelima yang paling umum dari insufisiensi

ginjal kronis pada anak-anak. Insiden VUR pada anak-anak dan orang

dewasa muda dengan gagal ginjal stadium akhir (insufisiensi ginjal kronis)

yang mengharuskan terapi (dialisis atau transplantasi) adalah sekitar 6%.

VUR memiliki komponen genetik yang pasti (Chemaly et al, 2015).

2.3. Etiologi dan Faktor Resiko

Penyebab dari VUR dibagi menjadi dua, yaitu penyebab primer dan

penyebab sekunder. Dikatakan primer bila terdapat kelainan kongenital pada

mekanisme katup vesikoureter, sedangkan dikatakan sekunder bila terdapat

perubahan faktor-faktor anatomi dan fungsi mekanisme katup tersebut

(Tekgul et al, 2008)

Penyebab primer, yaitu:

1. Bagian ureter yang berada di intravesika (intramural) sangat pendek

atau bahkan tidak dijumpai, sehingga tidak berfungsinya otot detrusor

dalam ikut mencegah aliran balik urine.

2. Letak orifisium ureter yang terlalu di sebelah lateral (lateralisasi).

3. Bentuk (konfigurasi) orifisium ureter abnormal (muara ureter berbentuk

stadium, tapal kuda, atau golf hole).

Sedangkan untuk penyebab sekunder, antara lain:

1. Sistitis atau Infeksi Saluran Kemih

2. Obstruksi (bladder outlet obstruction) klep uretra posterior pada anak

lelaki

3. Instabilitas detrusor

4. Duplikasi sistem pelvikalises

5. Divertikulum para vesika (Hutch) (Purnomo, 2011).

4

Page 5: Referat Vur (Dr.besut) Fixx5-1123

2.4. Patofisiologi

VUR dapat dibagi menjadi dua kategori : primer dan sekunder. VUR

primer terkait dengan incompetent ureterovesical junction (UVJ) dengan

kegagalan penutupan oleh kompresi kandung kemih selama mengisi. VUR

primer, anak lahir dengan ureter yang tumbuhnya tidak cukup panjang

selama perkembangan anak dalam rahim. Katup dibentuk oleh ureter

menekan berlawanan dengan dinding kandung kemih tidak menutup dengan

benar, sehingga refluks urin dari kandung kemih ke ureter dan ginjal bisa

terjadi. Penelitian mengungkapkan rasio normal antara panjang ureter

intravesical dengan diameternya adal ah sekitar 5:1. Rasio yang lebih

rendah bisa menyebabkan terjadinya reflux urin dari kandung kemih ke

saluran kemih atas (Chemaly et al, 2015).

VUR sekunder terjadi karena penyumbatan pada saluran kemih

yang menyebabkan peningkatan tekanan dan mendorong urin kembali ke

ureter. Anak-anak dengan VUR sekunder sering memiliki bilateral refluks.

Refluks sekunder berasal dari anomali yang mempengaruhi integritas ureter

atau dinamika fungsional kandung kemih. Ureter yang dilated dengan

perubahan otot (sindrom Prune-Belly dengan VUR pada 75%), bladder outlet

obstructions (BOO) (70%), ureterocele pada pasien wanita, masalah

neurofunctional kandung kemih, disfungsi saluran kemih bawah (LUTS)

seperti dysfunctional voiding atau dysfunctional elimination syndrome

menyebabkan refluks sekunder (Chemaly et al, 2015).

2.5. Manifestasi Klinik

Kasus VUR dengan hidronefrosis intrauterin biasanya bersifat

asimtomatik. Manifestasi klinis pada neonatus berupa gangguan pernafasan,

muntah berulang, gagal ginjal, masa di abdomen, asites akibat urin, gagal

tumbuh dengan atau tanpa demam. Anak yang lebih tua akan bermanifestasi

dalam bentuk gejala-gejala ISK seperti urgensi, miksi yang frekuen, rasa

tidak puas setelah miksi, disuri, nyeri abdomen, enuresis nokturnal dan

diurnal, bisa terjadi gagal tumbuh dan gangguan gastrointestinal seperti mual

muntah (Nelson, 2008).

5

Page 6: Referat Vur (Dr.besut) Fixx5-1123

2.6. Diagnosis

Diagnosis VUR ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan laboratorium, pencitraan dan pemeriksaan penunjang lainnya.

