referat forensik last

54
REFERAT ILMU KEDOKTERAN FORENSIK TES DNA DALAM ILMU KEDOKTERAN FORENSIK Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Disusun oleh : Irfan Rohot Uli Manik 0561050095 FK UKI Nyoman Adhydeva Purusanti 0861050094 FK UKI Liona Christy Pattinasarany 0861050097 FK UKI Wella Sinta Marintan Manurung 0861050099 FK UKI Yudhistira Herlambang 0861050100 FK UKI Dosen Pembimbing : dr. Gatot Suharto, S.H, Sp.F, MHKes

Upload: adhydeva-purusanti

Post on 02-Aug-2015

405 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Forensik Last

REFERAT ILMU KEDOKTERAN FORENSIK

TES DNA DALAM ILMU KEDOKTERAN FORENSIK

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat dalam

Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter

Disusun oleh :

Irfan Rohot Uli Manik 0561050095 FK UKI

Nyoman Adhydeva Purusanti 0861050094 FK UKI

Liona Christy Pattinasarany 0861050097 FK UKI

Wella Sinta Marintan Manurung 0861050099 FK UKI

Yudhistira Herlambang 0861050100 FK UKI

Dosen Pembimbing :

dr. Gatot Suharto, S.H, Sp.F, MHKes

KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

RSUP DR. KARIADI SEMARANG

PERIODE 14 MEI – 10 JUNI 2012

Page 2: Referat Forensik Last

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui oleh dosen pembimbing, referat dari :

Nama / NIM :

1. Irfan Rohot Uli Manik 0561050095 FK UKI

2. Nyoman Adhydeva Purusanti 0861050094 FK UKI

3. Liona Christy Pattinasarany 0861050097 FK UKI

4. Wella Sinta Marintan Manurung 0861050099 FK UKI

5. Yudhistira Herlambang 0861050100 FK UKI

Fakultas : Kedokteran Umum

Universitas : Universitas Kristen Indonesia

Bagian : Ilmu Kedokteran Forensik

Judul : Tes DNA Dalam Ilmu Kedokteran Forensik

Dosen Pembimbing :dr. Gatot Suharto, S.H, Sp.F, MHKes

Residen Pembimbing : dr. Bianti

Diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang

Semarang, 21 Mei 2012

Dosen Pembimbing

dr.Gatot Suharto, S.H, Sp.F , MHKes

Page 3: Referat Forensik Last

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatnya

kami dapat menyelesaikan pembuatan refrat yang berjudul “Tes DNA Dalam Ilmu

Kedokteran Forensik”.Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami

yang telah membimbing kami sehingga kami telah mengerti tentang referat ini.Terima kasih

juga kepada orang tua dan teman-teman yang senantiasa mendukung kami dalam pembuatan

refrerat ini.

Denga kerendahan hati kami menyadari bahwa penulisan referat ini masih jauh dari

sempurna karena keterbatasan kami, karena itu kami mengharapkan masukan untuk

perbaikan referat ini di masa yang akan datang.

Referat ini dibuat untuk mengetahui lebih jauh tentang bagaimana aplikasi dan

kegunaan tes DNA dalam ilmu kedokteran forensik khususnya di Indonesia sehingga kami

harapkan referat ini dapat menambah pengetahuan kami dan teman-teman sejawat untuk

dapat kami pergunakan di kemudian hari.

Semarang, Mei 2012

Penyusun

Page 4: Referat Forensik Last

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................................

BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................

Page 5: Referat Forensik Last

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Dalam beberapa tahun terakhir, kita banyak dikejutkan oleh terjadinya bencana massal yang

menyebabkan kematian banyak orang.Selain itu kasus kejahatan yang memakan banyak

korban jiwa juga cenderung tidak berkurang dari waktu ke waktu.Pada kasus-kasus seperti ini

tidak jarang kita jumpai korban jiwa yang tidak dikenal sehingga perlu diidentifikasi, dan

salah satu cara mengidentifikasi korban adalah dengan identifikasi DNA.

Identifikasi tersebut penting sekali dilakukan terhadap korban meninggal massal karena

merupakan perwujudan HAM dan penghormatan terhadap orang yang sudah meninggal, serta

untuk menentukan seseorang secara hukum apakah masih hidup atau sudah meninggal.Selain

itu juga berkaitan dengan masalah pemberian santunan, warisan, asuransi, pensiun, maupun

pengurusan pernikahan kembali bagi pasangan yang ditinggalkan.

Identifikasi DNA sendiri merupakan ukuran identifikasi primer (primary identifiers). Selain

DNA, identifikasi primer lainnya adalah sidik jari dan gigi geligi. Sedang visual, antropomeri

dan pemeriksaan medis merupakan ukuran identifikasi sekunder (secondary identifiers).

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia secara geografis terletak pada wilayah yang

rawan terhadap bencana alam baik yang berupa tanah longsor, gempa bumi, letusan gunung

berapi, tsunami, banjir dan lain-lain, yang dapat memakan banyak korban, dan salah satu cara

mengidentifikasi korban adalah dengan metode identifikasi DNA. Setiap sarana pelayanan

kesehatan sudah selayaknya menyiapkan diri untuk mengantisipasi kejadian bencana di

wilayahnya, atau membantu pelayanan kesehatan di wilayah lain yang terkena bencana. Oleh

karena itu DNA forensik sangat penting dipahami peranannya dalam menangani korban

bencana massal.Atas dasar itu, pada referat ini kami mengambil judul “Tes DNA dalam Ilmu

Kedokteran Forensik”.

1.2. RUMUSAN MASALAH

a. Apakah struktur dan pengertian DNA? Dan apakah hubungannya dengan ilmu

kedokteran forensik?

b. Bagaimana cara melakukan pengambilan sampel untuk tes DNA?

c. Bagaimana cara melakukan persiapan tes DNA?

d. Apa saja teknik untuk melakukan tes DNA?

e. Bagaimana menentukan analisis hasil tes DNA?

1.3. TUJUAN PEMBAHASAN

Page 6: Referat Forensik Last

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari pembuatan refarat ini adalah memberikan pengetahuan

mengenai tes DNA dalam ilmu kedokteran forensik

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengertian DNA dan hubungannya dengan ilmu

kedokteran forensik

b. Mengetahui cara melakukan pengambilan sampel untuk tes DNA

c. Mengetahui cara melakukan persiapan tes DNA

d. Mengetahui teknik-teknik untuk melakukan tes DNA

e. Mengetahui cara menentukan analisis hasil tes DNA

1.4. MANFAAT PEMBAHASAN

1.4.1. Bagi Mahasiswa/mahasiswi

Mendapatkan pengetahuan mengenai tes identifikasi DNA dalam ilmu

kedokteran forensik

1.4.2. Bagi institusi pendidikan

- Bentuk kontribusi pemikiran kepada masyarakat terkait kasus Ilmu

Kedokteran Forensik dan Medikolegal

- Sebagai materi tinjauan pustaka yang diharapkan dapat melengkapi tinjauan

ilmiah yang sudah ada

1.4.3. Bagi institusi penegak keadilan

Memberikan informasi mengenai pentingnya penerapan tes DNA dalam

identifikasi korban yang ditangani secara hukum

BAB II

Page 7: Referat Forensik Last

2.1. DNA

2.1.1. STRUKTUR DAN PENGERTIAN DNA

DNA (deoxyribonucleic acid) adalah suatu struktur molekul yang mengandung

materi genetik di dalam nukleus yang ada pada hampir semua sel tubuh

kita.Informasi DNA disimpan sebagai kode yang disusun oleh empat basa kimia

yang terdiri dari adenine (A), guanine (G), cytosine (C), and thymine (T). DNA

manusia terdiri dari kira-kira 3 milyar basa kimia dan lebih dari 99 persen

manusia memiliki basa kimia yang sama. Urutan dari basa kimia itulah yang

menentukan informasi yang tersedia untuk pertumbuhan dan pembangunan suatu

organism.

