pwd 13 14 [compatibility mode]

44
ANALISIS INPUT ANALISIS INPUT-OUTPUT: OUTPUT: Keterkaitan Antar Keterkaitan Antar-Sektor Sektor Pertemuan XIII Tim Pengajar: Dr. Djaimi Bakce, SP, M.Si Ir. Susy Edwina, M.Si Ir. Eliza, M.Si Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau 2013

Upload: travis-levine

Post on 24-Oct-2015

48 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

pwd

TRANSCRIPT

Page 1: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

ANALISIS INPUTANALISIS INPUT--OUTPUT:OUTPUT:Keterkaitan AntarKeterkaitan Antar--SektorSektor

Pertemuan XIII

Tim Pengajar:Dr. Djaimi Bakce, SP, M.Si

Ir. Susy Edwina, M.SiIr. Eliza, M.Si

Jurusan AgribisnisFakultas PertanianUniversitas Riau

2013

Page 2: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Keterkaitan Antarsektor dalamModel Input-Output

Dari hasil analisis I-O dapat ditentukan sektor-sektor mana saja yang dijadikansebagai leading sectors dalam pembangunan ekonomi.

Dengan memfokuskan pembangunan pada sektor-sektor yang menjadi pemimpinmaka target pembangunan dapat dicapai dengan lebih baik.

Suatu sektor yang terindikasi sebagai pemimpin adalah sektor yang memiliki dayasebar dan kepekaan yang sangat tinggi dalam suatu perekonomian.sebar dan kepekaan yang sangat tinggi dalam suatu perekonomian.

Disatu sisi sektor tersebut dapat mendorong permintaan agregat (aggregate demand)yang lebih tinggi, dan disisi lain dapat meningkatkan penawaran agregat (aggregatesupply) untuk pemenuhan konsumsi domestik.

Model LQ dan Shift Share (SS) merupakan teknik analisis yang cukup baik digunakandalam perencanaan pembangunan, namun kurang memadai untuk menyusun strategipembangunan sektoral pada masa mendatang.

LQ dan SS hanya dapat mengukur hubungan langsung dari suatu sektor, namun tidakdapat mengukur hubungan tidak langsung.

Page 3: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Keterkaitan antarsektor menurut Hirchman (1958):

(1) Keterkaitan langsung ke belakang,

(2) Keterkaitan langsung ke depan

(3) Daya sebar ke belakang

(4) Daya sebar ke depan

Menurut Perroux (1955): keterkaitan antarsektor merupakan salah satu syarat yanghadus dimiliki oleh growth pole dalam pekembangan ekonomi, yaitu sektor yang bisamenyebar dalam berbagai aktivitas sektor produksi sehingga mampu menggerakkanperekonomian secara keseluruhan. Sektor tersebut memiliki ciri-ciri:perekonomian secara keseluruhan. Sektor tersebut memiliki ciri-ciri:

(1) Perkembangannya relatif cepat

(2) Industrinya relatif besar untuk memberikan dampak langsung dan tidaklangsung

(3) Memiliki keterkaitan antarindustri yang tinggi,

(4) Inovatif

Page 4: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Untuk mendeteksi leading sectors atau sektor kunci digunakan empat cara:(1) Mempunyai keterkaitan ke belakang (backward linkages) dan keterkaitan ke

depan (forward linkages) yang tinggi(2) Menghasilkan output bruto yang tinggi, sehingga mampu mempertahankan final

demand yang tinggi pula(3) Mampu menghasilkan penerimaan bersih devisa yang tinggi(4) Mampu menciptakan kesempatan kerja yang tinggi

Dua metode konvensional untuk mengukur keterkaitan antarsektor:(1) Metode Chenery-Watanabe (1958)(2) Metode Rasmussen (1956)

Metode Chenery-Watanabe

Menggunakan koefisien input (output) secara langsung, yang didapat dari satu kaliiterasi perhitungan keterkaitan antar sektor, sehingga disebut dengan keterkaitan kebelakang dan ke depan secara langsung, mengabaikan keterkaitan antarsektor tidaklangsung.

