referat jra

29
BAB I PENDAHULUAN Artritis Reumatoid Juvenil (ARJ) adalah salah satu penyakit Reumatoid yang paling sering pada anak, dan merupakan kelainan yang paling sering menyebabkan kecacatan. Ditandai dengan kelainan karakteristik yaitu sinovitis idiopatik dari sendi kecil, disertai dengan pembengkakan dan efusi sendi. Ada 3 tipe ARJ menurut awal penyakitnya yaitu: oligoartritis (pauciarticular disease), poliartritis dan sistemik. 1,3 Penyakit reumatik merupakan sekelompok penyakit yang sebelumnya dikenal sebagai penyakit jaringan ikat. Menurut Kriteria American Rheumatism Association (ARA) ARJ merupakan penyakit reumatik yang termasuk ke dalam kelompok penyakit jaringan ikat yang terdiri dari beberapa penyakit. Ada beberapa terminologi untuk mengelompokkan arthritis ini. 4 Istilah ARJ lebih banyak dipakai di Amerika Serikat yaitu istilah yang digunakan untuk menyebut arthritis pada anak usia dibawah 16 tahun yang tidak diketahui penyebabnya. Di AS lebih sering digunakan istilah rematoid karena pada umumnya anak-anak tersebut mempunyai orang tua atau keluarga yang menderita arthritis rematoid dengan faktor rematoid yang positif. Istilah arthritis kronik juvenil lebih banyak digunakan di Inggris (Eropa). 4 1

Upload: an-dik-ha

Post on 29-Dec-2015

54 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat JRA

BAB I

PENDAHULUAN

Artritis Reumatoid Juvenil (ARJ) adalah salah satu penyakit Reumatoid yang paling

sering pada anak, dan merupakan kelainan yang paling sering menyebabkan kecacatan. Ditandai

dengan kelainan karakteristik yaitu sinovitis idiopatik dari sendi kecil, disertai dengan

pembengkakan dan efusi sendi. Ada 3 tipe ARJ menurut awal penyakitnya yaitu: oligoartritis

(pauciarticular disease), poliartritis dan sistemik.1,3

Penyakit reumatik merupakan sekelompok penyakit yang sebelumnya dikenal sebagai

penyakit jaringan ikat. Menurut Kriteria American Rheumatism Association (ARA) ARJ

merupakan penyakit reumatik yang termasuk ke dalam kelompok penyakit jaringan ikat yang

terdiri dari beberapa penyakit. Ada beberapa terminologi untuk mengelompokkan arthritis ini.4

Istilah ARJ lebih banyak dipakai di Amerika Serikat yaitu istilah yang digunakan untuk

menyebut arthritis pada anak usia dibawah 16 tahun yang tidak diketahui penyebabnya. Di AS

lebih sering digunakan istilah rematoid karena pada umumnya anak-anak tersebut mempunyai

orang tua atau keluarga yang menderita arthritis rematoid dengan faktor rematoid yang positif.

Istilah arthritis kronik juvenil lebih banyak digunakan di Inggris (Eropa).4

1

Page 2: Referat JRA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

JRA adalah penyakit atau kelompok penyakit yang ditandai dengan sinovitis kronis dan

disertai dengan sejumlah manifestasi ekstra-artikuler. JRA adalah salah satu penyakit Reumatoid

yang paling sering pada anak, dan merupakan kelainan yang paling sering menyebabkan

kecacatan. Ditandai dengan kelainan karakteristik yaitu sinovitis idiopatik dari sendi kecil,

disertai dengan pembengkakan dan efusi sendi. 3

Gambar 2.1 Gambaran Sendi pada ARJ

Sumber : http://www.ehow.com/about_4613621_who-discovered-rheumatoid-arthritis.html

B. EPIDEMIOLOGI 3,4

ARJ merupakan artritis yang lebih sering dijumpai pada anak-anak, insidennya

dilaporkan hanya sekitar 1% pertahunnya. Dengan perjalanan penyakit ARJ bervariasi, 17%

berkembang menjadi arthritis kronik, 20% dengan gangguan mata. Dari hasil penelitian

dilaporkan bahwa pasien ARJ yang berlangsung lebih dari 7 tahun, 60% mengalami kecacatan.

Prevalensi ARJ dilaporkan sekitar 1-2/100.000/tahun dan Minnesota 35/100.000/tahun.

2

Page 3: Referat JRA

ARJ banyak menyerang anak-anak dengan tingkat umur terbanyak sekitar 4-5 tahun.

Perempuan lebih banyak dengan perbandingan 3:1. Faktor suku diduga kuat sangat terkait pada

ARJ, di Amerika, suku Afrika dibandingkan dengan suku Amerika dan Kaukasia lebih sering

terkena. Di AS Schwartz melaporkan bahwa ARJ lebih sering menyerang anak-anak yang lebih

dewasa, khususnya pada kelompok Oligo-artritis, dengan RF positif.

