referat forensik antropologi

26
Referat PENENTUAN USIA SAAT KEMATIAN DARI SEBUAH JENAZAH BERDASARKAN KERANGKA TUBUHNYA Tugas Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Disusun oleh : Ribka Renaldi, S.Ked Ristania, S.Ked Annisa Ginar Indrarsi, S.Ked Pembimbing : Dr, Ramli Baschin DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK

Upload: krisna-dwi-saputra

Post on 18-Feb-2016

60 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

c

TRANSCRIPT

Page 1: referat forensik antropologi

Referat

PENENTUAN USIA SAAT KEMATIAN DARI SEBUAH JENAZAH BERDASARKAN KERANGKA TUBUHNYA

Tugas

Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

Disusun oleh :

Ribka Renaldi, S.Ked

Ristania, S.Ked

Annisa Ginar Indrarsi, S.Ked

Pembimbing :

Dr, Ramli Baschin

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2011

Page 2: referat forensik antropologi

HALAMAN PENGESAHAN

Referat dengan judul

PENENTUAN USIA SAAT KEMATIAN DARI SEBUAH JENAZAH BERDASARKAN KERANGKA TUBUHNYA

oleh:

Ribka Renaldi, S.Ked

Ristania, S.Ked

Annisa Ginar Indrarsi, S.Ked

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior

di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Palembang, Juli 2011

Dosen Pembimbing

dr. Ramli Baschin

Page 3: referat forensik antropologi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan karunia dan rahmat-Nya serta kesehatan dan kesempatan sehingga penulis

dapat menyelesaikan makalah sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan

Klinik Senior di Departemen Ilmu Kedokteran Forensik Palembang, Fakultas Kedokteran

Universitas Sriwijaya.

Seiring dengan selesainya penulisan makalah yang berjudul “Penentuan Usia Saat Kematian dari sebuah Jenazah Berdasarkan Kerangka Tubunya”, penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada dr. Ramli Baschin selaku pembimbing referat ini.

Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi tercapainya hasil yang

lebih baik dan membawa manfaat bagi semua.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat serta dapat dijadikan

pertimbangan dan sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan

Palembang, Juli 2011

Penulis

Page 4: referat forensik antropologi

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................................ii

KATA PENGANTAR.................................................................................................................. iii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biologi Tulang Manusia....................................................................................

2.2. Anatomi Tulang................................................................................................

2.3. Struktur molekuler tulang................................................................................

2.4 Histologi dan Molekuler Tulang...................................................................

2.4 Pertumbuhan Tulang..................................................................................

2.5 Identifikasi Forensik....................................................................................

2.6 Identifikasi Kerangka Untuk memperkirakan umur......................................

BAB III PENUTUP

6.1. Kesimpulan......................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: referat forensik antropologi

BAB I

PENDAHULUAN

Seperti diketahui bersama dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa

ini, perkembangan di segala bidang kehidupan yang membawa kesejahteraan bagi umat

manusia, pada kenytaannya juga menimbulkan berbagai akibat yang tidak diharapkan.

Salah satu diantaranya akibat yang tidak diharapkan tersebut adalah meningkatnya

kuantitas maupun kualitas mengenai cara atau teknik pelaksanaan tindak pidana,

khususnya yang berkaitan dengan upaya pelaku tindak pidana dalam usaha meniadakan

sarana bukti sehingga tidak jarang dijumpai kesulitan bagi para petugas hukum untuk

mengetahui korban dan atau pelakunya. Akhir-akhir ini terlihat peningkatan kualitas

kejahatan dimana pelakunya sering berusaha menyembunyikan korbannya yang bertujuan

untuk menghilangkan jejak serta barang bukti agar pelaku dan korbannya tidak dikenal

lagi, dengan demikian sering korban ditemukan sudah tinggal tulang belulang.

Dalam proses penyidikan suatu tindak pidana mengetahui identitas korban

merupakan suatu hal yang mempunyai arti sangat penting, yaitu sebagai langkah awal

penyidikan yang harus dibuat lebih dahulu sebelum dapat dilakukan langkah-langkah

selanjutnya dalam proses penyidikan tersebut. Apabila identitas korban tidak dapat

diketahui, maka sebenarnya penyidikan menjadi tidak mungkin dilakukan. Selanjutnya

apabila penyidikan tidak sampai menemukan identitasnya identitas korban, maka dapat

dihindari adanya kekeliruan dalam proses peradilan yang dapat berakibat fatal.