- Keterkaitan ke belakang:

- Keterkaitan ke depan:

n

iij

n

i i

ijcj a

x

xBL

11

n

jij

n

j j

ijci b

x

xFL

11

Page 5: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Metode Rasmussen

Menggunakan matriks invers Leontief (I – A)-1: yakni penjumlahan kolom untukketerkaitan ke belakang dan penjumlahan baris untuk keterkaitan ke depan. Karenamenggunakan matriks invers Leontief, maka ukuran keterkaitan antarsektormerupakan ukuran keterkaitan langsung dan tidak langsung, berarti menghitungdampak total dari suatu sektor dalam perekonomian.

- Keterkaitan ke belakang:

- Keterkaitan ke depan:

n

iij

Rj gBL

1

n

jij

Ri gFL

1

- Indeks kemampuan/daya penyebaran (power of dispersion) disebut jugadengan bakcward linkage effect ratio:

- Indeks kepekaan/derajat penyebaran (sensitivity of dispersion), disebut jugadengan forward linkage effect ration:

i jij

n

iij

j

gn

g

11

i jij

n

jij

i

gn

g

11

α> 1: secara relatif pemintaan akhir sektor j dalam merangsangpertumbuhan poduksi lebih besar dari rata-rata, sehingga merupakansektor strategis dalam memacu pertumbuhan ekonomi.

β > 1: secara relatif dapat memenuhi permintaan akhir di ataskemampuan rata-rata sektor lainnya, sehingga merupakan sektorstrategis dalam memacu pertumbuhan ekonomi.

Page 6: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Metode Pengukuran Indeks oleh Poot, Kuyvenhoven dan Jansen (1992):

Mengkombinasikan masing-masing ukuran indeks Rasmussen dengan koefisienvariasi.

- Kemampuan/daya penyebaran (power of dispersion) disebut juga denganbakcward linkage effect ratio:

Nilai Vj yang tinggi berarti nilai keterkaitan kebelakang sektor j dalam perekonomian di atasrata-rata.

i jij

n

i iijij

j

gn

gn

gn

V1

11

12

1

- Kepekaan/derajat penyebaran (sensitivity of dispersion), disebut juga denganforward linkage effect ration:

i jij

n

j jijij

i

gn

gn

gn

V1

11

12

1

Nilai Vi yang tinggi berarti nilai keterkaitan kedepan sektor i dalam perekonomian di atas rata-rata.

Page 7: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Metode Pengukuran Keterkaitan Total oleh O’Callaghan, Andreosso dan Guoqiang(2000):

Melakukan pengukuran keterkaitan total dengan cara memberikan bobot padaindikator keterkaitan ke belakang atau keterkaitan ke depan. Mengkombinasikanmasing-masing ukuran indeks Rasmussen dengan koefisien variasi. Rumus yangdigunakan untuk mengukur keterkaitan total tsb adalah:

atau

n

jjj BLyTOL

1

n

TOL adalah indeks keterkaitan antarsektor secara keseluruhan untuk metodeChenery-Watanabe dan metode Rasmussen. yi adalah proporsi dari sektor j dalampermintaan akhir, dan vi adalah proporsi dari sektor i dalam komposisi input primer.

n

iiij FLvTOL

1

Page 8: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Angka Pengganda

Analisis angka pengganda mencoba melihat apa yang terjaditerhadap variabel-variabel endogen, yaitu output sektoral,apabila terjadi perubahan variabel-variabel eksogen, sepertipermintaan akhir, di perekonomian

Perubahanvariabel eksogen

--- konsumsi, investasi,pengeluaran pemerintah ---

Perubahanvariabel endogen

--- output/produksi ---

Angka pengganda(multiplier)

Page 9: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Tiga macam angka pengganda

Pengganda output (output multiplier)

Pengganda pendapatan rumah tangga(income multiplier)(income multiplier)

Pengganda tenaga kerja (employment multiplier)

Page 10: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Angka pengganda output

Jika ada tambahan final demand sebesar Rp 1 di satu sektortertentu (katakan sektor i), berapa besar tambahan outputsektor tersebut?