C. ETIOLOGI

Penyebab artritis reumatoid dan mekanisme untuk pengekalan radang sinovial kronis

belum diketahui. Ada dua hipotesis yaitu, bahwa penyakit disebabkan oleh infeksi

mikroorganisme yang tidak dikenali atau bahwa penyakit tersebut menggambarkan reaksi

hipersensitivitas atau autoimun terhadap rangsangan yang tidak diketahui. Upaya untuk

mengkaitkan agen infeksi seperti virus rubela pada JRA tetap tak tersimpulkan. Infeksi dengan

Borrelia burgdorferi , spirokheta penyakit Lyme, menyebabkan pausiartritis berulang atau kronis

pada beberapa anak tetapi bukan merupakan agen etiologi dari JRA pausiartikuler. Parvovirus

B19 dan mikoplasma juga telah dihubungkan dengan artritis, pada anak. hubungan faktor

reumatoid (antibodi reaktif dengan IgG) dengan artritis reumatoid yang timbul pada orang

dewasa memberi kesan mekanisme autoimun. Namun, antibodi ini jelas tidak menimbulkan

penyakit, walaupun kompleks imun faktor reumatoid dan imunoglobulin dapat mengekalkan

peradangan sinovia dan menimbulkan vaskulitis reumatoid yang ditermukan pada penderita

artritis reumatoid seropositif. 3,4

D. PATOFISIOLOGI

Dalam patofisiologi JRA, setidak-tidaknya ada 2 hal yang perlu diperhitungkan yaitu

hipereaktifitas yang berhubungan dengan HLA dan pencetus lingkungan yang kemungkinannya

adalah virus. Penyebab gejala klinis ARJ antara lain infeksi autoimun, trauma, stres, serta faktor

imunogenetik.3

Pada ARJ sistem imun tidak bisa membedakan antigen diri. Antigen pada ARJ adalah

sinovia persendian. Hal ini terjadi karena genetik, kelainan sel T supresor, reaksi silang antigen,

atau perubahan struktur antigen diri. Peranan sel T  dimungkinkan karena adanya HLA tertentu.

3

Page 4: Referat JRA

HLA-DR4 menyebabkan tipe poliartikuler, HLA-DR5 dan HLA-DR8, HLA-B27 menyebabkan

pauciartikuler. Virus dianggap sebagai penyebab terjadinya perubahan struktur antigen diri ini.

Tampaknya ada hubungan antara infeksi virus hepatitis B, virus Eipstein Barr, imunisasi

Rubella, dan mikoplasma dengan ARJ.3

Pada fase awal terjadi kerusakan mikrovaskuler serta proliferasi sinovia. Tahap

berikutnya terjadi  sembab pada sinovia, proliferasi sel sinovia mengisi rongga sendi. Sel radang

yang dominan pada tahap awal adalah netrofil, setelah itu limfosit, makrofag dan sel plasma.

Pada tahap ini sel plasma memproduksi terutama IgG dan sedikit IgM, yang bertindak sebagai

faktor rheumatoid yaitu IgM anti IgG. Belakangan terbukti bahwa anti IgG ini jaga bisa dari klas

IgG. Reaksi antigen-antibodi menimbulkan kompleks imun yang mengaktifkan sistem

komplemen dengan akibat timbulnya bahan-bahan biologis aktif yang menimbulkan reaksi 

inflamasi. Inflamasi juga ditimbulkan oleh sitokin, reaksi seluler, yang menimbulkan proliferasi

dan kerusakan sinovia. Sitokin yang paling berperan adalah IL-18, bersama sitokin yang lain IL-

12, IL-15 menyebabkan respons Th1 berlanjut terus menerus, akibatnya produksi monokin dan

kerusakan karena inflamasi berlanjut. 1,3

Pada fase kronik, mekanisme kerusakan jaringan lebih menonjol disebabkan respons

imun seluler. Kelainan yang khas adalah keruskan tulang rawan ligamen, tendon, kemudian

tulang. Kerusakan ini disebabkan oleh produk enzim, pembentukan jaringan granulasi. Sel

limfosit, makrofag, dan sinovia dapat mengeluarkan sitokin, kolagenase, prostaglandin dan

plasminogen yang mengaktifkan system kalokrein dan kinin-bradikinin. Prosraglandin E2

(PGE2) merupakan mediator inflamasi dari derivat asam arakidonat, menyebabkan nyeri dan

kerusakan jaringan. Produk-produk ini akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut seperti yang

terlihat pada Artritis Reumatoid kronik.2

4

Page 5: Referat JRA

Gambar 2.2 Respon Inflamasi

Sumber : http://www.ehow.com/about_4613621_who-discovered-rheumatoid-arthritis.html