Dalam ilmu kedokteran forensik dikenal pemeriksaan identifikasi yang merupakan

bagian tugas yang mempunyai arti cukup penting. Disebutkan bahwa yang dimaksud

identifikasi adalah salah satu usaha untuk mengetahui identitas seseorang melalui sejumlah

ciri yang ada pada orang tak dikenal, sedemikian rupa sehingga dapat ditentukan bahwa

orang itu apakah sama dengan orang yang hilang yang diperkirakan sebelumnya juga

dikenal dengan ciri-ciri itu. Disitulah semua, identifikasi mempunyai arti penting baik

ditinjau dari segi untuk kepentingan forensik maupun non-forensik.

Antropologi adalah studi tentang umat manusia, budaya dan fisik, disemua waktu

dan tempat. Antopologi forensik adalah aplikasi pengetahuan antopologis dan teknik

Page 6: referat forensik antropologi

dalam konteks hukum. Hal ini melibatkan pengetahuan rinci osteologi (anatomi budaya

tulang dan biologi) unutk membantu dalam identifikasi dan penyebab kematian sisa-sisa

kerangka, serta pemulihan tetap menggunakan teknik arkeologi. Antropologi fisik forensik

mengkhususkan diri dalam penelitian dan penerapan teknik yang digunakan unutk

menentukan usia saat kematian, seks, afinitas populasi, perawakannya, kelainan dan atau

patologi, dan keistimewaan untuk (biassanya) bahan tulang modern.

Jika rangka menunjukkan bukti bahwa telah dimakamkan dalam waktu lama atau

dengan peti mati, maka ini biasanya hanya menunjukkan riwayat pemakaman daripada

waktu

kematian. Walaupun tugas utama dari antropologi adalah untuk menentukan identitas dari

jasad, namun pada pengembangannya dapat juga untuk menentukan pendapat mengenai

tipe dan ukuran senjata yang digunakan dan jumlah dari pukulan yang terdapat pada

korban kekerasan. Kebanyakan antropologis memiliki kemampuan antropologi yang tinggi

dan telah memeriksa banyak sisa-sisa dari rangka. Beberapa di antaranya juga memiliki

pengalaman di bidang kepolisian dan medis, seperti halnya di bidang serologi, toksikologi,

senjata api dan identifikasi jejas akibat alat, investigasi kejadian kejahatan, penanganan

bukti kejahatan dan

fotografi. Dan hanya sedikit antropologis yang menangani analisis jejak kaki dan

identifikasi spesies dalam kaitannya dengan perkiraan waktu kematian yang sudah lewat.

Antropologi forensik selalu berhubungan dengan patologi forensik, odontologi dan

investigasi pembunuhan, cara kematian dan atau interval postmortem. Perlu diingat,

walaupun sebagian besar rangka manusia dewasa terdiri dari jumlah tulang yang sama

(206), namun tidak ada dua rangka yang sama. Karena itu observasi dari pola atau rangka

yang khas sering menunjukkan identifikasi pasti.

Osteologi forensik adalah subdisiplin dari antropologi forensik dan secara garis

besar memfokuskan pada analisa dari rangka manusia untuk tujuan medikologal. Osteologi

forensik paling sering dibutuhkan saat investigasi sisa-sisa dari tubuh manusia akibat dari

kematian wajar yang tidak dapat dijelaskan, pembunuhan, bunuh diri, atau bencana alam.

Meskipun begitu, seiring meningkatnya frekuensi tersebut, osteolog forensik seringkali

diminta untuk mendampingi dokter spesialis forensik dalam mengkonfirmasi usia dari

makhluk hidup maupun jenazah untuk keperluan peradilan. Pada referat kami ini, akan

Page 7: referat forensik antropologi

dibahas tentang bagaimana menentukan usia saat kematian dari sebuah jenazah dinilai dari

kerangkanya.

Page 8: referat forensik antropologi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sangatlah bermanfaat untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada

tulang sehubungan dengan bertambahnya usia ke dalam tiga fase yang berbeda di

sepanjang hidup seorang individu : pertumbuhan dan perkembangan, kesetimbangan atau

menetap, dan proses penuaan. Fase pertama secara luas berada di bawah pengaruh genetik

dan pengaruh lingkungan serta meliputi anak-anak dan dewasa muda yang mengalami

perubahan yang berlangsung dalam suatu pola yang terdokumentasikan relatif lebih baik

pada suatu kecepatan sedang yang dapat diperkirakan. Penggandaan dari komposisi tulang

pada remaja memberikan suatu susunan memanjang sehingga menjadi suatu parameter

berhubungan dengan pertumbuhan yang mana memiliki keakuratan yang tinggi.

