radiofarmasi.pptx

30
RADIOFARMASI Dosen Pengampu : Lamia Diang Mahalia, S.Farm, MPH, Apt.

Upload: joni-triatama

Post on 31-Dec-2015

67 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: RADIOFARMASI.pptx

RADIOFARMASI

Dosen Pengampu : Lamia Diang Mahalia, S.Farm, MPH, Apt.

Page 2: RADIOFARMASI.pptx

RADIOFARMASI

RADIOFARMAKA

NUKLIDA

DEFINISI

Page 3: RADIOFARMASI.pptx

farmakologi PSIK-UNEJ

Page 4: RADIOFARMASI.pptx

4224

BENTUK SEDIAAN RADIOFARMASI

1. Larutan untuk pemakaian oral

Biasanya dikemas dengan kemasan tertentu seperti penicilin type bottles, untuk menghindari kontaminasi digunakan single dose bottles, sediaan bisa dalam larutan air, alkohol dan minyak, seperti larutan Na, K.

2. Kapsul gelatin

Cara pemakaian mudah, bisa berupa larutan atau dengan penambahan zat inert NaHPO4 anhidrat.

Page 5: RADIOFARMASI.pptx

BENTUK SEDIAAN RADIOFARMASI

3.Larutan Injeksi

Kemasan mengandung satu dosis atau lebih, persyaratan larutan injeksi harus dipenuhi seperti sterilitas, isotonis dan bebas pirogen.

4.Bentuk Lyophilized Product

Sediaan dimasukkan dalam vial, sebelum digunakan dilarutkan terlebih dahulu dengan pelarut yang cocok, sering disebut sebagai kit radiofarmasi.

Page 6: RADIOFARMASI.pptx

1. As an aid in the diagnosis of disease (diagnostic radiopharmaceuticals)

2. Treatment of disease (therapeutic radiopharmaceuticals)

APPLICATION OF RADIOPHARMACEUTICAL:

Page 7: RADIOFARMASI.pptx

FORMULASI DAN LABELING

Radiofarmaka

Formulasi

Ligand + reduktor + anti oksidant + stabilizer

Kit Radiofarmaka

Labeling

Radionuklida + Kit Radiofarmaka

Page 8: RADIOFARMASI.pptx

• Transport aktif (active transport)• Fagositosis (phagocytosis)• Cell sequestration• Capillary blockage (penghalang kapiler)• Simple of exchange diffusion (pertukaran difusi

sederhana)• Compartmental localization (lokalisasi

kompartemen)

KLASIFIKASI RADIOFARMAKA(berdasarkan mekanisme lokalisasi)

Page 9: RADIOFARMASI.pptx

PERSYARATAN RADIOFARMAKA

radiolysis container

temperatureatmospher

pHmedium apyrogenicity

sterility

radiotoxicity

chemical toxicitybiodistributio

n

specificity

sensitivity

safetyefficacyAcceptable

Radiopharmaceuticals

chemicalpurity

radiochemical purity

radionuclidic purity

p u r i t y

stability

Page 10: RADIOFARMASI.pptx

Sifat-sifat Radiofarmaka Diagnostik Yang Ideal 1. Pemancar gamma murni

2. 100 keV < energi gamma < 250 keV

3. Waktu paruh efektif = 1.5 x lamanya pemeriksaan

4. Target : non-target ratio tinggi

5. Dosis radiasi yang diterima pasien dan petugas minimal

6. Keselamatan pasien

7. Reaktivitas kimia

8. Tidak mahal dan tersedia dengan mudah

9. Penyiapan serta kendali kualitasnya sederhana jika dibuat di tempat (rumah sakit).

Page 11: RADIOFARMASI.pptx

Radiasi yang mempunyai daya tembus rendah seperti partikel alfa dan beta tidak diinginkan, karena:• Linear Energy Transfer (LET) tinggi.

(Partikel dengan LET yang tinggi mengakibatkan dosis radiasi sangat significant terhadap pasien).

• sedikit partikel yang sampai ke detektor, sehingga partikel alfa dan beta tidak memberikan citra.

1. Pemancar gamma murni

Page 12: RADIOFARMASI.pptx

• Umumnya peralatan “imaging” (kamera gamma) didisain berfungsi dengan baik dengan memberikan kualitas citra (image) optimal di daerah rentang energi ini.

• Radionuklida yang ideal dan umum digunakan untuk rentang energi 100 keV – 250 keV adalah 99m Tc dan 123 I.

2. 100 keV < energi gamma < 250 keV

Page 13: RADIOFARMASI.pptx

Energy (keV)

Imag

e Q

ualit

yImage Quality vs Energy

Page 14: RADIOFARMASI.pptx

• Selain harus memberikan citra yang baik, radiofarmaka harus bisa dikeluarkan dari tubuh secara kuantitatif dalam beberapa menit setelah diagnosa selesai. Kebanyakan radiofarmaka menunjukkan pola “clearance” eksponensial sehingga waktu paruh efektinya cukup panjang (dalam hitungan jam atau hari bukan detik atau menit).