Basa DNA berpasangan satu sama lain, A berpasangan dengan T, sedangkan C

dengan G. Setiap basa juga berikatan dengan molekul gula dan molekul fosfat,

dan ikatan ini dinamakan nukleotida. Nukleotida disusun sebagai dua untai

membentuk heliks ganda spiral.

Heliks ganda berbentuk menyerupai tangga, pasangan basa kimia membentuk

anak tangga, sedangakan molekul gula dan fosfat membentuk pinggiran vertical

tangga.Sepotong DNA terdiri dari jutaan pasangan basa, dengan komponen

protein yang dikenal dengan kromosom.DNA dapat berreplikasi sendiri, setiap

untai DNA dapat menyajikan diri untuk menduplikasi deretan basa. Hal ini

penting saat sel membelah diri karena setiap sel baru harus memiliki salinan DNA

yang serupa dengan DNA pada sel yang lama

2.1.2. KROMOSOM

Di dalam nukleus sel, molekul DNA terdapat dalam struktur yang menyerupai

benang yang disebut kromosom. Setiap kromosom dibagi menjadi lokus yang

menandai posisi gen setiap kromosom. Sel tubuh manusia memiliki 23 pasang

kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom autosomal dan satu pasang

kromosom seks.Pada wanita kromosom sexnya XX dan pada pria kromosom

sexnya XY.Kromosom Y mengandung SRY ( Sex Determining Region Y ) yang

berperan menentukan kelelakian seseorang dengan peranannya mengatur

terbentuknnya hormon testosterone. Kromosom Y yang bersifat unik karena setiap

kromosom Y pada seorang pria akan diturunkannya secara langsung hanya kepada

Page 8: Referat Forensik Last

anak laki-lakinya dan kemudian diteruskan oleh anak laki-lakinnya kepada

cucunya hingga keturunan laki-laki selanjutnnya.

Peran penting kromosom Y dalam DNA typing antara lain untuk kriminologi dan

analisis forensic,analisis orang hilang, kasus warisan yang melibatkan keterkaitan

genetic antara anggota keluarga laki-laki,kasus imigrasi untuk menentukan

kerabatan genetic, dan kepentingan antropologi (salah satu cabang ilmu sosial

yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu )

2.1.3. GEN

Gen adalah salah satu komponen DNA dan terdiri dari informasi untuk

membuat molekul-molekul protein. Setiap protein memberikan fungsi yang spesifik di

dalam tubuh.Setiap orang memiliki dua salinan dari setiap gen, masing-masing

diwariskan dari kedua orangtuanya. Kebanyakan gen sama pada orang, namun

beberapa gen berbeda untuk memberikan atribut fisik yang spesifik pada setiap orang.

2.2. TES DNA

2.2.1. PENGERTIAN TES DNA

Tes DNA adalah satu teknik biologi molekuler penanda genetik yang dipakai

untuk pengujian terhadap materi profil DNA, yaitu sehimpunan data yang

menggambarkan susunan DNA yang dianggap khas untuk individu yang menjadi

sampelnya.Hanya sebagian kecil berkas DNA yang dipakai untuk pengujian, seperti

bagian DNA yang berisi pengulangan urutan basa (variable number tandam repeats/

VNRT).

Tes DNA ini sangat dipercaya dan sudah diakui keabsahannya dapat

mengidentifikasi seseorang dengan keakuratan mencapai 100%, sehingga banyak

dimanfaatkan dalam analisis, pihak kepolisian maupun pengadilan khususnya untuk

membantu mengungkap suatu perkara. Adanya kesalahan bahwa kemiripan pola DNA

bisa terjadi secara random (kebetulan) sangat kecil kemungkinannya, yaitu dengan

peluang satu diantara satu juta.Jikapun terdapat kesalahan itu disebabkan oleh faktor

human error terutama pada kesalahan interpretasi fragmen-fragmen DNA oleh

operator (manusia).

Page 9: Referat Forensik Last

DNA yang biasa digunakan dalam tes adalah c-DNA dan mt-DNA.Sampel

DNA yang paling akurat digunakan dalam tes adalah c-DNA, karena inti sel tidak bisa

berubah.Sementara mt-DNA dapat berubah karena berasal dari garis keturunan ibu

yang dapat berubah seiring dengan perkawinan keturunannya.Namun, keunikan dari

pola pewarisan mt-DNA tersebut sekaligus menjadi kelebihannya, sehingga mt-DNA

dapat dijadikan sebagai marker (penanda) untuk tes DNA dalam upaya

mengidentifikasi hubungan kekerabatan secara maternal.

2.2.2. TUJUAN TES DNA

Tes DNA pada umumnya digunakan untuk 2 tujuan yaitu (1) tujuan pribadi

sebagai penentuan pewalian anak atau penentuan orang tua dari anak (Tes Paternitas);

dan (2) tujuan hukum, yang meliputi masalah forensik, seperti identifikasi korban

yang telah hancur maupun untuk pembuktian kasus kejahatan semisal kasus

permerkosaan atau pembunuhan.

2.2.3. SAMPEL DAN PENYIAPAN SAMPEL UNTUK TES DNA

Hampir semua sampel biologis tubuh seperti darah dan bercak darah, seminal, cairan

vaginal, dan bercak kering, rambut (baik rambut lengkap dengan akarnya atau hanya batang

rambut), epitel bibir (misal pada puntung rokok), sel buccal, tulang, gigi, saliva dengan

nucleus (pada amplop, perangko, cangkir), urine, feces, kerokan kuku, jaringan otot, ketombe,

sidik jari, atau pada peralatan pribadi dapat digunakan untuk sampel tes DNA. Tetapi yang

paling sering digunakan untuk tes DNA adalah darah, rambut, usapan mulut pada pipi bagian

dalam (buccal swab), dan kuku.

Untuk kasus-kasus forensik, sampel sperma, daging, tulang, kulit, air liur atau sampel

biologislain yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP) dapat dijadikan sampel tes

DNA.

Tahap pengambilan dan penyimpanan bahan atau sampel merupakan tahapan yang

vital, dan harus dilakukan dengan prinsip-prinsip di bawah ini:

1. Hindari tempat yang terkontaminasi DNA dengan tidak menyentuh objek secara langsung

dengan tangan, tidak bersin atau batuk di dekat barang bukti.

Page 10: Referat Forensik Last

2. Menggunakan sarung tangan bersih untuk pengumpulan barang bukti. Sarung tangan

harus diganti untuk setiap penanganan barang bukti yang berbeda.

3. Setiap barang bukti harus disimpan terpisah

4. Bercak darah, bercak sperma, dan bercak lainnya harus dikeringan dahulu sebelum

disimpan

5. Sampel harus disimpan pada amplop atau kertas setelah dikeringkan. Jangan

menggunakan bahan plastik karena plastik dapat mempercepat degradasi molekul DNA.

Setiap amplop harus ditandai nomor kasus, nomor bukti, waktu pengumpulan

6. Bercak pada permukaan meja atau lantai dapat diambil dengan swab kapas steril dan

alcohol. Keringkan kapas tersebut sebelum dibawa.

7. Di laboratorium, sampel DNA disimpan dalam kulkas bersuhu 40C atau dalam freezer

bersuhu -200C. Sampel yang akan digunakan dalam waktu yang lama, dapat disimpan

dalam suhu -700C.

Secara umum DNA dapat rusak akibat pengaruh lingkungan seperti paparan sinar

matahari, terkena panas, bahan kimia, air dan akibat kerja enzim DNAase yang terdapat

dalam jaringan sendiri. Untuk itu terhadap berbagai bahan sampel tersebut harus diberi

perlakuan sebagai berikut:

1. Jaringan, organ, dan tulang

Bila masih segar, ambil tiap bagian dengan pinset lalu masukkan masing-

masing bagian ke dalam wadah tersendiri. Beri label yang jelas dan tanggal

pembagian sampel, simpan di pendingin lalu kirim ke laboratorium. Namun bila

sampel tidak lagi segar (busuk), ambil sampel, bungkus dengan kertas

alumunium, dan bekukan pada suhu -200C. Beri label yang jelas dan tanggal

pengambilan sampel, lalu kirim ke laboratorium.

