pusat teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik · salam, redaksi newsletter pttk&ek...
TRANSCRIPT
Volume 1, Mei 2012
Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
Newsletter PTTK&EK
ISSN: 2301-5764
Pelindung: dr. Siswanto, MHP, DTM; Ketua Redaksi: Dr. Ir. Dewi Permaesih, M.Kes; Ketua Pelaksana: Drs. Damanhuri;
Redaksi: Irlina Raswanti Irawan, SKM, dr. Armedy Ronny Hasugian; Koresponden: Nuzuliyati Nurhidayati, SKM, MKM
Design: Yessy Desviyanti; Administrasi: Maemunah
In Memoriam... Eulogy Garnet &
Keikhlasan Hidup Seorang
Endang Rahayu Sedyaningsih
Apa Itu Penelitian Klinis? PROPOSAL HAI ROADMAP PUSAT TTK&EK
AGENDA RISET PTM
PEMBINAAN BALAI
PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
Jl. DR Sumeru No. 63 Bogor Phone. 0251 8321763 Fax. 0251 8326348
Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta Pusat Phone. 021 4244375 Fax. 021 4244375
KATA PENGANTAR
01 Eulogy Garnet dan Keikhlasan
Hidup Seorang Endang
Rahayu Sedyaningsih
Ully Adhie Mulyani, M.Si, Apt.
02 In memoriam…
Perginya Seorang Perintis
drh. Endi Ridwan
03 Apa Itu penelitian Klinis ?
dr. Siswanto, MHP, DTM
06 Pengembangan Proposal
Penelitian Healthcare
Associated Infections
Ully Adhie Mulyani, M.Si, Apt.
08 INA RESPOND
dr. M. Karyana, M.Kes
10 Pertemuan Pembahasan
Agenda Riset Penyakit Tidak
Menular Tahun 2013-2020
drg. Lelly Andayasari, M.Kes
12 Penyusunan Peraturan Menteri
Kesehatan tentang Registrasi
Penelitian Klinis di Indonesia
Junediyono, SKM, MKM
14 Sekilas Info Pembinaan Balai
Dr. Ir. Dewi Permaesih, M.Kes
16 ROADMAP Pusat TTK dan EK
Tahun 2012
Junediyono, SKM, MKM
RESENSI BUKU
17 Early Life Origins of Health and
Disease
Dr. Ir. Basuki Budiman,MScPH
19 Daftar Penelitian Tahun 2011
20 Daftar Penelitian Tahun 2012
Pojok Pegawai & Galeri
Daftar Isi
Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, akhirnya
Newsletter Pusat TTK dan EK nomor perdana ini dapat kami terbitkan.
Media ini merupakan sarana penyebarluasan informasi kegiatan yang dilaksanakan di
Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik atau disingkat Pusat TTK
dan EK. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1144/MENKES/PER/
VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dibentuklah Pusat
Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik (Pusat TTK dan EK) Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.
Aset Pusat TTK dan EK, baik Sumber Daya Manusia (SDM) maupun sumberdaya
lainnya, merupakan gabungan dari aset Pusat Penelitian dan Pengembangan
(Puslitbang) Gizi dan Makanan (P3GM) dan aset Puslitbang Biomedis dan Farmasi
(Puslitbang BMF).
Dengan adanya perubahan tersebut, peneliti yang berada di Pusat TTK dan
EK menjadi lebih beragam kepakarannya. Aktifitas peneliti dilaksanakan di Bogor
dan Jakarta. Melalui media ini diharapkan semua peneliti mendapatkan informasi
semua kegiatan yang telah dan sedang dilaksanakan. Secara lebih luas, media ini juga
sebagai sarana penyebarluasan informasi kegiatan Pusat TTK dan EK di lingkungan
Badan Litbangkes.
Pada penerbitan perdana ini disampaikan beberapa informasi antara lain
tentang: Apa Itu Clinical Research?, Sinkronisasi Regulasi Penelitian Klinis,
Pengembangan Proposal HAI, Sekilas tentang Pembinaan Balai, Resensi Buku,
kegiatan Raker Pusat TTK dan EK, Penyusunan Permenkes tentang Registrasi
Penelitian Klinik, Penyusunan Roadmap Penyakit Menular dan Tidak Menular serta
informasi seputar kegiatan penelitian tahun 2012. Selain itu kami sajikan pula Eulogy
Garnet Ibu Endang Rahayu Sedyaningsih, ibu Menkes yang sama-sama kita cintai serta
in memoriam untuk mengenang beliau.
Harapan kami, Newsletter Pusat TTK dan EK ini menjadi media yang dapat
memberi manfaat yang sebaik-baiknya bagi para peneliti dan dapat terbit secara
berkala (per triwulan). Untuk itu kami mohon kepada para peneliti dapat menyam-
paikan berbagai kegiatan yang sedang atau telah dilaksanakan untuk diinformasikan
kepada kita semua.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada dalam penerbitan
perdana ini, untuk itu kritik dan saran dari segenap pembaca sangat kami harapkan.
Semoga niat baik ini mendapat dukungan kita bersama. Semangat ................................
Salam,
Redaksi
Newsletter PTTK&EK
Kami sangat mengharapkan kontribusi dari
keluarga besar PTTK&EK untuk mengirimkan
tulisan/naskah baik berupa opini, artikel
maupun penelitian. Naskah bisa dikirim
melalui email ke: [email protected]
Almh Ibu Endang Rahayu
Sedyaningsih Mamahit
1 Februari 1955 - 2 Mei 2012
“Saya sendiri belum bisa disebut sebagai survivor kanker. Diagnose kanker
paru stadium 4 baru ditegakkan 5 bulan yang lalu. Dan sampai kata
sambutan ini saya tulis, saya masih berjuang untuk mengatasinya. Tetapi
saya tidak bertanya "Why me ??" Saya menganggap ini adalah salah satu
anugerah dari Allah SWT. Sudah begitu banyak anugerah yang saya
terima dalam hidup ini: hidup di negara yang indah, tidak dalam
peperangan, diberi keluarga besar yang pandai-pandai, dengan sosial
ekonomi lumayan, dianugerahi suami yang sangat sabar dan baik hati,
dengan 2 putera dan 1 puteri yang Alhamdulillah sehat, cerdas dan
berbakti kepada orang tua. Hidup saya penuh dengan kebahagiaan. " So ....
Why not? " Mengapa tidak, Tuhan menganugerahi saya kanker paru ?
Tuhan pasti mempunyai rencanaNya, yang belum saya ketahui, tetapi saya
merasa SIAP untuk menjalankannya. Insya Allah. Setidaknya saya
menjalani sendiri penderitaan yang dialami pasien kanker, sehingga bisa
memperjuangkan program pengendalian kanker dengan lebih baik.
Bagi rekan-rekanku sesama penderita kanker dan para survivor, mari kita
berbaik sangka kepada Allah. Kita terima semua anugerahNya dengan
bersyukur. Sungguh, lamanya hidup tidaklah sepenting kualitas hidup itu
sendiri. Mari lakukan sebaik-baiknya apa yang bisa kita lakukan hari ini.
Kita lakukan dengan sepenuh hati. Dan .... jangan lupa, nyatakan perasaan
kita kepada orang-orang yang kita sayangi. Bersyukurlah, kita masih
diberi kesempatan untuk itu."
EUOLOGY GARNET DAN KEIKHLASAN HIDUP SEORANG
ENDANG RAHAYU SEDYANINGSIH MAMAHIT
Banyak yang bisa dipetik dari hidupnya, nilai-nilainya, pola pikirnya,
kecintaannya pada keluarga yang mengantarkannya untuk berbakti bagi rakyat.
Dia pemberani, dia Kartini, dia sosok perempuan sejati yang mampu mengubah
penderitaan menjadi senyuman penuh keceriaan. Sukma mengiringi setiap
langkahnya, sehingga apa yang dia lakukan merupakan persembahan terbaik
bagi orang disekelilingnya. Bahkan kepedihan dan kesengsaraannya dalam
menerima takdir mengidap kanker mampu dijalaninya berbalut ikhlas seolah itu
anugerah terindah yang diberikan Tuhan untuknya.
Ketika berkesempatan untuk menyampaikan kembali apa yang pernah
diucapkanya pada tanggal 13 April 2011, hati saya bergetar. Kata demi kata
yang disusunnya meninggalkan bekas yang mendalam bagi sukma. Semoga
penggalan kata sambutan yang ditulisnya menyambut penerbitan buku
"Berdamai dengan Kanker " ini mampu menggugah siapapun yang membacanya.
Ah, tak pantas rasanya saya menulis eulogy ini.. karena tak sebanding dengan kenangan setiap orang
terhadapnya... maafkan saya yang tak mampu menuliskannya dengan indah, namun semoga makna sejati nya
dapat menjelma dalam relung batin…….
(UllyAdien, 15 Mei 2012)
Ibu charming dan murah
senyum itu banyak meninggal-
kan kesan mendalam pada se-
tiap orang yang mengenalnya.
Membaca Untaian Garnet Da-
lam Hidupku, diary yang di-
tuliskannya menjelang akhir
hidupnya semakin meninggal-
kan bekas yang mendalam
bagi saya. Dengan jujur dan
lugas beliau merangkai
berbagai episode dalam hidup-
nya yang tersulam dengan be-
nang indah, pedih, seru se-
hingga menarik untuk diikuti.
Sukma yang membimbingnya
untuk menulis, sehingga kala
membaca seolah saya hanyut
dalam cerita hidupnya.
