referat enuresis non organik(revisi)

22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi Enuresis didefinisikan sebagai berkemih yang bersifat involunter. Tingkat keparahan ditentukan berdasarkan frekuensi berkemih. Kuantitas dari urin bukanlah menjadi patokan diagnostik untuk enuresis. Kuantitas dapat menjadi faktor yang memberikan penilaian dalam menentukan suatu terapi jika seseorang dengan enuresis berkemih dengan kuantitas urin yang sedikit, akan tetapi dalam prakteknya sering kali jumlah kuantitas ini tidak memberi pengaruh besar dalam pemberian terapi. Frekuensi merupakan kunci utama dalam menentukan suatu terapi yang akan diberikan. Pada umumnya seseorang anak dapat menahan untuk berkemih pada umur 6 bulan hingga 1 tahun. Berdasarkan “text revision of the fourth edition of the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR)” menyatakan bahwa enuresis dibagi menjadi primer dan sekunder, dikatakan primer jika seorang anak tidak dapat menahan untuk berkemih hingga umur lebih dari satu tahun, dan dikatakan sekunder apabila seorang anak yang telah mengalami 1

Upload: yuricho-alexander-yogianto

Post on 30-Nov-2015

111 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Enuresis Non Organik(Revisi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Enuresis didefinisikan sebagai berkemih yang bersifat involunter. Tingkat

keparahan ditentukan berdasarkan frekuensi berkemih. Kuantitas dari urin

bukanlah menjadi patokan diagnostik untuk enuresis. Kuantitas dapat menjadi

faktor yang memberikan penilaian dalam menentukan suatu terapi jika

seseorang dengan enuresis berkemih dengan kuantitas urin yang sedikit, akan

tetapi dalam prakteknya sering kali jumlah kuantitas ini tidak memberi

pengaruh besar dalam pemberian terapi. Frekuensi merupakan kunci utama

dalam menentukan suatu terapi yang akan diberikan. Pada umumnya

seseorang anak dapat menahan untuk berkemih pada umur 6 bulan hingga 1

tahun. Berdasarkan “text revision of the fourth edition of the Diagnostic and

Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR)” menyatakan bahwa

enuresis dibagi menjadi primer dan sekunder, dikatakan primer jika seorang

anak tidak dapat menahan untuk berkemih hingga umur lebih dari satu tahun,

dan dikatakan sekunder apabila seorang anak yang telah mengalami

kontinensia urin pada umur lebih dari satu tahun dan kemudian mengalami

inkontinensia.

2. Epidemiologi

Rasio perbandingan laki – laki dan perempuan sama sampai umur 5 tahun,

akan tetai setelah itu laki – laki menjadi lebih banyak (2:1 pada umur 11

tahun). Anak laki – laki lebih sering mengalami enuresis sekunder

dibandingkan dengan anak perempuan. Berdasarkan pengumpulan data di

Scandinavian dan New Zealand ditemukan bahwa angka prevalensi enuresis

pada umur 7 dan 8 tahun mencapai 9,8% dan 7,4%, sedangkan di United

States angka kejadian ini lebih besar pada ras afrika-amerika dan imigran asia

1

Page 2: Referat Enuresis Non Organik(Revisi)

dibangingkan dengan penduduk asli. Kebanyakan anak – anak enuresis dapat

menahan kemihnya pada saat purbertas. Sekitar 3% dari anak – anak enuretik

tetap mengalami inkontinensia urin hingga 20 tahun.

