rasit
DESCRIPTION
SSDDDDBBVVTRANSCRIPT
GAMBARAN KLINIS, DIAGNOSIS DAN TERAPI PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI RS. ZAINAL ABIDIN PAGARALAM
KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2011
Ahmad Rasit Ridho, dr. Astri Pinilih, dr. Danu Yudhistira, MMR
Universitas Malahayati
e-mail:
ABSTRACT
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran klinis, diagnosis, dan terapi pasien tuberkulosis paru di RS Zainal Abidin Pagaralam Kabupaten Way Kanan Tahun 2011.
Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dengan mengumpulkan data pasien yang didiagnosa tuberkulosis paru pada tahun 2011. Data yang diperoleh dari rekam medik rumah sakit kemudian dianalisis yaitu berupa analisis univariat yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian. Analisis hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variable dalam bentuk frekuensi.
Setelah dilakukan pengumpulkan data, didapatkan jumlah kasus pasien tuberkulosis paru sebanyak 53 kasus. Didapatkan gambaran klinis batuk darah sebesar 43,39%, sesak napas sebesar 43,39%, batuk sebesar 50,94%, nyeri dada sebesar 11,32%, demam sebesar 15,09%, malaise sebesar 3,77%, penurunan berat badan sebesar 39,67%, lemas sebesar 11,32%, keringat malam sebesar 13,21%, penurunan nafsu makan sebesar 15,09%. Gambaran diagnosis radiologi sebesar 73,58%, sputum BTA positif sebesar 79,24%. Gambran terapi kategori I sebesar 77,35%, kategori II sebesar 16,98%,kategori III sebesar 5,7% dan kategori IV sebesar 0%.
Kata Kunci : Tuberkulosis Paru, Gambaran Klinis, Diagnosis dan Terapi.
ABSTRACT
The objective of the research is to find out the clinical picture, diagnosis, and therapy on patients with lung tuberculosis at Zainal Pagar alam Hospital district Way Kanan in 2011. The research was conducted with descriptive methodology of patients with lung tuberculosis in 2011. The data collected from hospital medical records analyzed by univariate analysis for characteristic description of each research variable. The analysis will only come up with distribution and percentage
After the data collected, the research found 53 cases of lung tuberculosis. The clinical picture is; bleeding cough 43,39%, dyspnea 43,39%, cough 50,94%, chest pain 11,32%, fever 15,09%, malaise 3,77%, weight loss 39,67%, weakness 11,32%, night sweat 13,21%, appetite loss 15,09%. Diagnosis radiology description by 75,58%, sputum BTA positive
79,24%. The description of therapy category I was 77,35 %, category II 16,98%, category III 5,7%, and category IV 0%.
Key Word : Lung Tuberculosis, Clinical Picture, Diagnosis and Therapy
Pengantar
Di Indonesia, TBC merupakan penyebab kematian utama dan angka kesakitan dengan
urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan ketiga setelah India dan China
dalam jumlah penderita TBC di dunia. Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di
Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan
setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat
menit sekali satu orang meninggal akibat TBC (Sudoyo,dkk. 2006).
Penderita baru TBC BTA positif provinsi Lampung selama tiga tahun persentasenya
meningkat tetapi pada tahun 2007 sedikit menurun menjadi 40,5% dan menurun kembali
menjadi 39,3% pada tahun 2008, persentase ini masih jauh dari yang ditargetkan yaitu
sebesar 70%. Kasus TB paru di provinsi Lampung berdasarkan profil kesehatan provinsi
Lampung pada tahun 2006 sebanyak 4611 (BTA +) orang, pada Tahun 2007 sebanyak 4.539
(BTA +), dan Tahun 2008 sebanyak 4.696 kasus (BTA +) (Dinas Kesehatan Provinsi
Lampung, 2008).
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti gambaran klinis,
diagnosis dan terapi pasien tuberkulosis paru di RS. Zainal Abidin Pagaralam Kabupaten
Way Kanan Tahun 2011, dengan alasan masih tingginya kejadian tuberkulosis paru dan
belum pernah dilakukan penelitian tentang gambaran klinis, diagnosis dan terapi pasien
tuberkulosis paru.
METODE
Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan
utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2010).
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari Tahun 2012. Penelitian ini akan
dilaksanakan di RS. Zainal Abidin Pagaralam Kabupaten Way Kanan.Dalam penelitian ini
jumlah sampel yang akan diambil adalah total populasi yaitu berjumlah 53 responden.
Variabel Mengandung Pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu
kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2010). Pada
penelitian ini menggunakan variabel tunggal karena variabel dalam penlitian ini berdiri
sendiri tidak ada variabel lain yang mendampingi.
HASIL
Jumlah pasien Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Zainal Abidin Pagaralam Kabupaten Way
Kanan Tahun 2011 yang mengalami gejala batuk darah berjumlah 23 pasien (43,39%) dari
53 pasien.