E. GEJALA KLINIK1,3

Artritis

Adalah gejala klinis utama yang terlihat secara obyektif. Ditandai dengan salah satu dari

gejala pembengkakan  atau efusi sendi, atau paling sedikit 2 dari 3 gejala peradangan yaitu

gerakan yang terbatas, nyeri jika digerakkan dan panas. Nyeri atau sakit biasanya tidak begitu

menonjol. Pada  anak kecil, yang lebih jelas adalah kekakuan sendi pada pergerakan, terutama

pada pagi  (morning stiffness).

Gambar 2.3 Gejala Klinis ARJ

5

Page 6: Referat JRA

Sumber : http://www.netterimages.com/image/2456.htm

Tipe onset poliartritis

Terdapat pada penderita yang menunjukkan gejala arthritis pada lebih dari 4 sendi,

sedangkan tipe onset oligoartritis 4 sendi atau kurang. Pada tipe oligoartritis sendi besar lebih

sering terkena dan biasanya pada sendi tungkai. Pada tipe poliartritis lebih sering terdapat pada

sendi-sendi jari dan biasanya simetris, bisa juga pada sendi lutut, pergelangan kaki, dan siku.

Tipe onset sistemik

Ditandai dengan demam intermiten dengan puncak tunggal atau ganda, lebih dari 39o C

selama 2 minggu atau lebih, artritis disertai kelainan sistemik lain berupa ruam rematoid serta

kelainan viseral misalnya hepatosplenomegali, serositis atau limfadenopati.

F. DIAGNOSIS

Klinis

Diagnosis terutama berdasarkan klinis. Penyakit ini paling sering terjadi pada umur 1-3

tahun. Nyeri ekstremitas seringkali menjadi keluhan utama pada awal penyakit. Gejala klinis

yang menyokong kecurigaan kearah ARJ yaitu kekakuan sendi pada pagi hari, ruam rematoid,

demam intermiten, perikarditis, uveitis kronik, spondilitis servikal, nodul rematoid,

tenosinovitis.4,5

Laboratorium1,2,3

Pemeriksaan laboratorium dipakai sebagai penunjang diagosis. Bila diketemukan Anti

Nuclear Antibody (ANA), Faktor Reumatoid (RF) dan peningkatan C3 dan C4 maka diagnosis

ARJ menjadi lebih sempurna.

      Biasanya ditemukan anemia ringan, Hb antara 7-10 g/dl disertai lekositosis yang didominasi

netrofil.

6

Page 7: Referat JRA

      Trombositopenia terdapat pada tipe poliartritis dan sistemik, seringkali dipakai sebagai

petanda reaktifasi penyakit.

      Peningkatan LED dan CRP, gammaglobulin dipakai sebagai tanda penyakit yang aktif.

Beberapa peneliti mengemukakan peningkatan IgM dan IgG sebagai petunjuk aktifitas

penyakit. Pengkatan IgM merupakan karakteristik tersendiri dari ARJ, sedangkan peningkatan

IgE lebih sering pada anak yang lebih besar dan tidak dihubungkan dengan aktifitas penyakit.

Berbeda dengan pada dewasa C3 dan C4 dijumpai lebi tinggi.

      Faktor Reumatoid lebih sering pada dewasa dibanding pada anak. Bila positif , sering kali

pada ARJ poliartritis, anak yang lebih besar, nodul subkutan, erosi tulang atau keadaan umum

yang buruk. Faktor Reumathoid adalah kompleks IgM-anti IgG pada dewasa dan mudah

dideteksi, sedangkan pada ARJ lebih sering IgG-anti IgG yang lebih sukar dideteksi

laboratorium.

      Anti-Nuclear Antibody (ANA) lebih sering dijumpai pada ARJ. Kekerapannya lebih tinggi

pada penderita wanita muda dengan oligoartritis dengan komplikasi uveitis. Pemeriksaan

imunogenetik menunjukkan bahwa HLA B27 lebih sering pada tipe oligoartritis yang

kemudian menjadi spondilitis ankilosa. HLA B5 B8 dan BW35 lebih sering ditemukan di

Australia.