3. Etiologi

Penyebab pasti dari enuresis masih belum diketahui. Salah satu penelitian

menemukan adanya kelainan pada siklus sirkardian. Enuresis tidak

menurunkan pengeluaran urin pada malam hari, seperti anak – anak normal

pada umur diatas 12 tahun. Enuresis memiliki volume buli – buli fungsional

yang rendah, temuan ini berhubungan dengan gangguan perilaku, dan etiologi

yang paling umum ditemukan Gangguan ini seringkali berhubungan dengan

terhambatnya maturitas seperti perkembangan bahasa, berbicara, kemampuan

motorik dan pertumbuhan sosial. Telah ditemukan kecenderungan enuresis

untuk anak – anak yang tidur dalam waktu yang lama setiap harinya, akan

tetapi temuan ini belum dapat dijelaskan secara pasti. (kaplan) khususnya

untuk enuresis sekunder sering kali timbul setelah normalya kontrol dari

funsgi buli – buli, hal ini sering kali disebabkan oleh stress psikologikal dan

sering kali berhubungan dengan gangguan perilaku, dan mencapai 50% anak –

anak enuriesis berumur 7-12 tahun pernah mengalami periode kontinensia

urin.

Terdapat beberapa bukti yang mengarahkan kepada adanya peran dari genetik,

akan tetapi mekanisme yang tepat untuk menjelaskan warisan enuresis

nokturnal masih tidak diketahui. Jika kedua orang tua memiliki riwayat

enuresis, 70% dari anak-anak mereka juga akan memiliki enuresis. Jika hanya

satu orangtua memiliki enuresis, 40% dari anak-anak mereka akan

terpengaruh, dan hanya 15% dari anak-anak akan memiliki enuresis jika orang

tua tidak memiliki kondisi tersebut. Selain itu, tingkat kesesuaian untuk

enuresis pada anak kembar monozigot adalah 68%. Sebuah penelitian

genetika telah menemukan hubungan baru dalam keluarga anak-anak terkena

2

Page 3: Referat Enuresis Non Organik(Revisi)

enuresis dengan keterlibatan setidaknya dua kromosom yaitu satu pada

kromosom 13q (ENUR1) dan satu di 12q kromosom (ENUR2).

Stress psikologis telah lama berpikir untuk memainkan peran dalam enuresis.

Dalam sebagian besar kasus, enuresis nokturnal tidak disebabkan oleh faktor

psikologis; Enuresis menciptakan masalah psikologi sekunder bagi anak,

terutama yang mempengaruhi harga diri [2-6]

4. Psikodinamika

Pelatihan pengontrolan kandung kemih harus dimulai setelah umur 1½ tahun.

Apabila orang tua gagal dalam pelatihan ini, maka anak tersebut terdapat

kemungkinan untuk tidak dapat mengontrol kandung kemihnya dengan baik

sampai mungkin pada masa yang lebih dewasa. Orang tua yang memiliki

kecemasan juga dapat berpindah ke anaknya sehingga dapat menumbulan

ketegangan yang mengakibatkan enuresis.

Kelahiran seorang saudara juga dapat mengakibatkan seorang anak merasa

kehilangan tempatnya didalam suatu keluarga. Hal ini memungkinkan seorang

anak berusaha kembali lagi ke pola seorang bayi untuk mencari perhatian

kembali dari orang tuanya. Penyakut yang bersifat akut juga dapat terjadi

bersamaan atau memicu munculnya inkomplit kontrol nokturnal. Secara

fisiologikal atau stress psikologikal(ketakutan dan kecemasan) dapat

menyebabkan blader yang tidak dapat ditahan atau dikontrol. Sekitar 40%

anak yang melakukan electroencephalogram memiliki hasil yang sesuai

dengan epilepsi atau pematangan maturitas dari sistem saraf pusat yang

terhambat.

5. Gejala klinis

Seorang anak mungkin mengompol sesekali atau secara teratur. Hati-hati

pertanyaan dari orang tua atau observasi oleh dokter yang mengungkapkan

bahwa pasien bebas dari kaliber normal. Hal ini cenderung untuk

3

Page 4: Referat Enuresis Non Organik(Revisi)

menyingkirkan obstruksi pada saluran yang lebih rendah sebagai penyebab

enuresis tersebut. Anak-anak dengan inkontinensia siang hari cenderung

memiliki lebih dari psikogenik enuresis. Banyak kekosongan dan ditemukan

memiliki kapasitas vesikalis berkurang, meskipun kapasitas normal di bawah

anestesi. Ini mungkin merupakan cerminan dari pematangan tertunda. Tidak

ada pembakaran, meskipun frekuensi dan urgensi yang umum. Urin jelas.

