buat laporan

42
BLOK COMMUNITY HEALTH AND ENVIRONMENT MEDICINE - 1 LAPORAN KELOMPOK PRAKTIK LAPANGAN “OBSERVASI TPA DAN PABRIK SOUN” Dosen Pembimbing Lapangan: drg. Fitri Diah Oktadewi drg. Ryana Budi Purnomo Disusun Oleh: Ichsani Alfina G1G014004 Rahmawati G1G014016 Tri Putri Harjayani G1G014020 Alyssa Syarafina G1G014024 Safira Fauziati G1G014030 Vania Wirawati G1G014032 Abiyyu Widya Pratama G1G014036 Mohammad Reza T. G1G014040 Bella Citra Panggih G1G014044 Layalia Azka F. G1G014048 i

Upload: abiyyu-widya

Post on 23-Dec-2015

73 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

faqfafa

TRANSCRIPT

BLOK COMMUNITY HEALTH AND ENVIRONMENT MEDICINE - 1

LAPORAN KELOMPOK

PRAKTIK LAPANGAN

“OBSERVASI TPA DAN PABRIK SOUN”

Dosen Pembimbing Lapangan:

drg. Fitri Diah Oktadewi

drg. Ryana Budi Purnomo

Disusun Oleh:

Ichsani Alfina G1G014004Rahmawati G1G014016

Tri Putri Harjayani G1G014020Alyssa Syarafina G1G014024Safira Fauziati G1G014030

Vania Wirawati G1G014032 Abiyyu Widya Pratama G1G014036 Mohammad Reza T. G1G014040 Bella Citra Panggih G1G014044

Layalia Azka F. G1G014048

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

JURUSAN KEDOKTERAN GIGI

PURWOKERTO

2014

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan

rahmat dan berkat-Nya laporan ini dapat diselesaikan dengan baik. Kami juga

mengucapkan terima kasih kepada drg. Fitri Diah Oktadewi dan drg. Ryana Budi

Purnomo sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia membimbing kami

dalam menjalani praktik lapangan ini. Kami juga berterimakasih kepada seluruh

anggota kelompok lima yang telah bekerja sama dengan baik hingga praktik

lapangan dan laporan kelompok ini dapat terselesaikan hinga akhir.

Tiada gading yang tak retak, laporan ini pun tidak sempurna. Namun demikian,

kami berharap laporan ini akan bermanfaat untuk pembaca.

7 Januari 2015,

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i KATA PENGANTAR.................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................................1

C. Tujuan........................................................................................................................3

D. Manfaat......................................................................................................................4

BAB II

ISI......................................................................................................................................5

LANDASAN TEORI.........................................................................................................5

BAB III

METODE PELAKSANAAN...........................................................................................12

BAB IV............................................................................................................................13

HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................13

PEMBAHASAN..............................................................................................................13

BAB V

PENUTUP.......................................................................................................................19

A. Simpulan..................................................................................................................19

B. Saran........................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................21

LAMPIRAN.....................................................................................................................22

iii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini sampah menjadi masalah yang cukup pelik di kalangan

masyarakat. Hal ini dikarenakan semakin berkurangnya lahan untuk

pembuangan sampah sedangkan pengeluaran sampah oleh masyarakat

semakin meningkat. Tempat penghasil sampah terbesar bersumber dari

tempat-tempat umum seperti pasar, restaurant, kawasan industri dan sampah

rumah tangga.

Pengumpulan sampah di Indonesia biasanya dilakukan di TPA (Tempat

Pembuangan Akhir) dengan metode open dumping yaitu pengumpulan

sampah di lahan terbuka yang sudah disediakan. Namun metode yang

diterapkan di Indonesia belum memenuhi standar, karena pada kenyataannya

sampah masih dibiarkan menumpuk tanpa ada pengolahan lebih lanjut.

Keadaan seperti ini memicu adanya vektor dan agen yang menyebabkan

berbagai macam penyakit.

Didalam sampah terdapat berbagai macam agen penyakit seperti kuman,

virus dan berbagai mikroorganisme lainnya. Agen ini bisa terdapat pada tanah

yang tercemar oleh tumpukan sampah atau aliran air yang tercemah oleh

lindi.dengan tercemarnya lingkungan akan menyababkan masyarakat sekitar

terjangkit berbagai macam penyakit.

Oleh karena itu kami melakukan observasi di TPA Gunung Tugel,

Kecamatan Purwokerto Selatan untuk mengatahui adanya agen-agen penyakit,

kesehatan para pekerja, dan pengaruhnya pada masyarakat sekitar.

Sampah atau limbah yang berada di TPA Gunung Tugel merupakan

sampah atau limbah yang didapat dari berbagai tempat – tempat umum serta

pabrik – pabrik yang berada di wilayah yang dinaungi TPA Gunung

1

2

Tugel.Limbah dalam hal ini limbah pabrik – pabrik yang tersebar mampu

menjadi agen penyakit sehingga tingkat kebersihan pabrik menentukan sehat

atau tidaknya produk yang mereka hasilkan.Sehingga produk berupa makanan

atau sejenisnya sangat dipengaruhi oleh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang

di terapkan dalam pabrik.

Dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan makanan untuk dapat

memenuhi kehidupannya. Untuk itu dibutuhkan makanan yang bergizi dan

bermanfaat untuk tubuh. Maka dari itu kita harus memperhatikan bahan baku,

proses pengolahan dan proses pembuangan limbah dari produksi makanan

tersebut. Selain itu mereka juga membutuhkan pekerjaan untuk mendapatkan

pemasukan. Untuk itu dibuatlah pabrik-pabrik pembuatan makanan. Salah

satunya adalah pabrik sohun, makanan yang terbuat dari sagu.

Akhir-akhir ini sohun menjadi perbincangan terkait dengan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ) yang

diterapkan di pabrik. Bahan baku untuk pembuatan sohun adalah sagu dan

bahan-bahan tambahan lainnya seperti pewarna makanan dan kaporit untuk

sebagai desinfektan. Proses pengolahannya juga perlu diperhatikan mengenai

kebersihan peralatan yang digunakan dan perilaku karyawannya, kualaitas dari

bahan-bahan yang digunakan serta pemanfaatan dan pembuangan limbah.

Oleh karena itu kami melakukan kunjungan ke pabrik sohun yang berada

di daerah Tambaksogra, Purwokerto untuk dapat menilai bagaimana PHBS,

K3, pengolahan, pemanfaatan dan pembuangan limbah yang diterapkan di

pabrik tersebut apakah sudah sesuai standar atau belum.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah terkait Tempat Pembuangan Akhir :

1. Apa yang dimaksud dengan sampah?

2. Apa saja macam-macam sampah?

3. Apa saja macam cara pengolahan sampah di TPA gunung tugel?

3

4. Bagaimana keselamatan kerja para pekerja di TPA gunung tugel?

5. Apa sajakah jenis sampah yang dapat menyebabkan penyakit dan

pencemaran lingkungan ?

Rumusan Masalah terkait dengan Pabrik pembuatan Sohun :

1. Bagaimana proses pengolahan limbah di Pabrik Soun Tambak Sogra?

2. Bagaimana proses pembuatan makanan di Pabrik Soun Tambak Sogra?

3. Apa saja bahan baku yang digunakan dalam pembuataan Soun?

4. Apa saja yang digunakan para pekerja untuk mengantisipasi kecelakaan

kerja?

5. Bagaimana sanitasi yang diterapkan di Pabrik Soun Tambak Sogra?

C. Tujuan

Tujuan praktikum lapangan TPA Gunung Tugel :

1. Untuk mengetahui pengertian sampah.

2. Untuk mengetahui macam-macam sampah.

3. Untuk mengetahui cara pengolahan sampah di TPA gunung tugel.

4. Untuk mengetahui keselamatan kerja para pekerja di TPA gunung tugel.

5. Untuk mengetahui jenis sampah yang dapat menyebabkan penyakit dan

pencemaran lingkungan.

Tujuan praktikum lapangan Pabrik Sohun Tambaksogra :

1. Mengetahui proses pembuangan limbah di Pabrik Soun Tambak Sogra.

2. Mengetahui proses pembuatan makanan di Pabrik Soun Tambak Sogra.

3. Mengetahui bahan baku yang digunakan dalam prmbuatan soun.

4. Mengetahui standar keselamatan kerja yang digunakan para pekerja di

Pabrik Soun Tambak Sogra.

4

5. Mengetahui sanitasi Pabrik Soun Tambak Sogra.

D. Manfaat

Manfaat Praktikum Lapangan 1 :

1. Mengetahui pengolahan limbah yang dapat digunakan kembali untuk

kehidupan

2. Mengetahui agen-agen penyakit yang ada di dalam Tempat

Pembuangan Akhir

3. Mendapat tambahan wawasan dari Tempat Pembuangan Akhir

Manfaat Praktikum Lapangan 2 :

1. Mengetahui keselamatan kerja bagi para pekerja

2. Mengetahui bagaimana cara pembuatan soun secara langsung

3. Mengetahui komposisi yang ada pada kandungan soun

4. Mengetahui sanitasi yang terdapat pada pembuatan soun

BAB II

ISI

A. LANDASAN TEORI

A.1 Sampah

1. Macam-macam Sampah

Sampah yang rata-rata memiliki bentuk padat, merupakan suatu

benda yang tidak disukai maupun digunakan oleh seseorang maupun

ataupun dapat dikatakan juga, tidak berguna,yang merupakan hasil

kegiatan manusia (Azwar dalam Sulistyorini, 2005). Sampah dapat

diklasifikasikan menjadi berbagai macam. Apabila sampah dibedakan

menurut bahan-bahan kimia yang terkandung di dalamnya, maka sampah

dapat dibagi menjadi sampah organik dan non-organik dimana sampah

organik termasuk ke dalam 80% sampah padat yang dihasilkan di

Indonesia (Outerbridge dalam Sulistyorini, 2005).