      Pada pemeriksaan radiologis biasanya terlihat adanya pembengkaan jaringan lunak sekitar

sendi, pelebaran ruang sendi, osteoporosis.  Kelainan yang lebih jarang adalah pembentukan

tulang baru periostal. Pada stadium lanjut, biasanya setelah 2 tahun, dapat terlihat adanya

erosi tulang persendian dan penyempitan daerah tulang rawan. Ankilosis dapat ditemukan

terutama di daerah sendi karpal dan tarsal. Pada tipe oligoartritis dapat ditemukan gambaran

yang lebih khas yaitu erosi, pengecilan diameter tulang panjang dan atropi jaringan lunak

regional sekunder. Hal ini terutama terdapat pada fase lanjut. Pada tipe sistemik Kauffman

dan Lovel menemukan gambaran radiologis yang khas yaitu  ditemukannya fragmentasi tidak

teratur epifisis pada fase awal yang kemudian secara bertahap bergabung ke dalam metafisis.

7

Page 8: Referat JRA

Gambar 2.4 Gambaran Radiografi ARJ

Sumber : http://www.rad.washington.edu/academics/academic-sections/msk/teaching-materials/online-musculoskeletal-radiology-book/skeletal-dysplasias

      Kriteria diagnosis artritis reumatoid juvenil menurut American College of Rheumatology

(ACR) : 4,5

1.      Usia penderita kurang dari 16 tahun.

2.      Artritis pada satu sendi atau lebih (ditandai pembengkakan/efusi sendi atau terdapat

2/lebih gejala : kekakuan sendi, nyeri/sakit pada pergerakan, suhu daerah sendi naik).

3.      Lama sakit lebih dari 6 minggu.

4.      Tipe awitan penyakit dalam masa 6 bulan terdiri dari :

a.      Poliartritis (5 sendi atau lebih)

b.      Oligoartritis (4 sendi atau lebih)

c.      Penyakit sistemik dengan artritis atau demam intermiten

5.      Penyakit artritis juvenil lain dapat disingkirkan

8

Page 9: Referat JRA

       Walaupun tidak ada yang patognomonik namun gejala klinis yang menyokong kecurigaan ke

arah ARJ yaitu kaku sendi pada pagi hari, ruam reumatoid, demam intermiten, perikarditis,

uveitis kronik, spondilitis servikal, nodul reumatoid, tenosinovitis.

E. DIAGNOSIS BANDING 2

Artritis Septik

Artritis septik atau sering juga disebut artritis supurativa adalah infeksi akut pada sendi

yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme dan dapat terjadi pada semua kelompok

usia.

Artritis septik pada umumnya bersifat akut dan menyerang pada satu sendi saja. Gejala

yang timbul biasanya berupa eritema (kemerahan), hangat pada perabaan, bengkak dan rasa nyeri

pada pergerakan pasif. Rasa nyeri dapat begitu hebatnya sehingga anggota tubuh yang terkena

tidak dapat digerakkan (pseudo-paralisis). Gejala sistemik yang menyertai dapat berupa demam,

lemah (malaise), anoreksia dan mudah terangsang.

Diagnosis definitif artritis septik adalah dengan cara aspirasi serta analisis cairan sendi.

Cairan sendi khas berwarna keruh atau berawan, jumlah leukosit sangat tinggi (>50.000/mm3)

dengan predominan PMN (>75%) serta ditemukan kuman pada pewarnaan gram.

Artritis Tuberkulosis

Pada artritis tuberkulosa berlangsung lambat, kronik dan biasanya hanya mengenai 1

sendi. Keluhan biasanya ringan dan makin lama makin berat disertai perasaan lelah pada sore

hari dan malam hari, subfebris, dan penurunan berat badan. Keluhan yang lebih berat seperti

panas tinggi, malaise, keringat malam dan anoreksia biasanya bersamaan dengan tuberkulosis

milier.

Pada sendi, mula-mula jarang timbul gambaran yang khas seperti pada artritis yang

lainnya. Tanda awal berupa bengkak, nyeri dan keterbatasan lingkup gerak sendi. Kulit di atas

daerah yang terkena teraba panas, kadang-kadang malah dingin, bewarna merah kebiruan. Bisa

terjadi sendi dalam kedudukan fleksi berkelanjutan dan mungkin disertai tenosinovitis.

Pada anak dapat ditemukan spasme otot pada malam hari (night start). Mungkin disertai

demam, tapi biasanya ringan. Pada kasus yang berat, kelemahan otot bisa terjadi sedemikian

cepatnya menyerupai kelumpuhan.

9

Page 10: Referat JRA

Artritis pada Demam Rematik Akut

- Terjadi pada masa akut setelah 3 hari infeksi streptokokus.

- Asimetris dan berpindah-pindah.

- Sangat berespon dengan pemberian salisilat.

- Sendi yang terkena terutama sendi besar, seperti lutut, pergelangan kaki, siku dan

pergelangan tangan.

