aplikasi diagnosis penyakit hepatitis menggunakan j2me

25
Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME Dengan Metode Certainty Factor BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Suatu gejala penyakit dapat merupakan indikasi dari suatu penyakit yang akan diderita. Setiap orang wajib menjaga kesehatannya masing-masing, tetapi pada kenyataannya banyak sekali orang yang lupa atau bahkan meremehkan gejala penyakit yang dideritanya. Maka dengan adanya kemajuan teknologi saat ini, suatu penyakit akan terdeteksi dengan lebih cepat melalui gejala-gejala tersebut. Tidak hanya hal tersebut, dalam hal proses diagnosa dikenal dengan adanya uji tes darah di laboratorium untuk mengetahui jenis penyakit yang diderita oleh pasien secara pasti. Seiring perkembangan teknologi, dikembangkan pula suatu teknologi yang mampu mengadopsi proses dan cara berpikir manusia yaitu teknologi Artificial Intelligence atau Kecerdasan Buatan. Sistem pakar merupakan program komputer dapat meniru proses pemikiran dan pengetahuan pakar untuk menyelesaikan suatu masalah yang spesifik. Implementasi sistem pakar banyak digunakan untuk kepentingan komersial karena sistem pakar dipandang sebagai cara penyimpanan pengetahuan pakar dalam bidang tertentu ke dalam suatu program, sehingga dapat memberikan keputusan dan melakukan penalaran secara cerdas. Dengan adanya teknologi mobile communication seperti sekarang ini, maka penyajian informasi akan lebih cepat dan mudah.

Upload: zhi-siwu

Post on 10-Aug-2015

273 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME

Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME

Dengan Metode Certainty Factor

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Suatu gejala penyakit dapat merupakan indikasi dari suatu

penyakit yang akan diderita. Setiap orang wajib menjaga kesehatannya

masing-masing, tetapi pada kenyataannya banyak sekali orang yang lupa

atau bahkan meremehkan gejala penyakit yang dideritanya. Maka

dengan adanya kemajuan teknologi saat ini, suatu penyakit akan

terdeteksi dengan lebih cepat melalui gejala-gejala tersebut. Tidak hanya

hal tersebut, dalam hal proses diagnosa dikenal dengan adanya uji tes

darah di laboratorium untuk mengetahui jenis penyakit yang diderita

oleh pasien secara pasti.

Seiring perkembangan teknologi, dikembangkan pula suatu

teknologi yang mampu mengadopsi proses dan cara berpikir manusia

yaitu teknologi Artificial Intelligence atau Kecerdasan Buatan. Sistem

pakar merupakan program komputer dapat meniru proses pemikiran dan

pengetahuan pakar untuk menyelesaikan suatu masalah yang spesifik.

Implementasi sistem pakar banyak digunakan untuk kepentingan

komersial karena sistem pakar dipandang sebagai cara penyimpanan

pengetahuan pakar dalam bidang tertentu ke dalam suatu program,

sehingga dapat memberikan keputusan dan melakukan penalaran secara

cerdas. Dengan adanya teknologi mobile communication seperti

sekarang ini, maka penyajian informasi akan lebih cepat dan mudah.

Kesehatan organ hati sangat penting maknanya bagi tubuh

manusia. Hati sebagai organ yang memiliki tugas utama sebagai penetral

racun ditubuh menjadikan racun-racun yang selama ini masuk melalui

tubuh kita dari makanan atau lingkungan mampu dinetralisir oleh hati.

Manusia tidak akan hidup tanpa organ hati tersebut. Salah satu penyakit

Page 2: Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME

yang menyerang hati adalah Hepatitis yang terdiri atas berbagai macam

tipe. Kebutuhan informasi yang cepat dan tepat dari seorang pakar

kesehatan atau dokter spesialis penyakit dalam sangatlah dibutuhkan.

Hal inilah yang mendorong pembangunan sebuah sistem pakar diagnosa

Hepatitis untuk diwujudkan. Penanganan solusi kesehatan Hepatitis

akan sangat banyak membantu terutama dalam hal menjaga kesehatan

hati yang mungkin selama ini diabaikan oleh orang-orang. 2

Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME

Dengan Metode Certainty Factor

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, dalam

pengerjaan proyek akhir ini timbul permasalahan yang akan dihadapi

yang diantaranya adalah :

1. Mendiagnosa penyakit Hepatitis melalui penerapan sistem pakar

berdasarkan input gejala maupun hasil tes darah.

2. Mengimplementasikan metode Certainty Factor guna proses

diagnosa penyakit Hepatitis.

3. Menggunakan teknologi J2ME (Java 2 Micro Edition) sebagai

media untuk mengimplementasikan aplikasi tersebut ke dalam

mobile device yang ada guna penyajian informasi secara optimal.

1.3 BATASAN MASALAH

Batasan yang digunakan acuan pada pembuatan proyek akhir

ini yaitu :

1. Mendiagnosis suatu penyakit berdasarkan gejala-gejala fisik yang

diderita ditambah dengan uji tes darah.

2. Penyakit yang akan didiagnosis adalah penyakit Hepatitis A,

Hepatitis B dan Hepatitis C.

3. Input berupa gejala-gejala penyakit Hepatitis yang menyerang

pasien dan hasil tes darah guna akurasi diagnosa.

