referat litmin fix
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
Tuberkulosis kutis adalah penyakit yang disebabkan oleh M. tuberculosis,
M. bovis, dan pada keadaan tertentu oleh bacille Calmette-Guerin (BCG), strain M.
bovis yang dilemahkan dan dikembangkan untuk vaksin. Klasifikasi tuberkulosis
(TB) kutis dibuat berdasarkan cara infeksi dan status imunologis host.1
Tuberkulosis biasanya tidak virulen. Hanya sekitar 5-10% dari orang yang
terinfeksi tuberkulosis yang menunjukkan gajala klinis. Insiden tuberkulosis kutis
dengan bentuk yang berbeda-beda bervariasi secara umum. Lesi dapat karena
inokulasi langsung dari M.tuberculosis dari sumber eksogen seperti TB chancre, TB
kutis verucosa, terkadang lupus vulgaris. Keterlibatan kulit pada infeksi endogen
dapat ditemukan pada scrofuloderma, TB miliar akut, tuberkulosis kutis gumma, dan
lupus vulgaris. Sebagai tambahan, reaksi imun kulit terhadap M.Tuberculosis disebut
tuberkulid.2
Lupus vulgaris atau disebut juga tuberkulosis luposa merupakan 10-15 %
dari tuberkulosis kutis dan mengenai wanita 2-3 kali lebih sering daripada laki-laki. 2
Lupus vulgaris terjadi umumnya di Afrika Selatan, sementara Skrofuloderma
merupakan bentuk umum di banyak negara di UK. Di India lupus vulgaris banyak
ditemukan pada dewasa, sementara skrofuloderma umunya ditemukan pada anak-
anak.3
Dua macam tuberkulosis kulit yang banyak ditemui adalah lupus vulgaris
dan skrofuloderma.1 Pada referat ini akan dibahas mengenai salah satu penyakit
tuberkulosis kulit yaitu lupus vulgaris.
1
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Definisi
Lupus vulgaris atau tuberkulosis luposa adalah suatu bentuk tuberkulosis
kutis kronik dan progressif yang terjadi pada individu dengan imunitas sedang dan
sensitivitas tuberculin test yang tinggi.1
II.2 Epidemiologi
Insiden tuberkulosis kutis dengan bentuk yang berbeda-beda bervariasi
secara umum. Dua macam tuberkulosis kulit yang banyak ditemui adalah lupus
vulgaris (LV) dan skrofuloderma. Lupus vulgaris merupakan 10-15 % dari
tuberkulosis kutis. Di daerah tropis, LV jarang terjadi, sementara skrofuloderma dan
lesi verukosa lebih dominan. Angka kejadian lupus vulgaris lebih sedikit ditemukan
di USA daripada di Eropa. Skrofuloderma merupakan bentuk umum di banyak negara
di UK, sementara lupus vulgaris terjadi umumnya di Afrika Selatan. Di India lupus
vulgaris umumnya pada orang dewasa walaupun dapat menyerang semua usia,
sementara skrofuloderma banyak ditemukan pada anak-anak. Lupus vulgaris
mengenai wanita dua sampai tiga kali lebih sering dibandingkan laki-laki. 1,2,3
II.3 Etiologi
M.tuberculosis merupakan agen etiologi utama pada tuberculosis kulit.
Walaupun terkadang M.bovis dan BCG merupakan strain yang dilemahkan dari
M.bovis mungkin juga dapat menimbulkan lesi. Penyebab utama tuberculosis kutis di
RSCM ialah mycobacterium tuberculosis berjumlah 91,5%. Sisanya (8.5%),
disebabkan oleh mycobacteria atipikal yang terdiri atas golongan II atau
skotokromogen yakni M. Scrofuloceum (80%) dan golongan IV atau rapid growers
(20%). M.bovis dan M.avium belum pernah ditemukan. 2,4
2
Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri basil anaerobik, nonmotil,
dengan dinding sel kaya lipid yang tinggi konsentrasi asam mikolat. Bakteri ini
memiliki banyak gen pengkode enzim yang mengatur lipogenesis dan lipolisis. Kadar
lipidnya yang tinggi memungkinkan M. tuberculosis terhindar dari pemangsaan
makrofag dan Poly Morphonuclear Cell (PMN) sehingga memungkinkan bakteri ini
bertahan lama dalam tubuh host. Kecepatan pertumbuhan M. tuberculosis sangat
lambat, sekitar 1/20 dari kebanyakan bakteri lain. Lambatnya pertumbuhan tersebut
terkait dengan struktur dinding selnya yang membatasi akses nutrien dari luar.