Artritis pada Kelainan Hemato-Onkologik

Penyakit keganasan yang paling sering mempunyai gejala klinis muskuloskeletal adalah

acute lymphoblastic leukemia (ALL) diikuti acute lymphoblatic leukemia, neuroblastoma,

Ewing’s sarcoma, dan Hodgkin’s lymphoma. Keluhan yang selalu ditemukan pada penderita

adalah panas badan yang menyertai rasa nyeri pada lengan atau tungkai, artralgia pada bokong

dan sendi lutut, dan/atau artritis yang yang dapat bersifat pauciarticular atau polyarticular yang

umumnya menyerang sendi lutut , pergelangan kaki dan pergelangan tangan.

Bila terdapat kombinasi gejala klinis dan laboratorium rutin sebagai berikut : nyeri akibat

gangguan muskuloskeletal diderita malam hari, jumlah leukosit <4x109/L dan jumlah trombosit

normal-bawah 150-250x109/L, maka kemungkinan penderita tersebut menderita ALL sangat

besar (sensitivitas 100% dan spesifisitas 85%), walaupun pada pemeriksaan darah perifer tidak

ditemukan adanya blast (sel muda).

Artritis pada Lupus Eritomatosus Sistemik (LES)

Ciri khas artritis pada LES biasanya kronik berulang atau intermiten. Sifatnya sementara

dan sering menghilang. Gejala ini seringkali pulih dalam 24 jam atau kadang-kadang menetap.

Semua sendi mayor dan minor dapat terkena. Pada umumnya poliartritis dan paling

sering simetris. Sebagian besar menyerang sendi kecil. Sendi yang terlibat biasanya sendi kecil

di tangan (InterPhalanx Proximalis/IPP, MetaCarpoPhalangealis/ MCP), pergelangan tangan,

lutut dan vertebra.

Artritis pada Henoch Schoenlein Purpura (HSP)

10

Page 11: Referat JRA

Purpura Henoch-Schonlein merupakan vaskulitis yang ditandai dengan adanya deposit

imun yang didominasi IgA pada dinding pembuluh darah kecil (kapiler, venul, arteriol) disertai

manifestasi kulit, gastrointestinal, ginjal dan berhubungan dengan gejala artralgia atau artritis.

Keterlibatan sendi terjadi pada 80% kasus PHS dapat berupa artralgia atau artritis pada

sendi besar, terutama lutut dan pergelangan kaki pada sendi besar, terutama lutut dan

pergelangan kaki. Dapat terjadi keluhan pada sendi yang berpindah-pindah. Sebagian besar

penderita PHS mengalami keluhan pada ekstremitas bawah, sedangkan ekstremitas atas hanya

sepertiga kasus.

F. PENATALAKSANAAN

Pengobatan utama adalah suportif. Tujuan utama adalah mengendalikan gejala klinis,

mencegah deformitas, meningkatkan kualitas hidup.

Garis besar pengobatan

Meliputi : (1) Program dasar yaitu pemberian : Asam asetil salisilat; Keseimbangan aktifitas dan

istirahat; Fisioterapi dan latihan; Pendidikan keluarga dan penderita; Keterlibatan sekolah dan

lingkungan; (2). Obat anti-inflamasi non steroid yang lain, yaitu Tolmetindan Naproksen; (3).

Obat steroid intra-artikuler; (4). Perawatan Rumah Sakit dan (5). Pembedahan profilaksis dan

rekonstruksi.1,3

Asam asetil salisilat

Obat anti-inflamasi non steroid (NSAID) terpenting untuk ARJ, bekerja menekan

inflamasi, aman untuk pemakaian jangka panjang. Dosis yang efektif adalah 75-90mg/kgBB/

hari dibagi   3-4 dosis, diberikan 1-2 tahun setelah gejala klinis hilang.3

Analgesik lain.

Asetaminofen bermanfaat untk mengontrol nyeri atau demam terutama pada tipe

sistemik, tidak boleh dipakai dalam jangka waktu lama karena menimbulkan kelainan ginjal.3

NSAID yang lain.

11

Page 12: Referat JRA

Sebagian besar NSAID yang baru tidak boleh diberikan pada anak, pemakaiannya hanya

untuk mengontrol nyeri, kekakuan, dan inflamasi pada anak yang tidak responsif terhadap asam

asetil salisilat atau sebagai pengobatan awal. Tolmetin diberikan dengan dosis 30 mg/kgBB/hari

ternyata cukup efektif. Selain itu Naproksen dengan dosis 10-15mg/kgBB/hari memberikan

hasil pengobatan yang cukup baik.3,6

Obat-obat yang dapat memodifikasi perjalana penyakit (DMARDs)

