referat kemoterapi fix

29
BAB 1 PENDAHULUAN Onkologi medikal mengalami perubahan dengan adanya agen kemoterapi yang baru dan kombinasi baru. Tidak ada spesialis medis lain yang menangani obat-obat yang berbahaya dalam kesehariannya. Efek samping yang potensial dari obat-obatan dapat mempengaruhi setiap sistem organ dan obat ini membantu menyelamatkan atau memperpanjang kehidupan. Banyak obat antineoplastik merupakan mutagenik, teratogenik, dan karsiogenik pada hewan. Pemaparan agen-agen ini dapat menghasilkan adanya subastansi mutagenik di urin. Dilaporkan juga adanya peningkatan insiden leukimia myelogenik akut pada pasien yang diterapi dengan agen alkali dan kanker kandung kemih biasanya dihubungkan dengan siklofosfamid. Agen kemoterapi dapat menjadi fetotoksik dan karenanya dapat berbahaya. Obat yang dihubungkan dengan malformasi fetus meliputi antagonis folat, 6-merkaptopuran, agen alkilasi, dan MOPP (nitrogen, vinkristin, prokarbazin, dan prednison) pada terapi penyakit hodgkins. Petunjuk keamanan pribadi dilakukan untuk melindungi petugas yang mencampur dan mengurusi administrasi obat-obatan antineoplastik. Banyak pasien yang sadar akan kemungkinan efek fisik kemoterapi dan takut merasa lebih sakit. Ini membuat pekerjaan onkologis lebih sulit ketika mereka mencoba menyakinkan pasien akan efek obat tersebut terhadap

Upload: akbar-eka-putra

Post on 12-Dec-2015

49 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kedokteran

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Kemoterapi FIX

BAB 1

PENDAHULUAN

Onkologi medikal mengalami perubahan dengan adanya agen kemoterapi yang

baru dan kombinasi baru. Tidak ada spesialis medis lain yang menangani obat-obat yang

berbahaya dalam kesehariannya. Efek samping yang potensial dari obat-obatan dapat

mempengaruhi setiap sistem organ dan obat ini membantu menyelamatkan atau

memperpanjang kehidupan.

Banyak obat antineoplastik merupakan mutagenik, teratogenik, dan karsiogenik

pada hewan. Pemaparan agen-agen ini dapat menghasilkan adanya subastansi mutagenik di

urin. Dilaporkan juga adanya peningkatan insiden leukimia myelogenik akut pada pasien

yang diterapi dengan agen alkali dan kanker kandung kemih  biasanya dihubungkan

dengan siklofosfamid.

Agen kemoterapi dapat menjadi fetotoksik dan karenanya dapat berbahaya. Obat

yang dihubungkan dengan malformasi fetus meliputi antagonis folat, 6-merkaptopuran,

agen alkilasi, dan MOPP (nitrogen, vinkristin, prokarbazin, dan prednison) pada terapi

penyakit hodgkins. Petunjuk keamanan pribadi dilakukan untuk melindungi petugas yang

mencampur dan mengurusi administrasi obat-obatan antineoplastik.

Banyak pasien yang sadar akan kemungkinan efek fisik kemoterapi dan takut

merasa lebih sakit. Ini membuat pekerjaan onkologis lebih sulit ketika mereka mencoba

menyakinkan pasien akan efek  obat tersebut terhadap keganasan dan pada saat yang sama

mencoba memaparkan bahaya potensial obat tersebut.

Page 2: Referat Kemoterapi FIX

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 2.1 Definisi Kemoterapi

Kemoterapi adalah segolongan obat-obatan yang dapat menghambat pertumbuhan

kanker dan atau membunuh sel kanker.

Terdapat kurang lebih 130 jenis kanker, yang mempengaruhi kondisi tubuh dengan

berbagai macam mekanisme dan membutuhkan penanganan yang berbeda-beda. Tetapi

semua jenis kanker itu memiliki kesamaan: terdiri atas sel-sel yang membelah dengan

cepat dan tumbuh tak terkontrol.

Kemoterapi diberikan sebelum atau sesudah pembedahan. Kadang disertai dengan

terapi radiasi, kadang cukup hanya kemoterapi. Tujuannya adalah mengeliminasi seluruh

sel kanker sampai ke penyebarannya, sampai ke lokasi yang tidak terjangkau dengan

operasi.

Obat-obat anti kanker ini dapat digunakan sebagai terapi tunggal (active single

agents), tetapi kebanyakan berupa kombinasi karena dapat lebih meningkatkan potensi

sitotoksik terhadap sel kanker. Selain itu sel-sel yang resisten terhadap salah satu obat

mungkin sensitif terhadap obat lainnya. Dosis obat sitostatika dapat dikurangi sehingga

efek samping menurun.