Pengamatan terhadap orang tua sering mengungkapkan bahwa mereka cemas

dan tegang, perasaan ini dapat memicu seorang anak untuk mengompol

6. Diagnosis

The DSM-IV-TR menyatakan kriteria usia yang sama yang digunakan dalam

DSM-IV dengan menetapkan bahwa diagnosis tidak dibuat pada anak yang

usia kronologis ataupun secara mental berumur kurang dari 5 tahun.

hal ini didasari pada usia 5 tahun diharapkan dapat terjadi kontinensia urin

seperti yang seharusnya. Beberapa penelitian mengatapan anak-anak dengan

cacat perkembangan mungkin memiliki usia kronologis yang lebih besar.

Mengompol harus terjadi setidaknya dua kali dalam 1 minggu dan selama

minimal 3 bulan berturut-turut, atau jika kurang harus disertai oleh gangguan

fungsional. Penyebab organik seperti infeksi kandung kemih di singkirkan.

Dalam penegakkan enuresis diperlukan penggolongan ke dalam enuresis

primer atau sekunder. Seperi yang telah dibahas sebelumnya enuresis primer

mengacu pada anak-anak yang belum pernah mengalami kontinensia urin,

sedangkan enuresis sekunder adalah keadaan yang telah diawali oleh

kontinensia urin minumal 6-12 bulan dan kemudian mengalami inkontinensia

urin kembali. Pembagian klasifikasi lainnya membagi enuresis menjadi

enuresi diurnal(siang hari) dan nokturnal(malam hari). Sebagian besar anak -

anak hanya menunjukkan enuresis nokturnal, beberapa pada pola siang hari

(diurnal) atau pola nocturnal dan diurnal gabungan.

4

Page 5: Referat Enuresis Non Organik(Revisi)

Enuresis yang menjadi manifestasi dari gangguan psikologis memiliki

hubungan dengan enuresis involunter, akan tetapi hubungan korelasi ini tidak

spesifik, oleh karena itu masalah perilaku tidak menjadi salah satu kriteria

diagnosis dalam penegakkan diagnosis enuresis.

Kriteria diagnosis enuresis berdasarkan ICD-10 :

Usia kronologis dan mental anak minimal berusia 5 tahun

Berkemih tanpa disengaja atau disengaja ke tempat tidur atau ke

pakaian yang terjadi setidaknya dua kali dalam 1 bulan pada anak-

anak dengan umur kurang dari 7 tahun, sedangkan setidaknya sebulan

sekali pada anak-anak usia lebih dari 7 tahun.

Enuresis bukanlah konsekuensi dari serangan epilepsi atau

inkontinensia neurologis dan bukan merupakan akibat langsung dari

kelainan struktur saluran kemih atau yang bukan kelainan psikiatrik

lainnya.

Tidak ada bukti dari setiap gangguan kejiwaan lain yang memenuhi

kriteria untuk kategori ICD-10 lainnya.

Durasi dari gangguan minimal 3 bulan.

7. Patologi dan pemeriksaan laboratorium

Infeksi saluran kemih (ISK)dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya

enuresis, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan urinalisis untuk

menyingkirkan penyebab organik. Pemeriksaan radiografi dengan

menggunakan kontras dapat digunakan untuk menyingkirkan kelainan

anatomis atau fisiologis yang menyebabkan terjadinya enuresis, namun

pemeriksaan ini jarang dilakukan karena prosedurnya yang invasif dan cukup

menyakitkan serta penegakan diagnosisnya yang cukup rendah. Sekitar 3,7%

dari pasien enuresis ditemukan sebuah obstruksi pada saluran berkemih,

beberapa penelitian lain juga melaporkan temuan serupa. Selain itu

penggunaan USG dapat digunakan untuk mengukur kapasitas kandung kemih

5

Page 6: Referat Enuresis Non Organik(Revisi)

dan juga ketebalan dinding kandung kemih untuk menggambarkan perkiraan

kemampuan fungsional dasar dari buli – buli tersebut.