Pengobatan ARJ kadang-kadang memerlukan waktu cukup lama sehingga menimbulkan

keputusasaan dan ketidakpercayaan pada penderita maupun orang tuanya. DMRAIDs akan

memperpendek perjalanan penyakit dan masa rawat inap. Obat-obat ini hanya boleh diberikan

pada poliartritis progresif yang tidak responsif terhadap Asam Asetil Salisilat Tabel 4

menunujukkan DMRAIDs, efek samping dan pemantauannya.3

 Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs

DMRAIDs Efek Samping Pemantauan

Hidroksiklorokuin Retinopati Cek Ophtalmologi

Prednison Gangguan pertumbuhan, penekanan poros HPA Kadar Cortisol

Garam emas Supresi sumum tulang Cek Hematologi

Penisilamin Lupus Eritematosus medikamentosa, Sindroma

nefrotik

Hematologi

Sufasalazin Nausea vomiting, Hemolitik anemi, supresi sumsum

tulang

Hematologi

Metotreksat Supresi sumsum tulang, hepatotoksik Hematologi, LFT

Siklofosfamid Supresi susum tulang Hematologi

Azatioprin Supresi sumsum tulang, hepatotoksik Hematologi, LFT

Hidroksiklorokuin

Bermanfaat pada anak yang cukup besar dengan dosis awal 6-7mg/kgBB/hari, setelah 8

minggu diturunkan menjadi 5mg/kgBB/hari. Bila setelah 6 bulan pengobatan tidak diperoleh

12

Page 13: Referat JRA

perbaikan hidroksiklorokuin harus dihentikan. Ketika memulai jangan lupa meyakinkan bahwa

tidak ada defisiensi G6PD karena bisa terjadi hemolisis.3,6

Kortikosteroid

Digunakan bila terdapat gejala sistemik,uveitis kronik atau untuk suntikan intra-artikular.

Dosis awal adalah 0,25-1 mg/kgBB/hari dosis tunggal, atau dosis terbagi pada kasus berat. Bila

terjadi perbaikan klinis maka dosis diturunkan pelan-pelan (tappering off).2,3

Imunosupresan

Hanya diberikan dalam protokol eksperimental untuk keadaan berat yang mengancam

jiwa, walaupun beberapa pusat kesehatan sudah memakai untuk pengobatan baku. Yang paling

banyak digunakan adalah metotreksat dengan indikasi untuk poliartritis berat atau gejala

sistemik yang tidak membaik dengan NSAID, hidroksiklorokuin atau garam emas. Dosis awal

metotreksat adalah 5mg/m2/minggu dapat dinaikkan menjadi 10mg/m2/minggu setelah 9

minggu tidak ada perbaikan. Lama pengobatan adalah 6 bulan.1,3

Obat-obat ARJ yang lain :

Naproksen 10-20 mg/kg bb/hari 2 x sehari; Tolmetin 25 mg/kg bb/hari 4 x sehari; dan

Ibuprofen 35 mg/kg bb/hari 4 x sehari.

Evaluasi pengobatan

Setelah 2-4 bulan, pemeriksaan laboratorium yang tetap menunjukkan aktivasi penyakit,

tanda untuk pemberian DMRAIDs lain.3

Modalitas Fisioterapi 9

Kompres hangat

Efek yang diharapkan adalah menurunkan kekakuan sendi, meningkatkan fleksibilitas

dari jaringan lunak pada kapsul dan tendon, serta mengurangi nyeri dan spasme otot.

Efek tersebut tergantung pada beberapa faktor, diantaranya suhu optimum yang

13

Page 14: Referat JRA

digunakan (40 – 45,5 °C), durasi (3 – 30 menit), tingkat perubahan suhu dan area yang

diterapi. Penggunaan kompres hangat sebelum latihan, misalnya peregangan otot akan

meningkatkan efisiensi dari terapi.

Kompres dingin

Tujuannya adalah sebagai anti nyeri dan vasokonstriksi pada sendi yang sedang inflamasi

selama periode akut. Durasi yang digunakan biasanya sekitar 20 menit. Efek sampingnya

antara lain urtikaria, krioglobulinemia, Raynaud phenomenon, dan frostbite.

Pemijatan

Pemijatan yang baik dapat meringankan nyeri dan menghambat perlengketan jaringan

subkutan. Durasi selama 15-30 menit tiap hari dapat merelaksasi tubuh dan mengurangi

nyeri, hal ini dikarenakan penurunan kadar kortisol dan norepinefrin tubuh.

Stimulasi listrik

Modalitas yang biasa digunakan adalah TENS (Transcutaneus Electrical Nerve

Stimulation). Cara kerjanya adalah dengan mengalihkan kerja serat-serat saraf pada

sumber nyeri, meningkatkan hormon pereda nyeri, seperti: enkefalin, endorphin, dan

serotonin, serta meningkatkan aktivitas kolum dorsalis dari medulla spinalis. TENS

diberikan dengan durasi 10-15 menit dengan frekuensi tinggi (> 50 Hz) atau rendah (< 10

Hz).