2.1. Biologi Tulang Manusia

Tulang manusia berbeda dengan tulang hewan dalam hal struktur, ketebalan,

ukuran dan umur penulangan (osifikasi). Setiap manusia memiliki 190 tulang, dan tulang

ini dibedakan menjadi tulang panjang, pendek, pipih dan tidak teratur. Tulang panjang kita

dapati pada tangan dan kaki seperti humerus, radius, ulna, femur, tibia dan fibula. Tulang

pendek meliputi tulang belikat / klavikula, metacarpal dan metatarsal (jari tangan dan

kaki). Tulang pipih terdapat pada tulang-tulang atap tengkorak seperti frontal, parietal dan

occipital. Tulang tidak teratur adalah tulang vertebra dan basis cranii. (Indriati, 2004)

2.1.1. Anatomi Tulang

Secara umum, rangka orang dewasa memiliki dua komponen struktur yang

mendasar yaitu tulang spongiosa dan kompakta/kortikal. Struktur kompakta/kortikal

terdapat pada bagian tepi tulang panjang meliputi permukaan eksternal. Pada bagian

internal tulang, terdapat struktur spongiosa seperti jala-jala sedangkan bagian tengah

tulang panjang kosong atau disebut cavitas medullaris untuk tempat sumsum tulang.

(Indriati, 2004) Pada persendian, tulang kompakta ditutupi oleh kartilago/tulang rawan

sepanjang hidup yang disebut tulang subchondral. Tulang subchondral pada persendian

Page 9: referat forensik antropologi

ini lebih halus dan mengkilap dibanding tulang kompakta yang tidak terletak pada

persendian. Contohnya adalah pada bagian distal humerus atau siku.Selain itu, tulang

subchondral pada sendi juga tidak memiliki kanal Haversi. (Indriati, 2004)

Pada tulang vertebra, strukturnya porus dan dinamakan tulang trabecular atau

cancellous. Daerah tulang trabecular pada rangka yang sedang tumbuh memiliki tempat-

tempat sumsum merah, jaringan pembuat darah atau hemopoietic yang memproduksi sel-

sel darah merah, putih dan platelet. Sumsum kuning berfungsi terutama sebagai penyimpan

sel-sel lemak di kavitas medullaris pada tulang panjang, dikelilingi oleh tulang kompakta.

Selama pertumbuhan, sumsum merah digantikan secara progresif oleh sumsum kuning di

sebagian besar tulang panjang. (Indriati, 2004)

Bagian-bagian tulang panjang yang panjang dan silindris disebut diaphysis,

sedangkan ujung proksimal dan distalnya terdapat epiphysis dan metaphysis. Jadi,

diaphysis adalah batang tulang panjang, epiphysis adalah ujung akhir tulang panjang

sedangkan metaphysis adalah ujung tulang panjang yang melebar ke samping Semasa

hidup, bagian eksternal tulang yang tidak berkartilago dilapisi oleh periosteum. Periosteum

adalah membran dengan vaskularisasi yang memberi nutrisi pada tulang. Bagian internal

tulang dilapisi oleh endosteum/membran seluler. Baik periosteum maupun endosteum

adalah jaringan osteogenik yang berisi sel-sel pembentuk tulang. Pada periosteum yang

mengalami trauma, sel-sel pembentuk tulang jumlahnya bertambah. Pada

periostitis/trauma pada periosteum ditandai dengan pembentukan tulang baru di

permukaan eksternal tulang yang tampak seperti jala/trabekular. (Indriati, 2004)

2.1.2 Struktur Molekuler Tulang

Tulang manusia dan hewan sama-sama terdiri atas kolagen, molekul protein yang

besar, yang merupakan 90% elemen organik tulang. Molekul-molekul kolagen membentuk

serabut-serabut elastik pada tulang tapi pada tulang dewasa, kolagen mengeras karena

terisi bahan anorganik hydroxyapatite. Kristal-kristal mineral ini dalam bentuk calcium

phosphate mengisi matriks kolagen. Serabut-serabut protein dan mineral ini membuat

tulang memiliki dua sifat, yaitu melunak seperti karet bila mineral anorganiknya rusak atau

mengeras (bila direndam dalam larutan asam) atau retak dan hancur bila

kolagen/organiknya rusak (bila direbus/dipanasi). (Indriati, 2004)