2. Darah dan bercak darah (seperti darah pada pakaian, karpet, tempat tidur, perban)

- Darah

o Darah cair dari seseorang

Ambil dengan menggunakan semprit

Masukkan ke dalam tabung yang diberikan pengawet

EDTA 1 mL darah

Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel,

simpan dalam termos es, lemari es, atau kirim ke

laboratorium

o Darah cair di TKP

Ambil dengan menggunakan semprit, pipet, atau kain

Page 11: Referat Forensik Last

Masukkan ke dalam tabung yang berisikan pengawet

EDTA. Bila membeku, ambil dengan menggunakan

spaltel

Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel,

simpan dalam termos es, lemari es, atau kirim ke

laboratorium

o Darah cair dalam air/salju/es

Sesegera mungkin, ambil secukupnya, masukkan ke

dalam botol

Hindari kontaminasi, beri label yang jelas dan tanggal

pengambilan sampel, simpan atau kirim ke

laboratorium

- Bercak darah basah

o Ditemukan pada pakaian

Pakaian dengan noda ditempatkan pada permukaan

bersih dan keringkan

Setelah kering, masukkan kantong kertas atau amplop

Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel,

kirim ke laboratorium

o Ditemukan pada benda

Bila benda kecil, biarkan kering, tetapi pada benda

besar, hisap bercak tersebut dengan kain katun dan

keringkan

Masukkan amplop, beri label yang jelas dan tanggal

pengambilan sampel, dan kirim ke laboratorium

o Ditemukan pada karpet atau benda yang dapat dipotong

Potong bagian yang ada nodanya

Tiap potongan diberi label yang jelas, sertakan

potongan yang tidak ada nodanya sebagai control

Kirim ke laboratorium

o Percikan darah kering

Gunakan celotape, tempelkan pada percikan noda

Masukan celotape tersebut ke dalam kantong plastic

Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel,

kirim ke laboratorium

Page 12: Referat Forensik Last

3. Sperma dan bercak sperma

- Sperma cair

a. Hisap dengan semprit, masukkan ke dalam tabung

b. Atau dengan kapas, keringkan

c. Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel, lalu kirim ke

laboratorium

- Bercak sperma pada benda yang dipindah (misalnya pada celana)

a. Bila masih basah, keringkan

b. Bila kering, potong pada bagian nodanya, dan masukkan ke dalam

amplop

c. Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel, lalu kirim ke

laboratorium

- Bercak sperma pada benda besar yang bisa dipotong (misalnya pada karpet)

a. Potong pada bagian yang bernoda

b. Masukkan ke dalam amplop

c. Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel, lalu kirim ke

laboratorium

- Bercak pada benda yang tidak dapat dipindah dan tidak menyerap (misal:

lantai)

a. Kerok bercaknya, lalu masukkan kertas

b. Lipat kertas hingga membungkus kerokan, masukkan ke dalam amplop

c. Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel, lalu kirim ke

laboratorium

4. Urine, saliva, dan cairan tubuh yang lain

- Sampel cair

a. Urine atau saliva dimasukkan ke dalam tempat steril

b. Simpan di pendingin, beri label yang jelas dan tanggal pengambilan

sampel, lalu kirim ke laboratorium

- Bercak urine, saliva

a. Dugaan noda dikerok atau potong, lalu kumpulkan

b. Simpan di pendingin, beri label yang jelas dan tanggal pengambilan

sampel, lalu kirim ke laboratorium

5. Rambut dan gigi

- Rambut

a. cabut beberapa helai rambut (10-15 helai) dengan akarnya. Hati-hati bila

tercampur dengan darah

Page 13: Referat Forensik Last

b. Tempatkan pada wadah, beri label yang jelas dan tanggal pengambilan

sampel. Kirim ke laboratorium.

- Pulpa Gigi

a. Cabut gigi yang masih utuh. Sampel gigi sebaiknya tidak dirusak oleh

endodontia

b. Masukkan ke dalam kantong plastik, beri label yang jelas dan tanggal

pengambilan sampel

Cara pengambilan bahan untuk pemeriksaan DNA :

Swab pipi : merupakan cara yang paling sederhana dan tanpa rasa sakit dalam

mengumpulkan sampel DNA. Dilakukan dengan menggunakan stick swab

sepanjang pipi kiri dan kanan bagian dalam.

Pengambilan darah untuk tes DNA. Dapat dipakai untuk tes fraternitas dan hanya

boleh dilakukan oleh kalangan profesional medis seperti dokter dan perawat.

Pengambilabn beberapa helai contoh rambut orang yang akan diperiksa DNA

Page 14: Referat Forensik Last

2.2.3. MACAM TES DNA

2.2.3.1 TES PATERNITAS

Tes paternitas adalah tes yang dilakukan untuk menetapkan apakah seseorang

itu merupakan ayah biologis dari seorang anak.Dalam hal ilmu forensik, tes

paternitas sering digunakan pada situasi kriminalitas seperti perkosaan atau

persetubuhan dengan saudara sedarah dimana dari hubungan tersebut terjadi

Page 15: Referat Forensik Last

hasil konsepsi.Selain itu, tes paternitas dan tes-tes lain yang berguna untuk

membuktikan hubungan keluarga dapat digunakan untuk mengidentifikasi

korban yang hilang atau tersangka melalui anggota keluarganya yang ada

untuk di tes (Arizona, 2009).

Walaupun tes paternitas lebih sering dailakukan daripada tes maternitas, ada

beberapa keadaan dimana ibu biologis anak tersebut tidak jelas.Contohnya

pada anak yang diadopsi yang ingin bertemu kembali dengan ibu kandungnya,

bayi yang tertukar di rumah sakit, dan fertilisasi in-vitro dimana laboratorium

dapat mengimplantasi embrio yang tidak berhubungan dengan ibu tersebut di

dalam rahimnya. Setiap anak akan menerima setengah pasang kromosom

lainnya dari ibu sehingga setiap individu membawa sifat yang diturunkan

dengan baik dari ibu maupun ayah. Sedangkan DNA yang berada pada

mitokondria hanya diturunkan dari ibu kepada anak-anaknnya.Keunikan pola

pewarisan DNA mitokondria menyebabkan DNA mitokondria dapat

digunakan sebagai marka untuk mengidentifikasi hubungan kekerabatan secara

maternal.Kedua pola penurunan materi genetik dapat diilustrasikan seperti

gambar sebelumnnya. Dengan perkembangan teknologi, pemeriksaan DNA

dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan membedakan individu yang satu

dengan individu yang lain. (Arizina,2009)

Identifikasi DNA untuk tes paternitas dilakukan dengan menganalisa pola

DNA menggunakan marka STR (short tandem repeat).STR adalah lokus DNA

yan tersusun atas pengulungan 2-6 basa.Dalam genom manusia dapat

ditemukan pengulangan basa yang bervariasi jumlah dan jenisnnya.

Identifikasi DNA dengan penanda STR memiliki tingkat variasi yang tinggi

baik antar lokus STR maupun antar individu (Hawab,2004)

2.2.3.2. TES MATERNITAS

Tes maternitas adalah salah satu bentuk tes DNA yang digunakan

untuk menentukan apakah seorang wanita adalah ibu biologis dari seorang

anak.Seperti pada tes paternitas, tes ini membandingkan pola DNA anak

dengan terduga ibu untuk menentukan kecocokan DNA anak yang diwariskan

dari terduga.Umumnya tes maternitas dilakukan pada kasus-kasus khusus,

Page 16: Referat Forensik Last

seperti kasus terduga tertukarnya bayi, kasus bayi tabung, kasus anak angkat

dan lain-lain (Sentausa, 2008).