2.6.1 Anamnesis

Anak-anak yang berusia lebih tua dapat ditemukan dengan gejala

yang tidak khas untuk ISK seperti muntah, diare, anoreksia, dan letargi.

Urgensi, frekuensi, disuria, nokturnal dan enuresis diurnal merupakan gejala

khas yang sering muncul pada anak-anak dengan ISK. Anak-anak juga

dapat mengeluhkan nyeri perut disertai nyeri tekan pada daerah pinggang.

Bila keluhan disertai dengan demam maka akan menambah kecurigaan

terjadinya pielonefritis, namun hal ini belum cukup untuk dignosa dari

pielonefritis. Sehingga untuk diagnosa pielonefritis dibutuhkan suatu metoda

pemeriksaan lebih lanjut lagi. Gejala lain yang berhubungan ISK adalah

gagal tumbuh dan gangguan saluran cerna (Nelson, 2008).

2.6.2 Pemeriksaan Fisik

Pasien yang diduga mengalami VUR pada inspeksi dapat terlihat

perut yang membuncit. Pada palpasi bimanual dapat timbul keluhan nyeri

tekan dibawah arkus kosta dan pada beberapa kasus ditemukan

pembesaran ginjal. Bila hasil palpasi bimanual pasien merasakan nyeri,

maka tidak dilanjutkan ke pemeriksaan perkusi. Pada pemeriksaan perkusi

di sudut kostovertebra dapat diketahui adanya pemebesaran ginjal dengan

hasil yang lebih akurat dari palpasi (Purnomo, 2011; Nelson, 2008)

2.6.3 Pemeriksaan Penunjang

2.6.3.1 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium urin lengkap, kultur urin, pemeriksaan

hitung sel darah lengkap. Pada bayi neonatus yang diketahui menderita

hidronefrosis antenatal ataupun post natal, harus dilakukan pemeriksaan

urinalisis dan kultur urine, untuk menyingkirkan adanya ISK (Purnomo,

2011). Pemeriksaan urinalisis bertujuan untuk mengevaluasi jumlah leukosit

6

Page 7: Referat Vur (Dr.besut) Fixx5-1123

dan bakteri yang ada, dari pemeriksaan ini dapat diketahui ada tidaknya

suatu proses infeksi pada pasien ini.

Diagnosa pasti dari ISK tergantung pada hasil pemeriksaan kultur

cairan urin. Cara pengambilan spesimen cairan urin yang standar adalah

melalui aspirasi suprapubik. Namun prosedur ini jarang dilakukan di dalam

praktek klinis sehari-hari. Cara pengambilan spesimen yang lain adalah

kateterisasi uretral yang dapat memberikan spesifisitas yang lebih baik, hasil

akan bermakna secara klinis bila ditemukan lebih dari 1.000 Colony-Forming

Unit (CFU)/mL. Pada anak-anak yang sudah pandai berkemih sendiri dapat

dilakukan pengambilan spesimen cairan urin aliran-tengah (mid-stream)

untuk kultur. Hasil akan bermakna apabila ditemukan 100.000 CFU/mL dari

spesimen tersebut. Cara alternatif lainnya adalah dengan pengambilan

cairan urin dari kantong urin yang paling sering dikerjakan pada bayi. Apabila

hasil yang ditemukan kurang lebih 10% dari 50.000 CFU/mL yang tumbuh

pada spesimen tersebut, maka hasil pemeriksaan tidak ada hubungannya

dengan infeksi yang terjadi (Nelson, 2008). Pemeriksaan urinalisis yang

disertai dengan faal ginjal sepeti serum creatinin dapat membantu dalam

mengevaluasi kondisi ginjal salah satunya melalui keberadaan proteinuria

yang dapat menunjukkan suatu kerusakan pada ginjal (Purnomo, 2011).

2.6.3.2 Pemeriksaan Radiologis

Ultrasonografi

USG urologi untuk menilai keadaan ginjal, ureter, dan buli-buli. Pada

USG ginjal, dicari kemungkinan adanya hidronefrosis dan sekaligus

menentukan penderajatannya. Jika ditemukan hidronefrosis harus

diperhatikan ada tidaknya dilatasi uereter.

USG buli-buli dilakukan untuk menilai ketebalan dindingnya, melihat

adanya dilatasi ureter, dan mencari kemungkinan adanya ureterokel atau

ureter ektopik (Purnomo, 2011).

