referat edit1

33
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kalimat “Satu Visi – Satu Identitas – Satu Komunitas” – menjadi visi dan komitmen bersama yang hendak diwujudkan oleh ASEAN pada tahun 2020. Tetapi mungkinkah cita-cita tersebut dapat dicapai oleh negara-negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailan, Brunai Darussalam, Kamboja, VietNam, Laos dan Myanmar) dalam waktu kurang dari satu dasawarsa lagi. Berdasarkan catatan dan laporan dari berbagai sumber menunjukkan bahwa cita-cita bersama yang terintegrasi dalam suatu komunitas yang disebut Masyarakat ASEAN (ASEAN Community) ini masih harus menghadapi berbagai tantangan dan rintangan yang terdapat pada masing-masing negara anggota. Beberapa tahapan awal mesti diwujudkan untuk merealisasikan target atau sasaran bersama Masyarakat ASEAN tersebut, di antaranya adalah melalui penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) pada tahun 2015. Kesepakatan bersama untuk mengintegrasikan berbagai negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunai Darussalam, Kamboja, VietNam, Laos dan Myanmar) yang masing- masing memiliki latar-belakang sosial-budaya, ideologi

Upload: melinda-veronica

Post on 12-Jan-2016

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

referat

TRANSCRIPT

Page 1: REFERAT EDIT1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kalimat “Satu Visi – Satu Identitas – Satu Komunitas” – menjadi visi dan

komitmen bersama yang hendak diwujudkan oleh ASEAN pada tahun 2020. Tetapi

mungkinkah cita-cita tersebut dapat dicapai oleh negara-negara ASEAN (Indonesia,

Malaysia, Filipina, Singapura, Thailan, Brunai Darussalam, Kamboja, VietNam,

Laos dan Myanmar) dalam waktu kurang dari satu dasawarsa lagi. Berdasarkan

catatan dan laporan dari berbagai sumber menunjukkan bahwa cita-cita bersama yang

terintegrasi dalam suatu komunitas yang disebut Masyarakat ASEAN (ASEAN

Community) ini masih harus menghadapi berbagai tantangan dan rintangan yang

terdapat pada masing-masing negara anggota.

Beberapa tahapan awal mesti diwujudkan untuk merealisasikan target atau

sasaran bersama Masyarakat ASEAN tersebut, di antaranya adalah melalui penerapan

Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) pada tahun 2015.

Kesepakatan bersama untuk mengintegrasikan berbagai negara

ASEAN (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunai Darussalam,

Kamboja, VietNam, Laos dan Myanmar) yang masing-masing memiliki latar-

belakang sosial-budaya, ideologi politik, ekonomi dan kepentingan berbeda ke dalam

suatu komunitas yang disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN ini masih menghadapi

sejumlah kendala besar, khususnya bagi Indonesia yang masih dihadapkan dengan

berbagai masalah multi dimensi yang sarat kepentingan.

Masyarakat Ekonomi ASEAN dengan sasarannya yang mengintegrasikan

ekonomi regional Asia Tenggara menggambarkan karakteristik utama dalam

bentuk pasar tunggal dan basis produksi, kawasan ekonomi yang sangat kompetitif,

kawasan pengembangan ekonomi yang merata atau seimbang, dan kawasan yang

terintegrasi sepenuhnya menjadi ekonomi global. Sebagai pasar tunggal kawasan

terpadu ASEAN dengan luas sekitar 4,47 juta km persegi yang didiami oleh lebih dari

Page 2: REFERAT EDIT1

600 juta jiwa dari 10 negara anggota ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan

memacu daya saing ekonomi kawasan ASEAN yang diindikasikan melalui terjadinya

arus bebas (free flow) : barang, jasa, investasi, tenaga kerja, dan modal.1

Keinginan ASEAN membentuk MEA didorong oleh perkembangan eksternal

dan internal kawasan. Dari sisi eksternal, Asia diprediksi akan menjadi kekuatan

ekonomi baru, dengan disokong oleh India, Tiongkok, dan negara-negara ASEAN.

Sedangkan secara internal, kekuatan ekonomi ASEAN sampai tahun 2013 telah

menghasilkan GDP sebesar US$ 3,36 triliun dengan laju pertumbuhan sebesar 5,6

persen dan memiliki dukungan jumlah penduduk 617,68 juta orang. Tulisan ini secara

ringkas akan menganalisis peluang Indonesia menghadapi persaingan dalam MEA.2

Era globalisasi mengharuskan tenaga kesehatan berbenah diri. Peluang dan

tantangan yang menghadang harus diterobos (breakthrough) dengan peningkatan

mutu dan profesionalisme tenaga kesehatan Indonesia yang hanya dapat dicapai bila

tenaga kesehatan Indonesia dalam melakukan pelayanannya sesuai dengan Standar

Profesinya.

Standar Profesi sebagai acuan oleh tenaga kesehatan merupakan persyaratan

yang mutlak harus dimiliki. Mengukur kemampuan tenaga kesehatan dapat diketahui

dari standar profesi yang harus dipatuhi terlebih lagi apabila dalam penyusunan

standar profesi tersebut disusun setelah mengadakan bedah buku dengan profesi yang

sama dari negara lain yang berstandar internasional.

I.2 Rumusan Masalah

Beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan referat ini

adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)?