Page 10: referat forensik antropologi

2.1.3 Histologi dan Metabolisme Tulang

Histologi adalah studi jaringan pada tingkat mikroskopik. Tulang imatur dan matur

berbeda strukturnya. Tulang imatur lebih primitif dalam istilah evolusi phylogenetiknya,

berupa jaringan ikat yang kasar dan seperti jala kolagen, polanya random dan tidak teratur

orientasinya. Tulang imatur lebih banyak memiliki osteocyte, biasanya terdapat pada

tulang yang menderita tumor, pada penyembuhan fraktur dan pada rangka

embrionik.Tulang kompakta tidak bisa diberi nutrisi melalui difusi permukaan pembuluh-

pembuluh darah, sehingga memerlukan sistem Haversi. Tulang trabekular lebih porus dan

menerima nutrisi dari pembuluh darah di sekitar ruang sumsum. Tulang dewasa baik yang

kompakta maupun trabekular secara histologis adalah tulang lamela. (Indriati, 2004)

Pemeriksaan makroskopik potongan melintang tulang kompakta umumnya

menunjukkan 4 sampai dengan 8 cincin konsentris yang dinamakan lamella haversi.

Pemeriksaan setiap lamella menunjukkan tumpukan paralel serabut kolagen. Serabut

kolagen pada lamela berikutnya berorientasi ke arah yang berbeda. Perbedaan arah

serabut-serabut kolagen ini menambah kekuatan struktur tulang. (Indriati, 2004)Setiap

batang potongan melintang tulang kompakta lamelar disebut sistem Haversi atau osteon

berukuran 0,3 mm diameternya dan 3-5 mm panjangnya. Inti sistem Haversi adalah kanal

Haversi dimana darah, limfe dan serabut saraf lewat. Kanal-kanal kecil tambahan disebut

kanal-kanal Volkmann membelah jaringan tulang secara oblique pada sudut runcing di

permukaan periosteal dan endosteal untuk menghubungkan kanal-kanal Haversi,

membentuk jaringan yang menyuplai darah dan limfe ke sel-sel tulang panjang. (Indriati,

2004)Lubang-lubang kecil di dalam setiap lamela disebut lacunae. Setiap lacunae

mempunyai sel-sel tulang disebut osteocyte. Nutrisi ditransport ke sel-sel ini melalui

kanalikuli. Osteoblast adalah sel-sel tulang yang berfungsi untuk membentuk, sintesis dan

deposit materi tulang, biasanya terkonsentrasi di bawah periosteum. Osteoblast membuat

osteoid, matriks organik tak terkalsifikasi yang kaya kolagen. Kalsifikasi tulang terjadi

sebagai kristal-kr istal hydroxyapatite, komponen anorganik tulang. Ketika osteoblast

dikelilingi matriks tulang, disebut osteocyte, sel-sel yang terletak di dalam lacunae dan

bertanggung jawab memelihara tulang. (Indriati, 2004) Osteoklas bertugas mereabsorbsi

Page 11: referat forensik antropologi

tulang. Pembentukan kembali atau remodeling tulang terjadi pada tingkat seluler dimana

osteoklas mereabsorbsi jaringan tulang dan osteoblast membangun jaringan tulang.

2.1.4 Pertumbuhan Tulang

Osteogenesis atau osifikasi terjadi pada dua lokasi: intramembraneous(contohnya

pada tulang frontal dan parietal) dan endochondral (contohnya pada tulang iga, vertebra,

basis cranii, tulang tangan dan kaki)., dimana osifikasinya melalui fase kartilago.

Pertumbuhan tulang meluas dari lokasi penetrasi awal, yang menjadi foramen nutrisi.

Membrana tipis bernama perichondrium mengelilingi kartilago pada tulang panjang.

Osteoblast di bawah perichondrium pada tulang panjang fetus mulai mendeposit tulang di

sekitar bagian luar batang kartilago. Sekali hal ini terjadi, membran ini disebut

periosteum, jaringan ikat berserabut yang mendeposit tulang selapis demi selapis.