Kelebihan dari USG adalah dapat melakukan deteksi VUR tanpa

radiasi. Pada suatu penelitian menggunakan penyuntikan micro-bubble

sebagai suatu zat kontras didapatkan hasil sensitifitas 92% dan spesifisitas

93% bila dibandingkan dengan VCUG. Hampir sama dengan RNC

(Sistografi Radionuklida), kelemahan utama dari pemeriksaan ini adalah

7

Page 8: Referat Vur (Dr.besut) Fixx5-1123

kurangnya informasi anatomi yang tepat, dan metode ini masih digunakan

terbatas hanya untuk penelitian saja. Tujuan utama dari USG ginjal adalah

untuk menilai ukuran ginjal, ketebalan parenkim, dan dilatasi sistem saluran

kemih. USG telah menjadi pemeriksaan deteksi pilihan untuk saluran kemih,

menggeserkan penggunaan urografi IV karena tiadanya radiasi yang

digunakan, tiadanya risiko dari komplikasi zat kontras, dan merupakan teknik

yang tidak invasif. Namun USG tidak dapat mengeluarkan VUR dari

diagnosa banding, dan hanya VCUG dan RNC yang dapat melakukannya.

Sebagai tambahan, anak-anak dengan hydronephrosis prenatal harus

dievaluasi kembali setelah kelahiran. USG dilaksanakan selama 3 hari

pertama kelahiran yang dapat memiliki tingkat negatif-palsu yang tinggi,

yang dapat disebabkan oleh keadaan dehidrasi selama periode neonatal

(Nelson, 2008).

VCUG (Voiding Cysto-Urethrography)

VCUG adalah standar diagnosis VUR. Pemeriksaan VCUG harus

dikerjakan pada saat bebas infeksi, karena kalau masih terdapat infeksi,

endotoksin bakteri dan edema mukosa akan mempengaruhi fungsi klep

uretrovesika, sehingga menyebabkan dilatasi ureter dan menyebabkan

ketidakpastian diagnosis (Purnomo, 2011).

Pemeriksaan VCUG memberikan informasi anatomi secara detil dan

memberikan derajat (grade) dari VUR. Pada pemeriksaan VCUG, sebaiknya

dilakukan setelah anak sembuh dari ISK karena dapat menunjukkan hasil

yang tidak akurat. Hal ini disebabkan karena adanya paralisis dan

kelemahan dari otot ureter oleh endotoksin yang dihasilkan oleh bakteri.

Informasi tambahan dari VCUG adalah dapat memberikan pencitraan uretra

yang berguna pada laki-laki untuk penilaian dari katup uretra posterior.

VCUG dapat memberikan informasi mengenai kapasitas dan proses

pengosongan VU serta dapat memberikan gambaran adanya obstruksi dari

luar saluran kemih baian bawah, seperti karena trabekula VU atau

divertikulum (Hatch, 2006).

8

Page 9: Referat Vur (Dr.besut) Fixx5-1123

Gambar 2.1 Derajat Vesicoureteral Reflux (Texas Pediatric

Surgical Associates, 2005)

Radionuclide Cystography (RNC)

Sistografi Radionuklida bertujuan untuk memantau efektifitas

pengobatan VUR secara medikamentosa, memastikan adanya

pielonefritis dengan memasukkan radiofarmaka 99M-pertechnetate ke

dalam esikoureter dan pencitraan degan suatu kamera gamma adalah

suatu prosedur pemeriksaan yang sangat sensitif untuk VUR.

Keuntungan dari pemeriksaan ini adalah penggunaan dosis radiasi yang

lebih rendah dan dapat menambah sensitivitas karena dapat dilakukan

dalam jangka waktu yang lebih panjang untuk pengawasan. Kelemahan

utama adalah informasi anatomi yang kurang baik (Tekgul et al, 2008).

Reflux grade I kurang terdeteksi dengan baik oleh pemeriksaan

Sistografi Radionuklida karena ureter distal biasanya tertutup oleh

vesikoureter. Di bagian Kedokteran Nuklir RSHS Bandung derajat

penilaiandari dari pemeriksaan Sistografi Radionuklida dapat dibagi

menjadi tiga penilaian yaitu:

9

Page 10: Referat Vur (Dr.besut) Fixx5-1123

1. Derajat ringan (derajat I dan II) tampak radioaktivitas di distal

uereter.

2. Derajat sedang (derajat III) tampak radioaktivitas di sistem

pelvikalises.

3. Derajat berat (derajat IV dan V) tampak radioaktivitas berlebih

terlihat di sistem koleksi ginjal (Tekgul et al, 2008)

Skintigrafi Ginjal

Untuk mendeteksi adanya pielonefritis dan jaringan parut ginjal

akibat refluks, dengan memakai technetium Tc 99m-labeled

dimercaptosuccinic acid (DMSA). Pemeriksaan ini untuk menilai adanya

kerusakan korteks ginjal, memantau fungsi ginjal dan menentukan ada

tidaknya jaringan parut ginjal (Purnomo, 2011).

2.7 Penatalaksanaan

Prinsip pengelolaan VUR adalah penegakan diagnosis sedini mugkin

dan pengawasan yang ketat selama terapi dan sesudah operasi. Tujuan

terapi adalah menjaga supaya ginjal tetap tumbuh normal dan mencegah

kerusakan parenkim (Purnomo, 2011). Rencana tatalaksana harus

mempertimbangkan usia, jenis kelamin, derajat refluks serta ada tidaknya

kelainan urologi lainnya.

2.7.1. Medikamentosa

Tujuan dari terapi konservatif adalah pencegahan terjadinya ISK yaitu

dengan pemberian antibiotik profilaksis. Pemberian antibiotika profilaksis

dosis rendah untuk mempertahankan agar urin tetap steril. Sehubungan

masih ada kemungkinan timbulnya jaringan parut baru hingga 2 tahun

setelah dimulai terapi, sebaiknya antibiotika diberikan paling sedikit sampai

periode tersebut, dengan tetap mengadakan pengawasan secara teratur

untuk menilai kemungkinan reflux sudah membaik (Purnomo, 2011).

Penggunaan antibiotik profilaksis jangka panjang hingga saat ini

masih menjadi pilihan terapi konservatif dalam pengelolaan anak-anak

dengan VUR. Beberapa antibiotik yang paling sering digunakan adalah

nitrofurantoin, kotrimoksazol, amoksisilin dan sefalosporin (Cendron, 2008).

10

Page 11: Referat Vur (Dr.besut) Fixx5-1123

Penghentian antibiotik dapat dihentikan pada kondisi : anak-anak usia

sekolah dengan VUR derajat rendah, pola berkemih normal,ginjal tanpa

hidronefrosis atau bekas luka, dan anatomi urogenital yang normal (Costers

et al, 2008).

2.7.2 Terapi Intervensi

Apabila terapi konservatif gagal, dipertimbangkan terapi

pembedahan. Tindakan intervensi untuk koreksi VUR meliputi operasi

terbuka, laparaskopi, maupun dengan cara menyuntikkan bahan tertentu

melalui sitoskopi. Bahan tersebut disuntikkan pada lapisan submukosa

sehingga membentuk penonjolan pada sebelah proksimal orifisium ureter.

Keberhasilan cara injeksi ini bervariasi tergantung pada derjat reflux

(Purnomo, 2011).

Prinsip operasi VUR adalah memperpanjang tunel submukosa ureter,

yang dapat dilakukan melalui teknik intra, maupun ekstra vesika. Teknik

tersebut aman dengan komplikasi cukup rendah dan keberhasilannya tinggi

(92-98%). Sekarang ini teknik populer adalah Lich-Gregoir, Politano-

Leadbetter, Cohen dan ureteroneosistostomi Psoas-Hitch (Purnomo, 2011).

Pembedahan pada usia yang sangat dini mempunyai resiko yang

sangat tinggi, dapat mempengaruhi fungsi buli-buli. Jika direncanakan teknik

ekstravesika, didahului dengan sistoskopi untuk menilai keadaan mukosa

buli-buli, dan posisi maupun bentuk orifisium ureter (Purnomo, 2011).

2.7.3 Follow Up

Anak anak dengan terapi pengobatan biasanya diminta untuk

kotrol setiap tahun. Dianjurkan pasien kontrol rutin setelah operasi koreksi

VUR. Yang terpenting pada pengawasan ini adalah evaluasi rutin termasuk

urinalisis dan kultur urin, pencitraan serta pengukuran tekanan darah

(Purnomo, 2011).