Jumlah pasien Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Zainal Abidin Pagar Alam Kabupaten Way
Kanan Tahun 2011 yang mengalami gejala sesak napas berjumlah 23 pasien (43,39%) dari
53 pasien.
Jumlah pasien Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Zainal Abidin Pagaralam Kabupaten Way
Kanan Tahun 2011 yang mengalami gejala batuk berjumlah 27 pasien (50,94%) dari 53
pasien.
Jumlah pasien Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Zainal Abidin Pagaralam Kabupaten Way
Kanan Tahun 2011 yang mengalami gejala nyeri dada berjumlah 6 pasien (6%)dari 53 pasien.
Jumlah pasien Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Zainal Abidin Pagaralam Kabupaten Way
Kanan Tahun 2011 yang mengalami gejala demam berjumlah 8 pasien (15,09) dari 53 pasien.
72
Jumlah pasien Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Zainal Abidin Pagaralam Kabupaten Way
Kanan Tahun 2011 yang mengalami gejala malaise berjumlah 2 pasien (3,77%) dari 53
pasien.
Jumlah pasien Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Zainal Abidin Pagaralam Kabupaten Way
Kanan Tahun 2011 yang penurunan berat badan berjumlah 21 pasien (39,67%) dari 53
pasien.
Jumlah pasien Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Zainal Abidin Pagaralam Kabupaten Way
Kanan Tahun 2011 yang mengalami gejala lemas berjumlah 6 pasien (11,32%) dari 53
pasien.
Jumlah pasien Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Zainal Abidin Pagaralam Kabupaten Way
Kanan Tahun 2011 yang mengalami gejala berkeringat malam berjumlah 7 pasien (13,21%)
dari 53 pasien.
Jumlah pasien Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Zainal Abidin Pagaralam Kabupaten Way
Kanan Tahun 2011 yang mengalami gejala penurunan nafsu makan berjumlah 8 pasien
(15,09%) dari 53 pasien.
Jumlah pasien Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Zainal Abidin Pagaralam Kabupaten Way
Kanan Tahun 2011 yang melakukan pemeriksaan radiologi sebanyak 39 pasien (73,58 %)
dari 53 pasien.
Jumlah pasien Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Zainal Abidin Pagaralam Kabupaten Way
Kanan Tahun 2011 yang melakukan pemeriksaan sputum sebanyak 42 pasien (79,24 %) dari
53 pasien.
Sebagian besar gambaran terapi pasien tuberkulosis paru di RS. Zainal Abidin Pagaralam
Kabupaten Way Kanan Tahun 2011 adalah menggunakan terapi kategori pertama yaitu
2RHZE/4RH atau 2RHZE/6HE atau 2RHZE/4R3H3 sebanyak pasien (77,35%) dari 53
pasien.
PEMBAHASAN
Batuk Darah
dari 53 pasien Tuberkulosis Paru di RS. Zainal Abidin Pagaralam Kabupaten Way Kanan
Tahun 2011 sebagian besar pasien Tuberkulosis Paru tidak mengalami gejala batuk darah
yaitu sekitar 30 orang (56,61%) sedangkan pasien yang mengalami gejala batuk darah
sebanyak 23 orang (43,39%). Batuk darah jarang merupakan tanda permulaan dari penyakit
tuberkulosis karena batuk darah merupakan tanda telah terjadinya ekskavasi dan ulserasi dari
pembuluh darah dinding kavitas.( Alsagaf, dkk. (2010)
Sesak Napas
Berdasarkan pengolahan data dapat diketahui bahwa dari 53 pasien Tuberkulosis Paru di RS.
Zainal Abidin Pagaralam Kabupaten Way Kanan Tahun 2011 sebagian besar pasien
Tuberkulosis Paru tidak mengalami gejala sesak napas yaitu sebanyak 30 orang (56,61%)
sedangkan yang mengalami gejala sesak napas yaitu sebanyak 23 orang (43,39%). sesak
napas merupakan bukan tanda permulaan dari penyakit tuberkulosis (late sympton).
( Alsagaf, dkk (2010).
Batuk
Berdasarkan pengolahan data dapat diketahui bahwa dari 53 pasien Tuberkulosis Paru di RS.
Zainal Abidin Pagaralam Kabupaten Way Kanan Tahun 2011 sebagian besar pasien
Tuberkulosis Paru mengalami gejala batuk yaitu sebanyak 27 orang (50,94%) sedangkan
yang mengalami gejala tidak batuk sebanyak 26 orang (49,06%). Hasil penelitian ini juga
sejalan dengan Sudoyo dkk, bahwa batuk merupakan salah satu gejala klinis yang umum
ditemukan pada pasien Tuberkulosis Paru, batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus,
dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak keluar.