Selain itu, sampah juga dapat dibedakan berdasarkan jenis-jenisnya

menjadi garbage, rubbish, ashes dan cinder, dead animal, street sweeping

dan industrial waste. Garbage merupakan jenis sampah basah sisa

makanan yang masih dapat dikonsumsi oleh mikroorganisme lain.

Sedangkan rubbish merupakan sampah kering yang tidak dapat

membusuk. Ada juga sampah yang asalnya dari sisa-sisa pembakaran

seperti ashes dan cinder. Selain itu, dead animal berasal dari hewan yang

mati, street sweeping berasal dari penyapuan sampah-sampah yang ada di

jalanan, serta industrial waste yang berasal dari industri-industri (Bahar

dalam Fadhilah dkk, 2011). Namun sampah menurut Dirjen Cipta Karya

yang ditulis oleh Fadhilah dan kawan-kawan pada tahun 2011, sampah

sendiri dapat dibedakan menjadi garbage yang merupakan sampah basah,

rubbish yang merupakan sampah kering, sampah lembut, berbahaya,

5

6

balokan semacam batang kayu, lalu ada sampah jalan, bangkai hewan,

bangunan, industri, khusus (semacam benda-benda penting), pemotongan

binatang, serta lumpur (semacam selokan, septitanc, dan sejenisnya)

(Fadhilah dkk, 2011).

2. Pencemaran Lingkungan

1. Pencemar Lingkungan

Pencemar lingkungan dapat dibedakan menjadi berbagai jenis,

diantaranya yakni pencemaran biologis, kimiawi, dan fisik. Pencemar

biologis merupakan mikroorganisme, sedangkan pencemar kimiawi

merupakan zat-zat kimia semacam logam berat. Selain itu, pencemar

fisik tersebut merupakan zat-zat semacam gas, cairan, dan juga zat

padat. Pencemar fisik tersebut biasanya berasal dari limbah-limbah

manapun, baik pabrik maupun rumah tangga (Saktiyono, 2004).

2. Jenis-jenis Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan dapat dibedakan menjadi pencemaran air,

tanah, udara, serta suara. Pencemaran air terjadi karena adanya zat-zat

yang membahayakan yang masuk ke dalam air. Semua pencemaran

tersebut terjadi karena adanya zat-zat maupun benda-benda

membahayakan yang masuk ke dalam tempat-tempat tersebut

semacam air, tanah, udara, dan juga suara. Pencemaran air biasanya

terjadi karena adanya limbah-limbah yang berasal dari industri, rumah

tangga, maupun pertanian. Sedangkan pencemaran udara biasanya

terjadi karena zat-zat semacam CO, CFC, dan sebagainya. Kemudian,

pencemaran tanah disebabkan oleh pestisida, bahan kimia dari industri,

dan sebagainya. Sedangkan pencemaran suara terjadi ketika kuat

lemah suara yang ada di lingkungan di atas 5dB (Saktiyono, 2004).

3. Pengolahan Sampah

1. Landfill

Pada pengolahan ini, sampah diletakkan lama sampai membusuk dan

tidak dilakukan pengolahan. Metode ini menyebabkan terjadinya

7

penyebaran penyakit menular dan juga polusi. Namun, metode landfill

ini memang tidak mahal dan rumit.

2. Recycle

Recycle mengolah sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilihan,

pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan

produk/material bekas pakai. Proses ini memiliki sifat menunda

penumpukan sampah bersifat anorganik yang lambat laun produk atau

hasilnya akan menjadi sampah kembali. Pengolahan sampah jenis ini

dilakukan untuk sampah jenis anorganik.

3. Kompos

Kompos merupakan suatu pupuk organik dimana pupuk ini

merupakan suatu campuran bahan-bahan sampah garbage, yakni

antara bahan-bahan hijau serta bahan tambahan semacam kotoran

ternak atau pupuk keluaran pabrik yang berguna untuk menambah

cepat pembusukkan daripada bahan-bahan hijau tersebut (Wied dalam

Sulistyorini, 2005). Kompos yang dapat digunakan pada tanaman-

tanaman hias, padi, sayuran, maupun buah-buahan, berguna untuk

mengembalikan kesuburan tanah walaupun hanya dengan ditabur di

atas tanah (Sulistyorini, 2005). Pengolahan sampah dengan

pengomposan merupakan cara penumpukkan sampah pada lubang

kecil dalam jangka waktu tertentu untuk menghasilkan pupuk

(Subandi, 2006).

Ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam pembuatan

pupuk kompos ini (Unus dalam Sulistyorini, 2005), diantaranya

adalah pemisahan bahan, rupa bahan, nutrien, serta kadar air. Jadi,

bahan-bahan yang ada harus dipisahkan baik logam, plastik, bahan-

bahan beracun, dan sebagainya. Selain itu, bahan-bahan yang ada juga

sebaiknya diperkecil untuk membuat waktu pembusukkan lebih

singkat kembali. Lalu, nutrien yang ada pada bahan-bahan

pembusukkan yakni karbohidrat dan kadar air yang ada tergantung

pada bahan yang digunakan. Disamping itu, ada pula faktor-faktor

yang dapat menghasilkan pupuk yang berkualitas baik serta

8

mengakselerasi pembuatan pupuk yang diantaranya adalah aerasi,

homogenitas, serta penambahan starter (Sulistyorini, 2005).

Dalam pembuatan pupuk kompos, dapat ditambahkan dengan

larutan EM4 atau Effective Microorganism 4 untuk merangsang

organisme yang bermanfaat untuk tanah, tanaman, serta

memfermentasi bahan-bahan organik dan juga untuk membantu

dekomposisi sampah organik (Sugihmoro dalam Sulistyorini, 2005).

Larutan ini seringnya berisi organisme seperti Lactobacillus sp.,

khamir, Actinomycetes, dan Streptomycetes (Sulistyorini, 2005).

4. Incenerator

Pengolahan sampah dengan incinerator hanya dilakukan untuk

sampah yang habis terbakar. Pelaksanaannya harus jauh dari

pemukiman untuk menghindari adanya pencemaran asap dan

kebakaran. Incinerator ini digunakan untuk mengolah sampah jenis

anorganik dan organik.

4. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kesehatan kerja yakni suatu keadaaan yang berpengaruh terhadap

kesehatan para pekerja. Kesehatan yang dimiliki oleh seseorang,

khususnya oleh pekerja akan sangat penting karena apabila pekerja

tersebut sakit akan berpengaruh terhadap pekerjaan yang ditekuninya.

Sedangkan keselamatan kerja merupakan suatu kondisi dimana seseorang

bebas daripada kecelakaan maupun kerusakan dari yang kecil hingga

berat. Untuk menjaga keselamatan kerja, maka orang-orang yang bekerja

di suatu tempat tertentu harus menggunakan peralatan semacam

handscoon, helm, jaket pelindung, sepatu, serta peralatan kebakaran.

Selain itu, di lingkungan pekerjaan tersebut juga perlu ditambah

peringatan-peringatan yang mudah dilihat, dibaca, kemudian awet. Bahasa

yang digunakan dalam peringatan-peringatan tersebut juga harus bahasa

resmi yang mudah dipahami oleh semua orang di suatu negara

(Simanjutak, 1994).

9

A.2 PHBS dan K3

A. Pengertian Sanitasi Makanan

Menurut Ehler and Steel (1980), Sanitasi adalah usaha pengawasan

terhadap faktor lingkungan yang dapat merupakan mata rantai penularan

penyakit. Untuk melaksanakan hal tersebut maka diperlukan suatu sistem

yang mengatur pelaksanaan higienis dan sanitasi.

Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang

dilakukan untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya

yang dapat menganggu kesehatan, mulai dari sebelum makanan

diproduksi, selama proses pengolahan, cara penyimpanan, pengangkutan,

sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk

dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen (Prabu, 2009).

Makanan yang sehat adalah makanan yang bersih, tepat cara

penyimpanan, penyajiannya dan pengolahanya, serta harus dijaga untuk

tetap sehat dimana pembungkusanya harus sesuai dengan sifat-sifat

makanan dengan memperhatikan kebersihan yang setiap saat harus

dilakukan (Sakono, 1986).

B. Cara Pengelolaan Makanan

Enam prinsip pengelolaan makanan yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Keadaan bahan makanan

Semua jenis bahan makanan perlu mendapat perhatian secara fisik

serta kesegarannya terjamin. Salah satu upaya mendapatkan bahan

makanan yang baik adalah menghindari penggunaan bahan makanan

yang berasal dari sumber tidak jelas karena kurang dapat

dipertanggung jawabkan secara kualitasnya.

2. Cara penyimpanan bahan makanan

Cara penyimpanan yang memenuhi syarat hygiene sanitasi makanan

adalah sebagai berikut:

a. Penyimpanan harus dilakukan ditempat khusus (gudang) yang

bersih dan memenuhi syarat.

10

b. Barang-barang agar disusun dengan baik sehingga mudah

diambil, tidak memberi kesempatan serangga atau tikus untuk

bersarang, terhindar dari lalat/tikus dan untuk produk yang

mudah busuk atau rusak agar disimpan pada suhu yang dingin.

3. Proses pengolahan

Pada proses atau cara pengolahan makanan ada tiga hal yang perlu

mendapat perhatian, yaitu:

a. Tempat pengolahan makanan

Tempat pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana

makanan diolah, tempat pengolahan ini sering disebut dapur.