8. Diagnosis banding

Diagnosis banding yang paling utama adalah ISK. Hal ini terutama berlaku

untuk anak perempuan yang lebih rentan terkena daripada anak laki-laki. ISK

harus menjadi pertimbangan pertama bagi seorang gadis yang telah

mengalami kontinensia urin untuk jangka waktu yang cukup lama yang

kemudian menjadi inkontinensia urin, oleh karena itu pemeriksaan urin perlu

dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis ISK.

Selain karena ISK, enuresis juga dapat disebabkan oleh malformasi struktur

anatomis atau lesi obstruktif pada saluran kemih, akan tetapi kejadian ini

memiliki presentasi yang lebih rendah jika dibandingkan dengan angka

kejadian ISK.

Penggalian anamnesia juga penting dalam hal ini untuk mencari tahu apakah

adanya kesengajaan dalam berkemih, jika terdapat kesengajaan yang

mendasarinya maka dapat dikaitkan dengan gangguan psikologis, walaupun

demikian hubungan gangguan psikologis dengan enuresis secara paksa masih

belum jelas. Gangguan kejiwaan yang memiliki komorbiditas yang paling

umum adalah Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD), gangguan

seperti ini perlu ditangani terlebih dahulu.

Telah dilaporkan beberapa kasus enuresis yang berhubungan dengan

pemberian obat selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), antidepresant,

dan atipikal antipsikotik (risperidone), oleh karena itu diperlukan anamnesa

untuk menggali informas tentang penggunaan obat – obat ini sebelumnya

untuk menyingkirkan enuresis yang disebabkan oleh efek samping dari obat

tertentu.

6

Page 7: Referat Enuresis Non Organik(Revisi)

Enuresis sekunder juga telah diidentifikasi sebagai gejala penting dari diabetes

Melitus tipe 1 pada anak-anak dan berhubungan dengan polidipsia dan

poliuria yang menyertai gangguan tersebut.

9. Terapi

Metode pengobatan enuresis yang telah terbukti secara empiris efektif yaitu

terapi psikoterapi dan secara farmakologis, selain itu diet juga dapat

digunakan untuk membantu terapi yang diberikan. Psikoterapi mungkin

berguna untuk meringankan beberapa masalah perilaku yang terkait dengan

timbul enuresis, khususnya enuresis sekunder. Skenario klinis yang sangat

umum untuk enuresis sekunder adalah pengembangan mengompol setelah

kehilangan orang tua melalui kematian atau perceraian. Pada pasien ini,

psikoterapi adalah modalitas pengobatan primer. Sebuah tinjauan psikoterapi

untuk enuresis primer menemukan tingkat keberhasilan 20 persen, yang

mungkin tidak secara signifikan lebih besar daripada laju remisi spontan.

Terapi perilaku kognitif / Cognitive Behaviour Therapy(CBT)

Sebuah kajian komprehensif dari beberapa penelitian menentukan

tingkat keberhasilan untuk intervensi dengan melakukan CBT adalah

sekitar 75 persen.. Intervensi terapi perilaku yang umum digunakan

adalah adalah metode bel and padi yang termaduk ke dalam metode

penyesuaian kondisi . Teknik ini dilakukan dengan menggunakan

sebuah pad/alas yang ditempatkan di tempat tidur, dengan kabel yang

disambungkan ke bel. Ketika anak mengompol maka kelembapan akan

memicu sirkuit di pad yang akan menderingkan bel dan

membangunkan anak tersebut. Penggunaan alat ini secara berulang,

akan mengakibatkan anak belajar untuk bangun sebelum mengompol

terjadi. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa seiring dengan

adanya gangguan perilaku akan mengurangi angka keberhasilan

intervensi perilaku ini. (kaplan)

7

Page 8: Referat Enuresis Non Organik(Revisi)