Nyeri Dada
Berdasarkan pengolahan data dapat diketahui bahwa dari 53 pasien Tuberkulosis Paru di RS.
Zainal Abidin Pagaralam Kabupaten Way Kanan Tahun 2011, sebagian besar pasien
Tuberkulosis Paru tidak mengalami gejala nyeri dada yaitu sebanyak 47 orang (88,68%)
sedangkan pasien teberkulosis paru yang mengalami gejala nyeri dada sebanyak 6 orang
(11,32%). Penelitian di atas sesuai dengan Alsagaf, dkk. (2010) yang menyatakan bahwa
pada pasien Tuberkulosis Paru yang mengalami gejala nyeri dada jarang terdiagnosa karena
gejala klinik ini tidak khas dimiliki pasien tuberkulosis.
Demam
Berdasarkan pengolahan data dapat diketahui bahwa dari 53 pasien Tuberkulosis Paru di RS.
Zainal Abidin Pagaralam Kabupaten Way Kanan Tahun 2011, sebagian besar pasien
Tuberkulosis Paru tidak mengalami gejala demam yaitu sebanyak 45 orang (84,91%)
sedangkan pasien Tuberkulosis Paru yang mengalami gejala demam sebanyak 8 orang
(15,09%). Penelitian di atas tidak sesuai dengan Alsagaf, dkk. (2010) yang menyatakan
bahwa demam merupakan gejala paling sering dijumpai pada pasien Tuberkulosis Paru.
Malaise
Berdasarkan pengolahan data dapat diketahui bahwa dari 53 pasien Tuberkulosis Paru di RS.
Zainal Abidin Pagaralam Kabupaten Way Kanan Tahun 2011, sebagian besar pasien
Tuberkulosis Paru tidak mengalami gejala malaise yaitu sebanyak 51 orang (96,23%)
sedangkan pasien Tuberkulosis Paru yang mengalami gejala malaise sebanyak 2 orang
(3,77%). Hal ini sesuai dengan Alsagaf, dkk (2010) yang menyatakan bahwa malaise bukan
merupakan gejala yang khas pada pasien Tuberkulosis.
Penurunan Berat Badan
Berdasarkan pengolahan data dapat diketahui bahwa dari 53 pasien Tuberkulosis Paru di RS.
Zainal Abidin Pagaralam Kabupaten Way Kanan Tahun 2011,sebagian besar pasien
Tuberkulosis Paru tidak mengalami Penurunan Berat Badan yaitu sebanyak 32 orang
(60,37%) sedangkan pasien Tuberkulosis Paru yang mengalami gejala penurunan berat badan
sebanyak 21 orang (39,67%). Hasil penelitian di atas sependapat dengan Alsagaf, dkk.
(2010) yang menyatakan bahwa penurunan berat badan merupakan manifestasi yang timbul
belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila proses progresif.
Lemas
Berdasarkan pengolahan data dapat diketahui bahwa dari 53 pasien Tuberkulosis Paru di RS.
Zainal Abidin Pagaralam Kabupaten Way Kanan Tahun 2011, sebagian besar pasien
Tuberkulosis Paru tidak mengalami gejala Lemas yaitu sebanyak 47 orang (88,68%)
sedangkan pasien Tuberkulosis Paru yang mengalami gejala lemas sebanyak 21 orang
(11,32%). Hasil penelitian di atas sejalan dengan Alsagaaf (2010) bahwa gejala umum lemas
sering kali baru disadari oleh penderita setelah memperoleh terapi dan keadaan saat ini masih
lebih baik dari keadaan sebelumnya.
Keringat Malam
Berdasarkan pengolahan data dapat diketahui bahwa dari 53 pasien Tuberkulosis Paru di RS.
Zainal Abidin Pagaralam Kabupaten Way Kanan Tahun 2011, sebagian besar pasien
Tuberkulosis Paru tidak mengalami gejala Keringat Malam yaitu sebanyak 46 orang
(56,61%) sedangkan pasien Tuberkulosis Paru yang mengalami gejala keringat malam
sebanyak 7 orang (43,39%). Penelitian di atas sesuai dengan Alsagaf, dkk (2010) bahwa
Keringat malam bukanlah gejala yang patoknomosis untuk penyakit Tuberkulosis Paru.
Penurunan Nafsu Makan
Berdasarkan pengolahan data dapat diketahui bahwa dari 53 pasien Tuberkulosis Paru di RS.
Zainal Abidin Pagaralam Kabupaten Way Kanan Tahun 2011, sebagian besar pasien
Tuberkulosis Paru tidak mengalami gejala penurunan nafsu makan yaitu sebanyak 45 orang
(84,01%) sedangkan pasien Tuberkulosis Paru yang mengalami gejala penurunan nafsu
makan sebanyak 8 orang (15,09%).
