referat fix

Upload: gilang

Post on 07-Jan-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Managemen RS

TRANSCRIPT

19

BAB 1PENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahBencana merupakan peristiwa yang biasanya mendadak (bisa perlahan) disertai jatuhnya banyak korban dan bila tidak ditangani dengan tepat akan menghambat, mengganggu, dan merugikan masyarakat, pelaksanaan dan hasil pembangunan Indonesia merupakan supermarket bencana. Bencana pada dasarnya karena gejala alam dan akibat ulah manusia. Untuk mencegah terjadinya akibat dari bencana, khususnya untuk mengurangi dan menyelamatkan korban bencana, diperlukan suatu cara penanganan yang jelas (efektif, efisien, dan terstruktur) untuk mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana.1Pelayanan kesehatan kegawatdaruratan (dalam keadaan emergency) sehari-hari adalah hak asasi manusia atau hak setiap orang dan merupakan kewajiban yang harus dimiliki semua orang. Salah satu permasalahan kesehatan yang perlu mendapat perhatian adalah penanggulangan Medik Penderita Gawat Darurat yang disebabkan oleh bencana alam maupun bencana karena ulah manusia yang pada kenyataannya akan semakin sering terjadi karena Indonesia memiliki banyak daerah rawan bencana.2Rumah sakit biasanya menjadi tempat tujuan utama untuk mencari pertolongan, sehingga rumah sakit segera dipenuhi oleh korban. Padahal, rumah sakit di lokasi bencana merupakan bagian dari korban. Disisi lain, tidak ada alasan untuk memberikan pelayanan yang tidak bermutu kepada korban bencana, bagaimanapun kondisi rumah sakit tersebut. Pada fase-fase awal pasca bencana, rumah sakit biasanya membutuhkan tambahan kapasitas pelayanan. Dengan demikian, penting bagi rumah sakit untuk membuat Disaster Plan yang implementatif sebagai pedoman bagi seluruh komponen dalam rumah sakit dalam memberikan pelayanan yang memenuhi standar mutu maupun kuantitas, Disaster Plan di rumah sakit akan mencegah praktek pelayanan kesehatan yang tidak aman bagi korban bencana. Perencanaan untuk kesiagaan menghadapi kondisi pasca bencana ini sebaiknya meliputi tidak hanya di pre-hospital namun juga pada area rumah sakit dan post hospitalization.2Sebagai Instansi Rumah Sakit yang menangani keadaan darurat, rumah sakit juga perlu untuk melakukan evakuasi pada saat keadaan darurat, seperti kebakaran, ledakan, bencana alam maupun terror bom. Resiko kebakaran terjadi terutama pada gudang dan tangki penyimpanan oksigen yang mengandung bahan-bahan kimia mudah terbakar. Oleh karena itu, rumah sakit memerlukan suatu sistem tanggap darurat yang mencakup rencana evakuasi dan prosedur-prosedur yang harus dilakukan saat keadaan darurat untuk menyelamatkan pasien, pengunjung maupun karyawan di rumah sakit.3

B. TujuanAdapun tujuan dibuatnya referat ini adalah sebagai berikut:1. Mengetahui sarana dan fasilitas yang digunakan untuk penanggulangan bencana di rumah sakit.2. Mengetahui tim yang berperan dalam pelaksanaan tanggap darurat di rumah sakit.3. Mengetahui gambaran pelaksanaan tanggap darurat sebagai upaya penanggulangan bencana di rumah sakit.

C. ManfaatDari hasil pengkajian yang telah dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:1. Rumah Sakita. Diharapkan dapat memperoleh saran mengenai aspek keselamatan dan kesehatan kerja terutama dalam pelaksanaan tanggap darurat di rumah sakit.b. Diharapkan dapat memperoleh alternatif calon karyawan yang paham tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).c. Diharapkan dapat meningkatkan citra rumah sakit.2. Mahasiswaa. Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh pada saat kuliah di suatu rumah sakitb. Dapat mengenal lebih dekat kondisi tempat kerja.c. Dapat menambah wawasan mengenai tanggap darurat di suatu rumah sakit.d. Dapat memberikan kontribusi bagi rumah sakit tempat praktek kepanitraan terutama bagi aspek keselamatan dan kesehatan kerja.

