referat stroke pd usia muda.docx
DESCRIPTION
referat stroke pd usia mudaTRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Hidup dimulai di usia 30 – 40 tahun, sebab di usia inilah seseorang tengah berada di
puncak karir. Di usia ini pula seseorang tengah menikmati apa yang menjadi perjuangannya
sejak usia 20 sampai 30-an. Sayangnya di usia ini pula penyakit stroke mencari mangsa.
Stroke bukan monopoli penyakit orang tua, orang yang masih mudapun banyak yang
terserang penyakit ini. Walaupun penyakit ini sering didominasi pada orang tua, tetapi fakta
menunjukkan banyak orang mati muda karena terserang stroke. Boleh dibilang penyakit stroke
menyerang kepada siapa saja tanpa memandang usia.
Stroke juga disebut dengan GPDO (Gangguan Peredaran Darah Otak), dinegara maju
merupakan penyebab kematian no3 (tiga) setelah penyakit jantung dan kanker pada kelompok
usia lanjut, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat pertama. Terdapat banyak sekali
penyebab stroke dan gejala-gejala stroke pada orang muda, tetapi banyak dari keadaan ini yang
dapat diobati dengan terapi yang adekuat dapat mengurangi resiko stroke atau membatasi defisit
neurologis jika stroke telah terjadi.
STROKE PADA USIA MUDA
DEFENISI
Stroke adalah serangan mendadak pada otak akibat pembuluh darah otak tersumbat atau
pecah, biasanya kondisi ini diikuti dengan gejala seperti nyeri kepala hebat, penurunan kesadaran
dan kejang mendadak. Juga terjadi gangguan daya ingat, keseimbangan dan gangguan orientasi
tempat, waktu dan ruang.
Stroke adalah gangguan fungsi otak akibat aliran darah ke otak mengalami gangguan
akibat dari nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan oleh otak tak terpenui dengan baik. Penyakit ini
sering diidentikkan dengan kelumpuhan anggota gerak yang menyerang secara tiba-tiba serta
terjadinya penurunan kesadaran.
Stroke adalah suatu gangguan atau bencana peredaran darah di otak yang dalam bahasa
asing disebut sebagai Cerebro Vascular Accident (CVA). Tidak jarang pula akibat dari stroke
dapat menyebabkan orang menjadi cacat sehingga menggangu pekerjaan sehari-hari dan menjadi
beban keluarga.
Stroke adalah sindroma klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat yaitu
berupa manifestasi defisit neurologis fokal atau globalo yang berlangsung dalam waktu 24 jam
atau lebih atau langsung menimbilkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak non traumatik.
EPIDEMIOLOGI
Stroke dapat terjadi pada setiap usia, namun yang sering terjadi pada usia >40 tahun.
Umumnya laki-laki lebih banyak dari pada wanita. Insiden penyakit kardiovaskulernya pada
anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun adalah 2,5 per 100.000 penduduk/tahun yang
mencapai 34 per 100.000 penduduk pada orang yang berusia kurang dari 55 tahun.
Angka kejadian stroke terus meningkat seiring bertambahnya usia. Makin tinggi usia
seseorang, makin tinggi angka kemungkinan untuk terkena stroke. Secara umum dapat dikatakan
bahwa angka kejadian stroke adalah 200 per 100.000 penduduk dalam 1 tahun. Bila ditinjau dari
jenis usia adalah :
- Kelompok usia 30 – 44 tahun angka kejadian 0,2 per 1000
1
- Kelompok usia 45 – 54 tahun 0,7 per 1000.
- Kelompok usia 55 – 64 tahun 1,8 per 1000.
- Kelompok usia 65 – 74 tahun 2,7 per 1000.
- Kelompok usia 75 – 84 tahun 10,4 per 1000.
- Kelompok usia >85 tahun 13,9 per 1000.
ETIOLOGI
Pada wanita muda penyebab stroke antara lain ada riwayat stroke keluarga, defesiensi
protein darah dan kelainan gen, keguguran yang berulang tanpa sebab, migrain, kontrasepsional.
Pada kelompok usia muda dan wanita muda yaitu yang paling sering disebabkan oleh
cacat pembuluh darah bawaan atau anomali-anomali bawaan pada usia yang muda, akibat
antibodi antikardiolipid, stress, alkohol, faktor keturunan (gen), penyalahgunaan narkoba, pola
makan yang salah, merokok, kurang olahraga, dan gaya hidup yang tidak sehat.
Hemoglobinopati heredit dengan predisposisi terhadap stroke termasuk sickle sick
disease (Hemoglobin S-S), penyakit sickle cell trait (Hemoglobin S-A), dan hemoglobin C dan
hemoglobin S-C. Infark serebri terjadi pada 5% pasien dengan sickle sick disease. Komplikasi
ini mungkin akibat dari arteriolopati progresif yang sekunder dari abnormalitas intima yang
berhubungan proliferasi fibroblastik pada dinding pembuluh darah. Infrak cerebri dapat terjadi
pada daerah distribusi arteri serebri media dengan lesi-lesi multipel atau dengan ”silent stroke”
yang dideteksi dengan MRI atau transcranial Doppler Ultrasound pada anak-anak yang beresiko,
dimana pemeriksaan neurologis normal.
FAKTOR RESIKO
- Faktor resiko mayor (faktor Dominan)
1. Hipertensi
2. Pernah terserang stroke
3. Penyakit jantung
4. Sudah ada manifestasi aterosklerosis secara klinis (gejala-gejala pengerasan pembuluh
darah), gangguan pembuluh darah koroner, gangguan pembuluh darah karotis,
2
klaudikasio intermitten (nyeri yang hilang timbul), denyut nadi perifer tidak ada, dan
lain-lain.
5. Diabetes Melitus.
6. Polisitemia (banyak sel-sel darah)
- Faktor resiko minor
1. Kadar lemak darah yang tinggi
2. Hematokrit tinggi
3. Merokok
4. Kegemukan (obesitas)
5. Kadar asam urat tinggi
6. Kurang gerak badan/olahraga
7. Fibrinnogen tinggi.
- Faktor resiko yang tidak dapat diubah
Usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, riwayat TIA/Stroke, Penyakit jantung koroner,
fibrilasi Atrium, Heterozigot atau Homozigot untuk Homosisturia, faktor Genetika.