Tes yang digunakan adalah tes mtDNA (mintokondria DNA).Dimana

pada tes mtDNA ini penurunan maternal digunakan untuk menentukan apakah

dua atau lebih individu mempunyai hubungan keluarga melalui ibu mereka

(secara maternal/garis ibu).Tes ini sering digunakan untuk memberikan bukti

tambahan pada kasus maternitas yang sulit dimana terduga ibu tidak dapat

dites.Hasil dari tes ini juga dapat digunakan untuk konfirmasi hubungan

biologis dari anak angkat dalam tes mtDNA yang diturunkan secara maternal,

identifikasi DNA dilakukan dengan membandingkan mtDNA ibu dengan

mtDNA anak. Pada tes ini, karena DNA mitokondria hanya diwariskan secara

maternal pada anaknya, bila pola mtDNA seorang ibu sama dengan pola

mtDNA anak maka dikatakan bahwa kedua individu tersebut memiliki garis

keturunan maternal yang sama (singer, 1997).

DNA mitokondria berlokasi di luar nucleus pada sel mitokondria

penghasil energy.Keuntungan dari tipe DNA ini adalah terdapat banyak sekali

mitokondria pada setiap selnya.Sebuah akar rambut telah berhasil digolongkan

dengan menggunakan analisis mitokondria.Informasi DNA disandikan dalam

satu kesatuan yang berhubungan dengan garis-garis dari nukleotida.Kode

genetik terdiri dari triplet nukleotida dimana dapat dimasukan dalam

transkripsi dan translasi menjadi asam amino untuk membentuk protein.

Kemudian pada akhirnya, adalah sangat beralasan untuk mengharapkan bahwa

informasi tentang rangkaian DNA akan digunakan oleh ahli forensic. Sekarang

ini, DNA mitokondria telah digunakan untuk kepentingan forensic, karena

masing-masing sel memiliki beberapa mitokondria telah digunakan untuk

kepentingan forensic, karena masing-masing sel memiliki beberapa

mitokondria: DNA mitokondria (mtDNA) merupakan molekul yang relative

kecil dan beberapa daerah dari molekul tersebut sangat polimorfik. Saat

rangkaian DNA dibandingkan, para ahli mengamati untuk mencari tanda-tanda

khas atau perbedaan yang ada pada contoh di bawah ini, rangkaian dalam (a)

tanda-tanda khas untuk identitas (b) sebagai sumber mutasi dari masing-

masing, (c). Tidak cocok dengan identitas, (d) membandingkan rangkaian

yang mungkin diyakini dari seseorang.

(a)……………………TTGCAGCTTAGCCCGATTCGATCGA……………

Page 17: Referat Forensik Last

(b)……………………TTGCAGCTTAGCCCAATTCGATCGA……………

(c)……………………TTGCAGCTTAGCCCGATTCGATCGA……………

Keseluruhan mitokondria anak diturunkan dari ibu karena hanya sel

telur yang membawa mitokondria saat melebur dengan sperma.Sel telur

memiliki 100.000 mitokondria, sedangkan sperma hanya 50-100 di ekor

sperma.Ekor sperma merupakan alat gerak yang membutuhkan energy tinggi

dari mitokondria. Pada proses masuknya sel sperma ke sel telur, ekor sperma

akan terlepas sehingga mitokondria tidak ikut masuk. Beberapa mitokondria

ayah yang mungkin masuk dalam sel telur akan diencerkan selama proses

mitosis sehingga sangat tidak berarti jumlahnya atau dianggap seperti benda

asing sehingga dihancurkan system sel. Sebagai pelacak, ketiadaan

mitokondria ayah pada keturunannya mempermudah analisis penurunan

mtDNA. Genom mitokondria diturunkan selama ratusan ribu tahun tanpa ada

persilangan dengan genom mtDNA ayah.Dengan demikian, mutasi yang

diwariskan dapat dilacak pada satu garis keturunan maternal.Karakteristik ini

memungkinkan mtDNA sebagai alat untuk mengetahui hubungan maternal

antar individu, mempelajari antropologi, serta biologi evolusi berbagai

makhluk hidup (singer, 1997).

Keunggulan mtDNA

Selain DNA inti, DNA mitokondria (mtDNA) telah digunakan dalam

forensik dan menjadi barang bukti di pengadilan Amerika dan

Eropa.Kelebihan utama penggunaan mtDNA adalah jumlah molekulnya yang

mencapai ribuan dalam satu sel sehingga memungkinkan dilakukan analisis

dari sampel yang sangat sedikit, misalnya cairan tubuh, akar atau batang

rambut bahkan tulang dan fosil tulang.

Kelemahan mtDNA

Kelemahan menggunakan mtDNA adalah kemungkinan menemukan

kesamaan antar individu yang relative tinggi, terutama individu yang terkait

hubungan keluarga segaris ibu.Kelemahan ini jadi menguntungkan bila yang

dilakukan adalah perunutan hubungan keluarga.Perunutan hubungan keluarga

Page 18: Referat Forensik Last

dengan mtDNA didasarkan pada pola pewarisan maternal yang haploid dan

hipervariabilitas daerah D-loop.Secara teknis D-loop dibagi dalam dua daerah

hipervariabel yaitu HV1 (15.971 – 16.414) dan HV2 (15 – 389). Individu yang

terkait hubungan maternal akan memiliki urutan sekuen yang sama dan yang

tidak terkait hubungan maternal ini akan berbeda. Terdapat kemungkinan dua

individu yang tidak memiliki catatan hubungan maternal akan memiliki sekuen

dengan urutan basa yang sama. Bila silsilah keluarga hanya diketahui beberapa

generasi keatas, sementara kecepatan mutasi adalah satu titik dalam 33

generasi maka kemungkinan terjadinya kasus homologi dua individu yang

merasa tidak memiliki hubungan maternal relative tinggi. Hal ini

menyebabkan mtDNA tidak dapat menjadi alat bukti tunggal atau yang utama

dakam pengadilan (Robert, 1999).

Perunutan hubungan keluarga untuk mengidentifikasi korban bencana

massal telah beberapa kali dilakukan atau identifikasi DNA dilakukan bila

korban tidak dapat lagi dikenali secara fisik ataupun untuk menguatkan dugaan

pengenalan secara fisik (Sentausa, 2008)

2.2.3.3. DNA FINGERPRINT

Di Indonesia DNA fingerprint mencuat namanya di Indonesia sebagai

cara identifikasi kejahatan dan korban yang telah hancur setelah terjadi

peristiwa peledakan bom ditanah air seperti kasus bom Bali, bom Marriot dan

peledakan bom didepan Kedutaan Besar Australia-Jakarta. DNA fingerprint

asam dioksiribonukleat, adalah salah satu jenis asam nukleat. Asam nukleat

merupakan senyawa-senyawa polimer yang menyimpan semua informasi

tentang genetika. Penemuan teknik polymerase Chain Reaction ( PCR )

menyebabkan perubahan yang cukup revolusioner diberbagai bidang. Hasil

aplikasi dari teknik PCR ini disebut dengan DNA fingerprint yang merupakan

gambaran pola potongan DNA dari setap individu. Karena setiap individu

mempunyai DNA fingerprint yang berbeda (Albert, 1982)

Metode Analisis DNA Fingerprint

Sistematika analisis DNA Fingerprint sama dengan metode analisis

ilmiah yang biasa dilakukan dilaboratorium kimia. Setelah didapat sampel dari

Page 19: Referat Forensik Last

bagian tubuh tertentu, maka dilakukan isolasi untuk mendapatkan sampel

DNA.Bahan kimia yang digunakan untuk isolasi adalah Phenolchloroform dan

Chilex.Phenolchloroform biasa digunakan untuk isolasi darah yang terbentuk

cairan, sedangkan Chilex digunakan untuk mengisolasi barang bukti yang

berupa rambut.Tahapan selanjutnya adalah sampel DNA dimasukkan kedalam

mesin PCR. Langkah dasar penyusunan DNA fingerprint dengan PCR yaitu

dengan sebuah amplifikasi (pembesaran) sebuah zat potongan DNA yang

urutannya belum diketahui, prosedur ini dimulai dengan mencampurkan

sebuah primer amplifikasi dengan sampel genomic DNA. Satu nanogram

DNA yang sudah cukup untuk membuat pleat reaksi. Kemudan primer

amplifikasi tersebut digunakan untuk penjiplakan untuk sampel DNA yang

mempunyai urutan bahas yang cocok.Hasil akhirnnya berupa kopi urutan

DNA lengkap hasil amplifikasi dari DNA sampel. Selanjutnya kopi urutan

DNA akan dikarakterisasi dengan elektroforesis untuk melihat pola pitanya.

