referat diagnosis hepatitis b

26
Referat PATOFISIOLOGI DAN DIAGNOSIS HEPATITIS B DISUSUN OLEH : Risyad Alamsyah Hutabarat 1102008220 PEMBIMBING : dr. Dedi Nuralamsyah, SpPD, FINASIM SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD GUNUNG JATI

Upload: risyadtorresalamsyah

Post on 18-Sep-2015

44 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Definisi, Epidemiologi, Faktor Resiko, Patofisiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis, Pemeriksaan, Diagnosis, Tatalaksana, Prognosis

TRANSCRIPT

Referat

PATOFISIOLOGI DAN DIAGNOSIS

HEPATITIS B

DISUSUN OLEH :

Risyad Alamsyah Hutabarat

1102008220PEMBIMBING : dr. Dedi Nuralamsyah, SpPD, FINASIMSMF ILMU PENYAKIT DALAM

RSUD GUNUNG JATI

CIREBONTAHUN 2012KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

I. Anatomi HeparGambar 1. Anatomi hepar

Hepar merupakan kelenjar yang terbesar dalam tubuh manusia. Hepar pada manusia terletak pada bagian atas cavum abdominis, di bawah diafragma, di kedua sisi kuadran atas,yang sebagian besar terdapat padasebelah kanan.Beratnya 1200-1600 gram. Permukaan atas terletak bersentuhan di bawah diafragma, permukaanbawah terletak bersentuhan di atas organ-organ abdomen. Hepar difiksasi secara erat oleh tekanan intraabdominal dan dibungkus oleh peritoneum kecuali di daerahposterior-superior yang berdekatan dengan v.cava inferior dan mengadakan kontaklangsung dengan diafragma. Bagian yang tidak diliputi oleh peritoneum disebut bare area. Terdapat refleksi peritoneum dari dinding abdomen anterior, diafragma dan organ-organ abdomen ke hepar berupa ligamen.

Macam-macam ligamennya:

1. Ligamentum falciformis : Menghubungkan hepar ke dinding anterior abdomen dan terletak di antaraumbilicus dan diafragma.

2. Ligamentum teres hepatis = round ligament : Merupakan bagian bawah lig.falciformis;merupakan sisa-sisa peninggalan v.umbilicalis yg telahmenetap.

3. Ligamentum gastrohepatica dan ligamentum hepatoduodenalis : Merupakanbagian dari omentum minus yg terbentang dari curvatura minor lambung dan duodenum sebelah proximal ke hepar. Di dalam ligamentum ini terdapat Aa.hepatica, v.porta dan duct.choledocus communis. Ligamen hepatoduodenale turut membentuk tepi anterior dari Foramen Wislow.

4. Ligamentum Coronaria Anteriorkiri-kanan dan Lig coronaria posteriorkiri-kanan: Merupakan refleksi peritoneum terbentang dari diafragma ke hepar.5. Ligamentumtriangulariskiri-kanan: Merupakan fusi dariligamentum coronaria anterior dan posterior dan tepi lateral kiri-kanan dari hepar.

Secara anatomis, organ hepar terletak di hipochondrium kanan dan epigastrium, dan melebar ke hipokondrium kiri. Hepar dikelilingi oleh cavum toraks dan bahkanpada orang normal tidak dapat dipalpasi (bila teraba berarti ada pembesaran hepar). Permukaan lobus kanan dapat mencapai sela iga 4/5 tepat di bawah aerola mammae. Lig falciformis membagi hepar secara topografisbukan secara anatomis yaitu lobus kanan yang besar dan lobus kiri.