Dapur mempunyai peranan yang penting dalam proses

pengolahan makanan, karena itu kebersihan dapur dan

lingkungan sekitarnya harus selalu terjaga dan diperhatikan.

b. Tenaga pengolah makanan

Tenaga pengolah makanan menurut Depkes RI (2006) adalah

orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan

peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan

pengangkutan sampai penyajian. Dalam proses pengolahan

makanan, peran dari tenaga pengolah makanan sangatlah besar

peranannya. Pekerja ini mempunyai peluang untuk menularkan

penyakit. Oleh sebab itu penjamah makanan harus selalu dalam

keadan sehat dan terampil.

c. Cara pengolahan makanan

Cara pengolahan yang baik adalah tidak terjadinya kerusakan-

kerusakan makanan sebagai akibat cara pengolahan yang salah

dan mengikuti kaidah atau prinsip-prinsip higiene dan sanitasi

yang baik.

4. Cara pengangkutan makanan yang telah masak

Pengangkutan makanan dari tempat pengolahan ke tempat

penyimpanan perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi kontaminasi

baik dari serangga, debu maupun bakteri. Wadah yang dipergunakan

harus utuh, kuat dan tidak berkarat atau bocor.

11

5. Cara penyimpanan makanan masak

Penyimpanan makanan masak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu

tempat penyimpanan makanan pada suhu biasa dan tempat

penyimpanan pada suhu dingin. Makanan yang mudah membusuk

sebaiknya disimpan pada suhu dingin yaitu < 400C. Untuk makanan

yang disajikan lebih dari 6 jam, disimpan dalam suhu -50C sampai

dengan -100C.

6. Cara penyajian makanan masak

Saat penyajian makanan yang perlu diperhatikan adalah agar makanan

tersebut terhindar dari pencemaran, peralatan yang digunakan dalam

kondisi baik dan bersih, petugas yang menyajikan harus senantiasa

menjaga kesehatan dan kebersihan pakaiannya (Jurnal Sanitasi

Makanan, Sri Wahyuni ; 2009)

C. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1. Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi

kesehatan masyarakat didalam suatu masyarakat pekerja dan

masyarakat lingkungan (Notoadmojo,2012).

2. Potensi Bahaya Terjadinya Kecelakaaan Kerja

Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang jelas tidak

dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat

menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda, atau properti maupun

korban jiwa yang terjadi didalam suatu proses kerja industri atau yang

berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

3. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja merupakan faktor pendorong bagi semangat dan

efisiensi kerja. Lingkungan kerja yang buruk yang melebihi toleransi

manusia yang menghadapinya akan menyebabkan kecelakaan kerja

sehingga tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya tidak

mendapat rasa aman, nyaman dan selamat (Budiono, Sugeng AM,

Jusuf RMS, Pus parini adriana, 2003).

BAB III

METODE PELAKSANAAN

1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

a) Praktikum Lapangan 1

Lokasi : Tempat Pembuangan Akhir Gunung Tugel

Hari, Tanggal : Rabu, 24 Desember 2014

Waktu : 08.00 WIB – 09.35 WIB

b) Praktikum Lapangan 2

Lokasi : Pabrik Sohun Tambaksogra

Hari, Tanggal : Selasa, 30 Desember 2014

Waktu : 08.30 WIB – 10.15 WIB

2. Alat

a) Alat Tulis

b) Voice Recorder

c) Kamera

d) Almamater

3. Teknik Pengambilan Data

Teknik yang digunakan dalam pengambilan data adalah melalui

observasi lapangan dan mewawancarai narasumber yang berada di

lapangan.

12

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PEMBAHASAN

A.1 Pembahasan Praktikum Lapangan 1

1. Kondisi umum TPA Gunung Tugel

TPA Gunung Tugel merupakan tempat pembuangan akhir yang berada

di wilayah perbatasan Kelurahan Karangklesem, Kecamatan Purwokerto

Selatan dan Desa Kedungrandu, Kecamatan Patikraja (Sehah, dkk., 2009).

Luas lahan tempat pembuangan akhir tersebut sekitar 6,7 hektar dan dikelola

oleh unit persampahan yang berada di bawah Dinas Cipta Karya. Terdapat

tempat pengumpulan sampah, pengolahan kompos dan penampungan tinja di

wilayah tersebut. Lahan yang digunakan sebagai tempat pembuangan akhir

sampah merupakan milik pemerintah daerah Banyumas.

TPA ini setiap harinya menampung sampah dengan volume sekitar

350 m3 yang berasal dari pasar dan rumah tangga saja dan tidak menampung

sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) seperti yang

berasal dari rumah sakit. Sampah atau limbah yang mengandung B3 dikelola

tersendiri oleh pihak rumah sakit dan pabrik yang menghasilkan limbah B3

tersebut. Pengolahan sampah juga diharapkan dilakukan pada skala rumah

tangga agar sampah dapat lebih bermanfaat dan tidak terlalu menumpuk di

TPA.