4. Output berupa identifikasi kemungkinan jenis penyakit Hepatitis

Page 3: Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME

yang menyerang pasien serta nilai kepastian terhadap penyakit

tersebut. Ditambahkan pula langkah-langkah sehat berupa terapi

dan pengobatan sederhana.

5. Spesifikasi aplikasi yang dibuat adalah J2ME Profile ; MIDP 2.1

dan J2ME Configuration ; CLDC 1.1

6. Perhitungan menggunakan metode faktor kepastian (certainty

factor) yang menunjukkan ukuran kepastian terhadap suatu fakta.

7. Representasi pengetahuan yang digunakan adalah sistem pakar

berbasis rule dan dalam penalaran menggunakan metode backward

chaining.

8. Terbatas pada sumber pengetahuan yang didapat, baik dari pakar

maupun dari buku dan sumber lain mengenai penyakit Hepatitis.3

Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME

Dengan Metode Certainty Factor

1.4 TUJUAN PROYEK AKHIR

Proyek akhir ini bertujuan untuk membangun sebuah sistem

berbasis pengetahuan kedokteran dalam mendiagnosa penyakit Hepatitis

yang dapat ditampilkan dalam perangkat mobile, sehingga alasan

efisiensi waktu dan kurangnya pengetahuan masyarakat akan kesehatan

dapat teratasi.

1.5 METODOLOGI

Dalam pengerjaan proyek akhir ini meliputi langkah-langkah

sebagai berikut :

Studi Literatur

Pada tahap ini akan diadakan studi literatur tentang diagnosa

hepatitis, pemrograman J2ME dan implementasi inference engine

menggunakan metode Certainty Factor serta pengumpulan data

pendukung yang dibutuhkan. Pada pengembangan aplikasi ini

akan menggunakan software Netbeans sehingga dilakukan studi

literatur tentang software ini.

Page 4: Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME

Pengumpulan Data

Data-data atau informasi yang diperoleh adalah secara langsung

dari seorang pakar dalam hal ini adalah dokter spesialis penyakit

dalam. Teknik pengumpulan data ini adalah sebagai berikut :

a. Metode Interview

Metode wawancara (interview), wawancara atau tanya

jawab langsung dengan pihak-pihak terkait dalam hal ini

seorang dokter spesialis penyakit dalam, guna

mendapatkan data yang tepat sehingga perancangan sesuai

dengan tujuan semula.

b. Metode Kepustakaan (Library Research)

Metode Kepustakaan (Library Research), mengumpulkan

data-data yang diperoleh dengan cara mengumpulkan data

melalui buku-buku dan sumber-sumber lain (internet)

yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, dalam

hal ini tentang jenis-jenis penyakit Hepatitis dan gejalagejalanya.

Perancangan Sistem

Perencanaan pembuatan sistem meliputi perencanaan sistem

pakar dalam perancangan sistem diagnosa menggunakan metode

Certainty Factor.4

Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME

Dengan Metode Certainty Factor

Persiapan Data

Data-data penunjang yang didapatkan berupa suatu kesimpulan,

fakta-fakta dan aturan yang mengatur proses pencarian data yang

saling berhubungan satu sama lain disimpan ke dalam basis data

RMS (Record Management System) sebagai media penyimpanan.

Pembuatan program komputer yang meliputi pembuatan

antar muka dan mesin inferensi.

Dalam pembuatan program, terlebih dahulu dibuat desain antar

Page 5: Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME

muka antara lain mengenai menu utama, konten dan form serta

link untuk sistem navigasinya. Kemudian koneksi database dan

implementasi sistem pakar melalui metode yang sudah

ditetapkan. Sehingga aplikasi dapat menampilkan sistem pakar

tersebut ke dalam perangkat mobile.

Pengujian dan Analisa

Pengujian dan analisa dimaksudkan untuk mengetahui sejauh

mana sistem yang dibuat pada proyek akhir ini dapat berfungsi

sesuai dengan proses sistem yang diharapkan. Hasil yang

dianalisa adalah data-data berupa hasil diagnosis jenis penyakit

hepatitis dan nilai CF (Certainty Factor) yang dihasilkan.

Simpulan

Dibuat kesimpulan dari pengujian sistem proyek akhir dengan

membandingkan apakah hasilnya seperti yang diharapkan pada

tujuan proyek akhir sebelumnya.

Pembuatan Laporan

Membuat dokumentasi dari semua tahapan proses diatas berupa

laporan yang berisi tentang dasar teori, hasil proyek akhir dan

hasil analisa.

1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika pembahasan yang akan diuraikan dalam buku

laporan proyek akhir ini terbagi dalam beberapa bab yang akan dibahas

sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah,

permasalahan beserta batasan-batasan masalah yang 5

Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME

Dengan Metode Certainty Factor

digunakan, tujuan, metodologi serta sistematika

pembahasan proyek akhir ini.

Page 6: Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME

BAB II DASAR TEORI

Bab ini berisi dasar teori kecerdasan buatan dan sistem

pakar untuk melandasi pemecahan masalah serta teori-teori

sehubungan dengan metode Certainty Factor yang

digunakan dalam penyelesaian masalah. Terdapat pula dasar

teori mengenai Java 2 Micro Edition (J2ME) sebagai

teknologi yang digunakan dalam pembuatan proyek akhir

ini untuk mengimplementasikannya pada mobile device.