2. Siapa saja peserta Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)?

3. Apa saja hak dan kewajiban peserta Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)?

4. Darimanakah sumber dana Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)?

5. Apa dasar Indonesia menjadi peserta Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)?

Page 3: REFERAT EDIT1

6. Apa keuntungan Indonesia menjadi peserta Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA)?

7. Apa kerugian Indonesia menjadi peserta Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)?

8. Apa peran dokter Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)?

I.3 Tujuan

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, referat ini bertujuan untuk

mendeskripsikan tentang:

1. Pengertian dari Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

2. Peserta Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

3. Hak dan kewajiban peserta Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

4. Sumber dana Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

5. Dasar Indonesia menjadi peserta Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

6. Keuntungan Indonesia menjadi peserta Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

7. Kerugian Indonesia menjadi peserta Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

8. Peran dokter Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

I.4 Manfaat

Dalam penyusunan referat ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak. Adapun manfaat yang diperoleh sebagai berikut:

1. Para pembaca dapat mengetahui dan memahami Masyarakat Ekonomi

ASEAN (MEA) terutama di bidang Kesehatan.

2. Melatih penulis untuk menyusun referat dalam upaya meningkatkan

pengetahuan dan wawasan tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

terutama di bidang Kesehatan.

Page 4: REFERAT EDIT1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah bentuk integrasi ekonomi

ASEAN dalam artian adanya system perdagaangan bebas antara Negara-negara

ASEAN. Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN lainnya telah menyepakati

perjanjian MEA atau ASEAN Economic Community (AEC).3

Pada KTT di Kuala Lumpur pada Desember 1997 Para Pemimpin ASEAN

memutuskan untuk mengubah ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur, dan

sangat kompetitif dengan perkembangan ekonomi yang adil, dan mengurangi

kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi.

Pada KTT Bali pada bulan Oktober 2003, para pemimpin ASEAN menyatakan

bahwa MEA akan menjadi tujuan dari integrasi ekonomi regional pada tahun 2020,

ASEAN Security Community dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN dua pilar yang

tidak terpisahkan dari Komunitas ASEAN. Semua pihak diharapkan untuk bekerja

secara yang kuat dalam membangun komunitas ASEAN pada tahun 2020 mendatang.

Selanjutnya, Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN yang diselenggarakan pada

bulan Agustus 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia, sepakat untuk memajukan MEA

dengan target yang jelas dan jadwal untuk pelaksanaan.

Pada KTT ASEAN ke-12 pada bulan Januari 2007, para Pemimpin menegaskan

komitmen mereka yang kuat untuk mempercepat pembentukan Komunitas ASEAN

pada tahun 2015 yang diusulkan di ASEAN Visi 2020 dan ASEAN Concord II, dan

menandatangani Deklarasi Cebu tentang Percepatan Pembentukan Komunitas

ASEAN pada tahun 2015 Secara khusus, para pemimpin sepakat untuk mempercepat 

pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN pada tahun 2015 dan untuk mengubah

ASEAN menjadi daerah dengan perdagangan bebas barang, jasa, investasi, tenaga

kerja terampil, dan aliran modal yang lebih bebas.

Page 5: REFERAT EDIT1

Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan MEA ini nantinya

memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara

lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat.4

B. KARAKTERISTIK MEA ( MASYARAKAT EKONOMI ASEAN)

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah realisasi tujuan akhir dari

integrasi ekonomi yang dianut dalam Visi 2020, yang didasarkan pada konvergensi

kepentingan negara-negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas

integrasi ekonomi melalui inisiatif yang ada dan baru dengan batas waktu yang jelas.

dalam mendirikan MEA, ASEAN harus bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip

terbuka, berorientasi ke luar, inklusif, dan berorientasi pasar ekonomi yang konsisten

dengan aturan multilateral serta kepatuhan terhadap sistem untuk kepatuhan dan

pelaksanaan komitmen ekonomi yang efektif berbasis aturan.

Masyarakat Ekonomi ASEAN akan membentuk ASEAN sebagai pasar dan

basis produksi tunggal membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif dengan

mekanisme dan langkah-langkah untuk memperkuat pelaksanaan baru yang ada

inisiatif ekonomi; mempercepat integrasi regional di sektor-sektor prioritas;

memfasilitasi pergerakan bisnis, tenaga kerja terampil dan bakat; dan memperkuat

kelembagaan mekanisme ASEAN. Sebagai langkah awal untuk mewujudkan MEA.

Pada saat yang sama, MEA akan mengatasi kesenjangan pembangunan dan

mempercepat integrasi terhadap Negara Kamboja, Laos, Myanmar dan VietNam

melalui Initiative for ASEAN Integration dan inisiatif regional lainnya. 