Rp 1 tambahan final demanddi sektor i

--- konsumsi, investasi,Tambahan output

di sektor i--- konsumsi, investasi,pengeluaran pemerintah ---

di sektor i

Angka pengganda output(output multiplier)

Sehingga secara umum dapat dituliskan(sama dengan rumus keterkaitan ke belakangRasmussen)

n

iijj gO

1

Page 11: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Dari contoh kasus hipotetis terdahulu

0,1 0,20,3 0,3

A1,228 0,351

0,526 1,579

1(I A)

Katakan terdapat tambahan final demand sebesar Rp 1 untuk sektor 1sementara final demand sektor 2 tidak berubah. Dituliskan,

10

Y 1X (I A) YDengan menggunakan

1,228 0,351 1 1,2280,526 1,579 0 0,526

X

1

1,754 unit uang1,754

1 unit uangO

Angka pengganda (multiplier) output sektor 1:

Page 12: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Untuk sektor 2, dan seterusnya …

Dengan cara yang sama, jika terdapat tambahan final demand sebesar Rp 1untuk sektor 2, sementara final demand sektor 1 tidak berubah, maka

01

Y 1X (I A) Y

1,228 0,351 0 0,3510,526 1,579 1 1,579

X

Dengan menggunakan

0,526 1,579 1 1,579

2

1,930 unit uang1,930

1 unit uangO

Angka pengganda (multiplier) output sektor 2:

Page 13: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Angka pengganda pendapatan RT

Jika ada tambahan final demand sebesar Rp 1 di satu sektor tertentu(katakan sektor i), berapa besar tambahan pendapatan rumah tangga disektor tersebut?

Pendapatan rumah tangga berasal dari penerimaan gaji/upah tenaga kerja– yang pada gilirannya merupakan proporsi tertentu dari output yangdiproduksi

Rp 1 tambahan final demanddi sektor i

--- konsumsi, investasi,pengeluaran pemerintah ---

Tambahan outputdi sektor i

Angka pengganda output(output multiplier)

Tambahanpendapatan

rumah tanggadi sektor i

Angka penggandapendapatan rumah tangga

(household incomemultiplier)

Page 14: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Hubungan output-pendapatan rumah tangga

Pendapatan rumahtangga berasal daripembayaran upah/gajioleh sektor produksi

Untuk setiap Rp1output sektor i,output sektor i,berapakah proporsiyang dikeluarkan untukmembayar upah/gaji?

Dapat dilihat pada mat-riks input primer. Biasa-nya diletakkan sebagaiinput primer pertama Sehingga, proporsi upah/gaji dalam struktur produksi

Sektor i dapat dilihat pada koefisien an+1,i

Page 15: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Dari contoh kasus hipotetis terdahulu

1,228 0,3510,526 1,579

1(I A)

Tambahan pendapatan rumah tangga:

(0,2)(1,228) +(0,35)(0,526)=0,4297H

1,1

1,2

0,2

0,35n

n

a

a

1 (0,2)(1,228) +(0,35)(0,526)=0,4297H

2 (0,2)(0,351) (0,35)(1,579) 0,6228H

Ini adalah SIMPLE HOUSEHOLDINCOME MULTIPLIER, dinotasikan:

n

iijinj gaH

1,1

Page 16: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Efek awal alternatif Type-I multiplier

Di contoh terdahulu, angka multiplier didapatkan dengan menggunakan efek awal (initial

TYPE-1 HOUSEHOLD INCOMEMULTIPLIER

i

n

iiji

j P

gPY

1

Yj adalah angka penggandapendapatan tipe I sektor j, danPi adalah koefisien inputupah/gaji rumahtangga padasektor I, dan g adalah unsurmatriks invers Leontiefterbuka.TYPE-2 HOUSEHOLD INCOME

MULTIPLIERi

n

iiji

j P

gPY

1

Unsur matriks inversLeontief tertutup

Di contoh terdahulu, angka multiplier didapatkan dengan menggunakan efek awal (initialeffect) dari perubahan sektoral, yaitu sebesar Rp 1. Sehingga:

1

0,4297 unit uang0,4297

1 unit uangH

dengan menggunakan efek awalsebesar proporsi upah/gaji dalam totaloutput, yaitu koefisien an+1,j. Sehingga: 1

(0,2)(1,228) (0,35)(0,526)2,148

0,2Y

1 (0,2)(1,228) +(0,35)(0,526)=0,4297H

Page 17: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Angka pengganda tenaga kerja

Jika ada tambahan final demand sebesar Rp 1 di satu sektor tertentu(katakan sektor i), berapa besar tambahan penyerapan tenaga kerja disektor tersebut?

Terdapat hubungan yang proporsional antara output yang diproduksidengan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Jika kita ketahui besartambahan output yang akan diproduksi, maka dapat dihitung pula jumlahtenaga kerja yang diperlukan

Rp 1 tambahan final demanddi sektor i

--- konsumsi, investasi,pengeluaran pemerintah ---

Tambahan outputdi sektor i

Angka pengganda output(output multiplier)

Tambahanserapan

tenaga kerjadi sektor i

Angka penggandatenaga kerja

(employment multiplier)

Page 18: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Dari contoh kasus hipotetis terdahulu

1,228 0,3510,526 1,579

1(I A)

Tambahan jumlah pekerja:

Kita membutuhkan data jumlah pekerjaDi setiap sektor. Katakan data yang ada:Sektor 1 = 4 orang pekerjaSektor 2 = 10 orang pekerja

Selanjutnya dapat dihitung rata-rata outputsektoral untuk tiap pekerja:

X 1 (1,228)(0,004) (0,526)(0,005) 0,0075E

Ini adalah SIMPLE EMPLOYMENTMULTIPLIER, dinotasikan:

jj

j

Xw

L

Berarti: 1

40,004

1000w

2

100,005

2000w

1

2

(1,228)(0,004) (0,526)(0,005) 0,0075

(0,351)(0,004) (1,579)(0,005) 0,0093

E

E

1,1

n

j n i iji

E w b

Page 19: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Efek awal alternatif Type-I multiplier

Di contoh terdahulu, angka multiplierdidapatkan dengan menggunakanefek awal (initial effect) dari perubahansektoral, yaitu sebesar Rp 1. Sehingga:

Alternatif lain adalah denganmenggunakan efek awal sebesarproporsi upah/gaji dalam total output,yaitu koefisien wj. Sehingga:

Ini disebut denganTYPE-1 EMPLOYMENT MULTIPLIER

.860,1005,0

0093,0

875,1004,00075,0

2

1

W

W1

2

(1,228)(0,004) (0,526)(0,005)

0,0075(0,351)(0,004) (1,579)(0,005)

0,0093

E

E

Page 20: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Data input-output Indonesia 1990

Kode tabel1 Pertanian2 Pertambangan

& penggalian3 Industri4 Listrik, gas &

air minumair minum5 Konstruksi6 Jasa non-publik7 Jasa publik

& jasa lainnya8 Kegiatan yg tdk

jelas batasannya

Page 21: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Angka pengganda pendapatan RT

Page 22: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Angka pengganda tenaga kerja

Page 23: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Input-output regional

Page 24: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Motivasi

Mengapa mempelajari input-output tingkat regional?

Karakteristik dan ciri suatu perekonomian regional bisa jadi berbedadengan perekonomian nasionalnya.

Semakin kecil suatu perekonomian, semakin besar ketergantungannyakepada faktor-faktor eksogen dari luar perekonomian tersebutkepada faktor-faktor eksogen dari luar perekonomian tersebut

Input-output nasional tidak begitu saja dapat digunakan untukmenganalisis suatu perekonomian regional

Page 25: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Input-output regional

Input-output region tunggal

Input-output antarregion

Page 26: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Input-output regiontunggaltunggal

Page 27: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Koefisien teknologi regional

Koefisien teknologi regional bisa didapatkan dengan duacara:

Metode survei, menanyakan kepada pelaku ekonomi di region ybs. Metode survei, menanyakan kepada pelaku ekonomi di region ybs.tentang struktur produksinya

Metode non-survei, dengan mengambil suatu patokan (biasanyaperekonomian nasional) dan melakukan proses penyesuaian koefisien

Page 28: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Metode survei

Perusahaan ditanyai tentang struktur inputnya: input antaradan input primer

Untuk mendapatkan koefisien teknologi regional, makaperusahaan juga perlu memberitahukan besarnya input yangperusahaan juga perlu memberitahukan besarnya input yangberasal dari dalam region sendiri dan besarnya input yangberasal dari luar region

Rumit vs. layak?