Newsletter PTTK&EK | Vol. 1, Mei 2012 | 01
Masih terbayang dimata ini penampilan beliau yang sederhana, praktis dan necis
........... meskipun rambut dipotong pendek .... namun tetap terlihat feminin
dengan senyum ramah menghias bibir dan rendah hati,
masih terngiang ditelinga ini sikapnya yang terbuka....dalam membina relasi
masih tertanam dibenak ini ..... orang yang sangat aktif dan bekerja tanpa pamrih
Itulah sosok pemimpin Kementerian Kesehatan ibu Endang Rahayu Sedyaningsih
Pengangkatannya mengundang kontroversi dan mematahkan tradisi
maklum ... baru pertama kali.... menteri dijabat oleh seorang peneliti
padahal latar belakang pendidikan....cukup sesuai dan mumpuni
makin tinggi pohon... makin keras angin bertiup....itulah yang beliau alami
tapi beliau tetap tegar.. seperti batu karang dihempas gelombang, dan... menunjukkan jati diri
bukan dengan banyak bicara . . . . tetapi bekerja dengan jiwa dan sepenuh hati
malah bekerja lebih keras..... setelah mengetahui
dirinya menderita penyakit, yang oleh kebanyakan orang... sangat ditakuti
nikmat yang diberikan Sang Pemberi ..... jauh melebihi penderitaan yang dialami
..... ujarnya suatu kali, sebagai bukti kesyukuran dan ketegaran diri
hari itu rabu dua mei 2012 ... bagaikan petir disiang hari
kami mendengar berita yang mengagetkan ... ibu Endang dipanggil Illahi
kabar duka itu .. bagai sembilu yang mengiris hati
meski sejatinya... kami mengikuti terapi dan kondisi beliau.. ketika dirawat
namun hati ini tetap miris....pedih. . . tak kuat, seperti tak percaya ...... kepergian beliau terasa begitu cepat
Kini kami dan bangsa Indonesia berduka
salah seorang Kartini terbaik di negeri ini .... telah pergi
namun kami akan tetap mengenang sosoknya ... bukan dengan airmata
.... meski duka ini masih perih di sanubari
kami mengingatnya sebagai suri tauladan dan pemberi motivasi
..... mulai dari mensyukuri nikmat yang dilimpahkan, ....... kesabaran dalam menghadapi cobaan,
…..keramahan,.... kesederhanaan dalam menjalani kehidupan yang berkecukupan,
.....etos kerja ... kegigihan .... dan tanggung jawab dalam kewenangan
sampai sumbangsih kepada masyarakat dalam berbagai ranah pengabdian
Selamat jalan bu Endang... yang telah mengakhiri kehidupan dengan khusnul khotimah
dan .... terima kasih telah membuat ikon litbang berubah
dari sulit berkembang....menjadi elit yang membanggakan
bukan dengan slogan tetapi dengan perbuatan
yang diakui sesama rekan...... di beberapa kementerian
Jika takdir ini merupakan yang terbaik untuk almarhumah
...... kami pasrah dan hanya mampu berdoa.. Yaa Allah
semoga beliau diberikan tempat yang layak sesuai pengabdian
dan yang ditinggalkan mendapatkan kekuatan dan kesabaran....
dalam melanjutkan sisa kehidupan yang terus berjalan.
Amiin…..
(Endi Ridwan, 20 Mei 2012)
IN MEMORIAM... PERGINYA SEORANG PERINTIS
Newsletter PTTK&EK | Vol. 1, Mei 2012 | 02
Sebagaimana dimaklumi bersama bahwa sesuai dengan
PerMenkes No. 1144 tahun 2010 tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan RI,
tugas Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan
Epidemiologi Klinik (Pusat TTK dan EK) adalah
melaksanakan penelitian dan pengembangan kesehatan,
serta menapis teknologi di bidang teknologi terapan
kesehatan dan epidemiologi klinik.
Dalam penelitian bidang teknologi terapan kesehatan
tersebut secara implisit termasuk penelitian klinis (clinical
research). Dalam tulisan akan kita kupas secara ringkas
apa itu penelitian klinis.
American Medical Colleges Task Force on Clinical
Research1 mendefinisikan penelitian klinis sebagai berikut.
Clinical research is a component of medical and health
research intended to produce knowledge essential for
understanding human disease, preventing and treating
illness, and promoting health. Clinical research embraces a
continuum of studies involving interaction with patients,
diagnostic clinical materials or data, or populations, in any
of these categories: disease mechanisms; translational
research; clinical knowledge; detection; diagnosis and
natural history of disease; therapeutic interventions
including clinical trials; prevention and health promotion;
behavioral research; health services research; epidemiology;
and community-based and managed carebased research.
Melihat definisi tersebut tampak bahwa definisi penelitian
klinis cukup luas; sepanjang penelitian itu bertujuan
untuk menghasilkan pengetahuan guna memahami
penyakit manusia, mencegah dan mengobati penyakit,
serta peningkatan kesehatan dapat dikategorikan sebagai
penelitian klinis.
Schuster (2005) mendefinisikan penelitian klinis sebagai
investigasi ilmiah dimana unit analisisnya adalah “orang”.
Jika n adalah jumlah orang dari mana informasi itu
diperoleh, maka suatu penelitian dapat dikatakan sebagai
suatu penelitian klinis.2 “Clinical research includes any
scientific investigation in which the unit of analysis is the
person. If n is the number of human beings from which the
information is derived, the study can legitimately be
characterized as clinical research”. Definisi Schuster
menekankan bahwa sepanjang variabel yang diamati/
diteliti adalah atribut “orang” (dalam pengertian orang-
per-orang) maka penelitian tersebut dapat dikatakan
sebagai penelitian klinis. Dalam definisi Schuster ini
tentunya variabel yang diamatai adalah “variabel orang”.
Sebagai contoh, penelitian manajemen misalnya,
meskipun yang ditanya adalah orang, tetapi karena
respon yang diharapkan adalah pengetahuan / pendapat
responden terhadap institusi dimana ia bekerja, maka
tentunya penelitian semacam ini bukan penelitian klinis.
Apalagi, tujuannya bukan untuk memahami penyakit,
meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati
penyakit.
Dengan demikian, secara ringkas, penelitian klinis
dapat didefinisikan sebagai penelitian yang
menggunakan subyek manusia (secara sukarela)
untuk menemukan cara yang lebih baik dalam
mengobati, mendiagnosa, mencegah, dan
memahami penyakit manusia.
Penelitian klinis tentunya tidak sama dengan uji klinis.
Tapi uji klinis termasuk di dalam penelitian klinis.
Dengan pendekatan irisan bawang (onion slice), dapat
dikatakan bahwa, uji klinis termasuk dalam penelitian
klinis, namun tidak semua penelitian klinis adalah uji
klinis. Sudah tentu, penelitian klinis termasuk dalam
penelitian kesehatan. Untuk jelasnya lihat Gambar 1.
Gambar 1
Kedudukan uji klinis dan penelitian klinis dalam
perspektif penelitian kesehatan
APA ITU PENELITIAN KLINIS ?
dr. Siswanto, MHP, DTM Kepala Pusat Teknologi Terapan dan Epidemiologi Klinik
Newsletter PTTK&EK | Vol. 1, Mei 2012 | 03
Dalam epidemiologi, prinsipnya metode penelitian hanya
dibagi dua kelompok besar, yakni studi observasional dan
studi intervensi (eksperimental).3 Pada studi observasional,
peneliti tidak melakukan intervensi kepada subyek
penelitian; sementara pada studi intervensi, peneliti (by-
design) melakukan intervensi kepada subyek penelitian.
Studi observasional dapat dibagi tiga jenis, yakni survei,
studi kasus-kontrol (case-control study), dan studi kohor
(cohort study). Studi intervensi pada prinsipnya dapat
dibagi dua, yakni quasi experimental (eksperimental semu)
dan true experimental (eksperimental sebenarnya). Di
dalam true experimental, terdapat Randomized Controlled
Trials (RCT). Kita harus berhati-hati, karena banyak orang
memcampuradukkan antara case-control study dengan
randomized controlled trials. Keduanya sangat jauh
berbeda, case-control study adalah studi observasional;
sementara randomized controlled trials adalah studi true
experimental.
Bagaimana dengan penelitian klinis, termasuk penelitian
epidemiologi klinis? Sesungguhnya pendekatan penelitian
klinis juga hampir sama, atau bahkan sama, dengan
pendekatan penelitian epidemiologi. Baik penelitian
epidemiologi maupun penelitian klinis unit analisisnya
adalah orang. Dengan kata lain, prinsip-prinsip
epidemiologi tetap berlaku pada penelitian klinis. Namun
karena penelitian klinis lebih diarahkan pada penanganan
“orang-per-orang” dan tujuannya untuk memahami
penyakit, meningkatkan kesehatan, mencegah dan
mengobati penyakit, maka pendekatan penelitian klinis
biasanya dibagi berikut:4
1. Penelitian etiologis, bertujuan untuk mengetahui
etiologi (penyebab) suatu penyakit. Biasanya fokus
pada satu variabel, dan variabel lainnya dianggap
sebagai variabel pengganggu (confounding variables).
2. Penelitian diagnostik, bertujuan untuk identifikasi
variabel-variabel yang dapat digunakan untuk
mendiagnosa penyakit. Biasanya menggunakan
banyak variabel dan dianalisis secara simultan.
3. Penelitian test diagnostik, bertujuan untuk melihat
sensitivitas dan spesifitas suatu alat diagnostik. Uji
semacam ini harus dibandingkan dengan alat
diagnostik standar emas (golden standard). Alat
diagnostik yang baik haruslah mempunyai
sensitivitas dan specifitas yang tinggi.
4. Penelitian prognostik, bertujuan untuk memprediksi
perjalanan penyakit dari profil klinis dan non-klinis
pasien (subyek).
5. Penelitian uji klinik, adalah penelitian pada subyek
manusia yang dimaksudkan untuk menemukan atau
memastikan efektivitas dan keamanan suatu obat /
produk yang diteliti (aspek farmakokinetik, efek
farmakodinamik, efek klinik, efek samping / adverse
events)5. Penelitian uji klinik mencakup uji klinik
fase 1, fase 2, fase 3, dan fase 4.