Bentuk Kerjasamanya adalah :

1. Pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas;

2. Pengakuan kualifikasi profesional;

3. Konsultasi lebih dekat pada kebijakan makro ekonomi dan keuangan;

4. Langkah-langkah pembiayaan perdagangan;

5. Meningkatkan infrastruktur

6. Pengembangan transaksi elektronik melalui e-ASEAN;

Page 6: REFERAT EDIT1

7. Mengintegrasikan industri di seluruh wilayah untuk mempromosikan sumber

daerah;

8. Meningkatkan keterlibatan sektor swasta untuk membangun MEA.

Pentingnya perdagangan eksternal terhadap ASEAN dan kebutuhan untuk

Komunitas ASEAN secara keseluruhan untuk tetap melihat ke depan, 

karakteristik utama MEA:

1. Pasar dan basis produksi tunggal,

2. Kawasan ekonomi yang kompetitif,

3. Wilayah pembangunan ekonomi yang merata

4. Daerah terintegrasi penuh dalam ekonomi global.

Karakteristik ini saling berkaitan kuat. Dengan Memasukkan unsur-unsur yang

dibutuhkan dari masing-masing karakteristik dan harus memastikan konsistensi dan

keterpaduan dari unsur-unsur serta pelaksanaannya yang tepat dan saling

mengkoordinasi di antara para pemangku kepentingan yang relevan.

C. PERUBAHAN – PERUBAHAN SETELAH ADA MEA

Perubahan-perubahan yang kemungkinan akan terjadi setelah dibentuknya

MEA antara lain:

1. Prosedur Bea Cukai Lebih Sederhana

MEA akan memiliki sistem yang dapat memantau pergerakan barang dalam

perjalanannya ke negara-negara ASEAN. Tidak hanya itu, izin barang ekspor pun

akan lebih cepat. Ini akan menghemat waktu dan biaya ekspor.

2. Adanya Sistem Self-Certification

Ini adalah sistem yang memungkinkan pengekspor menyatakan keaslian

produk mereka sendiri dan menikmati tarif preferensial di bawah skema ASEAN-

FTA (Free Trade Area). Tanggung jawab utama dari sertifikasi asal dilakukan

oleh perusahaan yang ikut berpartisipasi dengan menyertakan faktur komersial

dokumen seperti tagihan, delivery order, atau packaging list.

Fungsinya adalah memudahkan pebisnis dalam melakukan ekspansi ke

negara-negara anggota ASEAN lainnya.

Page 7: REFERAT EDIT1

3. Harmonisasi Standar Produk

Meski masih belum ditetapkan seperti apa standar dari masing-masing jenis

produk, namun ASEAN akan memberlakukan sistem yang meminta masing-

masing industri agar sesuai dengan standar kualitas mereka.

Hingga saat ini, terdapat 7 jenis produk yang menjadi prioritas mereka.

o Produk karet

o Obat tradisional

o Kosmetik

o Pariwisata

o Sayur dan buah segar

o Udang dan budidaya perikanan

o Ternak

Selain ketiga hal di atas, ada juga penjelasan bahwa pemerintah akan

mendukung program globalisasi Usaha Kecil Menengah (UKM), seperti:

Mencari pasar baru di luar negeri

Promosi ekspor

Delegasi promosi perdagangan

Mendorong spesialisasi dalam memperluas pasar luar negeri

Mendukung pencapaian standar internasional

Mendukung pengembangan global brand

Memberi bantuan kepada UKM yang memiliki prospek baik untuk

mengekspor produknya

Tugas utama kita sebagai warga Negara adalah bagaimana merubah image

terhadap barang - barang lokal dibawah standar kualitas yang mayoritas dengan

harga relatif mahal dari barang impor. Masih banyaknya anggapan tentang merek

luar lebih berkualitas ketimbang produk lokal akan mempersulit pelaku UKM,

padahal tidak sepenuhnya begitu.

Untuk itu, tiap UKM harus memperbaiki kualitas produknya agar semua

konsumen bisa bangga dengan kualitasnya. Pemerintah juga dirasa perlu untuk

Page 8: REFERAT EDIT1

terus mengedukasi masyarakat agar cinta terhadap produk lokal, dan masyarakat

juga perlu menghilangkan persepsi yang kerap menilai buruk merek lokal.

D. ELEMEN-ELEMEN UTAMA DALAM MEA 2015

Terdapat empat hal yang akan menjadi fokus MEA pada tahun 2015 yang dapat

dijadikan suatu momentum yang baik untuk Indonesia.

Pertama, negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini akan dijadikan sebuah

wilayah kesatuan pasar dan basis produksi. Dengan terciptanya kesatuan pasar dan

basis produksi maka akan membuat arus barang, jasa, investasi, modal dalam jumlah

yang besar, dan skilled labour menjadi tidak ada hambatan dari satu negara ke negara

lainnya di kawasan Asia Tenggara.

Kedua, MEA akan dibentuk sebagai kawasan ekonomi dengan tingkat

kompetisi yang tinggi, yang memerlukan suatu kebijakan yang meliputi competition

policy, consumer protection, Intellectual Property Rights (IPR), taxation, dan E-

Commerce. Dengan demikian, dapat tercipta iklim persaingan yang adil;  terdapat

perlindungan berupa sistem jaringan dari agen-agen perlindungan konsumen;

mencegah terjadinya pelanggaran hak cipta; menciptakan jaringan transportasi yang

efisien, aman, dan terintegrasi; menghilangkan sistem Double Taxation, dan;

meningkatkan perdagangan dengan media elektronik berbasis online.

Ketiga, MEA pun akan dijadikan sebagai kawasan yang memiliki

perkembangan ekonomi yang merata, dengan memprioritaskan pada Usaha Kecil

Menengah (UKM). Kemampuan daya saing dan dinamisme UKM akan ditingkatkan

dengan memfasilitasi akses mereka terhadap informasi terkini, kondisi pasar,

pengembangan sumber daya manusia dalam hal peningkatan kemampuan, keuangan,

serta teknologi. 