Mycobacterium hidup di dalam makrofag, sehingga akan menginduksi respon
inflamasi kronis.5
II.4 Patogenesis
Lupus vulgaris dapat muncul dari tempat inokulasi pada scar
skrofuloderma, atau sebagian besar berasal tempat jauh dari fokus infeksi awal.
Sekitar 50% dari lupus vulgaris terbukti memiliki tuberculosis ditempat lain,
sehingga diperlukan evaluasi lengkap. Dikarenakan lupus vulgaris berhubungan
dengan imunitas yang sedang terhadap tuberculosis, sebagian besar pasien akan
memiliki test tuberculin positif. 7
Lupus vulgaris adalah postprimer, tuberculosis bentuk pausibasilar yang
disebabkan oleh hematogen, limfatik, atau penjalaran dari tempat lain yang
berdekatan dalam tubuh. Lupus vulgaris dapat berkembang secara sekunder dari
tuberculosis kutis verucosa, scrofuloderma atau inokulasi BCG. Penyembuhan secara
sempurna jarang terjadi tanpa terapi.1,2
TB menular melalui droplet dari saliva yang kontak serumah. Sebagai
tambahan transmisi dapat terjadi melalui inhalasi, makanana atau inokulasi. Kulit
yang intak mempunyai barier yang protektif terhadap invasi organisme, tetapi ketika
barier mukokutaneus ini rusak akan menjadi jalan masuk mikroorganisme. 2
Ketika suatu bakteri melakukan invasi, maka limfosit-T akan melakukan
interaksi dengan antigen mycobacterial dan menyajikannya ke APC (antigen
3
presenting cells) dan akan menginduksi pelepesan limfokin, interleukin,interferon.
Substansi-substansi ini akan mempromosikan aktivasi dan ekspresi antigen MHC
class IIseperti IL-2 pada limfosit T. Makrofag akan berakumulasi dan membentuk
granuloma. Selama sensitisasi awal, sel T memori akan terbentuk dan tetap tinggal
pada organ limfoid dan sirkulasi. Percobaan pada tikus, gene Ipr 1 (intracellular
pathogen resintance 1) telah diidentifikasi dalam locus sst 1 (supersusceptibility to
tuberculosis). Ekspresi dari gen Ipr 1 pada makrofag membatasi multiplikasi
M.tuberculosis dalam sel.2
II.5 Manifestasi klinis
Lesi biasanya soliter, tetapi bisa meliputi dua atau lebih tempat secara
bersamaan. Pada pasien dengan tuberculosis paru aktif , dapat ditemukan focus
multipel. Pada hampir 90% lupus vulgaris mengenai kepala dan leher. Lupus
vulgaris biasanya muncul pertama pada hidung, pipi, daun telinga, scalp, dan secara
lambat akan meluas naik ke regio yang berdekatan di atasnya. Area lain biasanya
jarang terkena.1,2,6
Lesi awal berupa macula berwarna merah kecoklatan (Brownish red), lunak
atau rapuh. Papul dengan permukaan halus atau hiperkeratotik. Pada diaskopi
infiltrate menunjukkan warna ‘apple jelly’. Progresifitas ditandai dengan elevasi,
warna makin kecoklatan (deeper brownish color), dan pembentukan plak. Plak
dapat ditutupi skuama yang lengket. Involusi satu area dengan expansi area lain
sering menghasilkan batas garis seperti gyrus. Penyakit ini sanagt dekstruktif bisa
menyebabkan ulserasi. Bentuk hipertrofi dapat muncul pada nodul lembut (soft
nodule) atau plak dengan permukaan hiperkeratotik. Kartilago nasal dan auricula
dapat terkena sebagai perluasan dekstruksi. Scar atrofi dengan atau tanpa ulserasi
sebelumnya merupakan karakteristik dari scar berulang. 1,6
Mukosa dapat terlibat pertama kali atau karena perluasan lesi. Infeksi
bermanifestasi papul kecil, lunak, waran abu-abu atau pink, ulkus, atau massa
granulasi yang rapuh. Dry Rhinitis mungkin satu-satunya gejala yang ditemukan pada
4
lupus vulgaris stadium awal, tetapi lesi dapat juga merusak kartilago septum nasal.
