rafni silva siregar 100902031 - balitbang.pemkomedan.go.id silva... · 6. buat sahabat smp-sma...

146
i Pengaruh Pekerjaan Orang Tua terhadap Perkembangan Anak pada Keluarga Pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Universitas Sumatera Utara Oleh Rafni Silva Siregar 100902031 DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

Upload: dinhxuyen

Post on 15-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

Pengaruh Pekerjaan Orang Tua terhadap Perkembangan Anak pada

Keluarga Pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal

Kecamatan Medan Sunggal

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara

Oleh

Rafni Silva Siregar

100902031

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Rafni Silva Siregar

Nim : 100902031

Judul : Pengaruh Pekerjaan Orang Tua terhadap Perkembangan Anak pada Keluarga

Pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal

Kecamatan Medan Sunggal

Medan, Mei 2014

PEMBIMBING

(Dra. Berlianti, M.S.P)

NIP.

KETUA DEPARTEMEN

ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

(Hairani Siregar, S.Sos, M.S.P)

NIP. 19710927 199801 2 001

DEKAN

FAKUTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(Prof. Dr. Badaruddin, M. Si)

NIP. 19680525 199203 1 002

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

NAMA : RAFNI SILVA SIREGAR

NIM : 100902031

ABSTRAK

(Skripsi ini terdiri dari: 6 bab, 115 halaman, 34 kepustakaan, 39 tabel, serta lampiran)

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, dengan judul “Pengaruh Pekerjaan Orang Tua terhadap Perkembangan Anak pada Keluarga Pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal”. Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah pengaruh pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak yang dilihat dari perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian anak pada keluarga pemulung.

Populasi dari penelitian ini adalah 10 keluarga yang memiliki anak usia 13-18 tahun dari 49 keluarga yang memiliki anggota keluarga berusia anak yang tinggal di Desa Tapian Nauli. Sampel tersebut diambil dengan menggunakan metode penarikan sampel Purposive Sampling. Metode yang digunakan adalah metode penelitian eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data melalui kuesioner dan observasi. Data yang didapat ditabulasikan ke dalam tabel selanjutnya dianalisis dengan teknik Korelasi Product Moment.

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan telah dianalisi bahwa pengaruh pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak positif dimana nilai korelasi product moment hitung lebih besar dari moment tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat pengaruh signifikan antara pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak.

Kesimpulan bahwa pekerjaan orang tua memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan anak.

Kata kunci: Pengaruh, Pekerjaan Orang Tua, Perkembangan Anak

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

NAMA : RAFNI SILVA SIREGAR

NIM : 100902031

ABSTRAK

(Skripsi ini terdiri dari: 6 bab, 115 halaman, 34 kepustakaan, 39 tabel, serta lampiran)

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, dengan judul “Pengaruh Pekerjaan Orang Tua terhadap Perkembangan Anak pada Keluarga Pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal”. Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah pengaruh pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak yang dilihat dari perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian anak pada keluarga pemulung.

Populasi dari penelitian ini adalah 10 keluarga yang memiliki anak usia 13-18 tahun dari 49 keluarga yang memiliki anggota keluarga berusia anak yang tinggal di Desa Tapian Nauli. Sampel tersebut diambil dengan menggunakan metode penarikan sampel Purposive Sampling. Metode yang digunakan adalah metode penelitian eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data melalui kuesioner dan observasi. Data yang didapat ditabulasikan ke dalam tabel selanjutnya dianalisis dengan teknik Korelasi Product Moment.

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan telah dianalisi bahwa pengaruh pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak positif dimana nilai korelasi product moment hitung lebih besar dari moment tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat pengaruh signifikan antara pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak.

Kesimpulan bahwa pekerjaan orang tua memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan anak.

Kata kunci: Pengaruh, Pekerjaan Orang Tua, Perkembangan Anak

v

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Berkat

dan Kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. adapun judul skripsi ini

adalah “PENGARUH PEKERJAAN ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN

ANAK PADA KELUARGA PEMULUNG DI DESA TAPIAN NAULI LINGKUNGAN IX

KELURAHAN SUNGGAL KECAMATAN MEDAN SUNGGAL”. Skripsi ini di susun

untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen

Ilmu Kesejahteraan Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan

kelemahan, untuk itu penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang dapat membangun guna

perbaikan di masa yang akan datang.

Skripsi ini saya persembahkan terkhusus untuk kedua orang tua yang saya cintai, Ramli

Siregar dan Yenny Afriyanti, yang telah menjadi spirit buat saya serta keluarga yang telah

mendukung penulis selama penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini, dan secara khusus penulis menghanturkan

banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaki Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.S.P, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan

Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

vi

3. Ibu Dra. Berlianti, M.S.P, selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia

membimbing dan memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini, serta telah

bersedia mendidik dan membagi ilmunya dengan saya.

4. Terkhusus buat kedua orang tuaku Ramli Siregar dan Yenny Afrianti dan adik-

adikku tercinta Ray Erlangga Siregar dan Mega Gosalini Siregar yang tak henti-

hentinya mendoakan dan mendukung penulis baik dari materi, waktu dan semua

hal. Semua yang diberikan Ayah dan Mama tak terhitung buatku. Terima kasih ya

Mam dan Yah atas semuanya. Love You Both.

5. Terima kasih buat Uda Ucok, Nanguda Rani serta Daffa atas dukungannya selama

ini baik dari materi, waktu dan bantuan-bantuan yang telah diberikan selama

penulis menempuh kuliah. Semua kebaikan Uda dan Nanguda tak akan Silva

lupakan.

6. Buat sahabat SMP-SMA Bogor, Nina Juniati, Illyah Arafah dan Sinta Apriyani.

Thanks ya buat segalanya. I miss you all.

7. Buat sahabat SMP Padang Sidimpuan, Tian, Latifah, Poppy, Nina dan Fatimah.

Kalian luar biasa. Persahabatan yang berlangsung lebih dari 10 tahun akan

berlangsung selamanya. Walau kadang kita meski terpisah jarak tapi kalian tetap

selalu ada. I love you all.

8. Buat sahabat KesSos, Intan Ceskus, Kakak Clara Clere, dan Mak Uwi. Makasih

udah memberikan warna selama 4 tahun ini. Makasih sudah menerima aku apa

adanya. Perjalanan yang kita lalui selama ini memberikan banyak pelajaran.

Ganbate.

vii

9. Buat KesSos 2010, Papi Pram, Bang Mail, Om Uya, Kak Rahma, Fahmi, Nanda,

Ferdian “Onta”, Kak Ria, Dimas, Dede, Mamang Iqbal, Arif “PSK”, Tante Dwi,

Acon, Riada, Desi, Hana, Pera, Fonny, Juwita, Yohana, Lince, Sintong, Helen,

Om Kiky, Tante Riza, Tante Raisa, Tante Tania, Eny, Liberson, Josua, Cumi, dan

buat semua yang gak bisa aku sebutin satu-satu. Makasih atas semuanya

10. Buat orang-orang yang tidak tersebutkan namanya yang telah mendukung dan

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, aku ucapkan terima kasih dan sukses

buat kalian semua.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam

skripsi ini, untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna menyempurnakannya agar ke depan

penulis dapat lebih baik lagi. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita

semua. Sekian dan terima kasih.

Medan, Mei 2014

Penulis

Rafni Silva Siregar

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……………………………………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………… iii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………... vi

DAFTAR TABEL …………………………………………………………………………….. ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………... 1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………………….. 9

1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………………………………... 9

1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………………………………. 9

1.5 Sistematika Penulisan ………………………………………………………………….. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemiskinan ……………………………………………………………………………. 11

2.1.1 Aspek-aspek Kemiskinan ………………………………………………………. 12

2.1.2 Ciri-ciri Kemiskinan ……………………………………………………………. 14

2.1.3 Faktor Penyebab Kemiskinan Secara Sistematik ……………………………… 16

2.2 Keluarga Pemulung …………………………………………………………………... 18

2.2.1 Keluarga ………………………………………………………………………… 18

2.2.2 Pemulung ……………………………………………………………………….. 24

2.3 Perkembangan Anak …………………………………………………………………. 27

2.3.1 Perkembangan Anak …………………………………………………………… 27

a. Anak ………………………………………………………………………….. 27

ix

b. Perkembangan Anak ………………………………………………………… 30

2.3.2 Perkembangan Sosial Anak ……………………………………………………. 34

2.3.3 Perkembangan Kepribadian Anak ……………………………………………… 39

a. Hal-hal yang mempengaruhi Kepribadian ………………………………….. 40

2.4 Kesejahteraan Anak ………………………………………………………………….. 45

2.4.1 Perlindungan Anak …………………………………………………………….. 46

2.5 Kerangka Pemikiran ………………………………………………………………….. 48

2.6 Hipotesis ……………………………………………………………………………… 50

2.7 Definisi Konsep dan Definisi Operasional …………………………………………. 50

2.7.1 Definisi Konsep ……………………………………………………………….. 50

2.7.2 Definisi Operasional …………………………………………………………... 51

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian ……………………………………………………………………….. 54

3.2 Lokasi Penelitian …………………………………………………………………….. 54

3.3 Populasi dan Sampel ………………………………………………………………… 54

3.4 Teknik Pengumpulan Data ………………………………………………………….. 55

3.5 Teknik Analisis Data ………………………………………………………………… 56

BAB IV DESKRIPSI LOKASI

4.1 Gambaran Umum Kelurahan Sunggal ………………………………………………. 58

4.1.1 Komposisi Penduduk ………………………………………………………….. 59

4.2 Gambaran Umum Linkungan IX ……………………………………………………. 62

BAB V ANALISIS DATA

5.1 Pekerjaan Orang Tua (Variabel X) ………………………………………………….. 64

5.2 Perkembangan Anak (Variabel Y) ………………………………………………….. 86

5.3 Uji Hipotesa ………………………………………………………………………….. 110

x

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………. 114

6.2 Saran ………………………………………………………………………………… 115

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I Data Jumlah Penduduk Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal……………… 59

Tabel II Data Anak-Anak di Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal………………… 60

Tabel III Data Agama Penduduk Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal……………. 61

Tabel IV Data Jumlah Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal

Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………………………………. 62

Tabel V Data Pekerjaan Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal

Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………………………………. 63

Tabel VI Distribusi Data Pendapatan Orang Tua per Bulan Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………….. 64

Tabel VII Distribusi Data Status Tempat Tinggal Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………….. 65

Tabel VIII Distribusi Data Keadaan Tempat Tinggal Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan

IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………………………………………… 67

Tabel IX Distribusi Data Pendidikan Terakhir Orang Tua Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………….. 68

Tabel X Distribusi Data Jumlah Anggota Keluarga Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan

Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………………………………………………………... 70

xii

Tabel XI Distribusi Data Keikutsertaan Kegiatan di Lingkungan Tempat Tinggal Desa Tapian

Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………….. 71

Tabel XII Distribusi Data Keikutsertaan Kegiatan Keagamaan di Lingkungan Tempat Tinggal

Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………. 72

Tabel XIII Distribusi Data Keikutsertaan Kegiatan Program Pemerintah Desa Tapian Nauli

Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………… 74

Tabel XIV Data Distribusi Kesempatan Menabung Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ………………………………………………. 75

Tabel XV Data Distribusi Penyakit yang Diidap Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………….. 76

Tabel XVI Data Distribusi Frekuensi Berobat Ke Puskesmas Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………….. 77

Tabel XVII Data Distribusi Status Penerimaan Bantuan Program Pemerintah Desa Tapian Nauli

Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………… 79

Tabel XVIII Data Distribusi Frekuensi Konsumsi Program 4 Sehat 5 Sempurna Desa Tapian

Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………….. 80

Tabel XIX Data Distribusi Status Berobat ke Rumah Sakit Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………….. 81

Tabel XX Data Distribusi Pekerjaan Sampingan Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………….. 82

xiii

Tabel XXI Data Distribusi Pemenuhan Sandang Keluarga Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ………………………………………….......... 84

Tabel XXII Data Distribusi Frekuensi Rekreasi Bersama Keluarga Desa Tapian Nauli

Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………… 85

Tabel XXIII Data Distribusi Frekuensi Komunikasi dengan Orang Tua Desa Tapian Nauli

Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………… 86

Tabel XXIV Data Distribusi Keikutsertaan Anak dalam Pekerjaan Orang Tua Desa Tapian

Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………….. 88

Tabel XXV Data Distribusi Frekuensi Sosialisasi dengan Teman Desa Tapian Nauli Lingkungan

IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………………………………………… 89

Tabel XXVI Data Distribusi Frekuensi Mengerjakan Tugas Rumah Desa Tapian Nauli

Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………… 91

Tabel XXVII Data Distribusi Kepemilikan Kamar Pribadi Anak Desa Tapian Nauli Lingkungan

IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………………………………………… 92

Tabel XXVIII Data Distribusi Teman Sepermainan Anak Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………….. 93

Tabel XXIX Data Distribusi Status Hubungan Spesial dengan Lawan Jenis Desa Tapian Nauli

Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………… 95

Tabel XXX Data Distribusi Frekuensi Mengikuti Kegiatan Organisasi Desa Tapian Nauli

Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………… 96

xiv

Tabel XXXI Data Distribusi Kesempatan Menyalurkan Hobby Desa Tapian Nauli Lingkungan

IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………………………………………… 97

Tabel XXXII Data Distribusi Frekuensi Bermain dengan Teman Desa Tapian Nauli Lingkungan

IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………………………………………… 99

Tabel XXXIII Data Distribusi Latar Belakang Pekerjaan Orangtua Teman Desa Tapian Nauli

Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………………………….. 100

Tabel XXXIV Data Distribusi Frekuensi Mengikuti Gaya Trend yang Berkembang Desa Tapian

Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………… 102

Tabel XXXV Data Distribusi Penilaian terhadap Diri Sendiri Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………… 103

Tabel XXXVI Data Distribusi Minat terhadap Tugas Pekerjaan Rumah Desa Tapian Nauli

Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………………………….. 105

Tabel XXXVII Data Distribusi Reaksi terhadap Ejekan Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………… 106

Tabel XXXVIII Data Distribusi Reaksi Tidak Terpenuhi Keinginan Desa Tapian Nauli

Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………………………….. 108

Tabel XXXIX Data Distribusi Peraihan Prestasi Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan

Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………………………………………………………. 109

xv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bagi Bangsa Indonesia, masyarakat, keluarga miskin dan terlebih lagi anak-anak, situasi

kritis ekonomi adalah awal mula timbulnya berbagai masalah yang sepertinya makin mustahil

untuk dipecahkan dalam waktu singkat. Situasi kritis ekonomi bukan hanya melahirkan kondisi

kemiskinan yang makin parah tetapi juga menyebabkan situasi menjadi teramat sulit (Suyanto,

2013:3). Krisis ekonomi menyentuh hampir seluruh sendi-sendi kehidupan, membuat masyarakat

harus berpikir keras agar segala kebutuhan terpenuhi. Masyarakat yang akhirnya menghadapi

berbagai resiko yang ditimbulkan oleh krisis ekonomi di masa depan.

Krisis ekonomi yang terjadi membawa ketidakpastian akan kondisi ekonomi di masa

depan. Hal ini membawa banyak masalah seperti pengangguran, penyakit dan lanjut usia.

Masalah ini memberikan sumbangsih terhadap kualitas hidup. Kualitas hidup menjadi rendah

akibat krisis ekonomi. Kualitas hidup juga merupakan dampak dari kemiskinan yang berpangkal

pada ekonomi yang tidak stabil.

Berbicara mengenai kemiskinan berarti berbicara mengenai harkat dan martabat manusia.

Ditinjau dari pihak yang mempersoalkan dan mencoba mencari solusi atas masalah kemiskinan,

dapat dikemukakan bahwa kemiskinan merupakan masalah pribadi, keluarga, masyarakat, negara

bahkan dunia (Siagian,2012:1). Dapat dipahami bahwa masalah kemiskinan memerlukan

perhatian khusus dari semua pihak yang mengalami masalah kemiskinan tersebut.

xvi

Kemiskinan identik dengan suatu penyakit. Langkah pertama penanggulangan masalah

kemiskinan adalah memahami kemiskinan sebagai suatu masalah. Kemiskinan hingga kini masih

menjadi masalah yang penting di Indonesia, sehingga menjadi fokus perhatian bagi pemerintah

Indonesia. Masalah kemiskinan ini sangatlah kompleks dan bersifat multidimensional sebab

berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya dan aspek lainnya. Kemiskinan terus menjadi

masalah fenomenal di belahan dunia, khususnya Indonesia yang merupakan negara berkembang.

Ironisnya, banyak masyarakat miskin di Indonesia tidak memandang kemiskinan yang

mereka alami sebagai suatu masalah. Mereka terbiasa dengan keadaan kehidupan yang mereka

jalani. Orang lainlah yang justru memandang hal tersebut menjadi suatu masalah yang wajib

diselesaikan. Namun ini menjadi sulit karena kedua belah pihak sejak awal berada disisi yang

berbeda. Butuh tenaga ekstra untuk memberikan pengertian akan masalah yang mereka alami ini

harus diselesaikan dan dicari jalan keluar terbaik agar kehidupannya menjadi lebih baik.

Bagi mereka yang tinggal di desa, kemiskinan menjadi suatu masalah yang terlihat tidak

dapat dipecahkan. Persediaan lapangan pekerjaan yang sedikit membuat para generasi muda

tergiur akan segala kelebihan yang diberikan oleh perkotaan. Segala fasilitas yang mereka

bayangkan, banyak yang berharap dapat menuai keuntungan dengan meninggalkan tempat

kelahiran mereka. Sektor pertanian tidak lagi dapat diandalkan untuk menjadi mata pencaharian

utama. Hanya generasi tua yang mau menjalankan sektor pertanian walau sudah tidak mampu

lagi mengembangkannya.

Perpindahan penduduk desa dengan mencari keuntungan di kota membawa masalah

tersendiri bagi perkotaan. Hal ini menyebabkan tingginya tingkat kepadatan penduduk tetapi

tidak diimbangi oleh tingkat pertumbuhan ekonomi kota. Tingginya pertumbuhan penduduk di

xvii

kota disebabkan oleh adanya migrasi penduduk desa ke kota yang disebut urbanisasi. Urbanisasi

di negara yang sedang berkembang dapat meningkatkan jumlah penduduk kota menjadi sangat

besar, namun kualitas yang dimiliki sangat rendah. Warga desa yang datang ke kota karena

faktor ekonomi pada umumnya adalah orang-orang yang tidak mempunyai kedudukan sosial

yang tinggi di desanya.

Laju pertumbuhan penduduk yang sangat cepat, perkembangan teknologi dan berbagai

sarana kehidupan di perkotaan tidak seiring dengan perkembangan kesejahteraan masyarakat.

Hal seperti ini terlihat adanya masyarakat pinggiran seperti pemulung. Pemulung adalah salah

satu contoh kegiatan sektor informal yang ada di perkotaan. Para pemulung melakukan

pengumpulan barang bekas karena adanya permintaan dari industri-industri pendaur ulang

bahan-bahan bekas. Keberadaan pemulung dalam realitas di masyarakat dapat dilihat dari dua

sisi yang berbeda.

Pertama, profesi pemulung ini mampu memberikan peluang kerja kepada pemulung itu

sendiri ketika pemerintah tidak mampu menciptakan lapangan pekerjaan untuk mereka yang

sangat membutuhkan pekerjaan. Kedua, profesi pemulung dapat dikatakan sebagai beban bagi

masyarakat lainnya, sebagai dampak dari ketidakteraturan kehidupan mereka. Namun kedua sisi

tersebut tentu memiliki keuntungan bagi berbagai pihak yang terkait.

Pemulung identik dengan gelandangan dimana sebagian orang menganggap pekerjaan

tersebut hina. Tetapi bagi mereka pekerjaan ini mempunyai makna yang sangat besar karena

dilakukan dengan cara yang halal. Bukan gelandangan yang melakukan pekerjaan sebagai

pencuri atau menjadi WTS / Pelacur. Walaupun mereka berada pada status sosial yang paling

bawah, namun mereka tetap memiliki kebahagiaan dan harapan-harapan yang cerah untuk masa

xviii

depan. Mereka tabah dan kuat menghadapi tantangan hidup dalam kehidupan sekaligus selalu

berusaha membangun dan memupuk harapan-harapan, walaupun kehidupan hari esok belum

tentu lebih baik dari hari ini (Khairani, 2007).

Pemulung merupakan kelompok masyarakat yang memiliki masalah kemiskinan cukup

mendalam. Banyak dari mereka yang tidak menyadari kemiskinan yang mereka hadapi. Mereka

cenderung pasrah pada keadaan tanpa usaha yang lebih untuk mengeluarkan keadaan dari

masalah yang dihadapi. Bagi mereka yang terpenting adalah dapat memenuhi kebutuhan makan.

Keadaan tempat tinggalpun seadanya yang penting tidak kepanasan dan kehujanan.

Kondisi ekonomi yang sangat sulit digambarkan dalam salah satu kasus bernama Ni

Wayang. Pada usianya yang belia, memaksa Ni Wayan Mertayani harus dewasa di usianya yang

masih 14 tahun. Sehari-harinya, Mertayani membantu ibunya berjualan asongan di pinggir pantai

selain menjalani tugas belajar sebagai siswi di SMPN 2 Abang. Kadangkala, dia ikut mencari

barang rongsokan di tepi pantai. Mertayani merupakan putri sulung almarhum I Nengah

Sangkrib dan Ni Nengah Sirem. Sejak ayahnya meninggal, Mertayani tinggal bersama ibunya Ni

Nengah Sirem dan adiknya Ni Made Jati. Sejak itu pula, tiga wanita ini berjuang untuk

melanjutkan hidupnya dari hari ke hari dengan berjualan atau mencari barang rongsokan. Hingga

akhirnya dia mampu memenangkan lomba foto internasional Museum Anne Frank.

(http://www.indonesiaberprestasi.web.id/berita-prestatif/ni-wayan-mertayani-gadis-pemulung-

dari-bali-menang-lomba-foto-internasional-museum-anne-frank/ diakses pada 7 Desember 2013

pukul 08.23 WIB)

Pada gambaran keadaan yang sama dalam hal ekonomi namun berbeda halnya dengan

kasus seperti Dani (8 tahun), sekarang duduk di kelas 3 SD. Sejak dari kelas 1 hingga sekarang

xix

selalu memperoleh Ranking Pertama, dapat mengalahkan teman-temannya yang kehidupan

ekonominya jauh berada di atasnya. Begitupun dengan kakaknya, Fauzan. Siswa kelas 8 SMP ini

meraih prestasi sebagai Juara Taekwondo tingkat Provinsi DKI Jakarta tahun 2013. Kesulitan

ekonomi tak membuatnya minder atau patah semangat. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-

harinya, Fauzan dan Dani kadang harus ikut memulung bersama ayahnya. Hal inilah yang

membuat mereka hidup tegar di tengah kerasnya kehidupan ibukota. Namun dalam hal belajar,

tidak usah diragukan. Kedua anak ini rajin dan semangat dalam belajar maupun kegiatan sekolah

lainnya. (http://www.kabarpublik.com/2013/09/anak-pemulung-yang-berprestasi/ diakses pada 7

Desember 2013 pada pukul 08.25 WIB)

Keadaan keluarga memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap perkembangan

anak. Status ekonomi yang dimiliki akibat pekerjaan yang disandang orang tua memberikan

dampak terhadap proses perkembangan yang dimiliki setiap anak. Anak-anak memiliki cara

tersendiri dalam menyikapi pekerjaan yang dilakukan orang tua. Tak jarang mereka menjadi

malu akibat pekerjaan yang dilakukan oleh orang tua.

Setiap pekerjaan yang dilakukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan, baik itu pribadi

maupun keluarga. Sebagai kepala keluarga, orang tua memiliki kewajiban untuk memenuhi

setiap kebutuhan anak-anaknya mulai dari makanan, pakaian dan juga pendidikan. Namun

terkadang akibat himpitan ekonomi, banyak keluarga yang tidak lagi memikirkan perkembangan

anak-anaknya secara baik. Dikarenakan tidak dapat memenuhi ekonomi secara baik, orang tua

juga tidak memperhatikan perkembangan anak-anaknya.

Pekerjaan orang tua penting bagi anak kecil hanya bila pekerjaan ini mempunyai akibat

langsung bagi kesejahteraan si anak. Tapi sekarang ini bagi anak yang lebih besar, pekerjaan

xx

orang tua mempunyai arti budaya. Perkembangan teknologi dan budaya yang pesat

menyebabkan pekerjaan orang tua mempengaruhi gengsi sosial anak. Anak sekolah dasar

membagi masyarakat atas tingkat-tingkat berdasarkan pekerjaan dan mengambil alih sikap dan

nilai orang tua terhadap berbagai pekerjaan. Bila seorang anak merasa malu akan pekerjaan

orang tuanya, karena tingkat pekerjaan itu atau jenis pakaian kerja, sikap anak akan dipengaruhi

secara merugikan.

Bila anak cukup besar untuk memahami status sosial keluarganya sebagai dampak dari

pekerjaan orang tua, status ini mempunyai pengaruh yang nyata pada sikap anak terhadap orang

tua, terutama terhadap ayah sebagai pencari nafkah. Jika status sosial keluarga anak sekurang-

kurangnya sama dengan status keluarga teman sebaya, anak merasa bangga terhadap ayah

mereka. Bila mereka melihat bahwa status keluarga mereka lebih rendah, mereka merasa malu

dan bersikap sangat kritis terhadap ayah mereka.