Page 29: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Metode non-survei

Mengambil patokan (proxy) bagi perekonomian regional yang sedangditeliti

Alternatifnya? Perekonomian nasional

Asumsinya ialah bahwa struktur produksi (atau teknologi) di tingkat nasionalAsumsinya ialah bahwa struktur produksi (atau teknologi) di tingkat nasionalsama dengan di tingkat regional

Perekonomian region lainBagaimana memilih region lain yang “mirip” dengan region yang sedang diteliti

Melakukan proses penyesuaian (adjustment) dari koefisien nasional (ataukoefisien regional daerah lain) untuk menunjukkan koefisien regionaldaerah yang sedang diteliti

Page 30: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Penyesuaian nasional-regional

Matriks teknologi (A) Matriks teknologi (A)Matriks teknologi (A)Nasional

Matriks teknologi (A)Regional

Koefisien penyesuaian(adjustment coefficient)

Page 31: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Koefisien Penyesuaian (1)

Location quotient

LQ dapat dihitung dengan data pendapatan atau tenaga kerja

Kriteria penyesuaian:

R Ri t

i N Ni t

Y YLQ

Y Y

jika 1

. jika 1ij iR

ijij i i

a LQa

a LQ LQ

Dengan begitu, didapatkan matriks A baru yang relevan untuk region yangsedang diteliti

Data yang dibutuhkan hanyalah data untuk menghitung LQ (untuk tiapsektor)

Page 32: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Koefisien Penyesuaian (2)

Regional supply percentage

piR = 0,7 berarti 70% dari keseluruhan persediaan barang sektor i, yang

ada di region tersebut, berasal dari produksi region itu sendiri. Selebihnya(yaitu yang 30%) berasal dari luar region

Ri

Ri

Ri

Ri

RiR

iMEX

EXp

Metode penyesuaian:Kalikan baris i dari matriks teknologi A dengan regional supply percentage pi

R .Maka akan didapatkan matriks A baru yang relevan untuk region yang sedangditeliti

Data yang dibutuhkan adalah output, ekspor dan impor setiap sektor ditingkat regional

Page 33: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Metode RAS partial-survey

Metode survei seringkali menjadi terlalu mahal untuk dapat membuatmatriks transaksi input-output. Di samping itu pertanyaan yang harusdijawab oleh sektor usaha sangatlah rinci dan sulit

Namun, metode non-survei seringkali dianggap terlampau sederhanauntuk menangkap kondisi perekonomian daerah

Metode partial-survey merupakan kompromi, di mana survey yang Metode partial-survey merupakan kompromi, di mana survey yangdilakukan tidak harus serinci metode survey. Sektor usaha tetapdimintakan informasi tentang struktur input-nya, tetapi tidak harusmengidentifikasi region asal input dan region penerima outputnya.

Page 34: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Prinsip dasar metode RAS

Matriks transaksiantara (A)

Total input antara

Totalo

utp

utan

taraNasional

Total input antara

Total input

???Matriks transaksiantara (A) regional

???

Regional

Total input

Total input antara

Totalo

utp

utan

tara

Page 35: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Analisis input-output regional

Setelah didapatkan matriks koefisien input regional, makaanalisis dapat dilakukan seperti halnya dengan input-outputnasional

Sebagai contoh, analisis angka pengganda (multiplier), analisisketerkaitan antarsektor, dst.

Page 36: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Input-outputantarregion (IRIO)antarregion (IRIO)

Page 37: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Struktur IO region tunggal

Transaksiantarindustri

Permintaan akhir

Input primer

Sektor1 2 3 . . . n

Permintaan akhirC I G

123:n

Upah

TotalOutputSektor

Input Input primerUpahProfitPajak

:

Total Input

InputPrimer

Transaksiantarindustri

Koefisien input (A) Leontief inverse (I-A)-1

Page 38: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Matriks transaksi antarregion

Page 39: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Struktur IO antarregion

11 . . . n

RegionSektor

11 :

n

Permintaan akhirC I G

TotalOutput

31 . . . n

21 . . . n

12 :

n

Total Input

Input UpahPrimer Profit

:

13 :

n

2 :n

Page 40: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Struktur data survei

Selain transaksi intraregion, juga dibutuhkan data mengenaitransaksi antarregion

Lebih spesifik lagi, sektor usaha harus dapat mengidentifikasidari region mana asal dari setiap input antara dan inputdari region mana asal dari setiap input antara dan inputprimer yang digunakan dalam proses produksi

Page 41: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Efek umpan balik antarregion

Page 42: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Contoh kasus hipotetis

Page 43: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Leontief inverse antarregional

Page 44: PWD 13 14 [Compatibility Mode]

Terima Kasih

“Bisa karena Biasa, Dalam Kaji karena“Bisa karena Biasa, Dalam Kaji karenaDiulang”