Keempat, MEA akan diintegrasikan secara penuh terhadap perekonomian

global. Dengan dengan membangun sebuah sistem untuk meningkatkan koordinasi

terhadap negara-negara anggota. Selain itu, akan ditingkatkan partisipasi negara-

negara di kawasan Asia Tenggara pada jaringan pasokan global melalui

pengembangkan paket bantuan teknis kepada negara-negara Anggota ASEAN yang

Page 9: REFERAT EDIT1

kurang berkembang. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kemampuan industri

dan produktivitas sehingga tidak hanya terjadi peningkatkan partisipasi mereka pada

skala regional namun juga memunculkan inisiatif untuk terintegrasi secara global.

E. DAMPAK MEA 2015 BAGI INDONESIA

Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi kesempatan yang baik karena

hambatan perdagangan akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal

tersebut akan berdampak pada peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan

meningkatkan GDP Indonesia. Di sisi lain, muncul tantangan baru bagi Indonesia

berupa permasalahan homogenitas komoditas yang diperjualbelikan, contohnya untuk

komoditas pertanian, karet, produk kayu, tekstil, dan barang elektronik (Santoso,

2008). Dalam hal ini competition risk akan muncul dengan banyaknya barang impor

yang akan mengalir dalam jumlah banyak ke Indonesia yang akan mengancam

industri lokal dalam bersaing dengan produk-produk luar negri yang jauh lebih

berkualitas. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan defisit neraca perdagangan

bagi Negara Indonesia sendiri.

Pada sisi investasi, kondisi ini dapat menciptakan iklim yang mendukung

masuknya Foreign Direct Investment (FDI) yang dapat menstimulus pertumbuhan

ekonomi melalui perkembangan teknologi, penciptaan lapangan kerja, pengembangan

sumber daya manusia (human capital) dan akses yang lebih mudah kepada pasar

dunia. Meskipun begitu, kondisi tersebut dapat memunculkan exploitation risk.

Indonesia masih memiliki tingkat regulasi yang kurang mengikat sehingga dapat

menimbulkan tindakan eksploitasi dalam skala besar terhadap ketersediaan sumber

daya alam oleh perusahaan asing yang masuk ke Indonesia sebagai negara yang

memiliki jumlah sumber daya alam melimpah dibandingkan negara-negara lainnya.

Tidak tertutup kemungkinan juga eksploitasi yang dilakukan perusahaan asing dapat

merusak ekosistem di Indonesia, sedangkan regulasi investasi yang ada di Indonesia

belum cukup kuat untuk menjaga kondisi alam termasuk ketersediaan sumber daya

alam yang terkandung. 

Page 10: REFERAT EDIT1

Dari aspek ketenagakerjaan, terdapat kesempatan yang sangat besar bagi para

pencari kerja karena dapat banyak tersedia lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan

akan keahlian yang beraneka ragam. Selain itu, akses untuk pergi keluar negeri dalam

rangka mencari pekerjaan menjadi  lebih mudah bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan

tertentu. MEA juga menjadi kesempatan yang bagus bagi para wirausahawan untuk

mencari pekerja terbaik sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Dalam hal ini dapat

memunculkan risiko ketenagakarejaan bagi Indonesia. Dilihat dari sisi pendidikan

dan produktivitas Indonesia masih kalah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal

dari Malaysia, Singapura, dan Thailand serta fondasi industri yang bagi Indonesia

sendiri membuat Indonesia berada pada peringkat keempat di ASEAN (Republika

Online, 2013). 

Dengan hadirnya ajang MEA ini, Indonesia memiliki peluang untuk

memanfaatkan keunggulan skala ekonomi dalam negeri sebagai basis memperoleh

keuntungan. Namun demikian, Indonesia masih memiliki banyak tantangan dan

risiko-risiko yang akan muncul bila MEA telah diimplementasikan. Oleh karena itu,

para risk professional diharapkan dapat lebih peka terhadap fluktuasi yang akan

terjadi agar dapat mengantisipasi risiko-risiko yang muncul dengan tepat. Selain itu,

kolaborasi yang apik antara otoritas negara dan para pelaku usaha diperlukan,

infrastrukur baik secara fisik dan sosial(hukum dan kebijakan) perlu dibenahi, serta

perlu adanya peningkatan kemampuan serta daya saing tenaga kerja dan perusahaan

di Indonesia. Jangan sampai Indonesia hanya menjadi penonton di negara sendiri di

tahun 2015 mendatang.

F. PERSIAPAN MENGHADAPI MEA

Kesiapan Menjelang Pemberlakukan MEA

Meski tercatat sebagai negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam

melimpah ruah dengan luas dan populasi terbesar di antara negara-negara lainnya di

ASEAN, Indonesia diperkirakan masih belum siap menghadapi MEA pada tahun

2015. Pernyataan bernada skeptis atas kesiapan Indonesia menghadapi Masyarakat

Ekonomi ASEAN juga diungkapkan oleh Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan

Page 11: REFERAT EDIT1

Industri Bidang Tenaga Kerja, Benny Soetrisno beberapa waktu lalu dalam Seminar

Kesiapan Tenaga Kerja dalam Menghadapi Pasar ASEAN.