Diameter tulang panjang meningkat, dan osteoklas pada permukaan endosteal

mereabsorbsi tulang sedangkan osteoblas pada periosteum mendeposit tulang. Proses

pertumbuhan pada tulang melebar (diametrik) tulang panjang ini disebut pertumbuhan

aposisional. (Indriati, 2004)Pertumbuhan memanjang tulang panjang terjadi pada bidang

epiphyseal oleh karenanya lokasi ini disebut bidang pertumbuhan yang terletak di antara

metaphysis(pusat osifikasi primer) dan epiphysis (pusat osifikasi sekunder). Pertumbuhan

memanjang ini menjauhi bagian tengah tulang yakni menuju proksimal dan menuju distal.

Pertumbuhan memanjang tulang panjang berhenti ketika metaphysis menyatu dengan

epiphysis. (Indriati, 2004)Pada sebelas minggu sebelum lahir, biasanya terdapat kurang

lebih 800 pusat osifikasi. Pada waktu lahir terdapat 450 pusat osifikasi. Pusat osifikasi

primer muncul sebelum lahir dan pusat osifikasi sekunder muncul sesudah lahir. Setelah

dewasa, semua pusat osifikasi primer dan sekunder menyatu dan jumlah tulang menjadi

206 elemen. (Indriati, 2004)

2.2 Identifikasi Forensik

Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu

penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan

suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Menentukan identitas personal dengan

tepat amat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam

proses peradilan. (Budiyanto, 1997)Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi

Page 12: referat forensik antropologi

terutama pada jenazah tidak dikenal, jenazah yang telah membusuk, rusak, hangus terbakar

dan pada kecelakaan masal, bencana alam atau huru-hara yang mengakibatkan banyak

korban mati, serta potongan tubuh manusia atau kerangka. Selain itu identifikasi forensik

juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayi yang tertukar, atau

diragukan orangtuanya. (Budiyanto, 1997). Penentuan identitas personal dapat

menggunakan metode identifikasi sidik jari, visual, dokumen, pakaian dan perhiasan,

medik, gigi, serologik dan secara eksklusi. Akhir-akhir ini dikembangkan pula metode

identifikasi DNA. (Budiyanto, 1997). Namun dalam referat ini akan dikhususkan peng

identifikasi untuk mengetahui umur berdasarkan rangka/ tulang jenazah.

2.4 Identifikasi Kerangka untuk perkiraan umur

Walaupun umur sebenarnya tidak dapat ditentukan dari tulang, namun perkiraan

umur seseorang dapat ditentukan. Biasanya pemeriksaan dari os pubis, sakroiliac joint,

cranium, artritis pada spinal dan pemeriksaan mikroskopis dari tulang dan gigi

memberikan informasi yang mendekati perkiraan umur. Untuk memperkirakan usia,

bagian yang berbeda dari rangka lebih berguna untuk menentukan perkiraan usia pada

range usia yang berbeda. Range usia meliputi usia perinatal, neonatus, bayi dan anak kecil,

usia kanak-kanak lanjut, usia remaja, dewasa muda dan dewasa tua.

Pemeriksaan terhadap pusat penulangan (osifikasi) dan penyatuan epifisis tulang

sering digunakan untuk perkiraan umur pada tahun-tahun pertama kehidupan. Pemeriksaan

ini dapat dilakukan menggunakan foto radiologis atau dengan melakukan pemeriksaan

langsung terhadap pusat penulangan pada tulang. (Budiyanto, 1997)

Pemeriksaan terhadap penutupan sutura pada tulang-tulang atap tengkorak guna

perkiraan umur sudah lama diteliti dan telah berkembang berbagai metode, namun pada

akhirnya hampir semua ahli menyatakan bahwa cara ini tidak akurat dan hanya dipakai

dalam lingkup dekade (umur 20-30-40 tahun) atau mid-dekade (umur 25-35-45 tahun)

saja. (Budiyanto, 1997)

Umur dalam tiga tahapan :

1. Bayi baru dilahirkan

Page 13: referat forensik antropologi

Neonatus, bayi yg belum mempunyai gigi, sangat sulit untuk menentukan

usianya karena pengaruh proses pengembangan yang berbeda pada masing-

masing individu. Bayi dan anak kecil biasanya telah memiliki gigi.