Keadaan demikian bisa mempengaruhi juga perkembangan anak baik secara sosial

maupun kepribadian. Perkembangan sosial anak menjadi terganggu, anak menjadi pendiam dan

tertutup. Anak menutup diri dari lingkungan sosial karena merasa malu, tidak sederajat dan

rendah diri. Tak jarang anak menjadi bahan olok-olokan teman-temannya akibat dari pekerjaan

yang dilakukan orang tua. Ini menbawa dampak buruk bagi perkembangan anak.

Suatu saat mungkin ia terlihat pendiam, cemberut, dan mengasingkan diri tetapi pada saat

yang lain ia terlihat sebaliknya, periang, berseri-seri dan yakin. Perilaku yang sukar ditebak dan

berubah-ubah ini bukanlah abnormal. Ini hanya perlu diprihatinkan bila ia terjerumus dalam

kesulitan di sekolah atau dengan teman-temannya. Remaja lebih mudah dipengaruhi teman-

temannya daripada ketika masih lebih muda. Ini berarti pengaruh orang tua pun melemah. Anak

xxi

remaja berperilaku dan mempunyai kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan

perilaku dan kesenangan keluarga.

Remaja sering menjadi terlalu percaya diri bersama-sama dengan emosinya yang

biasanya meningkat, mengakibatkan ia sukar menerima nasihat orang tua. Perilaku antisosial,

seperti suka menganggu, berbohong, kejam, dan agresif sering muncul pada diri remaja.

Sebabnya mungkin bermacam-macam dan banyak tergantung pada budayanya. Akan tetapi,

penyebab yang mendasar ialah pengaruh buruk teman, dan kedisiplinan yang salah dari orang tua

terutama bila terlalu keras atau terlalu lunak dan sering tidak ada sama sekali (Agustiani, 2009:

189)

Perubahan yang terjadi dalam diri pada masa remaja ini, menuntut individu untuk

melakukan penyesuaian diri. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu menjadi

bagian dari lingkungan tertentu. Di lingkungan manapun individu berada, ia akan berhadapan

dengan harapan dan tuntutan dari lingkungan yang harus dipenuhinya. Di samping itu individu

juga memiliki kebutuhan, harapan dan tuntutan di dalam dirinya, yang harus diselaraskan dengan

tuntutan dari lingkungan. Bila individu mampu menyelaraskan kedua hal tersebut, maka

dikatakan bahwa individu tersebut mampu menyesuaikan diri. Jadi, penyesuaian diri dapat

dikatakan sebagai cara tertentu yang dilakukan oleh individu untuk bereaksi terhadap tuntutan

dalam diri maupun situasi eksternal yang dihadapinya.

Remaja mulai menyampaikan kebebasan dan haknya untuk mengemukakan pendapatnya

sendiri. Tidak terhindarkan, ini dapat menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan dapat

menjauhkan ia dari keluarganya. Remaja memaksa orang tua untuk memenuhi kebutuhannya

yang cenderung pada keinginan pribadi. Penghasilan pekerjaan orang tua sebagai pemulung tentu

xxii

tidak dapat memenuhi semua keinginan anak. Hal ini membuat anak merasa hak-haknya tidak

terpenuhi. Akibatnya hubungan anak dan orang tua menjadi renggang.

Disisi lain, anak yang dapat menerima keadaan orang tuanya tidak merasa minder akan

keadaan keluarga. Mereka justru terpacu untuk berprestasi mengembangkan segala kemampuan

dan talenta yang dimiliki. Cita-cita yang terus digantung selalu menjadi pemacu untuk tidak

menyerah dengan keadaan, mereka tercipta sebagai anak yang berprestasi ditengah himpitan

ekonomi yang dialami.

Status sosial ekonomi itu tidak merupakan faktor multak dalam perkembangan sosial

karena tergantung juga kepada sikap-sikap orang tuanya dan bagaimana corak interaksi di dalam

keluarganya. Walaupun status sosial ekonomi orang tua memuaskan, tetapi apabila mereka tidak

memperhatikan pendidikan anaknya atau senantiasa berselisih, hal tersebut juga tidak

menguntungkan perkembangan sosial anak-anaknya. Perkembangan soosial anaknya dapat

ditentukan pula oleh saling pengaruh dari banyak faktor di luar dirinya dan di dalam dirinya

(Gerungan, 2004: 196).

Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

merupakan daerah yang memiliki penduduk dengan mayoritas bekerja sebagai pemulung.

Sampah-sampah menjadi mata pencaharian utama untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Plastik-

plastik menjadi pemandangan yang biasa di depan rumah. Sebagian besar mereka tinggal

mengontrak ataupun menempati rumah milik keluarga.

Sistem kekeluargaan menjadi salah satu kekuatan dalam menjalankan kehidupan di desa

ini. Mereka saling membantu dalam berbagai hal. Orang tua di Desa Tapian Nauli Lingkungan

IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan

xxiii

anaknya terutama kehidupan pendidikan. Semua anak di desa ini bersekolah walaupun sekolah di

sekolah swasta biasa. Perilaku yang dimiliki anak-anak di desa ini berbeda-beda. Sebagian dari

mereka hanya bergaul dengan anak lingkungan sekitar tanpa mau terbuka dengan lingkungan

luar. Sebagian lagi mencoba berbaur dengan cara mengikuti beberapa kegiatan yang diadakan di

luar lingkungan mereka.

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Pekerjaan Orang Tua terhadap Perkembangan Anak pada Keluarga

Pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, penulis merumuskan

permasalahan penelitian yaitu Bagaimana pengaruh pekerjaan orang tua terhadap perkembangan

anak pada keluarga pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal

Kecamatan Medan Sunggal?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu Untuk mengetahui pengaruh pekerjaan

orang tua terhadap perkembangan anak pada keluarga pemulung di Desa Tapian Nauli

Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah

xxiv

1. Bagi penulis manfaat penelitian ini yakni dapat mengembangkan pemahaman dan

kemampuan berpikir penulis melalui penulisan ilmiah mengenai pengaruh pekerjaan

orang tua terhadap perkembangan anak pada keluarga pemulung, dengan menerapkan

pengetahuan yang diperoleh selama belajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka

membantu program-program yang dibuat pemerintah guna memenuhi hak anak agar

perkembangan anak lebih baik.

xxv

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung dalam

skripsi ini, maka diperlukan sistematika. Sistematika penulisan secara garis besarnya

dikelompokan dalam enam bab, dengan urutan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Beisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek

yang diteliti, kerangka penelitian, definisi konsep dan definisi operasional

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi penelitian,

teknik pengumpulan data serta teknik analisis data

BAB IV : GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

Berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian

dan data-data lain yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti

BAB V : ANALISIS DATA

Berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan

analisisnya

BAB VI : PENUTUP

Berisikan tentang pokok-pokok kesimpulan dan saran-saran yang perlu

disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil

penelitian

xxvi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemiskinan

Berbicara mengenai kemiskinan berarti berbicara mengenai harkat dan martabat manusia.

Ditinjau dari pihak yang mempersoalkan dan mencoba mencari solusi atas masalah kemiskinan,

dapat dikemukakan bahwa kemiskinan merupakan masalah pribadi, keluarga, masyarakat, negara

bahkan dunia (Siagian,2012:1). Masalah kemiskinan dapat dipahami memerlukan perhatian

khusus dari semua pihak yang mengalami masalah kemiskinan tersebut.

Kemiskinan identik dengan suatu penyakit, oleh karena itu langkah pertama

penanggulangan masalah kemiskinan adalah memahami kemiskinan sebagai suatu masalah.

Pemahaman masalah kemiskinan perlu memandang kemiskinan itu dari dua aspek, yakni

kemiskinan sebagai suatu kondisi dan kemiskinan sebagai suatu proses. Sebagai suatu kondisi,

kemiskinan adalah suatu fakta dimana seorang atau sekelompok orang yang hidup dibawah atau

lebih rendah dari kondisi layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya.

Sementara itu sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses menurunnya daya

dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau

sekelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu

mencari taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai

manusia.

xxvii

Menurut Mencher (dalam Siagian,2012:5) mengemukakan, kemiskinan adalah gejala

penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi

daya dukung hidup seseorang atau sekelompok orang tersebut, dimana pada suatu titik waktu

secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak.

2.1.1. Aspek-aspek Kemiskinan

1. Kemiskinan itu multi dimensi

Sifat kemiskinan sebagai suatu konsep yang multi dimensi berakar dari kondisi

kebutuhan manusia yang beraneka ragam. Ditinjau dari segi kebijakan umum, maka kemiskinan

itu meliputi aspek-aspek primer seperti miskin akan aset, organisasi sosial, kelembagaan sosial,

berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dianggap dapat mendukung kehidupan manusia.

Sedangkan aspek sekundernya antara lain adalah miskinnya informasi, jaringan sosial dan

sumber keuntungan yang semuanya merupakan faktor-faktor yang dapat digunakan sebagai

jembatan memperoleh sesuatu fasilitas yang dapat mendukung upaya mempertahankan, bahkan

meningkatkan kualitas hidup.

2. Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak langsung

Sebagai konsekuensi logisnya, kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat

mengakibatkan kemajuan atau kemunduran pada aspek lainnya. Justru kondisi seperti inilah yang

mengakibatkan tidak mudahnya menganalisis kemiskinan itu menuju pemahaman yang

komprehensif. Hal lain yang juga harus dipahami sebagai konsekuensi logis dari kondisi

kemiskinan seperti ini adalah, pemahaman tentang kemiskinan hanya dapat diperoleh jika kita

menganalisis kemiskinan itu secara agregat. Menganalisis kemiskinan secara parsial akan

membawa pada pemahaman yang salah tentang kemiskinan itu sendiri.

xxviii

3. Kemiskinan itu adalah fakta yang terukur

Fenomena yang sering kita temui adalah, pendapatan yang diperoleh sekelompok yang

bermukim di tempat yang sama boleh sama, namun kualitas individu atau keluarga yang dimiliki

mungkin saja berbeda. Keadaan yang demikian sering mengkondisikan kita untuk

mengidentifikasi kemiskinan sebagai suatu yang serba abstrak dan tidak mungkin diukur. Ada

pula yang cenderung menyatakan kemiskinan itu sebagai abstraksi dari perasaan sehingga

mustahil untuk diukur (Siagian, 2012: 13)

Kemiskinan dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai tingkatan (Siagian, 2012:14),

seperti:

a. Miskin

b. Sangat miskin

c. Sangat miskin sekali

Demikian halnya dengan BKKBN (dalam Siagian, 2012:14) sering mengklasifikasikan

kondisi kehidupan masyarakat ke dalam berbagai tingkat, seperti:

a. Prasejahtera

b. Sejahtera 1

c. Sejahtera 2

4. Bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara individual maupun kolektif

Kita sering mendengar istilah kemiskinan pedesaan (rural poverty), kemiskinan

perkotaan (urban poverty) dan sebagainya. Berbagai istilah tersebut bukanlah berarti bahwa yang

mengalami kemiskinan itu adalah desa atau kotanya. Kondisi desa dan kota itu merupakan

xxix

penyebab kemiskinan bagi manusia, dengan demikian pihak yang menderita miskin hanyalah

manusia, baik secara individual maupun kelompok dan bukanlah wilayah.

2.1.2 Ciri-ciri Kemiskinan

Sulit memperoleh informasi secara jelas dan akurat berkaitan dengan indikasi-indikasi

seperti apa yang dapat digunakan sebagai penanganan untuk menyatakan secara akurat, bahwa

orang-orang seperti inilah yang disebut orang miskin, sementara orang-orang seperti itu disebut

tidak miskin. Namun suatu studi menunjukkan adanya lima ciri-ciri kemiskinan (Siagian,

2012:20), yakni:

1. Mereka yang hidup dibawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi

sendiri, seperti tanah yang cukup luas, modal yang memadai, ataupun keterampilan untuk

melakukan suatu aktivitas ekonomi sesuai dengan mata pencahariannya. Sebagai contoh

kemiskinan itu bercirikan antara lain bahwa faktor produksi yang dimiliki pada umumnya

sedikit atau bahkan tidak ada, sehingga kemampuan untuk mempertahankan apalagi

meningkatkan produksipun tidak mungkin. Lebih menyesakkan lagi, faktor-faktor

produksi yang dimiliki justru digunakan untuk kebutuhan konsumsi, bukan untuk

kebutuhan produksi, misalnya modal atau dana tidak digunakan untuk investasi,

melainkan hanya untuk konsumsi demi mempertahankan hidup. Kondisi seperti ini

mengakibatkan banyak kasus berhentinya usaha karena kekurangan atau ketiadaan

modal.

xxx

2. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk memperoleh

aset produksi dengan kekuatan sendiri. Sebagai contoh, keluarga petani dengan perolehan

pendapatan hanya cukup untuk konsumsi. Mereka tidak berpeluang untuk memperoleh

tanah garapan, benih, ataupun pupuk sebagai faktor-faktor produksi.

3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah. Kondisi seperti ini akan berpengaruh

terhadap wawasan mereka. Beberapa penelitian atara lain menyimpulkan bahwa waktu

mereka pada umumnya habis tersita semata-mata hanya untuk mencari nafkah sehingga

tidak ada waktu untuk belajar atau meningkatkan keterampilan. Demikian juga dengan

anak-anak mereka, tidak dapat menyelesaikan sekolahnya, karena harus membantu orang

tua mencari tambahan pendapatan. Artinya bagi mereka, anak tersebut memiliki nilai

ekonomis.

4. Pada umumnya mereka yang masuk ke dalam kelompok penduduk dengan kategori

setengah menganggur. Pendidikan dan keterampilan yang sangat rendah mengakibatkan

akses masyarakat miskin ke dalam berbagai sektor formal bagaikan tertutup rapat.

Akibatnya mereka terpaksa memasuki sektor-sektor informal. Bahkan pada umumnya

mereka bekerja serabutan maupun musiman. Jika dikaji secara totalitas, mereka

sesungguhnya bukan bekerja sepenuhnya, bahkan mereka justru lebih sering tidak

bekerja. Sekilas mereka tidak menganggur, namun jika digunakan indikator jam kerja,

mereka justru masuk ke dalam kategori pengangguran tidak kentara. Kondisi demikian

mengakibatkan mereka memiliki produktivitas yang rendah, dan seterusnya

mengakibatkan mereka memperoleh pendapatan yang rendah pula.

5. Banyak di antara mereka yang hidup di kota masih berusia muda, tetapi tidak memiliki

keterampilan atau pendidikan yang memadai. Sementara itu kota tidak siap menampung

xxxi

gerak urbanisasi dari desa yang makin keras. Artinya laju investasi di perkotaan tidak

sebanding dengan laju pertumbuhan tenaga kerja sebagai akibat langsung dari derasnya

arus urbanisasi. Kondisi ini tentu tidak terlepas dari sifat statis desa dalam mendukung

kehidupan penduduknya. Dalam keadaan demikian, masyarakat desa cenderung

melakukan migrasi ke kota, karena dianggap sebagai alternatif dalam upaya mengubah

nasib.

Kemiskinan juga tidak lepas daripada cangkupan faktor-faktor lain yang mempengaruhi

hidup selain dari sisi material. Cangkupan beberapa elemen yang turut menentukan kualitas

hidup dalam pengukuran kesejahteraan ekonomi. Ada 3 pendekatan konseptual dalam

memikirkan cara mengukur kualitas hidup:

1. Pendekatan pertama, untuk menilai keadaan diri mereka sendiri, mengupayakan manusia

untuk “bahagia’ dan “puas” dengan hidup mereka merupaka tujuan universal eksistensi

manusia.

2. Pendekatan kedua, pendekatan ini melihat hidup seseorang sebagai kombinasi antara

“kegiatan dan kedirian” (functionings) dan kebebasannya untuk memilih fungsi-fungsi

tersebut (capabilities). Sebagian diantara kapabilitas yang sangat mendasar, seperti:

tercukupinya gizi dan terbebas dari kematian dini, kapabilitas lain seperti: melek huruf,

berpartisipasi dalam politik

3. Pendekatan ketiga, dikembangkan dalam kondisi ekonomi. Gagasan tentang alokasi yang

adil, berfokus pada kesetaraan diantara anggota masyarakat (Siglitz, 2011: 70-71)

2.1.3 Faktor Penyebab Kemiskinan Secara Sistematik

xxxii

Secara umum, faktor-faktor penyebab kemiskinan secara kategoris dengan

menitikberatkan kajian pada sumbernya terdiri dari dua bagian besar (Siagian: 2012: 114), yaitu:

1. Faktor internal, yang dalam hal ini berasal dari individu yang mengalami kemiskinan itu

yang secara substansial adalah dalam bentuk kekurangmampuan, yang meliputi:

a. Fisik, misalnya cacat, kurang gizi, sakit-sakitan

b. Intelektual, seperti: kurangnya pengetahuan, kebodohan, miskinnya informasi

c. Mental emosional atau temperamental, seperti: malas, mudah menyerah dan putus

asa.

d. Spiritual, seperti: tidak jujur, penipu, serakah dan tidak disiplin.

e. Secara psikologis, seperti: kurang motivasi, kurang percaya diri, depresi, stress,

kurang relasi dan kurang mampu mencari dukungan.

f. Keterampilan, seperti: tidak memiliki keahlian yang sesuai dengan tuntutan

lapangan kerja.

g. Aset, seperti: tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabungan,

kendaraan dan modal kerja.

2. Faktor eksternal, yakni bersumber dari luar diri individu atau keluarga yang mengalami

dan menghadapi kemiskinan itu, sehingga pada suatu titik waktu menjadikannya miskin,

meliputi:

a. Terbatasnya pelayanan sosial dasar

b. Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah sebagai aset dan alat memenuhi

kebutuhan hidup.

c. Terbatasnya lapangan pekerjaan formal dan kurang terlindunginya usaha-usaha

sektor informal.

xxxiii

d. Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat bunga yang tidak

mendukung sektor usaha mikro.

e. Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan, dengan prioritas sektor riil

masyarakat banyak.

f. Sistem mobilisasi dan pendayagunaan dana sosial masyarakat yang belum optimal

g. Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan

h. Kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil atau daerah bencana

i. Pembangunan yang lebih beriorentasi fisik material

j. Pembangunan ekonomi antar daerah yang belum merata

k. Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin.

Penyebab utama kemiskinan ialah ketidakmampuan kaum miskin menghadapi perubahan

yang cepat dan radikal serta realita yang baru dan kompleks. Perubahan-perubahan itu terpenting

dan paling jelas adalah tekanan populasi, perubahan struktur sosial dan ekonomi, kondisi-kondisi

teknologi dan ekologi, perang dan perselisihan warga. Sementara itu, perubahan-perubahan yang

tidak begitu tampak namun sama mengancamnya adalah perubahan iklim, degradasi tanah,

polusi air dan udara.

2.2 Keluarga Pemulung

2.2.1 Keluarga

Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat. Secara historis

keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan organisasi terbatas, dan mempunyai

ukuran yang minimum, terutama pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan.

Dengan kata lain, keluarga tetap merupakan bagian dari masyarakat total yang lahir dan berada

xxxiv

didalamnya, yang secara berangsur-angsur akan melepaskan ciri-ciri tersebut karena tumbuhnya

mereka kearah kedewasaan. Keluarga sebagai organisasi, mempunyai perbedaan dari organisasi-

organisasi lainnya, yang terjadi hanya sebagai sebuah proses. (Khairuddin,1997:4)

Menurut Iver dan Page (dalam Kairuddin, 1997: 3) dikatakan : “family is a group defined

by sex relationship sufficiently precise and enduring to provide for the procreation and

upbringing of children”. Sedangkan menurut A.M. Rose “ a family is a group of interacting

person who recognize a relationship with each other based on common parentage, marriage and

for adoption”

Pada hakikatnya, keluarga merupakan hubungan seketurunan maupun tambahan (adopsi)

yang diatur melalui kehidupan perkawinan bersama searah dengan keturunannya yang

merupakan satuan yang khusus. Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang

terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan

dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak. (Su’adah,2005:22-23)

Menurut UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, keluarga adalah unit

terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri atau suami istri dan anaknya, atau ayah

dan anaknya, atau ibu dan anaknya atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke

bawah sampai derajat ketiga.

Selanjutnya Iver dan Page memberikan ciri-ciri umum keluarga yang meliputi:

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

2. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan

perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.

3. Suatu sistem tata-tata norma termasuk perhitungan garis keturunan

xxxv

4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok yang

mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang berkaitan

dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.

5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau bagaimanapun

tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga (Su’adah, 2005: 22).

Hal senada dari beberapa definisi keluarga, terdapat salah satu pengertian keluarga,

dimana fungsi keluarga ialah merawat, memelihara dan melindungi anak dalam rangka

sosialisasi agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial (Khairuddin, 1997:3).

Keluarga mempunyai jaringan interaksi yang lebih bersifat interpersonal, dimana masing-masing

anggota dalam keluarga dimungkinkan mempunyai intensitas hubungan satu sama lain.

Menurut Ki Hajar Dewantara, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang

sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan orang per orang (pendidikan individual) maupun

pendidikan sosial. Keluarga itu tempat pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk

melangsungkan pendidikan ke arah pembentukan pribadi yang utuh, tidak saja bagi kanak-kanak

tapi juga bagi para remaja. Peran orang tua dalam keluarga sebagai penuntun, sebagai pengajar

dan pemberi contoh (Tirtaraharja, 2000: 169).

Keluarga merupakan sendi dasar kelompok sosial terkecil serta mempunyai corak

tersendiri. Anak yang baru lahir pertama kali menemukan masyarakat yang terkecil ini. Disitulah

dia dibesarkan dan memperoleh pendidikan yang pertama kali, mengadakan pertemuan pertama

kali dengan manusia. Peranan umum keluarga dalam perkembangan sosial anak merupakan

tempat anak belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi

dengan kelompoknya. Pengalaman-pengalaman dalam interaksi sosial keluarganya turut

xxxvi

menentukan cara tingkah laku terhadap orang lain dalam pergaulan sosial diluar keluarga

(Gerungan, 2004: 195)

Bentuk-bentuk keluarga menurut Polak (dalam Khairuddin,1997:19) yaitu :

1. Keluarga Inti ( Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak

yang belum menikah

2. Keluarga Besar ( Extended Family) yaitu satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu

generasi dan suatu lingkungan kaum keluarga yang lebih luas daripada ayah, ibu dan

anak-anaknya.

Disamping bentuk keluarga, keluarga juga mempunyai sifat-sifat khusus, (Ahmadi,

2007:222) yaitu:

1. Universalitas artinya merupakan bentuk yang universal dari seluruh organisasi sosial

2. Dasar emosional artinya rasa kasih sayang, kecintaan sampai kebanggaan suatu ras

3. Pengaruh yang normatif artinya keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama-

tama bagi seluruh bentuk hidup yang tertinggi, dan membentuk watak daripada individu

4. Besarnya keluarga terbatas

5. Kedudukan yang sentral dalam struktur sosial

6. Pertanggungan jawab daripada anggota-anggota

7. Adanya aturan-aturan sosial yang homogen

Beberapa sebab misalnya karena perekonomian, pengaruh uang, produksi atau pengaruh

individualisme, sistem kekeluargaan ini menjadi kabur. Hal ini disebabkan karena: urbanisasi,

emansipasi sosial wanita dan adanya pembatasan kelahiran yang disengaja.

xxxvii

Akibat pengaruh-pengaruh perkembangan keluarga itu menyebabkan hilangnya peranan-

peranan sosial yaitu:

1. Keluarga berubah fungsinya, dari kesatuan yang menghasilkan menjadi kesatuan yang

memakai semata-mata. Dahulu keluarga menghasilkan sendiri keluarganya, tetapi lama

kelamaan fungsi ini makin jarang karena telah dikerjakan oleh orang-orang tertentu

2. Tugas untuk mendidik anak-anak sebagian besar diserahkan kepada sekolah-sekolah,

kecuali anak-anak kecil yang masih hidup dalam lingkungan kekeluargaan

3. Tugas bercengkrama di dalam keluarga menjadi mundur, karena tumbuhnya

perkumpulan-perkumpulan modern, sehingga waktu untuk berada di tengah-tengah

keluarga makin lama makin sedikit (Ahmadi,2007:223)

Menurut Horton (dalam Su’adah, 2005: 109), fungsi-fungsi keluarga meliputi :

1. Fungsi pengaturan seksual

Keluarga berfungsi adalah lembaga pokok yang merupakan wahana bagi masyarakat

untuk mengatur dan mengorganisasikan kepuasan keinginan seksual.

2. Fungsi reproduksi

Fungsi keluarga untuk memproduksi anak atau menghasilkan anak.

3. Fungsi afeksi

Salah satu kebutuhan dasar manusia akan kasih sayang dan dicintai

Tugas-tugas yang dilakukan oleh orang tua yang cukup baik dalam mengatasi masalah

remaja, secara garis besar adalah:

a. Memenuhi kebutuhan fisik yang paling pokok; sandang, pangan, dan kesehatan

xxxviii

b. Memberi ikatan dan hubungan emosional, hubungan yang erat ini merupakan bagian

penting dari perkembangan fisik dan emosional yang sehat dari seorang anak

c. Memberikan suatu landasan yang kokoh, ini berarti memberikan suasana rumah dan

kehidupan keluarga yang stabil

d. Membimbing dan mengendalikan perilaku

e. Memberikan berbagai pengalaman hidup yang normal, hal ini diperlukan untuk

membantu anak matang dan akhirnya mampu menjadi seorang dewasa yang mandiri.