- Faktor resiko yang dapat diubah
Merokok, DM, Hipertensi, penyalagunaan alkohol dan obat-obatan, kontrasepsi oral,
hematokrit meningkat, bruit karotis asimtomatis, hiperunisemia, dislipidemia.
KLASIFIKASI
Secara garis besar stroke berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
1. StrokeHemoragik
Terjadinya infark hemoragik diketahui adanya reperfusi oleh pembuluh darah setelah
oklusi hilang. Diasumsikan bahwa adanya tekanan baru arteri pada kapiler-kapiler
menyebabkan terjadinya diapedesis eritrosit melalui dinding kapiler yang hipoksia.
Semakin sering terjadi reperfusi, semakin rusak pula dinding kapiler dan makin
memperbanyak kemungkinan daerah infark hemoragik.
3
Berbeda dengan infark nonhemoragik secara patologik pada infark hemoragik
ditemukan banyak eritrosit di sekeliling daerah nekrosis yang umumnya menetap lebih
lama yaitu beberapa jam sampai 2 minggu ataupun setelah oklusi arteri. Ini adalah jenis
stroke yang sangat mematikan, tetapi relatif hanya menyusun sebagian kecil dari stroke
total (10-15% untuk perdarahan intraserebrum dan 5% untuk perdarahan subarakhnoid).
Gambar Perbedaan stroke hemoragik dan stroke iskemik
Menurut WHO dalam International Statistical Classification of Disease and
Related Health Problems 10th Revision, stroke Hemoragik di bagi atas :
1) Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intraserebral disebut juga perdarahan intraparenkim atau
hematoma intrakranial.Stroke jenis ini terjadi karena disebabkan suatu aneurisma
yang pecah ataupun karena suatu penyakit yang menyebabkan dinding arteri
menipis dan rapuh seperti pada hipertensi dan angiopati amiloid.Hal ini
menyebabkan darah bocor ke otak dan menekan bangunan-bangunan di
otak.Peningkatan tekanan secara tiba-tiba menyebabkan kerusakan sel-sel otak di
sekitar genangan darah.Jika jumlah darah yang bocor meningkat dengan cepat,
maka tekanan otak meningkat drastis.Hal ini menyebabkan hilangnya kesadaran
bahkan dapat menyebabkan kematian.Penyebab perdarahan intraserebral yang
paling sering adalah hipertensi dan aterosklerosis serebral karena perubahan
degeneratif yang disebabkan oleh penyakit ini biasanya dapat menyebabkan
ruptur pembuluh darah.
4
Adapun penyebab perdarahan intraserebral :
Hipertensi (80%)
Aneurisma
Malformasi arteriovenous
Neoplasma
Gangguan koagulasi seperti hemofilia
Antikoagulan
Vaskulitis
Trauma
Idiophatic
2) Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan subarachnoid merupakan perdarahan yang terjadi di rongga
subarachnoid.Perdarahan ini kebanyakan berasal dari perdarahan arterial akibat
pecahnya suatu aneurisma pembuluh darah serebral atau AVM yang ruptur di
samping juga sebab-sebab yang lain. Perdarahan subarakhnoid terjadi ketika
pembuluh darah di luar otak mengalami ruptur.Hal ini menyebabkan daerah di
antara tulang tengkorak dan otak dengan cepat terisi darah Perdarahan
subarachnoid terdiri dari 5% dari semua kejadian stroke.
Pada perdarahan subarachnoid, perdarahan terjadi di sekeliling otak hingga ke
ruang subarachnoid dan ruang cairan serebrospinal.Penyebab perdarahan
subarachnoid :
Aneurisma (70-75%)
Malformasi arterivenous (5%)
Antikoagulan ( < 5%)
Tumor ( < 5% )
Vaskulitis (<5%)
Tidak di ketahui (15%)
2. Stroke Non Hemoragik
Stroke karenda penyumbatan dapat dibagi antara lain yaitu:
5
1. Trombosis serebri
Biasanya ada kerusakan lokal pembuluh darah akibat aterosklerosis. Proses aterosklerosis
ditandai oleh plak berlemak pada tunika intima arteri besar. Plak cenderung terbentuk
pada percabangan atau tempat yang melengkung. Pembuluh darah yang mempunyai
resiko adalah arteri karotis interna, arteri vertebralis bagian atas. Hilangnya tunika intima
membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit akan menempel pada permukaan terbuka
sehingga permukaan dinding menjadi kasar. Trombosit akan menempel pada permukaan
yang terbuka sehingga permukaan dinding menjadi kasar. Trombosit akan melepaskan
enzim adenosin difosfat yang mengawali proses koagulasi. (Sylvia, 1995).
Adesi trombosit (platelet) dapat dipicu oleh produk toksik yang dilepaskan makrofag dan
kerusakkan moderat pada permukaan intima. Trombosit juga melepaskan growth factors
yang menstimulasi migrasi dan proliferasi sel otot polos dan juga berperan pada
pembentukkan lesi fibrointimal pada subendotelial. (Stroke Center, 2003)
2. Emboli serebri
Embolisme serebri biasanya terjadi pada orang yang lebih muda, kebanyakkan emboli
serebri berasal dari suatu trombus di jantung sehingga masalah yang dihadapi
sesungguhnya adalah perwujudan penyakit jantung. Selain itu, emboli juga dapat berasal
dari plak ateroma karotikus atau arteri karotis interna. Setiap bagian otak dapat
mengalami emboli, tempat yang paling sering adalah arteri serebri media bagian atas.
(Sylvia, 1995)
Berdasarkan stadium/pertimbangan waktu terbagi menjadi :
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
Defisit neurologi yang bersifat akut yang terjadi kurang dari 24 jam, dapat hanya
beberapa menit saja. Terjadi perbaikan yang reversible dan penderita pulih seperti
semula dalam waktu kurang dari 24 jam. Etiologi TIA adalah emboli atau trombosis
dan plak pada arteri karotis interna dan arteri vertebralis.
b. Stroke In Evolution (SIE)
Stroke dimana defisit neurologinya terus bertambah berat
c. Reversible Ischemic Neurology Deficit (RIND)
6
Merupakan stroke komplit yang terjadi perbaikkan dalam waktu beberapa hari tetapi
tidak lebih dari satu minggu.
d. Complete Stroke Ischemic
Stroke yang defisit neurologinya sudah menetap.
Perbedaan Stroke Hemoragik dan Non Hemoragik
Gejala Klinis SH SNH
PIS PSA
Gejala defisit fokal Berat Ringan Berat/ringan
Permulaan (onset) Menit/jam 1-2 menit Pelan (jam/hari)
Nyeri kepala Hebat Sangat hebat Ringan/tidak ada
Muntah pada
awalnya
Sering Sering Tidak, kecuali lesi
di batang otak
Hipertensi Hampir selalu Biasanya tidak Selalu
Kesadaran Bisa hilang Bisa hilang
sebentar
Bisa hilang/tidak
Hemiparesis Sering sejak awal Permulaan tidak
ada
Sering dari awal
Kaku kuduk Jarang Ada Tidak ada
Gangguan bicara Bisa ada Jarang Sering
PATOFISIOLOGI
Stroke hemoragik adalah suatu kondisi yang terjadi terutama disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah di otak. Pembuluh darah pecah dan kemudian melepaskan
darah ke otak. Penelitian menunjukkan bahwa hampir 20% dari stroke yang terjadi
merupakan stroke hemoragik. Perdarahan intrakranial meliputi perdarahan di parenkim
otak dan perdarahan subarachnoid. Insidens perdarahan intrakranial kurang lebih 20 %
adalah stroke hemoragik, dimana masing-masing 10% adalah perdarahan subarachnoid
dan perdarahan intraserebral (Caplan, 2000).
7
Setelah pecahnya arteri, pembuluh darah tidak mampu membawa darah dan
oksigen ke otak dan menyebabkan sel mati. Alasan lain yang dapat menyebabkan stroke
hemoragik adalah darah yang mengalir ke otak akibat pecahnya pembuluh darah tersebut
membentuk gumpalan di dalam otak dan menyebabkan kerusakkan jaringan otak. Hal ini
dapat menyebabkan kerusakan fungsi otak.
Perdarahan menyebabkan kerusakan neurologis melalui dua cara yaitu kerusakan
otak yang nyata terjadi pada saat perdarahan. Ini terutama pada kasus dimana hematoma
meluas ke medial dan talamus serta ganglia basal rusak. Hematoma yang membelah
korona radiata menyebabkan kerusakkan yang kurang selluler namun mungkin berukuran
besar dan menyebabkan penekanan serta gangguan fungsi neurologis yang mungkin
reversibel.
Pada perdarahan intraserebral (PIC), perdarahan terjadi secara langsung ke dalam
parenkim otak. Mekanisme yang biasa dianggap kebocoran dari arteri intraserebral kecil
rusak oleh hipertensi kronis. Mekanisme lainnya termasuk diatesis pendarahan,
antikoagulasi iatrogenik, amiloidosis otak dan penyalahgunaan kokain. Perdarahan
intraserebral memiliki predileksi dalam otak, termasuk thalamus, putamen, otak kecil dan
batang otak. Selain daerah otak terluka oleh pendarahan, ptak sekitarnya dapat rusak oleh
tekanan yang dihasilkan oleh efek massa hematoma. Kenaikkan umum dalam tekanan
intrakranial dapat terjadi.
Stroke akut sering terjadi saat atau setelah latihan fisik. Sekitar dua pertiga akan
mengalami perburukkan neurologis progresif dan sepertiganya dalam defisit maksimal
saat datang ke rumah sakit. Penurunan kesadaran terjadi pada 60% dan duapertiganya
jatuh dalam kondisi koma. Nyeri kepala, mual disertai muntah terjadi pada 20-40%
kasus. Gejala ini karena peninggian TIK akibat perdarahan. Kejang terjadi sekitar 7-14%.
Gejala dan tanda lainnya bergantung ukuran dan lokasi spesifik dari bekuan darah. Tanda
khas perdarahan ganglia basal, biasanya putaminal, adalah defisit motor kontralateral dan
gaze ipsilateral dengan perubahan sensori, visual dan perilaku. Perubahan pupil terjadi
akibat herniasi unkal lobus temporal mengakibatkan midline shift. Gejala afasia bila
hemisfer dominan terkena).
Perdarahan subarachnoid adalah suatu kondisi berupa perdarahan yang terjadi
dalam jarak antara bagian atas otak dan tulang tengkorak. Penyebab paling umum stroke
8
hemoragik subarachnoid adalah aneurisma. Hal ini ditandai oleh pembengkakan
abnormal dari pembuluh darah di dalam otak diikuti oleh pecahnya pembuluh darah yang
bengkak. Perdarahan intraserebral terjadi karena pendarahn antara otak dan jaringan.
Sebagian besar perdarahan intraserebral disebabkan oleh perubahan drastis dalam fungsi
arteri. Hal ini juga bisa terjadi karena hipertensi jangka panjang. Namun. Banyak
penyebab potensial lainnya yaitu penyakit seperti kanker dan tumor otak.
PATOGENESIS
Patogenesis umum
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri - arteri
yang membentuk sirkulus Willisi : arteri karotis interna dan sistem vertebrobasilar atau
semua cabang - cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus
selama 15 sampai 20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Proses
patologik yang mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses yang terjadi di dalam
pembuluh darah yang memperdarahi otak. Patologinya dapat berupa, (1) keadaan
penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti aterosklerosis dan thrombosis,
robeknya dinding pembuluh darah, atau peradangan; (2) berkurangnya perfusi akibat
gangguan status aliran darah, misalnya syok hiperviskositas darah; (3) gangguan aliran darah
akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung atau pembuluh
ekstrakranium; atau (4) ruptur vaskular didalam jaringan otak atau ruang subaraknoid.
Berdasarkan patogenesis stroke, maka perjalanan sakit akan dijabarkan dibawah ini
menjadi:
1. Stadium prapatogenesis, yaitu stadium sebelum terjadi gejala stroke. Stadium ini
umumnya penderita sudah mempunyai faktor risiko atau memiliki gaya hidup yang
mengakibatkan penderita menderita penyakit degeneratif.
2. Stadium patogenesis, yaitu stadium ini dimulai saat terbentuk lesi patologik sampai
saat lesi tersebut menetap. Gangguan fungsi otak disini adalah akibat adanya lesi pada
otak. Lesi ini umumnya mengalami pemulihan sampai akhirnya terdapat lesi yang
9
menetap. Secara klinis defisit neurologik yang terjadi juga mengalami pemulihan
sampai taraf tertentu.
3. Stadium pascapatogenesis, yaitu stadium ini secara klinis
ditandai dengan defisit neurologik yang cenderung menetap. Usaha yang dapat
dilakukan adalah mengusahakan adaptasi dengan lingkungan atau sedapat
mungkin lingkungan beradaptasi dengan keadaan penderita.
Sehubungan dengan penalataksanaanya maka stadium patogenoesis dapat dibagi menjadi
tiga fase, yaitu :
1. Fase hiperakut atau fase emergensi. Fase ini berlangsung selama 0 - 3 / 12 jam
pasca onset. Penatalaksanaan fase ini lebih ditujukkan untuk menegakkan diagnosis dan
usaha untuk membatasi lesi patologik yang terbentuk.
2. Fase akut. Fase ini berlangsung sesudah 12 jam - 14 hari pasca onset. Penatalaksanaan
pada fase ini ditujukkan untuk prevensi terjadinya komplikasi, usaha yang sangat fokus
pada restorasi/rehabilitasi dini dan usaha preventif sekunder.
3. Fase subakut. Fase ini berlangsung sesudah 14 hari - kurang dari 180 hari pasca onset dan
kebanyakan penderita sudah tidak dirawat di rumah sakit serta penatalaksanaan lebih
ditujukkan untuk usaha preventif sekunder serta usaha yang fokus pada neuro
restoras/rehabilitasi dan usaha menghindari komplikasi.
Patogenesis stroke iskemik
Stroke iskemik terjadi akibat obstruksi atau bekuan disatu atau lebih arteri besar pada
sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat disebabkan oleh bekuan (trombus) yang terbentuk
didalam suatu pembuluh otak atau pembuluh organ distal kemudian bekuan
dapat terlepas pada trombus vaskular distal, atau mungkin terbentuk didalam suatu
organ seperti jantung, dan kemudian dibawa melalui sistem arteri ke otak sebagai suatu
embolus. Pangkal arteria karotis interna (tempat arteria karotis komunis bercabang menjadi
arteria karotis interna dan eksterna) merupakan tempat tersering terbentuknya
arteriosklerosis. Sumbatan aliran di arteria karotis interna sering merupakan penyebab
stroke pada orang berusia lanjut, yang sering mengalami pembentukan plak
arteriosklerosis di pembuluh darah sehingga terjadi penyempitan atau stenosis.
10
Patogenesis stroke haemoragik
Stroke haemoragik terjadi akibat tekanan darah yang sangat
tinggi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan peredaran darah otak atau stroke haemoragik
yang dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu, perdarahan subarachnoid dan perdarahan
intraserebral.
1. Perdarahan subaraknoid
Patogenesis perdarahan subaraknoid yaitu darah keluar dari dinding pembuluh darah
menuju ke permukaan otak dan tersebar dengan cepat melalui aliran cairan otak ke
dalam ruangan di sekitar otak. Perdarahan sering kali berasal dari rupturnya aneurisma di
basal otak atau pada sirkulasi willisii. Perdarahan subaraknoid timbul spontan pada
umumnya dan sekitar 10 % disebabkan karena tekanan darah yang naik dan
terjadi saat aktivitas.
2. Perdarahan intraserebral
Patogenesis perdarahan intraserebral adalah akibat rusaknya struktur vaskular yang sudah
lemah akibat aneurisma yang disebabkan oleh kenaikan darah atau pecahnya pembuluh darah
otak akibat tekanan darah, atau pecahnya pembuluh darah otak akibat tekanan darah yang
melebihi toleransi (Yatsu dkk). Menurut Tole dan Utterback, penyebab perdarahan
intraserebral adalah pecahnya mikroaneurisma Charcot-Bouchard akibat kenaikan tekanan
darah.
MANIFESTASI KLINIS
Kebanyakan stroke yang mengenai hemisfer otak bersifat onset akut dan terjadi
bersamaan dengan hemiparase pada 90% kasus. Sisanya menunjukkan gangguan fungsi
ekstremitas atau gangguan berjalan. Pemeriksaan dapat menunjukkan hemianopia homogen dan
kehilangan hemisensoris. Disfasia terjadi pada keterlibatan hemisfer dominan dan mungkin sulit
dideteksi pada anak-anak usia muda. Kejang sering pada anak-anak muda pada onset stroke;
anak-anak yang lebih tua sering mengeluh sakit kepala. M alvormasi AV dapat berhubungan
dengan gerakan involunter kontralateral.
11
Proses penyumbatan pembuluh darah otak mempunyai beberapa sifat klinis yang spesifik :
1. Timbul mendadak. Timbulnya gejala mendadak dan jarang didahului oleh gejala
pendahuluan (warning signs) seperti sakit kepala, mual, muntah, dan sebagainya.
2. Menunjukkan gejala neurologis kontraleteral terhadap pembuluh yang tersumbat. Tampak
sangat jelas pada penyakit pembuluh darah otak sistem karotis dan perlu lebih teliti pada
observasi sistem vertebra - basilar meskipun prinsipnya sama.
3. Kesadaran dapat menurun sampai koma terutama pada perdarahan otak sedangkan pada
stroke iskemik lebih jarang terjadi penurunan kesadaran.
DIAGNOSIS
Anamnesis
Proses anamnesis akan ditemukan kelumpuhan anggota gerak sebelah badan, mulut
mencong atau bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi dengan baik. Keadaan ini timbul
sangat mendadak, dapat sewaktu bangun tidur, sedang bekerja, ataupun sewaktu istirahat.
Pemeriksaan fisik
Penentuan keadaan kardiovaskular penderita serta fungsi vital seperti tekanan darah kiri
dan kanan, nadi, pernafasan, tentukan juga tingkat kesadaran penderita. Jika kesadaran
menurun, tentukan skor dengan skala koma glasglow agar pemantauan selanjutnya lebih
mudah, tetapi seandainya penderita sadar tentukan berat kerusakan neurologis yang terjadi,
disertai pemeriksaan saraf - saraf otak dan motorik apakah fungsi komunikasi masih
baik atau adakah disfasia. Jika kesadaran menurun dan nilai skala koma glasglow telah
ditentukan, setelah itu lakukan pemeriksaan refleks - refleks batang otak yaitu :
1. Reaksi pupil terhadap cahaya.
2. Refleks kornea.
3. Refleks okulosefalik.
4. Keadaan (refleks) respirasi, apakah terdapat pernafasan
Cheyne Stoke, hiperventilasi neurogen, kluster, apneustik dan ataksik. Setelah itu
tentukan kelumpuhan yang terjadi pada saraf - saraf otak dan anggota gerak.
Kegawatan kehidupan sangat erat hubungannya dengan kesadaran menurun, karena
12
makin dalam penurunan kesadaran, makin kurang baik prognosis neurologis
maupun kehidupan. Kemungkinan perdarahan intra serebral dapat luas sekali
jika terjadi perdarahan - perdarahan retina atau preretina pada pemeriksaan
funduskopi.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan cek laboratorium, pemeriksaan neurokardiologi, pemeriksaanradiologi, penjelasanya adalah sebagai berikut :
1. Laboratorium.
a. Pemeriksaan darah rutin.
b. Pemeriksaan kimia darah lengkap.
1. Gula darah sewaktu.
Stroke akut terjadi hiperglikemia reaktif. Gula darah dapat mencapai 250
mg dalam serum dan kemudian berangsur - angsur kembali turun.
2. Kolesterol, ureum, kreatinin, asam urat, fungsi hati, enzim
SGOT/SGPT/CPK, dan profil lipid (trigliserid, LDH-HDL kolesterol serta
total lipid).
c. Pemeriksaan hemostasis (darah lengkap).
1. Waktu protrombin.
2. Kadar fibrinogen.
3. Viskositas plasma.
d. Pemeriksaan tambahan yang dilakukan atas indikasi Homosistein.
2. Pemeriksaan neurokardiologi
Sebagian kecil penderita stroke terdapat perubahan elektrokardiografi.
Perubahan ini dapat berarti kemungkinan mendapat serangan infark jantung, atau
pada stroke dapat terjadi perubahan - perubahan elektrokardiografi sebagai akibat
perdarahan otak yang menyerupai suatu infark miokard. Pemeriksaan khusus
atas indikasi misalnya CK-MB follow up nya akan memastikan diagnosis. Pada
pemeriksaan EKG dan pemeriksaan fisik mengarah kepada kemungkinan adanya
potensial source of cardiac emboli (PSCE) maka pemeriksaan
13
echocardiografi terutama transesofagial echocardiografi (TEE) dapat
diminta untuk visualisasi emboli cardial.
3. Pemeriksaan radiologi
a. CT-scan otak
Perdarahan intraserebral dapat terlihat segera dan pemeriksaan ini
sangat penting karena perbedaan manajemen perdarahan otak dan infark
otak. Pada infark otak, pemeriksaan CT-scan otak mungkin tidak
memperlihatkan gambaran jelas jika dikerjakan pada hari - hari pertama, biasanya
tampak setelah 72 jam serangan. Jika ukuran infark cukup besar dan
hemisferik. Perdarahan/infark di batang otak sangat sulit diidentifikasi, oleh
karena itu perlu dilakukan pemeriksaan MRI untuk memastikan proses patologik
di batang otak.
b. Pemeriksaan foto thoraks.
1. Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran
ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada
penderita stroke dan adakah kelainan lain pada jantung.
2. Dapat mengidentifikasi kelainan paru yang potensial mempengaruhi proses
manajemen dan memperburuk prognosis.
c. Sistem skoring untuk membedakan jenis stroke yaitu : 1. Skor stroke gajah mada
2. skor stroke Allen
3. skor stroke Siniraj
d.Elektrokardiografi (EKG)
e. MRL – Scan
Untuk memperlihatkan otak dan batang otak secara lebih detail dibandingkan CT –
Scan
f. Carotid Doppler
Test untuk memeriksa pembuluh darah yang mensuplai otak
g. Transcranial Doppler
Untuk mengukur Blood Flow bebeapa arteri otak
h. MRA (Magnetik Resonance Angiogram)
14
Untuk melihat pembuluh darah leher dan otak
i. Cerebral Angiogram
X – Rays image memperlihatkan abnormalitas pembuluh darah, termasuk
penyempitan, blockade atau malformasi seperti aneurysma atau arteriovenosus
malformations.
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS (DIAGNOSIS BANDING)
1. Trauma
2. Abses otak
3. Ensefalitis
4. Meningitis bakteri
5. Uremia
6. Tood paralysis
7. Migren
8. Lead enoelopathy
9. Tumor
PENATALAKSANAAN
Pada keadaan akut
Jalan nafas harus distabilkan pada pasien semikoma atau koma.
Harus dipertahankan hidrasi yang adekuat. Anak-anak mudah menjadi dehidrasi
Apabila ada ketidakseimbangan elektrolit harus segera dikoreksi.
Penyakit medis yang ditemukan harus diobati, misalnya pasien dengan penyakit jantung
kongenital dapat mengalami disaritmia atau penyakit gagal jantung.
Kejang harus dihentikan. Jika pasien mengalami status epileptikus, maka harus diobati
sesuai dengan keadaan tersebut.
Pada stroke yang disebabkan oleh emboli otak maka pasien harus diberikan hepanin
TIK meningkat perlu perawatan ke ICU dan monotoring tekanan intrakranial. Edemia
otak dapat berkurang dengan infus manitol 20% dengan dosis 1,5 gr/Kg BB selama 20
menit. Pasien harus diintubasi dan diberikan ventilator. Penggunaan dexamethason tidak
dianjurkan untuk menurunkan TIK meningkat dan hanya sedikit efeknya terhadap pasien
15
stroke. Tindakan bedah akan diindikasikan untuk pasien yang menderita trauma yang
menyebabkan hematoma epidural, perdarahan epidural atau hematoma subdular.
Pada keadaan kronis
Pasien dengan defisit neurologis sisa yang menderita kejang harus mendapatkan
pengobatan antikonvulsan yang adekuat.
Pasien dengan gangguan neurologis permanen membutuhkan program multidisiplin yang
terencana untuk mendapatkan hasil maksimal yaitu program seperti program
fisioterapi/program terapi fisik, terapi uricara (untuk pasien disfasia atau disartria)
program psikologi untuk konseling. Pengobatan dengan antidepren yang sesuai dengan
psikoterapi harus diberikan jika ada indikasi, dan pengendalian atau mengurangi faktor
resiko pada pasien.
a) Terapi Umum
Dengan 5 B :
Breath : Oksigenasi, pemberian oksigen dari luar
Blood : Usahakan aliran darah ke otak semaksimal mungkin danpengontrolan
tekanan darah pasien
Brain : Menurunkan tekanan intra kranial dan menurunkan udema serebri
Bladder : Dengan pemasangan DC
Bowel : Saluran pencernaan dan pembuangan
b) Terapi Khusus
a. Stroke Non Hemoragik
Memperbaiki perfusi jaringan
Sebagai anti koagulansia : Heparin, Warfarin
Melindungi jaringan otak iskemik : Nimodipin, Piracetam
Anti udema otak : Deksametason, Manitol
Anti agregasi platelet : golongan asam asetil salisilat (aspirin).
Memperbaiki aliran darah ke otak (reperfusi)
Usaha menghilangkan sumbatan penyebab stroke merupakan upaya yang
paling ideal, obat trombolisis yang sudah di setujui oleh FDA adalah rt-PA
16
(recombinan tissue plasminogen activator) dengan dosis 0,9 mg/kgBB maksimal
90 mg (10% diberikan bolus & sisanya infus kontinyu dalam 60 menit).
Sayangnya bahwa pengobatan dengan obat ini mempunyai persyaratan pemberian
haruslah kurang dari 3 jam, sehingga hanya pasien yang masuk rumah sakit
dengan onset awal dan dapat penyelesaian pemeriksaan darah, CT Scan kepala
dan inform consent yang cepat saja yang dapat menerima obat ini.
Cara lain memperbaiki aliran darah antara lain dengan memperbaiki
hemorheologi seperti obat pentoxifillin yang yang mengurangi viskositas darah
dengan meningkatkan deformabilitas sel darah merah dengan dosis 15
mg/kgBB/hari. Obat lain yang juga memperbaiki sirkulasi adalah naftidrofuril
dengan memperbaiki aliran darah melalui unsur seluler darah dosis 600 mg/hari
selama 10 hari iv dilanjutkan oral 300 mg/hari.
Prevensi terjadinya trombosis (antikoagualsi)
Untuk menghindari terjadinya trombus lebih lanjut terdapat dua kelas
pengobatan yang tersedia yaitu anti koagulan dan anti agregasi trombosit.
Anti koagulan diberikan pada pasien stroke yang mempunyai risiko untuk
terjadi emboli otak seperti pasien dengan kelainan jantung fibrilasi atrium non
valvular, thrombus mural dalam ventrikel kiri, infark miokard baru & katup
jantung buatan. Obat yang dapat diberikan adalah heparin dengan dosis awal
1.000 u/jam cek APTT 6 jam kemudian sampai dicapai 1,5 – 2,5 kali kontrol hari
ke 3 diganti anti koagulan oral, Heparin berat molekul rendah (LWMH) dosis 2 x
0,4 cc subkutan monitor trombosit hari ke 1 & 3 (jika jumlah < 100.000 tidak
diberikan), Warfarin dengan dosis hari I = 8 mg, hari II = 6 mg, hari III
penyesuaian dosis dengan melihat INR pasien.
Pasien dengan paresis berat yang berbaring lama yang berrisiko terjadi
trombosis vena dalam dan emboli paru untuk prevensi diberikan heparin 2 x 5.000
unit sub cutan atau LMWH 2 x 0,3 cc selama 7 – 10 hari.
Obat anti agregasi trombosit mempunyai banyak pilihan antara lain aspirin
dosis 80 – 1.200 mg/hari mekanisme kerja dengan menghambat jalur
siklooksigenase, dipiridamol dikombinasi dengan aspirin aspirin 25 mg +
17
dipiridamol SR 200 mg dua kali sehari dengan menghambat jalur siklooksigenase,
fosfodiesterase dan ambilan kembali adenosin, cilostazol dosis 2 x 50 mg
mekanisme kerja menghambat aktifitas fosfodiesterase III, ticlopidin dosis 2 x
250 mg dengan menginhibisi reseptor adenosin difosfat dan thyenopyridine dan
clopidogrel dosis 1 x 75 mg dengan menginhibisi reseptor adenosin difosfat dan
thyenopyridine.
Proteksi neuronal/sitoproteksi
Sangat menarik untuk mengamati obat-obatan pada kelompok ini karena
diharapkan dapat dengan memotong kaskade iskemik sehingga dapat mencegah
kerusakan lebih lanjut neuron. Obat-obatan tersebut antara lain :
o CDP-Choline bekerja dengan memperbaiki membran sel dengan cara
menambah sintesa phospatidylcholine, menghambat terbentuknya radikal
bebas dan juga menaikkan sintesis asetilkolin suatu neurotransmiter untuk
fungsi kognitif. Meta analisis Cohcrane Stroke Riview Group
Study(Saver 2002) 7 penelitian 1963 pasien stroke iskemik dan
perdarahan, dosis 500 – 2.000 mg sehari selama 14 hari menunjukkan
penurunan angka kematian dan kecacatan yang bermakna. Therapeutic
Windows 2 – 14 hari.
o Piracetam, cara kerja secara pasti didak diketahui, diperkirakan
memperbaiki integritas sel, memperbaiki fluiditas membran dan
menormalkan fungsi membran. Dosis bolus 12 gr IV dilanjutkan 4 x 3 gr
iv sampai hari ke empat, hari ke lima dilanjutkan 3 x 4 gr peroral sampai
minggu ke empat, minggu ke lima sampai minggu ke 12 diberikan 2 x 2,4
gr per oral,. Therapeutic Windows 7 – 12 jam.
o Statin, diklinik digunakan untuk anti lipid, mempunyai sifat neuroprotektif
untuk iskemia otak dan stroke. Mempunyai efek anti oksidan
“downstream dan upstream”. Efek downstream adalah stabilisasi
atherosklerosis sehingga mengurangi pelepasan plaque tromboemboli dari
arteri ke arteri. Efek “upstream” adalah memperbaiki pengaturan eNOS
(endothelial Nitric Oxide Synthese, mempunyai sifat anti trombus,
18
vasodilatasi dan anti inflamasi), menghambat iNOS (inducible Nitric
Oxide Synthese, sifatnya berlawanan dengan eNOS), anti inflamasi dan
anti oksidan.