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT

LUNAK

Bab ini membahas tentang perancangan umum maupun

uraian lebih lanjut mengenai perancangan sistem dalam

pembuatan perangkat lunak. Uraian perancangan sistem ini

meliputi perancangan input dan output sistem, perancangan

proses mengenai bagaimana sistem akan bekerja dengan

proses-proses tertentu, maupun perancangan antar muka

dalam desain dan implementasi yang akan digunakan dalam

pembuatan proyek akhir ini.

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

Bab ini menjelaskan tentang pengujian sistem. Pengujian

sistem secara umum akan membahas mengenai lingkungan

uji coba dalam penggunaan sistem ini. Selanjutnya secara

lebih terperinci dijelaskan dalam pengujian sistem meliputi

skenario pengujian oleh user, beserta langkah-langkah

dalam uji coba sistem. Dari seluruh hasil uji coba tersebut,

kemudian dianalisa kembali apakah telah sesuai dengan

tujuan pembuatan pada bab I.6

Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME

Dengan Metode Certainty Factor

BAB V PENUTUP

Page 7: Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME

Bab ini berisi simpulan yang telah didapatkan dari hasil uji

coba sistem dan analisanya mengenai keterkaitan dengan

tujuan pembuatan sistem, dan selanjutnya akan

dikemukakan saran-saran mengenai penggunaan sistem

serta bahan masukan dari penulis bagi rencana

pengembangan proyek akhir untuk masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Pada bagian ini berisi mengenai referensi – referensi yang

telah dipakai oleh penulis sebagai acuan dan penunjang

serta parameter yang mendukung penyelesaian proyek akhir

ini baik secara praktis maupun secara teoritis.

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-NonDegree-12126-7406030004-Chapter1.pdf

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hepatitis B adalah salah satu penyakit menular berbahaya yang dapat

menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan termasuk masalah kesehatan

masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit Hepatitis B juga merupakan

infeksi virus yang paling banyak tersebar dan dapat menimbulkan infeksi yang

berkepanjangan, sirosis hati, kanker hati hingga kematian.

Penyakit Hepatitis B disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang bersifat

akut atau kronik dan termasuk penyakit hati yang paling berbahaya dibanding dengan

penyakit hati yang lain karena penyakit Hepatitis B ini tidak menunjukkan gejala

yang jelas, hanya sedikit warna kuning pada mata dan kulit disertai lesu. Penderita

sering tidak sadar bahwa sudah terinfeksi virus Hepatitis B dan tanpa sadar pula

menularkan kepada orang lain (Misnadiarly, 2007).

Penyebaran penyakit Hepatitis B sangat mengerikan. Menurut World Health

Organization (WHO) Tahun 1990 diperkirakan satu biliun individu yang hidup telah

terinfeksi Hepatitis B, sehingga lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia terinfeksi,

dan 1-2 juta kematian setiap tahun dikaitkan dengan VHB. Pada Tahun 2008 jumlah

Page 8: Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME

orang terinfeksi VHB sebanyak 2 miliar, dan 350 juta orang berlanjut menjadi pasien

dengan infeksi Hepatitis B kronik (Shulman, 1994).

Kelompok pengidap Hepatitis kronik yang ada di masyarakat, sekitar 90

persen diantaranya mengalami infeksi saat masih bayi. Infeksi dari ibu yang

mengidap virus Hepatitis B bisa terjadi sejak masa kehamilan hingga bayi mencapai

Universitas Sumatera Utarausia balita. Infeksi juga bisa terjadi saat ibu munyusui karena terjadi kontak luka pada

puting ibu sehingga menjadi jalan mudah masuknya virus Hepatitis B (Budihusodo,

2008).

Berdasarkan data WHO Tahun 2008, penyakit Hepatitis B menjadi pembunuh

nomor 10 di dunia dan endemis di China dan bagian lain di Asia termasuk Indonesia.

Indonesia menjadi negara dengan penderita Hepatitis B ketiga terbanyak di dunia

setelah China dan India dengan jumlah penderita 13 juta orang, sementara di Jakarta

diperkirakan satu dari 20 penduduk menderita penyakit Hepatitis B. Sebagian besar

penduduk kawasan ini terinfeksi VHB sejak usia kanak-kanak. Sejumlah negara di

Asia, 8-10 persen populasi orang menderita Hepatitis B kronik (Sulaiman, 2010).

Ningsih (2010) mengatakan bahwa mayoritas pengidap Hepatitis B terdapat di

negara berkembang. Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) Tahun 2007, prevalensi penduduk yang pernah terinfeksi virus Hepatitis

B adalah sebesar 34% dan cenderung meningkat karena jumlah pengidapnya terus

bertambah terlebih lagi terdapat carrier atau pembawa penyakit dan dapat menjadi

penyakit pembunuh diam-diam (Silent Killer) bagi semua orang tanpa kecuali. Di

pedesaan penyakit Hepatitis menduduki urutan pertama sebagai penyebab kematian

pada golongan semua umur dari kelompok penyakit menular, sedangkan di daerah

perkotaan menduduki urutan ketiga.

Imunisasi merupakan suatu upaya pencegahan yang paling efektif untuk

mencegah penularan penyakit Hepatitis B. Di Indonesia program imunisasi Hepatitis

B dimulai pada Tahun 1987 dan telah masuk ke dalam program imunisasi rutin secara

nasional sejak Tahun 1997. Pada Tahun 1991 Indonesia dinyatakan telah mencapai

Universitas Sumatera UtaraUniversal Child Immunization (UCI) secara nasional, akan tetapi tetap saja masih ada

Page 9: Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME

ditemukan kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti kasus

Hepatitis. Kasus penyakit Hepatitis B masih ada ditemukan di beberapa desa terutama

desa dengan cakupan imunisasi Hepatitis B rendah khususnya imunisasi Hepatitis B

(0-7 hari) (Anwar, 2000).