Hepar Secara MikroskopisHepar dibungkus oleh simpai yg tebal, terdiri dari serabut kolagen danjaringan elastis yg disebut Kapsul Glisson. Simpai ini akan masuk ke dalamparenchym hepar mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris. Massa dari hepar seperti spons yg terdiri dari sel-sel yg disusun di dalam lempengan-lempengan/plate dimana akan masuk ke dalamnya sistem pembuluh kapiler yang disebut sinusoid. Sinusoid-sinusoid tersebut berbeda dengan kapiler-kapiler di bagian tubuh yang lain, oleh karena lapisan endotel yang meliputinya terdiri dari sel-sel fagosit yg disebut sel kupfer. Sel kupfer lebih permeabel yang artinya mudah dilalui oleh sel-sel makro dibandingkan kapiler-kapiler yang lain. Lempengan sel-sel hepartersebut tebalnya 1 sel dan punya hubungan erat dengan sinusoid. Pada pemantauan selanjutnya nampak parenkim tersusun dalam lobuli-lobuli. Di tengah-tengah lobuli terdapat 1 vena sentralis yg merupakan cabang darivena-vena hepatika (vena yang menyalurkan darah keluar dari hepar). Di bagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus portalis/TRIAD yaitu traktus portalis yang mengandung cabang-cabang v.porta, A.hepatika, ductus biliaris. Cabang dari vena porta dan A.hepatika akan mengeluarkan isinya langsung ke dalam sinusoid setelah banyak percabangan. Sistem bilier dimulai dari canaliculi biliaris yang halus yg terletak di antara sel-sel hepar dan bahkan turut membentuk dinding sel. Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke dalam intralobularis, dibawa ke dalam empedu yg lebihbesar,air keluar darisaluranempedu menuju kandungempedu.

II. Fisiologi HeparHati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumberenergi tubuh sebanyak 20% serta menggunakan 20 25% oksigen darah. Adabeberapa fungsi hati yaitu:

a. Fungsi hati sebagai metabolisme karbohidratPembentukan, perubahan dan pemecahan karbohidrat, lemak dan protein salingberkaitan 1 sama lain. Hati mengubah pentosa dan heksosa yang diserap dari usus halus menjadi glikogen, mekanisme ini disebut glikogenesis. Glikogen lalu ditimbun di dalam hati kemudian hati akan memecahkan glikogen menjadi glukosa. Proses pemecahan glikogen menjadi glukosa disebut glikogenelisis. Karena proses-proses ini, hati merupakan sumber utama glukosa dalam tubuh, selanjutnya hati mengubah glukosa melalui heksosa monophosphat shunt dan terbentuklah pentosa. Pembentukan pentosa mempunyai beberapa tujuan: Menghasilkan energi, biosintesis dari nukleotida, nucleic acid dan ATP, dan membentuk/ biosintesis senyawa 3 karbon (3C) yaitu piruvic acid (asam piruvat diperlukan dalam siklus krebs).

b. Fungsi hati sebagai metabolisme lemakHati tidak hanya membentuk / mensintesis lemak tapi sekaligus mengadakan katabolisis asam lemak. Asam lemak dipecah menjadi beberapa komponen :

1) Senyawa 4 karbon KETONE BODIES

2) Senyawa 2 karbon ACTIVE ACETATE (dipecah menjadi asam lemak dan gliserol)3) Pembentukan cholesterol4) Pembentukan dan pemecahan fosfolipidHati merupakan pembentukan utama, sintesis, esterifikasi dan ekskresi kolesterol. Dimana serum kolesterol menjadi standar pemeriksaan metabolisme lipid.

c. Fungsi hati sebagai metabolisme proteinHati mensintesis banyak macam protein dari asamamino. Dengan proses deaminasi,hati juga mensintesis gula dari asam lemak dan asam amino.Denganproses transaminasi,hati memproduksi asamamino dari bahan bahan non-nitrogen. Hati merupakan satu-satunya organ yg membentuk plasma albumin dan -globulin dan organ utama bagi produksi urea. Urea merupakan produk akhir metabolisme protein. -globulin selain dibentuk di dalam hati, juga dibentuk dilimpa dan sumsum tulang. -globulin hanya dibentuk di dalam hati. Albumin mengandung 584 asam amino dengan BM 66.000.