2. Metode Pengumpulan Sampah

Terdapat dua metode pengumpulan sampah yang diterapkan di TPA

Gunung Tugel yaitu open dumping dan control landfill. Pada metode open

dumping, sampah hanya ditumpuk dan dibiarkan terbuka sedangkan pada

13

14

metode control landfill, sampah ditimbun kemudian diratakan dengan

buldozer setiap beberapa waktu tertentu. Penerapan metode tersebut

berdampak pada penumpukan sampah di wilayah TPA sehingga dibutuhkan

lahan yang luas untuk menimbun sampah, sehingga apabila lahan TPA

Gunung Tugel telah dipenuhi sampah, maka pemerintah daerah perlu mencari

lahan lain yang dapat menampung sampah.

3. Pengelolaan sampah

Sampah yang terdapat di TPA Gunung Tugel selain dapat

dikumpulkan juga dapat diolah menjadi sesuatu yang berguna.

Salah satu kegiatan pengelolaan sampah yang baik dan efisien adalah

pembuatan kompos. Kompos dibuat dari daun dan sampah organik yang

digiling hingga berukuran kecil, kemudian, daun-daun tersebut dikeringkan.

Setelah itu daun-daun tersebut dikumpulkan pada penampungan khusus.

Daun-daun tersebut dicampur bersama EF4. Daun-daun yang sudah

dikumpulkan pun diaduk-aduk sembari diatur suhunya sehingga kurang lebih

40 derajat celcius. Setelah itu, olahan tersebut dapat diambil sebagai pupuk

kompos setelah diketahui adanya jamur yang tumbuh pada pupuk tersebut.

Sedangkan bila terdapat belatung maka berarti tidak terjadi kompos.

Kegiatan lain yang dilakukan di TPA Gunung Tugel adalah

penampungan pengolahan tinja.

Limbah Tinja didapat dari tinja yang diambil dari seluruh wilayah

Purwokerto meliputi tinja manusia dan hewan – hewan. Tinja ini lalu diambil

oleh truk tangki yang berkeliling kota Purwokerto. Setelah mengambil tinja

tersebut truk ini akan membawanya menuju fasilitas pengolahan tinja yang

terdapat di TPA Gunung Tugel dimana akan diproses lebih lanjut untuk di

filtrasi agar air bekas tinja mampu atau layak digunakan kembali.

Pada tahap awal tinja dimasukkan ke penampungan khusus dimana

tinja akan dipaparkan cahaya matahari agar tinja padat mengendap di dasar

penampungan dan diberi zat kapur untuk menghilangkan bau amonia yang

15

dihasilkan oleh tinja. Pada tahap kedua dimasukkan ke penampungan yang

merupakan hasil filtrasi dari pada tahap pertama. Pada tahap ketiga

menghasilkan air yang layak untuk digunakan untuk mengembangbiakan

makhluk hidup seperti lele. Inti dari pengolahan limbah ini adalah untuk

mengurangi limbah tinja dan menghasilkan produk yang mampu digunakan

kembali.

4. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pegawai TPA

Keberadaan TPA Gunung Tugel selain sebagai tempat penampungan

sampah juga sebagai lahan untuk mencari nafkah bagi sebagian warga yang

tinggal di dekat TPA tersebut. Menurut salah seorang pengelola TPA, terdapat

25 pegawai yang bekerja di TPA Gunung Tugel, lima diantaranya merupakan

pegawai negeri sipil dan sisanya merupakan pegwai harian lepas. Selain itu,

terdapat lebih dari seratus pemulung setiap hari yang mengumpulkan sampah

untuk dijual kembali. Pemulung ters/ebut mulai mengumpulkan sampah dari

pukul 5.30 WIB hingga sekitar pukul 17.00 WIB

Menurut salah satu narasumber penulis yaitu Bapak Atik, dirinya telah

tinggal di sekitar wilayah TPA sejak ia kecil hingga ia menjadi pemulung

seperti sekarang ini. Beliau juga menuturkan bahwa ia telah terbiasa

menggunakan alat pelindung diri yang sederhana ketika bekerja, yaitu pakaian

dan sepatu biasa. Beliau bahkan tidak mengenakan masker dan sarung tangan,

namun demikian beliau mengaku bahwa ia jarang mengalami masalah

kesehatan.