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008, cakupan imunisasi

Hepatitis B 0-7 hari di Indonesia sebesar 59,19% (Depkes RI, 2009). Berdasarkan

Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 jumlah kasus Hepatitis

B di Sumatera Utara adalah sebanyak 48 kasus sedangkan pada Tahun 2009 jumlah

kasus Hepatitis B di Sumatera Utara adalah sebanyak 64 kasus. Ini berarti

menunjukkan adanya kenaikan kejadian Hepatitis B.

Hasil laporan bulanan imunisasi Hepatitis B di Puskesmas Aek Habil Kota

Sibolga Tahun 2009 didapatkan jumlah bayi yang mendapatkan imunisasi Hepatitis B

sebanyak 295 bayi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1 Hasil Laporan Bulanan Imunisasi Hepatitis B di Puskesmas Aek

Habil Kota Sibolga Tahun 2009

N

o

Kelura

han

Sasaran

Bayi

Bayi yang Mendapat Imunisasi Hepatitis B ( 0-7 Hari)

Jlh %

Jan

Fe

b

M

a

r

Page 10: Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME

Ap

r

Me

i

Jun Jul

Ag

t

Se

p

Ok

t

Nov

D

e

s

1

Aek

Habil

200 8 8 0 5 14 5 12 11 10 10 15 0 98 49,0

2

Aek

Manis

183 7 10 0 6 13 6 12 10 12 10 10 0 96 52,5

3

Aek

Parom

bunan

194 7 7 0 3 2 2 10 11 13 15 0 0 70 36,1

4

Aek

Page 11: Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME

Muara

Pinang

146 8 5 0 2 1 0 5 3 2 5 0 0 31 21,2

Sumber : Profil Puskesmas Aek Habil Kota Sibolga Tahun 2009

Universitas Sumatera UtaraPada Tabel 1.1 menunjukkan (1) di Kelurahan Aek Habil Kecamatan Sibolga

Selatan sasaran bayi yang diimunisasi Hepatitis B adalah sebanyak 200 orang, yang

diimunisasi hanya 98 orang (49,0%), ini berarti ada sebanyak 102 orang (51%) yang

tidak diimunisasi, (2) di Kelurahan Aek Manis Kecamatan Sibolga Selatan sasaran

bayi yang diimunisasi Hepatitis B adalah sebanyak 183 orang, yang diimunisasi 96

orang (52,5%), ini berarti ada sebanyak 87 orang (47,5%) yang tidak diimunisasi, (3)

di Kelurahan Aek Parombunan Kecamatan Sibolga Selatan sasaran bayi yang

diimunisasi Hepatitis B adalah sebanyak 146 orang, yang diimunisasi 70 orang

(36,1%), ini berarti ada sebanyak 124 orang (63,9%) yang tidak diimunisasi, (4) di

Kelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan sasaran bayi yang

diimunisasi Hepatitis B adalah sebanyak 146 orang, yang diimunisasi 31 orang

(21,2%), ini berarti ada sebanyak 115 orang (78,8%) yang tidak diimunisasi.

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa Kelurahan Aek Muara Pinang

adalah kelurahan dengan cakupan imunisasi Hepatitis B terendah yaitu sebesar

21,2%. Kelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan termasuk wilayah

kerja Puskesmas Aek Habil. Menurut Petugas Imunisasi Puskesmas Aek Habil

Sibolga hal ini terkait dengan masih rendahnya pengetahuan ibu tentang penyakit

Hepatitis B. Selain itu ibu merasa takut untuk mengimunisasikan bayinya karena bila

diimunisasi anaknya akan demam terutama bila imunisasi diberikan 12 jam setelah

bayi lahir.

Data Monografi Kelurahan Aek Muara Pinang Tahun 2009, diperoleh

Kelurahan Aek Muara Pinang memiliki jumlah penduduk 6.728 jiwa. Jumlah ibu

yang mempunyai bayi berusia di bawah 12 bulan adalah sebanyak 67 orang dengan

Universitas Sumatera Utaramata pencaharian kepala keluarga mayoritas nelayan dan rata-rata ibu tidak bekerja.

Kelurahan Aek Muara Pinang mempunyai 4 posyandu. Kegiatan posyandu ini

Page 12: Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME

didukung oleh peran serta kader posyandu sebanyak 20 orang akan tetapi tetap saja

para ibu tidak datang membawa bayinya untuk diimunisasi.

Sebagian besar suku masyarakat di Kelurahan Aek Muara Pinang adalah Suku

Nias. Ada kebiasaan masyarakat di kelurahan tersebut apabila ada ibu ingin bersalin

maka pertolongan persalinan dibantu oleh dukun tidak terlatih. Akibatnya sering kali

imunisasi Hepatitis B pada bayi 0-7 hari tidak diberikan sehingga berdampak pada

penurunan cakupan imunisasi Hepatitis B.