BAB IILANDASAN TEORIA. Tinjauan Pustaka1. PengertianRumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayananan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.4Keadaan darurat adalah situasi atau kejadian tidak normal yang terjadi tiba-tiba dan dapat mengganggu kegiatan komunitas dan perlu segera ditanggulangi.5Keadaan darurat dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:1) Keadaan darurat tingkat IKeadaan darurat tingkat I adalah keadaan darurat yang berpotensi mengancam bahaya manusia dan harta benda (Asset), yang secara normal dapat diatasi oleh personil jaga dan suatu instalasi/pabrik dengan menggunakan prosedur yang telah dipersiapkan, tanpa perlu adanya regu bantuan yang dikonsinyalir.2). Keadaan daerah tingkat IIKeadaan daerah tingkat II adalah suatu kecelakaan besar dimana semua karyawan yang bertugas dibantu dengan peralatan dan material yang tersedia di instalasi atau pabrik tersebut, tidak mampu mengendalikan keadaan darurat tersebut, seperti kebakaran besar, ledakan dahsyat, kebocoran bahan B3 yang kuat, semburan liar sumur, minyak, atau gas dan lain-lain, yang mengancam nyawa manusia atau lingkungannya dan atau asset dan instalasi tersebut dengan dampak bahaya atas karyawan/daerah/masyarakat sekitar. Bantuan tambahan masih berasal dari industry sekitar, pemerintah setempat dan masyarakat sekitar.3). Keadaan Darurat Tingkat IIIKeadaan Darurat Tingkat III adalah keadaan darurat berupa malapetaka atau bencana dahsyat dengan akibat lebih besar dibandingkan dengan tingkat II dan memerlukan bantuan, koordinasi pada tingkat nasional.Faktor pemicu terjadinya keadaan darurat di rumah sakit adalah adanya bencana. Bencana merupakan suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak yang tidak terencana atau secara perlahan tetapi berlanjut yang menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan normal atau kerusakan ekosistem, sehingga diperlukan tindakan darurat dan luar biasa untuk menolong dan menyelamatkan korban yaitu manusia beserta lingkungannya.6Berdasarkan penyebabnya, bencana dapat dikategorikan menjadi:a. Bencana alam (Natural Disaster), yang disebabkan kejadian alam (natural) seperti gempa bumi dan gunung meletus.b. Bencana akibat ulah manusia (man made disaster) yaitu hasil dari tindakan secara langsung atau tidak langsung manusia seperti perang, konflik antar penduduk, teroris dan kegagalan teknologi.2. Rencana Tanggap Darurat (Emergency Respon Plan)Rencana tanggap darurat adalah suatu rencana formal tertulis yang berdasarkan pada potensi kecelakaan yang dapat terjadi di instalasi dan konsekuensinya yang dapat dirasakan didalam dan diluar tempat kerja serta bagaimana suatu keadaan darurat harus segera ditangani. Perencanaan darurat harus diberlakukan oleh para pejabat yang berwenang, pengelola pabrik, dan pejabat setempat sebagai unsur yang penting dari sistem pengendalian bahaya besar. Suatu rencana respon gawat darurat dikonsentrasikan pada tindakan yang akan diambil dalam beberapa jam pertama pada kondisi krisis. Sebagai contoh, evakuasi segera korban dan penanggulangan keadaan darurat adalah komponen yang umum dalam suatu keadaan gawat darurat. Pelaksanaan dari rencana biasanya dibawah pengarahan dari tim respon gawat darurat atau Emergency Response Team.7Suatu keadaan darurat dapat mengganggu dan menghambat kegiatan pola kehidupan masyarakat atau jalannya operasi perusahaan dan dapat mendatangkan kerugian harta benda atau korban manusia. Apabila bencana terjadi dan keadaan menjadi emergency, maka perlu ditanggulangi secara terencana, sistematis, cepat dan selamat. Untuk terlaksananya penanggulangan maka perlu dibentuk Tim Tanggap.