Pernyataan tersebut adalah sangat beralasan mengingat bahwa masih ada

sejumlah masalah mendasar yang menimpa Indonesia dan harus segera diatasi

sebelum berlakunya MEA pada tahun 2015. Iklim investasi kurang kondusif yang

diindikasikan melalui masalah ruwetnya birokrasi, infrastruktur, masalah kualitas

sumber daya manusia dan ketenagakerjaan (perburuhan) serta korupsi merupakan

sebagian dari masalah yang saat ini masih menyandera pemerintah Indonesia.

Kendala-kendala tersebut di atas mengakibatkan Indonesia belum dapat

mensejajarkan diri untuk “tegak sama tinggi dan duduk sama rendah” di antara

negara-negara ASEAN lainnya. Kekhawatiran ini tercermin melalui pernyataan

Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan yang menyebutkan bahwa Indonesia

masih harus mengerjakan banyak hal untuk mempersiapkan diri menghadapi

Masyarakat Ekonomi ASEAN. Menteri ini juga mengakui bahwa Indonesia bukan

satu-satunya negara ASEAN yang masih memerlukan persiapan lebih banyak.

Kondisi serupa juga dialami oleh beberapa negara ASEAN lainnya. Myanmar,

misalnya, juga menghadapi kendala yang tidak jauh berbeda. Bahkan para pengusaha

Myanmar sendiri mengaku belum siap untuk bergabung dalam pasar MEA.

Kekhawatiran atas kesiapan semua negara anggota ASEAN untuk

pemberlakuan MEA juga terungkap melalui suvey yang dilakukan oleh Kamar

Dagang Amerika di Singapura. Survey yang melibatkan 475 pengusaha senior

Amerika tersebut mengungkapkan bahwa 52 persen responden tidak percaya MEA

dapat diwujudkan pada tahun 2015.

Adalah tidak berlebihan jika kemudian kita memunculkan suatu pertanyaan

besar : “Sudah siapkah Industri Nasional berkompetisi dalam Mayarakat Ekonomi

ASEAN yang lebih populer dengan istilah Pasar Bebas ASEAN ini pada akhir

tahun 2015 nanti?”

Page 12: REFERAT EDIT1

Langkah & Persiapan Menghadapi Era Pasar Bebas ASEAN

Berangkat dari pertanyaan tersebut di atas, pemerintah dituntut untuk segera

mempersiapkan langkah & strategi menghadapi ancaman hempasan gelombang

tsunami ekonomi “Masyarakat Ekonomi ASEAN” dengan menyusun dan menata

kembali kebijakan-kebijakan nasional yang diarahkan agar dapat lebih mendorong

dan meningkatkan daya saing (competitiveness) sumber daya manusia dan industri di

Indonesia. Taraf daya saing nasional ini perlu segera ditingkatkan mengingat bahwa

berdasarkan Indeks Daya Saing Global 2010, tingkat daya saing Indonesia hanya

berada pada posisi 75 atau jauh tertinggal dibanding VietNam (posisi 53) yang baru

merdeka dan baru bergabung ke dalam ASEAN.

Dengan kata lain, pemerintah harus segera memperkuat kebijakan & langkah-

langkah yang pro-bisnis atau pro-job, bukan memperkuat kebijakan & langkah

populis seperti yang terjadi belakangan ini yang diindikasikan dengan adanya

kenaikan upah minimun regional (UMP/UMK) yang sangat drastis di beberapa

daerah pada awal tahun 2013 ini. Jika tidak, Indonesia bisa dipastikan hanya akan

menjadi pasar potensial bagi negara ASEAN lainnya, bukannya menjadi pemain

utama di kawasan ASEAN. Indonesia disebut-sebut sebagai negara paling menarik

bagi pengembangan usaha baru, yang kemudian disusul oleh VietNam, Thailan dan

Myanmar.

Keterlibatan berbagai pihak, mulai dari para pembuat kebijakan hingga

masyarakat umum sangatlah diperlukan untuk memastikan kesiapan seluruh elemen

bangsa dalam menghadapi pasar bebas yang disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN

ini. Berbagai diskusi atau seminar sudah dilakukan pemerintah dengan melibatkan

para pakar dari berbagai lembaga pemerintah maupun non-pemerintah guna

memastikan kesiapan masyarakat Indonesia menghadapi Pasar Bebas ASEAN 2015

yang menuntut efisiensi dan keunggulan produk yang lebih kompetitif dan inovatif.

Meski Masyarakat Ekonomi ASEAN dipandang sebagai sebuah peluang positif bagi

perkembangan ekonomi nasional, namun sejumlah tantangan dan hambatan klasik

yang terus menghantui Indonesia dari waktu ke waktu mesti segera diatasi. Hambatan

dan tantangan mendasar yang perlu dibenahi pemerintah saat ini, antara lain,

Page 13: REFERAT EDIT1

mencakup masalah : infrastruktur, birokrasi, masalah kualitas sumber daya manusia

dan masalah perburuhan, sinergi kebijakan nasional dan daerah, daya saing

pengusaha nasional, korupsi dan pungutan liar yang mengakibatkan ekonomi biaya

tinggi (high-cost economy).