Gambar 1. Bel and pad circuit

Penelitian mengenai terapi perilaku akhir – akhir ini difokuskan pada

perbandingan antara metode standar dengan beberapa metode yang

berbeda. Beberapa metode yang telah dikembangkan adalah dengan

menggunakan alarm getar yang memiliki hasil tidak jauh berbeda

dengan alarm getar. Sebuah penelitian juga mengembangkan salah

satu strategi yang inovatif yang dapat menggantikan bel and pad yaitu

dengan menggunakan jam alarm yang di atur akan bunyi sekitar 2

sampai 3 jam setelah tidur untuk membangunkan anak tersebut dan

pergi ke toilet untuk berkemih. Strategi ini didasarkan pada saat 2-3

jam akan terjadi pengisian kapasistas kandung kemih sehingga anak

terebut dapat berkemih sebelum mengompol.

Hubungan antara kapasitas kandung kemih dan respon terhadap terapi

perilaku ini juga sedang dalam penelitian. Sebuah penelitian

menemukan bahwa kapasitas kandung kemih tidak mempengaruhi

hasil dari terapi perilaku Bel and pad, sedangkan yang lain

menemukan bahwa anak-anak dengan kapasitas kandung kemih yang

lebih kecil cenderung memiliki hasil yang lebih baik dalam pelatihan

kontrol retensi urin yang terkait dengan metode bel and pad.

Ada beberapa bukti untuk mendukung penggunaan biofeedback untuk

anak-anak yang memiliki kapasitas kandung kemih kecil dan detrusors

tidak stabil dan yang telah refrakter terhadap pengobatan sebelumnya.

Kemajuan terbaru dalam metodologi perilaku telah menggunakan

monitor ultrasonik eksternal yang melekat pada pinggang. Monitor

8

Page 9: Referat Enuresis Non Organik(Revisi)

akan membunyikan sinyal alarm bila kandung kemih mencapai

kapasitas maksimal. Penelitian klinis dengan perangkat ini telah

menghasilkan tingkat keberhasilan yang sama dengan mereka yang

dasar bel dan pad dan juga melaporkan peningkatan kapasitas kandung

kemih. Pendekatan bel-and-pad juga telah ditambah dengan

penggunaan obat desmopressin acetate (DDAVP) bagi anak-anak

yang telah refrakter terhadap pengobatan sebelumnya karena disfungsi

keluarga atau gangguan perilaku atau keduanya. Meskipun bel dan pad

adalah yang paling intensif dipelajari metode intervensi perilaku, itu

bukan satu-satunya jenis pengobatan perilaku. Sebuah subjek kajian

komprehensif baru-baru ini juga mencatat metode perilaku lain, seperti

pembatasan cairan malam, Toilet malam hari, penghargaan,

overlearning, dan pelatihan retensi kontrol.

Psikofarmako

o Imipramine

Imipramin memliki tingkat efikasi yang mencukupi

sebagai obat terapetik yang telah diteliti lebih dari 40 double

blind studies. Hal ini ditandai dengan oleh era farmakologi

yang menggunakan imipramin sebagai terapi yang paling

sering digunakan untuk enuresis hampir dalam 2 dekade

terakhir. Walaupun akhir – akhir ini imipramin sering

digantikan oleh DDAVP, akan tetapi tetap ada alasan untuk

tetap mendiskusikan keuntungan menggunakan imipramin

untuk mengobati enuresis. Imipramin tetap menjadi pilihan

obat bagi anak – anak yang susah disembuhkan oleh terapi

lainnya. Dalam biaya pengobatan juga terdapat perbedaan yang

cukup jauh biaya pengobatan dengan menggunakan imipramin

dan DDVAP sehingga imipramin tetap menjadi pilihan utama

bagi keluarga yang mengalami masalah biaya pengobatan.