Karena urutan DNA setiap orang berbeda maka jumlah dan lokasi pita DNA

(pola elektroforosis) setiap individu juga berbeda. Pola pita inilah yang disebut

DNA fingerprint.

Kekurangan DNA Fingerprint :

1. Tes DNA yang dilakukan di Indonesia tergolong sangat lama diperkirakan

memerlukan sampai waktu sampai 12 hari kerja atau sampai hamper 2

minggu karena sangat terbatasnnya instansi yang dapat melayani tes DNA.

2. Dana yang dibutuhkan sangat mahal.

Kelebihan DNA Fingerprint :

1. Adannya kesalahan bahwa kemiripan pola pita bias terjadi secara random

(kebetulan) sangat kecil kemungkinannya.

2. Kemampuanya ahli forensik dalam mengendus jejak kejahatan melalui

metode analisis DNA fingerprint merupakan suatu langkah maju dalam

proses pengungkapan kejahatan di Indonesia.

3. Keakuratan hasil yang mencapai hasil hampir 100 % menjadikan metode

DNA Fingerprint selangkah lebih maju dibandingkan proses biometri

(identifikasi menggunakan sidik jari, retina mata, susunan gigi, bentuk

tengkorak kepala serta bagian tubuh lainnya )

Page 20: Referat Forensik Last

2.2.5. TEKNIK ANALISA DNA

Tes DNA memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pemeriksaan

konvensional lainnya yaitu:

Ketepatan yang lebih tinggi

Sebagai contoh hasil pemeriksaan terhadap bercak darah dengan teknik pemeriksaan

DNA akan memberikan hasil yang nyaris sempurna dalam menentukan siapa sumber

bercak darah dibandingkan dengan pemeriksaan golongan darah konvensional

Pilihan sampel luas

Penyebaran DNA pada hampir seluruh bagian tubuh membuat sampel untuk tes DNA

dapat diambil dari berbagai bagian tubuh

Dapat memecahkan kasus sulit

Tes DNA merupakan satu-satunya tes yang dapat dipakai untuk memecahkan kasus

sulit yang tidak dapat dipecahkan dengan metode biasa

Sensitifitas yang amat tinggi

Sensitifitas tes ini mencapai 99,9 %

Kestabilan yang tinggi

Pada kasus dimana bukti sebagai sampel sudah membusuk maka hanya tes ini yang

dpat dilakukan karena DNA bersifat tahan pembusukan dibandingkan protein

2.2.5.1. Teknik Sidik Jari DNA / RFLP

Page 21: Referat Forensik Last

RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphisms) adalah sebuah

metode yang digunakan oleh ahli biologi molekuler untuk mengikuti urutan

tertentu DNA seperti yang disampaikan kepada sel-sel lain Sebuah RFLP

adalah urutan DNA yang memiliki pembatasan situs pada setiap ujungnya

dengan "target" urutan di antara keduanya. Sebuah sekuens target adalah

setiap segmen DNA yang mengikat untuk suatu penyelidikan dengan

membentuk pasangan basa komplementer.

Sebuah probe urutan DNA beruntai tunggal yang telah ditandai dengan

radioaktivitas atau enzim sehingga probe dapat dideteksi. Ketika pasangan basa

probe ke target, penyelidik dapat mendeteksi mengikat ini dan tahu di mana

urutan target adalah karena probe terdeteksi.

Page 22: Referat Forensik Last

Sebagai contoh, mari kita ikuti RFLP tertentu yang ditetapkan oleh enzim

restriksi EcoR I dan urutan target sebesar 20 basis

GCATGCATGCATGCATGCAT

EcoR aku mengikat kepada pengakuan seuqence GAATTC dan

memotong DNA beruntai ganda. Probe DNA di gunakan dalam analisis

polimorfisme pembatasan panjang fragmen (RFLP-Restriction Fragment Length

Polymorphisms), yang menjadi semakin berharga dalam prosedur

medis,mengandalkan pada pendeteksian berbagai ukuran fragmen

(Polymorphisms) yang di hasilkan ketika potongan DNA genomik yang

mengandung suatu gen tertentu dan daerah analog yang mengandung alel mutan

nya di belah oleh suatu enzim pembatas.

Elektroforesis gel, autoradiografi, dan probe DNA berlabel radio

digunakan untuk mendeteksi dua fragmen berbeda. Protokol diagnostik ini

sekarang di gunakan dengan berhasil untuk diagnosis prenatal dari anemia sel

sabit, Fibrosis kistik, Korea Huntington, Distrofi Muskular Duchenne, dan

penyakit ginjal polikistik dewasa. Karena tidak ada dua genom manusia yang

memiliki rangkaian basa yang identik. Maka RFLP dewasa ini di gunakan oleh

pengetahuan kedokteran kehakiman untuk mendapatkan sidik jari DNA manusia,

dimana tidak ada dua sidik jari yang sama. Dengan demikian,karena setiap sidik

jari DNA manusia adalah unik,maka RFLP terbukti merupakan alat penyelidikan

yang kuat untuk membantu petugas hukum dalam menyelesaikan masalah

kejahatan.

Untuk menghitung jarak genetik antara untuk lokus, Anda harus mampu

mengamati rekombinasi. Secara tradisional, ini dilakukan dengan mengamati

fenotipe, tetapi dengan analisis RFLP, adalah mungkin untuk mengukur jarak

genetis antara dua lokus RFLP apakah mereka merupakan bagian dari gen atau

tidak.

Deteksi RFLP dilakukan berdasarkan pada adanya kemungkinan untuk

membandingkan profil pita-pita yang di hasilkan setelah di lakukan pemotongan

Page 23: Referat Forensik Last

dengan enzim restriksi terhadap DNA target atau dari individu yang berbeda.

Berbagai mutasi yang terjadi pada suatu organisme mempengaruhi molekul DNA

dengan berbagai cara,menghasilkan fragmen-fragmen dengan panjang yang

berbeda.

Aplikasi tekhnik RFLP biasa di gunakan untuk mendeteksi diversitas

genetic,hubungan kekerabatan,sejarah domestikasi,asal dan evolusi suatu

spesies,genetic drift dan seleksi,pemetaan keseluruhan genom,tagging

gen,mengisolasi gen-gen yang berguna dari spesies liar, mengkonstruksi

perpustakaan DNA. Restriction Fragment Length polymorphism (RFLP)

merupakan penanda molekul yang pertama kali ditemukan dan

digunakan.Penggunaannya dimungkinkan semenjak orang menemukan enzim

endonuklease restriksi (RE), suatu kelas enzim yang mampu mengenal dan

memotong seurutan pendek basa DNA (biasanya 4-6 urutan basa).Enzim ini

dihasilkan oleh bakteri dan dinamakan menurut spesies bakteri yang

menghasilkannya.

RFLP bersifat kodominan dan cukup berlimpah serta polimorfik.Penanda

ini juga mudah dipetakan dalam peta genetik dan bersifat stabil.Kelemahannya,

penanda ini memerlukan DNA dalam jumlah besar, lama (memerlukan waktu

tiga hari), serta melibatkan penggunaan pelabelan isotop radioaktif (meskipun

kini telah ditemukan teknik tanpa radioaktif).

Analisis Restriction fragment length polymorphism (RFLP) adalah salah

satu teknik pertama yang secara luas digunakan untuk mendeteksi variasi pada

tingkat sekuen DNA.Deteksi RFLP dilakukan berdasar pada adanya

kemungkinan untuk membandingkan profil pitapita Yang dihasilkan setelah

dilakukan pemotongan dengan enzim restriksi terhadap DNA target/dari individu

yang berbeda.Berbagai mutasi yang terjadi pada suatu organism mempengaruhi

molekul DNA dengan berbagai cara, menghasilkan fragmenfragmen dengan

panjang yang berbeda.Perbedaan panjang fragmen ini dapat dilihat

setelahdilakukan elektroforesis pada gel, hibridisasi dan visualisasi.