Scar pada palatum mole dan stenosis laring dapat terjadi. 1,6
Setelah terjadi penurunan imunitas, khususnya setelah measlas (sehingga
diberi istilah lupus postexanthemicus) beberapa lesi akan menyebar yang dapat secra
bersamaan pada regio yang berbeda sebagai konsekuensi dari penyebarab secara
hematogen dari fokus tuberkulosis laten, selama dan setelah erupsi, reaksi tuberculin
yang positif sebelumnya dapat menjadi negatif, tetapi biasanya akan kembali positif
pada pasien yang mengalami perbaikan. 1
Gambar 1. A: Lupus vulgaris ,lesi sedikit meonojol plak kecoklatan. B: Lupus
vulgaris selama 10 tahun ( plak luas yang mengenai pipi, rahang, dan telinga).1
II.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu pada kasus adalah pewarnaan bakteri
tahan asam, tes tuberkulin, pemeriksaan histopatologi, dan biakan sampel dari lesi.
Pewarnaan bakteri tahan asam
Spesies Mycobacterium disebut juga bakteri tahan asam (BTA). Hal ini
berkaitan dengan impermeabilitasnya terhadap berbagai macam pewarnaan.
Namun dengan pewarnaan tertentu, bakteri ini akan menahan zat warna
meskipun kontak dengan panas ataupun asam organik. Metode pewarnaan
yang dipakai adalah Ziehl-Nielsen. Dengan metode ini, Mycobacterium akan
5
terlihat sebagai basilus berwarna merah muda. Biasanya banyak
Mycobacterium dapat ditemukan pada struktur yang lebih dalam dari nekrosis
kaseosa. Basil tuberkulosis juga mudah diisolasi dari pus.7
Gambar 2. Mycobacterium tuberculosis. Pewarnaan dengan metode Ziehl-Nielsen.7
Tes tuberkulin
Dasar tes tuberkulin (tes mantoux) adalah respon imun termediasi sel
terhadap protein tuberkulin atau respon terhadap M.tuberculosis. Hasil tes
akan positif antara 2 hingga 10 minggu setelah infeksi dan tetap positif setelah
bertahun-tahun. Tes ini dilakukan dengan menyuntikkan 0,1cc PPD (Purified
Protein Derivative) intrakutan dengan kekuatan 5 TU (tuberculin units). Tes
ini bisa dibaca hasilnya dalam 48 hingga 72 jam setelah penyuntikan.7
Tes tuberkulin dinyatakan positif jika terbentuk lesi berukuran 10 mm
atau lebih berupa eritem, pembengkakan dan indurasi. Untuk pasien yang
mengidap AIDS, maka hasil positif jika terbentuk lesi berukuran 5 mm atau
lebih. False positif dapat terjadi pada pasien yang pernah terekspos
Mycobacterium atau pernah diimunisasi BCG. False negatif dapat terjadi pada
pasien AIDS yang respon Cell Mediated Immunity-nya rendah, juga pada
pasien malnutrisi, serta pemakai steroid.7
Pemeriksaan histopatologi
6
Ciri-ciri paling menonjol pada histopatologi berupa pembentukan
tuberkel yang tipikal. Perubahan sekunder mungkin karena superimposed
dengan penipisan epidermal dan atrofi atau acanthosis dengan hiperkeratosis
dan hiperplasia pseudoepitheliomatous. BTA biasanya tidak ditemukan.