2.2 Sejarah Perkembangan Kemoterapi Kanker

Secara umum perkembangan kemoterapi kanker dibagi atas beberapa periode, yaitu

periode sebelum tahun 1960, periode diantara tahun 1960, dan tahun 1970, serta periode

sesudah tahun 1970. Periode sebelum tahun 1960 adalah penemuan dan pengembangan

beberapa sitostatikum serta penggunaannya secara sendiri-sendiri yang umumnya atas

dasar yang sifatnya empiris. Pada periode ini banyak dilakukan penelitian obat baru

mengenai kriteria kliniknya seperti hasil pengobatan, toksisitas, penampilan, kadar

optimum yang dapat diberikan dan khasiatnya terhadap beberapa jenis kanker. Penerapan

pada klinik mulai memberikan hasil pengobatan yang menjanjikan harapan khususnya

terhadap leukimia dan linfoma, akan tetapi terhadap tumor padat hasilnya belum

memuaskan.

Pada dekade berikutnya pengetahuan tentang kinetika sel, khususnya sel tumor,

berkembang pesat dan mulai diterapkan dalam menyusun strategi pengobatan dengan

Page 3: Referat Kemoterapi FIX

sitostatikum. Demikian pula penerapan konsep-konsep farmakokinetik pada kemoterapi

klinik. Dalam periode ini pula mulai dikembangkan pemakaian sitostatika kombinasi serta

penilaian atas hasil pengobatan kombinasi melalui suatu percobaan klinik (clinical trial)

yang rinci. Hasil pengobatan leukimia dan limfoma mengalami kemajuan, demikian pula

terhadap beberapa jenis tumor padat.

Setelah itu sejak tahun 1970-an hingga sekarang, perkembangan kemoterapi kanker

semakin pesat dengan beberapa penemuan obat baru. Dalam periode ini beberapa hal perlu

dicatat adalah perkembangan konsep pengobatan dengan sitostatika dosis tinggi serta

pengobatan multidiplin, dengan makin majunya kerjasama antara beberapa disiplin seperti

ahli bedah, ahli terapi sinar, ahli kemoterapi, serta ahli peneliti laboratorium, dan lain-lain.

Tetapi disamping kemajuan besar yang telah dicapai timbul masalah toksisitas jangka

panjang obat-obat anti kanker tersebut, terlebih bila digabung dengan radiasi. Demikian

pula kemungkinan timbulnya kanker baru akibat pemakaian sitostatika jangka panjang.

2.3 Siklus Sel

Untuk memahami kerja obat-obat pada siklus sel, perlu diketahui apa yang terjadi

dalam suatu siklus pembagian sel :

2.1 Gambar Siklus Sel

Tabel 1. Fase Siklus Sel

Fase Definisi Yang terjadi

Page 4: Referat Kemoterapi FIX

G0 Fase Istirahat Faktor pertumbuhan tidak tumbuh lagi dan memiliki DNA yang diploid (kromosom berjumlah 46)

G1 Fase Gap 1 Berlangsung selama 8 – 12 jamPada fase ini sel anak yang baru terbentuk setelah mitosis tumbuh tumbuh menjadi sel dewasa, membentuk protein, enzim, dan kromosomnya hanya mengandung rantai tunggal DNA (haploid).

R Titik Restriksi Pada titik siklus sel ini akan terbagi 2 yaitu:a) Berhenti bertumbuh

Sel yang berhenti bertumbuh akan masuk ke fase G-0. Sel ini terbagi dalam 2 golongan yaitu:

1. Stem sel, yaitu sel yang dapat tumbuh lagi bila ada rangsangan tertentu, misalnya untuk mengganti sel yang rusak atau mati dan kembali masuk ke Fase-S.

2. Sel yang tetap tidak akan tumbuh sampai sel itu mati. Contohnya yaitu sel saraf.

b) Tumbuh terusSel yang tumbuh lagi akan masuk ke fase-S.

S Sintesis Berlangsung sekitar 4 jamTerjadi replikasi DNA terjadi dengan bantuan enzim DNA polimerase. Dengan dibentuknya DNA baru maka rantai tunggal DNA menjadi rantai ganda.

G Fase Gap 2 Berlangsung sekitar 3 jamPada fase ini dibentuk RNA, protein, enzim dan sebagainya untuk persiapan fase berikutnya.