d. Fungsi hati sehubungan dengan pembekuan darahHati merupakan organ penting bagi sintesis protein-protein yang berkaitan dengan koagulasi darah, misalnya: membentuk fibrinogen, protrombin, faktor V, VII, IX, X. Benda asing menusuk kena pembuluh darah yang beraksi adalah faktorekstrinsik, bila ada hubungan dengan katup jantung yang beraksi adalah faktorintrinsik. Fibrin harus isomer biar kuat pembekuannya dan ditambah dengan faktor XIII, sedangkan Vit K dibutuhkan untuk pembentukan protrombin danbeberapa faktorkoagulasi.

e. Fungsi hati sebagai metabolisme vitaminSemua vitamin disimpan di dalam hati khususnya vitamin A, D, E, K

f. Fungsi hati sebagai detoksikasiHati adalah pusat detoksikasi tubuh. Proses detoksikasi terjadi pada proses oksidasi, reduksi, metilasi, esterifikasi dan konjugasi terhadap berbagai macambahan seperti zat racun, obat over dosis.

g. Fungsi hati sebagai fagositosis dan imunitasSel kupfer merupakan saringan penting bakteri, pigmen dan berbagai bahan melalui proses fagositosis. Selain itu sel kupfer juga ikut memproduksi -globulin sebagai imun liversmechanism.h. Fungsi hemodinamik

Hatimenerima25%daricardiacoutput,alirandarahhatiyangnormal1500cc/menitatau 1000-1800cc/ menit.Darah yangmengalir di dalam a.hepatica 25% dan di dalam v.porta 75% dari seluruh aliran darah ke hati. Aliran darah ke hepar dipengaruhi oleh faktor mekanis, pengaruh persarafan dan hormonal, aliran ini berubah cepat pada waktu latihan, terik matahari, shock. Hepar merupakan organ penting untuk mempertahankan aliran darah.III. Definisi Hepatitis BHepatitis B adalah penyakit infeksi disebabkan oleh virus hepatitis B yang dapat menimbulkanperadangan bahkan kerusakan selsel hati.

IV. Epidemiologi Hepatitis BInfeksi hepatitisvirus hepatitis B merupakansuatu masalahkesehatan masyarakat yang cukup besar di Indonesia. Dan berbaagai penelitian yang ada, Frekuensipengidap HBsAg berkisar antara 3-20%. Penelitian dari berbagai daerah di Indonesia menunjukkan angka yang sangat bervariasi bergantung pada tingkat endemisitas hepatitis B di tiap-tiap daerah, contoh: tingkat endemisitas daerah Indonesia bagian Timur lebih tinggi dibandingkan daerah Indonesia bagianBarat. Infeksi hepatitis B kronik sedikitnya diderita oleh 300 juta orang di seluruh dunia. Di Eropa dan Amerika 15-25% penderita Hepatitis B kronik meninggal karena proses hati atau kanker hati primer. Penelitian yang dilakukan di Taiwan pada 3.654 pria Cina yang HBsAg positif bahkan mendapatkan angka yang lebih besar yaitu antara40-50%. Menurut tingginya, prevalensi infeksi virus hepatitis B, WHO membagi dunia menjadi 3 macam daerah yaitu daerah dengan endemitas tinggi, sedang dan rendah. daerah endemisitastinggipenularan utama terjadi padamasa perinatal dan anak-anak. Batas terendah frekuensi HBsAg dalam populasi berkisar 10-15%. daerah endemisitas sedangpenularan terjadi pada masa perinatal dan anak-anak jarang terjadi. Frekuensi HBsAg dalam populasi berkisar 2-10% daerah endemisitas rendahpenularan utama terjadipadamasa dewasa, penularan padamasa perinatal dananak-anak sangat jarang tejadi. Frekuensi HBsAg dalam populasiberkisar kurang 2 %.