Reaksi inflamasi non-spesifik dapat menyembunyikan sebagian struktur
tuberkel.lesi lama terutama tersusun oleh sel epiteloid dan sulit dibedakan
dengan sarcoidal infiltrat.1
Pemeriksaan biakan
Medium klasik yang sering dipakai untuk pembiakan Mycobacterium
adalah Lowenstein-Jensen, Ogawa (berbahan dasar telur) dan Middlebrook
(berbahan dasar agar-agar). Biakan yang berbahan dasar telur biasanya
ditambah dengan malachite-green yang berguna untuk mencegah kontaminasi
bakteri lain. Dibutuhkan waktu sekitar 4 hingga 6 minggu untuk membiakkan
Mycobacterium pada medium klasik.7
Beberapa tahun terakhir, dikembangkan metode biakan yang bisa
memberikan hasil yang lebih cepat dibandingkan metode biakan klasik
tersebut. Dengan metode yang disebut BACTEC ini, Mycobacterium dapat
diidentifikasi hanya dalam waktu 9 hingga 16 hari. Media BACTEC
mengandung radio-labeled palmitate sebagai satu-satunya sumber karbon.7
.
7
Gambar 3. Koloni Mycobacterium tuberculosis yang tumbuh pada biakan
Lowenstein-Jensen.7
II.7 Diagnosis banding
Sarcoidosis
Lymphocytoma
Lupus eritematosus diskoid
Sifilis stadium III
Leprosy
Blastomycosis atau infeksi deep mycotic lainnya
Lupoid leishmaniasis
II.8 Diagnosis
Plak pada lupus vulgaris dapat dikenali berupa lesi yang lembut, warna merah
kecoklatan, dan evolusi yang lambat. Nodul apple jelly yang didapatkan dari test
diaskopi merupakan tanda khas untuk menentukan ulserasi, krusta atau lesi
hiperkeratotik. Hasil tuberculin test biasanya positif kuat kecuali selama fase awal
lupus postexanthema. Kultur bakteri mungkin bisa negatif dan pada kasus dengan
klinis lupus vulgaris biasanya hasil PCR yang positif mendukung infeksi
M.tuberkulosis. 1
II.9 Penatalaksanaan
Pada umumnya , penatalaksanaan tuberkulosis kutis sama dengan
tuberkulosis organ lainnya ( tabel 1). Pengobatan tuberkulosis terdapat 2 tahapan
yaitu : tahapan awal (intensif) dan tahapan lanjutan. Tahapan awal ialah membunuh
kuman yang katif membelah sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya dengan obat
yang bersifat bakteriasidal. Tahapan lanjutan ialah melalui kegaitan sterilisasi
membunuh kuman yang tumbuh lambat.
Tabel 1. Pedoman terapi infeksi mycobacterium tuberculosis
8
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis di Indonesia yaitu kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3. 8
H: isoniazid (INH) Z: pirazinamid
R: rifampisin E: etambutol
Digunakan untuk:
Pasien baru TB paru BTA positif.
Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
Pasien TB ekstra paru
Akhir-aknhir ini, Center for Disease Control and Prevention (CDC)
merekomendasikan regimen untuk kemoterapi tuberculosis, seperti obat baru yang
sedang diujicobakan termasuk nitroimidazopytan, yang menghambat sintesis protein
dan lipid dinding sel, golongan diarylquinoline (TMC207), target ATP synthase.
Vaccin yang digunakan untuk melawan M.tuberculosis masih dalam
pengembangan.1,2
Walaupun belum ditetapkan sebagai terapi pilihan, sitokin seperti
interleukin, interferon gamma, interleukin-12,dan granulocyte-macrophage colony-
stimulating factor mungkin membantu mengkontrol patogen intracellular, dengan
9
demikian akan memperpendek durasi terapi dan mengatasi resistensi obat. Obat
immunomodulator thalidomide ternyata bisa digunakan untuk mengontrol masalah
yang berhubungan dengan respon inflamasi, yang dapat mengikuti pengobatan infeksi
multibasiller dan dapat menjadi obat tambahan pada pengobatan leprosy.1
Walaupun produksi nitrit oxide oleh makrofag diketahui membantu
mengontrol infeksi M.tuberculosis, organisme ini dapat tetap berada dalam sel.