Latihan pemulihan

Mencakup aquatic exercise (berenang), posisi, dan pasif ROM (stretching). Latihan

peregangan dilakukan dengan durasi 10 detik, 5-10 kali tiap sesinya, 2 kali sehari (10

detik diregangkan, 20 detik diistirahatkan).

Diet

Energi sesuai dengan kebutuhan tubuh.

- Anak dengan berat badan kurang (underweight).

14

Page 15: Referat JRA

Beberapa anak dengan juvenil artritis memiliki masalah dengan penurunan berat

badan karena pengaruh artritis pada tubuhnya atau efek samping dari pengobatan

yang diberikan. Anak pada kategori ini membutuhkan perencanaan nutrisi yang tepat,

diantaranya makanan yang tinggi protein dan kalori namun rendah kadar lemak dan

gula.8

- Anak dengan kelebihan berat badan (overweight).

Bila berat badan berlebih atau kegemukan, asupan energi sehari dikurangi secara

bertahap sebanyak 500-1000 kkal dari kebutuhan energi normal hingga tercapai berat

badan normal. Makanan yang dianjurkan adalah kombinasi dari daging padat,

gandum utuh, dan perbanyak buah/sayuran.8

Protein cukup, yaitu 1-1,2 g/kgBB atau 10-15% dari kebutuhan energi total.7

Sumber protein hewani yang dianjurkan adalah dari daging padat berwarna putih (ayam,

ikan) atau daging merah segar. Sedangkan sumber protein nabati diantaranya tahu,

temped an olahan kedelai lainnya. Studi dari the American Pain society at John Hopkins

University menemukan bahwa peningkatan konsumsi kedelai dapat menurunkan nyeri

dan bengkak pada sendi. Disamping itu kedelai juga memiliki kadar lemak jenuh yang

rendah.8

Lemak sedang, yaitu 10-20% dari kebutuhan energi total.7

Hindari mono dan polyunsaturated fats seperti pada santan kelapa, kacang almont, dan

junk food (makanan siap saji).8

Karbohidrat dapat diberikan lebih banyak, yaitu 65-75% dari kebutuhan energi total,

dianjurkan untuk menggunakan sumber karbohidrat kompleks.7

Vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuhan, terutama vitamin D, kalsium,

vitamin C dan asam folat.7,8

- Vitamin D yang dibutuhkan ± 400 IU/hari, bisa diperoleh dari sumber makanan

seperti : susu, kuning telur, ikan salmon, minyak hati ikan kod dan keju.

- Sumber vitamin C berasal dari sayuran dan buah-buahan yang bewarna seperti :

wortel, oyong, kecapir, belimbing wuluh, jeruk, apel, pisang, mangga dan pepaya.

15

Page 16: Referat JRA

- Asam folat berfungsi dalam membantu pembentukan sel-sel baru dalam tubuh.

Kebutuhan asam folat pada anak-anak sekitar 200 mcg/hari yang bisa diperoleh dari

sayur-sayuran berdaun hijau tua, brokoli, alpukat, kecambah, kacang-kacangan, tahu,

tempe, susu, telur dan keju.

- Suplemen minyak ikan.

Studi dari the American journal of clinical Nutrition tahun 2000 menyatakan manfaat

minyak ikan pada penderita artritis. Pada grup studi yang diberi minyak ikan

mengalami penurunan nyeri dan kaku sendi pada pagi hari. Konsumsi minyak ikan

yang dianjurkan sekitar 3-5 gram/hari.

Makanan yang harus dihindari :8

- Makanan dengan kadar kolesterol tinggi, seperti : jeroan, kacang-kacangan, kepiting,

dan udang.

- Banyak mengandung bahan penyedap dan bahan pengawet.

- Sayuran atau buah yang tinggi kadar solanin, seperti : tomat, terung, kentang dan

paprika. Kadar solanin yang tinggi dapat memperparah proses inflamasi.

G. KOMPLIKASI

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan merupakan komplikasi yang serius pada

ARJ. Hal ini terjadi karena penutupan epifisis dini yang sering terjadi pada tulang dagu,

metakarpal dan metatarsal. Kelainan tulang dan sendi lain dapat pula terjadi, yang tersering

adalah ankilosis, luksasio, dan fraktur. Komplikasi-komplikasi ini terjadi tergantung berat, lama

penyakit dan akibat pengobatan dengan steroid. Komplikasi yang lain adalah vaskulitis,

ensefalitis. Amiloidosis sekunder dapat terjadi walaupun jarang dan dapat fatal karena gagal

ginjal.3

H. PROGNOSIS

Prognosis sangat ditentukan dari tipe onset penyakitnya.