Sebagian besar orang tua tanpa sadar telah memberikan pengalaman-pengalaman ini

secara alami

f. Mengajarkan cara berkomunikasi, orang tua yang baik mengajarkan anak untuk mampu

menuangkan pikiran ke dalam kata-kata dan memberi nama pada setiap gagasan,

mengutarakan gagasan-gagasan yang rumit dan berbicara tentang hal-hal yang terkadang

sulit untuk dibicarakan seperti ketakutan atau amarah

g. Membantu anak menjadi bagian dari keluarga

h. Memberi teladan

Perkembangan anak-anak juga memiliki keterkaitan pada keadaan sosio-ekonomi.

Keadaan sosio-ekonomi keluarga tentulah berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak,

apabila kita perhatikan bahwa dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material

yang dihadapi anak didalam keluarga itu lebih luas, ia mendapatkan kesempatan yang lebih luas

untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan apabila

tidak dapat prasarananya. Hubungan orang tua yang hidup dalam status sosio-ekonomi serba

cukup dan kurang mengalaminya tekanan-tekanan fundamental seperti dalam memperoleh

kebutuhan hidupnya yang memadai. Orang tuanya dapat mencurahkan perhatian yang lebih

xxxix

mendalam pada pendidikan anak-anaknya apabila ia tidak dibebani dengan masalah-masalah

kebutuhan primer manusia (Gerungan, 2004: 196). Secara umum hal ini dianggap benar, namun

tentulah status sosio-ekonomi tidak merupakan faktor mutlak dalam perkembangan anak.

Kendala pada faktor pendidikan pada tingkat remaja dihadapkan pada berbagai faktor,

diantaranya kesadaran para orang tua untuk menyekolahkan anak masih banyak yang rendah.

Disisi lain tuntutan pemenuhan kebutuhan ekonomi juga sangat berat, sehingga tidak sedikit

orang tua yang mengajak anak-anaknya untuk bekerja membantu mencari nafkah (Anwas, 2013:

117)

Sebagian besar permasalahan sosial-ekonomi keluarga berhubungan dengan tidak

memadainya sumber-sumber penghidupan, seperti pekerjaan yang tidak layak dan tidak tetap

atau bahkan tidak memiliki pekerjaan, penghasilan rendah, tidak memiliki aset memadai (tanah,

sawah, dll), ketidakmampuan mengelola ekonomi rumahtangga, perilaku konsumtif, dan lain-

lain. Berdasarkan hal ini maka permasalahan ekonomi keluarga (Departemen Sosial RI, 2009:42-

43) diantaranya meliputi:

a. Tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan yang memadai dan layak, sehingga daya beli

rendah

b. Tidak memiliki asset yang memiliki nilai ekonomi, seperti tanah, sawah, kebun, ternak

c. Ketidakmampuan dalam mengelola ekonomi rumahtangga, pengeluaran lebih besar

daripada pemasukan (dari segi keuangan)

d. Perilaku konsumtif, yaitu senang berbelanja secara berlebihan sehingga menghabiskan

sebagian keuangan rumahtangga, bahkan berbelanja secara kredit, menggunakan kartu

kredit tanpa perhitungan

xl

e. Terbatas akses terhadap sumber-sumber ekonomi dan pelayanan-pelayanan sosial

f. Tidak memiliki keterampilan atau keahlian/kejuruan kerja

g. Minimnya kepemilikan pribadi seperti rumah/tempat tinggal, peralatan rumahtangga,

kendaraan dan sumber daya lainnya.

2.2.2 Pemulung

Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang hidup bersama dalam kurun waktu

tertentu. Di dalam kehidupan masyarakat membutuhkan orang lain sehingga menimbulkan suatu

hal yang disebut interaksi sosial. Kelompok sosial terjadi karena adanya interaksi dan persamaan

ciri dalam kelompok itu.

Setiap manusia menginginkan kehidupan yang sejahtera karena dengan kehidupan yang

sejahtera dapat menghindari manusia dari penyakit sosial, seperti kemiskinan, tuna wisma serta

menghindari manusia dari keinginkan untuk berbuat kejahatan, seperti pencurian, perampokkan

yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pencapaian kehidupan yang sejahtera

tersebut setiap manusia akan berusaha dengan bekerja dengan keras agar dapat menambah

perekonomian keluarga, walaupun hanya bekerja sebagai pengumpul barang-barang bekas dan

mengais barang bekas dari tumpukan-tumpukan sampah serta berkeliling ke rumah-rumah

warga, tetap dilakukan demi memenuhi perekonomian keluarganya. Pekerjaan mengumpulkan

barang-barang bekas dan mengais barang bekas dari tumpukan sampah lebih sering disebut

dengan istilah pemulung.

Berdasarkan teori di dalam masyarakat, salah satunya adalah teori Gemein Schaft Of

Place (paguyuban berdasarkan tempat tinggal), di mana kelompok sosial terbentuk ketika

masing-masing individu di dalamnya memiliki rasa persamaan karena berada di satu tempat

xli

tinggal yang sama. Berdasarkan teori Gemeinschaft terdiri suatu kelompok masyarakat terutama

masyarakat miskin terbentuk atas pekerjaan dan tingkat sosial yang sama. Seperti yang terjadi

pada kelompok pemulung. Pada umumnya dapat dikatakan pemulung adalah orang yang bekerja

memungut barang-barang bekas atau sampah-sampah tertentu yang dapat didaur ulang.

(http://ekatasia.blogspot.com/2009/06/bab-i-pendahuluan.html diakses pada tanggal 17 January

2014 pukul 11.50 WIB)

Keberadaan pemulung tentu menimbulkan berbagai asumsi tentang pemulung itu sendiri,

masyarakat cenderung apatis dengan kehadiran pemulung. Banyak diantara warga masyarakat

beranggapan bahwa pemulung adalah kelompok pekerja yang kurang mengerti dan tidak

menanamkan budi pekerti dalam dirinya. Masyarakat beranggapan bahwa pemulung itu panjang

tangan, pemulung sangat kumuh, dan sebagainya. Padahal kalau dicermati, pemulung merupakan

komponen masyarakat yang mempunyai peranan besar dalam masalah penyelamatan lingkungan.

Mereka memilah-milah sampah, sehingga benda-benda yang dianggap sampah oleh masyarakat

dapat dimanfaatkan kembali melalui proses daur ulang sampah. Oleh karena itu, volume sampah

yang menggunung di lingkungan sekitar merupakan permasalahan yang tidak kunjung berakhir

dapat diminimalisasikan oleh pemulung.

Pemulung adalah orang-orang yang bekerja mencari dan mengumpulkan sampah yang

kemudian sampah-sampah tersebut akan dijual kembali, berikut beberapa definisi pemulung:

1) Pemulung adalah orang-orang yang pekerjaannya memilih, memungut, dan

mengumpulkan sampah atau barang bekas yang masih dapat dimanfaatkan atau barang

yang dapat di olah kembali untuk di jual

xlii

2) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemulung berasal dari kata pe dan pulung. Jadi

memulung artinya mengumpulkan barang-barang bekas (limbah yang terbuang sebagai

sampah) untuk dimanfaatkan kembali. Sedangkan pemulung adalah orang yang

pekerjaannya memulung, yaitu orang yang mencari nafkah dengan jalan mencari dan

memungut serta memanfaatkan barang-barang bekas untuk kemudian menjualnya kepada

pengusaha yang akan mengelolahnya kembali menjadi barang komoditi baru atau lain

3) Menurut Jhones, pemulung adalah orang yang pekerjaannya memungut dan

mengumpulkan barang-barang bekas dari tempat sampah kota. Barang-barang yang

dikumpulkan berupa plastik, kertas, kardus, kaleng, pecahan kaca, besi tua, dan barang

bekas lainnya (http://www.scribd.com)

Ada dua jenis pemulung: pemulung lepas, yang bekerja sebagai wirausaha, dan pemulung

yang tergantung pada seorang bandar yang meminjamkan uang ke mereka dan memotong uang

pinjaman tersebut saat membeli barang dari pemulung. Pemulung berbandar hanya boleh

menjual barangnya ke bandar. Tidak jarang bandar memberi pemondokan kepada pemulung,

biasanya di atas tanah yang didiami bandar, atau di mana terletak tempat penampungan

barangnya. Pemulung merupakan mata rantai pertama dari industri daur ulang.

Berdasarkan penjelasan di atas, keluarga pemulung adalah hubungan suami istri atau

suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya atau keluarga sedarah

dalam garis lurus keatas atau kebawah sampai derajat ketiga pekerjaannya memungut dan

mengumpulkan barang-barang bekas dari tempat sampah.

2.3 Perkembangan Anak

2.3.1 Perkembangan Anak

xliii

a. Anak

Menurut the Minimum Age Convention nomor 138 (1973), pengertian tentang anak

adalah seseorang yang berusia 15 tahun ke bawah. Sebaliknya, dalam Convention on the rights of

the Child (1989) yang telah diratifikasi pemerintah Indonesia melalui Keppres nomor 39 tahun

1990 disebutkan bahwa anak adalah mereka yang berusia 18 tahun ke bawah. Sementara itu,

UNICEF mendefinisikan anak sebagai penduduk yang berusia antara 0 sampai dengan 18 tahun.

Undang-undang RI nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahtaraan Anak, menyebutkan bahwa anak

adalah mereka yang belum berusia 21 tahun dan belum menikah. Sedangkan Undang-undang

Perkawinan menetapkan batas usia 16 tahun. (Huraerah, 2012:31)

Jika dicermati, secara keseluruhan dapat dilihat bahwa rentang usia anak terletak pada

skala 0 sampai dengan 21 tahun. Penjelasan mengenai batas usia 21 tahun ditetapkan

berdasarkan pertimbangan kepentingan usaha kesejahteraan sosial serta pertimbangan

kematangan sosial, kematangan pribadi, dan kematangan mental seseorang yang umumnya

dicapai setelah seseorang melampaui usia 21 tahun. Hal ini dipertegas dalam Undang-undang

nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang mengatakan bahwa anak adalah

seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih didalam kandungan.

Batasan umur seseorang masih dalam kategori anak, berdasarkan beberapa peraturan

yang ada di Indonesia cukup beragam, yang antara lain adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang RI. No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan; memberi batasan yang

berbeda antara anak perempuan dengan anak laki-laki, yakni anak perempuan berumur 16

tahun dan anak laki-laki berumur 19 tahun;

xliv

2. Undang-Undang RI. No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak; pasal 1 ayat (2)

menyebutkan bahwa: “Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh

satu ) tahun dan belum pernah kawin.”

3. Undang-Undang RI. No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, pasal 1 angka (1),

menyebutkan: “Anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8

(delapan) tahun tetapi belum mencapai 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah

kawin”.

4. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO tentang Batas

Usia Minimum Anak Bekerja, adalah 15 (lima belas) tahun.

5. Undang-Undang RI. No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, pasal 1, angka (5),

menyebutkan bahwa: ”Anak adalah setiap manusia yang berusia dibawah 18 (delapan

belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila

hal tersebut adalah demi kepentingannya.”

6. Undang-Undang RI. No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD;

Usia Pemilih minimal 17 (tujuh belas) tahun.

7. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW) memberi batasan mengenai pengertian anak

atau orang yang belum dewasa adalah mereka yang belum berumur 21 (dua puluh satu)

tahun; seperti yang dinyatakan dalam pasal 330 yang berbunyi: “ belum dewasa adalah

mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun, dan tidak lebih dahulu

kawin”.

Undang-undang RI nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, Bab II Pasal 2

sampai pasal 9 mengatur hak-hak anak atas kesejahteraan, sebagai berikut :

1. Hak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan

xlv

2. Hak atas pelayanan

3. Hak atas pemeliharaan dan perlindungan

4. Hak atas perlindungan lingkungan hidup

5. Hak mendapatkan pertolongan pertama

6. Hak memperoleh asuhan

7. Hak memperoleh bantuan

8. Hak diberi pelayanan dari asuhan

9. Hak memperoleh pelayanan khusus

10. Hak mendapatkan bantuan dan pelayanan

Pada Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dijelaskan

mengenai hak-hak anak sebagai berikut:

1. Hak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar serta mendapatkan

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi

2. Hak atas identitas diri dan status kewarganegaraan

3. Hak untuk beribadah menurut agamanya

4. Hak untuk mengetahui orang tua

5. Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial

6. Hak untuk memperoleh pendidikan

7. Hak untuk memperoleh perlindungan diri

8. Hak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hokum

9. Hak menyatakan pendapat

xlvi

Kewajiban negara dalam memberikan hak-hak anak tertuang pada Konvensi Hak-hak

Anak yang telah ratifikasi oleh pemerintah Indonesia yaitu:

1. Menghormati dan menjamin hak-hak anak

2. Mempertimbangkan kepentingan utama anak

3. Menjamin adanya perlindungan anak

4. Menghormati hak anak dan mempertahankan identitasnya

5. Jaminan anak tidak dipisahkan dengan orang tuanya

6. Jaminan hak pribadi anak (Prinst, 1997: 103-109)

b. Perkembangan Anak

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang

lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses

pematangan. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi, dari sel-sel tubuh, jaringan

tubuh, organ-organ dan system organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-

masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah

laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan (Jahja, 2011:28-29).

Proses perkembangan individu manusia beberapa fase yang secara kronologis dapat

diperkiraan batas waktunya. Setiap fase akan ditandai dengan ciri-ciri tingkah laku tertentu

sebagai karakteristik dari fase tersebut, fase-fase tersebut adalah sebagai berikut:

a. Permulaan kehidupan (konsepsi)

b. Fase prenatal (dalam kandungan)

c. Proses kelahiran (±0-9 bulan)

d. Maa bayi/anak kecil (±0-1 tahun)

xlvii

e. Masa kanak-kanak (±1-5 tahun)

f. Masa anak-anak ( ±5-12 tahun)

g. Masa remaja (±12-18 tahun)

h. Masa dewasa awal (±18-25 tahun)

i. Masa dewasa (±25-45 tahun)

j. Masa dewasa akhir (±45-55 tahun)

k. Masa akhir kehidupan (±55 tahun ke atas)

Teori dalam perkembangan anak, yaitu:

1. Teori Nativisme, teori ini pertama kali digagas oleh Schopenhauer. Menurut teori ini,

perkembangan manusia ditentukan oleh faktor-faktor nativus yaitu faktor-faktor

keturunan yang merupakan faktor yang dibawa pada waktu melahirkan. Teori ini

meyakini bahwa faktor yang paling mempengaruhi dalam perkembangan manusia adalah

pembawaan sejak lahir atau boleh dibilang ditentukan oleh bakat. Teori nativisme

bersumber dari Leibnitzian tradition yang menekankan pada kemampuan dalam diri

seorang anak. Orang-orang yang mengikuti teori nativisme sangat menekankan bakat

yang dimilikinya sehingga dapat mengembangkan secara maksimal

2. Teori dalam perkembangan anak selanjutnya yaitu Teori Empirisme oleh John Locke.

Teori empirisme menyatakan bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh

pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama perkembangan individu dalam

kehidupannya. Faktor lingkungan, lebih khusus adalah dunia pendidikan, sangat besar

menentukan perkembangan anak

3. Teori Konvergensi, dikemukakan oleh William Stern. Menurut teori ini, baik pembawaan

maupun lingkungan mempunyai peranan penting dalam perkembangan anak.

xlviii

Perkembangan individu akan ditentukan oleh faktor yang dibawa sejak lahir maupun

faktor lingkungan (Azzet, 2010: 19-24)

Prinsip perkembangan itu sifatnya progresif, dan prinsip tersebut terletak di dalam diri

anak sendiri. Jelasnya, gejala perkembangan itu bukan proses yang digerakan oleh faktor-faktor

dan pengaruh-pengaruh dari luar individu saja; akan tetapi juga dikendalikan dan diberi corak

tertentu oleh faktor-faktor hereditas, yaitu pembawaan, bakat dan kemauan anak. Selanjutnya

prinsip perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan sekitar dan kultur

(Kartono, 2006: 149).

Masa remaja adalah masa datangnya pubertas (11-14) sampai usia sekitar 18 tahun, masa

transisi dari kanak-kanak ke dewasa. Masa ini hampir selalu merupakan masa-masa sulit bagi

remaja maupun orang tua. Adapun sejumlah masalah untuk ini:

a. Remaja mulai menyampaikan kebebasan dan haknya untuk mengemukakan pendapatnya

sendiri. Tidak terhindarkan, ini dapat menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan

dapat menjauhkan ia dari keluarganya

b. Remaja lebih mudah dipengaruhi teman-temannya daripada ketika masih lebih muda. Ini

berarti pengaruh orang tua pun melemah. Anak remaja berperilaku dan mempunyai

kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan kesenangan keluarga

c. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhan maupun

seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai muncul dapat menakutkan,

membingungkan, dan menjadi sumber perasaan salah dan frustasi

d. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri dan ini bersama-sama dengan emosinya yang

biasanya meningkat, mengakibatkan ia sukar menerima nasihat orang tua

xlix

Ada sejumlah kesulitan yang sering dialami kaum remaja yang betapapun menjemukan

bagi mereka dan orang tua mereka, dan merupakan bagian yang normal dari perkembangan ini.

Beberapa kesulitan atau bahaya yang mungkin dialami kaum remaja, antara lain:

a. Variasi kondisi kejiwaan, suatu saat mungkin ia terlihat pendiam, cemberut, dan

mengasingkan diri tetapi pada saat yang lain ia terlihat sebaliknya, periang, berseri-seri

dan yakin. Perilaku yang sukar ditebak dan berubah-ubah ini bukanlah abnormal. Ini

hanya perlu diprihatinkan bila ia terjerumus dalam kesulitan di sekolah atau dengan

teman-temannya

b. Rasa ingin tahu seksual dan coba-coba, hal ini normal dan sehat. Rasa ingin tahu seksual

dan bangkitnya birahi ialah normal dan sehat. Ingat, bahwa perilaku tertarik pada seks

sendiri juga merupakan ciri yang normal pada perkembangan masa remaja. Rasa ingin

tahu dan birahi jelas menimbulkan bentuk-bentuk perilaku seksual

c. Membolos, tidak ada gairah atau malas ke sekolah sehingga ia lebih suka membolos

masuk sekolah

d. Perilaku antisosial, seperti suka menganggu, berbohong, kejam, dan agresif. Sebabnya

mungkin bermacam-macam dan banyak tergantung pada budayanya. Akan tetapi,

penyebab yang mendasar ialah pengaruh buruk teman, dan kedisiplinan yang salah dari

orang tua terutama bila terlalu keras atau terlalu lunak dan sering tidak ada sama sekali

e. Penyalahgunaan obat bius

f. Psikosis, bentuk psikosis yang paling dikenal orang ialah skizofernia

2.3.2 Perkembangan Sosial Anak

l

Perkembangan sosial dapat diartikan sebagai sequence dari perubahan berkesinambungan

dalam perilaku individu untuk menjadi makhluk sosial. Proses perkembangannya berlangsung

secara bertahap sebagai berikut:

a. Masa kanak-kanak awal (0-3 tahun)

b. Masa krisis (3-4 tahun)

c. Masa kanak-kanak akhir (4-6 tahun)

d. Masa anak sekolah (6-12 tahun)

e. Masa krisis II (12-13 tahun)

Menurut Erik Erickson (1983), perkembangan psikososial terbagi menjadi beberapa tahap

masing-masing tahap psikososial memiliki dua komponen yaitu komponen yang baik (yang

diharapkan) dan yang tidak baik (yang tidak diharapkan). Perkembangan pada fase selanjutnya

tergantung pada pemecahan masalah pada tahap masa sebelumnya. Adapun tahap-tahap

perkembangan psikososial anak sebagai berikut:

a. Percaya VS Tidak Percaya (0-1 tahun)

Komponen awal yang sangat penting untuk berkembang ialah rasa percaya. Membangun

rasa percaya ini mendasari tahun pertama kehidupan. Begitu bayi lahir dan kontak

dengan dunia luar, maka ia mutlak tergantung dengan orang lain. Rasa aman dan percaya

pada lingkungan merupakan kebutuhan. Alat yang digunakan bayi dalam berhubungan

dengan dunia luar ialah mulut dan pancaindra. Adapun perantara yang tepat antara bayi

dan lingkungan ialah ibu. Hubungan ibu dan anak yang harmonis yaitu melalui

pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis dan sosial, merupakan pengalaman dasar rasa

percaya bagi anak. Apabila pada umur ini tidak tercapai rasa percaya dengan lingkungan,

li

maka dapat timbul berbagai masalah. Rasa tidak bercaya ini timbul bila pengalaman

untuk meningkatkan rasa percaya kurang atau kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara

adekuat yaitu kurangnya pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis dan sosial yang kurang

misalnya: anak tidak mendapatkan minuman atau air susu secara adekuat ketika lapar,

tidak mendapatkan respons ketika ia menggigit dot botol.

b. Otonomi VS Rasa Malu dan Ragu (1-3 Tahun)

Perkembangan otonomi selama periode balita berfokus pada peningkatan kemampuan

anak untuk mengontrol tubuh, diri dan lingkungannnya. Anak menyadari ia dapat

menggunakan kekuatannya untuk bergerak dan berbuat sesuai kemauannya, misalnya:

kepuasan untuk berjalan atau memanjat. Selain itu, anak menggunakan kemampuan

mentalnya untuk menolak dan mengambil keputusan. Rasa otonomi diri ini perlu

dikembangkan karena penting untuk terbentuknya rasa percaya dan harga diri

dikemudian hari. Hubungan dengan orang lain bersifat egosentris atau mementingkan diri

sendiri. Peran lingkungan pada usia ini ialah memberikan dorongan dan memberi

keyakinan yang jelas. Perasaan negatif yaitu rasa malu dan ragu timbul apabila anak

merasa tidak mampu mengatasi tindakan yang dipilihnya serta kurang dorongan dari

orang tua dan lingkungannya, misalnya: orang tua terlalu mengontrol anak.

c. Inisiatif VS Rasa Bersalah

Pada tahap ini, anak belajar mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan. Rasa

inisiatif mulai menguasai anak. Anak mulai menuntut untuk melakukan tugas tertentu.

Anak mulai diikutsertakan sebagai individu misalnya turut serta merapikan tempat tidur

lii

atau membantu orang tua di dapur. Anak mulai memperluas ruang lingkup pergaulannya,

misalnya menjadi aktif diluar rumah, kemampuan berbahasa semakin meningkat.

Hubungan teman sebaya dan saudara sekandung untuk menang sendiri.

Pada tahap ini, kadang-kadang anak tidak dapat mencapai tujuan atau kegiatannya karena

keterbatasannya, tetapi bila tuntutan lingkungan misalnya orang tua atau orang lain

terlalu tinggi atau berlebihan, maka dapat mengakibatkan anak merasa aktifitas atau

imajinasinya buruk, akhirnya timbul rasa kecewa dan bersalah.

d. Industri VS Inferioritas (6-12 tahun)

Pada tahap ini, anak dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas atau perbuatan yang

akhirnya dapat menghasilkan sesuatu. Anak siap untuk meninggalkan rumah atau orang

tua dalam waktu terbatas yaitu untuk sekolah. Melalui proses pendidikan ini, anak belajar

untuk bersaing (sifat kompetitif), juga sifat kooperatif dengan orang lain, saling memberi

dan menerima, setia kawan, dan belajar peraturan-peraturan yang berlaku.

Kunci proses sosialisasi pada tahap ini ialah guru dan teman sebaya. Dalam hal ini,

peranan guru sangat sentral. Identifikasi bukan terjadi pada orang tua atau pada orang

lain, misalnya sangat menyukai gurunya dan patuh pada gurunya dibandingkan pada

orang tuanya. Apabila anak tidak dapat memenuhi keinginan sesuai standard dan terlalu

banyak yang diharapkan dari mereka, maka dapat muncul masalah atau gangguan.

e. Identitas VS Difusi Peran (12-18 tahun)

Pada tahap ini, terjadi perubahan pada fisik dan jiwa di masa biologis seperti orang

dewasa. Sehingga tampak adanya kontradiksi bahwa di lain pihak ia dianggap dewasa

tetapi di sisi lain ia dianggap belum dewasa. Tahap ini merupakan masa standarisasi diri

liii

yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual, umur dan kegiatan. Peran orang tua

sebagai sumber perlindungan dan nilai utama mulai menurun. Adapun peran kelompok

atau teman sebaya tinggi. Teman sebaya dipandang sebagai teman senasib, partner dan

saingan. Melalui kehidupan berkelompok ini, remaja bereksperimen dengan peranan dan

dapat menyalurkan diri. Remaja memilih orang-orang dewasa yang penting baginya yang

dapat mereka percayai dan tempat mereka berpaling saat kritis.

Pencapaian tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak

penyesuaian baru, dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku

sosial, pengelompokan sosial baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru

dalam dukungan dan penolakan, dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin.

a. Perubahan dalam perilaku sosial

Dalam waktu yang singkat remaja mengadakan perubahan radikal yaitu dari tidak

menyukai lawan jenis sebagai teman menjadi lebih menyukai teman dari lawan jenisnya

daripada teman sejenis. Dengan meluasnya kesempatan untuk melibatkan diri dalam

kegiatan sosial, maka wawasan sosial semakin membaik.

b. Pengelompokan sosial baru

Saat berlangsungnya masa remaja, terdapat perubahan minat terhadap kelompok yang

terorganisasi dan masih diawasi orang dewasa, kemudian kelompok ini secara cepat

menurun karena remaja meningkat ke arah dewasa yang tidak mau diperintah atau

diorganisasi oleh kelompoknya. Pada masa akhir remaja minat berkelompok cenderung

berkurang dan digantikan dengan kelompok kecil yang hubungannnya tidak terlalu akrab.

c. Nilai baru dalam penilaian sosial

liv

Tidak ada sifat/pola perilaku khas yang akan menjamin penerimaan sosial selama masa

remaja. Tergantung pada sekumpulan sifat dan pola perilaku yang sindrom penerimaan

yang disenangi remaja dan menambah gengsi dari kelompok besar yang

diidentifikasikannya.

d. Minat sosial

Bersifat sosial tergantung pada kesempatan yang diperoleh remaja untuk

mengembangkan minat tersebut dan pada kepopulerannya dalam kelompok. Seorang

remaja yang status sosial-ekonomi keluargannya rendah, misalnya mempunyai sedikit

kesempatan untuk mengembangkan minat pada pesta-pesta dan dansa dibandingkan

dengan remaja latar belakang yang lebih baik. Demikian ada beberapa minat sosial

tertentu yang hampir bersifat universal.

e. Perilaku sosial

Diskriminasi terhadap mereka yang berlatar belakang ras, agama, sosial-ekonomi yang

berbeda. Usaha memperbaiki mereka yang mempunyai standar penampilan dan perilaku

yang berbeda.