Untuk terlaksanakannya penanggulangan maka perlu dibentuk Tim Tanggap Darurat yang terampil dan terlatih, dilengkapi sarana dan prasarana yang baik serta sistem dan prosedur yang jelas. Tim tersebut perlu mendapatkan pelatihan baik teori atau praktek. Kinerja Tim Tanggap Darurat akan sangat menentukan berhasilnya pelaksanaan penanggulangan keadaan emergency dan tujuan untuk mengurangi kerugian seminimal mungkin baik harta benda atau korban manusia akibat keadaan emergency.5Langkah-langkah penyusunan tanggap darurat5:a) Mitigation (Mitigasi) : Kajian awal yang dilakukan untuk mengeliminasi atau menurunkan derajat resiko jangka panjang terhadap manusia atau harta benda yang diakibatkan oleh bencana.b) Preparedness (Kesiapsiagaan) : Kegiatan yang dilakukan lebih lanjut berdasarkan hasil mitigasi yang mencakup pengembangan kemampuan personil, penyiapan prasarana, fasilitas dan sistem bila terjadi keadaan emergency.c) Response (Kesigapan) : kemampuan penanggulangan saat terjadi kadaan krisis/bencana yang terencana, cepat, tepat dan selamat (termasuk tanda bahaya, evakuasi, SAR (Search And Rescue), pemadam kebakaran, dan lain-lain).d) Recovery (Pemulihan) : kegiatan jangka pendek untuk memulihkan kebutuhan pokok minimum kehidupan masyarakat yang terkena bencana, dan jangka panjang mengembalian kehidupan secara normal.

3. Tim Respon Gawat Darurat (Emergency Response Team)Menurut ISO 14001 dalam Kuhre (1996), Tim Respon Gawat Darurat harus terdiri dari pekerja yang memiliki pengetahuan atau sudah terlatih untuk bertindak dalam kegawat daruratan seperti kebakaran, peledakan, tumpahan bahan kimia dan lain sebagainya. Kemudian ditentukan jumlah yang memadai dari pekerja yang menjadi anggota Tim Respon Gawat Darurat, serta setiap tim diangkat seorang pemimpin. Kebanyakan organisasi akan meminta bagian untuk menugaskan satu orang sebagai anggota Tim Respon Gawat Darurat. Bila hal ini tidak mencukupi jumlah yang diperlukan, maka kekurangannya akan diambil dari tiap gedung.Anggota kunci dari Tim Respon Gawat Darurat adalah Pemimpin. Orang itu harus dipilih dengan sangat hati-hati, karena seorang pemimpin tim harus membuat keputusan penting dalam situasi krisis dan tekanan. Beberapa keputusan mungkin mempunyai dampak yang besar terhadap lingkungan, pekerja dan kegiatan bisnis. Orang yang terpilih harus seorang yang berpikir jernih, tenang, berpendidikan, terlatih dan mempunyai wawasan serta mampu memimpin timnya.5Menurut Trwaka (2008), agar organisasi P2K3 dapat berjalan dengan baik sesuai Permenaker No. PER-04/MEN/1987 tentang P2K3 serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja pasal 3, maka susunan anggota sekurang-kurangnya separuhnya adalah perwakilan pekerja. Anggota dari perwakilan pekerja, pertama-tama dipilih dari orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang proses kerja dan potensi bahaya yang ada ditempat kerjanya. Demikian juga dengan perwakilan dari pihak managemen atau pengurus, diupayakan suatu perwakilan yang berasal darinjajaran manager, supervisor, personel officer atau profesional K3 yang dapat memberikan informasi atau masukan didalam membuat kebijakan perusahaan, kebutuhan produksi dan hal-hal teknis perusahaan lainnya. Selanjutnya jumlah anggota P2K3 yang ideal agar fungsi organisasi dapat berjalan dengan efektif adalah sebagai berikut :a) Perusahaan yang mempunya tenaga kerja 100 orang atau lebih, maka jumlah anggota sekurang-kurangnya 12 orang terdiri dari 6 orang perwakilan pekerja dan 6 orang dari perwakilan pengurus perusahaan atau pihak managemen.b) Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja kurang dari 50 orang atau tempat kerja dengan tingkat resiko yang besar, amak jumlah anggota sekurang-kurangnya 6 orang terdiri dari 3 orang perwakilan pekerja dan 3 orang dari perwakilan pengurus perusahaan atau pihak managemen.Sarana dan Fasilitas Penaggulangan Keadaan Darurata) Sistem KomunikasiMenurut ISO 14001 dan Kuhre (1996), anggota Tim Respon Gawat Darurat masing-masing harus memiliki telepon genggam radio komunikasi atau alat komunikasi lainnya, sehingga mereka dapat dikumpulkan secepat mungkin ke tempat kejadian.Nomor radio komunikasi mereka harus diberikan pada Pos Keamanan, Meja Resepsionis, Operator, Perwakilan Longkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja setempat.Nomor telepon intern untuk keadaan gawat darurat harus ditentukan sehingga dapat digunakan dari setiap nomor telepon intern. Akan lebih baik apabila nomor yang dipakai mudah diingat. Nomor telepon ekstern harus diberikan menyangkut telepon ke Polisi, Dinas Pemadam Kebakaran dan RSUD (ambulan). Dimana penentuan nomor telepon ekstern ini berdasarkan hasil diskusi dengan Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja dari lokasi yang bersangkutan dibawah pengarahan dari pihak koordinator kecelakaan atau pemimpin Tim Tanggap Darurat.