Uji klinik fase 1 pada dasarnya bertujuan untuk melihat
profil farmakologis (farmakokinetik dan
farmakodinamik) dan toksisitas pada manusia (human
pharmacology and toxicity). Uji klinik fase 2 bertujuan
untuk melihat efek terapeutik awal dan keamanan
(therapeutic exploratory). Uji klinik fase 3 bertujuan
untuk melihat efikasi (efektivitas) dan keamanan
(therapeutuc confirmatory). Uji klinik fase 4 (post
marketing survaillance) bertujuan untuk melihat
keamanan (efek samping) yang belum terdeteksi pada uji
klinik fase sebelumnya (therapeutic use). Sudah tentu,
semua uji klinik pada manusia sudah didahului dengan
uji pre-klinik, baik in vitro maupun in vivo (uji pada
hewan).
Secara ringkas, perbandingan karakteristik uji klinik
fase 1, fase 2, fase 3, dan fase 4, dapat diringkas
sebagaimana pada Tabel-1.
Newsletter PTTK&EK | Vol. 1 Mei 2012 | 04
Tabel 1
Characteristics CT Phase 1 CT Phase 2 CT Phase 3 CT Phase 4
Objectives Determine the meta-
bolic and pharmaco-
logical actions and
the maximally toler-
ated dose
Evaluate eficacy, de-
termine the short-
term side effects and
identify common risks
for a specific popula-
tion and disease
Obtain additional in-
formation about the
eficacy on clinical out-
comes and evaluate the
overall risk-benefit
ratio in a real clinical
setting (real
population)
Monitor ongoing safe-
ty in large populations
and identify addition-
al uses of the agent
that might be ap-
proved by the FDA
Variables to be
identified Bioavailability Bioequivalence Dose proportionality Metabolism Pharmacodynamics Pharmacokinetics
Bioavailability Drug-disease
interactions Drug-drug
interactions Efficacy at various
doses Pharmakodynamics Pharmakokinetics Patient safety
Drug-disease
interactions Drug-drug interactions Risk-benefit
information Efficacy and safety for
subgroups
Epidemiological data Efficacy and safety
within large, diverse
populations Pharmacoeconomics
Data Focus Vital signs Plasma and serum
levels Safety / Adverse
events
Dose response and
tolerance Safety / Adverse
events Efficacy
Laboratory data Efficacy Safety / Adverse events
Efficacy Pharmacoeconomics Epidemiology Safety /Adverse events
Design Features Single, ascending
dose tiers Unblinded Uncontrolled
Placebo controlled
comparisons Active controlled
comparisons Well-defined entry
criteria
Randomized Controlled 2-3 treatment arms Broader eligibility
criteria
Uncontrolled Observational
Duration Up to 1 month Several months Several years Ongoing (following
FDA approval) Population Healthy volunteers
or individuals with
the target disease
(such as cancer or
HIV)
Individuals with
target disease Individuals with target
disease Individuals with tar-
get disease, as well as
new age groups, gen-
ders, etc.
Sample Size 20 to 80 200 to 300 Hundreds to thousands
Thousands
Example Study of a single
dose of Drug X in
normal subjects
Double-blind study
evaluating safety and
efficacy of Drug X vs.
placebo in patients
with hypertension
Study of Drug X vs.
standard treatment in
hypertension study
Study of economic
benefit of newly-
approved Drug X vs.
standard treatment
for hypertension
Rujukan:
1. Gallin, J. & Ognibene, F. Principles and Practice of Clinical Research, 2nd Ed. Elservier. 2007.
2. Schuster & Powers. Translational and Experimental Clinical Research. Lippincott Williams & Wilkins. 2008
3. Bonita, Beaglehole & Kjellstrom, Basic Epidemiology, 2nd Ed, World Health Organization
4. Grobbee & Hoes. Clinical Epidemiology.
5. Badan POM. Pedoman Cara Uji Klinik yang Baik (CUKB). Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2001
Newsletter PTTK&EK | Vol. 1, Mei 2012 | 05
Healthcare associated infections (HAIs) dahulu
dikenal sebagai infeksi nosokomial, adalah infeksi yang
terjadi pada pasien selama masa perawatan di rumah
sakit atau fasilitas kesehatan lainnya. Infeksi tersebut
tidak ditemukan atau tidak sedang berinkubasi pada
saat pasien masuk. Infeksi dapat timbul setelah 72 jam
pasien dirawat di rumah sakit, dapat ditularkan dari
lingkungan rumah sakit, petugas perawat pasien
(dokter, perawat), dari pengunjung pasien maupun
ditularkan antar pasien. Termasuk dalam definisi ini
adalah infeksi yang didapat di rumah sakit namun baru
bermanifestasi setelah pasien keluar.
Penyebab HAIs adalah mikroorganisme yang
berasal flora normal pasien itu sendiri yang menjadi
invasif pada keadaan tertentu, maupun tercemar
melalui alat/prosedur yang steril melalui tangan para
tenaga kesehatan.
Di negara maju, faktor-faktor yang
menyebabkan seorang pasien rentan HAIs antara lain
adalah umur > 65 tahun, masuk sebagai kasus gawat
darurat, dirawat di ICU, lama perawatan ≥ 7 hari,
menggunakan kateter vena central, urin, endotracheal
tube; pasca pembedahan, keadaan imunosupresi,
penyakit berat, dan penurunan kesadaran. Di negara
berkembang, faktor-faktor tersebut diperberat dengan
kemiskinan, malnutrisi, usia < 1 tahun, berat badan
lahir rendah, dan keterbatasan sumber daya bagi
program pengendalian infeksi di rumah sakit.
Data global HAIs saat ini masih terbatas,
namun secara umum disebutkan bahwa prevalensi
HAIs di negara berkembang lebih tinggi dari negara
maju (10,1% vs 7,6%). Infeksi yang sering ditemukan
adalah yang berkaitan dengan penggunaan alat atau
prosedur invasif, yaitu catheter-associated urinary tract
PENGEMBANGAN PROPOSAL PENELITIAN
HEALTHCARE ASSOCIATED INFECTIONS
Ully Adhie Mulyani, MSi, Apt.
infection (CAUTI), central line-associatedblood stream
infection (CLABSI), ventilator-associated pneumonia
(VAP) dan surgical site infection (SSI).
Di Amerika Serikat dan Eropa, infeksi saluran
kemih adalah jenis HAIs yang paling sering
ditemukan (36% dan 27%). Sementara di negara
berkembang, tersering adalah SSI (29.1%), diikuti UTI
(23,9%), BSI (19,1%), VAP (14,8%), dan infeksi lain
(13,1%). Risiko pasien terkena HAIs meningkat
signifikan di ICU. Di negara maju sekitar 30% pasien
ICU menderita sedikitnya satu episode HAIs. Risiko
ini meningkat 2-3 kali lipat di negara berkembang.
Data dari studi AMRYN yang dipublikasi tahun 2005,
prevalensi HAI di Indonesia di 2 rumah sakit, preva-
lensi infeksi luka operasi 1,7 dan 1,8 %, infeksi salu-
ran kemih 0,9 dan 1,1%, septikemia 0,8%
HAIs merupakan beban bagi fasilitas
kesehatan, dan merupakan indikator kemanan pasien
dan sebagai indikator utama keberhasilan program
pengendalian infeksi di rumah sakit. Tidak hanya
pasien namun juga tenaga kesehatan memiliki resiko
tertular yang sama. Kerugian akibat HAIs adalah
memperpanjang masa perawatan, memperburuk kon-
disi pasien, resiko kematian bagi pasien, peningkatan
resistensi antibiotik, serta peningkatan beban biaya
baik bagi pasien maupun sistem layanan kesehatan.
Di Amerika Serikat, mortalitas akibat VAP sekitar 7-
30%, dan biaya perawatan mencapai US$ 10.000-
25.000 per kasus. Di negara berkembang,
penambahan lama perawatan akibat HAIs mencapai
sekitar 5-29,5 hari. Di negara yang sudah
menggunakan sistem jaminan kesehatan, beban pen-
deritaan pasien HAIs bertubi-tubi karena tidak
mendapat jaminan penggantian dari asuransi
kesehatan.
Newsletter PTTK&EK | Vol. 1, Mei 2012 | 06
Mengingat besarnya beban akibat HAIs, maka
di tahun 2012 Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan
Epidemiologi Klinik, akan melakukan studi yang
berjudul “Device Related Healthcare Associated
Infections Point Prevalence Survey & Antimicrobial
Resistance Profile in 3 Hospitals in Indonesia.” Studi ini
akan dilaksanakan di 3 rumah sakit besar di Jakarta,
Semarang, dan Surabaya. Studi ini merupakan bagian
dari penelitian dengan topik antimicrobial resistance.
Tantangan dalam membuat studi yang
berkualitas baik adalah pada aspek diagnosis HAIs.
Dibutuhkan kriteria yang terstandarisasi, fasilitas
diagnostik yang lengkap, tenaga yang kompeten dalam
melakukan pemeriksaan dan menginterpretasikan
hasil. Dalam rangka pengembangan proposal,
dilaksanakan pertemuan yang mengundang pakar dari
Universitas Airlangga, Rumah Sakit Soetomo, Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo, Rumah Sakit Karyadi;
Panitia Pembina Ilmiah serta para peneliti Pusat TTK
dan EK, juga perwakilan dari WHO Country Office
Indonesia.
Kegiatan ini merupakan langkah awal agar terwujud
persamaan persepsi dan kesepakatan pelaksanaan
studi dengan site penelitian.
Studi yang akan diajukan untuk mendapat
pendanaan dari WHO ini bertujuan untuk
menentukan prevalensi HAIs (infeksi aliran darah,
infeksi saluran kemih, pneumonia) akibat penggunaan
alat pada pasien yang dirawat inap, menentukan
tingkat kepatuhan hand hygiene practice, evaluasi
penggunaan antibiotik di rumah sakit secara
kuantitatif, identifikasi profil mikroorganisme
p e n g i n f e k s i d a n r e s i s t e n s i / s e n s i t i v i t a s
mikroorganisme, dan mengetahui hari ke berapa
terjadi infeksi setelah pemasangan alat (kateter dan
ventilator) pada pasien di high risk setting/bangsal
tertentu.