Keluarga merupakan bagian terpenting dalam mengembangkan kecerdasan sosial anak,

maka keluarga harus dibangun secara kondusif, (Azzet, 2010: 102-120) sebagai berikut:

1. Memberikan rasa aman

2. Memberikan kasih sayang dan penerimaan

3. Menjadi andalan dan rujukan

4. Model dan bimbingan hidup bermasyarakat

5. Motivator utama dalam meraih keberhasilan

6. Sumber persahabatan

lv

7. Mengembangkan kecerdasan secara menyenangkan

8. Tidak monoton

9. Cara berkomunikasi

10. Memberikan penghargaan

11. Ada waktu untuk berbagi

Peranan umum keluarga dalam perkembangan sosial anak merupakan kelompok sosial

pertama dalam kehidupan manusia. Tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia

sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Didalam keluarga yang interaksi

sosialnya berdasarkan simpati, ia pertama-tama belajar memperhatikan keinginan orang lain,

belajar bekerja sama, bantu membantu, dengan kata lain, ia pertama-tama belajar memegang

peranan sebagai makhluk sosial yang memiliki norma-norma dan kecakapan-kecakapan tertentu

dalam pergaulan dengan orang lain. Pengalaman-pengalamannya dalam interaksi sosial dengan

keluarga turut menentukan pula cara-cara tingkah lakunya terhadap orang lain dalam pergaulan

sosial di luar keluarga dan di dalam masyarakat pada umumnya (Gerungan, 1004:195). Selain

dari peranan umum kelompok keluarga sebagai kerangka sosial yang pertama, tempat manusia

berkembang sebagai makhluk sosial terdapat pula peranan-peranan tertentu di dalam keadaan-

keadaan keluarga yang dapat mempengaruhi perkembangan individu sebagai makhluk sosial.

2.3.3 Perkembangan Kepribadian Anak

Istilah kepribadian berasal dari bahasa Latin persona yang berarti topeng. Menurut

Allport (Hurlock, 1978), kepribadian merupakan susunan sistem psikofisik yang dinamis dalam

diri individu yang unik dan mempengaruhi penyesuaian dirinya terhadap lingkungan.

Kepribadian juga merupakan kualitas perilaku individu yang tampak dalam melakukan

lvi

penyesuaian diri terhadap lingkungannya secara unik. Sosial-faktor yang mepengaruhi

kepribadian antara lain: fisik, inteligensi, jenis kelamin, teman sebaya, keluarga, kebudayaan,

lingkunan dan sosial budaya, serta sosial internal dari dalam diri individu seperti tekanan

emosional. (Jahja,2011:67)

Ciri-ciri kepribadian yang sehat antara lain:

a. Mandiri dalam berpikir dan bertindak

b. Mampu menjalin relasi sosial yang sehat dengan sesamanya

c. Mampu menerima diri sendiri dan orang lain sebagaimana apa adanya

d. Dapat menerima dan melaksanakan tanggung jawab yang dipercayakan

e. Dapat mengendalikan emosi

a. Hal-hal yang Mempengaruhi Kepribadian

Luas cangkupan masalah kepribadian seperti pentingnya unsur keturunan, proses

pematangan, latihan pada masa kecil, motif sosial yang diperoleh melalui proses belajar dan

cara-cara ia menanggapi masalah. Hal-hal itu akan melatarbelakangi seseorang sehingga menjadi

pribadi sebagaimana yang ditampilkannya saat ini. Pribadi tersebut merupakan suatu produk

akhir dari potensi-potensi yang dimilikinya dan seluruh perjalanan hidupnya.

Berarti bahwa untuk dapat mengerti pribadi yang bersangkutan, kita harus mengerti pola

yang terbentuk sebagai akibat pengalaman individu tersebut hingga ia tampil sebagai pribadi

yang unik.

1. Potensi Bawaan

lvii

Seorang bayi telah diwarnai unsur-unsur yang diturunkan oleh kedua orang tuanya

dan tentu diwarnai pula oleh perkembangan dalam kandungan ibunya. Ada bayi yang

sejak lahir sudah memperlihatkan daya tahan tubuh yang kuat, tapi ada pula bayi yang

lemah. Ada yang responsif dan aktif tetapi ada pula yang pasif dan lebih tenang.

Terhadap masing-masing individu, orang tua akan berlangsung timbal balik dan menjadi

awal pertumbuhan yang khas yang dimiliki individu tersebut.

Sampai saat ini belum ditentukan suatu cara/ukur yang baik untuk dapat mengenali

unsur-unsur dan mengukur derajat unsur-unsur bawaan sesorang. Tetapi melalui

penelitian pada anak-anak kembar, didapat gambaran yang dapat masing-masing

disimpulkan bahwa ada kecenderungan untuk berespons secara tertentu pada individu.

Walaupun hasil-hasil penelitian tidak begitu jelas, tetapi dapat disimpulkan bahwa unsure

keturunan ataupun bawaan cukup penting untuk diperhatikan karena turut memberi dasar

pada kepribadian seseorang.

2. Pengalaman dalam Budaya/Lingkungan

Proses perkembangan mencakup suatu proses belajar untuk bertingkah laku sesuai

dengan harapan masyarakatnya. Tanpa kita sadari, pengaruh nilai-nilai dari masyarakat

dalam hidup kita telah kita terima dan menjadi bagian dari diri kita. Pengaruh lain dari

budaya adalah mengenai peran seseorang dalam kelompok masyarakatnya. Tuntutan

berperan ini berbeda dari satu budaya ke budaya lainnya. Biasanya tuntutan terhadap

peran itu sudah dianggap sebagai suatu kewajaran.

Peran tidak selamanya diterima begitu saja, banyak peran juga yang merupakan hasil

pilihan yang bersangkutan, misalnya peran sebagai dokter atau sebagai anggota ABRI.

Dengan demikian bersama pilihannya peran tersebut, maka tuntutan masyarakat terhadap

lviii

peran tersebut dengan sendirinya akan membebani si pemilih tadi. Beban peranan

tidaklah sederhana. Tuntutan bisa berasal dari masyarakat, keluarga, maupun teman-

temannya sendiri; dapat diduga bahwa tiap peranan mempunyai ciri-ciri sendiri yang

akan berakibat pada pembentukan kepribadian dan tingkah laku.

3. Pengalaman yang Unik

Selain potensi bawaan dan tuntutan peran oleh masyarakat yang juga turut

membentuk kepribadian seseorang dan yang membedakannya dari orang lain adalah

pengalaman dirinya yang khas. Orang, selain berbeda dalam bentuk badan, potensi

bawaan, juga berbeda dalam perasaan, reaksi emosi dan daya tahannya. Dengan

demikian, orang yang memiliki ciri-ciri tersebut bereaksi yang khas terhadap rangsangan

yang dihadapi dalam lingkungannya. Potensi yang dimiliki sejak lahir akan berkembang

melalui interaksi dengan sekelilingnya seperti orang tua, saudara-saudara, dan orang lain

serta yang signifikan lainnya.

Figur-figur yang berbeda di sekelilingnya akan “mengajarkan” apa yang diharapkan

dan dikehendaki oleh budayanya. Dengan demikian rangsang lingkungan dan potensi

yang dimiliki akan mempunyai akibat tertentu terhadap kepribadiannya. Melalui proses

tersebut pada akhirnya terbentuk suatu hati nurani pada dirinya yang akan menjadi tolak

ukur tentang apa yang baik dan apa yang tidak baik, tentang apa yang boleh dan yang

tidak boleh dilakukan. Jadi seseorang selain memiliki bekal yang diterima sejak lahir,

menerima berbagai tuntutan lingkungan, juga dibentuk oleh masyarakatnya melalui

pengalaman yang khas. Jalan hidup demikian maka ia akan berkembang menjadi orang

yang khas pula.

lix

Perkembangan kepribadian, menurut Badura (dalam Alwisol, 2011:292) sesorang belajar

mempelajari respon baru dengan melihat respon orang lain, bahkan belajar tetap terjadi tanpa

ikut melakukan hal yang dipelajari itu. Salah satu cara dalam belajar mempelajari respon, yaitu:

1. Peniruan (Modeling)

Inti dari belajar melalui observasi adalah modeling. Peniruan atau meniru

sesungguhnya tidak tepat untuk mengganti kata modeling, karena modeling bukan

sekedar menirukan atau mengulangi apa yang dilakukan oleh orang model (orang lain),

tetapi modeling melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkah laku yang

teramati, menggenalisir berbagai pengamatan sekaligus, melibatkan kognitif.

a. Modeling Tingkah laku baru

Melalui modeling orang dapat memperoleh tingkah laku baru. Ini dimungkinkan

karena adanya kemampuan kognitif. Stimuli berbentuk tingkah laku model ditransformasi

menjadi gambaran mental, dan yang lebih penting lagi ditransformasi menjadi symbol

verbal yang dapat diingat kembali suatu saat nanti. Keterampilan kognitif yang bersifat

simbolik ini, membuat orang dapat mentransform apa yang dipelajarinya atau

menggabung-gabung apa yang diamatinya dalam berbagai situasi menjadi pola tingkah

laku baru.

b. Modeling mengubah tingkah laku lama

lx

Di samping dampak mempelajari tingkah laku model, modeling mempunyai dua

macam dampak terhadap tingkah laku lama. Pertama, tingkah laku model yang diterima

secara sosial dapat memperkuat respon yang sudah dimiliki pengamat. Kedua, tingkah

laku model yang tidak diterima secara sosial dapat memperkuat atau memperlemah

pengamat untuk melakukan tingkah laku yang tidak diterima secara sosial, tergantung

apakah tingkah laku model diganjar atau dihukum. Kalau tingkah laku yang tidak

dikehendaki itu justru diganjar, pengamat cenderung meniru tingkah laku itu, sebaliknya

kalau tingkah laku yang tidak dikehendaki itu dihukum, respon pengamat menjadi

semakin lemah.

c. Modeling simbolik

Dewasa ini sebagian bear modeling tingkah laku berbentuk simbolik. Film dan

televisi menyajikan contoh tingkah laku yang tak terhitung yang mungkin mempengaruhi

pengamatnya. Sajian itu berpotensi sebagai sumber model tingkah laku.

d. Modeling kondisioning

Modeling dapat digabung dengan kondisioning klasik menjadi kondisioning

klasik vikarius (vicarious classical conditioning). Modeling semacam ini banyak dipakai

mempelajari respon emosional. Pengamat mengobservasi model tingkah laku emosional

yang mendapat penguatan. Muncul respon emosional yang sama di dalam diri pengamat,

dan respon itu ditujukan ke obyek yang ada didekatnya (kondisional klasik) saat dia

mengamati model itu, atau yang dianggap mempunyai hubungan dengan obyek yang

menjadi sasarann emosional model yang diamati.

lxi

Perubahan yang terjadi dalam diri pada masa remaja, juga menuntut individu untuk

melakukan penyesuaian diri. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu menjadi

bagian dari lingkungan tertentu. Di lingkungan manapun individu berada, ia akan berhadapan

dengan harapan dan tuntutan dari lingkungan yang harus dipenuhinya. Di samping itu individu

juga memiliki kebutuhan, harapan dan tuntutan di dalam dirinya, yang harus diselaraskan dengan

tuntutan dari lingkungan. Bila individu mampu menyelaraskan kedua hal tersebut, maka

dikatakan bahwa individu tersebut mampu menyesuaikan diri. Jadi, penyesuaian diri dapat

dikatakan sebagai cara tertentu yang dilakukan oleh individu untuk bereaksi terhadap tuntutan

dalam diri maupun situasi eksternal yang dihadapinya.

Schneiders (1964) mengemukakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses yang

mencangkup respon-respon mental dan tingkah laku, yang merupakan usaha individu agar

berhasil mengatasi kebutuhan, ketegangan, konflik dan frustasi yang dialami di dalam dirinya.

Usaha individu tersebut bertujuan untuk memperoleh keselarasan dan keharmonisan antara

tuntutan dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan. Schneiders juga mengatakan

bahwa orang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah orang yang dengan keterbatasan yang

ada pada dirinya, belajar untuk bereaksi terhadap dirinya dan lingkungan dengan cara yang

matang, bermanfaat, efisien, dan memuaskan, serta dapat menyelesaikan konflik, frustasi,

maupun kesulitan-kesulitan pribadi dan sosial tanpa mengalami gangguan tingkah laku.

(Agustiani,2009:19)

2.4 Kesejahteraan Anak

Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan

dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Hal ini diatur

lxii

dalam Undang-undang No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Dasar dari undang-undang

itu mengacu kepada Pasal 34 UUD 1945, yang menyatakan: Fakir miskin dan anak terlantar

dipelihara oleh negara. Apabila ketentuan Pasal 34 UUD 1945 ini diberlakukan secara

konsekuen, maka kehidupan fakir miskin dan anak terlantar akan terjamin.

Usaha kesejahteraan anak adalah usaha kesejahteraan sosial yang ditujukan untuk

menjamin terwujudnya kesejahteraan anak, terutama terpenuhinya kebutuhan anak (Pasal 1

angka 1 huruf b PP No. 2 Tahun 1988). Adapun usaha-usaha itu meliputi: pembinaan,

pencegahan dan rehabilitasi. Pelaksananya adalah pemerintah dan/atau masyarakat baik di dalam

maupun di luar panti (Pasal 11 ayat 3 PP No. 2 Tahun 1988). Pemerintah dalam hal ini

memberikan pengarahan, bimbingan, bantuan dan pengawasan terhadap usaha kesejahteraan

anak yang dilakukan oleh masyarakat. (Prinst, 1997: 83)

2.4.1 Perlindungan Anak

Kata "Perlindungan" bila berdiri sendiri tentu akan berbeda maknanya bila disatukan

dengan kata Anak yaitu menjadi Perlindungan Anak. Kata Perlindungan sendiri sangat

bersentuhan dengan penjaminan bahwa sesuatu yang dilindungi akan terbebas dari hal yang

membuat tidak nyaman, dari hal yang membuat kerusakan.

Pengertian Perlindungan Anak di dalam UU N0.23 tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak diartikan sebagai segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya

agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat

dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Pada

dasarnya anak harus dilindungi karena anak mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi

terhadap seluruh penyelenggara Perlindungan Anak yaitu orangtua, keluarga, masyarakat,

lxiii

pemerintah dan negara. Sudah barang tentu masing-masing mempunyai peran dan fungsinya

yang berbeda dimana secara keseluruhan, satu sama lain saling terkait di bawah pengertian

perlindungan sebagai payungnya.

Pengertian anak di dalam Undang-Undang adalah seseorang yang berusia dibawah 18

tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sering terjadi anak yang dalam kandungan

tidak dihitung sebagai anak. Seorang ibu misalnya ketika sedang mengandung anak yang kedua,

yang bersangkutan mengatakan bahwa ia mempunyai anak satu orang dan tidak menghitung

anaknya yang sedang dikandung karena yang dianggap hitungan anak adalah yang terlihat sudah

ada. Padahal anak yang dikandungpun mempunyai hak-haknya agar dapat tumbuh dan

berkembang dengan baik saat dalam kandungan maupun saat dilahirkan. Pencapaian hal tersebut

tentunya anak dalam kandungan harus mempunyai asupan gizi yang baik melalui ibunya, kasih

sayang dan perlindungan dari berbagai hal yang dapat menghambat tumbung kembang janin. Di

pihak lain kesehatan ibupun menjadi sangat penting baik secara fisik maupun non fisik.

Disimpulkan anak harus dilindungi baik di wilayah domestik maupun publik, baik dalam

situasi damai maupun konflik. Berangkat dari wilayah domestik, berapa banyak anak yang

mengalami tindak kekerasan dari orangtuanya sendiri yang melegitimasi hal itu sebagai alat

untuk mendidik sehingga dianggap suatu kewajaran semata. Dilanjutkan dalam wilayah publik

berapa banyak juga anak yang mengalami tindak kekerasan dan diskriminsi. Semisal di sekolah

mengalami tindak kekerasan dari pihak sekolah yang seyogyanya sekolah adalah tempat yang

nyaman bagi anak. Alih-alih dianggap sebagai alat untuk menjunjung kedisiplinan. Berapa

banyak elemen-elemen masyarakat lainnya melakukan tindakan yang sama. Begitu juga

pemerintah dan negara yang harus memfasilitasi kebutuhan anak dari aspek hak sipil,

lxiv

pendidikan, kesehatan dan pengasuhan alternatif ketika anak menghadapi masalah dalam bentuk

sarana dan prasarana seringkali melakukan yang sebaliknya.

Dapat kita lihat bahwa anak belum lagi menjadi pertimbangan utama dalam mewujudkan

perlindungan karena anak belum dilihat sebagai subjek tetapi objek orang-orang dewasa

dimanapun fungsi dan peran mereka sebagai penyelenggara perlindungan anak. Hal ini

disebabkan pemahaman ataupun perspektif anak yang belum baik dalam memahami siapa anak.

Kendati kita sudah memiliki Undang-Undang, lnstrumen lnternasional yaitu Konvensi Hak Anak

yang sudah diratifikasi sejak tahun 1990 yang membuat kita terikat secara yuridis maupun politis

untuk mengikuti seluruh ketentuan yang ada, namun kekuatan secara kultural yang kurang

berwawasan anak jauh lebih mendominasi.

Empat Prinsip dasar Konvensi Hak Anak yang menjadi azas dan tujuan Undang-Undang

No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak belum dipahami secara benar yaitu 1) non

diskriminasi, 2) kepentingan terbaik bagi anak, 3) hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan

perkembangan, 4) penghargaan terhadap pendapat anak. Keempat hal ini harus menjadi roh dari

setiap tindakan apapun dari seluruh penyelenggara perlindungan anak dalam memberikan

pemenuhan hak-hak mereka.

Bila hal ini diabaikan maka kekerasan dan diskriminasi terhadap anak akan menjadi

langgeng. Edukasi sangat diperlukan, pelatihan atau bentuk lain dari pemajuan hak anak agar

dapat melakukan perlindungan anak secara maksimal. Anak harus dijadikan pusat pertimbangan

utama dalam melakukan tindakan apapun oleh seluruh penyelenggara perlindungan anak

(http://www.duniapsikologi.com/pengertian-anak-sebagai-makhluk-sosial/ diakses tanggal 7

Desember 2013 pukul 10.00).

lxv

2.5 Kerangka Pemikiran

Pekerjaan orang tua penting bagi anak kecil hanya bila pekerjaan ini mempunyai akibat

langsung bagi kesejahteraan si anak. Tapi sekarang ini bagi anak yang lebih besar, pekerjaan

orang tua mempunyai arti budaya. Perkembangan teknologi dan budaya yang pesat

menyebabkan pekerjaan orang tua mempengaruhi gengsi sosial anak. Anak sekolah dasar

membagi masyarakat atas tingkat-tingkat berdasarkan pekerjaan dan mengambil alih sikap dan

nilai orang tua terhadap berbagai pekerjaan. Bila seorang anak merasa malu akan pekerjaan

orang tuanya, karena tingkat pekerjaan itu atau jenis pakaian kerja, sikap anak akan dipengaruhi

secara merugikan.

Bila anak cukup besar untuk memahami status sosial keluarganya sebagai dampak dari

pekerjaan orang tua, status ini mempunyai pengaruh yang nyata pada sikap anak terhadap orang

tua, terutama terhadap ayah sebagai pencari nafkah. Jika status sosial keluarga anak sekurang-

kurangnya sama dengan status keluarga teman sebaya, anak merasa bangga terhadap ayah

mereka. Bila mereka melihat bahwa status keluarga mereka lebih rendah, mereka merasa malu

dan bersikap sangat kritis terhadap ayah mereka.

Keadaan demikian bisa mempengaruhi juga perkembangan anak baik secara sosial

maupun kepribadian. Perkembangan sosial anak menjadi terganggu, anak menjadi pendiam dan

tertutup. Anak menutup diri dari lingkungan sosial karena merasa malu, tidak sederajad dan

rendah diri. Tak jarang anak menjadi bahan olok-olokan teman-temannya akibat dari pekerjaan

yang dilakukan orang tua. Ini menbawa dampak buruk bagi perkembangan anak.

Bagan Alur Pikir

lxvi

2.6 Hipotesis

Secara Etimologis istilah hipotesis berasal dari bahasa latin, yang terdiri dari dua kata,

yaitu hipo yang berarti sementara dan these yang berarti pernyataan. Secara sederhana hipotesi

dapat diartikan sebagai pernyataan sementara. Kerlinger (1997) mengemukakan bahwa hipotesis

adalah suatu pernyataan sementara yang menyatakan hubungan antara dua atau lebih variable.

Hipotesis harus dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan (Siagian, 2011:147-148).

Pekerjaan Orang Tua

Perkembangan Anak

Perkembangan Sosial Anak Perkembangan Kepribadian Anak

Pengaruh

Tidak Ya

lxvii

Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah:

Ho : Tidak terdapat pengaruh pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak

pada keluarga pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan

Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

Ha : Terdapat pengaruh pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak pada

keluarga pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan

Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

2.7 Definisi Konsep dan Definisi Operasional

2.7.1 Definisi Konsep

Konsep adalah istilah khusus yang digunakan para ahli dalam menggambarkan secara

cermat fenomena sosial yang akan dikaji. Untuk menghindari salah pengertian atas makna

konsep-konsep yang akan dijadikan objek, peneliti harus menegaskan dan membatasi konsep

yang diteliti. Perumusan definisi konsep dalam suatu peneliian menunjukkqn bahwa peneliti

ingin mencegah salah pengertian atas konsep yang diteliti. Definisi konsep adalah adalah

pengertian terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian,2011:136).

Definisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang akan digunakan dan

menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang

dapat mengaburkan tujuan penelitian. Untuk lebih mengetahui pengertian mengenai konsep-

konsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang digunaan sebagai berikut:

1. Pengaruh dalam penelitian ini adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu

keadaan atau kondisi yang disebabkan oleh terjadinya sesuatu

lxviii

2. Pekerjaan orang tua dalam penelitian ini adalah kegiatan yang dilakukan orang

tua dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga

3. Perkembangan anak dalam penelitian ini adalah perubahan yang terjadi pada anak

yang membentuk tingkah laku anak

a. Perkembangan sosial anak dalam penelitian ini adalah perubahan yang terjadi

pada proses interaksi anak dengan lingkungan sosial

b. Perkembangan kepribadian anak dalam penelitian ini adalah perubahan yang

terjadi pada sikap anak dalam menghadapi lingkungan sosial

4. Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan anak yang dapat menjamin

pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani

maupun sosial.

2.7.2 Definisi Operasional

Definisi operasional sering disebut sebagai suatu proses mengoperasionalisasikan konsep.

Operasionalisasi konsep berarti menjadikan konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis.

Jika konsep telah bersifat dinamis, maka akan memungkinkan untuk dioperasikan. Wujud

operasionalisasi konsep adalah dalam bentuk sajian yang benar-benar terinci sehingga makna

dan aspek-aspek yang terangkum dalam konsep tersebut terangkat dan terbuka

(Siagian,2011:141).

Adapun yang menjadi definisi dalam Pengaruh Pekerjaan Orang Tua terhadap

Perkembangan Anak di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan

Medan Sunggal yaitu dapat diukur melaui indikator-indikator sebagai berikut:

1. Variabel Bebas

lxix

Secara sederhana variabel bebas (independent variable) dapat didefinisikan sebagai

variabel atau sekelompok atribut yang mempengaruhi atau memberikan akibat terhadap

variabel atau sekelompok atribut yang lain (Siagian, 2011:89). Menurut Idrus (2009: 79),

variabel bebas atau variabel (x) merupakan variabel yang menjadi sebab berubahnya atau

timbulnya variabel terikat.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

A. Pekerjaan Orang Tua

1. Pendapatan Orang Tua

2. Keadaan Tempat Tinggal

3. Pendidikan Orang tua

4. Kebutuhan Hidup

5. Jumlah Anggota Keluarga

6. Kegiatan dan kedirian orang tua, yaitu: tercukupi gizi, terbebas dari kematian dini,

berpartisipasi dalam politik

2. Variabel Terikat

Variabel terikat (dependent variable) secara sederhana dapat diartikan sebagai variabel

yang dipengaruhi oleh variabel lain. Melihat kedudukannya, maka variabel terikat sering

juga disebut variabel terpengaruh (Siagian, 2011:90). Menurut Idrus (2009: 80), variabel

terikat atau variabel y adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada atau

muncul dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas dan bukan karena ada variabel

lain.

Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah

A. Perkembangan Anak

lxx

1. Perkembangan Sosial Anak

a. Perubahan dalam perilaku sosial

b. Pengelompokan sosial baru

c. Nilai baru dalam penilaian sosial

d. Minat sosial

e. Perilaku sosial

2. Perkembangan Kepribadian Anak dilihat dari

a. Mandiri dalam berpikir dan bertindak

b. Mampu menjalin relasi sosial yang sehat dengan sesamanya

c. Mampu menerima diri sendiri dan orang lain sebagaimana apa adanya

d. Dapat menerima dan melaksanakan tanggung jawab yang dipercayakan

e. Dapat mengendalikan emosi

lxxi

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian eksplanatif, yaitu penelitian yang secara khusus

dilakukan dengan tujuan menguji atau membuktikan hipotesis (Siagian, 2011: 53). Objek

telaahan penelitian eksplanatif adalah untuk menguji hubungan antarvariabel yang

dihipotesiskan. Hipotesis ini menggambarkan hubungan antara dua atau lebih variabel; untuk

mengetahui suau variabel berasosiasi atau tidak dengan variabel lainnya: atau apakah suatu

variabel disebabkan/dipengaruhi atau tidak oleh variabel lain (Faisal, 2003: 21).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal

Kecamatan Medan Sunggal Medan Sumatera Utara.

Alasan peneliti memilih lokasi ini karena lingkungan ini mayoritas penduduknya bekerja

sebagai pemulung. Di lingkungan ini anak-anak yang masih bersekolah hanya terpaku pada

lingkungan sekitar. Mereka jarang bersosialisasi dengan teman-teman lain. Teman sekolah juga

terpaku pada teman yang memiliki lingkungan rumah yang sama.

3.3 Populasi dan Sampel

Secara sederhana populasi dapat diartikan sekumpulan objek, benda, peristiwa atau

individu yang akan dikaju dalam suatu penelitian. Berdasarkan pengertian ini dapat dipahami

bahwa mengenal populasi termasuk langkah awal dan penting dalam proses penelitian. Secara

lxxii

umum populasi merujuk pada sekumpulan individu atau objek yang memiliki ciri atau sifat yang

sama. Tidak harus seragam namun diantara mereka harus ada persamaan (Siagian, 2011: 155).

Adapun yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anak

dengan rentang usia 13-18 tahun. Di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal

Kecamatan Medan Sunggal terdapat 49 Kepala Keluarga yang memiliki anak. Penelitian ini

menggunakan sampel bertujuan (purposive sampling) sejumlah 10 kepala keluarga yang

memiliki anak dengan rentang usia 13-18 tahun sejumlah 2-3 anak tiap keluarga. Purposive

sampling artinya penetapan sampel mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah

dibuat terhadap objek yang sesuai dengan tujuan penelitian dalam hal ini peneltian yang

dilakukan pada anak dengan retang usian 13-18 tahun dan masih berstatus bersekolah.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1. Studi Pustaka yaitu teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut

masalah yang diteliti dengan mempelajari data melalui buku-buku, dokumentasi

dan sumber referensi

2. Penelitian Lapangan yaitu mengadakan penelitian ke lokasi untuk mendapatkan

data yang lengkap sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian lapangan

ini digunakan beberapa metode, yakni:

a) Observasi yaitu mengumpulkan data tentang gejala tertentu yang

dilakukan dengan mengamati, mendengar dan mencatat kejadian yang

menjadi sasaran penelitian.

lxxiii

b) Wawancara yaitu mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan

secara tatap muka dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi

data yang diperoleh

c) Kuesioner yaitu dimaksudkan untuk mendapatkan informasi tambahan dan

data yang relevan dari informasi yang telah penulis dapatkan dari

wawancara, hal ini dilakukan melalui daftar pertanyaan yang akan

diajukan.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik Korelasi Product Moment yang

digunakan untuk mencari koefisien korelasi antara data-data interval atau juga data rasio

(Siagian, 2011: 230). Taraf korelasinya disimbolkan dengan r, yang dicari dengan menggunakan

rumus sebagai berikut

Keterangan:

푟 = Koefisien korelasi product moment

N = Jumlah sampel

X = Skor distribusi variabel X

Y = Skor distribusi variabel Y

lxxiv

Nilai r dari hasil perhitungan korelasi Product Moment berada diantara -1 sampai dengan 1,

dengan ketentuan bahwa:

1. Apabila nilai r = -1, maka korelasi variabel x dengan variabel y negatif sempurna

2. Apabila nilai r = 0, maka tidak terdapat korelasi antara variabel x dengan variabel y

3. Apabila nilai r = 1, maka korelasi variabel x dengan variabel y positif sempurna

Untuk menggambarkan jenis hubungan digunakan ketentuan dari Guilfrod yaitu sebagai berikut:

1. +0,70 – ke atas : Hubungan positif yang kuat

2. +0,59 - +0,69 : Hubungan positif yang mantap

3. +0,30 - +0,49 : Hubungan positif yang sedang

4. +0,10 - +0,29 : Hubungan positif yang rendah

5. +0,01 - +0,09 : Hubungan positif yang tak berarti

6. 0,0 : Tak ada hubungan

lxxv

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI

4.1 Gambaran Umum Kelurahan Sunggal

Kelurahan Sunggal merupakan bagian dari Kecamatan Medan Sunggal. Kelurahan

sunggal terdiri dari 14 lingkungan yang tersebar di beberapa wilayah. Kelurahan Sunggal

berbatasan dengan:

Sebelah Utara: Kelurahan Lalang Kecamatan Medang Sunggal

Sebelah Selatan: Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang

Sebelah Timur: Kelurahan Sei Kambing/ Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

Sebelah Barat: Kelurahan Sei Belawan Kecamatan Sunggal Deli Serdang

Kelurahan Sunggal memiliki luas wilayah 10,6 ha/m² dengan spesifikasi sebagai berikut:

Luas permukiman: 50,6 ha/m²

Luas persawahan: 30 ha/m²

Luas kuburan: 0,50 ha/m²

Luas perkarangan: 10,11 ha/m²

Luas taman: 0,23 ha/m²

Perkantoran: 7 ha/m²

lxxvi

Luas prasarana umum lainnya: 8 ha/m²

4.1.1 Komposisi Penduduk

Menurut data kelurahan tahun 2012/2013, Kelurahan Sunggal memiliki 6.431 Kepala

Keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak 36.321 jiwa dengan komposisi 18.048 jiwa laki-

laki dan 18.246 jiwa perempuan. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel I

Data Jumlah Penduduk Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 18.048

2 Perempuan 18.264

Jumlah 36.312

Sumber : Data Kelurahan, 2013

Berdasarkan data pada Tabel I dapat kita lihat komposisi perbandingan jenis kelami

penduduk di Kelurahan Sunggal yaitu laki-laki sebanyak 18.048 jiwa dan perempuan sebanyak

18.264 jiwa. Keadaan ini menunjukan bahwa perempuan lebih banyak daripada laki-laki dengan

selisih sebesar 216 jiwa.

Tabel II menggambarkan komposisi penduduk dengan usia anak sesuai dengan Undang-

Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dimana berusia sampai 18 tahun.

Berdasarkan data pada Tabel II dapat diketahui bahwa banyak dari anak-anak Kelurahan Sunggal

yang berusia wajib sekolah tidak dapat mengenyam bangku sekolahan. Keadaan ini sebagian

lxxvii

besar diakibatkan dari faktor ekonomi yang dialami masyarakat Kelurahan sunggal. Komposisi

penduduk berdasarkan usia anak dan status bersekolah dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel II

Data Anak-Anak di Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Usia Laki-laki Perempuan

1 Usia 3-6 tahun belum

TK/PlayGroup

876 986

2 Usia 3-6 tahun bersekolah 934 902

3 Usia 7-18 tahun tidak

bersekolah

285 315

4 Usia 7-18 tahun bersekolah 1253 1137

Jumlah 3348 3340

Sumber : Data Kelurahan, 2014

Penduduk Kelurahan Sunggal mayoritas menganut agama Islam. Berdasarkan Tabel II

diketahui bahwa penduduk Kelurahan Sunggal pada umumnya beragama Islam yakni sebanyak

12.532 jiwa. Tabel III juga menggambarkan bahwa penyebaran agama di Kelurahan Sunggal

terbilang merata. Hampir semua agama ada disini dengan jumlah penganut yang hanya berselisih

sedikit.

lxxviii

Tabel III

Data Agama Penduduk Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Agama Laki-laki Perempuan

1 Islam 6.942 5.590

2 Kristen 2.431 4.315

3 Katolik 2.670 2.670

4 Hindu 3.452 3.344

5 Budha 2.553 2.345

Jumlah 18.048 18.264

Sumber: Data Kelurahan, 2013

Struktur Perangkat Lurah Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

Seretaris Sekretaris

KASI Ketentraman dan Ketertiban

Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat

Sekretaris Lurah

Lurah

KASI Pemerintahan

Staff KASI Pembangunan

Staff

Kepala Lingkungan I - XIV

lxxix

4.2 Gambaran Umum Lingkungan IX

Lingkungan IX merupakan bagian dari Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal.

Lingkungan IX terdiri dari 3 (tiga) wilayah yaitu sebagian Pasar 2, keseluruhan Pasar 3 dan

sebagian Pasar 4. Desa Tapian Nauli merupakan bagian dari Pasar 4. Wlayah Desa Tapian Nauli

diawali dari belakang Perumahan Taman Setia Budi II dan berakhir di SMA Negeri 15 Medan.

Desa Tapian Nauli memiliki luas wilayah 8.000 m². Desa Tapian Nauli memiliki 114

Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak 587 jiwa.

Tabel IV

Data Jumlah Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 283

2 Perempuan 304

Jumlah 587

Sumber: Data Kepala Lingkungan IX, 2013

Berdasarkan data pada Tabel IV, penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan

Sunggal Kecamatan Medan Sunggal mayoritas berjenis kelamin perempuan dengan jumlah

sebanyak 304 jiwa sedangkan laki-laki sebanyak 283 jiwa.

lxxx

Tabel V

Data Pekerjaan Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Jenis Pekerjaan Jumlah

1 Pemulung 411

2 Swasta 117

3 Pegawai 59

Jumlah 587

Sumber : Data Kepala Lingkungan IX, 2013

Dilihat dari data pada Tabel V, penduduk Desa Tapian Nauli Kelurahan IX Kecamatan

Medan Sunggal mayoritas berprofesi sebagai pemulung. Penduduk lainnya berprofesi sebagai

swasta seperti berdagang, narik becak, supir angkot dan lainnya sedangkan sebagian lagi sebagai

pegawai. Perempuan di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX khususnya Ibu juga memiliki tugas

untuk membantu perekonomian keluarga. Hampir sebagian besar ibu rumah tangga memiliki

pekerjaan sampingan sebagai pemulung. Tak jarang pekerjaan ini melibatkan anak-anak mereka.

lxxxi

BAB V

ANALISIS DATA

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan melalui teknik penyebaran

angket/kuesioner dan wawancara kepada responden, ternyata semua kuesioner telah diisi dan

memenuhi syarat untuk dianalisis. Data kuesioner yang telah terkumpul sebanyak 24 kuesioner

dari 24 responden.

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai data yang telah terkumpul, dapat

dilihat pada tabel-tabel distibusi data yang telah dianalisis sesuai dengan kemampuan penulis

sebagai berikut:

5.1 Pekerjaan Orang Tua (Variabel X)

Tabel VI

Distribusi Data Pendapatan Orang Tua per Bulan Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Pendapatan Jumlah

1 > Rp. 1.000.000 3

2 Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 21

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

Berdasarkan data pada Tabel VI, diketahui bahwa rata-rata pendapatan pemulung di Desa

Tapian Nauli berkisar pada Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 berjumlah. Pendapatan yang terbilang

lxxxii

rendah ini harus mampu mencukupi segala kebutuhan baik itu pandang, sandang dan juga papan.

Pendapatan yang diperoleh juga harus mencukupi kebutuhan pendidikan yang sebagian besar

anak-anak mereka bersekolah di sekolah swasta.

Perbedaan pendapatan yang dialami oleh setiap keluarga sebagian besar disebabkan oleh

etos kerja yang berbeda. Sebanyak 3 orang anak mengakui bahwa orang tua mereka memiliki

penghasilan diatas Rp. 1.000.000 per bulan. Penghasilan yang diatas rata-rata masyarakat Desa

Tapian Nauli ini tidak hanya berasal dari mengumpulkan barang-barang bekas. Mereka memiliki

becak dayung yang dapat dimanfaatkan untuk menambah penghasilan pada siang dan malam hari

saat yang lain memilih untuk beristirahat setelah pagi dan sore hari memulung.

Berdasarkan observasi, keluarga yang memiliki penghasilan diatas Rp. 1.000.000 per

bulan memiliki 2 orang tulang punggung keluarga. Bukan hanya bapak, ibu juga membantu

mengumpulkan barang-barang demi terpenuhinya kebutuhan hidup. Keluarga yang memiliki

penghasilan Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 hanya bapak yang bekerja. Etos kerja merekapun

hanya pagi dan sore hari, sedangkan siang dan malam hari mereka memilih diam di rumah.

lxxxiii

Tabel VII

Distribusi Data Status Tempat Tinggal Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Status Jumlah

1 Milik Pribadi 2

2 Milik Orang tua/ Keluarga 7

3 Sewa 15

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

Berdasarkan data pada Tabel VII, sebagian besar masyarakat Desa Tapian Nauli memiliki

tempat tinggal dengan status “sewa” berjumlah 15. Pekerjaan sebagai pemulung membuat

mereka berpindah-pindah dari satu kontrakan ke kontrakan lainnya. Perpindahan itu membuat

mereka menyewa rumah dengan alasan karena lingkungan yang sebagian besar memiliki

pekerjaan yang sama membuat mereka merasa diterima dan juga dihargai. Penghasilan yang

tidak tetap juga membuat mereka kesulitan dalam memiliki rumah pribadi, walaupun menyewa

tempat tinggal membuat pengeluaran bertambah.

Sebagian yang berstatus tempat tinggal adalah milik orang tua/keluarga berjumlah 7,

dimana rumah yang ditempati sebagian besar adalah milik orang tua. Mereka tidak tinggal

sendiri di rumah tersebut namun juga bersama orang tua, ada juga yang bersama saudara yang

lain. Menurut mereka, tinggal di rumah orang tua meringankan beban keuangan, bukan hanya

untuk biaya menyewa rumah namun juga biaya sehari-hari. Tinggal bersama-sama membuat

mereka bisa melakukan beberapa pengeluaran bersama seperti biaya masak sehari-hari, bayar

lxxxiv

listrik dan bayar air. Sedangkan untuk status pribadi berjumlah 2, dimana rumah yang mereka

tinggali sebenarnya milik keluarga mereka namun kemudian mereka beli dengan cara

mengangsur. Pembelian dengan cara seperti ini memberikan keringanan kepada mereka.

Berdasarkan observasi, lingkungan tempat tinggal mereka dianggap sudah mengerti

dengan keadaan mereka, lebih dapat memahami kegiatan yang mereka lakukan dan dampak yang

ditimbulkan karena kegiatan mereka sehari-hari tersebut, seperti kebersihan yang kurang terjaga

dan juga bau yang menyebar dari sampah yang ditimbun.

Tabel VIII

Distribusi Data Keadaan Tempat Tinggal Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Keadaan Rumah Jumlah

1 Permanen 2

2 Semi Permanen 17

3 Triplek 5

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

Dilihat dari data pada Tabel VIII, keadaan tempat tinggal penduduk Desa Tapian Nauli

sebagian besar semi permanen yaitu berjumlah 17. Tempat tinggal mereka terbuat dari batu

batako yang harganya lebih murah jika dibandingkan dengan batu bata. Melengkapi batu batako,

masyarakat Desa Tapian Nauli juga membangun tempat tinggal dari kayu-kayu yang mereka

dapat dari memulung, sehingga rumah mereka yang semi permanen terdiri dari batu batako dan

lxxxv

kayu-kayu. Rumah ini tidak beralaskan ubin namun beralaskan tanah yang bila hujan turun

langsung becek.

Keadaan tempat tinggal dengan status permanen terdiri dari batu batako secara

keseluruhan. Tempat tinggal yang berstatus permanen berjumlah 2. Rumah permanen ini dimiliki

oleh rumah yang berstatus milik pribadi sehingga mereka dengan leluasa memperbaiki dan

mengganti hal-hal yang dianggap sudah tidak layak di rumah mereka. Tak jauh berbeda dengan

rumah semi permanen, rumah permanen juga belum beralaskan ubin namun mereka sudah

beralaskan semen yang halus sehingga bila hujan tidak becek.

Rumah dengan berstatus triplek berjumlah 5. Rumah triplek ini dimiliki oleh rumah yang

berstatus menyewa. Hanya berdindingkan triplek membuat harga sewa rumah ini lebih murah.

Tak jarang dibeberapa rumah, triplek yang seharusnya menutupi setiap ruangan ada yang sudah

bolong-bolong sehingga beberapa hewan bisa masuk seperti kucing dan anjing kecil. Rumh

triplek juga masih beralaskan tanah.

Berdasarkan observasi, keadaan rumah baik yang permanen, semi permanen maupun yg

triplek tidak memiliki perbedaan yang mencolok. Hal ini mungkin dikarenakan oleh sampah-

sampah yang berserakan di depan rumah mereka sehingga semua rumah terlihat sama. Isi dalam

rumah juga tidak jauh berbeda. Beberapa barang-barang elektronik dapat mereka miliki. Barang-

barang tersebut sebagian besar mereka beli dari penjual-penjual rongsokan.

lxxxvi

Tabel IX

Distribusi Data Pendidikan Terakhir Orang Tua Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Jenjang Pendidikan Jumlah

1 SMP 18

2 SMA 6

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

Keadaan orang tua yang sebagian besar hanya lulusan SMP membuat mereka tidak

memiliki keahlian khusus untuk memenuhi kebutuhan hidup berjumlah 18, sedangkan lulusan

SMA berjumlah 6. Keadaan orang tua yang hanya lulusan diakibatkan oleh kemiskinan yang

membelenggu secara turun temurun. Orang tua yang lulusan SMA merupakan penduduk yang

sudah sejak lahir tingga di Desa Tapian Nauli sehingga mereka dapat mengenyam pendidikan

yang lebih baik, sedangkan orang tua yang lulusan SMP merupakan penduduk yang baru tinggal

sejak menikah atau sejak lulus SMP di Desa Tapian Nauli.

Sebagian besar penduduk Desa Tapian Nauli merupakan warga pindahan yang berasal

dari luar kota baik itu kota-kota kecil di sekitar Medan maupun dari luar Provinsi Sumatera Utara

dan Pulau Jawa, sehingga beberapa dari mereka berdarah Jawa namun lahir di Medan karena

sudah turun temurun tinggal ditempat tersebut. Perpindahan yang dilakukan masyarakat Desa

Tapian Nauli lebih dikarenakan tidak adanya lapangan pekerjaan yang tersedia di daerah asal.

Urbanisasi menjadi pilihan yang diharapkan dapat membantu mereka merubah nasib.

Ketidakadaan keterampilan yang mereka miliki justru membawa masalah yang lebih besar di

lxxxvii

kota, namun karena telah terlanjur pindah mereka memilih bertahan dengan segala keadaan yang

ada.

Telah memiliki keluarga juga menjadi salah satu alasan mengapa mereka lebih memilih

bertahan tinggal di kota dengan segala keterbatasan. Jika mereka membawa serta keluarga untuk

kembali ke kampung halaman tentu tidak juga dapat membantu memperbaiki keadaan bahkan

bisa saja menjadikannya lebih buruk. Di daerah asal mereka tidak dapat melakukan apapun

bahkan sekedar untuk memenuhi kebutuhan dasar.

Berdasarkan wawancara, keterampilan bukan hanya menjadi kekurangan yang mereka

miliki. Pemikiran tetang bahwa kemiskinan yang mereka alami adalah hal yang harus diterima

justru menjadikan mereka berada dalam posisi nyaman dengan keadaan mereka saat ini. Mereka

tidak melihat bahwa masalah yang mereka hadapi harus diselesaikan. Hal ini kemungkinan besar

berasal dari pola pikir mereka yang pendek yang disebabkan oleh tinggat pendidikan yang

rendah.

lxxxviii

Tabel X

Distribusi Data Jumlah Anggota Keluarga Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Jumlah Anggota Keluarga Jumlah

1 > 8 Orang 2

2 5-7 Orang 7

3 < 5 Orang 15

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

Berdasarkan data pada Tabel X, jumlah anggota keluarga Desa Tapian Nauli terbilang

sedikit. Sebagian dari mereka memiliki anggota keluarga lebih dari 5 orang, namun sebagian

besar memiliki anggota keluarga kurang dari 5 orang berjumlah 15. Memiliki jumlah anak

sedikit menjadi pilihan warga Desa Tapian Nauli. Dengan memiliki anak sedikit maka kebutuhan

yang dikeluarkan juga sedikit.

Bagi keluarga yang berjumlah lebih dari 8 orang yaitu berjumlah 2 tidak hanya terdiri

dari anak-anak dan orang tua. Mereka juga terdiri dari keluarga yang tinggal bersama mereka.

Mereka yang masih lajang dan merantau dari kampung halaman terkadang memilih tinggal di

rumah saudara untuk sementara waktu. Mereka yang ditumpangi juga tidak merasa keberatan

karena dapat membantu sebagian pekerjaan dan sedikit meringankan beban pengeluaran. Mereka

yang menumpang biasanya memberikan sedikit penghasilan mereka kepada saudara yang

mereka tumpangi. Sebagian dari mereka juga ada yang masih merawat orang tua mereka yang

sudah renta.

lxxxix

Bagi keluarga yang berjumlah 5-7 orang yaitu berjumlah 7. Mereka terdiri dari anak-anak

dan orang tua. Sebagian dari mereka telah memiliki anak yang sudah lulus SMA, namun sayang

banyak dari anak-anak mereka justru ikut menjadi pemulung setelah lulus sekolah. Tak jarang

memiliki anak banyak untuk kemudian dipekerjakan menjadi seperti mereka menjadi alasan

paling banyak dikemukakan oleh masyarakat Desa Tapian Nauli. Beberapa dari mereka berpikir

dengan banyak anak maka orang yang membantu pekerjaan mereka akan semakin banyak pula.

Tabel XI

Distribusi Data Keikutsertaan Kegiatan di Lingkungan Tempat Tinggal

Desa Tapian NauliLingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Frekuensi Keikutsertaan Jumlah

1 Sering 2

2 Kadang-kadang 21

3 Tidak Pernah 1

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

Berdasarkan data pada Tabel XI, tingkat keikutsertaan masyarakat Desa Tapian Nauli

terbilang rendah. Dari 24 responden yang diambil data, hanya 2 orang anak yang mengakui

bahwa orang tua mereka sering mengikuti kegiatan di lingkungan mereka. Sebanyak 21 anak

mengaku bahwa orang tua mereka hanya kadang-kadang mengikuti kegiatan sedangkan 1 orang

anak mengatakan bahwa orang tua mereka tidak pernah mengikuti kegiatan di lingkungan tempat

tinggal mereka.

xc

Sebagian besar anak yang mengaku bahwa orang tua mereka sering mengikuti kegiatan di

lingkungan mereka yang diadakan seminggu 1 kali diikuti oleh orang tua mereka sebanyak 3-4

kali dalam sebulan berjumlah 2. Mereka selalu mengusahakan untuk mengikuti kegiatan yang

diadakan oleh kepala lingkungan, biasanya berupa pertemuan-pertemuan. Mereka yang sering

mengikuti kegiatan adalah masyarakat yang dekat dengan kepala lingkungan mereka sehingga

seolah-olah memang diwajibkan untuk datang.

Sebagian yang mengaku kadang-kadang berjumlah 21. Mereka mengikuti kegiatan

sebanyak 1-2 kali dalam sebulan. Mereka mengikuti kegiatan apabila mereka merasa perlu

mengikutinya. Sebagian alasan mereka mengikuti karena hal itu berdampak pada kehidupan

mereka seperti pertemuan-pertemuan untuk membagikan bantuan-bantuan dari berbagai pihak.

Sedangkan yang tidak pernah mengikuti kegiatan berjumlah 1. Hal ini dikarenakan waktu yang

tidak bisa dibagi dan merasa bahwa kegiatan terebut tidak mengubah hidupnya sama sekali.

Tabel XII

Distribusi Data Keikutsertaan Kegiatan Keagamaan di Lingkungan Desa Tapian Nauli

Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Frekuensi Keikutsertaan Jumlah

1 Sering 5

2 Kadang-kadang 19

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

xci

Berdasarkan data pada Tabel XII, frekuensi keikutsertaan masyarakat Desa Tapian Nauli

dalam kegiatan keagamaan masih relatif rendah. Hanya 5 orang anak yang mengaku orang

tuanya mengikuti kegiatan keagamaan secara rutin, sedangkan yang lainnya yaitu sebanyak 19

anak mengaku orang tua mereka kadang-kadang mengikuti kegiatan keagamaan. Kegiatan

keagamaan perlu untuk membangun mental para orang tua agar nantinya bisa menerapkannya

kepada anak-anak mereka.

Sebagian besar anak mengaku bahwa orang tua mereka kadang-kadang mengikuti

kegiatan keagamaan berjumlah 19. Kegiatan keagaman dilakukan sebanyak 1 minggu sekali.

