referat hernia
DESCRIPTION
hernia inguinalisTRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
Hernia inguinal lebih sering terjadi 8-20 kali dibandingkan dengan hernia
femoralis dan 10 kali lebih sering terjadi pada laki-laki, dan 55% terdapat pada sisi
kanan. Perbandingan antara hernia inguinal indirect dan direct adalah 70% dan 30%.1 Di
National Health Service, England, terdapat 85 000 perbaikan hernia inguinal setiap
tahunnya. Sedangkan di United States, terdapat 750.000 kejadian hernia inguinal dan
hernia femoral 25.000, 166.000 hernia umbilical, dan 97.000 hernia insisional.2
Hernia inguinal congenital sering terjadi pada anak yang lahir dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) dan sering terjadi di sebelah kanan. Dalah suatu penelitian
menyebutkan untuk bayi laki-laki yang lahir dengan berat badan kurang dari 1500 gram,
32% akan mengalami operasi perbaikan hernia pada usia 8 tahun. Sedangkan pada laki-
laki dewasa insiden hernia menigkat sering dengan bertambahnya usia, dengan angka
kejadian 50% pada usia 75 tahun.
Hernia merupakan keadaan yang lazim terlihat oleh semua dokter, sehingga
pengetahuan umum tentang manifestasi klinis, gambaran fisik dan penatalaksaan hernia
penting.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan yang terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.3 Isi hernia
dapat berupa omentum, usus besar, usus kecil, buli-buli, atau ovarium.1
Gambar 1.
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia congenital dan hernia akuisita
atau didapat. Berdasarkan lokasinya, hernia diberi nama sesuai lokasi anatominya, seperti
hernia inguinalis, hernia diafragma, hernia umbilikalis, hernia femoralis, dan lain-lain.3
Menurut sifatnya, hernia dibagi atas:3
1. Hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk ke perut, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2. hernia ireponibel bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga
perut. Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
3. Hernia inkarserata bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong
terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi
gangguan pasase usus.
4. Hernia strangulata atau vaskularisasi bila telah terjadi gangguan vaskularisasi.
2.2 Anatomi
2.2.1 Regio inguinalis
Kanalis inguinalis
Pada kraniolateral kanalis inguinalis dibatasi oleh annulus inguinalis internus
yang merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis otot tranversus
abdominis. Di medial bawah, diatas tuberkulum pubikum, dibatasi oleh annulus
inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis otot oblikus eksternus abdominis.
Atapnya ialah aponeurosis otot oblikus eksternus abdominis dan didasarnya terdapat
ligamentum inguinale. Pada laki-laki, kanalis inguinalis berisi funikulus spermatikus,
sedangkan pada perempuan berisi ligamentum rotundum.
Gambar 2.1
2.3 Etiologi
Hernia inguinalis disebabkan oleh banyak faktor. Dapat dilihat pada tabel 2.1 di
bawah ini:
Tabel 2.1 Faktor yang mempengaruhi terjadinya hernia inguinalis.2
Presumed Causes of Groin HerniationCoughingChronic obstructive pulmonary diseaseObesityStrainingConstipationProstatismPregnancyBirthweight less than 1500 g
Family history of a herniaValsalva maneuversAscitesUpright positionCongenital connective tissue disordersDefective collagen synthesisPrevious right lower quadrant incisionArterial aneurysmsCigarette smokingHeavy liftingPhysical exertion
2.4 Klasifikasi
Hernia inguinalis diklasifikasikan menjadi hernia inguinalis lateral atau indirek dan
hernia inguinalis medial atau direk.