Daerah geografi tertentu juga berhubungan peningkatan VHB misalnya

daerah pesisir. Kelurahan Aek Muara Pinang merupakan daerah pesisir. Daerah

pesisir merupakan kawasan pembangunan yang penting karena sekitar 60%

masyarakat Indonesia bermukim di kawasan pesisir. Salah satu karakteristik daerah

pesisir adalah memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dan sangat identik dengan

lingkungan sanitasi yang buruk. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya berbagai

macam penyakit menular di antaranya penyakit Hepatitis B (Shulman, 1994).

Menurut Azwar (1999), salah satu faktor yang menentukan timbulnya kasus

Hepatitis B adalah ciri/karakteristik manusia seperti pengetahuan, pendidikan,

pekerjaan, status perkawinan, status sosial ekonomi, ras/etnik, agama dan sosial

budaya. Begitu juga halnya dalam masalah status imunisasi Hepatitis B juga

dipengaruhi oleh karakteristik ibu dan lingkungan sosial budaya.

Menurut Helmi (2008) dalam penelitiannya menyebutkan ada hubungan

antara faktor internal (pengetahuan, tingkat pendidikan) dan faktor eksternal (peran

Universitas Sumatera Utarapetugas kesehatan) dengan perilaku ibu dalam pemberian imunisasi Hepatitis B

sedangkan faktor internal (kepercayaan) dan faktor eksternal (pendapatan) secara

statistik tidak terdapat adanya hubungan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2009) menyatakan bahwa

adanya pengaruh antara penolong persalinan terhadap pemberian imunisasi Hepatitis

B pada bayi 0-7 hari, dimana ibu bersalin yang ditolong oleh petugas kesehatan

memiliki peluang 7 kali untuk memberikan imunisasi Hepatitis B pada bayi 0-7 hari.

Variabel jumlah anak, tempat persalinan tidak menunjukkan adanya pengaruh dengan

Page 13: Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME

pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi 0-7 hari.

Menurut Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010), perilaku seseorang

dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan

faktor di luar perilaku (non-behavior causes). Perilaku seseorang atau masyarakat

tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya

dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas,

perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan

memperkuat terbentuknya perilaku, misalnya seseorang ibu yang tidak mau

mengimunisasikan anaknya di posyandu dapat disebabkan karena ibu tersebut tidak

atau belum mengetahui manfaat imunisasi bagi anaknya.

Mengacu pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis ingin

melakukan penelitian tentang pengaruh karakteristik ibu dan lingkungan sosial

budaya terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi 0-7 hari di Kelurahan

Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2010.

Universitas Sumatera Utara1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang

menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh

karakteristik ibu (meliputi pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anak,

pengetahuan) dan lingkungan sosial budaya (meliputi penolong persalinan, tempat

persalinan, kepercayaan) terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi 0-7 hari

di Kelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga pada

Tahun 2010”.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh karakteristik

ibu (meliput i pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anak, pengetahuan) dan

lingkungan sosial budaya (meliputi penolong persalinan, tempat persalinan,

kepercayaan) terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi 0-7 hari di

Kelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2010.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi tenaga kesehatan,

Page 14: Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME

pemerintah/pengambil keputusan tentang permasalahan terkait sehingga dapat

digunakan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan dengan membuat

program yang sesuai untuk meningkatkan cakupan imunisasi.

2. Sebagai bahan masukan untuk pengembangan Ilmu Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan.

Universitas Sumatera Utara3. Sebagai bahan informasi dan pengembangan bagi penelitian sejenis dan

berkelanjutan.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22569/5/Chapter%20I.pdf

Contoh Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hepatitis

19 Nov, 2010

ASKEP

Please Comments

Kuliah sebagai perawat ada enaknya tapi ada

juga susahnya. Susahnya ketika mendapatkan tugas untuk membuat makalah

seperti ASKEP. Untung saya sekarng sudah tidak lagi kuliah di keperawatan jadinya

bisa lebih focus ke hal yang lain sesuai dengan bidang kesehatan. Kalau sebelumnya

saya sudah memberikan beberapa contoh asuhan keperawatan seperti asuhan

keperawatan pada pasien hipertensi dan juga asuhan keperawatan pada pasien

diabetes mellitus. Kali ini saya akan memberikan satu lagi Contoh Makalah Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Hepatitis.

Contoh Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hepatitis ini merupakan

hasil rangkuman dari beberapa tugas saat saya masih menempuh pendidikan

sebagai perawat. Dan nantinya dapat Anda gunakan sebagai referensi tugas.

Pengertian

Hepatitis adalah peradangan dari sel-sel liver yang meluas/ menyebar , hepatitis

virus merupakan jenis yang paling dominan . Luka pada organ liver dengan

peradangan bisa berkembang setelah pembukaan untuk sejumlah farmakologi dan

Page 15: Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME

bahan kimia dari inhalasi, ingesti, atau pemberian obat secara parenteral (IV) . Toxin

dan Drug induced Hepatitis merupakan hasil dari pembukaan atau terbukanya

hepatotoxin, seperti : industri toxins, alkohol dan pengobatan yang digunakan dalam

terapi medik.

Hepatitis kemungkinan terjadi sebagai infeksi sekunder selama perjalanan infeksi

dengan virus-virus lainnya, seperti :

Cytomegalovirus

Virus Epstein-Barr

Virus Herpes simplex

Virus Varicella-zoster

Klien biasanya sembuh secara total dari hepatitis, tetapi kemungkinan mempunyai

penyakit liver residu. Meskipun angka kematian hepatitis relatif lama, pada hepatitis

virus akut bisa berakhir dengan kematian.