M Mitosis Berlangsung sekitar 1-2 jamTerjadi pembelahan sel, dari sel induk menjadi 2 sel anak yang mempunyai struktur genetika yang sama dengan sel induknya. Di sini rantai ganda DNA yang merupakan pembawa informasi gen terbelah menjadi dua rantai tunggal yang masing-masing untuk sel anak baru.

Bekerjanya obat-obat sitostatik pada sikus sel berbeda-beda tergantung dari jenis

obatnya. Ada yang bekerja khusus pada fase tertentu dan ada pula yang bekerja tidak

spesifik pada suatu fase. Kerja obat sitostatik pada tingkat molekuler meliputi :

1. Hambatan pada disintesis asam nukein

2. Perubahan pada sintesis DNA

3. Gangguan pada sintesis protein atau fungsi protein.

2.4 Pengaruh Kemoterapi pada Kinetika Sel

Page 5: Referat Kemoterapi FIX

Kemoterapi direncanakan atas dasar berbagai perbedaan yang dijumpai antar sel-sel

normal dan sel tumor, khususnya mengenai reaksinya terhadap obat-obat anti-kanker yang

diberikan sendiri-sendiri ataupun dalam kombinasi. Perbedaan tersebut diantaranya adalah

perbedaan dalam sifat biologik, biokimia, reaksi farmakokinetik, dan sifat proliferatif

kedua jenis sel tersebut.

Pada umumnya sel berproliferasi menurut kecepatan yang tetap dan terus

mengulangi satu siklus proses biokimia tertentu yang berakhir dengan pembelahan sel.

Dengan demikian secara teoritik setiap sel yang berploriferasi, sehingga populasi sel akan

meningkat dengan kelipatan dua. Sebagai persiapan untuk satu siklus proliferasi, sel akan

melakukan síntesis biokimia yang memerlukan satu jangka waktu tertentu dengan

menghasilkan DNA baru. Periode tersebut disebut periode sintesis DNA (S) yang pada

akhirnya nanti sel akan mengalami mitosis (M).

Periode di antara kedua kejadian tersebut adalah periode kekosongan pra-sintesis

(pre-synthetic gap) : G1 dan periode kekosongan pasca sinetis (post-synthetic gap) : G2 .

Dalam kenyataan tidak seluruh sel melakukan proses proliferasi ini. Namun sebagian

beristirahat sampai saatnya dimobilisasi lagi. Masa ini disebut sebagai masa tidur (dormant

periode)

Dengan demikian satu siklus proliferasi melalui beberapa tahap tertentu dan dalam

periode tertentu pula. Berdasarkan adanya tahapan-tahapan ini yang masing-masing dapat

dipengaruhi obat, maka obat-obat sitostatikum dibagi menurut kekhususan efeknya

terhadap sel, terutama yang sedang berproliferasi sebagai berikut :

Golongan I : terdiri dari obat-obat spesifik. Obat golongan ini dapat merusak sel dalam

keadaan apapun baik yang sedang berproliferasi maupun yang sedang istirahat. Dapat

dimengerti seperti pada leukemia akut bahwa obat ini dapat merusak sel-sel leukemia dan

juga dapat merusak sel stem hemopoetik yang normal. Oleh karena itu untuk tumor dengan

populasi sel yang jauh lebih banyak dari populasi sel stem, obat golongan ini kurang

memenuhi syarat karena membahayakan. Sebaliknya untuk tumor dengan populasi sel

sedikit (masih terlokalisasi atau masih dini), obat ini dapat memberikan hasil yang lebih

baik. Contoh obat golongan ini adalah sebagian obat alkilasi seperti nitrogen mustard,

Klorambucil, dan lainnya.

Page 6: Referat Kemoterapi FIX

Golongan II : terdiri dari obat spesifik untuk tahapan tertentu (phase spesific). Obat

golongan ini merusak sel pada tahapan tertentu dari siklus proliferasi dan sedikit

mengganggu sel stem. Sebagai contoh adalah vinkristin yang hanya merusak sel pada saat

mitosis dan antimetabolit yang merusak sel pada masa sintesis DNA. Obat-obat ini

umumnya dipakai secara berulang menurut interval tertentu, agar semua sel tumor yang

sedang berproliferasi bersama-sama memasuki satu tahap tertentu yang sensitif terhadap

sitostatikum yang sama atau berlainan (misalnya pada masa S), sehingga penghancuran sel

dapat terjadi secara maksimal.