• Hubungan antara waktu paruh efektif, waktu paruh biologis, dan waktu paruh fisis dinyatakan dengan persamaan berikut:

3. Waktu paruh efektif = 1.5 x lamanya pemeriksaan

Page 15: RADIOFARMASI.pptx

• Jika ratio tidak cukup tinggi (5:1 minimum untuk planar imaging, kira-kira 2:1 for SPECT imaging), maka hasil scan menunjukkan adanya “non diagnostic scan” dan hal ini akan menyulitkan atau tidak memungkinkan untuk membedakan organ berpenyakit (patologi).

• Misalnya, bila melakukan ‘thyroid scan’, idealnya semua radioaktivitas berada di dalam thyroid dan tidak berada tempat lain di daerah sekitar leher.

• Rendahnya ratio juga menimbulkan radiasi yang tidak perlu yang dapat diterima pasien.

4. Target : non-target ratio tinggi

Page 16: RADIOFARMASI.pptx

5. Dosimetri Radiasi Internal

• Dosimetri radiasi baik terhadap pasien maupun petugas memerlukan perhatian khusus, terutama dalam memenuhi persyaratan sesuai dengan panduan ALARA (As Low As Reasonably Achievable).

• Konsep ALARA didasarkan terhadap upaya mempertahankan dosis radiasi serendah mungkin yang dapat dicapai. Dengan konsep ini telah dapat diimplementasikan pengurangan menyeluruh dosis terhadap pekerja radiasi.

• Untuk pekerja radiasi Maximum Permissible Dose (MPD), untuk keseluruhan tubuh,1 Rem per year tahun untuk tiap tahun umur pekerja radiasi tersebut. Misal: jika pekerja berumur 30 tahun, maka MPD adalah 30 R.

Page 17: RADIOFARMASI.pptx

6. Keselamatan pasien• Radiofarmaka harus memperlihatkan tidak adanya

toksisitas terhadap pasien.• Contoh : Penggunaan 201Tl sebagai thallous klorida,

TlCl, yang dewasa ini secara rutin diinjeksikan ke pasien untuk scan kelainan jantung. Ion thallous (Tl1+) diketahui sebagai cardiotoxin yang potent. Hal ini bisa diterima dalam praktek sehari-hari, karena keaktifan jenis (specific activity). 201Tl yang terkandung di dalam sediaan adalah 3 mCi (hanya sekitar 42 ng), suatu jumlah yang sangat kecil dan berada di level bawah yang signifikan untuk dapat memberikan respon fisiologis dari pasien.

Page 18: RADIOFARMASI.pptx

7. Reaktivitas kimia• Salah satu ciri khas yang membuat 99mTc

sebagai radioisotop ideal untuk diagnosa adalah kemampuannya untuk terikat dengan mudah terhadap berbagai jenis senyawa dalam kondisi fisiologis, mulai dari molekul yang sederhana, seperti pyrophosphate sampai sejenis gula seperti glucoheptonat; dari peptida sampai antibodi; dari koloid yang tidak larut sampai makroaggregat sampai antibiotik dan molekul komplek yang lain.

Page 19: RADIOFARMASI.pptx

8. Tidak mahal dan tersedia dengan mudah

• Radiofarmaka harus stabil baik sebelum dan sesudah proses penandaan (pre- and post-reconstitution).

• Apabila suatu senyawa tertentu memperlihatkan kinerja yang baik untuk suatu prosedur tertentu, dan hanya tersedia di suatu rumah sakit besar, maka penggunaanya dengan jelas akan sangat terbatas.

• Radiofarmaka yang sangat mahal tentu penggunaanya akan terbatas dan tidak populer, apalagi bila ada metoda alternatif yang lebih murah.

Page 20: RADIOFARMASI.pptx

9. Penyiapan serta kendali kualitasnya sederhana jika dibuat ditempat (rumah sakit)

• Penyiapan suatu obat tentu harus sederhana dengan tahapan pengerjaan yang relatif sedikit.

• Disamping itu tidak diperlukan suatu peralatan yang rumit dan tidak ada tahap dengan waktu pengerjaan yang lama.

• Jika radiofarmaka dibuat di tempat (in-house), maka sangatlah penting kendali kualitas (quality control) dilaksanakan untuk setiap batch yang disiapkan dalam upaya menjamin bahwa tiap-tiap sediaan akan memberikan citra (image) kualitas tinggi sementara bisa meminimalkan dosis radiasi terhadap pasien.