Pembentukan gigi sering kali digunakan untuk memperkirakan usia. Gigi

permanen mulai terbentuk saat kelahiran, dengan demikian pembentukan

dari gigi permanen merupakan indikator yang baik untuk menentukan usia.

Beberapa proses penulangan mulai terbentuk pada usia ini, ini berarti

bagian-bagian yang lunak dari tulang mulai menjadi keras. Namun, ini

bukan faktor penentuan yg baik. Pengukuran tinggi badan diukur :

Streeter : tinggi badan dari puncak kepala sampai tulang ekor

Haase : tinggi badan diukur dari puncak kepala sampai tumit

Umur Panjang Umur Panjang

1 bulan 1 cm 6 bulan 30 cm

2 bulan 4 cm 7 bulan 35 cm

3 bulan 9 cm 8 bulan 40 cm

4 bulan 16 cm 9 bulan 45 cm

5 bulan 25 cm 10 bulan 50 cm

2. Anak dan dewasa sampai umur 30 tahun

Masa kanak-kanak lanjut dimulai saat gigi permanen mulai tumbuh.

Semakin banyak tulang yang mulai mengeras. Masa remaja menunjukkan

pertumbuhan tulang panjang dan penyatuan pada ujungnya. Penyatuan ini

merupakan teknik yang berguna dalam penentuan usia. Masing-massing

epifisis akan menyatu pada diafisis pada usia-usia tertentu. Dewasa muda

dan dewasa tua mempunyai metode-metode yang berbeda dalam penentuan

usia; penutupan sutura cranium; morfologi dari ujung iga, permukaan

aurikula dan simfisis pubis; struktur mikro dari tulang dan gigi.

Persambungan speno-oksipital terjadi pada umur 17 – 25 tahun.

Tulang selangka merupakan tulang panjang terakhir unifikasi.

Unifikasi dimulai umur 18 – 25 tahun.

Unifikasi lengkap 25 – 30 tahun, usia lebih dari 31 tahun sudah lengkap

Tulang belakang sebelum 30 tahun menunjukkan alur yang dalam dan

radier pada permukaan atas dan bawah.

Page 14: referat forensik antropologi

3. Dewasa > 30 tahun

Sutura kranium (persendian non-moveable pada kepala) perlahan-perlahan

menyatu. Walaupun ini sudah diketahui sejak lama, namun hubungan

penyatuan sutura dengan penentuan umur kurang valid. Morfologi pada

ujung iga berubah sesuai dengan umur. Iga berhubungan dengan sternum

melalui tulang rawan. Ujung iga saat mulai terbentuk tulang rawan awalnya

berbentuk datar, namun selama proses penuaan ujung iga mulai menjadi

kasar dan tulang rawan menjadi berbintik-bintik. Iregularitas dari ujung iga

mulai ditemukan saat usia menua.

Gambar : Perkembangan Tengkorak Berdasar Umur

Pemeriksaan tengkorak :

Pemeriksaan sutura, penutupan tabula interna mendahului eksterna

Sutura sagitalis, koronarius dan sutura lambdoideus mulai menutup

umur 20 – 30 tahun

Sutura parieto-mastoid dan squamaeus 25 – 35 tahun tetapi dapat tetap

terbuka sebagian pada umur 60 tahun.

Sutura spheno-parietal umumnya tidak akan menutup sampai umur 70

tahun.

Pemeriksaan permukaan simfisis pubis dapat memberikan skala umur dari 18 tahun

hingga 50 tahun, baik yang dikemukakan oleh Todd maupun oleh Mokern dan Stewart.

Mokern dan Stewart membagi simfisis pubis menjadi 3 komponen yang masing-masing

diberi nilai. Jumlah nilai tersebut menunjukkan umur berdasarkan sebuah tabel.Schranz

mengajukan cara pemeriksaan tulang humerus dan femur guna penentuan umur.

Demikian pula tulang klavikula, sternum, tulang iga dan tulang belakang

mempunyai ciri yang dapat digunakan untuk memperkirakan umur.Nemeskeri, Harsanyi

dan Ascadi menggabungkan pemeriksaan penutupan sutura endokranial, relief permukan

Page 15: referat forensik antropologi

simfisis pubis dan struktur spongiosa humerus proksimal/epifise femur, dan mereka dapat

menentukan umur dengan kesalahan sekitar 2,55 tahun.Perkiraan umur dari gigi dilakukan

dengan melihat pertumbuhan dan perkembangan gigi (intrauterin, gigi susu 6 bulan-3

tahun, masa statis gigi susu 3-6 tahun, geligi campuran 6-12 tahun).Selain itu dapat juga

digunakan metode Gustafson yang memperhatikan atrisi (keausan), penurunan tepi gusi,

pembentukan dentin sekunder, semen sekunder, transparasi dentin dan

penyempitan/penutupan foramen apikalis.