Hasil dari studi ini diharapkan dapat menjadi
bahan evidence based policy bagi program
pengendalian infeksi di rumah sakit, pembaharuan
data prevalensi HAIs, dan sebagai gambaran profil
resistensi mikroba di Indonesia.
Newsletter PTTK&EK | Vol. 1, Mei 2012 | 07
INA-RESPOND adalah jejaring kerjasama
penelitian penyakit infeksi yang dibentuk di Indonesia.
Jejaring ini atas inisiatif kerjasama antara pemerintah
Indonesia dan Amerika Serikat dalam hal ini Badan
Litbangkes Kementerian Kesehatan dengan National
Institute of Health United State of America. Tujuan
kerjasama adalah mendorong dan melaksanakan
penelitian penyakit infeksi yang berkualitas baik di
Indonesia. Diharapkan kerjasama ini berkelanjutan
serta diakui dengan baik di tingkat regional dan inter-
nasional.
Visi dari INA-RESPOND adalah menjadi suatu
jejaring penelitian klinis yang terkemuka di tingkat re-
gional dan international, dengan menyediakan bukti-
bukti ilmiah yang diperlukan dalam membuat
kebijakan, meminimalkan dampak negatif dari penyakit
infeksi dan meningkatkan kesejahteraan bagi umat
manusia.
Misi dari INA-RESPOND adalah meningkatkan
derajat kesehatan orang Indonesia dan juga
memberikan manfaat bagi masyarakat dunia, dengan
melaksanakan penelitian penyakit infeksi yang
berkualitas, melalui suatu kerjasama penelitian yang
berkesinambungan dan terkemuka.
Tujuan dari INA-RESPOND, yaitu:
1. Meningkatkan pengetahuan melalui diseminasi
dan mendorong pemanfaat hasil-hasil penelitian
2. Menjadikan INA-RESPOND sebagai kerjasama
penelitian yang berkesinambungan dan mampu
melakukan penelitian klinik yang baik
3. Mengembangkan dan mendorong peneliti dan staf
INA-RESPOND untuk mendapatkan pelatihan dan
pengalaman dalam penelitian
4. Merencanakan, melaksanakan dan memelihara
manajemen internal seluruh kegiatan
Selain Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan
Epidemiologi Klinik, Pusat Biomedis dan Teknologi
Dasar Kesehatan (Badan Litbangkes) dan National
Institute of Allergy and Infectious Disease (NIAID)
terlibat juga 8 fakultas kedokteran dan rumah sakit
sebagai anggota Steering Committe, yaitu Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia/RSUPN Dr Cipto
Mangunkusumo, RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso,
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP
Dr Hasan Sadikin, Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro/RSUP Dr Kariadi, Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada/RSUP Dr Sardjito, Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr Soetomo,
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP
Sanglah dan Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin/RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo. Untuk
pelaksaan kegiatan sehari-hari ditunjuklah Chair dan
Co-chair dari steering committe, yaitu dr. Muhammad
Karyana, M.Kes dan Prof Dr Pratiwi Sudarmono, PhD,
SpMK(K).
dr. Muhammad Karyana, M.Kes - Chair of INA-RESPOND
Newsletter PTTK&EK | Vol. 1, Mei 2012 | 08
INA-RESPOND akan mulai melakukan
penelitian pada tahun 2012 ini. Adapun penyakit infeksi
yang menjadi prioritas penelitian sejalan dengan priori-
tas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yaitu:
Malaria, Avian Influenza, Dengue, AIDS/HIV dan TB
atau disingkat sebagai MADAT, juga penyakit infeksi
lainnya (Hepatitis, Diare, Chikungunya, Leptospirosis
dan Japanese encephalitis). Di samping itu tidak lupa
juga melakukan penelitian Neglected Disease
(Schistosomiasis, Fasciolopsis, Filariasis, Anthraks, Ra-
bies, Pes, Scabies, Frambusia dan Kusta).
Penelitian yang pertama akan dilakukan adalah
Fever Study. Suatu penelitian klinis yang bertujuan
mencari dan mengidentifikasi penyebab penyakit
dengan manifestasi demam. Protokol penelitian sedang
dalam proses pengajuan ke Komisi Etik Badan Lit-
bangkes. Diharapkan pada bulan Agustus sudah mulai
pengumpulan data.
Topik yang kedua adalah Tuberculosis, sementa-
ra ini baru pada tahapan membentuk tim peneliti yang
akan menyusun suatu protokol penelitian. Penentuan
topik penelitian dilakukan melalui suatu workshop TB,
yang dilaksanakan dalam rangka peringatan hari TB
tahun 2012. Workshop TB pada tanggal 30-31 Maret
2012 adalah kegiatan pertama dari INA-RESPOND
yang melibatkan orang-orang diluar anggota. Kegiatan
cukup mendapatkan perhatian baik itu dari institusi
lembaga penelitian, universitas, peneliti TB dan
pemegang program di Kementerian Kesehatan.
Pada waktu bersamaan juga dilakukan lomba
poster. Terkumpul lebih dari 40 buah poster.
Ditetapkan 6 orang pemenang, yaitu:
1. Ridha Rosandi, Departemen Ilmu Kulit
Kelamin FKUI-RSCM, dengan judul “Lupus
Vulgaris dengan Limfadema”.
2. Tri Nury, Balai Litbang Biomedis Papua,
dengan judul “Hubungan antara Tingkat
Pengetahuan, Kebiasaan Merokok dan
Alkoholisme dengan Kesembuhan Pasien TB
di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua”.
3. Raspati C Koesoemadinata, Unit Penelitian
Kesehatan RS Hasan Sadikin/FK UNPAD,
dengan judul “Tuberculosis infection among
close contacts of active pulmonary tuberculosis
in Bandung”.
4. Dhuny Atas Asri, Departemen Pulmonologi
dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-RS
Persahabatan, dengan judul “Description of
Adverse Effects and Their Management in
Multidrugs Persistant Tuberculosis Patients
Receiving Standard Regimen Antituberculosis
in Persahabatan Hospital”.
5. Rahmayanti Harianto, Departemen
Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi
FKUI- RS Persahabatan, dengan judul
“Penerapan Diagnosis Tuberkulosis (TB)
berdasarkan International Standard for
Tuberculosis Care (ISTC) pada praktek swasta
dokter spesialis paru di beberapa rumah sakit
dan klinik swasta di Jakarta”.
5. Ela Hayati, Unit Penelitian Kesehatan RS
Hasan Sadikin/FK UNPAD, dengan judul
“Validation of Scoring System in the Diagnosis
of Tuberculous Meningitis at Rumah Sakit
Hasan Sadikin Bandung”.
Newsletter PTTK&EK | Vol. 1, Mei 2012 | 09
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor. 1144/MENKES/PER/VIII/ 2010 tanggal 19
Agustus 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan, Pasal 710, Pusat Teknologi
Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik (Pusat
TTK dan EK) mempunyai tugas melaksanakan
penelitian dan pengembangan kesehatan, serta menapis
teknologi di bidang teknologi terapan kesehatan dan
epidemiologi klinik.
Dalam Pasal 717 PerMenkes No. 1144/2010 dise-
butkan bahwa Bidang Epidemiologi klinik mempunyai
tugas melaksanakan penelitian, pengembangan, dan
penapisan teknologi kesehatan serta penyiapan peru-
musan dan pelaksaan kebijakan di bidang epidemiolo-
gi klinik penyakit menular dan penyakit tidak
menular serta epidemiologi klinik lainnya.
Sampai saat ini masyarakat masih menghadapi
ancaman kesehatan dari penyakit menular dan tidak
menular. Hal ini merupakan efek langsung maupun
tidak langsung dari permasalahan sistem kesehatan.
Kejadian penyakit menular seperti malaria, TBC, HIV/
AIDS, DBD, influenza termasuk flu burung, hepatitis,
diare, leptospirosis, chikungunya, dan JE berdampak
luas terhadap kesehatan masyarakat. Beberapa
penyakit lain yang selama ini terabaikan, seperti schis-
tosomiasis, fasciolopsiasis, antraks, rabies, skabies, pes,
frambusia dan kusta mengalami peningkatan.
Di Indonesia prevalensi PTM juga meningkat.
Dari hasil Riskesdas tahun 2007 diperoleh besaran
prevalensi penyakit jantung 7,2%, stroke 8%0 dan
diabetes mellitus di perkotaan 5,7%. Selain itu
penyebab kematian untuk usia di atas 5 tahun, baik di
perkotaan maupun perdesaan, adalah disebabkan oleh
stroke. Angka kematian akibat PTM ditemukan
sebesar 33,7% di antara penduduk laki-laki dan 25,2%
di antara penduduk wanita, dan proporsi kematian
akibat penyakit sistem sirkulasi adalah 60%,
sementara akibat kanker adalah 15%.
Fakta dan data/informasi yang tertera di atas,
merupakan akibat langsung atau pun tidak langsung
dari masalah yang ada dalam sistem pelayanan
kesehatan, lingkungan, perilaku masyarakat (aspek
sosial, budaya dan psikologi sosial), serta genetis.
Adanya masalah-masalah tersebut, akan berdampak
terhadap status kesehatan masyarakat secara
menyeluruh. Jika dilihat dalam konteks negara dan
bangsa Indonesia yang sedang mengalami transisi
epidemiologi, besaran anggaran Pemerintah dalam
pelayanan kesehatan tetap difokuskan dalam kegiatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dari
berbagai kasus PTM. Kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, berakibat terhadap kemajuan pola dan
gaya hidup masyarakat sehingga dapat meningkatkan
berbagai kasus penyakit tidak menular menjadikan
tantangan tersendiri dalam melaksanakan tindakan
yang tepat dan terukur.