Golongan III : terdiri dari obat yang spesifik untuk siklus sel (cycle specific). Obat ini

bekerja khusus terhadap sel yang sedang berproliferasi tanpa menghiraukan tahapan

siklusnya, tetapi umumnya tidak atau sedikit efektif terhadap sel di luar siklus seperti sel

stem. Umumnya obat golongan ini baik dipakai dengan dosis lethal yang maksimum

sekaligus.

2.5 Penggunaan sacara klinis dari Obat sitotoksik

A. Indikasi.

Obat kemoterapi digunakan di dalam keadaan yang berikut:

1. Untuk menyembuhkan penyakit dengan malignansi

2. Untuk mengurangi rasa sakit pada pasien-pasien dengan kanker yang mempunyai

manfaat lebih dibandingkan efek samping selama perawatan

3. Untuk merawat pasien-pasien asymptomatic di dalam keadaan yang berikut:

a. Pada Kanker yang agresif dan dapat diobati (leukemia akut, kanker paru)

b. Pengobatan sudah terbukti untuk mengurangi kekambuhan dan meningkatkan

interval bebas penyakit atau meningkatkan survival yang absolut (karsinoma

Colon stage C, Ca mammae stage I atau II, osteogenic sarkoma)

B. Kontraindikasi.

Kontraindikasi obat kemoterapi secara relatif atau mutlak dalam situasi-situasi yang

berikut:

Page 7: Referat Kemoterapi FIX

1. Jika fasilitas-fasilitas tidak cukup untuk mengevaluasi respon pasien dari terapi,

memonitor reaksi toksis dari obat.

2. Jika pasien tidak mungkin untuk bertahan hidup lebih panjang meskipun penyusutan

tumor bisa tercapai.

3. Jika pasien tidak mungkin untuk bertahan hidup cukup panjang untuk memperoleh

manfaat-manfaat dari obat.

4. Jika pasien dengan gejala asymptomatic yaitu tumor-tumor yang tumbuh lambat, tak

dapat disembuhkan, kemoterapi harus ditunda sampai timbul gejala-gejala yang

meringankan.

2.6 Pemberian Kemoterapi

Secara umum kemoterapi dapat digunakan dengan 4 cara kerja yaitu :

1. Sebagai neoadjuvan yaitu pemberian kemoterapi mendahului pembedahan dan radiasi,

pemberian kemoterapi untuk mengecilkan tumor sebelum dilakukannya pembedahan

pengangkatan tumor

2. Sebagai terapi kombinasi yaitu kemoterapi diberikan bersamaan dengan radiasi pada

kasus karsinoma stadium lanjut, pemberian dua atau lebih zat kemoterapi dalam terapi

kanker yang menyebabkan setiap pengobatan memperkuat aksi obat lainnya ( sinergis)

3. Sebagai terapi adjuvan yaitu sebagai terapi tambahan paska pembedahan dan atau

radiasi, suatu sesi kemoterapi yang digunakan sebagai tambahan dengan terapi

modalitas lainnya. Dan ditujukan untuk mengobati mikrometastasis

4. Sebagai terapi utama yaitu terapi pasien dengan kanker local alternative yang ada

tidak terlalu efektif, digunakan tanpa radiasi dan pembedahan terutama pada kasus

kasus stadium lanjut dan pada kasus kanker jenis hematologi (leukemia dan limfoma).

Menurut prioritas indikasinya terapi terapi kanker dapat dibagi menjadi dua yaitu

terapi utama dan terapi adjuvan (tambahan/ komplementer/ profilaksis). Terapi utama

dapat diberikan secara mandiri, namun terapi adjuvan tidak dapat mandiri, artinya terapi

Page 8: Referat Kemoterapi FIX

adjuvan tersebut harus meyertai terapi utamanya. Tujuannya adalah membantu terapi

utama

Pemakaian kemoterapi kombinasi berkembang dari pengalaman pengobatan.

Keuntungan pemakaian kemoterpi kombinasi dibandingkan dengan obat tunggal ialah :

1. Dapat meningkatkan persentase remisi total.

2. Dapat memperpanjang lamanya remisi.

3. Mengatasi resistensi se-sel ganas terhadap obat tunggal yang insidensnya dapat

melebihi 10 % dan sulit diramalkan sebelumnya.

4. Mencegah atau menunda timbulnya rsistensi pada sel-se ganas yang tadinya sensitif.

5. Efek sitotoksik yang aditif atau sinergistik dapat dicapai dengan memilih kombinasi

obat-obat dengan mekanisme kerja yang berbeda..