Gambaran diagnosis Tuberkulosis Paru
Pemeriksaan Radiologi
Berdasarkan pengolahan data dapat diketahui bahwa dari 53 pasien Tuberkulosis Paru di RS.
Zainal Abidin Pagaralam Kabupaten Way Kanan Tahun 2011 yang melakukan pemeriksaan
radiologi sebanyak 39 orang (73,58%) sedangkan pasien Tuberkulosis Paru yang tidak
dilakukan pemeriksaan radiologi sebanyak 14 orang (26,42%). Hal ini sesuai dengan teori
Wiener, dkk (2008). Bahwa diagnosis Tuberkulosis Paru dapat ditegakan dengan
pemeriksaan radiologi. Kemudian Barker (2009) menyatakan hal yang sama, pemeriksaan
radiologi adalah pemeriksaan yang sensitif tapi tidak spesifik untuk mendiagnosa suatu
tuberkulosis aktif, hal ini yang menyebabkan bahwa semua pasien yang diduga terkena
Tuberkulosis Paru tak harus dilakukan pemeriksaan radiologi.
Pemeriksaan sputum atau bakteriologi (BTA)
Berdasarkan pengolahan data dapat diketahui bahwa dari 53 pasien Tuberkulosis Paru di RS.
Zainal Abidin Pagaralam Kabupaten Way Kanan Tahun 2011 yang mengalami Pemeriksaan
Sputum atau bakteriologi positif sebanyak 42 orang (79,24%) sedangkan pasien
Tuberkulosis Paru yang mengalami pemeriksaan sputum atau bakteriologi (BTA) negatif
sebanyak 11 orang (20,76%). Hal ini sejalan dengan penelitian Rasmin dkk (2006) dimana
didapatkan sebanyak 227 orang (86%) yang memiliki BTA positif. Hal ini sesuai dengan
teori Sudoyo, dkk (2006) bahwa diagnosa pasti pasien Tuberkulosis Paru dapat ditegakan
dengan menggunakan pemeriksaan sputum atau bakteriologi.
SIMPULAN
Berdasarkan data yang dimeperoleh dari di RS. Zainal Abidin Pagaralam Kabupaten Way
Kanan Tahun 2011 dapat disimpulkan bahwa gejala klinis batuk merupakn gejala klinis yang
paling sering di jumpai pada pasien tuberculosis paru, sebagian besar pasien tuberculosis paru
pemeriksaan BTA hasilnya positif dan mayoritas pasien rumah sakit zainal abidin pagar alam
menderita tuberculosis kategori pertama.
UCAPAN TERIMAKASIH
1. dr. T. Marwan Nusri, M.PH
2. dr. Nurlis Mahmud, MM
3. dr. Marisa Anggraini, M.Pd.Ked
4. dr. Astri Pinilih
5. dr. Danu Yudhistira, MMR
6. dr. Toni Prasetya Sp.Pd
7. Suhanda
8. Inton
DAFTAR PUSTAKA
Amin, dkk.2007. Tuberkulosis Paru. Dalam: Sudoyo, Aru W et al, ed. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II. Edisi IV. Balai Penerbit FK UI. Jakarta: 988993.
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek. Rineka Cipta : Jakarta.
Alsagaf. 2010. Dasar-dasar ilmu penyakit paru. Airlangga university
press : Surabaya.
Barker, R. D., 2009. Clinical Tuberculosis. Medical Progress, June 2009: 280-284.
Departemen Kesehatan RI. 2007. Departemen Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Departemen Kesehatan RI : Jakarta.
Depkes, RI. 2006. Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis. Cetakan VIII : Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2008. Profil Kesehatan Lampung : Bandar Lampung.
Mary, j., dkk. 2001. Farmakologi ulasan bergambar. Edisi II. Widya medika : Jakarta.
Menkes. 2011. Laporan situasi terkini perkembangan tuberkulosis di indonesia. Jakarta.
Notoatmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan (Cetakan VI), Penerbit PT. Rineka Cipta : Jakarta.
Patel. 2008. Lecture notes radiologi. Edisi II. Erlangga : Jakarta.(Rasad, 2008).
Robbins. 2007. Buku ajar patologi anatomi. Edisi VII. EGC : Jakarta.
Sudoyo, dkk. 2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi IV. FKUI : Jakarta.
Sylvia, price. 2006. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi VI. EGC:
Jakarta.
Rasad, S., 2009. Radiologi Diagnostik. Edisi 3. Balai Penerbit FKUI .Jakarta.
Todar, K, 2009. Mycobacterium tuberculosis and Tuberculosis. University of
Wisconsin.Availablefrom:http://www.textbookofbacteriology.net/tuberculosis.html
[Accessed 12 April 2010].
Wiener, dkk. 2007. At a glance sistem respirasi.Edisi II. Erlangga : Jakarta.