PERTEMUAN PEMBAHASAN AGENDA RISET
PENYAKIT TIDAK MENULAR TAHUN 2013 - 2020
CISARUA, 9 - 10 APRIL 2012
drg. Lelly Andayasari, M.Kes
Newsletter PTTK&EK | Vol. 1, Mei 2012 | 10
Adalah suatu tantangan bagi Pemerintah untuk
tetap berupaya meningkatkan status kesehatan
masyarakat sejalan dengan upaya restrukturisasi dan
reformasi sistem kesehatan nasional di era desentrali-
sasi. Penelitian dan pengembangan kesehatan adalah
salah satu program pendukung dalam memberikan
jalan keluar pemecahan berbagai masalah kesehatan
yang terjadi. Aktivitas penelitian dan pengembangan
yang dilaksanakan sudah barang tentu harus mempu-
nyai agenda yang jelas dan terstruktur. Agenda riset
akan memberikan arah yang jelas dalam memecahakan
masalah kesehatan yang ada dan terukur dalam waktu
serta sumber daya yang tersedia.
Dalam upaya penyusunan Agenda Riset
Kesehatan Nasional Tahun 2013 - 2020, perlu dicerma-
ti kembali latar belakang, arah kebijakan, prioritas
utama, area riset, sub area riset, dan tema riset unggu-
lan dari penyakit tidak menular. Pusat Teknologi Tera-
pan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik sampai saat ini
telah berupaya melaksanakan dan meningkatkan
kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang
teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik
bekerja sama dengan berbagai sektor terkait (rumah
sakit, lembaga penelitian dan perguruan tinggi). Dalam
rangka penyusunan agenda riset penyakit tidak menu-
lar, Pusat TTK dan EK ikut melibatkan para peneliti
seminat dari satuan kerja di lingkungan Badan Lit-
bangkes, unit litbang lainnya dan unit pelaksana di
lingkup Kemenkes
Newsletter PTTK&EK | Vol. 1, Mei 2012 | 11
Penelitian dan pengembangan di bidang klinis
(kedokteran / kedokteran gigi), yang selanjutnya disebut
penelitian klinis merupakan kegiatan ilmiah di bidang
kedokteran / kedokteran gigi yang dilakukan untuk
memperbaiki diagnosis, pengobatan, penyembuhan,
pencegahan, dan pemberantasan penyakit, kondisi
kesehatan, dan peningkatan derajat kesehatan manusia
dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional
di bidang kesehatan. Kegiatan penelitian klinis
merupakan bagian esensial dari pembangunan
kesehatan yang berbasis bukti/data, dalam kerangka
evidence-based medicine. Hasil penelitian klinis harus
selalu menjadi dasar bagi provider pelayanan kesehatan
dalam mengambil keputusan klinis untuk memberikan
pelayanan kepada pasien, sehingga diperoleh pelayanan
kesehatan yang bermutu, aman dan merata bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Sebagaimana tertuang dalam Amandemen UUD
1945 pasal 31 ayat 5, dikemukakan bahwa: “Pemerintah
memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan
bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan
umat manusia”. Di sini tampak bahwa pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi tetap dalam kerangka
kepentingan nasional dan menjunjung tinggi nilai
agama dan kemanusiaan.
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1179A
Tahun 1999 tentang Kebijakan Nasional Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan dan Keputusan Menteri
Kesehatan No. 791 Tahun 1999 tentang Koordinasi
Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, memberikan tugas kepada Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia sebagai Koordinator Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Nasional.
Implikasinya, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan harus mampu menjadi “pemandu” dan
“dirigen” dalam penelitian kesehatan di Indonesia,
termasuk penelitian klinis.
Berdasarkan Permenkes 1144 tahun 2010
tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan, disebutkan bahwa salah satu
fungsi Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan
Epidemiologi Klinik adalah pelaksanaan pembinaan,
koordinasi, dan fasilitasi teknis pelaksanaan
penelitian dan pengembangan kesehatan bidang
teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik.
Karena menggunakan subyek manusia sebagai
sasaran penelitian, maka penelitian klinis haruslah
dilaksanakan dengan prinsip-prinsip bioetika yang
kokoh, untuk menjamin keselamatan, keamanan dan
hak-hak subyek penelitian. Untuk itu, pelaksanaan
penelitian klinis haruslah transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik. Dalam rangka
menjaga transparansi, akuntabilitas publik, serta
memudahkan koordinasi, maka perlu dikembangkan
registrasi penelitian klinis secara nasional.
Kalau Indonesia ingin mengembangkan
penelitian klinis yang diakui secara internasional,
registrasi penelitian klinis ini penting untuk
dikembangkan. Hasil Mexico Ministerial Summit
Bulan Novemver 2004 telah mendorong kepada negara
anggota untuk mengembangkan registrasi penelitian
klinis. Kemudian, Bulan November 2008, Global
Ministerial Forum on Health Research di Bamako,
Mali, juga meminta kepada negara anggota untuk
mengembangkan registrasi penelitian klinis secara
nasional. Di samping itu, International Commitee on
Medical Journal Editors juga telah mempersyaratkan
“public clinical trial registration” agar hasil penelitian
klinis dapat dipublikasikan.
PENYUSUNAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG REGISTRASI PENELITIAN KLINIS DI INDONESIA
Junediyono, SKM,MKM
Newsletter PTTK&EK | Vol. 1, Mei 2012 | 12
Sampai saat ini, negara-negara Asia yang telah
mengembangkan registrasi penelitian klinis (dan
terhubung dengan International Clinical Trial Registry
Platform WHO) adalah India, Sri Lanka, China, dan
Malaysia.
Berdasarkan pertimbangan hal tersebut diatas,
Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi
Klinik sedang menyusun Peraturan Menteri Kesehatan
tentang Registrasi Penelitian Klinik. Dengan
dikembangkannya registrasi penelitian klinis
setidaknya terdapat tiga keuntungan, yakni (1)
memberikan informasi kepada masyarakat dan provider
pelayanan kesehatan tentang penelitian klinis yang ada,
(2) memberikan informasi kepada masyarakat dan
provider pelayanan kesehatan tentang hasil penelitian
klinis, (3) meningkatkan transparansi penelitian klinis,
untuk meningkatkan akuntabilitas publik dan
mencegah bias publikasi.
Tahun 2011 sudah dikembangkan draft Permen-
kes dengan melibatkan Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto,
SH, MH, SpF(K) (Staf Ahli Menteri Bidang Globalisasi
dan Teknologi Kesehatan), Drs. Ondri Dwi Sampurno,
Apt, M.Si (Kepala Pusat Biomedis dan Teknologi
Kesehatan Dasar), dr. Siswanto, MHP, DTM (Kepala
Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi
Klinik), Dr. drg. Farida Soetiarto, MS (Ketua Panitia
Pembina Ilmiah Pusat TTK dan EK), Dr. Emiliana
Tjitra, PhD (Peneliti Utama Pusat TTK dan EK), Dr.
Mardjani Susilowati (Peneliti Utama Pusat TTK dan
EK), drg. Sekartuti, M.Kes (Peneliti Madya Pusat TTK
dan EK), Riati Anggraini, SH, MARS, M.Hum (Kepala
Bagian Peraturan Perundang-undangan, Biro Hukum
dan Organisasi Kemkes), R. Bimo Satrio Rahardjo, SH,
M.Kes, MH (Kabag Hukum, Organisasi dan
Kepegawaian Badan Litbangkes), Drs. Muchtar
Gozali, MM (Kabag Tata Usaha, Pusat TTK dan EK),
Dr. Ir. Dewi Permaesih, M.Kes (Kabid Teknologi Tera-
pan Kesehatan, Pusat TTK dan EK), Dra. Lucie
Widowati, M.Si (Kabid Epidemiologi Klinik Pusat TTK
dan EK), Roberia, SH, M.Hum (Konsil Kedokteran
Indonesia), Junediyono, SKM, MKM (Kasubag
Program dan Kerjasama Pusat TTK dan EK), Ully
Adhie Mulyani, Apt, M.Si (Kasubid Teknologi Terapan
Farmasi dan Kedokteran, Pusat TTK dan EK), Dr.
Fitrah Ernawati, M.Sc (Kasubid Teknologi Terapan
Gizi dan Makanan, Pusat TTK dan EK), dr. M.
Karyana, M.Kes (Kasubid Epidemiologi Klinik Penya-
kit Menular, Pusat TTK dan EK), drg. Lelly
Andayasari, M.Kes (Kasubid Epidemiologi Klinik Pen-
yakit Tidak Menular, Pusat TTK dan EK).
Tahun 2012 diharapkan akan terselesaikan
Permenkes, dengan tahap awal adalah pertemuan
dengan lintas sektor untuk memfinalisasi draft. Yang
diharapkan dapat memberikan masukan adalah
Bagian Hukum Organisasi dan Kepegawaian, Bagian
Informasi Publikasi dan Dokumentasi, Biro Hukum
Sekjen Kemenkes, Contract Research Officer, Komite
Nasional Material Transfer Agreement, Badan
Pengawas Obat dan Makanan, wakil Fakultas
Kedokteran, Rumah Ssakit, dan Komisi Etik di
Fakultas Kedokteran.
Newsletter PTTK&EK | Vol. 1, Mei 2012 | 13
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia no 1144/MenKes/PER/VIII/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi
dan Makanan berubah menjadi Pusat Teknologi
Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik. Pusat ini
terdiri dari: Bagian Tata Usaha, Bidang Teknologi
Terapan Kesehatan, dan Bidang Epidemiologi Klinik.
Dengan adanya perubahan ini tentunya membawa
dampak pada perubahan komposisi kepakaran peneliti.
Ketika masih menjadi Puslitbang Gizi dan Makanan,
kepakaran peneliti didominasi yang berkaitan dengan
gizi dan makanan. Saat itu juga bertanggungjawab
untuk mengampu Balai GAKI yang berada di Magelang.