2.7 Efek Samping Kemoterapi

Efek samping dapat muncul ketika sedang dilakukan pengobatan atau beberapa

waktu setelah pengobatan. Efek samping yang bisa timbul adalah:

1. Lemas

Efek samping yang umum timbul. Timbulnya dapat mendadak atau perlahan. Tidak

langsung menghilang dengan istirahat, kadang berlangsung hingga akhir

pengobatan.

    2.    Mual dan Muntah

Ada beberapa obat kemoterapi yang lebih membuat mual dan muntah. Selain itu ada

beberapa orang yang sangat rentan terhadap mual dan muntah. Hal ini dapat dicegah

dengan obat anti mual yang diberikan sebelum/selama/sesudah pengobatan

kemoterapi.

    3.    Gangguan pencernaan

Page 9: Referat Kemoterapi FIX

Beberapa jenis obat kemoterapi berefek diare. Bahkan ada yang menjadi diare

disertai dehidrasi berat yang harus dirawat. konstipasi kadang bisa terjadi.

    4.    Sariawan

Beberapa obat kemoterapi menimbulkan penyakit mulut seperti terasa tebal atau

infeksi. Kondisi mulut yang sehat sangat penting dalam kemoterapi.

    5.    Rambut Rontok

Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga minggu setelah

kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut patah di dekat kulit kepala.

Dapat terjadi setelah beberapa minggu terapi. Rambut dapat tumbuh lagi setelah

kemoterapi selesai.

    6.    Otot dan Saraf

Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada jari tangan

atau kaki serta kelemahan pada otot kaki. Sebagian bisa terjadi sakit pada otot.

    7.    Efek Pada Darah

Beberapa jenis obat kemoterapi dapat mempengaruhi kerja sumsum tulang yang

merupakan pabrik pembuat sel darah, sehingga jumlah sel darah menurun. Yang

paling sering adalah penurunan sel darah putih (leokosit). Penurunan sel darah

terjadi pada setiap kemoterapi dan tes darah akan dilaksanakan sebelum kemoterapi

berikutnya untuk memastikan jumlah sel darah telah kembali normal. Penurunan

jumlah sel darah dapat mengakibatkan:

A.       Rentan terkena infeksi

Hal ini disebabkan oleh Karena jumlah leokosit menurun.

B.        Perdarahan

Trombosit berperan pada proses pembekuan darah. Penurunan jumlah

trombosit mengakibatkan perdarahan sulit berhenti, lebam, bercak merah di

kulit.

Page 10: Referat Kemoterapi FIX

C.       Anemia

Anemia terjadi karena gangguan produksi sel darah merah yang

mengandung hemoglobin.

8. Kulit dapat menjadi kering dan berubah warna , lebih sensitive terhadap matahari.

Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat garis putih melintang.

2.8 Persyaratan Pasien yang Layak diberi Kemoterapi

Pasien dengan keganasan memiki kondisi dan kelemahan kelemahan, yang apabila

diberikan kemoterapi dapat terjadi untolerable side effect. Sebelum memberikan

kemoterapi perlu pertimbangan sbb :

Menggunakan kriteria Scala Karnofsky, harus lebih dari 50 %

Jumlah lekosit >=3000/ml

Jumlah trombosit>=120.0000/ul

Cadangan sumsum tulang masih adekuat misal Hb > 10

Creatinin Clearence diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam) ( Tes Faal Ginjal )

Bilirubin <2 mg/dl. , SGOT dan SGPT dalam batas normal ( Tes Faal Hepar ).

Elektrolit dalam batas normal.

Mengingat toksisitas obat-obat sitostatika sebaiknya tidak diberikan pada usia diatas 70

tahun.

2.9 Klasifikasi Obat Sitostatika

Obat-obat kemoterapi diklasifikasikan berdasarkan aktivitas farmakologi dan

pengaruhnya terhadap reproduksi sel. Jenis obat-obat kemoterapi sbb:

1. Zat-zat alkilasi (ankylating agents)

Page 11: Referat Kemoterapi FIX

Bersifat nonspesifik pada fase siklus sel. Mereka bekerja dengan membentuk ikatan

molekul dengan asam nukleat, yang mempengaruhi duplikasi asam nukleat sehingga

mencegah mitosis.

Cara kerja utama zat-zat alkilasi ialah terhadap gugus guanin DNA pada posisi N-7,

yaitu dengan mengadakan ikatan kovalen yang kemudian disusul dengan cross-linking

dengan basa guanin kedua. Proses ini dapat berakhir dengan kematian sel. Disamping

itu dapat terjadi alkilasi yang kurang intensif terhadap adenin dan sitosin. Reaksi ini

dapat menyebabkan reksi mutagenik, karsinogenik dan sitotoksik. Kerjanya terhadap

siklus sel tidak sesifik.

a. Cyclophospamide

Indikasi : dipakai pada berbagai keganasan : NHL, Limfoma Hodgkin,

neuroblastoma, Wilms tumor, rabdomyosarcoma.