Mereka hanya mengikuti 1-2 kali dalam satu bulan. Hal ini dikarenakan waktu kegiatan yang

dilakukan pada sore hari dimana mereka melakukan pekerjaan mereka memulung sehingga

mereka memilih tidak mengikuti kegiatan keagamaan. Mereka akan mengikuti kegiatan

keagamaan kalau yang kebagian untuk mengadakan kegiatan saudara mereka atau bertempat

tinggal di dekat rumah mereka. Sebagian yang menyatakan sering mengikuti kegiatan

keagamaan berjumlah 5. Mereka mengikuti kegiatan yang diadakan seminggu sekali itu dengan

frekuensi 3-4 kali dalam sebulan. Mereka mengakui bahwa bagi mereka kegiatan keagamaan itu

penting dan tak bisa digantikan walau dalam hal mencari rezeki.

Berdasarkan observasi dan wawancara, kegiatan keagamaan sering dilupakan karena

mereka terlalu fokus pekerjaan mereka yang banyak menyita waktu. Pada pagi hari mereka sibuk

mengumpulkan sampah-sampah di rumah-rumah warga, setelah siang harinya mereka kembali

ke rumah dan beristirahat. Pada sore hari mereka kembali mengelilingi rumah-rumah warga

untuk mengumpulkan sampah-sampah dan kembali ke rumah ketika matahari sudah tenggelam.

Bagi mereka semakin lama mereka bekerja maka semakin banyak uang yang dapat mereka

xcii

kumpulkan. Mereka seolah-olah dikejar-kejar oleh waktu karena bila terlambat keluar rumah

untuk memulung maka sampah akan diambil oleh pemulung lain dam mereka tidak kebagian.

Tabel XIII

Distribusi Data Keikutsertaan Kegiatan Program Pemerintah Desa Tapian Nauli

Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Frekuensi Keikutsertaan Jumlah

1 Sering 2

2 Kadang-kadang 13

3 Tidak Pernah 9

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

Dilihat pada Tabel XIII, masyarakat Desa Tapian Nauli terkadang mengikuti kegiatan

program pemerintah. Sebanyak 13 anak yang mengaku orang tuanya hanya kadang-kadang

mengikuti program pemerintah, sedangkan 9 anak mengaku orang tua mereka tidak pernah

mengikuti program pemerintah dan 2 anak mengakui orang tua mereka sering mengikuti

program pemerintah.

Sebagian besar mengakui bahwa orang tua mereka sering mengikuti program pemerintah

berjumlah 2. Mereka mengakui mengikuti program pemerintah karena dekat dengan kepala

lingkungan mereka sehingga seolah-olah mereka diwajibkan mengikuti setiapprogram yang

diadakan pemerintah melalui kepala lingkungan. Sedangkan mereka yang mengaku kadang-

kadang mengikuti kegiatan berjumlah 13. Mereka akan mengikuti kegiatan yang menurut mereka

xciii

memberikan keuntungan bagi kehidupan keluarga mereka. Mereka akan mengikuti program

yang memberikan bantuan kepada mereka.

Sebagian yang menyatakan tidak pernah mengikuti program pemerintah berjumlah 9.

Mereka mengakui bahwa ketidakikutsertaan mereka pada program pemerintah disebabkan

mereka merasa tidak ada perubahan yang berarti atas apa yang terjadi atas kehidupan mereka.

Mereka tidak percaya bahwa bantuan dari pemerintah dapat meringankan beban mereka.

Sulitnya proses mendapatkan dan lambatnya pencairan bantuan pemerintah menjadi salah satu

alasan mereka enggan mengambil bantuan pemerintah.

Tabel XIV

Data Distribusi Kesempatan Menabung Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Kesempatan Menabung Jumlah

1 Ada 1

2 Kadang-kadang 13

3 Tidak Ada 10

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

Berdasarkan data pada Tabel XIV, anak-anak Desa Tapian Nauli mayoritas mengaku

hanya terkadang orang tua mereka memiliki kesempatan menabung dari hasil pendapatan mereka

berjumlah 13. Sebanyak 10 anak mengaku orang tua mereka tidak dapat menabung sedangkan

xciv

sebanyak 1 orang anak mengaku orang tuanya mampu menyisihkan penghasilan mereka untuk

ditabung.

Sebagian besar dari mereka menyatakan orang tua kadang-kadang dapat menabung

berjumlah 13. Ketika mereka mendapatkan penghasilan lebih dari biasanya, mereka bisa

menyisihkannya untuk menabung namun ketika mereka tidak menghasilkan uang maka uang

yang ditabung mereka gunakan sehingga uang tabungan hanya berputar pada memenuhi

kebutuhan juga, tak bisa digunakan untuk hal lain. Sedangkan yang mampu menabung berjumlah

1. Hal ini dikarenakan mereka mampu meminimalisir pengeluaran dan hanya memiliki anak 1

orang. Bagi yang tidak mampu menabung berjumlah 10. Semua penghasilan yang didapatkan

habis untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan biaya-biaya lain sehingga mereka tidak

mampu menyisihkan penghasilan mereka.

Berdasarkan wawancara, pendapatan yang hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari

tentu membuat mereka memiliki sedikit kemungkinan untuk menabung. Bagi mereka menabung

adalah hal yang paling berat dilakukan karena berdampak pada kehidupan mereka sehari-hari.

Menabung membuat perhitungan pengeluaran menjadi lebih besar karena pendapatan tidak

langsung dapat dikonsumsi. Penghasilan yang didapat terhitung sehari, karena itu lebih sulit

disisihkan dibandingkan bila didapat langsung dalam jangka waktu seminggu atau sebulan.

xcv

Tabel XV

Data Distribusi Penyakit yang Diidap Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Jenis Penyakit Jumlah

1 Penyakit Berat 2

2 Penyakit Ringan 15

3 Tidak Ada 7

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

Dilihat pada Tabel XV, masyarakat Desa Tapian sering mengalami penyakit ringan.

Sebanyak 15 anak mengaku keluarga mereka sering terkena penyakit ringan seperti diare,

demam, batuk, flu dan lain sebagainnya sedangkan ada 2 orang anak yang mengaku keluarga

mereka terkena penyakit berat yaitu jantung dan paru-paru. Sebanyak 7 orang anak menyatakan

bahwa keluarga mereka tidak ada yang terkena penyakit baik itu penyakit ringan maupun

penyakit berat.

Sebagian besar masyarakat Desa Tapian Nauli sering terkena penyakit ringan berjumlah

15. Mereka mengaku sering terkena demam, batuk, flu, diare dan penyakit-penyakit ringan

lainnya yang biasa dialami oleh orang-orang dengan berbagai keadaan lingkungan baik itu

lingkungan bersih maupun kotor. Sedangkan yang memiliki penyakit berat berjumlah 2. Mereka

mengaku bahwa orang tua mereka mengalami sakit jantung yang dialami secara turun-temurun.

xcvi

Berdasarkan observasi, keadaan kesehatan yang terbilang baik. Masyarakat Desa Tapian

Nauli termasuk masyarakat yang menjaga kesehatan walau tinggal di lingkungan yang terbilang

kumuh dan kotor. Sampah yang bertebaran hampir di setiap halaman tempat tinggal mereka yang

ditimbun dari hasil kerja keras mereka tidak memberikan dampak yang berarti pada kesehatan

diri mereka.

Tabel XVI

Data Distribusi Frekuensi Berobat Ke Puskesmas Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Frekuensi Berobat Jumlah

1 Selalu 10

2 Kadang-kadang 14

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

Berdasarkan data pada Tabel XVI, frekuensi berobat ke Puskesmas masyarakat Desa

Tapian Nauli terbilang sering. Sebanyak 10 anak mengaku keluarga mereka selalu membawa

anggota keluarga yang sakit untuk berobat ke puskesmas sedangkan sebanyak 14 anak mengaku

hanya terkadang keluarga mereka membawa anggota keluarga yang sakit ke puskesmas.

Sebagian dari mereka mengaku selalu membawa keluarga yang sakit ke puskesmas

berjumlah 10. Mereka memilih pergi ke puskesmas karena mereka tidak dapat menggunakan

obat yang dibeli di warung. Hal ini disebabkan oleh penyakit yang diderita tidak bisa diobati

dengan obat-obat warung, sedangkan ada yang mengaku bahwa mereka kadang-kadnag ke

xcvii

puskesmas berjumlah 14. Mereka terkadang mengkonsumsi obat-obatan warung untuk

mengobati penyakit yang diderita.

Berdasarkan wawancara, mereka memilih membeli obat di warung untuk mengobati

anggota keluarga yang sakit. Keadaan ini merupakan akibat dari keadaan ekonomi yang mereka

alami. Keyakinan bahwa obat yang didapat dari puskesmas sama dengan obat yang mereka beli

di warung. Harga yang relatif sama dan juga khasiat yang dipercaya tak jauh antara obat-obat

warung dan puskesmas.

Tabel XVII

Data Distribusi Status Penerimaan Bantuan Program Pemerintah Desa Tapian Nauli

Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Status Penerimaan Bantuan Jumlah

1 Dapat 5

2 Kadang-Kadang 11

3 Tidak Dapat 8

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

Berdasarkan data pada Tabel XVII, status penerimaan bantuan program pemerintah

masyarakat Desa Tapian Nauli mayoritas hanya terkadang mendapatkan bantuan program

pemerintah. Sebanyak 11 orang anak mengaku orang tua mereka hanya terkadang mendapatkan

bantuan pemerintah sedangkan 8 orang anak mengaku bahwa orang tua mereka tidak

xcviii

mendapatkan bantuan dari pemerintah. Sebanyak 5 orang anak menyatakan bahwa orang tua

mereka mendapatkan bantuan program pemerintah.

Sebagian besar mereka mengaku bahwa kadang-kadang menerima bantuan program

pemerintah. Mereka mengakui bahwa terkadang menerima bantuan program pemerintah karena

kurangnya sosialisasi dari pihak yang berwenang. Sedangkan yang tidak dapat bantuan

berjumlah 8. Mereka mengakui bahwa mereka tidak terdaftar dan memang kurangnya sosialisasi.

Mereka yang dapat bantuan berjumlah 5. Diantara mereka memang banyak yang dekat dengan

kepala lingkungan sehingga selalu terdaftar menjadi penerima bantuan.

Berdasarkan wawancara, bantuan pemerintah yang didapatkan oleh masyarakat Desa

Tapian Nauli berupa Raskin (beras miskin), BLT ( Bantuan Langsung Tunai), Balsem (Bantuan

Langsung Sementara), Askeskin (Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin) dan masih banyak

lagi. Anak-anak mereka juga mendapatkan bantuan pendidikan berupa Dana Bos (Bantuan

Operational Sekolah) dan Balsem-Pendidikan (Bantuan Langsung Sementara bidang Pendidikan)

yang diberikan untuk anak-anak yang kurang mampu baik itu yang bersekolah di swasta maupun

negeri. Bantuan yang diberikan pemerintah baik disadari maupun tidak memberikan keringanan

bagi pemenuhan kebutuhan setiap keluarga.

xcix

Tabel XVIII

Data Distribusi Frekuensi Konsumsi Program 4 Sehat 5 Sempurna Desa Tapian Nauli

Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Frekuensi Konsumsi Jumlah

1 Selalu 1

2 Kadang-kadang 16

3 Tidak Pernah 7

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

Dilihat pada Tabel XVIII, masyarakat Desa Tapian Nauli mayoritas terkadang

mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna. Sebanyak 16 orang anak menyatakan bahwa

keluarga mereka kadang-kadang mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna sedangkan 1 orang

anak mengaku keluarganya selalu mengkonsumsi 4 sehat 5 sempurna. Sebanyak 7 orang anak

mengaku keluarga mereka tidak pernah mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna.

Sebagian besar mereka menyatakan bahwa kadang-kadang mengkonsumsi 4 sehat 5

sempurna. Dikarenakan mereka hanya mengkonsumsi gizi yang baik apabila ada rezeki lebih

atau ada acara yang besar. Bila hari biasa mereka hanya akan mengkonsumsi makanan tanpa

melihat gizi yang terkandung. Sedangkan yang tidak pernah mengkonsumsi 4 sehat 5 sempurna

berjumlah 7. Mereka mengatakan bahwa bagi mereka yang penting bisa makan, tidak peduli gizi

yang dikandung. Bagi yang selalu mengkonsumsi 4 sehat 5 sempurna berjumlah 1. Dia

menyatakan bahwa keluarga mereka selalu berusaha untuk mengkonsumsi gizi yang cukup untuk

semua anggota keluarga.

c

Tabel XIX

Data Distribusi Status Berobat ke Rumah Sakit Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Status Berobat Jumlah

1 Dapat 2

2 Kadang-kadang 16

3 Tidak Dapat 6

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

Berdasarkan data pada Tabel XIX, masyarakat Desa Tapian Nauli hanya terkadang

membawa anggota keluarga yang sakit ke rumah sakit. Sebanyak 2 orang anak mengaku

keluarga mereka dapat membawa anggota keluarga yang sakit untuk berobat ke rumah sakit

sedangkan 6 orang anak mengaku keluarga mereka tidak dapat membawa anggota keluarga yang

sakit ke rumah sakit. Mayoritas dari mereka yaitu sebanyak 16 orang anak mengaku keluarga

mereka hanya terkadang membawa anggota keluarga mereka yang sakit. Pemilihan rumah sakit

sebagai tempat berobat merupakan alternatif setelah meminum obat warung maupun obat

puskesmas tidak mampu memberikan pengobatan yang baik.

Sebagian besar dari mereka menyatakan hanya terkadang membawa anggota keluarga

yang sakit ke rumah sakit berjumlah 16. Mereka menyatakan bahwa mereka hanya akan

menbawa anggota keluarga yang sakit apabila sudah tidak juga sembuh dengan mengkonsumsi

obat-obatan warung maupun obat dari puskesmas. Mereka yang tidak dapat membawa anggota

keluarga yang sakit berjumlah 6. Bagi mereka membawa anggota keluarga sakit ke rumah sakit

ci

hanya akan menambah biaya karena mereka juga tidak mempunyai bantuan kesehatan dari

pemerintah. Mengobati di rumah dengan obat warung atau obat puskesmas menjadi prioritas

utama. Sedangkan mereka yang menyatakan dapat membawa anggota keluarga yang sakit

berjumlah 2. Mereka membawa anggota keluarga yang sakit ke rumah sakit, namun itupun

dilakukan apabila penyakit yang diderita tidak sembuh dengan obat warung dan obat puskesmas.

Tabel XX

Data Distribusi Pekerjaan Sampingan Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Pekerjaan Sampingan Jumlah

1 Memiliki 1

2 Kadang-kadang 12

3 Tidak memiliki 11

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

Berdasarkan data pada Tabel XX, masyarakat Desa Tapian Nauli banyak yang tidak

memiliki pekerjaan sampingan. Sebanyak 12 orang anak mengatakan orang tua mereka hanya

terkadang melakukan pekerjaan sampingan di luar pekerjaan mereka sebagai pemulung.

Masyarakat Desa Tapian Nauli sebanyak 11 orang anak mengaku orang tua mereka tidak

memiliki pekerjaan sampingan di luar pekerjaan mereka sebagai pemulung sedangkan sebanyak

1 orang anak mengaku memiliki pekerjaan sampingan di luar pekerjaan mereka.

cii

Sebagian besar mereka mengakui bahwa orang tua mereka memiliki pekerjaan

sampingan berjumlah 12. Ibu mereka yang hanya memulung pagi hari setelah itu mengurusi

ladang orang lain apabila memang sedang masa tanam atau masa panen. Beberapa dari mereka

memiliki becak barang yang juga digunakan untuk membawa barang-barang hasil memulung

dan juga disewakan kepada siapa saja yang membutuhkan. Sedangkan mereka yang memiliki

pekerjaan sampingan berjumlah 1. Orang tuanya memiliki warung kecil di rumah yang dijaga

oleh anak-anak apabila orang tua bekerja. Bagi mereka yang tidak memiliki pekerjaan

sampingan berjumlah 11. Mereka tidak mempunyai keterampilan apapun sehingga hanya

mengandalkan kegiatan memulung. Mereka juga tidak punya barang yang bisa dijadikan alat

mencari uang.

Berdasarkan wawancara, memiliki pekerjaan sampingan dapat membantu menambah

pendapatan keluarga di Desa Tapian Nauli namun nyatanya hanya sedikit yang memiliki

pekerjaan sampingan. Pekerjaan sampingan yang dimiliki juga tidak jauh beda dengan

penghasilan yang didapatkan dari memulung, namun dapat membantu memenuhi kebutuhan

keluarga yang terjadi di luar kebutuhan biasa. Terkadang pekerjaan sampingan yang dimiliki

orang tua mereka lebih memberikan kontribusi bagi kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi.

ciii

Tabel XXI

Data Distribusi Pemenuhan Sandang Keluarga Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Pemenuhan Sandang Jumlah

1 6 Bulan sekali 1

2 Setahun Sekali 21

3 Tidak 2

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

Berdasarkan data pada Tabel XXI, masyarakat Desa Tapian Nauli hanya setahun sekali

mampu memenuhi kebutuhan sandang keluarga. Mayoritas dari mereka yaitu 21 orang anak

mengaku setahun sekali keluarga mereka mampu memenuhi kebutuhan sandang keluarga,

sedangkan 2 orang anak mengatakan tidak dapat memenuhi kebutuhan sandang keluarga.

Sebanyak 1 orang anak mengaku 6 bulan sekali keluarga mereka mampu memenuhi sandang

keluarga mereka.

Sebagian besar dari masyarakat Desa Tapian Nauli dalam memenuhi sandang keluarga

setahun sekali berjumlah 21. Mereka memenuhi kebutuhan sandang hanya dalam waktu setahun

sekali yaitu setiap hari raya baik itu Lebaran maupun Natal. Bagi mereka saat-saat itulah mereka

dituntut untuk tampil serapi mungkin, terutama untuk anak-anak untuk memakai baju baru. Bagi

yang tidak pernah memenuhi sandang berjumlah 2. Mereka lebih mementingkan memenuhi

kebutuhan pangan karena untuk memenuhi kebutuhan pangan saja sudah sulit. Jadi, kebutuhan

sandang tidak penting bagi mereka. Sedangkan yang mampu memenuhi kebutuhan sandang 6

civ

bulan sekali berjumlah 1. Dia mengaku keluargannya mampu membelikan pakaian setiap liburan

sekolah. Bagi keluarga tersebut penampilan adalah hal yang utama.

Berdasarkan wawancara, pemenuhan sandang berupa pakaian biasanya dipenuhi keluarga

di hari-hari penting seperti Lebaran untuk umat Muslim dan Natal untuk umat Nasrani, oleh

karenanya pemenuhan sandang diperoleh oleh mayoritas keluarga satu tahun sekali. Pembelian

pakaian terutama yang baru dianggap tidak terlalu penting. Mereka lebih memikirkan

pemenuhan kebutuhan pangan terutama makanan agar dapat terpenuhi dengan baik sehingga hal-

hal yang masih bisa dikesampingkan tidak mereka fokuskan. Tak jarang mereka membeli baju

bekas pakai yang dijual di pasar-pasar tradisional. Bahan yang bagus menjadi salah satu alasan

pemilihan baju bekas disamping harga yang juga lebih murah. Penghematan yang dilakukan

bertujuan untuk tetap memenuhi kebutuhan sandang nanum kebutuhan dasar mereka tidak

terganggu untuk terpenuhi juga.

Tabel XXII

Data Distribusi Frekuensi Rekreasi Bersama Keluarga Desa Tapian Nauli

Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Frekuensi Rekreasi Keluarga Jumlah

1 6 Bulan Sekali 17

2 Tidak Pernah 7

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

cv

Dilihat pada Tabel XXII, masyarakat Desa Tapian Nauli memiliki frekuensi rekreasi

yang cukup baik. Sebanyak 17 orang anak mengaku bahwa keluarga mereka melakukan rekreasi

6 bulan sekali, sedangkan sebanyak 7 orang anak menyatakan bahwa keluarga mereka tidak

melakukan rekreasi. Pemenuhan rekreasi dianggap sesuatu yang dapat dilakukan tanpa harus

mengeluarkan biaya besar. Bagi beberapa anak dari mereka, rekreasi cukup dengan pergi

berenang ke salah satu kolam renang di dekat rumah mereka yang hanya memiliki biaya tiket Rp.

7.000,-. Beberapa yang lainnya menganggap berkumpul dengan keluarga, menyaksikan acara

televisi sudah termasuk rekreasi.

Sebagian besar dari mereka mengakui bahwa keluarga mereka memenuhi rekreasi dalam

jangka waktu 6 bulan sekali sebanyak 17. Pemenuhan rekreasi yang terbilang besar dilakukan

oleh keluarga mereka saat anak-anak masuk masa libur sekolah sehingga waktu yang dimiliki

lebih banyak. Bagi mereka pergi dalam bentuk apapun bersama keluarga lengkap merupakan

rekreasi besar karena jarang sekali orang tua mereka dapat meninggalkan pekerjaannya walau

sebentar. Bagi mereka yang tidak pernah melakukan rekreasi berjumlah 7. Waktu libur sekolah

mereka dihabiskan dengan membantu orang tua. Mereka ikut memulung walau tak selama orang

tua mereka. Waktu yang dihabiskan untuk anak-anak memulung kurang lebih 3-4 jam sehari

dalam masa liburan.

cvi

5.2 Perkembangan Anak (Variabel Y)

Tabel XXIII

Data Distribusi Frekuensi Komunikasi dengan Orang Tua Desa Tapian Nauli

Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Frekuensi Komunikasi Jumlah

1 Selalu 9

2 Kadang-kadang 15

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

Dilihat pada Tabel XXIII, masyarakat Desa Tapian Nauli memiliki frekuensi komunikasi

yang cukup baik antara orang tua dan anak. Sebanyak 9 orang anak mengakui bahwa mereka

selalu melakukan komunikasi dengan orang tua. Meraka melakukan komunikasi sebisa mungkin

saat bertemu dengan orang tua. Mereka membicarakan apa saja yang sedang dipikirkan,

menceritakan apa yang dialami dan mengeluarkan semua perasaan yang sedang dirasakan.

Sedangkan sebanyak 15 orang anak menyatakan bahwa mereka hanya terkadang melakukan

komunikasi dengan orang tua. Komunikasi dilakukan apabila mereka merasa perlu melakukan

komunikasi dengan orang tua. Bagi mereka, orang tua mereka tidak mengerti dan memahami apa

yang mereka rasakan karena perbedaan usia dan zaman.

Berdasarkan wawancara dan observasi, komunikasi yang dilakukan oleh anak-anak dan

orang tua biasanya dilakukan saat malam hari dimana aktivitas keduanya telah berakhir. Anak-

anak yang pada malam hari membantu mensoltir hasil pekerjaan orang tuanya menceritakan

cvii

apapun yang mereka lakukan sepanjang hari, begitu juga dengan orang tua. Cara komunikasi

yang santai dan terbuka membuat tidak ada yang ditakuti oleh anak untuk diceritakan kepada

orang tua. Walaupun menggunakan komunikasi yang tidak menuruti kaidah sopan santun,

namun tetap tersirat bahwa anak menghormati orang tua dan orang tua menyayangi anak-

anaknya.

Tabel XXIV

Data Distribusi Keikutsertaan Anak dalam Pekerjaan Orang Tua Desa Tapian Nauli

Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Frekuensi Keikutsertaan Jumlah

1 Selalu 4

2 Kadang-kadang 19

3 Tidak Pernah 1

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

Berdasarkan data pada Tabel XXIV, masyarakat Desa Tapian Nauli tidak selalu

mengikutsertakan anak mereka dalam pekerjaan yang dilakukan. Sebanyak 19 orang anak

mengakui hanya terkadang mengikuti pekerjaan orang tua mereka, sedangkan sebanyak 4 orang

anak menyatakan bahwa mereka selalu ikut serta dalam pekerjaan orang tua mereka. Sisa dari

mereka yaitu 1 orang anak mengakui bahwa dia tidak pernah ikut dalam pekerjaan orang tuanya.

Sebagian masyarakat Desa Tapian Nauli kadang-kadang mengakui bahwa anak-anak

terkadang mengikuti pekerjaan orang tua mereka berjumlah 19. Mereka mengikuti pekerjaan

cviii

orang tua saat libur sekolah atau saat mereka sedang tidak ada pekerjaan lain. Tujuan mereka

dari mengikuti pekerjaan orang tua adalah untuk meringankan pekerjaan orang tua mereka.

Selain itu, dengan ikut memulung maka anak juga akan menambah penghasilan orang tua. Bagi

yang tidak pernah mengikuti pekerjaan orang tua berjumlah 1. Orang tua mengatakan bahwa

mereka tidak mau anaknya ikut memulung dan membiarkannya fokus pada tugas utama sebagai

pelajar dan cukup dengan membantu pekerjaan rumah. Sedangkan untuk yang selalu mengikuti

pekerjaan orang tua berjumlah 4. Mereka berpendapat bahwa semakin banyak yang bekerja

maka uang yang dihasilkan akan semakin banyak juga. Walaupun dalam lubuk hati tidak ada

orang tua yang tega membiarkan anaknya memulung.

Berdasarkan observasi, keikutsertaan anak dalam pekerjaan orang tua dalam bentuk

membantu mensoltir barang-barang yang telah didapatkan orang tua. Hasil dari memulung orang

tua dikumpulkan dirumah, kemudian dipilih (disoltir) yang kemudian dijadikan satu sesuai

dengan jenisnya. Barang yang sudah digabungkan sesuai dengan jenisnya kemudian dijual.