Setelah menjadi Pusat Teknologi Terapan Kesehatan
dan Epidemiologi Klinik, kepakaran peneliti menjadi
lebih beragam. Balai yang diampu bertambah dengan
masuknya, Balai P2B2 Tanah Bumbu, Kalimantan
Selatan.
Tugas Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan
Epidemiologi Klinik sebagai pengampu adalah
melakukan pembinaan pada Balai yang diampunya.
Pembinaan dilakukan dalam rangka membina para
peneliti muda untuk melaksanakan penelitian mulai
dari menyusun proposal sampai dengan publikasi yang
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan etik,
ditujukan untuk mengembangkan dan meningkatkan
kualitas penelitian dan publikasi ilmiah di bidang yang
sesuai dengan tugas dari masing-masing Balai
dilakukan dengan cara kunjungan yang dilakukan oleh
para pakar dengan ilmu yang berkaitan dengan tugas
dan fungsi Balai.
Balai Penelitian dan Pengembangan Gangguan
Akibat Kekurangan Iodium (BP2GAKI) Magelang
Merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT),
dalam penyusunan, pelaksanaan rencana program dan
evaluasi tahun 2011, mengacu Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor : 2350/MENKES/PER/XI/2011
tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Penelitian
dan Pengembangan Gangguan Akibat Kekurangan
Iodium di Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah.
Keputusan tersebut telah diperbaharui melalui
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 2350/MENKES/
PER/XI/2011 tanggal 22 November 2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai Penelitian dan
Pengembangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium
(BP2GAKI) di Kabupaten Magelang Propinsi Jawa
Tengah yang secara eksplisit menjelaskan bahwa
BP2GAKI berada dalam pembinaan Pusat TTK dan
EK.
SEKILAS INFO
PEMBINAAN BALAI
Dr. Ir Dewi Permaesih, M.Kes
Newsletter PTTK&EK | Vol. 1, Mei 2012 | 14
Tugas BP2GAKI adalah melaksanakan
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
atau teknologi terapan yang berkaitan dengan upaya
penanggulangan GAKI. Fungsi yang dilakukan antara
lain: mendeteksi dan menentukan karakteristik
epidemiologi pada masyarakat yang menderita
gangguan akibat kekurangan iodium dengan melakukan
pemeriksaan biokimia darah. Selain itu juga melakukan
penelitian-penelitian dan pengembangan teknologi yang
mendukung upaya penanggulangan gangguan akibat
kekurangan iodium. Selain melakukan penelitian
pengembangan juga memberikan pelayanan pada
masyarakat terutama yang berhubungan dengan
masalah gangguan akibat kekurangan iodium.
Untuk melaksanakan tugas fungsi tersebut saat
ini SDM yang telah dimiliki oleh BP2GAKI meliputi
bidang keahlian kesarjanaan Gizi Masyarakat,
Epidemiologi, Biostatistik, Kedokteran, Biokimia Gizi,
Biologi Molekuler, Psikologi, Sosiologi, Anthropologi,
Farmasi, Biologi, Ekonomi Akuntansi dan Hukum.
Sementara bidang keahlian Diploma meliputi Gizi,
Kesehatan Lingkungan, Analis Kimia, Keperawatan,
Fisioterapi, Akademi Teknik Medik, Manajemen
Informasi dan Perpustakaan.
Balai Penelitian dan Pengembangan
Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang,
Tanah Bumbu
Balai Penelitian dan Pengembangan
Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang atau
disingkat Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu semula
bernama Loka Litbang. Perubahan didasarkan atas
Peraturan Menteri Kesehatan No.920/MENKES/PER/
V/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai
Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit
Bersumber Binatang yang dikeluarkan pada tanggal 05
Mei 2011.
Sesuai dengan namanya Balai Litbang P2B2
Tanah Bumbu mempunyai tugas untuk melakukan
penelitian dan pengembangan yang berhubungan
dengan binatang, terutama malaria dan parasitik
pencernaan. Sasaran dari kegiatan Balai Litbang P2B2
adalah daerah yang mempunyai masalah P2B2, dalam
jangkauan wilayah regional Kalimantan.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
didukung oleh peneliti maupun calon peneliti dengan
latar belakang keilmuan Entomolog, kedokteran
tropis, parasitologi, kedokteran laboratarium,
geografis, kesehatan masyarakat, biologi, apoteker,
antropolog, kimia, hukum, komputer geografi, agama,
perikanan, kesehatan lingkungan, ekonomi akutansi,
keperawatan, analisis kesehatan, komputer, tenaga
administrasi.
Pembinaan yang telah dilaksanakan
hingga bulan April 2012 sebanyak 2 kali ke masing-
masing Balai Litbang. Pembinaan ke BP2GAKI
dilaksanakan pada tanggal 3-5 April 2012, oleh Dr.
drg. Farida Soetiarto, MSc; Dr. Djoko Kartono, MSc
dan drg. Lelly Andayasari, M.Kes. Pembinaan ke Balai
Litbang P2B2 Tanah Bumbu dilaksanakan pada
tanggal 18-20 April 2012. Peneliti yang melaksanakan
pembinaan adalah Dr. dr. Emiliana Tjitra; drh. Sahat
Omposunggu; dr. M. Karyana, M.Kes dan Dr. Ir. Dewi
Permaesih, M.Kes.
Pembinaan yang dilakukan pada saat
kunjungan tersebut, terutama bagaimana membuat
suatu ide penelitian dengan cara setiap peneliti
mempresentasikan usulannya kemudian dilakukan
diskusi-diskusi dan apakah usulan sesuai dengan tu-
poksi balai serta pengarahan dari para senior yang
sudah berpengalaman.
Newsletter PTTK&EK | Vol. 1, Mei 2012 | 15
Pijakan penting untuk menentukan arah Pusat
TTK dan EK telah tertuang dalam Rencana Aksi
Kegiatan Pusat TTK dan EK Tahun 2011-2015, yang
memuat tentang kegiatan penelitian pengembangan
(litbang) dibidang teknologi terapan kesehatan dan
epidemiologi klinik, kegiatan pengembangan sumber
daya, termasuk sarana dan prasarana. Kegiatan litbang
sudah barang tentu diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan program. Disisi lain, Pusat TTK dan EK juga
berkewajiban membina institusi yang diampu, yakni
Balai GAKI Magelang dan Balai Litbang P2B2 Tanah
Bumbu.
Rapat Kerja Pusat TTK dan EK dimaksudkan
untuk menyusun roadmap kegiatan Pusat TTK dan EK
Tahun 2013 -2015. Dan secara khusus untuk 1)
Meningkatkan pemahaman tentang metodologi
penelitian klinik dan epidemiologi klinik, 2)
Melaksanakan sinkronisasi kegiatan penelitian dan
pengembangan antara Pusat TTK dan EK dengan
B2P2TO2T, Balai Gaki Magelang, dan Balai Litbang
P2B2 Tanah Bumbu, 3) Menyusun roadmap penelitian,
dan 4) Pengoperasioan Pusat TTK dan EK Jakarta.
Rapat kerja dilaksanakan di Acacia, 30 Januari
– 1 Februari 2012, dengan dihadiri oleh seluruh peneliti
Pusat TTK dan EK. Mekanisme pelaksanaan kegiatan
meliputi paparan, tanya jawab dan diskusi kelompok.
Materi yang disampaikan meliputi:
1. Dr. dr. Trihono, M.Sc, selaku Kepala Badan
Litbangkes, menyampaikan materi Reformasi Badan
Litbangkes.
2. dr. Siswanto, MHP, DTM selaku Kepala Pusat TTK
dan EK menyampaikan materi Rencana Aksi
Kegiatan Pusat TTK dan EK Tahun 2011-2014
3. Dr. Ekowati Rahajeng, selaku Direktur
Pengendalian Penyakit Tidak Menular,
menyampaikan materi Penelitian klinis yang
diperlukan dalam rangka pengendalian penyakit
tidak menular
4. Dr. Ir. Minarto, selaku Direktur Gizi Masyarakat
menyampaikan materi kebutuhan penelitian gizi.
5. Indah Yuning Prapti, SKM, M.Kes, selaku Kepala
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Obat Tradisional,
menyampaikan materi agenda penelitian B2P2TO-
OT Tahun 2010-2014
6. Prof. Dr. dr. Sudigdo Sastroasmoro, SpA(K), selaku
Anggota Panitia Pembina Ilmiah Pusat TTK dan
EK, menyampaikan Clinical Epidemiology
Research Design on Overview
7. Prof. Dr. Iwan Dwi Prahasto, M.Med.Sc, PhD,
selaku Anggota Panitia Pembina Ilmiah Pusat
TTK dan EK, menyampaikan materi Manajemen
dan operasionalisasi penelitian klinis.
8. Prof. Sudomo, selaku WHO Country Office
Indonesia, menyampaikan materi WHO
International Clinical Trials Registry Platform
9. Sugianto, SKM, MSc.PH, selaku Kepala Balai
Litbang Gangguan Akibat Kekurangan Iodium
menyampaikan Rencana Aksi Balai Litbang Gaki
Magelang 2010-2014.
10. Lukman Waris SKM, M.Kes, selaku Kepala Balai
Litbang Pemberantasan Penyakit Bersumber
Binatang Tanah Bumbu menyampaikan masukan
Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu untuk
penyusunan roadmap Pusat TTK dan EK.
11. dr. M. Karyana, M.Kes selaku Kepala Sub Bidang
Epidemiologi Klinik Penyakit Menular
menyampaikan materi arah pengembangan
penelitian klinik di Badan Litbangkes, yang
merupakan hasil kunjungan ke National Institute
of Health.