Page 24: Referat Forensik Last

Aplikasi teknik RFLP biasa digunakan untuk mendeteksi diversitas

genetic, hubungan kekerabatan, sejarah domestikasi, asal dan evolusi suatu

spesies, genetic drift dan seleksi, pemetaan keseluruhan genom, tagging gen,

mengisolasi gengen yang berguna dari spesies liar,mengkonstruksi perpustakaan

DNA.

Prosedur Teknik RFLP

• Teknik ini diawali dengan mengekstrasi sekuens DNA dari sel.

•Selanjutnya untaian DNA hasil ekstrasi dipotong potong dengan

menggunakan enzim restriksi.  

• Potongan DNA ini diproses pada gel agarose dengan menggunakan teknik

elektroforesis untuk memisahkan fragmen DNA berdasarkan berat molekulnya

dengan menggunakan arus listrik. 

 •  Gel hasil elektroforesis selanjutnya ditransfer ke membran nilon dengan

menggunakanteknik bloting.Selanjutnya radioaktif probe ditambahkan untuk

menggandeng potongan DNA yang sesuai  dan memindahkannya ke membran

nilon.

•Dengan melakukan pemotretan membran (membubuhkan bahan pewarna

atau unsurradioaktif)  pola garis-garis sidik jari DNA yang terbentuk dapat

divisualisasikan dan dianalisakecocokannya.

2.2.5.2. Teknik PCR (Polimerase Chain Reaction)

Mesin PCR

Page 25: Referat Forensik Last

PCR tube yang berisi masing-masing 100 mikroliter campuran reaksi

PCR merupakan proses yang berlangsung secara in vitro dalam tabung

reaksi sebesar 200 µl ini mampu menggandakan atau mengkopi DNA hingga

miliaran kali jumlah semula. Maka pantes aja dengan berbekal DNA yang

terkandung dalam sampel yang cuma secuil itu bisa diperoleh banyak sekali

informasi sesuai kebutuhan kita.Reaksi PCR meniru reaksi penggandaan atau

replikasi DNA yang terjadi dalam makhluk hidup.Secara sederhana PCR

merupakan reaksi penggandaan daerah tertentu dari DNA cetakan (template)

dengan batuan enzim DNA polymerase.PCR terdiri atas beberapa siklus yang

berulang-ulang, biasanya 20 sampai 40 siklus.

Komponen PCR

Page 26: Referat Forensik Last

Selain DNA template yang akan digandakan dan enzim DNA

polymerase, komponen lain yang dibutuhkan adalah:

Primer

Primer adalah sepasang DNA utas tunggal atau oligonukleotida pendek

yang menginisiasi sekaligus membatasi reaksi pemanjangan rantai atau

polimerisasi DNA.Jadi jangan membayangkan kalau PCR mampu

menggandakan seluruh DNA bakteri E. coli yang panjangnya kira-kira 3 juta

bp itu. PCR hanya mampu menggandakan DNA pada daerah tertentu

sepanjang maksimum 10000 bp saja, dan dengan teknik tertentu bisa sampai

40000 bp. Primer dirancang untuk memiliki sekuen yang komplemen dengan

DNA template, jadi dirancang agar menempel mengapit daerah tertentu yang

kita inginkan.

dNTP (deoxynucleoside triphosphate)

dNTP alias building blocks sebagai ‘batu bata’ penyusun DNA yang

baru. dNTP terdiri atas 4 macam sesuai dengan basa penyusun DNA, yaitu

dATP, dCTP, dGTP dan dTTP.

Buffer

Buffer yang biasanya terdiri atas bahan-bahan kimia untuk

mengkondisikan reaksi agar berjalan optimum dan menstabilkan enzim DNA

polymerase.

Ion Logam

o Ion logam bivalen, umumnya Mg++, fungsinya sebagai kofaktor bagi

enzim DNA polymerase. Tanpa ion ini enzim DNA polymerase tidak

dapat bekerja.

o Ion logam monovalen, kalsium (K+).

Tahapan Reaksi

Page 27: Referat Forensik Last

Setiap siklus reaksi PCR terdiri atas tiga tahap, yaitu:

Denaturasi

Denaturasi dilakukan dengan pemanasan hingga 96oC selama 30-60

detik. Pada suhu ini DNA utas ganda akan memisah menjadi utas tunggal.

Annealing

Setelah DNA menjadi utas tunggal, suhu diturukan ke kisaran 40-60oC

selama 20-40 detik untuk memberikan kesempatan bagi primer untuk

menempel pada DNA template di tempat yang komplemen dengan sekuen

primer.

Ekstensi/elongasi

Dilakukan dengan menaikkan suhu ke kisaran suhu kerja optimum

enzim DNA polymerase, biasanya 70-72oC. Pada tahap ini DNA polymerase

akan memasangkan dNTP yang sesuai pada pasangannya, jika basa pada

template adalah A, maka akan dipasang dNTP, begitu seterusnya (ingat

Page 28: Referat Forensik Last

pasangan A adalah T, dan C dengan G, begitu pula sebaliknya). Enzim akan

memperpanjang rantai baru ini hingga ke ujung. Lamanya waktu ekstensi

bergantung pada panjang daerah yang akan diamplifikasi, secara kasarnya

adalah 1 menit untuk setiap 1000 bp.

Selain ketiga proses tersebut biasanya PCR didahului dan diakhiri oleh

tahapan berikut:

Pra-denaturasi

Dilakukan selama 1-9 menit di awal reaksi untuk memastikan

kesempurnaan denaturasi dan mengaktifasi DNA Polymerase (jenis hot-start

alias baru aktif kalau dipanaskan terlebih dahulu).

Final Elongasi

Biasanya dilakukan pada suhu optimum enzim (70-72oC) selama 5-15

menit untuk memastikan bahwa setiap utas tunggal yang tersisa sudah

diperpanjang secara sempurna. Proses ini dilakukan setelah siklus PCR

terakhir. PCR dilakukan dengan menggunakan mesin Thermal Cycler yang

dapat menaikkan dan menurunkan suhu dalam waktu cepat sesuai kebutuhan

siklus PCR. Pada awalnya orang menggunakan tiga penangas air (water bath)

untuk melakukan denaturasi, annealing dan ekstensi secara manual, berpindah

dari satu suhu ke suhu lainnya menggunakan tangan. Tapi syukurlah sekarang

mesin Thermal Cycler sudah terotomatisasi dan dapat diprogram sesuai

kebutuhan.

Keunggulan PCR dibandingkan RFLP adalah :

o Simpel dan mudah dilaksanakan di laboratorium

o Hasil diperoleh dalam waktu singkat

o Memungkinkan analisa DNA dalam jumlah sedikit

Page 29: Referat Forensik Last

Kekurangan PCR adalah :

o Mudah terkontaminasi

Jika ada DNA bakteri tercampur maka akan diperbanyak hingga

jutaan kali sehingga bisa terjadi salah kesimpulan terhadap hasil

pemeriksaan

o Lokus dalam PCR memiliki alel lebih sedikit dibanding RFLP

2.2.5.3. Short Tandem Repeats

Merupakan penggambaran dari urutan DNA pendek yang diulang

dimana panjang pengulangan ini berbeda-beda tergantung individu dan

diwariskan kepada generasi berikutnya.Mutasi dapat terjadi terhadap

banyaknya pengulangan sehingga dapat muncul variasi panjang

pengulangan.Variasi ini membuat teknik ini dapat digunakan sebagai penanda

genetik.Metode ini dapat memeriksa sampel DNA yang rusak karena hanya

sedikit pasangan basa fragmen DNA yang diperbanyak.Teknik ini memiliki

kelemahan dimana teknik ini membutuhkan tiga belas lokus sedangkan DNA

inti sendiri hanya memiliki dua salinan molekul dalam setiap sel.