Dalam upaya mempersiapkan diri menghadapi perubahan dan sekaligus

mengatasi hambatan & tatangan tersebut, Pemerintah harus segera merumuskan dan

menetapkan langkah-langkah strategis terpadu dengan melibatkan seluruh komponen

bangsa dan pemangku kepentingan (stakeholder). Di samping itu, pembaruan dan

perubahan (changes)menjadi sebuah kata kunci yang mesti segera disosialisasikan

dan diimplementasikan secara gradual atau bertahap mengingat kemajukan dan

keanekaragaman kareakteristik kehidupan sosial dan ekonomi bangsa Indonesia

Akhirnya, seiring dengan semakin dekatnya tenggat waktu pembentukan MEA

2015, pemerintah juga harus semakin menggencarkan kegiatan sosialisasi Masyarakat

Ekonomi ASEAN 2015 kepada seluruh masyarakat, termasuk jajaran birokrasi di

daerah dengan maksud agar tidak terjadinya tumpang-tindih (overlapping) antara

kebijakan nasional dengan kebijakan daerah yang selalu mendasarkan pengambilan

keputusan berbasis otonomi daerah.

Standar Profesi Tenaga Kesehatan

Era globalisasi mengharuskan tenaga kesehatan berbenah diri. Peluang dan

tantangan yang menghadang harus diterobos (breakthrough) dengan peningkatan

mutu dan profesionalisme tenaga kesehatan Indonesia yang hanya dapat dicapai bila

tenaga kesehatan Indonesia dalam melakukan pelayanannya sesuai dengan Standar

Profesinya.

Standar Profesi sebagai acuan oleh tenaga kesehatan merupakan persyaratan

yang mutlak harus dimiliki. Mengukur kemampuan tenaga kesehatan dapat diketahui

dari standar profesi yang harus dipatuhi terlebih lagi apabila dalam penyusunan

standar profesi tersebut disusun setelah mengadakan bedah buku dengan profesi yang

sama dari negara lain yang berstandar internasional.

Page 14: REFERAT EDIT1

Profesi Kesehatan di Indonesia diharuskan memiliki standar profesi

sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah no 32 tahun 1996 pasa l21

dan 22 menyatakan bahwa setiap tenaga kesehatan dalam melaksanakan profesinya

berkewajiban untuk mematuhi standar profesi ditetapkan oleh Menteri.

Puspronakes LN (Pusat Pemberdayaan Profesi dan Tenaga Kesehatan Luar

Negeri) sesuai dengan salah satu dari Tupoksinya yaitu Pemberdayaan Profesi telah

memfasilitasi 10 Organisasi Profesi untuk menyusun standar profesi mulai dari 2002-

2006 dan telah ditetapkan oleh menteri Kesehatan.

Ke 10 standar Profesi tersebut adalah:

1. Profesi Bidan

2. Sanitarian

3. Ahli Laboratorium Kesehatan

4. Rekam Medis

5. Keperawatan

6. Tekniker Gigi

7. Gizi

8. Radiologi

9. Elektro medik

10. Fisioteraspis

Pada tahun 2007 proses penyusunan standar profesi untuk Profesi Tenaga

kesehatan Teknik Wicara , Ahli Madya Farmasi, Okupasi Terapi dan Refraksionist

Optisien, Perawat dan Perawat Anaesthesi.

Pada tahun 2008 penyusunan standar Profesi akan difasilitasi oleh

Puspropnakes untuk profesi kesehatan Teknik Tranfusi, Teknik Instalasi Medik, Ahli

Kesehatan Masyarakat dan Kimia Klinik Indonesia.

Dengan ditetapkannya standar profesi oleh Menteri Kesehatan, maka uji kompetensi

untuk setiap jenis tenaga kesehatan dapat dilaksanakan sehingga kualitas tenaga

kesehatan sama baik di seluruh Indonesia.

Page 15: REFERAT EDIT1

Dunia Kesehatan (Rumah Sakit) terhadap MEA

ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan dari

negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam

rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN.

AFTA berpengaruh besar terhadap berbagai bidang. Bidang kesehatan adalah yang

paling terpengaruh oleh dampak globalisasi, Pengaruh tersebut dapat dilihat di

bidang perumah sakitan, tenaga kesehatan, industri farmasi, alat kesehatan, dan

asuransi kesehatan. Di bidang kesehatan, Indonesia mengupayakan dalam

kepentingan perdagangan internasional jasa melalui World Trade Organization

(WTO).5

China- ASEAN Free Trade Agreement (CAFTA), ASEAN Framework

Agreement on Services (AFAS) dan perjanjian bilateral. Salah satu modal dalam

pasokan perdagangan jasa internasional adalah migrasi sumber daya manusia. Dalam

hubungan ini, melalui Sidang Umum Kesehatan Sedunia Tahun 2010, Organisasi

Kesehatan Sedunia (WHO) telah mengadopsi Global Code of Practice on the

International Recruitment of Health Personnel . Walaupun bersifat sukarela,

Indonesia sebagai negara anggota WHO, perlu ikut mendukung dan melaksanakan

prinsip-prinsip dan rekomendasi Global Code dalam migrasi internasional tenaga

kesehatan. Semua ini perlu dapat diakomodasikan dalam Rencana Pengembangan

Tenaga Kesehatan. Indonesia memerlukan standarisasi pelayanan kesehatan dalam

meningkatkan kualitas sistem pelayanan kesehatan di Indonesia dan menumbuhkan

kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan, untuk bersaing di AFTA 2010. Standar

yang diusulkan adalah sistem pelayanan terbaik, baik dari segi Sumber Daya Manusia