Raker telah memperoleh roadmap masing-
masing sub bidang, yakni sub bidang teknologi
terapan farmasi dan kedokteran, teknologi terapan
gizi dan makanan, epidemiologi klinik penyakit
menular, epidemiologi penyakit tidak menular, dengan
mempertimbangkan masukan dari narasumber. Serta
diperoleh tahapan mengoperasionalisasikan kantor
Jakarta.
RAPAT KERJA PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN (ROADMAP) PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
(PUSAT TTK dan EK) TAHUN 2012
Acacia, 30 Januari – 1 Februari 2012
Junediyono SKM, MKM
Newsletter PTTK&EK | Vol. 1, Mei 2012 | 16
Buku ini mejelaskan hubungan antara ukuran
tubuh saat lahir (birth size) dengan risiko penyakit kar-
diovaskuler (CVD) dan resistensi insulin (DM 2) di
kemudian hari (setelah anak menjadi dewasa).
Sesungguhnya birth size tidak pernah dilirik sebagai
factor risiko penyakit di kemudian hari. Mula-mula
hipotesis ini banyak yang menentang. Argumen
dikemukakan adalah bahwa penyakit tersebut karena
keturunan (genetik atau gen) atau kesalahan dalam in-
terpretasi epidemiologi. Para penentang mengatakan
bahwa birth size merupakan cerminan kematangan dan
pertumbuhan. Keduanya dipengaruhi oleh faktor ge-
netik dan lingkungan. Argumen lainnya adalah bahwa
tidak semua kejadian yang negatif (adverse effects) da-
lam kandungan berpengaruh dalam birth size. Walau-
pun demikian, birth size, lebih spesifik pada berat lahir,
tetap merupakan parameter yang paling dapat diandal-
kan ketika menilai dampak faktor perkembangan awal
kehidupan.
Buku ini banyak menukil laporan-laporan
penelitian pada hewan dan manusia yang membuktikan
hubungan berat lahir dengan penyakit degeratif / sin-
droma metabolik yang muncul ketika dewasa. Misalnya,
penelitian yang dilakukan Lucas dan kawan-kawan. Ke-
jadian resistensi insulin dan CVD yang meningkat pada
remaja yang waktu lahir prematur dan diberi makan
formula padat gizi.
Kejadian kenaikan penyakit ini terjadi lebih banyak
dibandingkan pada remaja yang diberi makan gizi
yang tidak sebanyak padat gizi. Hal ini menunjukkan
pengaturan metabolik dan kompartmentalisasi gizi
pada suatu tahap kehidupan dapat dipengaruhi oleh
kejadian-kejadian sebelumnya. Dengan kata lain
proses sekuensi kromosom (imprinting) dipengaruhi
oleh ketersediaan zat gizi.
Status Asam folat dan vitamin B12 maternal
saat konsepsi dapat berpengaruh terhadap tingkat
imprinting. Pada ginjal tikus percobaan diketahui ter-
jadi metilasi pada gen p53 dan perubahan respon tikus
terhadap lingkungan dikatui karena terjadi pola meti-
lasi gen reseptor glukokortikoid di daerah (region) pro-
moter. Target perubahan epigenetic terutama DNA
mitokondria. Hal ini menjelaskan fenomena inheritan
non genomik melalui gen ibu. Seperti diketahui DNA
mitokondrial hanya berasal dari ibu. Peristiwa ini ju-
ga membuka wawasan bahwa metabolism seluler dan
respon terhadap gangguan pasokan zat gizi
(nutritional stress) dapat “deprogram” melengkapi efek
nutritional stress terhadap pertumbuhan.
“Fetal Programming” banyak menaruh per-
hatian terhadap organ ginjal, pankreas dan jantung.
Beberapa alasan yang dikemukakan adalah pertama,
adanya pengaruh perubahan terhadap organ-organ
tersebut.
Resensi Buku: Early Life Origins of Health and Disease: (Advances in experimental medicine and biology)
Wintour EM. and Owens JA.
DR. Ir. Basuki Budiman, MScPH
Ibu hamil yang kurang gizi menyebabkan retardasi pertumbuhan janin yang manifetasinya berat badan lahir
rendah atau diproporsi (kurus atau kecilnya lingkaran kepala), tergantung pada “timing”. Setiap kekurangan satu
kilogram berat badan waktu lahir (rerata berat badan lahir di United Kingdom 3500 g) berkaitan dengan kenaikan
tekanan darah sebesar 6 mmHg pada umur 60 tahun.
Newsletter PTTK&EK | Vol. 1, Mei 2012 | 17
Misalnya, jumlah nefron, sel beta pankreas atau kardio-
miosit berkurang. Berkurangnya sel-sel ini menyebab-
kan menurunnya kemampuan seseorang merespon tan-
tangan fisiologis kelak, terutama pada saat kemampuan
fungsional organ-organ tadi berkurang sejalan ber-
tambahnya usia. Kedua, berkurangnya sel-sel dalam
organ-organ tersebut sekaligus menjelaskan kaitan an-
tara faktor pertumbuhan dengan kejadian penyakit di
usia senja. Alasan ketiga adalah jumlah sel organ gin-
jal, pancreas dan jantung tersusun ketika masih janin
(intra uterin), sehingga status lingkungan janin dapat
member efek yang permanen pada perkembangannya.
Massa otot skeletal juga berkurang. Observasi ini ada-
lah respon adaptif untuk tetap bertahan hidup karena
buruknya lingkungan intrauterine. Namun demikian,
fenomena ini dapat juga dipandang sebagai respon
adaptif dalam rangka menghemat untuk menghadapi
keadaan buruk sesudah lahir (pos natal) dengan cara
tetap kecil, mengurangi percepatan pertumbuhan dan
berpertahan dengan genotipenya. Otot skeletal adalah
faktor determinan sensitivitas insulin perifer, sehingga
respon adatif tadi berperan penting dalam etiologi DM2
dan sindroma metabolik. Sekarang disadari bahwa
fungsi endothelial berkaitan dengan pertumbuhan jarin-
gan dan organ. Disfungsi endothelial diketahui berkai-
tan dengan DM2, hipertensi dan aterogenesis.
Jadi, deprivasi lingkungan (termasuk zat gizi)
pada masa epigenetik, memaksa sistem fungsi tubuh
menyesuaikan diri. Perubahan yang terjadi termasuk
jumlah, bentuk sel (vaskularitas) dan “imprinting” ge-
netik (poin mutation, misalnya). Perkembangan ginjal,
jantung dan hati (pankreas) juga menyesuaikan diri.
Pada saat fungsi metabolik menurun yaitu pada umur
setengah baya, penyakit-penyakit yang menyangkut
metabolik sindroma muncul seperti DMII, hipertensi,
dll.
Materi buku ini ditulis secara hati-hati dan banyak
ahli ikut berkonstribusi. Konstributor (penulis) hanya
merujuk data/ hasil suatu penelitian yang benar-benar
berkualitas. terutama dilihat metodologi yang
digunakan dan secara riil (biologis,dsb) mempunyai
arti.
Pembaca buku ini hendaknya merujuk pada
BARKER’S HYPOTHESIS. Antara lain bahwa
pengaruh gizi kurang maternal yang memperburuk
pertumbuhan janin, yang bermanifestasi pada berat
badan lahir rendah (BBLR) atau disproporsi waktu
lahir, tergantung timing. Disproporsi atau BBLR
merupakan faktor risiko terjadinya CVD dan resisten-
si insulin di kemudian hari. Bahwa pengurangan be-
rat badan lahir sebesar satu Kilogram (Kg) berkaitan
dengan kenaikan tekanan darah sebesar 6 milimeter
air rakssa (mmHg) pada umur 60 tahun. Standar be-
rat badan lahir yang digunakan adalah rata-rata berat
lahir bayi di United Kingdom sebesar 3500 kg.
Buku ini sangat menarik dan perlu dibaca oleh
peneliti/petugas kesehatan terutama bagi yang men-
dalami atau berkaitan dengan ibu hamil, bayi dan
anak balita. Ahli-ahli kesehatan anak, geriatric, pen-
yakit dalam, neuropsikologi penting membaca buku
ini. Perlu diingat bahwa tampaknya para konstribu-
tor ketika menulis buku ini (terbit 2006) belum meya-
kini atau belum tersentuh dengan fenomena plastis-
itas oleh stem sel. Dalam dekade terakhir sejalan
dengan perkembangan IPTEK, memungkinkan dikem-
bangkan teori baru. Bagaimana peranan plastisitas
jaringan tubuh terutama oleh stem sel memperbaiki
epigentik? Dalam buku lain (Langley-Evans, 2004)
menyebutkan bahwa baru generasi ketiga, pengaruh
bawaan menjadi hilang.
Singkatan :
CVD : Cardiovascular Disease
DM II : Diabetes Mellitus type II
DOHaD : Developmental Origin of Health and Disease
FOAD : Fetal Origin of Adult Disease = fetal programming
Judul Buku yang di Resensi:
Early Life Origins of Health and Disease:
Advances in experimental medicine and biology.
Wintour EM and Owens JA. New York. U.S.A: Springer
Science + Business Media. Landes Bioscience/Eurekah.com.