o Cerebrolisin, suatu protein otak bebas lemak dengan khasiat anti calpain,
penghambat caspase dan sebagai neurotropik dosis 30 – 50 cc selama 21
hari menunjukkan perbaikan fungsi motorik yang bermakna.
b. Stroke Hemoragik
Perbaiki faal homeostasis, jika ada gangguan faal homeostasis
Anti udema otak : Deksametason, Manitol
Melindungi jaringan otak : Neuroprotektan : Piracetam
Obat hemostatikum : Kalnex
Neurotropik : Neurodex
- Pengelolaan konservatif Perdarahan Intra Serebral
Pemberian anti perdarahan : Epsilon aminocaproat 30 - 36 gr/hari, Asam
Traneksamat 6 x 1 gr untuk mencegah lisisnya bekuan darah yamg sudah
terbentuk oleh tissue plasminogen. Evaluasi status koagulasi seperti
pemberian protamin 1 mg pada pasien yang mendapatkan heparin 100 mg
& 10 mg vitamin K intravena pada pasien yang mendapat warfarin dengan
prothrombine time memanjang.
Untuk mengurangi kerusakan jaringan iskemik disekeliling hematom
dapat diberikan obat-obat yang mempunyai sifat neuropriteksi.
- Pengelolaan konservatif Perdarahan Sub Arahnoid
o Bed rest total selama 3 minggu dengan suasana yang tenang, pada pasien
yang sadar, penggunaan morphin 15 mg IM pada umumnya diperlukan
untuk menghilangkan nyeri kepala pada pasien sadar.
o Vasospasme terjadi pada 30% pasien, dapat diberikan Calcium Channel
Blockers dengan dosis 60 – 90 mg oral tiap 4 jam selama 21 hari atau 15 –
30 mg/kg/jam selama 7 hari, kemudian dilanjutkan per oral 360 mg /hari
selama 14 hari, efektif untuk mencegah terjadinya vasospasme yang
19
biasanya terjadi pada hari ke 7 sesudah iktus yang berlanjut sampai
minggu ke dua setelah iktus. Bila terjadi vasospasme dapat dilakukan
balance positif cairan 1 – 2 Liter diusahakan tekanan arteri pulmonalis 18
– 20 mmHg dan Central venous pressure 10 mmHg, bila gagal juga dapat
diusahakan peningkatan tekanan sistolik sampai 180 – 220 mmHg
menggunakan dopamin.
- Pengelolaan operatif
Tujuan pengelolaan operatif adalah : Pengeluaran bekuan darah, Penyaluran
cairan serebrospinal & Pembedahan mikro pada pembuluh darah.
Yang penting diperhatikan selain hasil CT Scan dan arteriografi adalah
keadaan/kondisi pasien itu sendiri :
Faktor faktor yang mempengaruhi :
1. Usia
Lebih 70 th tidak ada tindakan operasi
60 – 70 th pertimbangan operasi lebih ketat
Kurang 60 th operasi dapat dilakukan lebih aman
2. Tingkat kesadaran
Koma/sopor tak dioperasi
Sadar/somnolen tak dioperasi kecuali kesadaran atau keadaan
neurologiknya menurun
Perdarahan serebelum : operasi kadang hasilnya memuaskan walaupun
kesadarannya koma
3. Topis lesi
• Hematoma Lobar (kortical dan Subcortical)
Bila TIK tak meninggi tak dioperasi
Bila TIK meninggi disertai tanda tanda herniasi (klinis menurun)
operasi
• Perdarahan putamen
Bila hematoma kecil atau sedang tak dioperasi
20
Bila hematoma lebih dari 3 cm tak dioperasi, kecuali
kesadaran atau defisit neurologiknya memburuk
• Perdarahan talamus
Pada umumnya tak dioperasi, hanya ditujukan pada
hidrocepalusnya akibat perdarahan dengan VP shunt bila
memungkinkan.
• Perdarahan serebelum
Bila perdarahannya lebih dari 3 cm dalam minggu pertama maka
operasi
Bila perjalanan neurologiknya stabil diobati secara medisinal
dengan pengawasan
Bila hematom kecil tapi disertai tanda tanda penekanan batang
otak operasi
4. Penampang volume hematoma
Bila penampang hematoma lebih 3 cm atau volume lebih dari 50 cc
------------- operasi
Bila penampang kecil, kesadaran makin menurun dan keadaan
neurologiknya menurun ada tanda tanda penekanan batang otak maka
---------- operasi
5. Waktu yang tepat untuk pembedahan
Dianjurkan untuk operasi secepat mungkin 6 – 7 jam setelah serangan
sebelum timbulnya edema otak , bila tak memungkinkan sebaiknya
ditunda sampai 5 – 15 hari kemudian.
Indikasi pembedahan pasien PSA adalah pasien dengan grade Hunt &
Hest Scale 1 sampai 3, waktu pembedahan dapat segera (< 72 jam) atau
lambat (setelah 14 hari). Pembedahan pasien PSA dengan Hunt &Hest
Scale 4 – 5 menunjukkan angka kematian yang tinggi (75%).
c. Pengendalian Faktor Resiko
21
Terapi Preventif
Tujuannya, untuk mencegah terulangnya atau timbulnya serangan baru stroke, dengan
jalan antara lain mengobati dan menghindari faktor-faktor resiko stroke:
Untuk stroke infark diberikan :
a Obat-obat anti platelet aggregasi
b Obat-obat untuk perbaikan fungsi jantung dari ahlinya
c Faktor resiko dikurangi seminimal mungkin
Menghindari rokok, obesitas, stres
Berolahraga teratur
Rehabilitasi
Stroke merupakan penyebab utama kecacatan pada usia di atas 45 tahun, maka yang
paling penting pada masa ini ialah upaya membatasi sejauh mungkin kecacatan penderita, fisik
dan mental, dengan fisioterapi, “terapi wicara”, dan psikoterapi. Jika seorang pasien tidak lagi
menderita sakit akut setelah suatu stroke, staf perawatan kesehatan memfokuskan pada
pemaksimalan kemampuan fungsi pasien.Hal ini sering dilakukan di rumah sakit rehabilitasi atau
area khusus di rumah sakit umum.Rehabilitasi juga dapat bertempat di fasilitas perawat.