Proses-proses itulah biasanya orang tua biasanya melibatkan anak-anak mereka dalam

pekerjaannya. Walau tak jarang juga orang tua dengan berat hati mengijinkan anaknya ikut

memulung namun tidak setiap hari dan tidak menganggu aktivitasnya yang lain.

cix

Tabel XXV

Data Distribusi Frekuensi Sosialisasi dengan Teman Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Frekuensi Sosialisasi Jumlah

1 Sering 2

2 Kadang-kadang 17

3 Tidak Pernah 5

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

Berdasarkan data pada Tabel XXV, anak-anak Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal memiliki frekuensi sosialisasi dengan teman

sebaya yang cukup baik. Sebanyak 17 orang anak mengaku bahwa mereka terkadang dapat

bersosialisasi dengan teman sebaya, sedangkan 2 orang lainnya mengaku sering bersosialisasi

dengan teman sebaya. Sisa dari mereka yaitu 5 orang anak menyatakan tidak pernah dapat

bersosialisasi dengan teman sebayanya.

Sebagian besar dari mereka mengaku bahwa mereka hanya terkadang mampu

bersosialisasi dengan teman sebaya berjumlah 17. Mereka beralasan bahwa lebih harus

diutamakan mengerjakan tugas dirumah daripada hanya sekedar bermain atau menghabiskan

waktu bercerita dengan teman-teman. Hal ini dikarenakan apabila mereka lalai dalam

mengerjakan pekerjaan rumah maka pekerjaan itu akan menumpuk dan terbengkalai, sebab tidak

ada yang mengerjakannya selain mereka. Bagi mereka yang mengaku tidak pernah dapat

berssoosialisasi dengan teman sebaya berjumlah 5. Mereka menyatakan bahwa mereka

cx

dibebankan semua pekerjaan rumah dan tugas mengurus adik sehingga waktu yang dimiliki

seusai pulang sekolah dihabiskan untuk melakukan itu semua. Sedangkan mereka yang

menyatakan sering bersosialisasi dengan teman sebaya berjumlah 2. Mereka mengakui bahwa

sosialisasi itu penting sehingga bagaimanapun keadaannya mereka akan selalu berusaha untuk

sosialisasi dengan teman-teman.

Berdasarkan observasi, anak-anak di Desa Tapian Nauli dalam proses sosialisasi mereka

lebih banyak terkendala oleh kegiatan di rumah. Meski tidak menjadi alasan dalam hal ini

membantu pekerjaan rumah orang tua dengan bersosialisasi, namun hal ini cukup menyita waktu

mereka. Kesulitan bersosialisasi juga dikarenakan cara mereka berkomunikasi terkadang berbeda

dengan teman-teman sebaya mereka yang bukan dari keluarga pemulung. Mereka lebih terkesan

tidak sopan karena apa yang mereka ucapkan sangat spontan tanpa dipirkan apakah itu baik atau

tidak dengan pengucapan yang kasar.

Tabel XXVI

Data Distribusi Frekuensi Mengerjakan Tugas Rumah Desa Tapian Nauli

Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Frekuensi Mengerjakan Jumlah

1 Selalu 4

2 Kadang-kadang 19

3 Tidak Pernah 1

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

cxi

Dilihat pada Tabel XXVI, anak-anak Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan

Sunggal Kecamatan Medan Sunggal cukup rajin membantu orang tua mereka di rumah.

Sebanyak 19 orang anak mengaku bahwa mereka terkadang membantu orang tua di rumah

melakukan tugas rumah sedangkan 1 orang anak menyatakan bahwa dia tidak pernah membantu

orang tua di rumah. Sisa dari mereka yaitu sebanyak 4 orang anak mengaku bahwa mereka selalu

membantu orang tua mengerjakan tugas rumah.

Sebagian besar dari mereka mengaku terkadang membantu mengerjakan tugas rumah

berjumlah 19. Mereka membantu pekerjaan rumah jika memang sudah tidak bisa lagi dipegang

oleh ibu mereka. Sedangkan bagi yang selalu membantu pekerjaan rumah berjumlah 4. Bagi

mereka tugas rumah merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan. Bagi yang tidak

pernah membantu tugas rumah berjumlah 1. Dia mengatakan bahwa semua tugas rumah

dikerjakan ibu dan kakak perempuannya sehingga dia tidak membantu pekerjaan rumah dan

karena dia laki-laki maka pekerjaan rumah bukan tugasnya

Berdasarkan observasi, membantu mengerjakan tugas rumah merupakan salah satu

kewajiban mereka terutama untuk anak perempuan. Tak jarang mereka menggantikan fungsi ibu

dalam keluarga mereka. Anak perempuan mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga seperti

masak, mencuci pakaian dan piring serta membereskan rumah. Bagi anak-anak yang paling

besar, mereka juga bertugas menjaga adik-adik mereka terutama yang masih balita. Mereka tak

ubahnya menjadi ibu rumah tangga bagi keluarga.

cxii

Tabel XXVII

Data Distribusi Kepemilikan Kamar Pribadi Anak Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Status Kamar Jumlah

1 Sendiri 19

2 Bersama Saudara Sejenis 2

3 Bersama Keluarga 3

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

Berdasarkan data pada Tabel XXVII, mayoritas anak-anak Desa Tapian Nauli memiliki

kamar pribadi di rumah. Sebanyak 19 orang anak mengaku bahwa mereka memiliki kamar

pribadi, sedangkan sebanyak 3 orang anak mengaku bahwa mereka tidur bersama keluarga. Sisa

dari mereka yaitu sebanyak 2 orang anak menyatakan bahwa mereka memiliki kamar bersama

dengan saudara sejenis.

Sebagian besar dari mereka memiliki kamar pribadi berjumlah 19. Mereka menyatakan

dengan memiliki kamar pribadi maka hal-hal yang pribadi menjadi rahasia mereka sendiri. Di

kamar pribadi mereka bisa melakukan apapun tanpa perlu takut diketahui orang lain. Bagi yang

memiliki kamar dengan saudara sejenis berjumlah 2. Bagi mereka dengan sekamar dengan

saudara sejenis mereka bisa melakukan berbagai kegiatan bersama. Mereka dengan leluasa

menceritakan apapun yang terkadang bagi mereka sulit untuk diceritakan kepada orang tua.

Sedangkan yang memiliki kamar bersama keluarga berjumlah 3. Di ruangan tersebut mereka

cxiii

bersama-sama melepas lelah setelah seharian beraktivitas. Saat itulah mereka bercengkrama dan

bercerita.

Berdasarkan observasi, mayoritas dari anak-anak di Desa Tapian Nauli memiliki kamar

pribadi terutama bagi mereka yang hanya memiliki anggota keluarga sedikit. Mereka yang

mengaku memiliki kamar bersama dengan saudara sejenis memiliki saudara sejenis yang lebih

dari dua sehingga tidak memungkinkan untuk masing-masing dari mereka memiliki kamar

pribadi, sedangkan bagi yang tidur bersama keluarga lebih karena tidak adanya ruangan yang

memadai untuk menampung mereka. Biasanya rumah tersebut yang tidak memiliki kamar

sehingga satu ruangan dijadikan multifungsi.

Tabel XXVIII

Data Distribusi Teman Sepermainan Anak Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Teman Sepermainan Jumlah

1 Lawan Jenis dan Sejenis 1

2 Sejenis 23

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

Dilihat pada Tabel XXVIII, anak-anak Desa Tapian lebih suka bermain dengan teman

sejenis. Sebanyak 23 orang anak mengaku bahwa mereka hanya memiliki teman sejenis. Sisa

dari mereka yaitu sebanyak 1 orang anak menyatakan bahwa dia bermain dengan lawan jenis dan

sejenis.

cxiv

Sebagian besar dari mereka lebih memilih berkawan dengan teman sejenis berjumlah 23.

Bagi mereka dengan berkawan dengan teman sejenis memiliki kenyamanan tersendiri. Mereka

biasanya memiliki hobby yang sama. Mereka melakukan banyak kegiatan bersama-sama mulai

dari kegiatan sekolah, kegiatan di lingkungan rumah maupun kegiatan-kegiatan lain yang

merupakan kesukaan bersama. Mereka juga tak sungkan mengungkapkan masalah yang dihadapi

karena merasa sama. Bagi yang berteman dengan lawan jenis dan sejenis berjumlah 1. Dia

merasa nyaman bila dapat berkawan baik dengan lawan jenis maupun dengan sejenis. Dengan

kawan sejenis dia bisa melakukan hal-hal yang memang biasa dia lakukan, namun dengan kawan

lawan jenis dia bisa melakukan hal-hal di luar yang biasa dia lakukan dan dia menyukai itu.

Berdasarkan observasi, anak-anak lebih memilih kawan sepermainan sejenis kerena bagi

mereka kawan sejenis lebih mengerti akan keadaan mereka. Tak jarang mereka memiliki

masalah yang sama karena memiliki keadaan yang tak jauh berbeda. Kawan sejenis juga menjadi

teman cerita mereka kala mereka dihadapkan pada kondisi yang tidak menguntungkan baik di

rumah maupun di sekolah. Teman sejenis juga memiliki cara pandang yang sama akan suatu hal

dan biasanya mereka memiliki hobby maupun kesukaan yang sama seperti idola.

cxv

Tabel XXIX

Data Distribusi Status Hubungan Spesial dengan Lawan Jenis Desa Tapian Nauli

Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Status Hubungan Jumlah

1 Pernah Memiliki 5

2 Tidak Pernah Memiliki 19

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

Berdasarkan data pada Tabel XXIX, mayoritas anak-anak Desa Tapian Nauli Lingkungan

IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal tidak pernah memiliki hubungan spesial

dengan lawan jenis. Sebanyak 19 orang anak mengaku bahwa mereka tidak pernah memiliki

hubungan spesial dengan lawan jenis. Sisa dari mereka yaitu sebanyak 5 orang anak menyatakan

pernah memiliki hubungan spesial dengan lawan jenis namun saat ini tidak.

Sebagian besar dari mereka tidak pernah memiliki hubungan spesial denagn lawan jenis

berjumlah 19. Bagi mereka memiliki hubungan spesial dengan lawan jenis bukanlah suatu yang

harus dilakukan. Mereka tidak mau hal ini justru menambah masalah baru dalam hidupnya.

Selain itu, mereka juga malu dengan keadaan keluarga. Bagi mereka yang pernah memiliki

hubungan spesial dengan lawan jenis berjumlah 5. Mereka berhubungan dengan teman sekolah

yang juga memiliki kondisi yang sama, sehingga mereka tidak perlu menerima tuntutan macam-

macam dari teman spesialnya tersebut.

cxvi

Berdasarkan wawancara, mereka yang tidak pernah memiliki hubungan spesial dengan

lawan jenis karena mereka tidak mampu bersosialisasi dengan baik kepada lawan jenis. Mereka

juga terkadang malu dengan keadaan keluarga dan orang tua sehingga tidak bisa membuka

pergaulan dengan orang luar. Bagi yang pernah memiliki, mayoritas dari mereka berhubungan

spesial dengan teman sesama sekolah yang notabene memiliki keluarga yang tidak jauh berbeda

dengan mereka.

Tabel XXX

Data Distribusi Frekuensi Mengikuti Kegiatan Organisasi Desa Tapian Nauli

Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Frekuensi Mengikuti Jumlah

1 Kadang-kadang 19

2 Tidak mengikuti 5

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

Dilihat pada Tabel XXX, mayoritas anak-anak Desa Tapian Nauli cukup rajin mengikuti

kegiatan organisasi. Sebanyak 19 orang anak mengaku bahwa mereka terkadang mengikuti

kegiatan organisasi baik itu di lingkungan tempat tinggal maupun di sekolah. Sisa dari mereka

yaitu sebanyak 5 orang anak mengaku tidak mengikuti organisasi baik itu di lingkungan tempat

tinggal maupun di sekolah.

Beberapa dari mereka mengakui bahwa mereka jarang mengikuti kegiatan organisasi

berjumlah 19. Karena tidak dapat membagi waktu antara kegiatan organisasi dengan kegiatan di

cxvii

rumah. Sebagian dari mereka menyatakan bahwa kegiatan organisasi dilakukan hanya apabila

mereka sedang ingin melakukannya. Mereka tidak terlalu mementingkan kegunaan organisasi

tersebut namun lebih melihat siapa yang berada dalam organisasi. Bagi anak-anak laki-laki

kegiatan organisasi lebih dijadikan sebagai tempat tebar pesona bagi lawan jenis walaupun

ujungnya mereka tidak berani menyatakannya. Bagi mereka yang tidak mengikuti kegiatan

organisasi berjumlah 5. Bagi mereka kegiatan tersebut hanya akan membuang waktu yang

seharusnya dapat digunakan untuk bekerja di rumah. Mereka lebih memilih melakukan tugas-

tugas rumah daripada melakukan hal-hal yang menurut mereka tidak jelas karena hanya akan

membuang-buang waktu dan tenaga

Tabel XXXI

Data Distribusi Kesempatan Menyalurkan Hobby Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Kesempatan Menyalurkan Jumlah

1 Dapat 1

2 Kadang-kadang 21

3 Tidak Dapat 2

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

Berdasarkan data pada Tabel XXXI, anak-anak Desa Tapian mampu menyalurkan hobby

mereka dengan cukup baik. Sebanyak 21 orang anak mengaku bahwa mereka terkadang mampu

menyalurkan hobby yang mereka miliki sedangkan 2 orang anak lainnya menyatakan bahwa

cxviii

mereka tidak dapat menyalurkan hobby yang dimiliki. Sisa dari mereka yaitu sebanyak 1 orang

anak menyatakan bahwa dia dapat menyalurkan hobby yang dimiliki dengan baik.

Sebagian besar mereka hanya terkadang dapat menyalurkan hobby mereka berjumlah 21.

Mereka menyalurkan hobby hanya pada saat mereka mempunyai waktu senggang. Tak jarang

mereka lebih memilih diam di rumah untuk beristirahat saat mereka memiliki waktu kosong

daripada melakukan hal-hal yang justru menghabiskan tenaga mereka. Bagi yang selalu dapat

menyalurkan hobby berjumlah 1. Dia dapat menyalurkan hobby bermain sepak bola dengan

mengikuti ekstrakulikuler sepak bola di sekolah secara rutin ditambah bermain dengan teman-

temannya di lingkungan rumah. Sedangkan untuk yang tidak dapat menyalurkan hobby

berjumlah 2. Mereka tidak dapat menyalurkan hobby karena terkendala dengan waktu karena

waktu mereka etelah pulang sekolah dihabiskan dengan melaksanakan tugas di rumah.

Berdasarkan observasi, penyaluran hobby yang dilakukan anak-anak Desa Tapian Nauli

dilakukan di sela-sela kegiatan rutin mereka sehari-hari. Bagi anak-anak laki-laki, hobby yang

mayoritas mereka miliki adalah bermain sepak bola. Permainan sepak bola yang mereka lakukan

biasanya di lapangan sekolah. Apabila mereka bermain dengan kawan sesama di Desa Tapian

Nauli, biasanya mereka manggunakan lapangan sebuah sekolah yang letaknya tak jauh dari

permukiman mereka. Bagi anak-anak perempuan, mayoritas hobby yang mereka miliki adalah

menari dan bernyanyi. Anak-anak yang beragama Kristen biasanya menyalurkan hobby mereka

di gereja saat beribadah, sedangkan untuk yang beragama Islam mereka lebih banyak

menyalurkan hobby di rumah masing-masing. Mereka yang tidak dapat menyalurkan hobby

terbentur oleh ekonomi karena mereka terlalu menuntut orang tua untuk membelikan fasilitas

yang terbaik padahal dengan keadaan yang seperti ini sedikit kemungkinan itu dapat terpenuhi.

cxix

Tabel XXXII

Data Distribusi Frekuensi Bermain dengan Teman Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Frekuensi Bermain Jumlah

1 Sering 5

2 Kadang-kadang 18

3 Tidak Pernah 1

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

Dilihat pada Tabel XXXII, anak-anak Desa Tapian Nauli memiliki frekuensi yang cukup

baik dalam bermain dengan teman. Sebanyak 18 orang anak mengakui bahwa mereka terkadang

bermain dengan teman, sedangkan sebanyak 1 orang anak mengaku bahwa dia tidak pernah

memiliki waktu bermain dengan teman. Sisa dari mereka yaitu sebanyak 5 orang anak mengakui

bahwa mereka sering bermain dengan teman.

Sebagian besar dari mereka terkadang dapat bermain dengan teman berjumlah 18.

Mereka mengakui bahwa mereka selalu meluangkan waktu bermain ditengah tugas yang harus

mereka laksanakan. Tak jarang mereka bermain bersama saat sedang sama-sama melaksanakan

tugas yang diberikan orang tua. Bagi mereka yang tak pernah bermain berjumlah 1. Dia

merupakan anak perempuan paling besar sehingga dia diberikan tanggung jawab atas semua

yang terjadi di rumah. Hal ini membuat dia tak ubahnya seorang ibu rumah tangga. Sedangkan

bagi mereka yang sering bermain dengan teman sebaya berjumlah 5. Bagi mereka bermain

cxx

adalah hal yang penting. Mereka lebih suka bermain daripada melakukan tugas rumah. Tak

jarang mereka menelantarkan tugas yang diberikan.

Berdasarkan observasi, mayoritas anak-anak Desa Tapian Nauli bermain sambil

membantu orang tua bekerja. Orang tua mereka mengumpulkan barang-barang yang sudah

disoltir ditempat yang sama sehingga mereka yang membantu orang tua bisa saling bertemu dan

bermain-main. Tak jarang mereka yang memiliki hobby sama berkumpul untuk menyalurkan

hobby tersebut. Bermain bagi mereka sama halnya dengan berkumpul dan bersenda gurau santai

bersama.

Tabel XXXIII

Data Distribusi Latar Belakang Pekerjaan Orangtua Teman Desa Tapian Nauli

Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Latar Belakang Pekerjaan Jumlah

1 Sama 3

2 Sebagian Sama 16

3 Tidak Sama 5

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

Berdasarkan dari data pada Tabel XXXIII, mayoritas anak-anak Desa Tapian Nauli

memiliki teman dengan latar belakang pekerjaan orang tua yang sama. Sebanyak 16 orang anak

mengaku bahwa teman-teman mereka sebagian memiliki latar belakang pekerjaan orang tua

yang sama, sedangkan sebanyak 5 orang anak mengaku bahwa mereka memiliki teman dengan

cxxi

latar belakang pekerjaan orang tua yang berbeda. Sisa dari mereka yaitu 3 orang anak

menyatakan bahwa semua teman mereka memiliki latar belakang pekerjaan orang tua yang

sama.

Sebagian besar dari mereka memiliki teman dengan status sebagian berlatar belakang

pekerjaan orang tua yang sama berjumlah 16. Mereka mengakui bahwa kebanyakan teman-

teman mereka berlatar belakang pekerjaan yang sama. Apabila berbedapun tetap memiliki

keadaan yang tak jauh berbeda seperti tukang becak, supir angkot dan lain sebagainya. Bagi yang

memiliki teman dengan latar belakang pekerjaan yang berbeda berjumlah 5. Mereka lebih

banyak menghabiskan waktu di sekolah sehingga mereka jarang bergaul di lingkungan rumah,

hal ini membuat mereka memiliki teman dengan keadaan yang beraneka ragam. Sedangkan

untuk yang memiliki latar belakang pekerjaan orang tua yang sama berjumlah 3. Bagi mereka

memiliki teman yang memiliki keadaan yang sama membuat mereka lebih merasa nyaman.

Berdasarkan wawancara dan observasi, mereka yang memiliki teman dengan latar

pekerjaan orang tua yang sama karena memiliki keadaan yang sama sehingga membuat mereka

tidak perlu bersusah payah beradaptasi terlalu keras bahkan mungkin berpura-pura menjadi

orang lain. Mereka tidak perlu melakukan kebohongan akan keadaan orang tua dan keluarga

mereka. Beruntung untuk anak-anak yang memiliki teman dengan latar belakang pekerjaan orang

tua yang berbeda namun mereka bisa dengan nyaman menceritakan keadaan orang tua dan

keluarga mereka karena teman-teman mereka tidak mepermasalahkan keadaan tersebut.

cxxii

Tabel XXXIV

Data Distribusi Frekuensi Mengikuti Gaya Trend yang Berkembang Desa Tapian Nauli

Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Frekuensi Mengikuti Jumlah

1 Sering 1

2 Kadang-kadang 17

3 Tidak Pernah 6

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

Dilihat pada Tabel XXXIV, mayoritas anak-anak Desa Tapian Nauli terkadang mengikuti

gaya trend yang berkembang terutama di kalangan remaja. Sebanyak 17 orang anak mengaku

bahwa mereka terkadang mengikuti gaya trend yang berkembang, sedangkan sebanyak 6 orang

anak menyatakan bahwa mereka tidak pernah mengikuti gaya trend yang berkembang. Sisa dari

mereka yaitu sebanyak 1 orang anak mengaku bahwa dia selalu mengikuti gaya trend yang

berkembang di kalangan remaja.

Sebagian besar dari mereka hanya terkadang mengikuti gaya trend yang berkembang

berjumlah 17. Mereka mengakui bahwa gaya trend merupakan suatu yang wajib diikuti, namun

mereka tidak memaksakan apabila hal ini berbenturan dengan keadaan mereka seperti keadaan

ekonomi, sopan santun dan adat yang berlaku. Mereka hanya mengikuti trend apabila mereka

mau dan mereka sanggup untuk itu. Bagi mereka yang tidak pernah mengikuti gaya trend yang

berkembang berjumlah 6. Mereka tidak menganggap gaya trend itu sesuatu hal yang perlu untuk

diikuti, sehingga mereka tidak peduli gaya trend apa yang berkembang saat ini dengan alasan

cxxiii

bahwa semua tak akan pernah mengubah keadaan mereka saat ini. Sedangkan yang sering

mengikuti gaya trend yang berkembang berjumlah 1. Baginya gaya trend yang berkembang

wajib diikuti bila tidak ingin ketinggalan jaman. Suatu keharusan mengikuti apa yang sedang

menjadi panutan anak-anak remaja mulai dari pakaian, gaya rambut sampai gaya bicara. Hal ini

dilakukan biar dia merasa gaul, anak kota dan tidak kampungan.

Berdasarkan observasi, bagi anak-anak remaja Desa Tapian Nauli, mengikuti trend bukan

suatu keharusan namun bisa menjadi sesuatu yang mungkin bisa diikuti. Mayoritas gaya trend

yang diikuti berupa pakaian atau potongan rambut. Tak lupa gaya bicara anak-anak kota besar

yang biasa mereka liat di televisi diadopsi menjadi gaya bicara mereka bersama teman-teman.

Mereka juga memiliki teman-teman kelompok yang mempunyai gaya yang sama.

Tabel XXXV

Data Distribusi Penilaian terhadap Diri Sendiri Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Penilaian terhadap Diri Sendiri Jumlah

1 Bangga 9

2 Kadang-kadang 14

3 Tidak Bangga 1

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

Dilihat pada Tabel XXXV, anak-anak Desa Tapian memiliki rasa bangga terhadap diri

sendiri yang cukup baik. Sebanyak 14 orang anak menyatakan bahwa mereka terkadang merasa

cxxiv

bangga terhadap diri sendiri, sedangkan sebanyak 9 orang anak mengakui bahwa mereka bangga

terhadap diri mereka sendiri. Sisanya sebanyak 1 orang anak menyatakan bahwa dia tidak

bangga dengan diri sendiri.

Sebagian besar dari mereka terkadang merasa bangga pada diri sendiri berjumlah 14.

Terkadang mereka malu dengan keadaan keluarga terutama orang tua apalagi saat berkenalan

dengan orang baru. Tak jarang awalnya mereka menutupi identitas diri. Namun beberapa dari

mereka merasa ada saat-saat tertentu mereka merasa bangga pada diri mereka seperti saat

berprestasi, saat mampu membuat orang tua tersenyum, atau pada saat mampu melawan teman

yang mengejek keadaan orang tua. Bagi yang tidak merasa bangga dengan diri sendiri berjumlah

1. Dia beralasan bahwa dia tidak pernah melakukan apapun yang dapat membanggakan baik itu

untuk dirinya maupun untuk orang tua. Sedangkan mereka yang bangga terhadap diri sendiri

berjumlah 9. Mereka menganggap apapun keadaan yang dialami mereka bangga akan diri sendiri

dan orang tua. Mereka tidak menganggap keadaan ini memalukan dan mereka akan terus bangga

pada diri sendiri.

Berdasarkan observasi, anak-anak Desa Tapian Nauli terkadang diliputi rasa malu akan

keadaan keluarga mereka termasuk pekerjaan yang dilakukan orang tua mereka. Beberapa dari

mereka menyadari semua yang dilakukan orang tua demi kelangsungan hidup dan memenuhi

kebutuhan yang kian hari kian banyak, namun mereka tidak menutup mata bahwa keadaan

mereka sering dijadikan alat untuk merendahkan mereka dan keluarga. Rasa bangga yang

mereka miliki tumbuh pada saat mereka mampu membuktikan bahwa keadaan keluarga maupun

pekerjaan orang tua tidak mampu menghalangi mereka untuk mencapai prestasi yang mereka

inginkan baik itu secara akademik maupun ekstrakulikuler

cxxv

Tabel XXXVI

Data Distribusi Minat terhadap Tugas Pekerjaan Rumah Desa Tapian Nauli

Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Minat terhadap Pekerjaan

Rumah

Jumlah

1 Suka 1

2 Kadang-kadang 17

3 Tidak Suka 6

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

Berdasarkan data pada Tabel XXXVI, anak-anak Desa Tapian Nauli memiliki minat yang

cukup baik terhadap tugas pekerjaan rumah. Sebanyak 17 orang anak menyatakan bahwa mereka

terkadang berminat cukup suka terhadap tugas pekerjaan rumah, sedangkan sebanyak 6 orang

anak mengakui bahwa mereka tidak menyukai tugas pekerjaan rumah. Sisa dari mereka yaitu

sebanyak 1 orang anak mengakui bahwa dia menyukai tugas pekerjaan rumah.