2.4.1 Hernia inguinal lateral (indirect)
Hernia inguinalis indirek keluar dari rongga peritoneum melalui annulus
inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, dan disebut
indirek karena masuk dari dua pintu dan saluran yaitu annulus dan kanalis inguinalis.3
Terjadinya hernia ingunal indirect dikenal dengan teori sakular yang diajukan oleh
Russell.2 Russell menyatakan terbentuknya hernia ingunal indirek karena prosesus
vaginalis yang paten artinya tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum akibat
proses turunnya testis ke skrotum. 1,2,3 Penyebab lainnya adalah peningkatan tekanan
intraandominal, seperti ascites, obstruksi jalan nafas dan obruksi saluran kencing.2
2.3.2 Hernia Inguinal Medial (Direk)
Hernia inguinal direk adalah hernia yang kantongnya berada di sebelah medial
dari arteri epigastrik dan langsung menonjol kedepan melalui trigonum Hesselbach,
daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale di bagian inferior, pembuluh epigastrika
inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Hernia direk hampir selalu
disebabkan oleh peningggian tekanan intraabdomen kronik dan kelemahan otot di
trigonum Hesselbach.3,4 Dasar segitiga Hesselbach dibentuk oleh serat aponeurosis otot
tranversus abdominis yang kadang tidak sempurna sehingga daerah ini berpotensi
melemah. Hernia direk ini, karena tidak melalui kanalis inguinalis umumnya tidak
disertai strangulasi karena cincin hernia yang longgar.3
Gambar 2. 2 Hernia inguinalis direk dan indirek
Nervus ilioinguinalis dan nervus iliofemoralis mempersarafi otot di region
inguinalis, sekitar kanalis inguinalis, funikulus spermatikus, serta sensibilitas kulit region
inguinalis, skrotum dan sebagian kecil kulit tungkai atas bagian proksimomedial.
Nyhus membuat klasifikasi berdasarkan ukuran cincin interna dan integritas
dinding posterior, meliputi:2
Nyhus Classification System
Type I Indirect hernia; internal abdominal ring normal; typically in infants, children, small adults
Type II Indirect hernia; internal ring enlarged without impingement on the floor of the inguinal canal; does not extend to the scrotum
Type IIIA Direct hernia; size is not taken into accountType IIIB Indirect hernia that has enlarged enough to encroach upon the posterior
inguinal wall; indirect sliding or scrotal hernias are usually placed in this category because they are commonly associated with extension to the direct space; also includes pantaloon hernias
Type IIIC Femoral herniaType IV Recurrent hernia; modifiers A–D are sometimes added, which correspond
to indirect, direct, femoral, and mixed, respectively
Gilbert membagi hernia menjadi 5 tipe.2 Tipe 1, 2, and 3 merupakan hernia
indirek, sedangkan tipe 4 and 5 merupakan hernia direk. Kemudian klasifikasi ini
dimodifikasi oleh Rutkow and Robbins yang menambahkan tipe 6 hernia pantaalon yaitu
kombinasi hernia direk dan indirek. Kemudian tipe 7 hernia femoralis.
Gilbert Classification SystemType 1 Small, indirect, the internal inguinal ring is normalType 2 Medium, indirect, the inguinal ring is dilated, but less than 4 cm.
Type 3 Large, indirect, hernias have the internal ring dilation measured at greater than 4 cm, commonly with encroachment on the direct space and medial displacement of the inferior epigastric vessels.
Type 4 Entire floor, direct, There is extensive destruction of the inguinal floor
Type 5 Diverticular, direct, a smaller defect of no more than 2 cm, without complete
weakness of the direct space.
Type 6 Combined (pantaloon)Type 7 Femoral
2.5 Patofisiologi
Terdapat tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu
(1) kanalis inguinalis yang berjalan miring, (2) struktur otot oblikus internus abdominis
yang menutup annulus inguinalis internus ketika berkontraksi, (3) fasia transversa kuat
yang menutupi trigonum Hesselbach yang umumnya hampir tidak berotot.3 Gangguan
mekanisme ini menyebabkan terjadinya hernia. Faktor yang dipandang berperan adalah
adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut dan
kelemahan otot dinding perut karena usia.