11

Page 12: Referat Vur (Dr.besut) Fixx5-1123

BAB III

HASIL DAN DISKUSI

3.1. Data Rekam Medik Vesicourethral Reflux dan Infeksi Saluran Kemih di

RSSA

Dalam referat ini juga akan dibahas mengenai kasus-kasus VUR

yang ada di RSSA dalam kurun waktu 4 tahun terakhir. Kasus VUR yang

ditemukan di RSSA dapat dikatakan jarang. Berdasarkan data dari rekam

medik yang terdapat di RSSA dari tahun 2011 hingga 2014, terdapat 5 kasus

VUR. Pada grafik di bawah ini menunjukkan jumlah pasien VUR di RSSA

pertahunnya (Gambar 1).

2011 2012 2013 20140

0.5

1

1.5

2

2.5

Jumlah kasus VUR

Jumlah kasus

Gambar 3.1 Jumlah Kasus VUR di RSSA dari Tahun 2011-2014

Dari data rekam medik RSSA tahun 2011 sehingga 2014 jumlah

kasus ISK adalah sebanyak 1668 kasus. Jumlah kasus ISK ditampilkan

untuk perbandingan karena seringkali VUR tidak dideteksi. Jumlah kasus

VUR dari jumlah kasus ISK adalah sebanyak 0,3% atau rasio sebanyak satu

kasus VUR dari setiap 333 ISK. Menurut Purnomo, 2011, dari 1,1 juta

penderita ISK bawah 18 tahun ditemukan sebanyak 25.000 anak yang

mempunyai VUR dengan persentase 2,27% atau satu kasus VUR untuk

setiap 44 kasus ISK.

12

Page 13: Referat Vur (Dr.besut) Fixx5-1123

Tahun Jumlah kasus ISK di RSSA

2011 350

2012 375

2013 438

2014 505

Total 1668

Tabel 3.1 Jumlah Kasus ISK di RSSA dari Tahun 2011-2014

2011 2012 2013 20140

100

200

300

400

500

600

Jumlah kasus ISK

Jumlah kasus

Gambar 3.2 Jumlah Kasus ISK di RSSA dari Tahun 2011-2014

Berdasarkan jenis kelamin pada kasus VUR, dari 5 kasus tersebut

didapatkan jumlah pasien laki-laki 2 orang dan jumlah pasien perempuan 3

orang (Gambar 3.3). Penemuan di RSSA ini sesuai dengan teori yang ada.

Dalam teori, VUR tampaknya menjadi 5-6 kali lebih sering terjadi pada

perempuan dibandingkan pada laki-laki.

13

Page 14: Referat Vur (Dr.besut) Fixx5-1123

Jenis kelamin

Laki-lakiPerempuan

Gambar 3.3 Perbandingan Jenis Kelamin Pasien VUR di RSSA dari Tahun 2011-2014

Studi epidemiologi dengan menggunakan VCUG melaporkan bahwa

VUR dijumpai pada 1% pada neonatus, bayi, dan anak-anak. VUR lebih

umum pada bayi laki-laki baru lahir, tapi VUR tampaknya menjadi 5-6 kali

lebih sering terjadi pada perempuan di atas usia satu tahun dibandingkan

pada laki-laki. Insiden menurun dengan meningkatnya usia pasien. Di bawah

ini adalah grafik usia pasien VUR yang datang ke RSSA. Dari data tersebut

menunjukkan usia tersering adalah usia 2 tahun sebanyak 60 % kasus dan

sisanya pada usia 3 tahun dan 20 tahun. Dari data, sering ditemukan kasus

untuk usia anak-anak namun tidak ditemukan kasus pada neonatus dan

bayi.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 200

10

20

30

40

50

60

70

Usia

Usia

Gambar 3.4 Perbandingan Usia Pasien VUR di RSSA dari Tahun 2011-2014

14

Page 15: Referat Vur (Dr.besut) Fixx5-1123

Kasus VUR dapat terbagi pada sisi unilateral atau bilateral. Ada

sebanyak satu kasus VUR yang unilateral atau 20 % jumlah kasus dan

empat kasus yang bilateral iaitu 80% kasus. Menurut Dogan et al ,2014, dari

sejumlah 398 kasus VUR, terdapat sebanyak 135 kasus VUR unilateral atau

34% kasus dan 263 kasus VUR bilateral atau 66 % kasus. Sesuai dengan

teori, jumlah kasus VUR bilateral adalah lebih banyak di banding dengan

unilateral.