b) Peralatan Pemadam KebakaranMenurut Suma/MUR (1993), alat-alat pemadam kebakaran meliputi 2 jenis :1) Terpasang tetap di tempatPerlengkapan yang terpasang di tempat meliputi peralatan pemadam dengan menggunakan air seperti pemancar air otomatis, pompa air, pipa-pipa dan selang-selang untuk aliran air serta peralatan pemadam dengan segenap pipa-pipa nya dengan menggunakan bahan-bahan kimia kering, karbondioksida atau busa.

2) Dapat bergerak atau dibawaSistem pemadam yang dipasang ditempat harus dilengkapi pula dengan alat-alat pemadam yang dapt dibawa. Alat tersebut sangat efektif untuk pemadaman api yang masih kecil, sehingga dengan bantuannya tidak perlu alat pemadam yang terpasang ditempat dikerahkan, kecuali kalau api menjadi relatif cukup besar.

c. Fasilitas Evakuasi1) Jalan Keluar EvakuasiSecara ideal, semua bangunan harus memiliki sekurang-kurangnya dua jalan penyelamat diri pada dua arah yang bertentangan terhadap setiap kebakaran yang terjadi pada sembarang tempat dalam bangunan tersebut, sehingga tak seorang pun terpaksa bergerak kea rah api untuk menyelamatkan diri. Jalan-jalan penyelamatan demikian harus dipelihara bersih, tidak terhalng oleh barang-barang, mudah terlihat dan diberi tanda-tanda arah yang jelas.2) Peta EvakuasiPeta evakuasi yang baru harus dipersiapkan dan ditempatkan di beberapa lokasi pada tiap fasilitas pabrik. Peta-peta ini harus menunjukkan pintu keluar terdekat, pintu keluar cadangan, dan titik pertemuan. Para pekerja harus diberitahu untuk mengingat rute utama mereka dan rute cadangan bila jalan keluar utama tertutup.3) Titik Pertemuan di Luar Lokasi ( Tempat Evakuasi )Beberapa tempat pertemuan di luar lokasi yang telah ditentukan sebelumnya harus ditandai dan para pekerja di instruksikan untuk berkumpul di titik tersebut pada saat keadaan darurat.d. Peralatan Perlindungan PersonilPenempatan peralatan perlindungan personil atau Personal Protective Equipment (PPE) harus disesuaikan dengan potensi bahaya yang ada di lokasi tersebut. PPE yang harus disediakan misalnya alat pelindung pernafasan, pelindung kepala, sepatu keselamatan, apron, sarung tangan, dan sebagainya. Sebelum digunakan peralatan harus dilakukan pengujian sebelum keadaan darurat yang sebenarnya.e. Peralatan Gawat Darurat LainSelain peralatan komunikasi, pemadam kebakaran dan peralatan perlindungan personil, peralatan P3K berikut Tim Kesehatan dan fasilitas kesehatan juga harus dimiliki dalam menghadapi keadaan darurat.5. Pelatihan Tanggap DaruratMeurut ISO 14001 dalam Kuhre (1996), Anggota Tim Respon Gawat Darurat harus dilatih tentang bagaimana menangani situasi-situasi yang berbedaseperti tumpahan bahan kimia, kebakaran, gempa bumi dan masalah-masalah cuaca yang ekstrim. Pentinga bagi managemen untuk mendukung pelatihan Tim Tanggap Darurat. Penyedia harus mengalokasikan waktu untuk pelatihan dan menekankan pekerja mereka untuk benar-benar terlatih dalam fungsi Tim Tanggap Darurat. Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja Lokasi serta Pemimpin Tim Tanggap Darurat harus selalu mendukung dan mencatat bahwa pelatihan yang diperlukan telah dilakukan.Program pelatihan merupakan salah satu langkah agar pelaksanaan tanggap darurat dapat dilaksanakan secara optimal. Dengan pelatihan tersebut diharapka respon dari tenaga kerja mengenai tanggap darurat dapat ditingakatkan. Tim Tanggap Darurat harus dilatih tentang bagaimana menangani situasi-situasi keadaan darurat yang berbeda-beda.86. Prosedur Penanggulangan Keadaan DaruratMenurut ISO 14001 dalam Kuhre(1996) kegiatan minimal yang harus dilakukan saat keadaan darurat antara lain7,9,10 : a. PemberitahuanTim Respon Gawat Darurat diberitahu akan terjadinya keadaan darurat oleh pusat komando penanganan atau sumber lain, kemudian berkumpul di dekat lokasi gawat darurat pada tempat yang aman. Pemberitahuan pada Tim Respon Gawat Darurat dapat dilakukan melalui radio panggil, radio komunikasi, atau sistem pemberitahuan masyarakat.b. EvakuasiTim Respon Gawat Darurat membunyikan tanda bahaya dan mengevakuasi pekerja dari area bahaya bila ada ancama terhadap keselamatan jiwa. Keputusan untuk mengevakuasi pekerja harus dilakukan oleh Pemimpin Tim Respon Gawat Darurat dengan masukan dari individu yang mengerti keadaan yang terjadi. Para pekerja harus diberitahu untuk keluar dari area secara teratur melalui rute yang di tentukan dalam peta evakuasi. Para pekerja tidak boleh panik, tidak boleh memakai elevator, dan tidak membawa barang-barang pribadi.c. Penghitungan Pekerja pada Titik PertemuanAdalah tanggung jawab pengawas untuk menghitung eluruh pekerjaannya pada titik pertemuan, termasuk yang sakit dan cuti. Bila ada pekerja yang hilang, Pimpinan Tim Respon Gawat Darurat harus Diberi tahu tentang nama dan lokasi terakhirnya. Para pekerja harus diberitahu untuk tidak masuk ke dalam area pabrik lagi sampai adatanda yang diberikan oleh Pimpinan Tim Respon Gawat Darurat.d. Penilainan Keadaan Darurat Tim Respon Gawat Darurat akan mengenakan PPE (Personal Protective Equipment) dari pemeriksaan area untuk memastikan semua pekerja sudah keluar dan membuat penilaian akan keadaan darurat tersebut. Sistem pengenalan harus dilakukan dalam penilaian ini, misalnya dengan mengidentifikasi penyebab kejadian.e. Memindahkan Pekerja yang CideraBila ditemukan pekerja yang cidera, maka harus dipindahkan dari lokasi gawat darurathanya oleh Tim Respon Gawat Darurat yang memakai PPE (Personal Protective Equipment) lengkap.apabila tim tidak cukup memadai, perlu menunggu sampai ambulantiba membawa peralatan untuk memindahkan pekerja tersebut.f. Kontak Telepon Awal dengan Pihak LuarBila dibutuhkan bantuan yang sifatnya segera, Pimpinan Tim Respon Gawat Darurat akan menginstruksikan siapa yang harus dihubungi dari daftar yang ada.g. Penghentian Sarana dan Kegiatan Tertentu selama keadaan gawat darurat mungkin perlu untuk penghentian saluran gas, listrik, air atau sarana lainnya. Pimpinan Tim Respon Gawat Darurat akan memutuskan dengan masukan dari alinnya, seperti bagian perasaan. Harus diperhatikan untuk tidak menghentikan terlalu banyak yang dapat menghalangi usaha penyelesaian gawat darurat dan menyebabkan gangguan yang serius pada kegiatan bisnis. h. Mendirikan PenghalangPenghalang menandakanbahwa suatu zona isolasi yang melarang siapapun kecuali Tim Respon Gawat Darurat untuk masuk.i. Menyebarkan Informasi pada Para PekerjaPengawas harus menyebarkan informasi yang sebenarnya pada para pekerja untuk meredakan ketegangan mereka. Bila terpaksa harus dipulangkan, maka nama dan tujuan dari pekerja yang dipulangkan harus dicatat oleh pengawas.