Sebagian besar dari mereka menyatakan terkadang suka dengan pekerjaan rumah

berjumlah 17. Mereka merasa tidak suka dengan pekerjaan rumah apabila sudah terlalu banyak

ataupun menghabiskan banyak waktu mereka. Bila sudah lelah maka pekerjaan rumah menjadi

suatu beban bagi mereka yang mau tidak mau harus mereka kerjakan. Bagi mereka yang tidak

suka dengan tugas pekerjaan rumah berjumlah 6. Bagi mereka pekerjaan rumah membuat

mereka tambah lelah dan mereka jadi tidak bisa bermain. Pekerjaan rumah tak jarang membuat

anak-anak merasa diperlakukan tidak layak. Sedangkan yang suka dengan tugas pekerjaan rumah

cxxvi

berjumlah 1. Dia mengakui bahwa pekerjaan rumah membuat rasa lelah namun karena sudah

menjadi tanggung jawab dan memang harus dilakukan maka dia melakukannya dengan senang

hati. Selain itu, rasa kasian kepada orang tua juga membuatnya ikhlas melakukan semua tugas

pekerjaan rumah yang diberikan.

Berdasarkan observasi, tugas pekerjaan rumah yang dilakukan oleh anak-anak Desa

Tapian Nauli bersifat untuk membantu orang tua. Mereka bertujuan untuk meringankan beban

orang tua yang sudah lelah bekerja mencari barang-barang. Tugas pekerjaan rumah yang

dilakukan biasanya berupa memasak, mencuci piring dan baju, membersihkan rumah dan lain

sebagainya. Tak jarang mereka harus menjaga adik yang lebih kecil. Beberapa dari mereka

mengakui bahwa terkadang mereka tidak suka melakukan tugas pekerjaan rumah apabila sudah

berjanji dengan teman untuk pergi bermain. Mereka menganggap bahwa melakukan tugas

pekerjaan rumah hanya menghambat mereka untuk bergaul bersama teman-teman.

Tabel XXXVII

Data Distribusi Reaksi terhadap Ejekan Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Reaksi Jumlah

1 Biasa Saja 18

2 Marah 6

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

cxxvii

Dilihat pada Tabel XXXVII, anak-anak Desa Tapian Nauli memiliki rasa sabar yang

cukup baik. Sebanyak 18 orang anak mengakui bahwa mereka akan bersikap biasa saja apabila

ada orang atau teman-teman mereka yang mengejek pekerjaan orang tua mereka, sedangkan

sebanyak 6 orang anak menyatakan bahwa mereka akan marah pada siapapun yang berani

mengejek status pekerjaan orang tua mereka.

Sebagian besar dari mereka biasa saja saat ada yang mengejek pekerjaan orang tua

berjumlah 18. Mereka menyatakan bahwa mereka tidak terlalu ambil pusing atau tidak peduli

pada perkataan orang akan kondisi pekerjaan orang tua mereka. Bagi mereka apa yang sudah

dilakukan oleh kedua orang tua mereka merupakan suatu usaha untuk memenuhi segala

kebutuhan anak-anak dan keluarga. Sebagian lagi menyatakan mereka akan sabar menerima

ejekan orang selama ejekan tersebut masih bisa ditolerir, namun apabila sudah dianggap

berlebihan mereka tak segan-segan untuk adu argumen bahkan berkelahi dengan orang tersebut.

Bagi mereka yang marah bila ada yang mengejek pekerjaan orang tua mereka berjumlah

6. Bagi mereka, siapapun yang berani mengejek orang tua maka mereka rela untuk berkelahi.

Mereka akan selalu naik emosi apabila ada yang mengejek. Tak jarang mereka rela bertengkar

sampai adu fisik demi membela orang tua.

cxxviii

Tabel XXXVIII

Data Distribusi Reaksi Tidak Terpenuhi Keinginan Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Reaksi Jumlah

1 Sangat menerima 1

2 Biasa Saja 19

3 Tidak Menerima 4

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

Berdasarkan data pada Tabel XXXVIII, anak-anak Desa Tapian Nauli termasuk anak

yang bisa menerima apabila keinginan mereka tidak terpenuhi oleh orang tua. Sebanyak 19 orang

anak menyatakan bahwa mereka bersikap biasa saja saat keinginan mereka tidak terpenuhi oleh

orang tua, sedangkan sebanyak 1 orang anak mengakui bahwa dia sangat menerima apabila

keinginannya tidak terpenuhi. Sisa dari mereka yaitu sebanyak 4 orang anak mengakui bahwa

mereka tidak dapat menerima apabila keinginan mereka tidak terpenuhi oleh orang tua.

Sebagian besar dari mereka bersikap biasa saja saat keinginannya tidak terpenuhi

berjumlah 19. Mereka memahami keadaan orang tua sehingga saat keinginan tidak terpenuhi

maka mereka akan bersikap biasa saja. Mereka tidak memberikan reaksi yang berlebihan walau

terkadang mereka berharap keinginannya dapat terpenuhi. Bagi mereka yang tidak menerima

saat keinginannya tidak terpenuhi berjumlah 4. Mereka tidak mau tahu keadaan orang tua yang

penting keinginan mereka terpenuhi. Orang tua akan dipaksa bagaimanapun untuk memenuhi

keinginan mereka. Sedangkan yang sangat menerima saat keinginannya tidak terpenuhi

cxxix

berjumlah 1. Dia menyatakan bahwa keadaan orang tua tidak bisa memenuhi setiap

keinginannya maka dia tidak akan memaksakan apabila orang tua tidak bisa memenuhinya.

Berdasarkan wawancara, sebagai anak remaja, anak-anak Desa Tapian Nauli memiliki

banyak keinginan seperti anak-anak lainnya. Keadaan orang tua terkadang menyebabkan apa

yang mereka inginkan tidak dapat terpenuhi. Keadaan ekonomi menjadi salah satu alasan

terbesar orang tua tidak dapat memenuhi keinginan mereka. Sebagian dari mereka mengakui

bahwa sebelum mereka mengutarakan apa yang diinginkan mereka sudah dapat mengetahui

bahwa keinginan mereka tidak terpenuhi, oleh sebab itu mereka terkadang hanya memendam

keinginan mereka tanpa mengutarakannya.

Tabel XXXIX

Data Distribusi Peraihan Prestasi Desa Tapian Nauli Lingkungan IX

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Peraihan Prestasi Jumlah

1 Pernah 4

2 Pernah tapi Tidak Juara 13

3 Tidak Pernah 7

Jumlah 24

Sumber : Kuesioner, 2014

Berdasarkan data pada Tabel XXXIX, anak-anak Desa Tapian Nauli masuk dalam

ketegori anak-anak yang berprestasi. Sebanyak 13 orang anak menyatakan bahwa mereka pernah

mengikuti perlombaan namun tidak juara, sedangkan 7 orang lainnya mengakui bahwa mereka

cxxx

tidak pernah mengikuti perlombaan. Sisa dari mereka yaitu 4 orang anak menyatakan bahwa

mereka pernah mengikuti perlombaan dan mendapatkan juara.

Prestasi yang mereka raih tidak lepas dari kerja keras yang mereka lakukan ditengah

kesulitan ekonomi keluarga. Mereka tetap belajar walau harus mengerjakan semua pekerjaan

rumah. Beberapa dari mereka mengakui bahwa mereka memiliki satu keinginan besar dalam

hidup yaitu membawa orang tua dan keluarga keluar dari masalah kemiskinan. Sebagian besar

dari mereka menginginkan untuk dapat hidup lebih baik dan mereka percaya bahwa sekolah

merupakan jalan terbaik yang dapat mereka lakukan untuk memenuhi keinginan mereka tersebut.

5.3 Uji Hipotesa

Untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara variabel pekerjaan orang tua (variabel X)

dengan perkembangan anak (variabel Y), maka digunakan uji hipotesis koefisien korelasi

product moment adalah sebagai berikut:

Keterangan:

푟 = Koefisien korelasi product moment

N = Jumlah sampel

X = Skor distribusi variabel X

Y = Skor distribusi variabel Y

cxxxi

Berdasarkan data lampiran dapat diketahui jumlah product dari x dan y, jumlah kuadrat

dari x dan y dan jumlah kali dari x dan y, dengan demikian dapat dihitung besarnya hubungan

antara variabel pekerjaan orang tua (X) dengan variabel perkembangan anak (Y) dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

푟 =푛(∑푥푦 − ∑푥 ∑푦)

{푛∑푥 − (∑푥) }{푛∑ 푦 − (∑푦) }

=24 28658− (839)(826)

{24(2972)− (839) }{24(2832)− (826) }

=698212− 693019

{712248− 703921}{689088− 682236}

=5198

{8327}{6812}

=5198

√56798467

=5198

7536,5

= 0,68

Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi product moment, dapat diketahui bahwa

korelasi antara x dan y dengan N = 24 diperoleh nilai sebesar 0,68. Hal ini menunjukan

“hubungan positif yang mantap”, sesuai dengan pendapat Guiford dimana skala korelasi +0,59

- +0,69 berarti memiliki “hubungan positif yang mantap”.

cxxxii

Untuk menguji kebenaran hipotesis harga kritik r product moment dengan N = 24 maka harus

lebih kecil atau sama dengan nilai koefisien korelasi (푟 ) yang signifikan 5% (taraf kepercayaan

95%) diperoleh harga sebesar 0,404 sedangkan harga dari koefisien korelasi yang diperoleh 0,68.

Berdasarkan hasil hitungan tersebut, ternyata nilai koefisien korelasi (푟 ) atau nilai

hitung lebih besar dari taraf signifikan 5% dengan N = 24 atau nilai tabel (0,68 > 0,404). Hal ini

menunjukan bahwa

Ha: “Terdapat pengaruh pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak pada keluarga

pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal”

dapat diterima. Sedangkan Ho: “Tidak terdapat pengaruh pekerjaan orang tua terhadap

perkembangan anak pada keluarga pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan

Sunggal Kecamatan Medan Sunggal” tidak dapat diterima (ditolak).

Selanjutnya dicari koefisien determinasi (coefficient of determination), yang merupakan

petunjuk besarnya hasil pengukuran yang sebenarnya menyatakan besar kecilnya sumbangan

variabel x terhadap variabel y dengan rumus KP = (푟 ) . 100%. Makin tinggi angka korelasi

maka makin rendah kesalahan pengukuran.

KP = (푟 ) . 100%

KP = (0,68) . 100%

KP = 0,462. 100%

KP = 46,2%

cxxxiii

Melalui hasil perhitungan diketahui bahwa nilai hitung koefisien determinasi sebesar

46,2%. Artinya variabel pekerjaan orang tua memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak

pada keluarga pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan

Medan Sunggal sebesar 46,2% dan sisanya 53,8% ditentukan oleh variabel lain.

Adapun hasil notasi statistik antara pekerjaan orang tua dengan perkembangan anak di

dapat hasil 0,68 > 0,404. Berdasarkan korelasi product moment hitung 0,68 dengan product

moment tabel 0,404 terdapat hasil product moment itu lebih besar dari hasil tabel. Jadi dengan

demikian terdapat pengaruh signifikan antara pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak.

cxxxiv

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka pada

bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dan saran mengenai Pengaruh Pekerjaan Orang

Tua terhadap Perkembangan Anak pada Keluarga Pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan

IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal. Berikut ini kesimpulan yang dapat

dirumuskan oleh penulis yaitu:

1. Melalui hasil perhitungan KP = (푟 ) . 100% diketahui bahwa nilai hitung koefisien

determinasi sebesar 46,2%. Artinya variabel pekerjaan orang tua memberikan

pengaruh terhadap perkembangan anak pada keluarga pemulung di Desa Tapian

Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal sebesar 46,2%

dan sisanya 53,8% ditentukan oleh variabel lain.

2. Hasil notasi statistik antara pekerjaan orang tua dengan perkembangan anak di dapat

hasil 0,68 > 0,404. Berdasarkan korelasi product moment hitung 0,68 dengan product

moment tabel 0,404 terdapat hasil product moment itu lebih besar dari hasil tabel. Jadi

dengan demikian terdapat pengaruh signifikan antara pekerjaan orang tua terhadap

perkembangan anak.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka dapat dibuat saran oleh penulis

untuk diberikan atau diajukan bagi pihak-pihak yang terkait, yaitu:

cxxxv

1. Sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan hak-hak anak secara psikologis diluar

membatu mereka secara finansial, karena hal ini cukup berpengaruh bagi

perkembangan mereka kelak baik perkembangan sosial maupun perkembangan

kepribadian

2. Sebaiknya orang tua lebih memperhatikan setiap perubahan yang dialami anak-anak

mereka baik secara langsung maupun tidak. Perubahan-perubahan setiap anak

berbeda-beda begitu juga dengan cara mengatasinya, sehingga butuh perhatian khusus

terutama perubahan-perubahan yang kelak berdampak pada perkembangan sosial dan

perkembangan kepribadian anak.

cxxxvi

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, Hendriati. 2009. Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja, Bandung: PT Reflika Aditama

Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial, Jakarta: Rineka Cipta

Alwisol. 2011. Edisi Revisi: Psikologi Kepribadian, Malang: UMM Press

Anwas, Oos M. 2013, Pemberdayaan Masyarakat di Era Global, Bandung: Alfabeta

Azzet, Akhmad Muhaimin. 2010. Mengembangkan Kecerdasan Sosial bagi Anak, Yogyakarta: Katahati

Faisal, Sanapiah. 2003. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Gerungan, W.A. 2004. Psikologi Sosial, Bandung: PT. Refika Aditama

Huaerah, Abu. 2012. Kekerasan Terhadap Anak, Bandung: Nuansa Cendikia

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Sosial, Yogyakarta: Erlangga

Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan, Jakarta: Kencana

Khairani, Nimrah. 2007, Kehidupan Sosial Ekonomi Pemulung (Desa Namo Bintang) Fisip USU

Kartono, Kartini. 2006, Psikologi Wanita 1 Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa, Bandung: CV Mandar Maju

Khairuddin H.SS. 1997. Sosiologi Keluarga, Yogyakarta: Liberty

Prints, Darwin. 1997. Hukum Anak Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya Bakti

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan: PT Grasindo Monoratama

2012. Kemiskinan dan Solusi, Medan: PT Grasindo Monoratama

Su’adah. 2005. Sosiologi Keluarga, Malang: UMM Press

Suyanto, Bagong. 2013. Masalah Sosial Anak, Jakarta: Kencana

Stiglitz, Joseph E., Amartya Sen, Jen Paul Fitoussi. 2011. Mengukur Kesejahteraan Mengapa Prosuk Domestik Bruto Bukan Tolak Ukur yang Tepat untuk Menilai Kemajuan?, Jakarta: Marjin Kiri

Tirtaraharja, Umar.2000. Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta

Sumber Lain:

cxxxvii

Departemen Sosial RI, 2009, Buku Panduan Pelatihan Pekerjaan Sosial, Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)

Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Undang-undang nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

Undang-Undang RI. No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Undang-Undang RI. No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 1999 tentang. Ratifikasi Konvensi ILO

Undang-Undang RI. No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Undang-Undang RI. No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

http://www.indonesiaberprestasi.web.id/berita-prestatif/ni-wayan-mertayani-gadis-pemulung-dari-bali-menang-lomba-foto-internasional-museum-anne-frank/ diakses pada 7 Desember 2013 pukul 08.23 WIB

http://www.kabarpublik.com/2013/09/anak-pemulung-yang-berprestasi/ diakses pada 7 Desember 2013 pada pukul 08.25 WIB

http://www.duniapsikologi.com/pengertian-anak-sebagai-makhluk-sosial/ diakses tanggal 7 Desember 2013 pukul 10.00

http://ekatasia.blogspot.com/2009/06/bab-i-pendahuluan.html diakses pada tanggal 17 January 2014 pukul 11.50 WIB

http://www.scribd.com

cxxxviii

ANGKET PENELITIAN

PENGARUH PEKERJAAN ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK

DI DESA TAPIAN NAULI LINGKUNGAN IX KELURAHAN SUNGGAL

KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

I. PETUNJUK PENGISIAN ANGKET

1. Sebelum Anda menjawab daftar pertanyaan yang telah disiapkan, terlebih dahulu

isi daftar identitas yang telah disediakan.

2. Bacalah dengan baik setiap pertanyaan, kemudian beri tanda silang (x) pada

jawaban yang dianggap paling tepat.

3. Isilah angket ini dengan jujur serta penuh ketelitian sehingga semua soal dapat

dijawab. Dan sebelumnya tak lupa saya ucapkan banyak terima kasih atas segala

bantuannya.

II. IDENTITAS

1. Nama :

2. Umur :

3. Sekolah :

4. Kelas :

III. PERTANYAAN

A. Pekerjaan orang tua

1. Berapa jumlah pendapatan orang tua Anda dalam satu bulan?

a. > Rp. 1.000.000

b. Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000

c. < Rp. 500.000

2. Bagaimana status tempat tinggal keluarga Anda?

a. Milik pribadi

cxxxix

b. Milik Orang tua/ keluarga

c. Sewa

3. Bagaimana keadaan rumah yang Anda tempati?

a. Permanen

b. Semi permanen

c. Triplek

4. Apa pendidikan terakhir orang tua Anda?

a. SMA

b. SMP

c. SD

5. Berapa jumlah anggota keluarga di tempat tinggal Anda?

a. < 5 orang

b. 5 - 7 orang

c. > 8 orang

6. Apakah orang tua Anda mengikuti kegiatan di lingkungan tempat tinggal?

a. Sering

b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah

7. Apakah orang tua Anda mengikuti kegiatan keagamaan (seperti: Wirid, kebaktian,

dll) di lingkungan sekitar?

a. Selalu

b. Kadang-kadang

c. Tidak

8. Apakah di lingkungan sekitar ada kegiatan-kegiatan program pemerintah?

a. Ya

b. Tidak

Bila ada sebutkan :

9. Apakah dari program tersebut orang tua Anda mengikutinya?

a. Ya

b. Kadang-kadang

cxl

c. Tidak

10. Apakah orang tua Anda dapat menabung dari sebagian penghasilannya?

a. Ya

b. Kadang-kadang

c. Tidak

11. Apakah keluarga Anda ada yang memiliki penyakit?

a. Penyakit berat (Jantung, paru-paru, ginjal dll)

b. Penyakit ringan (Diare, demam dll)

c. Tidak ada

12. Apakah keluarga Anda dapat membawa anggota keluarga berobat ke puskesmas

(fasilitas berobat yang disediakan pemerintah) di lingkungan terdekat?

a. Selalu

b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah

13. Apakah orang tua Anda mendapatkan bantuan dari program pemerintah?

a. Dapat

b. Kadang-kadang

c. Tidak dapat

14. Apakah keluarga Anda selalu mengkonsumsi program 4 sehat 5 sempurna?

a. Selalu

b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah

15. Apakah keluarga Anda dapat membawa anggota keluarga berobat ke rumah sakit

hingga semubuh total?

a. Dapat

b. Kadang-kadang

c. Tidak dapat

16. Apakah orang tua Anda memiliki pekerjaan sampingan selain pekerjaan yang

dilakukan?

a. Memiliki

b. Kadang-kadang

cxli

c. Tidak memiliki

17. Bagaimana pemenuhan kebutuhan sandang keluarga?

a. Selalu ( 6 bulan sekali)

b. Kadang (sekali setahun)

c. Tidak

18. Apakah Anda dapat rekreasi bersama keluarga?

a. Ya (3 bulan sekali)

b. Kadang-kadang ( 6 bulan sekali saat liburan sekolah)

c. Tidak pernah

Bila tidak pernah berikan alasan:

B. Perkembangan Anak

19. Apakah Anda dapat berkomunikasi dengan orang tua setiap hari?

a. Selalu

b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah

20. Apakah orang tua Anda ada waktu untuk tempat bercerita dengan Anda?

a. Sering

b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah

21. Apakah orang tua meminta Anda untuk ikut membantu mengerjakan

pekerjaannya di luar jam sekolah Anda?

a. Selalu

b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah

22. Apakah Anda lebih senang bersosialisasi dengan teman-teman daripada

membantu orang tua di rumah?

a. Ya

b. Kadang-kadang

c. Tidak

cxlii

23. Apakah Anda lebih memilih mengerjakan tugas yang diberikan orang tua

daripada melakukan hal-hal yang menurut Anda tidak berguna?

a. Selalu

b. Kadang-kadang

c. Tidak

24. Apakah Anda memiliki kamar/ruang sendiri di rumah?

a. Sendiri

b. Bersama saudara sejenis

c. Bersama keluarga

25. Siapa teman sepermainan Anda?

a. Lebih banyak lawan jenis

b. Sama

c. Lebih banyak sejenis

26. Apakah Anda sudah memiliki hubungan special dengan lawan jenis?

a. Memiliki

b. Pernah memiliki

c. Tidak pernah memiliki

27. Apakah Anda mengikuti kegiatan organisasi baik di sekolah maupun di

lingkungan tempat tinggal?

a. Mengikuti

b. Kadang-kadang

c. Tidak mengikuti

28. Apakah Anda dapat menyalurkan hobby Anda?

a. Dapat

b. Kadang-kadang

c. Tidak dapat

29. Apakah Anda sering menghabiskan waktu bermain-main dengan teman-teman

sebaya Anda?

a. Sering

b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah

cxliii

30. Apakah teman-teman Anda memiliki latar belakang pekerjaan orang tua yang

sama?

a. Tidak sama

b. Sebagian sama

c. Sama

31. Apakah Anda sering mengikuti gaya trend yang berkembang?

a. Sering

b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah

32. Apakah Anda bangga dengan diri Anda sendiri?

a. Bangga

b. Kadang-kadang

c. Tidak bangga

33. Apakah Anda suka mendapatkan tugas pekerjaan di rumah?

a. Suka

b. Kadang-kadang

c. Tidak suka

34. Bagaimana reaksi Anda bila ada teman yang mengejek pekerjaan orang tua Anda?

a. Sabar

b. Biasa saja

c. Marah

35. Apakah yang Anda lakukan bila keinginan Anda tidak dipenuhi orang tua?

a. Sangat menerima

b. Biasa saja

c. Tidak menerima

36. Apakah Anda pernah meraih prestasi di dalam maupun di luar sekolah?

a. Pernah

b. Pernah tapi tidak juara

c. Tidak pernah

cxliv

Lampiran I

Jawaban Responden terhadap Variabel X

No. Responden

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 3 3 1 1 1 2 2

2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 1 3 3 3 1 1 1 2 1

3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 1 2 3 2 2 2

4 3 3 3 3 2 2 3 2 1 3 1 3 1 3 3 3 3 2

5 2 2 2 2 3 2 2 2 1 1 3 3 1 1 1 1 2 1

6 2 1 2 2 3 2 3 3 2 1 2 3 2 2 2 1 2 2

7 3 1 2 2 1 2 3 2 1 1 2 3 1 1 2 1 2 2

8 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 1 2 3 1 2 1 2 2

9 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1

10 3 2 1 2 3 2 2 2 1 1 2 3 1 2 2 1 2 1

11 2 2 1 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

12 2 1 2 2 3 2 2 2 1 1 2 3 3 1 1 1 2 1

13 2 1 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

14 2 1 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

15 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

16 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

17 2 1 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

18 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2

19 2 1 2 2 1 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2

20 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

21 2 1 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2

22 2 1 2 3 3 2 3 3 3 1 2 3 3 2 2 1 2 2

23 2 1 2 2 3 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1

24 2 1 2 2 3 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1

cxlv

Jawaban Responden terhadap Variabel Y

No. Responden

19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

1 3 3 3 2 1 2 1 1 2 2 3 2 2 3 3 2 2 1

2 3 3 3 2 3 3 1 1 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2

3 3 3 2 1 2 2 1 1 2 2 2 3 2 3 2 1 2 3

4 3 3 2 2 2 3 1 1 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3

5 3 3 3 1 3 2 1 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2

6 3 3 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2

7 3 3 2 1 2 2 1 2 1 2 2 3 2 2 1 1 1 1

8 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

9 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2

10 2 3 2 3 2 2 1 1 1 2 2 2 1 3 1 1 1 1

11 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2

12 3 3 3 2 3 2 1 1 2 2 3 2 1 2 2 2 2 1

13 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2

14 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1

15 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2

16 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 3 2 2 2 2 3

17 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

18 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3

19 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1

20 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2

21 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

22 3 3 1 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2

23 2 2 2 3 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1

24 2 2 2 2 3 1 1 1 2 2 3 3 1 3 2 1 2 2

cxlvi

Kalkulasi Harga X dan Y

No. Responden

X Y X² Y² XY

1 33 38 1089 1444 1254

2 33 41 1089 1681 1353

3 44 37 1936 1369 1628

4 44 40 1936 1600 1760

5 32 40 1024 1600 1280

6 37 36 1369 1296 1332

7 32 33 1024 1089 1056

8 37 37 1369 1369 1369

9 33 33 1089 1089 1089

10 33 31 1089 961 1023

11 37 33 1369 1089 1221

12 32 35 1024 1225 1120

13 35 33 1225 1089 1155

14 37 28 1369 784 1036

15 36 29 1296 841 1044

16 35 35 1225 1225 1125

17 35 35 1225 1225 1125

18 35 35 1225 1225 1125

19 34 33 1156 1089 1122

20 35 34 1225 1156 1190

21 34 34 1156 1156 1156

22 40 34 1600 1156 1360

23 28 27 784 729 756

24 28 35 784 1225 980

839 826 29677 28712 28659