(SDM), administrasi, manajemen maupun prinsip pelayanan dan sudah selayaknya

orientasi sistem pelayanan kesehatan di Indonesia tidak hanya untuk orang sakit saja

(kuratif) melainkan juga untuk pemeliharaan kesehatan (preventif). Depkes RI

menyatakan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia sehingga setiap

masyarakat berhak memperoleh pelayanan kesehatan secara adil, merata,

dan bermutu yang menjangkau seluruh masyarakat Indonesia. Sejalan dengan hal

tersebut di atas dan dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

Page 16: REFERAT EDIT1

tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, maka berbagai upaya

dilakukan

 pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan agar masyarakat

dapat meningkatkan akses pelayanan dan kualitas pelayanan kesehatan. Saat ini daya

apresiasi dan antisipasi bangsa Indonesia terhadap tantangan global di sektor

kesehatan, khususnya di bidang pelayanan kesehatan, masih jauh dari memadai.

Padahal pengalaman mengajarkan bahwa membuka pasar tanpa persiapan yang

matang hanya akan membawa lebih banyak dampak negatif dibanding

manfaat positifnya. Prasyarat penting untuk memenangkan persaingan dalam era

globalisasi adalah tersedianya institusi kesehatan yang kuat, sumber daya manusia

yang bermutu dalam jumlah yang memadai, yang didukung oleh pembaharuan sistem

kesehatan, birokrasi pemerintah dan pengendalian atas pasar jasa pelayanan

kesehatan.

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang digunakan untuk upaya

penyelenggaraan dan pembangunan kesehatan harus dapat meningkatkan dan

mempertahankan mutu pelayanan kesehatan yang berorientasi pada tercapainya

kepuasan pasien. Hal ini juga bertujuan untuk mempertahankan eksistensi pelayanan

kesehatan di rumah sakit, sehingga mampu bersaing dengan rumah sakit lain dalam

era perdagangan bebas sekarang ini.

Menghadapi Liberalisasi Kesehatan

Melihat pembahasan yang telah di lakukan di tingkat ASEAN dalam persiapan

menuju Komunitas ASEAN 31 Desember 2015, terkait pembangunan kesehatan dan

liberalisasi barang dan jasa kesehatan yang menjadi bagian dari pembahasan

Komunitas Sosial Budaya ASEAN (ASCC) tentunya dinilai sangat postif serta tidak

berimplikasi kepada isu nasionalisme. Bagian yang menjadi perhatian serius justu

pembahasan terkait Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA) atau MEA.

Pembahasan Mode 3 yang telah menyepakati penyertaan modal asing hingga

70% di fasilitas kesehatan tentu akan sedikit banyak berimplikasi kepada kebijakan

Page 17: REFERAT EDIT1

pelayanan di internal faskes. Persyaratan yang menyebutkan pendirian hanya terbatas

di ibukota provinsi di wilayah timur dikhawatirkan akan menimbulkan pandangan

diskriminasi di kalangan rakyat. Kewajiban menyediakan fasilitas kesehatan dan

layanan kesehatan oleh negara (dengan sumber daya yang dimiliki oleh bangsa ini)

yang tertuang dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen, dapat

menimbulkan konsekuensi tuntutan terhadap pemenuhan hak konstitusi rakyat.

Terkait dengan Mode 4, Ikatan Dokter Indonesia sebagai organisasi profesi

dokter di Indonesia, dalam Rapat Pleno Diperluas tanggal 25 Agustus 2013

menyatakan bahwa keberadaaan dokter asing di Indonesia hanya bersifat sementara

(temporary) untuk keperluan alih teknologi berdasarkan ketentuan yang tercantum

dalam Peraturan Konsil Kedokteran Nomor 2 tahun 2014 tentang Persetujuan Alih

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran/Kedokteran Gigi.

Dr.Zaenal Abidin, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia

menyatakan, di saat negara belum mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki oleh

bangsa ini dalam bidang kesehatan, kemudian pintu pasar bebas bidang kesehatan

dibuka selebar-lebarnya, sama seperti mendatangkan “malaikat maut” bagi sumber

daya kesehatan dalam negeri. Pemerintah harus terlebih dahulu memenuhi kewajiban

utamanya, yaitu: menyediakan/menyelenggarakan kesehatan yang berkualitas (high

quality), terjangkau (accessible), dan terbeli (affordable). Hal ini juga penting ketika

dikaitkan dengan Issue Health Tourism.

Berdasarkan Riset Fasilitas Kesehatan (Risfaskes) tahun 2011 didapati masih

terdapat 17,7% Puskesmas belum tersambung listrik 24 jam, 28% Puskesmas belum

memiliki sarana air bersih. Baru sekitar 37,6% Puskesmas memiliki ambulans. Dari

9.188 Puskesmas, masih terdapat 380 Puskesmas belum memiliki dokter, yang

dominan berada di wilayah Indonesia Timur. Kondisi mengangetkan, masih terdapat

4 Puskesmas di DKI Jakarta yang tidak ada tenaga dokter. Namun sekali lagi, data ini

adalah data tahun 2011, yang tentunya kita berharap tahun ini kekosongan tersebut

telah terisi.