j. Membersihkan Sisa-sia PenanggulanganBila keadaan sudah memungkinkan artinya dapat dilakukan dengan aman, untuk pembersihan sisa-sisa bahan kimia berbahaya, maka harus segera dibersihkan.k. Pekerja Memasuki Gedung KembaliPimpinan Tim Respon Gawat Darurat akan menentukan (dengan bantuan lainnya) dengan mengumumkan bagian gedung/ area mana yang cukup aman untuk dimasuki. Tidak seorangpun tanpaterkecuali boleh mengizinkan orang-orang kembali ke area.l. Pertemuan PenutupTim Respon Gawat Darurat,Perwakilan Manajemen, Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta badan-badan yang terlibat harus mengadakan pertemuan setelah keadaan darurat yang terjadi, untuk mendiskusikan masalah, menilaitindakan terhadap keadaan darurat dan melakukan perbaikan untuk masa mendatang. Hasil pertemuan harus disebarluaskan pada para pekerja untuk mengurangi ketegangan.7. Prosedur PemulihanPerusahaan harus membuat prosedur rencana pemulihankeadaandarurat untuk secara cepat mengembalikan pada kondisi yang normal dan membantu pemulihan tenaga kerja yang mengalami trauma. Segera setelah krisis ditanggulangi, rencana pemulihan bencana dilakukan jika kegiatan operasional tidak berikan. Jika tidak kehilangan waktu dalampemulihan akan memakan waktu prodiuksi organisasi7.B. Kerangka Pemikiran

Rumah Sakit

Bencana

Teror BomBencana AlamKebakaran

Keadaan Darurat

Tidak dikendalikan

Dikendalikan

Rencana Penanggulangan BencanaKorban

Tim Respon Gawat DaruratSasaran dan fasilitasPelatihan Prosedur PenanggulanganRencana Pemulihan

Upaya penyelamatan manusia dan harta

safeGambar 1. Kerangka Pemikiran Gambaran Pelaksanaa Tanggap Darurat Sebagai Upaya Penanggulangan Bencana.BAB IIIKESIMPULAN