Proses rehabilitasi dapat meliputi beberapa atau semua hal di bawah ini:
1. Terapi bicara untuk belajar kembali berbicara dan menelan
2. Terapi okupasi untuk mendapatkan kembali ketangkasan lengan dan tangan
3. Terapi fisik untuk memperbaiki kekuatan dan kemampuan berjalan, dan
4. Edukasi keluarga untuk memberikan orientasi kepada mereka dalam merawat orang yang
mereka cintai di rumah dan tantangan yang akan mereka hadapi.
Tabel 8. Pedoman dasar rehabilitasi pasien pasca stroke
Hari 1-3 (di sisi tempat tidur) Kurangi penekanan pada daerah yang
sering tertekan (sakrum, tumit)
Modifikasi diet, bed side, positioning
Mulai PROM dan AROM
Hari 3-5 Evaluasi ambulasi
22
Beri sling bila terjadi subluksasi bahu
Hari 7-10 Aktifitas berpindah
Latihan ADL: perawatan pagi hari
Komunikasi, menelan
2-3 minggu Team/family planing
Therapeuthic home evaluation
3-6 minggu Home program
Independent ADL, tranfer, mobility
10-12 minggu Follow up
Review functional abilities
Ketika seorang pasien stroke telah siap untuk pulang ke rumah, seorang perawat
sebaiknya datang ke rumah selama periode waktu tertentu sampai keluarga terbiasa dengan
merawat pasien dan prosedur untuk memberikan bermacam obat.Terapi fisik dapat dilanjutkan di
rumah.
Pada akhirnya pasien biasa ditinggalkan di rumah dengan satu atau lebih orang yang
menjaganya, yang sekarang mendapati hidupnya telah sangat berubah.Merawat pasien stroke di
rumah dapat sangat mudah atau sangat tidak mungkin. Pada waktunya, ini akan menjadi jelas
bahwa pasien harus ditempatkan pada fasilitas perawatan yang terlatih karena perawatan yang
sesuai tidak dapat diberikan di rumah walaupun keluarga bermaksud baik untuk merawatnya.
Macam-macam rehabilitasi fisik yang dapat diberikan adalah :
1. Bed exercise
2. Latihan duduk
3. Latihan berdiri
4. Latihan mobilisasi
5. Latihan ADL (activity daily living)
23
6. Latihan Positioning (Penempatan)
7. Latihan mobilisasi
8. Latihan pindah dari kursi roda ke mobil
9. Latihan berpakaian
10. Latihan membaca
11. Latihan mengucapkan huruf A,I,U,E,O
PROGNOSIS
Walaupun anak-anak usia muda menunjukkan kesembuhan yang jauh lebih baik atau
defisit motorik dan artikulasi setelah stroke dibandingkan orang usia lanjut dan dewasa, banyak
anak-anak mengalamigejala sisa defisit neurologis yang jelas. Salah satu yang menjadi masalah
utama adalah epilepsi dan hampir semua anak dengan hemiplegia disertai dengan kejang-kejang
saat onset akan mengalami serangan epilepsi berikutnya. Banyak anak dengan defisit motorik
juga mengalami gangguan intelektual dan perilaku hiperkinetik.
Proses penyembuhan stroke di usia muda lebih cepat dibandingkan jika terkena stroke pada usia
lanjut. Apapun penyebabnya, stroke pada usia muda cenderung lebih ”menguntungkan” karena
menderitanya lebih muda dan jenis lakuner (ringan dan tidak berdarah) kalau ditangani dengan
benar akan sembuh, mandiri, pulihnya lebih cepat dan lebih baik. Stroke pada orang muda
karena faktor hipertensi relatif lebih mudah diatasi, karena keadaan organnya rata-rata masih
bagus. Secara umum daya tahan tubuh mereka pun lebih baik, yang terpenting adalah bahwa
selain faktor genetik kejadian resiko terkena stroke dapat dicegah dengan mengikuti gaya hidup
sehat dan pemeriksaan laboratorium secara teratur.
24
KESIMPULAN
- Stroke bukan monopoli penyakit orang tua, orang yang masih mudapun banyak yang
terserang penyakit ini. Fakta menunjukkan banyak orang mati muda karena terserang stroke.
Penyakit stroke dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia.
- Pada usia muda dan wanita muda stroke sering disebabkan oleh cacat pembuluh darah
bawaah (malformasi arteria vena, eneurisma) dan cacat jantung bawaan Sindrom Antibodi
Antikardiolipid, stress, alkohol, faktor keturunan (gen), penyalahgunaan narkoba, pola makan
yang salah, merokok, riwayat stroke keluarga, defisiensi protein darah dan kelainan gen,
keguguran yang berulang tanpa sebab, migren, kontrasepsi oral, kurang olahraga dan gaya
hidup yang tidak sehat.
25
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2001, Stroke Segera bertindak, http://www.indomedia.com/intisari/2001/januari/stroke.html
Anonymous, 2005, Awas, Stroke bisa mengenai siapa saja http://www.Kompas.com/kesehatan/news/0402/28/191932.html
Anonymous, 2005, Stroke, http://www.rsl.co.id/stroke.thm.
Anonymous, 2005, Cegah Stroke dengan konsumsi wortel, http://nusaindahtripod.com.kesaca.htm.
Anonymous, 2005, Stroke Faktor Keturunan, http://www.yastroki.or/read/php?id=274 .
Anonymous, 2002, Pembuluh Nomor Tiga Itu Bernama Stroke, Sinar Harapan, Edisi Jum’at 8 Maret 2002.
Kharini, HS, 2005, Cegah Stroke Saat Usia Anda Masih Muda, http://www.amanah.or.id/detail.php?id:992.
Lamsudin, R, 2003, Stroke, Penerbit HSC Saraf, Edisi 4, Banda Aceh.
Sudoyo, A, 2005, Dari Migren, Keguguran Berulang Hingga Stroke. http://Kompas.com/kompas-cetak/0510/28/KEsehatan/216154.htm.
Gilroy, J, 2000, Strokes in Children And Young Adults in Basic Neurology, edisi ke-3, Penerbit Mc.Graw Hills Companies, Inc. United State of Amerika.
Dr. Karel Dourman HS, SpPd, SpJp. “Waspadai Stroke Usia Muda” ( Jakarta : Generasi Sehat
dan Cerdas , April 2013) Halaman 5-34.
Jurnal Stroke, “Data Penderita Stroke Di Indonesia”, dalam http://data-stroke.blogspot.com/
26