2006, 246 hal + Index. ISBN: 0-387-28715-9
Newsletter PTTK&EK | Vol. 1, Mei 2012 | 18
Daftar Kegiatan Penelitian Pusat TTK dan EK
Tahun 2011
NO JUDUL KETUA PELAKSANA
1 Studi Longitudinal Faktor Resiko Terjadinya Balita Stunting Dr. Fitrah Ernawati, MSc
2 Pengembangan Suplemen Multi Gizi Mikro Taburin Untuk Ibu Hamil
Dr.. Uken SS. Soetrisno, PHD
3 Uji Coba Media dan Identifikasi Saluran dalam Rangka Pengem-bangn Strategi Edukasi Kadarzi
Ir. Trintrin Tjukarni. MKes
4 Analisis Kandungan Zat Gizi Dalam Makanan Melengkapi Daftar Komposisi Makanan
Drs. Almasyhuri, Apt, MSi
5 Effikasi Ready To Use Therapeutic Feeding (RUTF) yang dis-esuaikan dengan daerah Untuk meningkatkan pertumbuhan anak balita Gizi Buruk Secara Rawat Jalan Di Puskesmas
DR. Astuti Lamid, MCN
6 Analisa Peran Kontektual Terhadaf Kejadian Gizi Buruk Pada Balita Di Daerah Rawan Pangan di Kalimantan Barat
Sri Poedji Hastuti SKM, MKes
7 Pemaparan Health Technology Assessment Ully Adhie Mulyani, Apt, MSi
8 Pengembangan Slogan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) Ber-dasarkan Karakteristik Tingakat Penedidikan dan Usia
Dr. Ir. Heryudarini Harahap, MKes
9 Effek Pemberian Zinc Pada Ibu Hamil dan Pertumbuhan Panjang Badan Bayi Umur 1-3 bulan di Kabupaten Bogor
Feri Ahmadi, MKes
10 Pemaparan Diseases Registry dr. M. Karyana, MKes
11 Teknologi Formulasi Obat Malaria untuk Anak Ully Adhie Mulyani, Apt, MSi
12 Evaluasi Dampak Fortivikasi Vit A dalam Minyak Goreng di Indo-nesia
Dr. Sandjaja, MPH
13 Karakteristik Penderita Demam Berdarah dengue (DBD) Di Lima RSUD Jakarta tahun 2010
dr. Rossa Avrina
14 Kejadian Diabetes Melltus Tipe 2 dan Faktor Resiko Determinan dari Kasus Teronansi Glukosa Terganggu di Jawa Tengah
Rika Rahmawati, SP, MPH
15 Pengembangan Media Edukasi Gizi Melalui Buku Mewarnai untuk Anak Peserta Program Paud
Yurista Permanasari, SKM, MSi
16 Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Lipid Peroksida Pada Penderita Diabetes Millitus Tipe 2 (Studi Pada Anggota Persadia Bogor tahun 2011
Nazarina, M.Med
17 PHLN The Effect of Excess of Iodine Intakes on Thyroid Function among School Children: Multicenter Study
Dr. Djoko Kartono, MSc
18 Systematic Review of Herbal Medicines for Common Degenerative Diseases (Hypertension, Hyperlipidemia, Hyperglycaemia and Hyperuresemia) and Common diseases in Primary Health Care (ARI
Ully Adhie Mulyani, Apt, MSi
Newsletter PTTK&EK | Vol. 1, Mei 2012 | 19
Daftar Kegiatan Penelitian Pusat TTK dan EK
Tahun 2012
NO JUDUL KETUA PELAKSANA
1 Registri Klinik Penyakit yang ditangani oleh Dokter Praktik Jamu Dra. Lucie Widowati, Apt,
MSi
2 Algoritma Klinis Diagnosis Demam Dengue dan Demam Berdarah
Dengue di Indonesia
dr. Yenni Risniati
3 Sariawan yang Berulang (Recurrent Apthae Stomatitis) sebagai Sa-
lah Satu Deteksi Dini Gangguan Fungsi Ovarium
dr. Noorwati, Sp PD
4 Studi Aplikasi Penanganan Balita Gizi Buruk (Severe Wasting) di
Puskesmas dan Rumah Sakit di Propinsi Banten dan Jawa Tengah
dr. Tetra Fajarwati
5 Efek Pemberian Makanan Sap Makan (RUF) pada Anak Usia di
bawah Tiga Tahun Wasting untuk Mencegah Gizi Buruk di Klinik
Gizi Bogor
Ir. Arnelia, MSc
6 Pengendalian Tuberkolosis pada Penderita Koinfeksi HIV-TB dr. Armedy Ronny Hasugian
7 Analisis Peran Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam Pencega-
han Penyakit Menular TB Paru pada Pekerja Puskesmas
dr. Siswanto, MHP, DTM
8 Kadar Protein Saliva (VEGA, EGF, CEA, c-erbB-2) untuk Deteksi
Dini dan Evaluasi Terapi pada Penderita Kanker Payudara di RS
Dharmais Tahun 2012
dr. Eva Sulistiowati
9 Modifikasi Menu Makanan Berbahan Dasar Rendah Glycaemic In-
dex (GI) dan Glycaemic Load (GL) sebagai Alternatif Diet DM Tipe 2
Rika Rahmawati, SP, MPH
10 Artemisin Based Combination Therapy (ACT) dalam rangka
Percepatan Eliminasi Malaria
Hajar Siswantoro
11 Pengembangan Sentinel Hepatitis di Indonesia dr. Rossa Avrina
12 Studi Longitudinal Faktor Risiko Terjadinya Stunting pada Anak
Baduta (Tahun 2)
Dr. Fitrah Ernawati, MSc
13 Registri Penyakit di Indonesia (Tahap 2) dr. Muhamad Karyana,
M.Kes
14 Studi Indikasi Sectio Caesar pada Beberapa Rumah Sakit di Jakarta drg. Lelly Andayasari, M.Kes
15 Pharmacovigilance Obat Anti TB Ully Adhie Mulyani, Apt, MSi
Newsletter PTTK&EK | Vol. 1, Mei 2012 | 20
Pojok Pegawai Pusat TTK&EK
NAMA MEI JABATAN
Suryana Purawisastra, MSc 1 Peneliti
Henny Komalasari 5 Litkayasa
Tati Sunarti Sofyan 5 Staf
Rusdi Setiyabudi Supardi, S.Gz 5 Staf
Amalia Safitri, SKM, Msi 9 Peneliti
Azis Muslim 11 Staf
Bejo 12 Staf
Suhadi 13 Staf
Dr. Abas Basuni Jahari, MSc 17 Peneliti
Drs. Damanhuri 17 Staf
drg. FX Sintawati, M.Kes 21 Peneliti
Ir. Hermina, M.Kes 23 Peneliti
Tety Meliawaty 23 Litkayasa
Adi Supriatna 23 Staf
dr. Siswanto, MHP, DTM 27 Kepala Pusat
Ariben Andika 30 Litkayasa
NAMA JUNI JABATAN
drg. Sekartuti, M.Kes 7 Peneliti
Suyatno 7 Staf
Zikri Ramdani 8 Staf
Haweningtyas 12 Calon Litkayasa
Ahmad Sayuti 15 Staf
Yunita Diana Sari, SKM 16 Peneliti
Ristitam 16 Staf
Dra. Marice Sihombing, Msi 17 Peneliti
Hananto 23 Staf
Ir. Yuniar Rosmalina, M.Kes 24 Peneliti
Yunita Sari, S.Sos 24 Staf
Yuliana, Amg 26 Staf
Wiwi Mulyawati, Sm.Ek 28 Litkayasa
Ahmad hidayat 28 Staf
Pegawai yang Berulang Tahun Bulan Mei dan Juni
NAMA TMT JABATAN
Muhamad Saidin, SKM, Msi 2/1/2011 Peneliti
Prahadati, SE 4/1/2011 Litkayasa
Drs. Tommy Wardiatmo, Msi 6/1/2011 Staf
Iis Siti Halimah 7/1/2011 Litkayasa
Supandi 8/1/2011 Staf
Mena Madayani Soebroto 8/1/2011 Staf
Irama Zuraedah 11/1/2011 Staf
Emma Suhaedah, B.Ed 12/1/2011 Litkayasa
dr. Effendi Rustan, MS 8/1/2011 Peneliti
Adhis Abeba 1/1/2012 Staf
Dr. Marjani Susilowati, MSc 2/1/2012 Peneliti
Ir. Sukati, MS 4/1/2012 Peneliti
Pegawai yang Pensiun
Pegawai Pindahan
NAMA TMT JABATAN
Lilis Setyawati, SKM 1/1/2012 Staf
dr. Made Dewi Susilawati 1/1/2012 Staf
Amalia Safitri, SKM, MSi 1/1/2012 Peneliti
Rusdi Setiyabudi Supardi, S.Gz 4/1/2012 Staf
NAMA TMT JABATAN
dr. Heni Kismayawati 4/1/2012 Calon Peneliti
dr. Dona Arlinda 4/1/2012 Calon Peneliti
dr. Cicih Opitasari 4/1/2012 Calon Peneliti
dr. Armaji Kamaludi Syarif 4/1/2012 Calon Peneliti
dr. Retna Mustika Indah 4/1/2012 Calon Peneliti
Anggita Bunga Anggraeni, Apt 4/1/2012 Calon Peneliti
Aris Yulianto, Ssi 4/1/2012 Calon Litkayasa
Sundari Wirasasmi, Ssi 4/1/2012 Calon Litkayasa
Aniska Novita Sari, Ssi 4/1/2012 Calon Litkayasa
Tri Wahyuningsih, SPd 4/1/2012 Adum
Hestrika Novia C. S., SIP 4/1/2012 Adum
Arga Yudhistira, S.Sos 4/1/2012 Pustakawan
Syachroni, S.Si 4/1/2012 Calon Peneliti
Agus Dwi Harso, S.Si 4/1/2012 Calon Litkayasa
Qurrotul Aini Meta P. S., STP 4/1/2012 Calon Peneliti
Rani Marsini 4/1/2012 Calon Litkayasa
Susanti 4/1/2012 Sekretaris
Agnita Triyoga 4/1/2012 IT
PNS Baru 2012
Selamat Datang dan Bergabung di Pusat TTK dan EK… Mari kita dayung bersama sambil membangun perahu SEMANGAT dan SUKSES….!!!!
Selamat untuk yang Berulang Tahun, semoga panjang umur, sukses selalu...
Selamat memasuki Masa Purnabakti dan Terima kasih atas pengabdian dan dedikasinya ...
Galeri Pusat TTK&EK
Rapat Konsolidasi Mei 2012
BLO Lembah Hijau Ciloto 3-4 Mei 2012
Peresmian ICE-EBM Riskesdas 2010