Menurut narasumber lain yang juga berprofesi sebagai pemulung yaitu

Ibu Narsiah, sehari-hari ia mengumpulkan sampah dari pukul 9.00 WIB

setelah ia menyelesaikan tugas sebagai ibu di rumah, yaitu memasak dan

mencuci. Setelah mengumpulkan sampah beberapa jam, kemudian Ibu

Narsiah kembali ke TPA untuk mengumpulkan sampah kembali pada pukul

13.00 WIB.

Ibu Narsiah mengumpulkan sampah sesuai jenis masing-masing,

seperti plastik yang ditempatkan terpisah dengan golongan sampah yang lain,

16

begitu juga dengan kaca, botol, dan kertas. Barang-barang tersebut setelah

terkumpul kemudian dijual kepada pengepul setiap hari Sabtu. Setiap satu

kilogram kaleng dihargai Rp. 1000,00, kemudian setiap satu kilogram buah

sandal bekas dapat dijual dengan harga Rp.500,00 dan setiap satu buah barang

bahan kaca dihargai Rp.100,00 selain itu beliau juga mengumpulkan biji buah

manggis yang memiliki harga jual cukup tinggi. Dalam mengumpulkan

sampah, beliau mengenakan pakaian yang sudah masuk pembuangan namun

setelah pulang ke rumah beliau berganti baju menggunakan baju yang sudah

bersih. Beliau juga mengatakan bahwa beliau jarang mengalami masalah

kesehatan dikarenakan setiap satu bulan sekali ada petugas dari puskesmas

untuk pemeriksaan gratis.

Alat pelindung diri yang digunakan oleh Ibu Narsiah sangat sederhana

berupa baju sehari-hari, sarung tangan, dan sepatu yang beliau dapatkan di

tempat sampah. Meski demikian Bu Narsiah jarang mengeluhkan tentang

kesehatannya, beliau hanya merasa pegal dan pusing karena pola makannya

yang tidak teratur. Setiap satu bulan sekali terdapat pemeriksaan gratis untuk

warga di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Gunung Tugel, dan biasanya

warga hanya mengeluhkan penyakit seperti batuk dan pilek.

Wilayah dimana Ibu Narsiah tinggal cukup dekat dengat TPA Gunung

Tugel, meskipun demikian air sumur di wilayah tersebut masih bersih dan

layak untuk digunakan sehari-hari. Sawah dikitarnyapun masih dapat ditanami

walaupun beberapa tahun terakhir gagal panen.

A.2 Pembahasan Praktikum Lapangan 2

1. Gambaran Umum Pabrik Sohun

Pabrik sohun yang kami kunjungi terletak di daerah Tambaksogra,

Purwokerto. Pabrik ini berdiri tahun 1990an dan merupakan milik

Bapak Fendy yang berdiri di atas tanah milik desa. Sehingga Bapak

Fendy bekerjasama dengan warga setempat untuk mengelola pabrik

tersebut. Karyawan dari pabrik ini adalah laki-laki dan perempuan

yang sudah berusian diatas 30 tahun bahkan ada yang berusia 80 tahun

17

dan mayoritas adalah perempuan dan merupakan warga setempat.

Sayangnya tidak ada generasi penerus dikarenakan warga yang masih

muda enggan bekerja di pabrik tersebut. Pabrik ini mulai beroperasi

dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00, dalam proses produksi

tidak ada waktu istirahat yang pasti karena karyawan dapat beristirahat

kapanpun mereka mau tetapi tetap bertanggungjawab dengan tugas

mereka. Dalam bekerja mereka tidak menggunakan masker dan

sarung tangan padahal bau di pabrik cukup menyengat dan sohun yang

sudah jadi dapat membuat tangan terluka ketika proses penggulungan.

Bahan untuk membuat sohun adalah sagu yang didatangkan dari

Pulau Sumatra tepatnya dari Riau namun distributornya berada di

Cirebon. Harga setiap karung sagu yaitu Rp 250.000,00 dengan setiap

karungnya berisi 25 kg sagu. Harga termasuk cukup mahal untuk harga

bahan pokok. Bahan yang lain yaitu ada pewarna makanan berwarna

biru muda, kaporit yang berbentuk bubuk untuk menjernihkan,

membunuh bakteri dan menghilangkan bau apek.

Modal yang dikeluarkan untuk sehari atau sekali produksi adalah

Rp 10.000.000,00. Harga satu plastik sohun adalah Rp 10.000,00

dengan isi 48 gulung (1kg), penjualannya meliputi daerah sekitar

sampai ke Jakarta. Produk jadi sohun dapat bertahan kurang lebih 1

tahun asalkan disimpan dengan rapat dan rapi.

Dalam satu hari karyawan mendapatkan upah yang berbeda, untuk

karyawan wanita dalam satu hari mendapat Rp 35.000,00, untuk

karyawan laki-laki Rp 50.000,00 atau lebih namun untuk karyawan

wanita yang sudah pintar dan terampil mendapatkan upah Rp

50.000,00. Upah yang berbeda ini dikarenakan tugas karyawan laki-

laki lebih berat seperti mengangkat karung sagu.