2.2.5.4. Y-Short Tandem Repeats

Merupakan STRs pada kromosom Y dan hanya dapat digunakan untuk

menyaring informasi genetik yang spesifik dari pria yang menjadi

sampel.Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk memriksa sampel tanpa

sperma yang bercampur antara sampel laki-laki dan sampel perempuan seperti

sampel darah yang diambil dari korban kasus perkosaan. Teknik pemeriksaan

ini juga berguna untuk menyelesaikan kasus disputed paternity pada anak laki-

laki karena kromosom Y diturunkan oleh ayah kepada anak laki-laki.

2.2.5.5. Mitochondrial DNA (mt-DNA)

Mitokondria adalah partikel intraselular yang terdapat dalam

sitoplasma sel dan mengandung DNA kecil berupa molekul berbentuk

sirkular.Ciri khas mt-DNA adalah pola penurunannya dimana mt-DNA hanya

mengandung DNA ibu.Mt-DNA bersifat seperti kromosom Y yang tidak

mempunyai homolog pada genom manusia sehingga kedianya diturunkan

Page 30: Referat Forensik Last

secara spesifik.Dari mt-DNA dapat diketahui garis ibu pada anak laki-laki.Mt-

DNA adalah marker sitoplasmik yang diturunkan ibu kepada semua anaknya.

2.2.5.6. CODIS (Combined DNA Index System)

Merupakan analisis DNA yang baru dikembangkan FBI.FBI memilih

tiga belas lokus utama standar dan meningkatkan pengembangan kemampuan

laboratorium untuk melakukan pemeriksaan pada lokus tersebut. Pengumpulan

tiga belas lokus utama ini akan meningkatkan kemampuan diskriminasi.

CODIS menggunakan dua indeks atau petunjuk untuk melakukan pemeriksaan

pada kasus kriminal dengan analisis DNA. Kedua indeks tersebut adalah

Convicted Offender Index yang mengandung profil narapidana yang

melakukan tindakan kriminal dan The Forensik Index yang mengandung profil

DNA dari fakta yang didapatkan pada kasus kriminal.

2.3.ANALISIS HASIL TES DNA

Analisis DNA untuk meliputi beberapa tahap yaitu tahap pengambilan

specimen, tahap proses laboratorium, tahap perhitungan statistic dan

pengambilan kesimpulan. Untuk metode tes DNA di Indonesia, masih

memanfaatkan metode elektroforesis DNA. Interpretasi hasilnnya adalah

detngan cara menganalisa pola DNA menggunakan marka STR ( short tandem

repeats ). STR adalah lokus DNA yang tersusun atas pengulangan 2-6

basa.Dalam genom manusia dapat ditemukan pengulangan basa yang bervariasi

jumlah dan jenisnya.Dengan menganalisa STR ini, maka DNA tersebut dapat

diprofilkan dan dibandingkan dengan sampel DNA terduga lainnya.

Beberapa tahapan tes DNA yaitu :

1. Tahapan preparasi sampel yang meliputi pengambilan sampel DNA

(isolasi) dan pemurnian DNA. Dalam tahap ini diperlukan kesterilan alat-

alat yang digunakan. Untuk sampel darah dalam isolasinnya dapat

digunakan. Untuk sampel darah dalam isolasinnya dapat digunakan

bahan kimia phenolchloroform sedangkan untuk sampel rambut dapat

Page 31: Referat Forensik Last

digunakan bahan kimia Chilex. Selanjutnnya DNA dimurnikan dari

kotoran-kotoran seperti protein, sel debris dan lain-lain. Untuk metode

pemurnian biasannya digunakan teknik sentrifugasi dan metode filtrasi

vakum. Tetapi berbagai ilmuwan telah banyak meninggalkan cara

tersebut dan beralih keproduk-produk pemurnian yang telah dipasarkan

seperti produk butir magnet yang memanfaatkan silica-coated

paramagnetic resin yang memungkinkan metode pemisahan DNA yang

lebih sederhana dan cepat.

2. Tahapan selanjutnnya adalah memasukkan sampel DNA yang telah

dimurnikan kedalam mesin PCR (polymerase chain reaction) sebagai

tahapan ampifikasi. Hasil akhir dari tahapan amplifikasi ini adalah

berupa kopi urutan DNA lengkap dari DNA sampel. Selanjutnnya kopi

urutan DNA ini akan dikarakterisasi dengan elektroforesis untuk melihat

pola pitannya. Karena urutan DNA setiap orang berbeda maka jumlah

dan lokasi pita DNA (pola elektroforesis) setiap individu juga berbeda.

Pola pita inilah yang disebut DNA sidik jari ( finger print ) yang akan

dianalisa pola STR nya. Tahap terakhir adalah DNA berada dalam

tahapan typing, proses ini dimaksudkan untuk memperoleh tipe DNA.

Mesin PCR akan membaca data-data DNA dan menampilkannnya dalam

bentuk angka-angka dan gambar-gambar identifikasi DNA. Finishing

dari tes DNA adalah mencocokkan tipe-tipe DNA yaitu DNA korban

dengan DNA pihak yang dicurigai atau dengan tipe DNA yang telah

tersedia dalam database. Jika dalam pembacaan diperoleh homolog

melebihi ambang yang ditetapkan (missal 90%) maka dapat dipastikan

korban adalah kerabat pihak yang dicurigai.

3. Hasil analisis laboratorium atau profil DNA akan terlihat berupa pita-

pita DNA yang terdapat pada gel polakrilamid. Pita DNA anak kemudian

dibandingkan dengan pita DNA ayah dan ibunnya. Dapat dilihat bahwa

masing-masing orang memilki dua pita sebagai representasi dua alel yang

menggambarkan DNA pada satu pasang kromosom. Salah satu pita pada

kolom DNA anak sama tinggi dengan salah satu pita ibu yang

menunjukkan alel tersebut berasal dari ibu, artinya pita anak yang

kedua berasal dari pihak ayah terlihat bahwa salah satu pita ayah sama

tinggi dengan pita kedua anak. Kemudian dilakukan perhitungan statistic

Page 32: Referat Forensik Last

sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pria dan wanita tersebut

kemungkinan besar adalah orangtua dengan kemungkinan sekian persen

dibandingan dengan orang lain dalam ras yang sama.

2.4. KASUS

Kasus Pemboman J.W. Mariot dan Ritz Carlton

Setelah pemboman hotel JW Marriot dan Ritz Carlton beberapa hari yang lalu,

beberapa diantaranya diperkirakan pelaku bom bunuh diri. Pada kasus bom

semacam ini hal penting yang harus dilakukan adalah pemeriksaan terhadap

korban meninggal secara kedokteran forensik.Terhadap semua korban

meninggal harus dilakukan autopsi, untuk menentukan jenis perlukaan dan

kekerasan penyebabnya, pencarian penyebab dan mekanisme kematian, saat

kematian dan yang tak kalah pentingnya adalah identifikasi korban.Korban

pemboman secara kedokteran forensik dicirikan oleh adanya perlukaan akibat

ledakan, luka bakar, keracunan CO dan luka akibat serpihan yang mengenai

tubuh.

Pemeriksaan Korban Bom

Korban meninggal akibat bom dapat dikenali dari keadaannya yang umumnya

hancur tercerai berai untuk korban yang berada dekat dengan pusat ledakan.

Ledakan bom terhadap korban yang dekat dari pusat ledakan secara langsung

akan mengakibatkan luka-luka ledakan berupa tubuh yang hancur berkeping,

dan amputasi pada berbagai bagian tubuh. Korban yang berada dekat dengan

pusat ledakan juga akan menunjukkan adanya luka bakar, dari yang ringan

sampai berat tergantung posisinya dari lokasi yang terbakar. Dari pola luka

bakar yang terjadi dokter forensik kemungkinan juga dapat memperkirakan

posisi korban dan kemana korban menghadap ketika terjadi kebakaran pasca

ledakan.Pada beberapa korban bom mungkin pula terjadi luka sekunder,

misalnya luka akibat tertimpa kaca atau bahan bangunan yang hancur akibat

ledakan atau luka akibat terinjak-injak saat semua orang panik pasca ledakan.