Ketika tidak ada yang dapat diidentifikasi, gigi dapat membantu untuk

membedakan usia seseorang, jenis kelamin,dan ras. Hal ini dapat membantu untuk

membatasi korban yang sedang dicari atau untuk membenarkan/memperkuat identitas

korban. Perkembangan gigi secara regular terjadi sampai usia 15 tahun. Identifikasi

melalui pertumbuhan gigi ini memberikan hasil yang yang lebih baik daripada

pemeriksaan antropologi lainnya pada masa pertumbuhan. Pertumbuhan gigi desidua

diawali pada minggu ke 6 intra uteri. Mineralisasi gigi dimulai saat 12 – 16 minggu dan

berlanjut setelah bayi lahir. Trauma pada bayi dapat merangsang stress metabolik yang

mempengaruhi pembentukan sel gigi. Kelainan sel ini akan mengakibatkan garis tipis yang

memisahkan enamel dan dentin di sebut sebagai neonatal line. Neonatal line ini akan tetap

ada walaupun seluruh enamel dan dentin telah dibentuk. Ketika ditemukan mayat bayi, dan

ditemukan garis ini menunjukkan bahwa mayat sudah pernah dilahirkan sebelumnya.

Pembentukan enamel dan dentin ini umumnya secara kasar berdasarkan teori dapat

digunakan dengan melihat ketebalan dari struktur di atas neonatal line. Pertumbuhan gigi

permanen diikuti dengan penyerapan kalsium, dimulai dari gigi molar pertama dan

dilanjutkan sampai akar dan gigi molar kedua yang menjadi lengkap pada usia 14 – 16

tahun. Ini bukan referensi standar yang dapat digunakan untuk menentukan umur,

penentuan secara klinis dan radiografi juga dapat digunakan untuk penentuan

perkembangan gigi.

Page 16: referat forensik antropologi

Gambar : x ray gigi pada anak - anak

Gambar diatas memperlihatkan gambaran panoramic X ray pada anak-anak.

a) Gambaran yang menunjukkan suatu pola pertumbuhan gigi dan perkembangan

pada usia 9 tahun (pada usia 6 tahun terjadi erupsi dari akar gigi molar atau gigi 6

tapi belum tumbuh secara utuh).

b) Dibandingkan dengan diagram yang diambil dari Schour dan Massler pada gambar

(b) menunjukkan pertumbuhan gigi pada anak usia 9 tahun.

Penentuan usia antara 15 dan 22 tahun tergantung dari perkembangan gigi molar tiga yang

pertumbuhannya bervariasi. Setelah melebihi usia 22 tahun, terjadi degenerasi dan

perubahan pada gigi melalui terjadinya proses patologis yang lambat dan hal seperti ini

dapat digunakan untuk aplikasi forensik.

Page 17: referat forensik antropologi

BAB III

KESIMPULAN

Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta perkembangan social

budaya mengakibakan tingginya angka kecelakaan, pembunuhan dan peristiwa – peristiwa

lain yang kadang – kadang mengakibatkan kesulitan dikenalinya korban tersebut. Di lain

pihak adanya tuntutan untuk segera dilakukannya identifikasi secara tepat pada korban

tersebut. Dan salah satu identifikasi yang paling penting adalah umur.

Penentuan umur dapat dilakukan dengan pemeriksaan penutup sutura, inti

penulangan, penyatuan tulang serta pemeriksaan gigi.

Page 18: referat forensik antropologi

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Idris AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama. Jakarta. Bina Rupa

Aksara:1997.44

2. Forensic Anthropology. http://www.journals.uchicago.edu [diakses 4 juli 2011]

3. Stimson, P. G, Mertz, C. A, 1997. Forensic Dentistry, CNC Press Boca Raton,

New York.

4. Clark, D. H, 1992, Practical Forensic Odontology, Butterworth-Heinemann Ltd,

Melksham, Great Britain.