Testis turun mrngikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus, kurang lebih 90%
prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu tahun, sekitar 30%
prosesus vaginalis belum tertutup. Akan tetapi, kejadian hernia pada umur ini hanya
beberapa persen. Tidak sampai 10% anak penderita prosesus vaginalis paten mengidap
hernia. Prosesus vaginalis paten bukan merupakan penyebab tunggal hernia, tetapi
diperlukan factor lain seperti annulus inguinalis yang cukup besar, tekanan intraabdomen
yang meningkat secara kronik, seperti batuk kronik, hipertrofi prostate, konstipasi, dan
asites.3
Insiden pada bayi dan anak 1-2%, kemungkinan terjadi hernia pada sisi kanan
60%, sisi kiri 20-25% dan bilateral 15%. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya
umur mungkin disebabkan oleh meningkatnya penyakit yang membuat tekanan
intraabdomen meningkat dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang.3
Ketika otot dinding perut relaksasi, bagian yang membatasi annulus internus turut
kendur. Pada keadaan itu, tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis
berjalan lebih vertical. Sebaliknya, bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis
berjalan lebih mendatar dan annulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah
masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain
terjadi akibat kerusakan nervus ilioinguinlais dan nervus iliofemoralis setelah
apendektomi.3
2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamnesis
Gejala klinis hernia inguinalis berupa benjolan pada inguinal yang timbul pada
beberapa pasien setelah mengangkat benda berat. 7% pasien datang dengan keluhan
benjolan yang terjadi tiba-tiba.2 Hernia sering terasa saat berdiri, beberapa pasien
menyadari benjolan hilang timbul yang hilang saat berbaring. Gejala klinis lainnya timbul
akibat komplikasi hernia, seperti distensi abdomen, nyeri kolik abdomen, yang kadang-
kadang disadari pasien sebelum adanya benjolan.4 Perlu anamnesis lebih lanjut mengenai
factor pencetus hernia lainnya seperti peningkatan tekanan intraabdomen yang berkaitan
dengan pernapasan, urinary track, gastrointestinal track, dan selama dialysis peritoneum.
2.6.2 Pemeriksaan Fisik
Pasien yang dicuria hernia dapat dilakukan pemeriksaan dengan posisi pasien
sedang berdiri dan berbaring. Pasien dapat diminta untuk batuk untuk melihat perubahan
ukuran hernia.2,3 Dari inspeksi dapat terlihat adanya benjolan atau massa di region
inguinal, yang mengecil atau menghilang saat pasien berbaring. Pada pemeriksaan
pemeriksa dapat menentukan apakah masih reponible atau irreponible. Dapat berada di
inguinal atau telah masuk ke skrotum. Jika telah masuk ke skrotum, harus dibedakan
dengan hidrokel atau edema testis. Untuk membedakan hernia inguinal dengan hernia
femoralis dapat dilihat dari cincin hernia yang berada dibawah dan lateral dari tuberkuli
pubis. Perkusi dan auskultasi dapat dilakukan untuk mendeteksi isi kantong hernia yang
berupa usus.
Membedakan hernia inguinalis direk dan indirek secar klinis dan pemriksaan fisik
sangat sulit, dengan angka akurasi rendah. Namun, dapat dibedakan bahwa hernia indirek
akan melawan palpasi saat pasien batuk. Tekanan yang diberikan pada titik pertengahan
inguinal yaitu pertengahan antara spina iliaka anterior superior
2.6.4 Diagnosis Diferensial
Diagnosis banding dari hernia inguinal adalah hernia femoral, hidrokel,
undescended testis, nodul limfe, lipoma, dan aneurisma arteri femoralis.2
Differential Diagnosis of Groin HerniaMalignancy Lymphoma Retroperitoneal sarcoma Metastasis Testicular tumorPrimary testicular Varicocele Epididymitis Testicular torsion Hydrocele Ectopic testicle Undescended testicleFemoral artery aneurysm or pseudoaneurysmLymph nodeSebaceous cystHidradenitisCyst of the canal of Nuck (female)Saphenous varixPsoas abscessHematoma
Ascites
2.7 Pemeriksaan Penunjang
2.7.1 Pemeriksaan laboratorium. 4
Untuk menilai tanda strangulasi, dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium darah rutin
dengan hasil Leukositosis, shift to the left. Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi
akan ditemukan jika pasien mengalami akibat muntah hebat dan dehidrasi.
Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius yang
menyebabkan nyeri lipat paha.
2.7.2 Pemeriksaan Radiologi
1. Herniografi
Pemeriksaan invasive untuk membantu diagnosa hernia, dan membedakan
antara hernia direk dan indirek dengan menginjeksikan kontras non-ionik ke
peritoneum.1
2. CT Scan
Computes tomographic scanning juga dapat membedakan antara hernia direk
dan indirek dan kurang invasif, namun ketepatannya masih kurang dibandingkan
herniografi dan mahal. 1
2.8 Tatalaksana
2.8.1 Terapi konservatif 1,3
Terapi konservatif atau non-operatif dianjurkan hanya untuk pasien asymptomatic,
reponible, dan hernia direk pada pasien dengan usia lanjut dengan perkiraan perbaikan
sedikit. Jika hernia berlanjut menjadi simptomatik, semakin membesar, dan pertimbangan
usia yang masih muda, akan dianjurkan untuk melakukan terapi operatif.1
1. Reposisi
Reposisi dilakukan secara bimanual, tangan kiri memegang isi hernia
sambil membentuk corong, kemudia tangan kanan mendorongnya ke arah cincin
hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi.
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata, kecuali pada pasien
anak. Pada anak-anak, inkarserata sering terjadi sebelum usia 2 tahun. Reposisi
spontan lebih sering terjadi, dan gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi
dibandingkan pasien dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia lebih elastis
pada anak. Reposisi dilakkan dengan menidurkan anak menggunakan sedative
dan kompres es diatas hernia. Bila reposisi berhasil, anak disiapkan operasi hari
selanjutnya. Jika reposisis tidak berhasil, operasi harus segera dilakukan dalam
waktu 6 jam.2
2. Pemakaian penyangga
Pemakaian bantalan hanya untuk menahan hernia yang telah direposisi
dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup. Cara ini
telah dilakukan sejak 4000 tahun yang lalu, dan menimbulkan komplikasi seperti
merusak kulit, dan tonus otot dinding perut di daerah yang tertekan sedangkan
strangulasi tetap mengancam. Pada anak, cara ini dapat menimbulkan atrofi testis
karena pembuluh darah yang terdaoat pada funikulus spermatikus tertekan.3
2.8.2 Terapi operatif
Pembedahan merupakan tatalaksana hernia yang paling sering dilakukan. Prinsip
utama pembedahan pada hernia adalah herniotomy dan hernioplasty.1,2,3
a. Herniotomy
Pada herniotomy dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya.
Kantong dibuka, dan isi hernia dibebaskan jika ada perlekatan, kemudian
direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong. 1,3
b. Hernioplasty
Pada hernioplasty, dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding posterior kanalis inguinalis. Hernioplasty
dilakukan untuk mencegah terjadinya hernia berulang. Dapat dilakukan dengan
berbagai metode, seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan
terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan
m.transversus internus abdominis dan m.obliqus obliqus internus abdominis yang
dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale Poupart menurut
metode Bassini, atau menjahitkan fasia transversa, m.transversus abdominis, m.
obliqus internus abdominis ke ligamentum Cooper pada metode Lotheiisen-
McVay, 1,3.
Metode Bassini merupakan teknik herniorafi yang pertama dipublikasi tahun
1887. Setelah diseksi kanalis inguinalis, dilakukan rekonstruksi dasar lipat paha
dengan cara mengaproksimasi muskulus obliqus internus, muskulus transversus
abdominis, dan fasia transversalis dengan traktus iliopubik dan ligamentum
inguinale. Teknik dapat diterapkan, baik pada hernia direk maupun indirek3.
Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa variasi teknik
herniotomi Bassini adalah terdapatnya regangan berlebihan dari otot-otot yang
dijahit. Untuk mengatasi masalah ini, pada tahun delapan puluhan dipopulerkan
pendekatan operasi bebas regangan. Pada teknik itu digunakan prostesis mesh
untuk memperkuat fasia transversalis yang membentuk dasar kanalis inguinalis
tanpa menjahitkan otot-otot ke inguinal3.