B. Etiologi

1. Infeksi Virus

Hepatitis merupakan hasil infeksi yang disebabkan oleh salah satu dari lima

golongan besar jenis virus, antara lain :

o Virus Hepatitis A ( HAV )

o Virus Hepatitis B ( HBV )

o Virus Hepatitis C ( HCV )

o Virus Hepatitis D ( HDV ) atau Virus Delta

o Virus Hepatitis E ( HEV )

Hepatitis F dan G mempunyai kesamaan atau identitas tersendiri , tetapi jenis ini

jarang ada.

1. Obat-obatan, bahan kimia, dan racun.

1. Reaksi transfusi darah yang tidak terlindungi virus hepatitis.

C. Tanda dan Gejala

Gejala dan tanda penyakit hepatitis adalah sebagai berikut :

Selera makan hilang

Rasa tidak enak di perut

Mual sampai muntah

Demam tidak tinggi

Kadang-kadang disertai nyeri sendi

Nyeri dan bengkak pada perut sisi kanan atas (lokasi hati)

Bagian putih pada mata (sklera) tampak kuning

Kulit seluruh tubuh tampak kuning

Pada orang dewasa sebagian besar infeksi virus hepatitis akut akan sembuh dan

hanya sebagian kecil (5 – 10%) yang akan menetap/ menahun.

Pada kasus yang menahun :

manifestasi bisa tanpa keluhan/ gejala atau dengan keluhan/ gejala ringan

Page 16: Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME

diagnosis umumnya ditemukan pada waktu mengadakan konsultasi ke dokter, hasil

laboratorium menunjukkan peninggian SGPT/ SGOT.

Air seni berwarna coklat seperti air teh.

D. Patofisiologi

Setelah liver membuka sejumlah agen seperti virus, liver menjadi membesar dan

terjadi peradangan sehingga dalam kuadran kanan atas terasa sakit dan tidak

nyaman . Sebagai kemajuan dan kelanjutan proses penyakit, pembelahan sel-sel

hati yang normal berubah menjadi peradangan yang meluas, nekrosis dan

regenerasi dari sel-sel hepar. Meningkatnya penekanan dalam lintasan sirkulasi

disebabkan karena virus masuk dan bercampur dengan aliran darah kedalam

pembelahan jaringan-jaringan hepar ( sel-sel hepar ). Oedema dari saluran-saluran

empedu hati yang terdapat pada jaringan intrahepatik menyebabkan kekuningan.

Data spesifik pada patogenesis hepatitis A, hepatitis C, hepatitis D, dan hepatitis E

sangat terbatas . Tanda-tanda investigasi mengingatkan pada manifestasi klinik dari

peradangan akut HBV yang ditentukan oleh respon imunologi dari klien. Komplex

kekebalan – Kerusakan jaringan secara tidak langsung memungkinkan untuk

manifestasi extrahepatik dari hepatitis akut B . Hepatitis B diyakini masuk kedalam

sirkulasi kekebalan tubuh tersimpan dalam dinding pembuluh darah dan aktif dalam

sistem pengisian. (Dusheiko,1990) . Respon-respon klinik terdiri dari nyeri

bercampur sakit yang terjadi dimana-mana.

Phase atau tahap penyembuhan dari hepatitis adalah ditandai dengan aktifitas

fagositosis dan aktifitas enzym , perbaikan sel-sel hepar . Jika tidak sungguh-

sungguh komplikasi berkembang , sebagian besar penyembuhan fungsi hati klien

secara normal setelah hepatitis virus kalah . Regenerasi lengkap biasanya terjadi

dalam dua sampai tiga bulan.

E. Pemeriksaan Diagnostik

Pengkajian Laboratorium

Ditemukannya Hepatitis A dan B menunjukkan tingkatan nilai enzim hatinya yang

akut, ditunjukkan adanya kerusakan sel-sel hati dan khususnya nilai serologi.

Serum Enzim-enzim Liver

Tingkatan alanine aminotransferase atau ALT bernilai lebih dari 1000 mU/mL dan

mungkin lebih tinggi sampai 4000 mU/mL dalam beberapa kasus virus Hepatitis nilai

aspartat aminotransferase atau AST antara 1000 – 2000 mU/mL. Alanine pospatase

nilai normalnya 30 – 90 IU/L atau sedikit lebih tinggi. Nilai serum total bilirubin naik

kepuncak 2,5 mG/dL dan berlangsung ketat dengan tanda-tanda klinik penyakit

kuning. Tingkatan nilai bilirubin juga terdapat pada urine.

Pemeriksaan serologi

Dinyatakan terkena Hepatitis A jika virus Hepatitis A anti body (Anti-HAV) terdeteksi

dalam darah. Peradangan pada liver yang terjadi secara terus- menerus disebabkan

oleh HAV adalah bukti nyata munculnya antibody Imonoglobin M ( Ig M ) yang

bertahan dalam darah 4 – 6 minggu. Infeksi sebelumnya diindikasi dengan

Page 17: Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME

munculnya antobodi Imonoglobin G atau Ig G. Antobodi ini terdapat dalam serum

dan melindungi kekebalan HAV secara permanen.

Kemunculan virus Hepatitis B ( HBV ) dapat dinyatakan jika test serologi

memperkuat kemunculan sistem antogen antibody Hepatitis B dalam darah. HBV

adalah virus DNA double – shelled yang terdirri dari dalam intim dan diluar kerangka.