Kontraindikasi : Leukosit < 2000/mm3

Metabolisme : harus diubah dulu dalam endoplasma sel retikulum hati menjadi

hidroksisiklofosfamid dan aldofofamide

Ekskresi : melalui ginjal 66% sebagai metabolit di 48 jam pertama, 14 % tak

berubah dalam urine

Dosis : 2-4 mg/kg/hr per os atau 200 mg/m2. IV : 200-1000 mg/m2

Efek samping : - depresi sumsum tulang (leukopenia dan trombositoenia)

setelah 1-2 minggu

- mual, muntah setelah 3-6 jam, anorexia, diare, stomatitis

- alopesia parsial atau total setelah 3 minggu

- sakit kepala, hidung tersumbat

- gangguan fungsi hepar, hiperbilirubinemia

- sistitis hemoragik/non-hemoragik

Page 12: Referat Kemoterapi FIX

- kardiotoksik pada dosis tinggi

b. Cisplastin

Indikasi : obat antitumor spektrum luas. (tumor testis dan tumor germ lain,

neuroblastoma, Wilms tumor, dan tumor otak

Kontraindikasi : Gangguan faal ginjal

Metabolisme : lebih dari 90% terikat pada protein dalam 2-4 jam. Konsentrasi

tertinggi dalam ginjal, hati, prostat, colon, usus halus dan

testikel.

Ekskresi : melalui ginjal 45 % dalam 96 jam pertama, 14 % tak berubah dalam

urine

Dosis : 20 mg/m2/kali, selama 3-5 hari tiap 3-4 minggu

Efek samping : - Ginjal : nefrotoksik

Mielosupresi

GI : mual, muntah

Neuropati perifer

Ototoksik

c. Ifosfamide

Indikasi : Limfoma Hodgkin dan Non-Hodgkin, leukimia akut, Ewing

sarcoma, osteo-sarkoma

Kontraindikasi : Leukosit < 2000/mm3, sistitis hemoragik

Metabolisme : obat tak aktif sebelum mempunyai daya alkilasi perlu

biotransformasi oleh enzim oksidatif hepar menjadi 4-hidroksi-

ifosfamide

Page 13: Referat Kemoterapi FIX

Ekskresi : melalui urin, < 20% dosis diekresi dalam bentuk tak berubah

Dosis : obat tunggal : 7-10 gr/m2 dibagi rata dalam 3-5 hari

Dalam kombinasi : 1-5 gr/m2 dibagi rata dalam 3-5 hari, tia 3 minggu

Harus diberikan bersama mesna untuk mengurangi toksisitas urotelisasi

Efek samping : - Darah : depresi tulang, leukopenia, trombositopenia

GU : sistitis hemoragik

GI : mual, muntah anorexia

Neuropati perifer

Gangguan fungsi hepar

Alopesia

2. Antimetabolit

Bersifat spesifik dengan menghambat enzim essensial yang diperlukan dalam

sintesis DNA. Dan replikasi sel. Bekerja pada fase sintesis siklus sel, oleh karena itu

kerjanya disebt spesifik terhadap fase S, kecuali 5-fluorouracil. Kebanyakan

antimetabolit merupakan analog struktural dari metabolit sel yang diperlukan untuk

pertumbuhan.

Obat –obat ini menghambat sintesis asam nukleik dengan cara : menggantikan

metabolit alami sehingga terjadi pesan yang salah; bersaing dengan metabolit alami

dalam enzim yang diperlukan untuk sintesis senyawa penting.

a. Fluorouracil

Indikasi : Neuroblastoma, germ sel tumor

Kontraindikasi : tidak aa kontraindikasi mutlak

Page 14: Referat Kemoterapi FIX

Metabolisme : dalam hati 22-45%. Harus diubah dulu menjadi nukleotid aktif

agar mempunyai daya sitostatik. Pengaktifan agak dihambat oleh

alopurinol. Kurang dari 10% terikat pada protein.

Ekskresi : melalui paru-paru. 5-15 % melalui urin.

Dosis : 300-750 mg/m2/kali i.v. tergantung protokol.

Efek samping : - Darah : depresi tulang 1-2 minggu

GI : diare mual, muntah anorexia

Gangguan fungsi hepar dan ginjal

Kulit: dermatitis, eritema, kering, hiperpigmentasi

b. Methotrexate

Indikasi : ALL, NHL, rabdomiosarkoma

Kontraindikasi : fungsi ginjal yang kurang baik

Metabolisme : dalam hati diubah secara minimal.