Unilateral Bilateral0

0.51

1.52

2.53

3.54

4.5

Jenis VUR

Jumlah kasus

Gambar 3.5 Perbandingan Jenis Kasus VUR di RSSA dari Tahun 2011-2014

15

Page 16: Referat Vur (Dr.besut) Fixx5-1123

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

Vesikoureteral reflux (VUR) merupakan penyakit yang

sering terjadi pada neonatus, bayi dan anak-anak. Namun, data yang

diperoleh dari penelitian ini tidak menggambarkan jumlah kasus VUR

yang sebenarnya di RSSA. Cara diagnosa VUR pada neonatus, bayi

dan anak-anak sering tidak diberi perhatian khusus sehingga terjadi

ISK yang merupakan komplikasi VUR tidak didiagnosa secara tepat.

4.2 SARAN

Tenaga kesehatan khususnya yang berkaitan dengan anak

harus diingatkan tentang penyakit VUR sebagai salah satu penyebab

ISK yang sering kelewatan supaya tidak terjadi komplikasi yang lebih

buruk seperti hydronephrosis.

Kelemahan dari penelitian ini adalah tidak adanya data

mengenai grading VUR pada penderita. Di harapkan kedepannya

ada penelitian tentang grading VUR yang lebih lengkap buat

mengetahui prognosa dan prevalensi penyakit ini buat

penatalaksanaan VUR yang lebih baik.

16

Page 17: Referat Vur (Dr.besut) Fixx5-1123

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, N. dan Rodjani, A. 2010. The Management of Vesicoureteral Reflux in

Children, Paeditrica Indonesiana, vol 50, no. 5, hal. 1-10

Cendron, M., 2008. Review Article Antibiotic Prophylaxis in the Management of

Vesicoureteral Reflux. Advances in Urology, vol. 2008, hal 1-6

Chemaly AK, Aoun R, Feghali J, Mourani C, Moukarzel M, 2015. Mini-Review on

Pathogenesis and Diagnosis of Vesiciureteral Reflux in Children.

Urology & Nephrology Open Acces Journal 2015

Costers, M., Damme-Lombaerts, D., Levtchenko, E., Bogaert, G. 2008. Review

Article Antibiotic Prophylaxis for Children with Primary Vesicoureteral

Reflux:Where Do We Stand Today? Advances in Urology, vol. 2008, hal.

1-6

Dogan, Hasan Serkan, Bozaci, Ali Cansu, Ozdemir, Burhan, Tonyali, Senol, &

Tekgul, Serdar. (2014). Ureteroneocystostomy in primary vesicoureteral

reflux: critical retrospective analysis of factors affecting the postoperative

urinary tract infection rates. International braz j urol, 40(4), 539-545.

Diakses tanggal 16 Mei 2015, :http://www.scielo.br/scielo.php?

script=sci_arttext&pid=S1677-55382014000400539&lng=en&tlng=en.

10.1590/S1677-5538.IBJU.2014.04.14.

Hatch, D.A., Ouwenga, M.K.2006. Henkin RE (ed) Nuclear medicine. Pediatric

urology, vol. 68, hal. 1089-1107

Indriyani, S., Suarta K., 2006. Refluks Vesiko Ureter, Sari Pediatri. Vol. 8, No. 3,

December 2006:218-225

Nelson PC, Koo PH. Vesicoureteral Reflux. Updated Sep 9, 2008. Tersedia :

http://emedicine.medscape.com/article/1016439-overview.

Purnomo, B.B. 2011 Refluks Vesiko Ureter. Dasar – dasar Urologi. Ed.ke-3, hal

212-219, Sagung Seto : Malang

Tekgul, S., Riedmiller, H., Hoeboko, P., Kocvara, R., Nijman, R.J.M Radmayr, C.,

Stein, R., Dogan, H. S. 2012. EAU Guidelines on Vesicoureteal Refluxin

Children. European Urology, vol 62 hal. 534-542

17

Page 18: Referat Vur (Dr.besut) Fixx5-1123

Winata, V.I. dan Hilmanto, D. 2009. Refluks Vesiko Ureter Derajat V pada Anak

Perempuan Usia 9 tahun. Majalah Kedokteran Indonesia, vol. 59, no1,

hal 29-34

Williams, G., Fletcher, J. T., Alexander, S. I., dan Craig, J.C. 2008. Vesicoureteral

Reflux. Journal American Social Nephrology, vol. 19, hal. 847-862

18