9

Page 10: Referat Enuresis Non Organik(Revisi)

Dosis imipramin yang umum digunakan adalah 1–2.5

mg/kgBB sebelum makan malam yang dapat ditingkatkan

hingga 3,5mg/kgBB. Pada umumnya dengan dosis awal 1-

2,5mg/kgBB dapat memberikan hasil yang cukup baik. Tujuan

utama dari pemberian obat ini adalah untuk menekan

mengompol yang sering timbul sambil menunggu pematangan

dari pengontrolan buli – buli. Obat ini harus di tappering dan

diberhentikan setiap 3 bulan dan di titrasi kembali ke efek

terapetik jika enuresis muncul kembali. Neurofarmakologi dari

antienuretik ini masih belum diketahui secara pasti

Efek samping dari pemberian obat ini jarang terjadi,

namun terdapat beberapa efek samping yang dapat timbul

seperti mulut kering, kegelisahan, insomnia, gangguan

pencernaan ringan, dan perubahan kepribadian. Overdosis

merupakan hal utama yang menjadi perhatian besar dalam

pemberian obat ini. Overdosis dari obat ini dapat menimbulkan

efek miokard (aritmia dan blok konduksi) dan hipotensi.

o Desmopresin acetate (DDAVP)

antidiuretik desmopressin asetat sintetik (desamine-D-

arginine vasopressin) adalah antienuretik. Ini dapat diberikan

intranasal atau oral. Desamine-d-arginine vasopressin dapat

bekerja dengan cara mengurangi volume urine sehingga

menjadi dibawah dari jumlah yang memicu kontraksi dari

kandung kemih tersebut. Pengobatan ini sama seperti dengan

pemberian terapi antidepresan dimana kekambuhan merupakan

salah satu efek withdrawal yang dapat timbul (Dx n Tx

psikiatri)

Efekmulai timbul sekitar 6 sampai 12 jam setelah

mengkonsumsi obat tersebut. Desmopresin tersedia dalam

10

Page 11: Referat Enuresis Non Organik(Revisi)

pompa semprotan di hidung yang memberikan 10 ug per

semprot. Dosis awal untuk mengobati enuresis nokturnal

adalah 20 ug (1 semprot di setiap lubang hidung). Beberapa

anak memberikan respon yang baik terhadap obat dengan dosis

10ug, akan tetapi beberapa anak membutuhkan dosis 40 ug (2

semprotan di setiap lubang hidung) untuk efektivitas

maksimum. Selain itu terdapat juga sediaan oral dalam bentuk

tabler 100mg dan 200mg dengan dosis yang dianjurkan

berkisar 200-600 mg (0,2-0,6 mg) untuk mencapai respon yang

diinginkan.

Sebelum dilakukan pemberian DDAVP, perlu

dilakukan penilaian terhadap faktor – faktor lain seperti adanya

cystic fibrosis, penyakit ginjal atau gangguan lain yang

menyebabkan adanya ketidakseimbangan elektrolit. Polidipsia

juga memerlukan pertimbangan khusus sebelum dilakukan

pemberian obat ini karena adanya risiko keracunan air(water

intoxication) dan hiponatremia.

Pasien dan keluarga harus memahami pentingnya pembatasan

cairan dan juga memperhatikan apabila adanya tanda – tanda

keracunan air. Tanda-tanda ini dapat berupa perubahantingkat

kesadaran, pandangan menjadi kabur, kebingungan,

disorientasi, dan sakit kepala bagian depan. Selain itu, keluarga

diperingatkan bahwa pemberian obat DDAVP ini tidak boleh

digunakan dalam kasus apabila terdapat gangguan cairan

ataupun keseimbangan elektrolit seperti pada kondisi demam,

infeksi virus, muntah, atau diare. Penggunaan desmopressin

aman jika digunakan dengan benar, dan efek samping jarang

terjadi. Angka kesembuhan antara 25% dan 50%, dan tingkat

kambuh setelah obat diberhentikan.

o Parasimpatolitik drugs

11

Page 12: Referat Enuresis Non Organik(Revisi)

Obat Parasimpatolitik seperti atropin atau belladonna,

bekerja dengan cara menurunkan kontraksi dari otot detruser

yang dapat memberikan efek positif untuk mengurangi

enuresis. Jenis obat yang dapat digunakan adalah

Methantheline bromida, 25-75 mg diberikan sebelum tidur.