Fungsi mycobacterial proteosome memainkan peranan penting dalam mekanisme
pertahanan, sehingga di masa depan penghambatan fungsi proteosome akan
memberikan pendekatan terapi yang tepat. 2
Perbedaan dengan infeksi sistemik, terapi triple-drug direkomendasikan,
namun pada bentuk lupus vulgaris terlokalisasi tanpa adanya bukti berhubungan
dengan tuberculosis internal, mungkin dapat diterapi dengan isoniazid saja sampai 12
bulan. Dosis total 80-140 gram mungkin diperlukan. Karena terkadang mycobacteria
masih ditemukan pada lesi yang sudah menyembuh, sehingga diperlukan pengobatan
minimal 2 bulan setelah involusi komplete dari lesi. Lesi kecil pada lupus vulgaris
juga sebaiknya dieksisi, namun tuberkulostatik harus tetap diberikan secara
bersamaan. Bedah plastik penting untuk koreksi terhadap lupus vulgaris yang lama
dengan mutilasi. 1
II.10 Komplikasi
Lupus vulgaris dalam waktu yang lama tanpa terapi progress dalam beberapa
tahun dapat menyebabkan cacat dan gangguan fungsional. Lupus vulagris yang lama
dapat berkembang menjadi carcinoma. Squamous cell carcinoma melebihi jumlah sel
basal carcinoma dan memiliki resiko metastase yang tinggi. Pada 40% pasien
berkaitan dengan tuberculous lymphadenitis, dan 10% sampai 20% juga menderita
tuberkulosis paru aktif atau tuberkulosis tulang dan sendi. Penderita tuberkulosis
memilki resiko 4 sampai 10 kali untuk mengalami lupus vulgaris dibadingkan
populasi umum.
10
Gambar 4. Lupus vulgaris dengan destruksi nasal. Tampak carcinoma sel squamous
pada bibir atas. 1
BAB III
KESIMPULAN
Lupus vulgaris/ tuberkulosis luposa adalah suatu bentuk tuberkulosis kutis
kronik dan progressif yang terjadi pada individu dengan imunitas sedang dan
sensitivitas tuberculin test yang tinggi . LV merupakan 10-15% TB kutis, umumnya
menyerang dewasa dan wanita lebih banyak daripada laki-laki.
Diagnosis LV dibangun dengan anamnesis dan pemeriksaan klinis yang
dikonfirmasi dengan pemeriksaan penunjang. Pada efloresensi dapat ditemui makula
11
berwarna merah kecoklatan (Brownish red), lunak atau rapuh, papul dengan
permukaan halus atau hiperkeratotik. Pada uji diaskopi memucat yang disebut ‘apple
jelly colour’ , pembentukan plak yang dapat ditutupi skuama yang lengket. Dapat
menyebabkan ulserasi dan scar. Pada umumnya mengenai kepala dan leher yang
biasanya muncul pertama pada hidung, pipi, daun telinga, scalp.
Tuberkulosis kutis, termasuk LV tergolong TB ekstra paru. Terapinya adalah
paduan obat anti tuberkulosis (OAT) kategori-1 yang digunakan di Indonesia.
BAB IV
DISKUSI
1. Perbedaan skrofuloderma dengan lupus vulgaris?
Skrofuloderma timbul akibat penjalaran per kontinuitatum dari organ di
bawah kulit yang telah diserang penyakit tuberkulosis, yang tersering berasal dari
kelenjar getah bening, juga dapat berasal dari sendi dan tulang. Oleh karena itu
tempat predileksinya pada tempat-tempat yang banyak didapati kelenjar getah bening
12
superfisialis, yang tersering pada leher, kemudian disusul di ketiak dan yang terjarang
pada lipat paha.
Porte d’entrée skrofuloderma di daerah leher ialah pada tonsil atau paru. Jika
di ketiak maka kemungkinan porte d’entrée pada apeks pleura, jika dilipat paha pada
ekstremitas bawah. Kadang-kadang ketiga tempat predeleksi tersebut diserang
sekaligus, yakni pada leher, ketiak dan lipat paha. Pada kejadian tersebut
kemungkinan besar terjadi penyebaran secara hematogen. Jadi pada skrofuloderma
harus dicari fokus infeksi tuberkulosis di tempat lain pada penderita itu.