Ekskresi : melalui ginjal; 40-90 % tak berubah dalam urine.

Dosis : 30 mg/m2/kali per os

Efek samping : - Darah : depresi tulang 1-2 minggu, leukopenia, trombositopeni

GI : diare mual, muntah anorexia

Gangguan fungsi hepar dan ginjal

Malaise, sensitif terhadap cahaya.

c. Mercaptopurine

Indikasi : ALL, NHL

Page 15: Referat Kemoterapi FIX

Kontraindikasi : tidak ada kontraindikasi mutlak

Metabolisme : dalam hati diubah menjadi bentuk ribonukleotid baru yang

sitotoksik; penghancuran dalam hepar oleh xantin-oksidase

Ekskresi : melalui ginjal; 80 % sebagai metabolit dalam urine.

Dosis : 50 mg/m2/kali per os

Efek samping : - Darah : depresi tulang 1-2 minggu, leukopenia, trombositopeni

GI : diare, mual, muntah, anorexia, stomatitis

Gangguan fungsi hepar dan ginjal

Kulit : dermatitis

3. Antibiotik (agens antitumor)

Bersifat nonspesifik yang mengganggu transkripsi DNA. Kebanyakan antibiotik

bekerja terhadap polinukleotid, yaitu dengan mengadakan ikatan dengan DNA

sehingga terjadi blokade terhadap replikasi dan transkripsi DNA/RNA. Kerjanya tidak

spesifik dalam siklus sel.

a. Doxorubicin

Indikasi : ALL

Kontraindikasi : gagal jantung, gangguan faal hati

Metabolisme : setelah diinjeksi i.v cepat didistribusikan kedalam tubuh.

Sebagian besal (70%) terikat pada plasma protein. Di hepar diubah

menjadi metabolit yang aktif yaitu doxorubicinol

Ekskresi : 40-50 % melalui empedu, 4-5 % melalui urine.

Dosis : 45-75 mg/m2 tiap 3 minggu, 20-30 mg/m2 tiap minggu

Efek samping : - Darah : depresi tulang 1-2 minggu, leukopenia, trombositopeni

Page 16: Referat Kemoterapi FIX

GI : diare, mual, muntah, anorexia, stomatitis

Gangguan fungsi hepar dan ginjal

Kulit : alopesia, dermatitis

Jantung : kardiomiopati

b. Epirubicin

Indikasi : ANLL, NHL

Kontraindikasi : gagal jantung, depresi sumsum tulang berat

Metabolisme : terutama dalam hepar

Ekskresi : 40-50 % melalui empedu, 4-5 % melalui urine.rutama di hati. Plasma

clearence berkurang pada gangguan faal hati, pada gangguan faal

ginjal tidak perlu penyesuaian dosis

Dosis : 12 mg/m2 /kali tiap hari selama 3 hari

Efek samping : - Mielosupresi

Hati-hati pada extravasasi

Kulit : alopesia, dermatitis

Jantung : kardiomiopati

c. Daunorubicin

Indikasi : ALL

Kontraindikasi : gagal jantung

Metabolisme : harus diubah dalam hati menjadi zat sitotoksik daunorubicinol

Ekskresi : melalui empedu.

Dosis : 25-30 mg/m2 /kali i.v tiap hari selama 3-4 hari

Page 17: Referat Kemoterapi FIX

Efek samping : - Darah : depresi tulang 1-2 minggu, leukopenia, trombositopeni

GI : diare, mual, muntah, anorexia, stomatitis

Tromboplebitis jika ekstravasasi

Kulit : alopesia, dermatitis

Jantung : kardiomiopati

4. Alkaloid tanaman vinca

Bersifat spesifik .Zat ini memberikan efek sitotoksik dengan mengikat protein

mikrotubular selama fase metaphase yang menyebabkan terhentinya mitosis. Sebagian

merupakan inhibitor mitosis (Vincristine dan vinblastine) yang efek sitotoksinya terjadi

karena za-zat ini mengadakan ikatan dengan tubulin sehingga terjadi hambatan

pembentukan mikrotubuli dan akibatnya ialah penghentian mitosis pada metafase.

Kelompok yang lain (etoposide dan teniposide) inhibitor topoisomerase II.

Kelompok ini membentuk ikatan kuat dengan DNA dan enzim topoisomerase sehingga

mengakibatkan kerusakan pada DNA dan mengganggu replikasi dan transkripsi.

a. Vincristine

Indikasi : ALL, NHL, Limfoma Hodgkin, neuroblastoma, Wilms tumor,

rabdomyosarcoma.