Page 21: RADIOFARMASI.pptx

Sifat-sifat Radiofarmaka Terapi Yang Ideal1. Pemancar partikel bermuatan yang murni (b- atau )a .2. Memiliki energi cukup tinggi atau sedang (>1 meV).3. Waktu paruh efektif cukup panjang, misalnya dalam

hari.4. Perbandingan uptake di dalam target terhadap organ

bukan target tinggi.5. Dosis radiasi yang diterima pasien dan petugas harus

minimal.6. Keselamatan pasien diutamakan.7. Radiofarmaka tersedia dengan mudah dan harganya

murah.8. Preparasi dan quality control radiofarmaka mudah dan

sederhana bila radiofarmaka disiapkan di tempat.

Page 22: RADIOFARMASI.pptx

1. Pemancar b- atau a murni

• Berbeda dengan radiofarmaka diagnostik, maka radiofarmaka terapi dirancang untuk merusak sel berpenyakit.

• Bentuk peluruhan (decay) yang diinginkan adalah dengan memancarkan b- atau a murni.

• Karena LET yang tinggi dari partikel beta dan alfa, maka kedua partikel mampu merusak jaringan.

• Partikel beta jauh lebih mudah dapat dikontrol daripada partikel alfa karena distribusinya di dalam jaringan hampir sempurna untuk suatu terapi yang efektif.

• Pemancar beta mudah terdeteksi bila tumpah.

Page 23: RADIOFARMASI.pptx

2. Memiliki energi cukup tinggi atau sedang (>1 meV)

Radionuklida yang memancarkan pertikel energi tinggi diperlukan untuk merusak sel berpenyakit. Meskipun tidak ada batasan energi minimum yang eksak, untuk partikel beta lebih disukai yang memiliki Emax >1 meV.

LET dari partikel energi yang tinggi ini cukup untuk menyebabkan kerusakan sel, tetapi masih terkendali.

Beberapa radionuklida terapi, seperti 131I, selain berperan untuk terapi juga dapat digunakan untuk scanning (imageable) sehingga dapat memberikan informasi selama terapi berlangsung.

Page 24: RADIOFARMASI.pptx

3. Waktu paruh effektif cukup panjang, misalnya dalam hari

Efek terapi umumnya diinginkan relatif cepat setelah pemberian radiofarmaka terapi. Karena itu, wakru paruh efektif idealnya harus dalam periode jam atau hari. Contoh radiofarmaka terapi yang baik dengan teff yang ideal adalah 131I-, natrium iodida untuk pengobatan hyperthyroid (teff adalah 6

hari) dan 166Ho- FHMA (ferric hydroxide macroaggregate) untuk intraarticular radiation synovectomy (teff adalah 1.2 hari).

Page 25: RADIOFARMASI.pptx

4. Perbandingan uptake Target : non-target ratio yang tinggi

• Di dalam prosedur terapi “target : non-target ratio” adalah sangat menentukan.

• ”Target : non-target ratio” yang rendah bisa menghasilkan penyembuhan tidak memadai terhadap penyakit utama dan bahkan menimbulkan dosis radiasi letal yang potensial terhadap sumsum tulang atau jaringan sensitif radiasi lainnya.

• Penting untuk menjamin bahwa radiofarmaka memiliki kemurnian radiokimia yang tinggi.

Page 26: RADIOFARMASI.pptx

5. Dosis radiasi yang diterima pasien harus minimal dan juga yang diterima petugas

• Sasaran dosis radiasi minimal adalah untuk pasien maupun petugas pelayanan. Konsep yang biasa digunakan adalah TDS, yaitu meminimalkan TIME, memaksimalkan DISTANCE, dan mengunakan sejumlah SHIELDING yang tepat.

• Ada aturan spesifik yang mengatur pasien meninggalkan rumah sakit setelah pemberian radiofarmaka terapi.

• Kriteria boleh meninggalkan rumah sakit adalah apabila beban radiasi yang diidap pasien telah menjadi <30 mCi atau apabila pembacaan radiasi yang diambil dengan jarak 1 meter dari dada pasien adalah <5 mR/hr

Page 27: RADIOFARMASI.pptx

Sifat-sifat Radiofarmaka Injeksi

1. Harus steril dan bebas pyrogen

2. Harus isotonik dan mempunyai pH fisiologis

3. Keradioaktifannya harus dikalibrasi

Page 28: RADIOFARMASI.pptx

LAMBANG SEDIAAN RADIOFARMASI

Page 29: RADIOFARMASI.pptx

No KategoriWarna Kontainer/ Kantong

PlastikLambang Keterangan

1 Radioaktif MerahKantong boks timbal dengan simbol

radioaktif

2 Sangat Infeksius Kuning

Kantong plastik kuat, antibocor, atau

kontainer yang

dapat disterilisasi dengan otoklaf

3Limbah Infeksius,

patologi dan anatomiKuning

Kantong plastik kuat dan antibocor,

atau kontainer

4 Sitotoksis Ungu Kontainer plastik kuat dan antibocor

5Limbah kimia dan

farmasiCokelat - Kantong plastic atau kontainer

Page 30: RADIOFARMASI.pptx

PENANGANAN LIMBAH RADIOFARMASI DI RUMAH

SAKIT ?