Page 33: Referat Forensik Last

Identifikasi Personal

Identifikasi korban pemboman perlu dilakukan karena korban sulit

dikenali lagi, akibat hancurnya tubuh akibat ledakan. Pada kasus

ledakan Bom di hotel JW Marriote dan Ritz Carlton, dari TKP penyidik

mendapatkan beberapa batang tubuh, dua kepala dan banyak serpihan

bagian tubuh manusia. Identifikasi korban secara forensik pada

prinsipnya adalah pembandingan data sebelum meninggal (ante mortem)

dan data setelah meninggal (postmortem). Semakin banyak data yang

cocok, maka akan semakin yakin kita bahwa korban adalah benar Tuan

X. Sebaliknya, jika ditemukan ada ketidaksesuaian, maka kita juga yakin

bahwa korban adalan bukan Tuan X. Data postmortem diperoleh melalui

pemeriksaan terhadap korban atau serpihan tubuh korban oleh dokter

forensic. Data antemortem diperoleh oleh tim lainnya, yang melakukan

pengumpulan data tersangka korban dari keluarga, kerabat, data medis,

data gigi dan sebagainya. Selanjutnya dilakukan pembandingan antara

data postmortem dan data antemortem, untuk mencari adanya

kesesuaian antara keduanya.Secara umum dapat dikatakan bahwa

semakin banyak data yang sesuai antara keduanya semakin meyakinkan

bahwa korban adalah tersangka korban. Dengan demikian tugas kedua

tim ini adalah mencari data sebanyak mungkin dari serpihan tubuh

korban dan keluarga tersangka korban. Data yang dikumpulkan meliputi

data visual (gambaran profil atau bagian tubuh), pakaian, perhiasan,

dokumen, data medis (ras, umur, jenis kelamin, ciri khusus, DNA),

serologi (golongan darah), sidik jari, dan data gigi. Dari semua data

tersebut diatas, pemeriksaan gigi, sidik jari DNA merupakan 3 data

penentu identitas, yang dikenal sebagai data identifikasi primer,

sementara data lainnya disebut sebagai data identikasi sekunder yang

hanya bersifat mengarahkan dan memperkuat data identifikasi primer.

Data sidik jari pada kasus pemboman biasanya sulit didapat karena

ujung jari sulit ditemukan, tidak lengkap, sudah rusak atau

terbakar.Data gigi amat membantu pada identifikasi korban yang berasal

dari luar negeri, karena data antemortem giginya biasanya lengkap dan

mudah diperoleh. Identifikasi orang Indonesia melalui pemeriksaan gigi

Page 34: Referat Forensik Last

biasanya sulit dilakukan karena data antemortem gigi sulit diperoleh

karena jarangnya kunjungan ke dokter gigi dan kurang baiknya dental

record di kalangan dokter gigi praktek di Indonesia.Atas dasar itu maka

untuk korban yang sulit diidentikasi dengan cara lain, maka pemeriksaan

DNA merupakan pemeriksaan yang paling dapat diandalkan untuk

pemastian identitas.

Pemeriksaan DNA

DNA merupakan materi keturunan yang dipunyai setiap orang dan

merupakan blueprint setiap individu.Setiap orang memiliki banyak sekali

DNA dalam sel tubuhnya, dimana separuhnya berasal dari ibunya (DNA

maternal) dan separuhnya berasal dari ayahnya (DNA paternal). Sesuai

dengan rekomendasi dari FBI pada tahun 1990, maka untuk kasus

identifikasi forensik, pada saat ini yang direkomendasikan untuk

diperiksa adalah 13 lokus (daerah) DNA yang ukurannya pendek-pendek,

yang dikenal sebagai Short Tandem Repeats (STR). Anjuran

pemeriksaan terhadap panel 13 lokus STR ini (dikenal sebagai CODIS

13) dilakukan karena terbukti merupakan panel pemeriksaan yang

sangat akurat dan sebagai standarisasi yang sifatnya internasional, agar

data pemeriksaan DNA yang dilakukan oleh berbagai laboratorium DNA

forensik di dunia seragam dan dapat dibandingkan satu sama lain Pada

kasus identifikasi korban bom ada dua tahapan pemeriksaan DNA yang

dapat dilakukan. Tahapan pertama adalah penggolongan serpihan atau

potongan tubuh melalui matching analysis.Pada analisis ini berbagai

potongan tubuh manusia diperiksa profil DNA nya. Karena pada setiap

lokus STR setiap individu punya dua pita DNA, maka pada setiap lokus

STR yang diperiksa akan didapatkan kombinasi 2 angka yang

menunjukkan panjangnya DNA. Dengan demikian, jika dilakukan

pemeriksaan DNA pada 13 lokus, akan dihasilkan kombinasi 26 angka,

yang menunjukkan profil spesifik setiap individu. Karena setiap bagian

tubuh manusia yang sama memiliki pola DNA yang sama, maka

potongan tubuh manusia yang sama profil DNAnya pastilah berasal dari

individu yang sama. Hasil dari matching analysis ini adalah

penggolongan potongan berdasarkan individunya.

Page 35: Referat Forensik Last

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

1. Tes yang digunakan dalam identifikasi DNA adalah tes maternitas, tes

paternitas, dan DNA fingerprint

2. Sumber isolasi DNA dapat diperoleh dari sampel biologis tubuh

seperti darah dan bercak darah,seminal, cairan vaginal, dan bercak

kering, rambut,epitel bibir, sel buccal,tulang,gigi,saliva dengan

nucleus,urine,feces,kerokan kuku,jaringan otot,hingga ketombe

Page 36: Referat Forensik Last

3. Ada bermacam-macam teknik tes DNA bergantung pada kebutuhan

dan ketersediaan alat dan bahannya pada saat itu. Namun yang

paling banyak diterapkan adalah metode PCR

3.2. SARAN

Tinjauan tentang identifikasi forensik dan kasus medikolegal bisa

menjadi lebih menarik bila disertai dengan contoh konkrit hasil analisis

yang dilakukan atas kasus yang menarik perhatian masyarakat.

Kerjasama universitas,rumah sakit dan puslabfor mungkin perlu dirintis

demi memberikan akses mengenai data informasi genetik yang

diperlukan

DAFTAR PUSTAKA

1. Andrea Petrophylla. Tes DNA. URL: http://www.ripiu.com/article/read/klik4orofit-tes-dna

2. Anonim. Mengenal PCR (Polymerase Chain Reaction) URL : http://sciencebiotech.net/mengenal-pcr-polymerase-chain-reaction/

3. Anonim. DNA Genetik Testing-Paternity and Forensik Use. URL: http://www.genetics.edu.au

4. Anonim. Pengumpulan Sampel, Ekstraksi DNA, dan Kuantifikasi DNA. URL:http://www.freewebs.com/pengumpulansampeldna.htm

Page 37: Referat Forensik Last

5. Curran Thomas. Forensik DNA Analisys : Technology and Application.Avaibable at : http://www.denverda.org/DNA/Forensik_DNA_Article.htm

6. Eijkman Institute For Molekuler Biologi. 2008. Identifikasi DNA. Situs Web Eijkman Institute.

7. Guyton and Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Dalam Sel dan Fungsinya. Edisi 9. EGC. Jakarta. Hal 33-46.

8. M. Gunawan Abdillah. Tahapan Tes DNA. URL: http://www.klikp21.com9. M. Singer and P Berg, Genes and Genomes (University Science Books) Mill Valley, CA,

1997.10. Norah Rudin & Keith Inman. Introduction to Forensik DNA Analysis. 2nd ed. London

New York Washington DC: CRC Press LLC, 2002.11. Short Tandem Repeats (STRs); diunduh dari:

http://www.forensicdnacenter.com/dna-str.html12. Tuner L. DNA paternity testing: public perceptions and the influence of gender.

AJETS. 2003; 1 (1): 21-37