o Simpatometik drugs

Obat simpatomimetik yang dapat digunakan adalah

dextroamphetamine sulfat, 5-10 mg sebelum tidur. Pemberian

obat ini diharapkan menyebabkan seorang anak menjadi cukup

terjaga pada saat tidur sehingga dia dapat merasakan apabila

ingin berkemih.

o Antikolinergik

Obat antikolinergik oxybutynin (Ditropan) memiliki

sifat relaksasi otot, serta menghasilkan efek anestesi lokal pada

kandung kemih. Obat ini dapat membantu anak-anak dengan

enuresis nokturnal yang disertai dengan frekuensi pada siang

hari, urgensi, dan / atau inkontinensia di siang hari. Pada anak-

anak, terapi ini mencapai tingkat keberhasilan 90%. Namun,

antikolinergik ini jarang bermanfaat bagi anak-anak dengan

enuresis nokturnal eksklusif.

Oxybutynin klorida dan tolterodine merupakan obat –

obatan golongan antikolinergik yang umum diberikan.

Oxybutynin diberikan dalam dosis 2,5-5 mg diberikan sebelum

tidur. Tolterodine tidak disetujui untuk digunakan pada anak-

anak yang lebih muda dari 12 tahun. Flavoxate yang

merupakan sebuah spasmolitik kemih, dapat membantu pada

beberapa pasien dengan kandung kemih yang terlalu aktif atau

gangguan fungsi normal kandung kemih tapi hanya disetujui

untuk anak-anak lebih yang lebih tua dari 12 tahun.

12

Page 13: Referat Enuresis Non Organik(Revisi)

Obat antikolinergik tidak boleh diberikan saat demam,

karena salah satu efek antikolinergik adalah penurunan

produksi keringat, sehingga dapat mengganggu pelepasan

panas(Heat loss). Demikian pula, mereka harus digunakan

dengan hati-hati pada anak-anak yang berolahraga atau aktif

bermain, terutama pada hari-hari yang panas.

Efek samping antikolinergik meliputi mulut kering,

penglihatan kabur, kemerahan pada wajah, sembelit,

pengosongan kandung kemih yang tidak bagus, dan perubahan

suasana hati. Sembelit menjadi peristiwa buruk yang paling

bermasalah dalam hal itu karena dapat meningkatkan risiko

mengompo

Kombinasi desmopressin asetat dan oxybutynin klorida

memiliki efek yang baik terhadap anak dengan kandung kemih

yang terlalu aktif atau disfungsional kemih yang merespon

terapi antikolinergik dengan gejala siang hari yang membaik,

tetapi tetap tetap mengompol di malam hari.

Diet

Anak-anak harus diinstruksikan untuk minum dalam jumlah

banyak pada siang hari, untuk mempertahankan hidrasi yang baik

sepanjang hari, dan minum cukup untuk mencegah haus ketika mereka

tiba di rumah dari sekolah dan sebelum tidur. Anak-anak yang bermain

olahraga di malam hari harus optimal terhidrasi untuk kegiatan

tersebut.

10. Prognosis

Perjalanan enuresis penting untuk diketahui karena merupakan kelainan yang

dapat sembuh dengan sendirinya. Diagnosis tidak dibuat sampai seorang anak

berumur 5 tahun untuk memperhitungkan anak yang tidak memliki pelatihan

13

Page 14: Referat Enuresis Non Organik(Revisi)

atau pun keterlambatan dalam pelatihan toilet yang tidak diterima dengan baik

pada saat berumur 2 sampai 5 tahun.

Angka kejadian meningkat diumur 5 sampai 7 tahun dan kemudian menurun

secara substansial. Sebagian besar anak-anak enuresis mengalami resolusi

spontan dan hanya beberapa tetap enuresis hingga dewasa. Pada usia 14 tahun

hanya sekitar 1,1% dari anak laki-laki masih mengalami mengompol 1 kali

dalam seminggu. DSM-IV-TR mengutip tingkat remisi dari 5 sampai 10

persen per tahun setelah usia 5 tahun. Puncak usia untuk enuresis sekunder

adalah antara 5 dan 8 tahun.

14