Sedangkan untuk rumah sakit, sebanyak 18,5% RSU Pemerintah tidak memiliki

dokter spesialis penyakit dalam (SP.PD), 20,4% tidak memiliki dokter spesialis bedah

Page 18: REFERAT EDIT1

(SP.B), 24,5% tidak memiliki dokter spesialis anak (SP.A), dan 17,1% tidak memiliki

dokter spesialis kebidanan dan kandungan (Sp.OG).

Dengan keterbatasn di atas, memperlihatkan masing banyak kekurangan yang

harus menjadi prioritas negara sebagai bentuk upaya menunaikan kewajiban

konstitusi. Kekurangan tersebut bukanlah kekurangan dalam persepktif

ketidakmampuan. Kekurangan tersebut disebabkan kondisi yang berbeda negeri ini

yang tentunya jauh berbeda dengan negara lain, terutama di ASEAN. Singapura yang

hanya memiliki penduduk sekitar 4 juta jiwa dengan luas wilayah hanya 700 km2

tentu sangat jauh berbeda dengan jumlah penduduk dan luas wilayah Indonesia.

Belum kemudian membandingkan beragamnya suku serta budaya yang dimilikinya.

Kekurangan sumber daya kesehatan yang terjadi di bagian timur Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini harus tetap menjadi tanggung jawab

pemerintah agar saudara-saudara kita disana masih merasa sebagai bagian dari

Republik ini. Jika keberadaan mereka diserahkan kepada asing, maka sama saja

memberikan organ tubuh NKRI untuk “dipotong-potong” untuk selanjutnya dijadikan

“santapan” bagi singa-singa kekuasaan.

Dr. Ario Djatmiko, SpB, Ketua Bidang Globalisasi Praktik Kedokteran PB IDI

Periode 2012-2015 menyatakan, mekanisme pasar dalam bidang kesehatan akan

menyebabkan terjadinya gap derajat kesehatan di masyarakat, hight cost layanan

kesehatan dan mengundang masalah serius di sektor tenaga kerja medik. Bila peran

swasta tersebut dikendalikan oleh kepemilikan modal asing, sungguh ini merupakan

ancaman serius bagi kedaulatan Negara.

Demi keamanan negara dan masa depan bangsa Indonesia, pemerintah harus

menjaga empat (4) bidang strategis, yaitu: bidang keamanan, hukum, pendidikan dan

kesehatan agar diselenggarakan sepenuhnya demi kepentingan Negara. Untuk itu,

semua pekerjaan yang menyangkut keempat bidang diatas harus dilaksanakan oleh

tenaga kerja berbangsa Indonesia. Sungguh berbahaya jika ke-4 bidang tersebut

dilaksanakan dengan spirit “Profit Motive”.  Hal ini juga telah dituangkan dalam surat

PB IDI Nomor 4467/PB/E.1/05/2014 yang ditujukan kepada Presiden RI saat itu,

Bapak Susilo Bambang Yudhoyono.

Page 19: REFERAT EDIT1

Pandangan ini bisa dianggap pandangan skeptis ataupun hiperglobal, namun

ketika berbicara jati diri bangsa, semangat 100 tahun lalu ketika para dokter

mengobarkan semangat “Kebangkitan Bangsa” masih layak untuk dikobarkan

kembali, dan ini menjadi pandangan sebagian besar anak bangsa di bidang

kedokteran. Dr.Zaenal Abidin menyatakan “Indonesia tidak perlu gagah-gahan pro-

globalisasi tanpa mengukur kemampuan. Karena itu perlu mengukur diri, menyiasati,

memilih dan memilah mana saja yang perlu diikuti”.

Perbaikan mutu tenaga dokter di Indonesia tetap menjadi prioritas utama seiring

prioritas menyediakan layanan kesehatan bermutu bagi seluruh rakay Indonesia.

Perbaikan mutu juga harus seiring dengan perbaikan tingkat kesejahteraan seluruh

tenaga kesehatan. Jika ini terwujud maka negeri ini telah menunaikan amanah leluhur

untuk menjadi negeri yang adil, makmur, dan sejahtera.6

Page 20: REFERAT EDIT1

BAB III

PENUTUP

III. 1 Kesimpulan

III. 2 Saran

Page 21: REFERAT EDIT1

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. SEMINAR NASIONAL DAN KONFERENSI 2015. Available at:

http://skn.feunj.ac.id/latar-belakang. Accessed on: June 3, 2015.

2. Wangke, H. Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Vol.

VI, No. 10/II/P3DI/Mei/2014.

3. Sudah Siapkah Menghadapi MEA 2015. Available at:

http://sundanese-tech.com/articles/view/10/Sudah%2BSiapkah%2BMenghadapi

%2BMEA%2B2015%2B%3F. Accessed on: June 3, 2015.

4. Apa yang harus Anda ketahui tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN. Available at:

http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2014/08/140826_pasar_tenaga_k

erja_aec. Accessed on: June 3, 2015.

5. Anabarja, S. Kendala dan Tantangan Indonesia dalam Mengimplementasikan

ASEAN Free Trade Area Menuju Terbentuknya ASEAN Economic Community.

Pengajar Ilmu Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

6. Era Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Perdagangan Jasa Kesehatan 2015.

Available at: http://www.idingada.org/era-masyarakat-ekonomi-ASEAN/.

Accessed on: June 3, 2015.