Pada hernia kongenital pada bayi dan anak-anak yang faktor penyebabnya
adalah prosesus vaginalis yang tidak menutup hanya dilakukan herniotomi karena
anulus inguinalis internus cukup elastis dan dinding belakang kanalis cukup kuat3
Terapi operatif hernia bilateral pada bayi dan anak dilakukan dalam satu
tahap. Mengingat kejadian hernia bilateral cukup tinggi pada anak, kadang
dianjurkan eksplorasi kontralateral secara rutin, terutama pada hernia inguinalis
sisnistra. Hernia bilateral pada orang dewasa, dinajurkan melakukan operasi
dalam satu tahap,kecuali jika ada kontraindikasi3.
Kadang ditemukan insufisiensi dinding belakang kanalis inguinalis dengan
hernia inguinalis medialis besar yang biasanya bilateral. Dalam hal ini, diperlukan
hernioplastik yang dilakukan secara cermat dan teliti. Tidak satu pun teknik yang
dapat menjamin bahwa tidak akan terjadi residif. Yang penting diperhatikan ialah
mencegah terjadinya tegangan pada jahitan dan kerusakan pada jaringan.
Umumnya dibutukan plastik dengan bahan prostesis mesh misalnya3.
Terjadinya residif lebih banyak dipengaruhi oleh teknik reparasi dibandingkan
dengan faktor konstitusi. Pada hernia inguinalis lateralis penyebab residif yang
paling sering ialah penutupan anulus inguinalis internus yang tidak memadai, di
antaranya karena diseksi kantong yang kurang sempurna, adanya lipoma
preperitoneal, atau kantung hernia tidak ditemukan. Pada hernia inguinalis
medialis penyebab residif umumnya karena tegangan yang berlebihan pada
jahitan plastik atau kekurangan lain dalam teknik3.
Pada operasi hernia secara laparoskopi diletakkan prostesis mesh di bawah
peritoneum dinding perut2.
2.9 Komplikasi.
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Dapat
hernia strangulata yang menimbulkan gejala obtruksi usus. Jepitan cincin hernia akan
menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada pemulaan terjadi bendungan
vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam
kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin
bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi
nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi
hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses
lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.3
Gambaran klinik hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan
gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam
basa. Bila telah terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasi terjadi keadaan toksik
akibat gangren, gambaran klinik menjadi kompleks dan sangat serius. Penderita me-
ngeluh nyeri lebih hebat di tempat hernia. Nyeri akan menetap karena rangsangan
peritoneum.3
Komplikasi operasi hernia dapat berupa cedera vena femoralis, nervus
ilioinguinalis, nervus iliofemoralis, duktus deferens, atau buli-buli. Nervus ilioinguinalis
harus dipertahankan sejak dipisahkan karena dapat timbul nyeri pada jaringan parut
setelah jahitan dibuka. Nyeri pasca herniorhaphy juga disebut "inguinodynia" yang
disebabkan oleh kerusakan saraf akibat jepitan saraf oleh jaringan parut, mesh atau
jahitan, neuroma, misplace mesh, mesh yang mengeras (meshoma), infeksi, rekurensi
hernia, dan penyempitan cincin inguinal di sekitar korda spermatika.
Komplikasi dini pasca operasi dapat terjadi, seperti hematoma, infeksi luka,
bendungan vena, fistel urin atau feses, dan residif. Komplikasi jangka panjang dapat
berupa atrofi testis karena lesi arteri spermatika.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cheek, Clare dan Andrew Kingsnorth. Inguinal and Femoralis Hernia dalam
Oxford Text Surgery. Second edition. Oxford University Press:2002.
2. Brunicardi, F Charles, dkk, editors. Inguinal Hernias dalam Schwartz’s Principles
of Surgery. Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill:2007,p;1353-1394.
3. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2. Jakarta : EGC,
2004. pp. 519-37
4.
5. Iscan, Hendrial. Penelitian Akhir: Perbandingan Nyeri Pasca Herniorraphy
dengan Licheinstein dan Trabucco. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
2010