Skrofuloderma biasanya mulai sebagai sebagai limfadenitis tuberkuloisis,
berupa pembesaran kgb, tanpa tanda-tanda radang akut, selain tumor. Mula-mula
hannya beberapa kgb yang terserang, lalu main banyak dan sebagian berkonfluensi.
Selain limfadenitis juga terdapat periadenitis yang menyebabkan perlengketan kgb
tersebut dengan jaringan sekitarnya. Kemudian kelenjar-klenjar tersebut mengalami
perlunakan tidak serentak, mengakibatkan konsistensi kenyal dan lunak (abses
dingin) abses akan memecah dan membentuk fistel muara fistel akan meluas
hingga menjadi ulkus (bentuknya memanjang dan tidak teratur, disekitarnya berwarna
merah kebiru-biruan/livide, dinding bergaung, jaringan granulasinya tertutup oleh pus
seropurulen. Jika mengering menjadi krusta berwarna kuning). Ulkus dapat sembuh
spontan menjadi sikatriks yang juga memanjang dan tidak teratur. Kadang-kadang
diatas sikatriks tersebut terdapat jembatan kulit (skin bridge), bentuknya seperti tali
yang kedua ujungnya melekat pada sikatriks tersebut hingga sonde dapat dimasukkan.
Sedangkan pada lupus vulgaris dapat penyebaran dapat melalui hematogen,
limfatik atau penjalaran dari tempat lain yang berdekatan dalam tubuh. Pada
efloresensi dapat ditemui makula berwarna merah kecoklatan (Brownish red), lunak
atau rapuh, papul dengan permukaan halus atau hiperkeratotik. Pada uji diaskopi
memucat yang disebut ‘apple jelly colour’ , pembentukan plak yang dapat ditutupi
skuama yang lengket. Dapat menyebabkan ulserasi dan scar. Pada umumnya
mengenai kepala dan leher yang biasanya muncul pertama pada hidung, pipi, daun
telinga, scalp.
13
2. Sampai batas mana kerusakan yang terjadi pada lupus vulgaris?
Lesi pada lupus vulgaris yang progresif berupa ulkus dapat merusak sampai
ke tulang kartilago seperti yang sering ditemukan pada kartilago auricula dan nasal.
3. Bagaimana penularan Mycobacterium tuberculosis pada lupus vulgaris?
TB menular melalui droplet dari saliva yang kontak serumah. Sebagai
tambahan transmisi dapat terjadi melalui inhalasi, makanana, inokulasi atau inokulasi.
Kulit yang intak mempunyai barier yang protektif terhadap invasi organisme, tetapi
ketika barier mukokutaneus ini rusak akan menjadi jalan masuk mikroorganisme. 2
DAFTAR PUSTAKA
1. Tappeiner G. Tuberculosis and other Mycobacterial Infection in Wollf K,
Goldsmith LA, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th
ed. New York: McGraw-Hill; 2008. p. 1806-16
2. Bolognia, Juan L.Cutaneus tuberculosis. In : Callen, Jeffry, editors. Bolognia
Dermatology. 2 nd e. Vol 1. United Stated; Mosby Elsivier; 2008.
3. Yates VM, Rook GAW. Mycobacterial infection. In: Burns T, Breathnach S,
Cox N, Griffiths, editors. Rook’s textbook of Dermatology. 7th ed. Vol 2.
London: Blackwell Publishing; 2004. p.1309-47
14
4. Djuanda A. Tuberkulosis kutis. Departemen IK Kulit dan Kelamin FKUI,
editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 4 ed. Jakarta: Balai penerbit FKUI;
2006. p. 64-8
5. Southwick, FS. Pulmonary infection. In: Southwick FS, Hirschel B, Lew PD,
Ramphal R, Swaminathan S, editors. Infectious Disease Clinical Short
Course. 2nd ed. New York: McGraw-Hill; 2007. p. 103-19
6. James WD, Berger TG, elston DM. Mycobacterial diseases. Andrew’s
Diseases of the Skin: Clinical Dermatology. 10th ed. Philadelphia: WB
Saunders Company; 2006. p.333-42
7. Todar K. Mycobacterium tuberculosis and tuberculosis. Todar’s Online
Textbook of Bacteriology [serial online] June 4. 2004; Vol 304: p. 1421.
8. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis
Indonesia 2007
15