 Tipe Onset Subtipe Klinis Prognosis

Poliartritis RF+ Wanita Buruk

16

Page 17: Referat JRA

 

 

 

 

 

ANA+

 

Seronegatif

Usia lebih tua

Tangan/pergelangan

Erosi sendi

Nodul

Non remisi

Wanita

Usia muda

-

 

 

 

 

 

Baik

 

Tidak tentu

Oligoartritis ANA+

 

 

RF+

 

 

HLA-B27+

Seronegatif

Wanita

Usia muda

Uveitis

Poliartritis

Erosi

Non Remisi

Laki-laki

-

Sangat baik

 

Kurang baik

Buruk

 

 

Baik

Baik

 Sekitar 70-90% penderita ARJ sembuh tanpa cacat, 10% menderita cacat sampai dewasa,

sebagaian diantaranya akan berkembang menjadi bentuk dewasa disertai kecacatan. 1,3

Kriteria Remisi 5,6

17

Page 18: Referat JRA

Inaktif

- Tidak ada sendi dengan artritis aktif.

- Tidak ada demam, rash, serositis, splenomegali, atau limfadenopati.

- Tidak ada uveitis aktif.

- C-reaktif protein dan ESR (eritrosit sedimentation rate) normal.

- Tidak ada aktivitas penyakit berdasarkan physicians global assessment.

Remisi dalam pengobatan

Penyakit inaktif selama minimal 6 bulan berturut-turut dalam masa pengobatan.

Remisi diluar pengobatan

Penyakit inaktif selama minimal 12 bulan berturut-turut di luar masa pengobatan.

 

18

Page 19: Referat JRA

BAB III

KESIMPULAN

1. JRA adalah penyakit atau kelompok penyakit yang ditandai dengan sinovitis kronis dan

disertai dengan sejumlah manifestasi ekstra-artikuler.

2. Ada 3 tipe JRA menurut awal penyakitnya yaitu: Oligoartritis (pauciarticular disease),

poliartritis, dan sistemik. Arthritis Rheumatoid Juvenile (ARJ) merupakan penyakit

arthritis kronis pada anak-anak umur di bawah 16 tahun.

3. Dalam patofisiologi JRA, setidak-tidaknya ada 2 hal yang perlu diperhitungkan yaitu

hipereaktifitas yang berhubungan dengan HLA dan pencetus lingkungan yang

kemungkinannya adalah virus.

4. Menurut kriteria ARJ yang dipakai di AS, arthritis ini dibagi dalam 3 subtipe berdasarkan

gejala penyakit yang berlangsung minimal terjadi selama 6 bulan.

Sistemik: ditandai dengan demam tinggi yang mendadak disertai bercak

kemerahan dan manifestasi ekstraartikular lainnya.

Pausiartikular (Oligoartritis) ditandai dengan arthritis yang mengenai ≤ 4 sendi

Poliartikular (Poliartritis) ditandai dengan nyeri sendi ≥ 5

5. Diagnosis terutama berdasarkan klinis. Penyakit ini paling sering terjadi pada umur 1-3

tahun. Gejala klinis utama yang secara objektif terlihat adalah arthritis

6. Pengobatan utama adalah suportif. Tujuan utama adalah mengendalikan gejala klinis,

mencegah deformitas, meningkatkan kualitas hidup.

19

Page 20: Referat JRA

DAFTAR PUSTAKA

1. Miller, Michael L and James T Cassidy. 2007. Nelson Textbook of Pediatrics, 18th

edition. W.B. Saunders Company : United States of America.

2. Anonymous. 2011.Diagnosis Banding Arthritis Rheumatoid Juvenil. Diunduh dari

www.scribd.com/arthritis rheumatoid juvenil/diagnosis banding tanggal 20 Maret 2013.

3. Harsono Ariyanto, Anang Endaryanto. Artikel : Arthritis Rheumatoid Juvenil.SMF

Ilmu Kesehatan Anak, FK UNAIR Surabaya. Diunduh dari www.pediatrik.com

4. American College of Rheumatology (ACR) Recommendations for the Treatment of

Juvenil Idiopatic Arthritis (JIA) 2011

5. Annual meeting of the American College of Rheumatology in Philadelphia 2009

6. Clinical Guideline for the Diagnosis and Management of Juvenil Idiopatic Arthritis

(JIA) august 2009

7. Penuntun Diet. Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi

Dietisien Indonesia. Editor : DR. Sunita Almatsier, M.Sc. Jakarta. 2006

8. Diet for Juvenile Rheumatoid Arthritis diunduh dari www.eHow.com tanggal 20 Maret

2013

9. Juvenile Rheumatoid Arthritis : Physical therapy Modalities and Exercise diunduh dari

www.medscape.com tanggal 21 Maret 2013.

20