Antigen terletak diatas permukaan ataau kerangka virus ( HBSAG ) sangat penting

bagi pemeriksaan serologi dan mereka akhirnya memunculkan diagnosa Hepatitis B.

Selama HBSAG terdapat dalam darah maka klien diperkirakan dapat menularkan

Hepatitis B. Ketakutan para peneliti selorogi selama lebih dari 6 bulan menunjukkan

faktor pembawa pada Hepatitis atau hepatitis kronik. Secara normal tingkatan

HBSAG akan mengalami kemunduran dan bahkan menghilang setelah masa

Hepatitis B akut. Munculnya antibody terhadap HBSAG dalam darah menunjukkan

kesembuhan dan kekebalan terhadap Hepatitis B.

Hepatitis B bermula saat antigen ( Hbe AG ) ditemukan didalam serum 1 minggu

setelah kemunculan HBs AG, kemunculan inilah yang menentukan kondisi klien.

Seseorang klien yang hasil testnya pada HbsAG dan HbeAG bernilai positif lebih

menularkan penyakit dari pada klien yang testnya untuk HbsAG positif ddan HbeAG

negatif.

Kemunculan Hepatitis D bisa dipastikan dengan mengidentifikasi antigen D pada

intrahepatik atau sering kali didapatkan dengan naiknya titer antibody virus

Hepatitis D ( Anti – HD ). Penyebaran antigen Hepatitis D ( HDAG ) merupakan

diagnosa penyakit akut, tetapi hanya dapat diketahui melalui laporan pemeriksaan

serum.

Mereka mempunyai kecanggihan atau alat yang canggih untuk memeriksa test

serologi pada Hepatitis C. Penemuan perdana : Enzim ImonoAssay ( EIA ) yang

digunakaan untuk memriksa antibody virus Hepatitis C ( anti HCV ). Pengujian

mereka tidak membedakaan antara IgM dan IgG. Saat ini penemuan kedua : Enzim

ImonoAssay dengan kemampuan dapat mendeteksi antibody dengan menambahkan

antigen sebelum digunakan dan sekarang ini EIA tidak dapat diandalkan untuk test

serologi scrining untuk mgidentifikasi Hepatitis C. Hal ini akan menambahkan nomor

hasil positif yang palsu dengan adanya test screening yang dilakukan. Pada kejadian

yang sama serokan versi dengan Hepatitis C akan tertunda sanpai tahun depan.

Meskipun meningkatnya hasil ImonoAssay akan menambah spesifikasi dan

sensitifitas untuk test. Anti HCV menentukan diagnosa yang tepat, merupakan

kombinasi dari pemeriksaan secara klinis biokimia dan hasil serologi. Hal ini bukan

untuk para peneliti serologi Hepatitis E.

Pengkajian Radiografi

Hanya dengan penggunaan X-Ray dapat menemukan pembesaran liver dengan

menempatkan X-Ray tepat diatas bagian abdominal.

Pengkajian Diagnosa Yang Lain

Page 18: Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME

Hepatitis kronik merupakan diagnosa biasa biopsy jaringan perkutan pada liver.

Biopsi membedakan antara antif kronik dengan Hepatitis kronik persisten.

Penemuan jaringan lemak yang masuk pada spesimen biopsy liver dan peradangan

dengan neutrofil yang tetap dengan Hepatitis Laennecs (yang disebabkan oleh

alkohol).

Tags: Hepatitis, Keperawatan, Makalah ASKEP, Obat Hepatitis, Pasien

Hepatitis, Tanda dan Gejala Hepatitishttp://www.jurug.com/artikel-pendidikan/contoh-makalah-asuhan-keperawatan-pada-pasien-hepatitis.html

Penanganan dan Pengobatan Hepatitis A,B,CPenyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis virus yang menyerang dan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ hati manusia. Hepatitis diketegorikan dalam beberapa golongan, diantaranya hepetitis A,B,C,D,E,F dan G. Di Indonesia penderita penyakit Hepatitis umumnya cenderung lebih banyak mengalami golongan hepatitis B dan hepatitis C. namun disini kita akan membahas pada fokus artikel penyakit Hepatitis A,B dan C.

Penyakit Hepatitis AHepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang ringan dan jarang sekali menyebabkan kematian, Virus hepatitis A (VHA=Virus Hepatitis A) penyebarannya melalui kotoran/tinja penderita yang penularannya melalui makanan dan minuman yang terkomtaminasi, bukan melalui aktivitas sexual atau melalui darah. Sebagai contoh, ikan atau kerang yang berasal dari kawasan air yang dicemari oleh kotoran manusia penderita.

Penyakit Hepatitis A memiliki masa inkubasi 2 sampai 6 minggu sejak penularan terjadi, barulah kemudian penderita menunjukkan beberapa tanda dan gejala terserang penyakit Hepatitis A.

1. Gejala Hepatitis APada minggu pertama, individu yang dijangkiti akan mengalami sakit seperti kuning, keletihan, demam, hilang selera makan, muntah-muntah, pusing dan kencing yang berwarna hitam pekat. Demam yang terjadi adalah demam yang terus menerus, tidak seperti demam yang lainnya yaitu pada demam berdarah, tbc, thypus, dll.

2. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis APenderita yang menunjukkan gejala hepatitis A seperti minggu pertama munculnya yang disebut penyakit kuning, letih dan sebagainya diatas, diharapkan untuk tidak banyak beraktivitas serta segera mengunjungi fasilitas pelayan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan dari gejala yang timbul seperti paracetamol sebagai penurun demam dan pusing, vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan serta obat-obatan yang mengurangi rasa mual dan muntah.

Sedangkah langkah-langkah yang dapat diambil sebagai usaha pencegahan adalah dengan mencuci tangan dengan teliti, dan suntikan imunisasi dianjurkan bagi seseorang yang berada disekitar penderita.

Penyakit Hepatitis BHepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya didunia, Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun. Seperti hal Hepatitis C, kedua penyakit ini dapat menjadi kronis dan akhirnya menjadi kanker hati. Proses penularan Hepatitis B yaitu melalui pertukaran cairan tubuh atau kontak dengan darah dari orang yang terinfeksi Hepatitis B.

Adapun beberapa hal yang menjadi pola penularan antara lain penularan dari ibu ke bayi saat melahirkan,

Page 19: Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME

hubungan seksual, transfusi darah, jarum suntik, maupun penggunaan alat kebersihan diri (sikat gigi, handuk) secara bersama-sama. Hepatitis B dapat menyerang siapa saja, akan tetapi umumnya bagi mereka yang berusia produktif akan lebih beresiko terkena penyakit ini.

1. Gejala Hepatitis BSecara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B yang akut adalah demam, sakit perut dan kuning (terutama pada area mata yang putih/sklera). Namun bagi penderita hepatitis B kronik akan cenderung tidak tampak tanda-tanda tersebut, sehingga penularan kepada orang lain menjadi lebih beresiko.

2. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis BPenderita yang diduga Hepatitis B, untuk kepastian diagnosa yang ditegakkan maka akan dilakukan periksaan darah. Setelah diagnosa ditegakkan sebagai Hepatitis B, maka ada cara pengobatan untuk hepatitis B, yaitu pengobatan telan (oral) dan secara injeksi. a. Pengobatan oral yang terkenal adalah ; - Pemberian obat Lamivudine dari kelompok nukleosida analog, yang dikenal dengan nama 3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak, Pemakaian obat ini cenderung meningkatkan enzyme hati (ALT) untuk itu penderita akan mendapat monitor bersinambungan dari dokter. - Pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera). Pemberian secara oral akan lebih efektif, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk terhadap fungsi ginjal.- Pemberian obat Baraclude (Entecavir). Obat ini diberikan pada penderita Hepatitis B kronik, efek samping dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala, pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan enzyme hati. Tingkat keoptimalan dan kestabilan pemberian obat ini belum dikatakan stabil.

b. Pengobatan dengan injeksi/suntikan adalah ;Pemberian suntikan Microsphere yang mengandung partikel radioaktif pemancar sinar ß yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya. Injeksi Alfa Interferon (dengan nama cabang INTRON A, INFERGEN, ROFERON) diberikan secara subcutan dengan skala pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16 minggu atau lebih. Efek samping pemberian obat ini adalah depresi, terutama pada penderita yang memilki riwayat depresi sebelumnya. Efek lainnya adalah terasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan pemberian paracetamol.

Langkah-langkah pencegahan agar terhindar dari penyakit Hepatitis B adalah pemberian vaksin terutama pada orang-orang yang beresiko tinggi terkena virus ini, seperti mereka yang berprilaku sex kurang baik (ganti-ganti pasangan/homosexual), pekerja kesehatan (perawat dan dokter) dan mereka yang berada didaerah rentan banyak kasus Hepatitis B.

Penyakit Hepatitis CPenyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis C (VHC). Proses penularannya melalui kontak darah {transfusi, jarum suntik (terkontaminasi), serangga yang menggiti penderita lalu mengigit orang lain disekitarnya}. Penderita Hepatitis C kadang tidak menampakkan gejala yang jelas, akan tetapi pada penderita Hepatitis C kronik menyebabkan kerusakan/kematian sel-sel hati dan terdeteksi sebagai kanker (cancer) hati. Sejumlah 85% dari kasus, infeksi Hepatitis C menjadi kronis dan secara perlahan merusak hati bertahun-tahun.

1. Gejala Hepatitis CPenderita Hepatitis C sering kali orang yang menderita Hepatitis C tidak menunjukkan gejala, walaupun infeksi telah terjadi bertahun-tahun lamanya. Namun beberapa gejala yang samar diantaranya adalah ; Lelah, Hilang selera makan, Sakit perut, Urin menjadi gelap dan Kulit atau mata menjadi kuning yang disebut "jaundice" (jarang terjadi). Pada beberapa kasus dapat ditemukan peningkatan enzyme hati pada pemeriksaan urine, namun demikian pada penderita Hepatitis C justru terkadang enzyme hati fluktuasi bahkan normal.

2. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis CSaat ini pengobatan Hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat seperti Interferon alfa, Pegylated interferon alfa dan Ribavirin. Adapun tujuan pengobatan dari Hepatitis C adalah menghilangkan virus dari tubuh anda sedini mungkin untuk mencegah perkembangan yang memburuk dan stadium akhir penyakit hati. Pengobatan pada penderita Hepatitis C memerlukan waktu yang cukup lama bahkan pada penderita tertentu hal ini tidak dapat menolong, untuk itu perlu penanganan pada stadium awalnya.

http://makalah-kesehatan-online.blogspot.com/2009/11/penanganan-dan-pengobatan-hepatitis-abc.html

Page 20: Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME