ptk peningkatan rana kognitif

50
PENINGKATAN RANA KOGNITIF DAN AFEKTIF PESERTA DIDIK KELAS VIII-B MTS HASYIMIYAH PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Disusun oleh Drs. Khusnul Huda

Upload: yatisupri4655

Post on 19-Jun-2015

685 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

PTK

TRANSCRIPT

Page 1: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

PENINGKATAN RANA KOGNITIF DAN AFEKTIF PESERTA DIDIK KELAS VIII-B MTS HASYIMIYAH PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Disusun oleh Drs. Khusnul Huda

LEMBAGA PENDIDIKAN MAARIF NU BUNGAH GRESIKMADRASAH TSANAWIYAH HASYIMIYAH BUNGAH GRESIK

OKTOBER 2008

Page 2: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

LEMBAR PENGESAHAN

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul Peningkatan Rana Kognitif dan Afektif Peserta Didik Kelas VIII-B MTs Hasyimiyah Bungah pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam melalui Pembelajaran Kontekstual

Telah disahkan tanggal 25 Oktober 2008

Kepala MTs Hasyimiyah

H. Maghfur, S.Pd.I

Page 3: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penelitian ini tanpa hambatan yang berarti. Shalawat serta Salam semoga selalu terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarga dan shahabatnya serta para pengikut sunnahnya sepanjang masa.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, dan umumnya bagi para guru dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran di lingkungan MTs Hasyimiyah Bungah.

Terselesaikannya penelitian ini tak lepas dari dukungan dan bantuan semua guru dan TU MTs Hasyimiyah, juga para siswa, terutama Bapak kepala MTs, dan juga istri dan anak-anak tercinta. Karena itulah pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih banyak kepada semuanya, dan semoga segala bantuan dan dukungannya mendapat balasan dari Allah yang berlipat ganda.

Penulis menyadari bahwa walaupun penelitian ini sudah selesai dan usaha penulis juga sudah maksimal, namun dengan keterbatasan penulis tak akan lepas dari kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik dari semua pihak diharapkan untuk penyempurnaan penelitian ini.

Gresik, 25 Oktober 2008

Peneliti

Page 4: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan semakin kelihatannyata. Dengan kesadaran ini, pemerintah dan masyarakat, terutamapendidik, mencurahkan sebagian besar tenaga, dana dan pikirannya untukmeningkatkan mutu pendidikan. Misalnya melakukan perubahan kurikulum perubahan teknik pengajaran dan penyelenggaraan kerja sama antaralembaga pendidikan dengan lembaga lain (Kadir dan Ma’sum, 1982,1991-1992). Untuk meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah telah melakukan berbagai upaya antara lain, (1) meningkatkan kualitas guru SLTP/MTs dari lulusan D1 dan D2 menjadi lulusan S1 penyetaraan, (2)menerbitkan suplemen kurikulum SLTP/MTs 1994 yang berisi tentang materi pelajaran mana yang masih tetap diajarkan pada kelas-kelas tertentu dan materi mana yang tidak perlu lagi diajarkan serta materi yang wajib diajarkan (Depdikbud, 1999:5),dan tahun 2004 menerapkan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang kemudian disempurnakan dengan kurikulum 2006 yang sering disebut Standar Isi dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (3) mendirikan sekolah-sekolah baru, dan (4) meningkatkan perbaikan proses belajar mengajar dan hasil belajar melalui pelatihan-pelatihan guru SD, SLTP, dan SMU.(5) memberikan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bahkan kemudian mencanangkan anggaran pendidikan sebesar 20% dari RAPBN.

Sejaran Kebudayaan Islam (SKI) merupakan salah satu pelajaran yangdiberikan sejak dari tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI) sampai PerguruanTinggi (PT), khususnya Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI). Pada umumnyaSejarah Kebudayaan Islam dirasakan lebih sulit untuk dipahami daripada ilmu-ilmu lainnya. Salah satu penyebabnya adalah karena sejarah mempelajari sesuatu yang sudah terjadi dan tidak dialami oleh peserta didik, dan tidak adanya kesesuaian antara kemampuan peserta didik dengan cara penyajian materi sehingga SKI dirasakan sebagai pelajaran yang sulit untuk diterima. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Madrasah Tsanawiyah Negeri Pamoyanan menyebutkan salah satu Standar kompetensi Sejarah Kebudayaan Islam adalah “memahami kemajuan Dinasti Umayah dibidang Ilmu Agama Islam dan kompetensi dasarnya adalah “menganalisis kemajuan-kemajuan Dinasti Umayah di Bidang Ilmu Agana Islam merupakan salah satu materi pokok yang diberikan di MTs. Kelas VIII semester 1. Seorang guru harus dapat menentukan strategi pengajaran yang sesuai dengan kemampuan peserta didiknya sehingga mudah dipahami, mengingat bahwa pelajaran sejaran adalah pelajaran yang mendalami dan mepelajari sesuatu yang sudah terjadi di masa lampau dan yang pasti tidak dialami oleh peserta didik. Secara khusus ada sebagian masyarakat yang tidak peduli dengan peristiwa sejarah terutama

Page 5: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

sejarah Kebudayaan Islam, karena memandang bahwa hal tersebut hanyalah peristiwa yang tidak mungkin akan terjadi kembali, selain itu pula bahwa sejarah tidak implementatif dalam dunia kerja dan tidak implementatif pula dalam disiplin ilmu lain.

Mengajarkan SKI merupakan suatu kegiatan pengajaran sedemikian sehingga peserta didik belajar untuk mendapatkan kemampuan dan pengetahuan tentang Sejarah Kebudayaan Islam. Kemampuan dan pengetahuan tersebut ditandai dengan adanya interaksi yang positif antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, yang sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan (Hudya, 1988:122). Namun dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran khususnya yang berhubungan

dengan Sejarah Kebudayaan Islam, ternyata masih banyak mengalami hambatan-hambatan baik yang dialami peserta didik maupun guru. Salah satu hambatan yang terjadi adalah kesulitan dalam memahami dan menghafal hal-ha yang berkaitan dengan Sejarah Kebudayaan Islam, khususnyakemajuan Dinasti Umayyah.

Seperti yang terjadi di MTs. Hasyimiyah Bungah, didapatkan latarbelakang peserta didik sangat bervariasi dalam motivasi belajarnya.Mereka rata-rata dalam belajar tanpa dibekali keinginan untuk memaham dan mengetahui materi-materi yang diajarkan oleh guru. Mereka kurang dalam memilah-milah materi sejarah antara dinasti yang satu dengan dinasti yang lain, sehingga tidak sedikit peserta didik yang kelirudalam menyebutkan dan menjawab soal yang diberikan guru.

Berdasarkan pengalaman peneliti, dari beberapa materi/pokok bahasan yang disajikan di kelas VIII MTs adalah pokok bahasan DinastiUmayyah, bentuk-bentuk kesalahan dalam menjawab pertanyaan terutama dalam hal nama tokoh, hasil Karya, dan tahun peristiwa sejarah, seperti :

1. Ibu Kota Dinasti Umayyah adalah

a. Damaskus b Jeddah. c. Bagdad d. Mesir

Jawaban yang diberikan peserta didik adalah kebanyakan mereka merasa tidak mengetahui nama ibu kota Dinasti Umayyah, karena pada saat ini daerah kekuasaan Dinasti Umayyah sudah tidak ada, sehingga mereka harus menghafal nama ibu kota tersebut.

2. Nama Ulama dari tabi’in dibidang fiqih adalah

a. Said bin Musayyad b. Mujahid bin Zubae c. Ubay bin Kaab d. Hammad bin Abi Sulaeman

Siswa kebingungan mengenai periodisasi tokoh dan disiplin illmu yang didalaminya, sebab dalam sejarah Kebudayaan Islam terjadi periodisasi dan kajian illmu-ilmu islamyang bengi banyak, sehingga mereka (peserta didik) harus meghafal seluruh tokoh-tokoh yang mungkin ada beserta disiplin ilmu yang dikajinya. Selain itu pula satu tokoh tidak hanya mendalami satu disiplin ilmu.

3. Shabat yang menjadi guru di bidang tafsir adalah :

a.. Hasa al Basri b. Mujaihid bin Zubaer c. Ubay bin Kaab d. Hammad bin Sulaeman

Jawaban yang diberikan siswa rata-rata merasa kebingungan dengan soal nomor 2, sebab soal kedua nomor tersebut sangat mirip nama tokoh yang ditanyakan.

Page 6: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

Dari contoh di atas banyak peserta didik sulit untuk menjawab soal tenpenerapan ang menyebutkan nama tokoh dan disiplin ilmu yang diberikan serta nama ibu kotanya, peserta didik kebingungan untuk memilih salah satu jawaban yang benar, karena peserta didik tidak hafal dengan jelas mengenai nama dan persitiwa yang terjadi, sehingga mereka menjawab dengan salah, karena peserta didik tidak menganalisis persiatiwa sejarah berdasarkan periodisasi sejarah Islam, akana tetapi lebih menekankan kepada semata, tanpa peduli periodisasi dan klasifikai kaeilmuan yang dikajinya.

Setiap pokok bahasan yang disajikan dalam Sejarah Kebudayaan Islam itu selalu berkesinambungan, maka peneliti ingin memperbaiki pembelajaran dengan mengadakan penelitian yang berjudul: Peningkatan Ranah Kognitif dan Afektif Peserta Didik Kelas VIII-B MTs Hasyimiyah pada mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mengajarkan Kemajuan Dinasti Umayyah dengan pendekatan Kntruktivisme di kelas VIII MTs. Hasyimiyah Bungah ?

2. Bagaimana prestasi belajar peserta didik pada pokok bahasan Kemajuan Dinasti Umayyah dengan pendekatan kontekstual ?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini agar dapat:

1. Menerapkan metode/pendekatan konstruktif dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada pokok bahasan Kemajuan Dinasti Umayyah secara berkelompok di kelas VIII MTs. Hasyimiyah Bungah.

2. Meningkatkan prestasi peserta didik dalam belajar KemajuanDinasti Umayyah, khusus peserta didik kelas VIII MTs. Hasyimiyah Bungah.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk:

Page 7: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

1. Bahan informasi bagi guru Sejarah Kebudayaan Islam guna peningkatan prestasi peserta didik setelah guru mengetahui letak kesalahan dan kekeliruan yang dialami peserta didik, khususnya pada pokok bahasan Kemajuan Dinasti Umayyah.

2. Sebagai bahan pertimbangan untuk memilih metode pengajaran yang sesuai dalam menyelesaikan soal Sejarah Kebudayaan Islam khususnya pada pokok bahasan Kemajuan Dinasti Umayyah.

3. Bahan pertimbangan penelitian lebih lanjut guna peningkatan prestasi belajar peserta didik.

E. Asumsi Penelitian

Asumsi dalam penelitian ini adalah:

1. Hasil tes sesuai dengan kemampuan yang dimiliki peserta didik.

2. Kesalahan-kesalahan peserta didik dalam menjawab setiap soal merupakan indikator kesulitan dalam memahami periodisasi dan klasifikasi keilmuan yang menjadi kajian tokoh keislaman pada masa Dinasti Umayyah

3. Peserta didik mendapatkan fasilitas yang sama dari sekolah.

Page 8: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

BAB II KERANGKA TEORI

A. Hakekat Sejarah Kebudayaan Islam

Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat untuk mendefinisikan apa itu Sejarah Kebudayaan Islam. Walaupun belum ada definisi tunggal menganai Sejarah Kebudayaan Islam, bukan berarti Sejarah Kebudayaan Islam tidak dapat dikenali. Seperti apa yang telah diutarakan oleh Badri Yatim (1985:5) sebagai pengetahuan Sejarah Kebudayaan Islam mempunyai beberapa karakteristik, yaitu bahwa obyek Sejarah Kebudayaan Islam mengenai peristiwa-perittiwa keislaman di massa lalu. Sementara menurut Koentjaraningrat, (1985 : 5) kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud, (1) wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu komplek ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, perauran, dan sebagainya, (2) wujud kelakuan, yaitu wujudkebudayaan sebagai suatu komplek aktifitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan (3) wujud benda, yaitu wujud kebudayaan seagai benda-benda hasil karya. Dengan mengetahui obyek penelaahan Sejarah Kebudayaan Islam, kita dapat mengetahui hakekat Sejarah Kebudayaan Islam yang sekaligus dapat diketahui juga kemajuan dan kemunduran serta kejatuhan dalam Sejarah Kebudayaan Islam. Sejarah Kebudayaan Islam itu timbul karena pikiran-pikiran dan perbuatan-perbuatan (daya cipta dan karsa = budaya ) manusia yang berhubungan dengan kejadian yang dialaminya. Sejarah Kebudayaan Islam mempunyai kawasan kajian yang sangat luas diantaranya : tempat peristiwa, nama tokoh peristiwa, jenis peristiwa, tahun peristiwa,. sebab-sebab terjadi (latar belakang) dan sebab kemunduran dan kejatuhannya dan lain-lain.

Mengenai obyek Sejarah Kebudayaan Islam, Jaih Mubarok (2004 : 12) kebudayaan memiliki empat unsur (rukun) : (1) kayakinan (belief), (2) nilai (value), (3) norma (norm), (4) symbol (symbol). Sementara menurut Koentjaraningrat, (1985 : 5) kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud, (1) wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatukomplek ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, perauran,dan sebagainya, (2) wujud kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktifitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan (3) wujud benda, yaitu wujud kebudayaan seagai benda-benda hasil karya. Dari segi kepercayaan, Harusn Nasution menjelaskan, bahwa agama pada hakekatnya memiliki dua kelompok ajaran, yaitu kelompok pertama adalah ajaran yang diwahyukan Allah swt. dan kelompok kedua adalah penafsiranya. Kelompok pertama bersifat absolute, mutlak tidak berubah dan tidak bisa diubah, sementaqra kelompok kedua bersifat nisbi, berubah, ddan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman, yang selanjutnya disebut dengan peradaban atau kebudayaan.

Dengan mengetahui objek sejarah Kebudayaan Islam tersebut, maka dalam mempelejari Sejarah Kebudayaan Islam dengan meperhatikan berbagai peristiwa dan hasil budaya masyarakat dimasa kejayaan umat Islam di masa lalu, melalui periodisasi dan kalsifikasi hasil budaya tersebut berupa karya seni, karya idea (ilmu), dan lain-lain.

Page 9: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

B. Belajar Sejarah Kebudayaan Islam

Belajar merupakan kegiatan setiap orang. Seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. Kegiatan atau usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku sendiri merupakan hasil belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu memang tidak

dapat diamati dan berlaku dalam waktu relatif lama. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku merupakan proses belajar sedang perubahan tingkah laku sendiri merupakan hasil belajar.

Ausebel mengemukakan bahwa belajar dikatakan bermakna bila informasi yang akan dipelajari peserta didik sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya, sehingga peserta didik dapat mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang dimiliki (Hudoyo, 1990:138). Dalam teori belajar /Robert M. Gagne/ yang diungkapkan (1980:138) dikatakan bahwa dalam belajar ada dua obyek yang dapat diperoleh peserta didik, obyek langsung dan obyek tak langsung. Obyek tak langsung antara lain: kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, mandiri (belajar, bekerja dan lain-lain), bersikap positif dan mengerti bagaimana seharusnya belajar.

Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu,didasari pada apa yang telah diketahui orang. Karena Sejarah Kebudayaan Islam merupakan sejarah hasil ide-ide yang abstrak (idea) yang tidak lepas dari perilaku kehidupan manusia masa lalu, khhususnya umta Islam mulai masa Rasululullah saw. Maka dalam meplejari Sejarah Kebudayaan Islam tidak lepas dari pola kehidupan yang dilakukan masyarakat Islam pada masa tersebut, seperti pada masa Dinasti Umayyah, maka dalam mempelajari sejarah pada masa Dinasti Umayyah harus mengetahui pola kehidupan masanya, lehih khusus lagai bila ingin mengetahui kemjaun yang dicapai oleh Dinasti Umayyah, maka harus mengetahui pola kehidupan pada masanya, yakni masa penggalian ilmu-ilmu keislaman secara mendalam oleh setiap orang melalui penerjemahan berbagai khazanah ilmu pemngetahuan yang ada dan berkembang pada masa itu.

Dalam proses belajar Sejarah Kebudayaan Islam terjadi proses berfikir. Seseorang dikatakan berfikir bila melakukan kegiatan mental dan orang yang belajar Sejarah Kebudayaan Islam selalu melakukan kegiatan mental. Sehingga dalam berfikir, seseorang dapat menyusun hubungan-hubungan antar bagian-bagian informasi sebagai pengertian, kemudian dapat disusun kesimpulan. Dalam proses itu juga melibatkan bagaimana bentuk kegiatan mengajarnya.

Mengajar adalah suatu kegiatan dimana guru menyampaikan pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki kepada peserta didik. Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan itu dapat dipahami peserta didik, sehingga mengajar bisa dikatakan baik, apabila hasil belajar peserta didik juga baik. Apabila terjadi proses belajar mengajar itu baik, maka dapat diharapkan bahwa hasil belajar peserta didik akan baik pula. Dengan demikian peserta didik sebagai subyek akan

Page 10: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

dapat memahami Sejarah Kebudayaan Islam, selanjutnya mampu mengaplikasikan pada situasi yang baru, seperti menerapkan pada masa dima a perserta didik itu hidup.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Proses Mengajar dan Belajar Sejarah Kebudayaan Islam

Menurut Herman Hudoyo (1988:6) kegiatan belajar yang kita kehendaki akan bisa tercapai bila faktor-faktor berikut ini dapat dikelola sebaik-baiknya:

1. Peserta didik

Kegagalan atau keberhasilan belajar sangat tergantung kepada peserta didik. Misalnya saja, bagaimana kemampuan dan kesiapannya untuk belajar Sejarah Kebudayaan Islam, bagaimana kondisi peserta didik, dan kondisi fisiologisnya. Orang yang dalam keadaan sehat jasmani akan lebih baik belajar daripada orang yang dalam keadaan lelah, seperti perhatian,pengamatan, ingatan juga berpengaruh terhadap kegiatan belajar seseorang.

2. Pengajar

Kemampuan pengajar dalam menyampaikan materi dan sekaligus menguasai materi yang diajarkan sangat mempengaruhi terjadinya proses belajar. Seorang pengajar yang tidak menguasai materi Sejarah Kebudayaan Islam dengan baik dan kurang menguasai cara menyampaikan dengan tepat dapat

mengakibatkan rendahnya mutu pengajaran dan yang kedua dapat menimbulkan kesulitan peserta didik dalam memahami Sejarah Kebudayaan Islam. Akibatnya proses belajar Sejarah Kebudayaan Islam tidak berlangsung efektif.

3. Sarana dan prasarana

Sarana yang lengkap seperti adanya buku teks dan alat bantu belajar merupakan fasilitas yang penting. Demikian pula prasarana yang cocok seperti ruangan dan tempat duduk yang bersih dan sejuk bisa memperlancar terjadinya proses belajar. Tidak menutup kemungkinan penyediaan sumber lain, seperti majalah tentang pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam, laboratorium Sejarah Kebudayaan Islam dan lain-lain akan dapatmeningkatkan kualitas belajar.

4. Penilaian

Penilaian dipergunakan untuk melihat bagaimana berlangsungnya interaksi antara pengajar dan peserta didik. Disamping itu penilaian juga berfungsi untuk meningkatkan kegiatan belajar sehingga dapat diharapkan dapat memperbaiki hasil belajar apabila kurang berhasil. Penilaian juga mengacu pada proses belajar, yang dinilai adalah bagaimana langkah-langkah berfikir peserta didik dalam menganalisis masalah Sejarah Kebudayaan Islam. Dengan demikian, apabila langkah-langkah analisis masalah benar, telah menunjukkan proses belajar peserta didik baik.

D. Kesulitan Belajar Sejarah Kebudayaan Islam

Page 11: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

Pada kenyataanya, dalam proses belajar mengajar masih dijumpai bahwa peserta didik mengalami kesulitan belajar. Kenyataan inilah yang harus segera ditangani dan dipecahkan. Seperti yang telah diuraikan pada Bab I, bahwa kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dalam proses belajar mengajar yang ditandai dengan hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar yang diharapkan.

Menurut Soejono (1984:4) kesulitan belajar peserta didik dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun factor eksternal seperti: fisiologi, faktor sosial, faktor pedagogik. Selain itu, terdapat pula kesulitan khusus dalam belajar Sejarah Kebudayaan Islam seperti:

1. Kesulitan dalam menggunakan istilah

Dalam hal ini dipandang bahwa peserta didik telah memperoleh pengajaran sautu pengertian (istilah), tetapi belum menguasainya mungkin karena lupa sebagian atau seluruhnya. Mungkin pula istilah yang dikuasai kurang cermat. Hal ini disebabkan antara lain:

a. Peserta didik lupa nama singkatan suatu obyek

Misalnya peserta didik lupa terminology kebudayaan dan peradaban

b. Peserta didik kurang mampu menyatakan arti istilah dalam sejarah.

Misalkan peserta didik yang mampu menyatakan kebudayaan dan peradaban dalam kehidupan masa kini.

2. Kesulitan dalam belajar dan menggunakan prinsip

Jika kesulitan peserta didik dalam menggunakan prinsip kita analisa, tampaklah bahwa pada umumnya sebab kesulitan tersebut antara lain:

a. Peserta didik tidak mempunyai konsep yang dapat digunakan untuk mengembangkan prinsip sebagai butir pengetahuan yang perlu.

b. Miskin dari konsep dasar secara potensial merupakan sebab kesulitan belajar prinsip yang diajarkan dengan metode kontekstual

(contoh nyata).

c. Peserta didik kurang jelas dengan prinsip kebudayaan yang telahdiajarkan.

3. Kesulitan memiliah-milah periodisaasi Sejarah Kebuddayaan Islam.

Sejarah Kebudayaan Islam oleh para ahli telah di buat periodisasi sejarah, agar memudahkan dalam mempelajarinya dan mengklasifikasinya agar tidak bercampur baur dalam menentukan periode mana dan klasifikasi apa yang harus dipelajari, akan tetapi peserta didik sering dibingungkan dengan berbagai terminology yang digunakan dan memilah-milahnya, sehingga berakibat dalam menjawab pertanyaan sering terjadi kekeliruan termasuk ke periode mana dan klasfikasi apa. Hal ini disebabkan oleh :

Page 12: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

a. Peserta didik tidak mampu mengklasifikasi kebudayaan yang dihasilkan masyarakat Islam dan periodisasi sejarah Kebudayaan Islam itu sendiri. Untuk mengecek kebenaran dugaan ini, guru menyatakan kembali apa yang telah dikerjakan dengan menggunakan bahasanya sendiri. Guru dapat melihat hasil jawaban peserta didik apakah sudah benar jawbannua atau belum.

b. Peserta didik tidak dapat membayangkan dan menganalisis sejarah dengan kehidupam masa saat peserta didik hidup.

Kesulitan belajar dapat ditunjukkan dengan beberapa gejala yaitu:

- menunjukkan prestasi yang rendah

- hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan

- keterlambatan dalam melaksanakan tugas yang diberikan

Obyek yang dapat kita periksa untuk mengetahui penyebab kesukaran peserta didik belajar contohnya seperti: (a) materi yang diajarkan dianggap terlalu sulit, (b) pengajarannya yang kurang baik dan dapat disebabkan oleh kesalahan pengajaran dalam menyajikan metode ataupun tidak adanya alat peraga, dan (c) dari peserta didik sendiri disebabkan karena kelemahan jasmani, kurang cerdas, tidak ada minat, tidak ada bakat, emosi tidak stabil, suasana yang tidak mendukung.

E. Belajar Tuntas (Mastery Learning)

Belajar tuntas adalah suatu sistem yang mengharapkan sebagian besar peserta didik dapat menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan secara tuntas. Mengenai ketuntasan, peserta didik yang memperoleh nilai ulangan harian kurang dari 7,5 perlu diberikan remidi dengan menitikberatkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang belum dikuasai (Ahmad, 1995:20).

Ngadiono (1980:1) menjelaskan bahwa maksud utama belajar tuntas adalah pencapaian penguasaan seluruh standar kompetensi dasar dan kompetensi dasar. Pada belajar tuntas, peserta didik diharapkan mencapai tingkat penguasaan tertentu terhadap tujuan pembelaajaran sesuai dengan indicator-indikator yang telah ditentukan dalam rencana pelaksaaan pembelajaran (RPP) sebelum melajutkan kepada standar komptensi dan kompetensi dasar berikutnya.

F. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL)

1. Pengertian

Kontekstual berasal dari kata dasar konteks yang berarti berbagai bidang kehidupan atau hal-hal yang diperlukan agar orang dapat melaksanakan sesuatu. Definisi pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Page 13: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

Dengan konsep ini, hasil materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: kontruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya Authentic Assesment). Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi peserta didik. Proses pembelajaran berlangsung alamiah, bukan tranfer pengetahuan dari guru ke peserta didik. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.

Dalam konteks itu, peserta didik perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi

guru sebagai pengarah dan pembimbing.

Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu peserta didik mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih bayak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (peserta didik). Sesuatu yang baru datang dari ‘menemukan sendiri’, bukan dari ‘apa kata guru’. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.

Kontekstual hanya sebuah strategi pembelajaran. Seperti halnya strategi pembelajaran yang lain, kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan konduktif dan bermakna. Pendekatan kontekstual dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum, dalam bidang studi apa saja, dan tidak diperlukan biaya yang mahal. Secara garis besar penerapan pendekatan kontekstual, langkahnya adalah sebagai berikut ini:

(1) Kembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih

bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan

mengkontruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.

(2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

(3) Kembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya.

(4) Ciptakan ‘masyaraat belajar’ (belajar dalam kelompok-kelompok).

(5) Hadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran.

(6) Lakukan refleksi diakhir pertemuan.

(7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

2. Tujuh komponen pendekatan kontekstual (CTL):

Page 14: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

Tujuh komponen pendekatan yaitu: (a) Kontruksi (Constructivism),Kontruksivisme merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Peserta didik perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, (b) Menemukan (/Inquiri)/, penemuan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran kontekstual, yaitu pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, (c) Bertanya (Questioning), pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari ‘bertanya’. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran ini. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir peserta didik, (d) Masyarakat belajar (Learning Community), konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjsama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari ‘sharing’ antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Di kelas ini, di sekitar sini, juga orang yang di luar sana, semua adalah anggota masyarakat belajar, (e) Pemodelan (Modeling), maksudnya dalam sebuah pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Pemodelan pada dasarnya membahas akan gagasan yang dipikirkan, mendemontrasikan bagaimana guru menginginkan pada peserta didiknya untuk belajar, dan melakukan apa yang diinginkan guru bagi peserta didik-peserta didiknya. Pemodelan dapat berbentuk demontrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktifitas belajar, (f) Refleksi (/Reflection/), adalam cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilaksanakan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktifitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Misalnya ketika pelajaran berakhir peserta didik merenungkan apa yang baru diterimanya, (g) Penilaian yang sebenarnya (/Authentic Assessment/), adalah prosedur penilaian pada pembelajaran kontekstual dengan prinsip dan ciri-ciri penilaian autentik. Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik. Hal ini untuk memastikan apakah peserta didik telah mengalami proses pembelajaran yang benar atau tidak.

3. Strategi Pembelajaran Kontekstual

Pendekatan atau strategi yang berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual memiliki kesamaan ciri dalam hal:

Pengajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk di dalam belajar dan bagaimana belajar. Tugas guru adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.

4. Pengajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh (saling tenggang rasa). Menurut Abdurrahman dan Bintoro (2000:78) mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan

Page 15: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

sistematis antar sesama peserta didik sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata. Hasil penelitian yang dilakukan Johnson (1984) keunggulan pembelajaran kooperatif yaitu: (a) Memudahkan peserta didik melakukan penyesuaian sosial, (b) Mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati, (c) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri/egois, (d) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial, (e) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perpektif, dan (f) Meningkatkan hubungan positif antara peserta didik terhadap guru dan personil sekolah.

5. Pengajaran Berbasis Inkuiri

Pembelajaran dengan penemuan (inquiri) merupakan suatu komponen penting. Bruner (1966), menganjurkan pembelajaran dengan basis inkuiri sebagai berikut: “Kita mengajarkan suatu bahan kajian tidak untuk menghasilkan perpustakaan hidup, tetapi lebih ditujukan untuk membuat peserta didik berfikir”. Belajar dengan penemuan mempunyai keuntungan: memacu peserta didik untuk mengetahui, memotivasi peserta didik untuk menemukan jawaban, dan peserta didik belajar memecahkan masalah secara mandiri serta memiliki ketrampilan berfikir kritis. Inkuiri adalah seni dan ilmu bertanya dan menjawab, juga menuntut eksperimentasi, refleksi, dan pengenalan akan keunggulan metode sendiri.

6. Pengajaran Autentik

Pengajaran autentik yaitu pendekatan pengajaran yang memperkenalkan peserta didik untuk mempelajari konteks bermakna, peserta didik dituntut mengembangkan ketrampilan befikir dan pemecahan maslaah yang penting dalam konteks kehidupan nyata. Untuk memecahkan masalah, peserta didik harus mengidentifikasi masalah, mengidentifikasi kemungkinan pemecahannya, memilih dan melaksanakan pemecahan atas masalah tersebut.

7. Pengajaran Berbasis Proyek/Tugas

Hal ini membutuhkan suatu pendekatan pengajaran komprehensif dimana lingkungan belajar peserta didik didesain agar peserta didik dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik termasuk pendalaman materi dan melaksanakan tugas bermakna.

Peserta didik diberi tugas/proyek yang kompleks, sulit, lengkap, tetapi autentik dan kemudian diberikan bantuan secukupnya. Tidak memandang apakah tugas harus dikerjakan sebagai pekerjaan kelas atau sebagai pekerjaan rumah

8. Pengajaran Berbasis Kerja

Pengajaran berbasis kerja memerlukan suatu pendekatan pengajaran yang memungkinkan peserta didik menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah dan sebagaimana materi tersebut dipergunakan di tempat kerja. Pengajaran berbasis kerja menganjurkan pentransferan model pengajaran dan pembelajaran yang efektif kepada aktifitas sehari-hari di kelas, baik dengan cara melibatkan peserta didik dalam tugas dan melibatkan peserta didik dalam kelompok pembelajaran.

9. Pengajaran Berbasis Jasa Layanan

Page 16: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

Pengajaran berbasis jasa layanan memerlukan penggunaan metodologi pengajaran yang mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah untuk merefleksikan jasa layanan. Strategi pembelajaran ini berpijak pada pemikiran bahwa semua kegiatan kehidupan dijiwai oleh kemampuan melayani. Untuk itu peserta didik sejak dini dibiasakan untuk melayani orang lain.

Pada dasarnya peserta didik lebih mudah belajar pada sesuatu yang kongkrit karena memahami konsep abstrak sulit untuk diterima. Oleh karena itu diperlukan benda-benda konkrit (riil) sebagai perantara atau visualisasinya. Konsep abstrak itu dicapai melalui tingkat belajar yang berbeda-beda. Konsep abstrak yang dipahami peserta didik akan mengendap, melekat, dan tahan lama bila peserta didik belajar melalui perbuatan dan pengertian, bukan hanya melalui teori belaka. Dalam belajar Sejarah Kebudayaan Islam diperlukan alat peraga yang berfungsi sebagai:

a. Proses belajar mengajar termotivasi. Baik peserta didik maupun guru, terutama peserta didik minatnya akan timbul. Mereka akan senang, terangsang, tertarik dan akan bersikap positif terhadap pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

b. Konsep abstrak Sejarah Kebudayaan Islam tersajikan dalam bentuk konkrit maka lebih dapat dipahami dan dimengerti, serta dapat dikembangkan.

c. Hubungan antara konsep abstrak Sejarah Kebudayaan Islam dengan benda-benda di alam sekitar akan lebih dapat dimengerti.

d. Konsep-konsep abstrak yang disajikan dalam bentuk konkrit yaitu dalam bentuk model Sejarah Kebudayaan Islam yang dapat dipakai sebagai obyek penelitian maupun sebagai alat untuk meneliti ide-ide baru dan relasi baru menjadi bertambah banyak.

Selain itu penggunaan alat peraga dapat dikaitkan dengan salah satu:

1. Pembentukan konsep.

2. Pemahaman berbagi terminologi

3. Latihan dan penguatan.

4. Pelayanan terhadap perbedaan individual, termasuk pelayanan terhadap peserta didik yang lemah dan peserta didik berbakat.

5. Pengukuran, alat peraga dipakai sebagai alat ukur.

6. Pengamatan dan penemuan sendiri ide-ide dan relasi baru serta penyimpulan secara umum, alat peraga sebagai obyek peneliti maupunsebagai alat untuk meneliti.

Alat peraga dapat berupa benda riil, gambar, diagram, atau audio visual. Keuntungan alat peraga benda riil adalah benda-benda itu dapat dipindah-pindahkan (dimanipulasi), sedangkan kelemahannya tidak dapat disajikan dalam buku (tulisan). Oleh karena itu untuk bentuk tulisan dibuat gambar atau diagram, tetapi kelemahannya ialah tidak dapat dimanipulasi, sementara dengan menggunakan audio visual peserta didik dapat mengasimilasi kejadian masal lalu dengan kehidupan masa sekarang, selain dapat membayangkan bagaimana kehidupan masa lalu (sejarah

Page 17: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

terjadinya persitiwa tersebut), kelemahannya tidak dapat digunakan setiap saat tergantung kepada kondisi dan situasi yang terjadi saat pembelajaran akan dilaksanakan.

G. Materi Kemajuan Dinasti Umayyah

1. Kemajuan-kemajuan dibidang Ilmu Agama Islam, khusunya tokoh-tokoh ulama pada masa tabi’in dengan cara :

a. Mengidentifkasi tokoh-tokoh yang berperan dalam bidang ilmu hadits, dan karya besarnya

b. Mengidentifkasi tokoh-tokoh yang berperan dalam bidang ilmu tafsir, dan karya besarnya

c. Mengidentifkasi tokoh-tokoh yang berperan dalam bidang ilmu fiqih, dan karya besarnya

d. Mengidentifkasi tokoh-tokoh yang berperan dalam bidang ilmu tasawuf, dan karya besarnya

Page 18: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti ingin mengungkapkan permasalahan tentang pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada pokok bahasan Kemajuan Dinasti Umayyah dengan pendekatan kontekstual pada peserta didik kelas VIII-B di MTs. Hasyimiyah Bungah.

Kemudian peneliti melakukan tindakan dengan pembelajaran kontekstual agar peserta didik belajar dengan penuh makna. Dengan memperhatikan prinsip kontekstual, yaitu proses pembelajaran yang diharapkan dapat mendorong peserta didik untuk menyadari dan menggunakan pemahamannya, mengembangkan diri dan menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Kriteria penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena: (1) menggunakan latar belakang alami sebagai sumber data langsung dan penelitian merupakan alat pengumpul data utama, (2) analisis data secara induktif, (3) bersifat diskriptif, karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati sehingga yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti, (4) adanya kriteria untuk keabsahan data (Moeleong, 1995:4-7).

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Pemilihan jenis PTK karena peneliti terlibat langsung dan sudah merupakan tugas peneliti sebagai pendidik yang harus selalu berusaha meningkatkan mutu pendidikan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan kajian tentang situasi sosial dan pandangan untuk meningkatkan mutu tindakan yang ada di dalamnya.Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk memberikan pertimbangan praktis dalam situasi nyata (Elliot dalam Wahyudi, 1997:46).

Dalam penelitian ini prosedur penelitian dimulai dengan siklus I setelah dilaksanakan tes awal. Hasil tes awal diteliti dan diketahui kesulitan peserta didik dalam memahami konsep. Penelitian ini akan mengungkap persoalan yang terjadi dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan pendekatan kontekstual pada pokok bahasan Kemajuan Dinasti Umaiyah. Peneliti berada di sekolah dari awal sampai akhir penelitian guna mengetahui keadaan peserta didik, merumuskan tindakan selanjutnya, memantau dan melaporkan hasil penelitian.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MTs. Hasyimiyah Bungah. Lokasi ini dipilih, berdasarkan tempat tugas peneliti. Selain itu ternyata pada pembelajaran Kemajuan Dinasti Umayyah menunjukkan hasil belajar peserta didik kurang optimal, yaitu 85% dari peserta didik kelas VIII-B masih memperoleh nilai kurang dari 50 pada saat diberikan tes awal tentang kemajuan Dinasti Umaiyah. Berdasarkan pertimbangan tersebut peneliti berusaha untuk menelusuri kesulitan peserta didik dalam pembelajaran Kemajuan Dinasti Umayyah sehingga dapat diupayakan pembelajaran yang sesuai dengan keadaan peserta didik.

Page 19: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

C. Prosedur Penelitian

Untuk kelancaran penelitian, diperlukan prosedur dalam penelitian yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti yaitu dalam bentuk persiapan penelitian.

Prosedur penelitian adalah langkah-langkah yang digunakan untuk memperoleh data dari sumber yang diteliti mulai dari awal sampai akhir untuk disajikan dalam bentuk penelitian. Jalannya penelitian yang dilakukan sampai dengan penyusunan penelitian ini adalah melalui dua tahap yaitu:

1. Tahap Persiapan

Tahap ini merupakan usaha untuk mempersiapkan penelitian, dalam hal ini yang dipersiapkan antara lain

a. Mengikuti bimbingan dan pelatihan dari nara sumber dan Widyaiswara.

b. Mengadakan koordinasi dengan para guru rmpun Pendidikan Agama Islam juga guru mata pelajaran Sejarah kelas VIII yang lain untuk memperoleh penjelasan materi yang diberikan kepada peserta didik.

c. Menetapkan obyek penelitian yaitu peserta didik kelas VIII-B MTs. Hasyimiyah tahun pelajaran 2008/2009.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah persiapan dianggap cukup baru penelitian dimulai, peneliti membagi penelitian ini menjadi 3 siklus. Sedangkan waktunya mulai tanggal 10 September sampai dengan 12 Oktober 2008. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah:

a. Siklus I

1. Melakukan observasi tentang permasalahan-permasalahan yang sedang terjadi dan mengkaji penyelesaiannya.

2. Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada pokok bahasan menganalisis kemajuan Dinasti Umayyah dengan pendekatan kontekstual.

3. Melaksanakan kegiatan pembelajaran selama dua kali pertemuan dengan pendekatan kontekstual.

4. Mengadakan evaluasi pertama sebagai pengumpulan data.

5. Mengadakan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah diberikan.

b. Siklus II

1. Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada sub bahasan tokoh-tokoh ulama tabi’in dalam bidang ilmu hadits, ilmu tafsir.