V. Etiologi Hepatitis BPenyebab hepatitis B adalah virus DNA yang tergolong dalam kelas hepad DNA dan mempunyai masa inkubasi 1-6 bulan. Komponen lapisan luar padahepatitis B disebut hepatitis B surface antigen (HbsAg) dalam inti terdapat genome dari HVB yaitu sebagian dari molekul tunggal dari DNA spesifik yang sirkuler dimana mengandung enzim yaitu DNA polymerase. Disamping itu juga ditemukan hepatitis B e Antigen (HBeAg). Antigen ini hanya ditemukan pada penderita dengan HBsAg positif. HBeAg positif pada penderita merupakan pertanda serologis yang sensitif dan artinya derajat infektivitasnya tinggi, maka biladitemukan HBsAg positif penting diperiksa HBeAg untuk menentukan prognosis penderita. Cara penularan infeksi virus hepatitis B ada dua, yaitu : penularan horizontal dan vertikal. Penularan horizontal terjadi dari seorang pengidap infeksi virus hepatitis B kepada individu yang masih rentan di sekelilingnya. Penularan horizontal dapat terjadi melalui kulit atau melalui selaput lendir, Penularan vertikal terjadidari seorang pengidapyang hamil kepada bayi yang dilahirkan. Penularan melalui kulit, ada 2 macam yaitu disebabkan tusukan yang jelas (penularanparenteral), misal melalui suntikan, transfusi darah dan tato. Yang kedua adalahpenularan melalui kulit tanpa tusukan yang jelas, misal masuk nya bahan infektifmelalui goresan atau abrasi kulit dan radang kulit. Penularan melalui selaput lendir : tempat masuk infeksi virus hepatitis B adalah selaput lendir mulut, mata, hidung, saluran makanan bagian bawah dan selaput lendirgenetalia. Penularan vertikal : dapat terjadi pada masa sebelum kelahiran atau prenatal (inutero), selama persalinan atau perinatal dan setelah persalinan atau post natal.

Cara utama penularan virus hepatitis B adalah melalui parenteral dan menembus membrane mukosa terutama melalui hubungan seksual. Masa inkubasi rata-rata sekitar 60-90 hari. HbsAg telah ditemukan pada hampir semua cairan tubuh orang yang terinfeksi yaitudarah, semen, saliva, air mata, asites, air susu ibu, urin, danbahkan feses. Setidaknya sebagian cairan tuibuh ini (terutama darah, semen, dansaliva) telah terbukti bersifat infeksius. Orang yang beresiko tinggi menderita hepatitis B:1. Imigran dari daerah endemis HBV

2. Pengguna obat intravena yang sering bertukar jarum dan alatsuntik3. Pelaku hubungan seksual dengan banyak orang ataudengan orang terinfeki4. Pria homoseksual yang secara seksual aktif5. Pasien rumah sakit jiwa6. Narapidana pria7. Pasien hemodialisis dan penderita hemofili yang menerima produk tertentu dari plasma8. Kontak serumah dengan karier HBV9. Pekerja sosial dibidang kesehatan terutama yang banyak kontak dengan darah10. Bayi yang baru lahir dari ibu terinfeksi, dapat padasaat atau sesegera setelah lahir.VI. PatofisiologiVirus hepatitis B masuk ke dalam tubuh secara parenteral, dari peredaran darahpartikel Dane masuk ke dalam hati dan terjadi proses replikasi virus. Selanjutnya sel-sel hati akanmemproduksi danmensekresi partikel Dane utuh, partikel HbsAg bentukbulat dan tubuler dan HBeAg yang tidak ikut membentuk partikel virus. Virus hepatitis B merangsang respon imun tubuh, yang pertama kali adalah respon imun non spesifik karena dapat terangsang dalam waktu beberapa menit sampai beberapajam dengan memanfaatkan sel-sel NK dan NKT. Kemudian diperlukan respon imun spesifik yaitu dengan mengakstivasi sel limfosit T dan sel limfosit B. aktivasi sel T, CD8 + terjadi setelahkontak reseptor sel T dengankomplek peptide VHB-MHC kelas I yang ada pada permukaan dinding sel hati. Sel T CD8 + akan mengeliminasi virus yang ada di dalam sel hati terinfeksi. Proses eliminasi bisa terjadi dalam bentuknekrosis sel hati yang akan menyebabkan meningkatnya ALT.Aktivasi sel limfosit B dengan bantuan sel CD+ akan mengakibatkan produksi antibody antara lain anti-HBs, anti-HBc, anti-HBe. Fungsi anti-HBs adalah netralisasipartikel virus hepatitis B bebas dan mencegah masuknya virus ke dalam sel, dengan demikian anti-HBs akan mencegahpenyebaran virus darisel ke sel. Bila proses eliminasi virus berlangsung efisien maka infeksi virus hepatitis B dapat diakhiri tetapi kalau proses tersebut kurang efisien maka terjadi infeksi virus hepatitis B yang menetap. Proses eliminsai virus hepatitis B oleh respon imun yang tidakefisien dapat disebabkan oleh faktor virus atau pun faktor pejamu. Faktor virus antara lain : terjadinya imunotoleransi terhadap produk virus hepatitis B,hambatan terhadap CTL yang berfungsi melakukanlisis sel sel terinfeksi, terjadinya mutan virus hepatitis B yang tidak memproduksi HBeAg, integarasi genom virus hepatitis B dalam genom sel hati Faktor pejamu antara lain : faktor genetik, kurangnya produksi IFN, adanya antibodi terhadap antigen nukleokapsid, kelainan fungsi limfosit, respons antiidiotipe, faktorkelamin dan hormonal. Salah satu contoh peran imunotoleransi terhadap produk virus hepatitis B dalampersistensi virus hepatitis B adalah mekanisme persistensi infeksi virus hepatitis Bpada neonatus yang dilahirkan oleh ibu HBsAg dan HBeAg posistif, didugapersistensi infeksi virus hepatitis B pada neonatus yang dilahirkan oleh ibu HbeAg yang masuk ke dalam tubuh janin mendahului invasi virus hepatitis B, sedangkanpersistensi pada usia dewasa diduga disebabkan oleh kelelahan sel T karena tingginya konsentrasi partikel virus.VII. Manifestasi KlinisBerdasarkan gejala klinis dan petunjuk serologis, manifestasi klinis hepatitis B dibagi 2 yaitu :

1. Hepatitis B akut yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap individu yang sistem imunologinya matur sehingga berakhir dengan hilangnya virus hepatitis B dari tubuh hospes. Hepatitis B akut terdiri atas 3 yaitu :a. Hepatitis B akut yang khasb. Hepatitis Fulminanc. Hepatitis Subklinik2. Hepatitis B kronis yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap individu dengan sistem imunologi kurang sempurna sehingga mekanisme, untuk menghilangkan virus hepatitis B tidak efektif dan terjadi koeksistensi dengan virus hepatitis B.

Hepatitis B akut yang khasBentuk hepatitis ini meliputi 95 % penderita dengan gambaran ikterus yang jelas. Gejala klinis terdiri atas 3 fase yaitu :1. Fase Praikterik (prodromal)Gejala non spesifik, permulaan penyakit tidak jelas, demamtinggi, anoreksia, mual, nyeri didaerah hati disertai perubahan warna airkemih menjadi gelap. Pemeriksaan laboratorium mulai tampak kelainan hati (kadarbilirubin serum, SGOT dan SGPT, Fosfatose alkali,meningkat).2. Fase lkterikGejala demam dan gastrointestinal tambah hebat disertai hepatomegali dan splenomegali. timbulnya ikterus makin hebat dengan puncak pada minggu kedua. setelah timbul ikterus, gejala menurun dan pemeriksaanlaboratorium tes fungsi hati abnormal.3. Fase PenyembuhanFase ini ditandai denganmenurunnya kadarenzim aminotransferase. Pembesaran hati masih adatetapi tidak terasanyeri, pemeriksaan laboratorium menjadi normal.

Hepatitis FulminanBentuk ini sekitar 1 % dengan gambaran sakit berat dan sebagian besarmempunyai prognosa buruk dalam 7-10 hari, lima puluh persen akan berakhir dengan kematian. Adakalanya penderita belum menunjukkan gejala ikterus yangberat, tetapi pemeriksaan SGOT memberikan hasilyang tinggi pada pemeriksaan fisikhati menjadi lebih kecil, kesadaran cepat menurun hingga koma, mual dan muntah yang hebat disertai gelisah, dapatterjadi gagalginjal akut dengan anuria dan uremia.

Hepatitis KronikKira-kira 5-10% penderita hepatitis B akut akan mengalami Hepatitis B kronik. Hepatitis ini terjadi jika setelah 6 bulan tidak menunjukkan perbaikan yang baik. Gejala tambahan dapat terjadi, terutama pada orang yang sudah lama mengalami hepatitis B kronis. Gejala ini termasuk ruam, urtikaria (rasa gatal yangberbintik-bintik merah dan bengkak), arthritis (peradangan sendi), dan polineuropati (semutan atau rasa terbakar pada lengan dan kaki).

VIII. DiagnosisManifestasi klinikhepatitis Bkronik secara garisbesar dibagi 2

1. Hepatitis B kronik yang masih aktifa. HbsAg (+) , DNA VHB lebih lebih dari 105 copies / ml . didapatkan kenaikan ALT yang menetap atau intermitten.b. Tanda-tanda peradangan penyakit hati kronikc. Histopatologi hati terjadi peradangan yang aktif.2. Carrier VHB inaktifa. HbsAg (+), titer DNA VHB kurang dari 105 kopi / ml . konsentrasi ALT normal

b. Keluhan tidak adac. Kelainan kerusakan jaringan hati minimal Tabel 1

KeadaanKriteria diagnostik

Hepatitis B akut1. HbsAg (+)

2. IgM anti HBc (+)

3. Kadar GPT dan GOT meningkat sampai puluhan kali

Hepatitis B kronis1. HbsAg (+) lebih dari 6 bulan

2. DNA VHB serum lebih dari 20.000 IU/ml (105 copies/ml)

3. Peningkatan kadar GPT/GOT secara berkala/persisten

4. Biopsi hati menunjukkan hepatitis kronis dengan nekroinflamasi sedang sampai berat

Hepatitis B carrier inaktif1. HbsAag (+) lebih dari 6 bulan

2. HbeAg (-), anti Hbe (+)3. DNA VHB serum lebih dari 2.000 IU/ml

4. Kadar GPT/GOT normal

5. Biopsi menunjukkan tidak ada hepatitis yang signifikan (skor nekro-inflamasi kurang dari 4)

Sembuh dari hepatitis B1. Ada riwayat hepatitis B kronis akut atau kronis kronis atau anti HBc anti HBs2. HbsAg (-)

3. DNA VHB serum tidak terdeteksi

4. Kadar GPT/GOT normal

Diagnostik pasti didapatkan dengan Biopsi hati, dengan klasifikasi Histological Activity Index (HAI), system ini digunakan selain untuk diagnosis pasti juga digunakan untuk menilai progresifitas penyakit, prognosis, dan tatalaksana yang sesuai.

Hepatitis B kronis merupakan penyakit nekroinflamasi kronis hati yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B persisten. Hepatitis B kronis ditandai dengan HBsAg positif (> 6 bulan) di dalam serum, tingginya kadar HBV DNA dan berlangsungnya proses nekroinflamasi kronis hati. Carrier HBsAg inaktif diartikan sebagai infeksi HBV persisten hati tanpa nekroinflamasi. Sedangkan hepatitis B kronis eksaserbasi adalah keadaan klinis yang ditandai dengan peningkatan intermiten ALT>10 kali batas atas nilai normal (BANN). Diagnosis infeksi hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi, petanda virologi, biokimiawi dan histologi. Secara serologi pemeriksaan yang dianjurkan untuk diagnosis dan evaluasi infeksi hepatitis B kronis adalah : HBsAg, HBeAg, anti HBe dan HBV DNA. Adanya HBsAg dalam serum merupakan petanda serologis infeksi hepatitis B. Titer HBsAg yang masih positif lebih dari 6 bulan menunjukkan infeksi hepatitis kronis. Munculnya antibodi terhadap HBsAg (anti HBs) menunjukkan imunitas dan atau penyembuhan proses infeksi. Adanya HBeAg dalam serum mengindikasikan adanya replikasi aktif virus di dalam hepatosit. Titer HBeAg berkorelasi dengan kadar HBV DNA. Namun tidak adanya HBeAg (negatif) bukan berarti tidak adanya replikasi virus, keadaan ini dapat dijumpai pada penderita terinfeksi HBV yang mengalami mutasi (precore atau core mutant). Penelitian menunjukkan bahwa pada seseorang HBeAg negatif ternyata memiliki HBV DNA > 10 5 copies/ml. Pasien hepatitis kronis B dengan HBeAg negatif yang banyak terjadi di Asia dan Mediteranea umumnya mempunyai kadar HBV DNA lebih rendah (berkisar 10 4 -10 8 copies/ml) dibandingkan dengan tipe HBeAg positif. Pada jenis ini meskipun HBeAg negatif, remisi dan prognosis relatif jelek, sehingga perlu diterapi. Secara serologi infeksi hepatitis persisten dibagi menjadi hepatitis B kronis dan keadaan carrier HBsAg inaktif. Yang membedakan keduanya adalah titer HBV DNA, derajat nekroinflamasi dan adanya serokonversi HBeAg. Sedangkan hepatitis kronis B sendiri dibedakan berdasarkan HBeAg, yaitu hepatitis B kronis dengan HBeAg positif dan hepatitis B kronis dengan HBeAg negatif.