Kontraindikasi : Ikterus obstruktif dan kelainan hepar, dosis dikurangi

Metabolisme : terutama dalam hepar, cepat hilang dalam darah

Ekskresi : melalui empedu.

Dosis : 1,5-2 mg/m2

Efek samping : - saraf : neurotoxic, polineuropati perifer, ptosis

GI : obstipasi, diare

Darah: depresi sumsum tulang, leukopenia, trombositopeni

Page 18: Referat Kemoterapi FIX

Kulit : alopesia

b. Etoposide

Indikasi : ANLL, NHL, Limfoma Hodgkin, neuroblastoma,

rabdomyosarcoma, sarkoma jaringan lunak yang lain, ewing

sarkoma, tumor otak dan tumor se germinatif

Kontraindikasi : ---

Metabolisme : sebagian besar terikat pada protein (96%), terjadi dalam hepar.

Ekskresi : melalui empedu dan urine

Dosis : 60-120 mg/m2 /hari i.v selama 3-5 hari.

Efek samping : - saraf : neurotoxic, polineuropati perifer jarang terjadi

GI : mual, muntah

Darah: depresi sumsum tulang, leukopenia, trombositopeni

Kulit : alopesia

5. Enzim (L-Asparaginase)

Kerjanya mencegah sintesis protein oleh sel-sel ganas dengan menghabiskan

asparagin. Kebanyakan sel normal yang dapat membentuk sendiri asparaginnya tidak

akan terpengaruh oleh zat ini.

Indikasi : terutama ALL, juga dipakai pada ANLL, NHL

Kontraindikasi : hipersensitif terhadap L-asp

Metabolisme : tak tergantung fungsi hepar dan lien.

Ekskresi : sedikit dalam urine

Dosis : 6000 IU/m2 /hari i.v secara intermiten tiap 3 minggu

Efek samping : - Neurologi : lelah, sakit kepala, somnolen, letargi

Page 19: Referat Kemoterapi FIX

GI : mual, muntah, anorexia, kejang

Darah: gangguan pembekuan

Hepar: SGOP/SGPT meningkat, depresi albumin serum

Ginjal: ureum meningkat, azotemia

Reaksi hipersensitivitas: urtikaria

2.9.1 Penilaian hasil akhir kemoterapi

Penilaian hasil pengobatan dengan kemoterapi, baik tunggal maupun kombinasi

dengan pembedahan atau radioterapi, biasanya dilakukan setelah 3-4 minggu. Hasil

kemoterapi dapat dilihat dari 2 aspek yaitu respons atau hilangnya kanker (response rate)

dan angka ketahanan hidup penderita (survival rate). Dari aspek hilangnya kanker hasil

kemoterapi dinyatakan dengan istilah-istilah yang lazim dipakai yaitu :

Sembuh ( cured )

Respon komplit ( complete response/ CR ) : semua tumor menghilang untuk jangka

waktu sedikitnya 4 minggu

Respons parsial ( partial response/ PR ) : semua tumor mengecil sedikitnya 50 % dan

tidak ada tumor baru yang timbul dalam jangka waktu sedikitnya 4 minggu.

Tidak ada respons (no response/ NR): tumor mengecil kuran dari 50 % atau membesar

kurang dari 25 %

Penyakit Progresif ( progresive disese/PD ) : tumor makin membesar 25 % atau lebih

atau timbul tumor baru yang dulu tidak diketahui adanya.

Disamping itu, dikenal suatu periode penderita terbebas dari penyakitnya (disease free

survival ).

Pada beberapa tumor disamping ukuran tumor, perkembangannya dapat dipantau

berdasarkan kadar tumor marker.

Page 20: Referat Kemoterapi FIX
Page 21: Referat Kemoterapi FIX

DAFTAR PUSTAKA

1. Robert. T.Door & William.L.Fritz, 1981, Cancer Chemotherapy Handbook, Elsevier,

New York.

2. Instalasi Diklat RS. Kanker Darmais, 2003, Kumpulan Makalah Pelatihan Perawatan

Kanker Dengan Kemoterapi Di RS Kanker Darmais, RS. Kanker Darmais, Jakarta.

3. Jim Cassidy, Donald Bissett, Roy Spence, Miranda Payne 2011, Oxford Handbook of

Oncology, New York.

4. Terry Priestman, 2008, Cancer Chemotherapy in Clinical Practice, Springer,

Wolverhampton.