Di pabrik tersebut terdapat sumber mata air yang masih bersih

untuk proses produksi sehari-hari, jamban sederhana juga tersedia

namun jarang digunakan karena karyawan lebih memilih pulang

18

terlebih dahulu apabila ingin ke jamban. Tersedia juga alat pemadam

kebakaran sederhana berupa karung dan pasir. Listrik yang digunakan

sebesar 1300 watt untuk blower sebagai alat untuk menyalakan batu

bara. Untuk jaminan kesehatan apabila terjadi kecelakaan kerja

biasanya dilarikan ke puskesmas.

2. Proses Pembuatan Sohun

Pertama, sagu dicuci lalu diendapkan selama satu hari

menggunakan sedikit kaporit untuk membunuh bakteri dan untuk

memutihkan sagu. Kemudian setelah diberi kaporit, sagu dicuci lagi

sampai kadar kaporitnya hilang. Apabila kadar kaporit pada sagu

masih ada maka sagu bisa hancur dan tidak tahan lama.

Langkah selanjutnya setelah hilang kadar kaporit, sagu diberi

pewarna makanan. Selanjutnya sagu dibuat menjadi adonan seperti

bubur atau kanji dengan menambahkan air secukupnya kemudian

dicetak menggunakan cetakan hingga berbentuk tipis-tipis dan

panjang. Soun yang telah dicetak kemudian diletakkan di atas papan

yang telah diolesi oleh mentega. Setelah itu dijemur di bawah sinar

matahari sampai kering, lalu digulung dan kemudian dikemas sesuai

ukuran.

Pembuangan limbah seperti sisa pencucian sagu menggunakan

kaporit dari pabrik ini dialirkan ke sawah. Menurut warga sekitar,

limbah kaporit tersebut bisa menyuburkan sawah dan apabila musim

kemarau, air buangan pabrik ini sangat dibutuhkan warga untuk

mengaliri sawah penduduk.

Selain limbah cair, terdapat pula limbah padat yang dapat dijadikan

sebagai pakan ternak warga lalu bekas karung sagu dapat dimanfaatkan

kembali oleh para pekerja atau warga setempat untuk digunakan secara

pribadi, namun tidak untuk dijual.

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

1. Sampah adalah sesuatu yang tidak dipakai lagi, sesuatu yang harus dibuang, umumnya berasal dari kegiatan manusia seperti industri namun bukan kegiatan biologis.

2. Macam-macam sampah meliputi sampah organik, anorganik, dan sampah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya)

3. Cara pengolahan sampah di TPA Gunung Tugel ada 2 yaitu open dumping dan control landfill.

4. Keselamatan kerja di TPA Gunung Tugel masih terbatas dan alat pelindung dirinya masih sederhana.

5. Sohun dibuat dari bahan dasar sagu yang didatangkan dari Sumatera.

6. Proses pembuatan sohun meliputi empat tahap, yaitu pencucian,

pengolahan, pencetakkan, dan pengeringan.

7. Air yang dihasilkan dari tahap pencucian alirkan menuju sawah untuk

menjadi pupuk.

8. Tingkat sanitasi pada proses pengolahan sohun cukup rendah, dimana

lingkungan yang kurang bersih dan tanah yang becek, serta para

pekerjanya tidak menggunakan sarung tagan sehingga kurang higienis.

9. Para karyawan tidak menggunakan alat pelindung diri sehingga tignkat

kecelakaan kerja cukup tinggi.

10. Jaminan kesehatan untuk para karyawan hanya berupa pesangon untuk

berobat di Puskesmas.

11. Limbah yang berupa patahan sohun yang gagal produksi dijadikan pakan

ternak oleh warga sekitar.

19

20

B. Saran

Sebaiknya, pihak pemilik pabrik sohun di desa Tambak Sogra lebih

meningkatkan kebersihan lingkungan sekitar pabrik, serta lebih

memperhatikan jaminan kesehatan serta keselamatan para karyawan. Dan

pekerja yang terdapat di lingkungan TPA Gunung Tugel diberikan

pengecekan kesehatan berkala karena wilayah pekerjaan mereka ditempat

yang merupakan sumber penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Fadhilah, A., dkk, 2011, Kajian Pengelolaan Sampah Kampus Jurusan Arsitektur

Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Modul, 11(2): 62-71.

Saktiyono, 2004, IPA Biologi 1 SMP dan MTs Untuk Kelas VII, Penerbit

Erlangga, Jakarta.

Sehah, Cahyanto, 2009, Pengujian Daya Hantar Listrik Air Tanah di Sekitar

Tempat Pembuangan Akhir Gunung Tugel Kabupaten Banyumas

Menggunakan Prinsip Jembatan Wheatstone, Molekul, 4(1): 39.

Simanjuntak, Payaman J., 1994, Manajemen Keselamatan Kerja, HIPSMI, Jakarta.

Sulistyorini, L., 2005, Pengelolaan Sampah dengan Cara Menjadikannya Kompos,

J. Kesehatan Lingkungan, 2(1): 77-84.

21

LAMPIRANGAMBAR KETERANGAN

22

23