Pemeriksaan virologi untuk mengukur jumlah HBV DNA serum sangat penting karena dapat menggambarkan tingkat replikasi virus. Ada beberapa persoalan berkaitan dengan pemeriksaan kadar HBV DNA. Pertama, metode yang digunakan untuk mengukur kadar HBV DNA. Saat ini ada beberapa jenis pemeriksaan HBV DNA, yaitu : branched DNA, hybrid capture, liquid hybridization dan PCR. Dalam penelitian, umumnya titer HBV DNA diukur menggunakan amplifikasi, seperti misalnya PCR, karena dapat mengukur sampai 100-1000 copies/ml. Ke dua, beberapa pasien dengan hepatitis B kronis memiliki kadar HBV DNA fluktuatif. Ketiga, penentuan ambang batas kadar HBV DNA yang mencerminkan tingkat progresifitas penyakit hati. Salah satu kepentingan lain penentuan kadar HBV DNA adalah untuk membedakan antara carrier hepatitis inaktif dengan hepatitis B kronis dengan HBeAg negatif : kadar105 copies/ml merupakan batas penentuan untuk hepatitis B kronis (4,5,10).

Salah satu pemeriksaan biokimiawi yang penting untuk menentukan keputusan terapi adalah kadar ALT. Peningkatan kadar ALT menggambarkan adanya aktifitas nekroinflamasi. Oleh karena itu pemeriksaan ini dipertimbangkan sebagai prediksi gambaran histologi. Pasien dengan kadar ALT yang meningkat menunjukkan proses nekroinflamasi lebih berat dibandingkan pada ALT yang normal. Pasien dengan kadar ALT normal memiliki respon serologi yang kurang baik pada terapi antiviral. Oleh sebab itu pasien dengan kadar ALT normal dipertimbangkan untuk tidak diterapi, kecuali bila hasil pemeriksaan histologi menunjukkan proses nekroinflamasi aktif (4,5,10) .

Tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat kerusakan hati, menyisihkan diagnosis penyakit hati lain, prognosis dan menentukan manajemen anti viral. Ukuran spesimen biopsi yang representatif adalah 1-3 cm (ukuran panjang) dan 1,2-2 mm (ukuran diameter) baik menggunakan jarum Menghini atau Tru-cut. Salah satu metode penilaian biopsi yang sering digunakan adalah dengan Histologic Activity Index score.Pada setiap pasien dengan infeksi HBV perlu dilakukan evaluasi awal. Pada pasien dengan HBeAg positif dan HBV DNA > 105 copies/ml dan kadar ALT normal yang belum mendapatkan terapi antiviral perlu dilakukan pemeriksaan ALT berkala dan skrining terhadap risiko KHS, jika perlu dilakukan biopsi hati. Sedangkan bagi pasien dengan keadaan carrier HBsAg inaktif perlu dilakukan pemantauan kadar ALT dan HBV DNA.DAFTAR PUSTAKA18