Page 20: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran selama dua kali pertemuan

3. Mengadakan evaluasi kedua sebagai penjaring data.

4. Melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kegiatan pembelajaran yang telah diberikan.

c. Siklus III

1. Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RP) pada sub bahasan tokoh-tokoh ulama tabi’in dalam bidang ilmu fiqih, dan ilmu tasawuf.

2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran selama dua kali pertemuan.

3. Melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan.

D. Jenis dan Sumber Data

Data adalah hasil pencatatan penelitian, baik berupa fakta atau angka (Arikunto, 1996:81). Data ada dua macam yaitu:

a. Data yang berupa bilangan atau angka-angka disebut data kuantitatif.

b. Data yang berbentuk bukan bilangan atau angka-angka disebut kualitatif. (Pasaribu, 1984:91)

Dalam penelitian ini digunakan pengambilan data kuantitatif, sedangkan sumber data penelitian adalah nilai ulangan harian atau hasil evaluasi dari masing-masing siklus pada pokok bahasan Kemajuan Dinasti Umayyahyang diperoleh peserta didik selama penelitian berlangsung.

E. Setting Penelitian

1. Gambaran Populasi

Populasi adalah obyek penelitian, yaitu kumpulan subyek sumber informasi atau kelompok yang menjadi sasaran penelitian. Untuk pengambilan sampel dalam suatu penelitian, terlebih dahulu harus mengetahui populasi yang dijadikan penelitian. “Totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif maupun kwalitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya, dinamakan populasi.” (Sudjana, 1986:157)

Dari sejumlah obyek yang dijadikan populasi maka keseluruhan harus mempunyai ciri-ciri yang sama. Ciri-ciri suatu populasi akan lebih tepat diketahui dengan menilai tiap-tiap unsur yang dilakukan tanpa kecuali. Penentuan populasi dan sampel dalam suatu penelitian sangat penting, guna menentukan obyek yang akan diteliti serta batas-batasnya, sehingga akan mudah diukur variabel-variabelnya. Sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan maka yang diambil sebagai

Page 21: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII MTs. Hasyimiyah Bungah Tahun pelajaran 2008/2009.

2. Subyek Penelitian

Satu masalah penting yang harus dilakukan oleh seorang peneliti, jika hendak mengadakan Penelitian Tindakan Kelas yaitu penentuan subyek penelitian. Dari 6 kelas yang ada ,peserta didik kelas VII-B MTs Hasyimiyah diambil sebagai subyek penelitian yang berjumlah 37 siswa. Pengambilan subyek penelitian dimaksudkan untuk menafsirkan sejumlah peserta didik yang ada dalam populasi tanpa menganalisa secara keseluruhan permasalahan yang ada pada populasi.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini diupayakan semaksimal mungkin agar bisa mendapatkan data yang benar-benar valid, maka peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membuat alat penelitian untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik kelas VIII-B.

b. Membuat alat peraga dengan konteks kamajuan Dinasti Umayyah.

c. Melaksanakan evaluasi atau ulangan harian sebanyak tiga kali pada pokok bahasan kemajuan Dinasti Umayyah.

d. Mengumpulkan data, mengoreksi hasil evaluasi peserta didik dan menyimpulkan untuk mengadakan data kuantitatif daya serap peserta didik. Pada penelitian ini data yang didapatkan itu belum berarti apa-apa sebab data tersebut masih merupakan data mentah. Untuk itu diperlukan teknik menganalisa data agar bisa ditafsirkan hasilnya sesuai dengan rumusan masalah. Dalam penelitian ini digunakan penafsiran skor acuan criteria (/Criterion Referensi Test/).

e. Penafsiran skor acuan kriteria adalah pemberian skor berdasarkan kemampuan peserta didik menyelesaikan evaluasi atau ulangan harian. Jawaban yang benar dari peserta didik yang bersangkutan dapat dinyatakan dalam bentuk prosentase sebagai berikut

Dari skor bisa ditafsirkan tentang ketuntasan belajar peserta didik sesuai dengan standar kompetensi kurkulum sebagai berikut:

a. Ketuntasan Perorangan

Seorang peserta didik dikatakan berhasil (mencapai ketuntasan), jika telah mencapai telah menguasai standar kompetensi dan komptensi dasar dan bagfi peserta didik yang belum menguasai standar kompetensi dasar dilakuikan remidi sebelum melanjutkan poko bahasan berikutnya.

b. Ketuntasan Klasikal

Page 22: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

Klasikal atau suatu kelas dikatakan telah berhasil (mencapai ketuntasan belajar), jika paling sedikit 85% dari jumlah dalam kelompok atau kelas

Apabila sudah terdapat 85% dari banyaknya peserta didik yang mencapai tingkat ketuntasan belajar maka kelas yang bersangkutan dapat melanjutkan pada satuan pembelajaran berikutnya. Apabila banyaknya peserta didik dalam kelas yang mencapai tingkat ketuntasan belajar kurang dari 85% maka:

1. Peserta didik yang belum menguasai standar kompetensi dan komptensi dasar harus diberikan program perbaikan mengenai bagian-bagian bahan pelajaran yang belum dikuasai.

2. Peserta didik yang telah mencapai taraf penguasaan 65% atau lebih dapat diberikan program pengayaan.

3. Bila ketuntasan peserta didik lebih dari 85% maka pembelajaran yang dilaksanakan peneliti dapat dikatakan berhasil. Tetapi bila ketuntasan belajar peserta didik kurang dari 85% maka pengajaran yang dilaksanakan peneliti belum berhasil.

F. Perencanaan Tindakan

1. Perencanaan Tindakan I

Tindakan pertama digunakan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam hal mengingat kemajaun-kemajuan yang dicapai Dinasti Umayyah melalui pendekatan kontekstual. Hal ini mengacu pada pendapat Dr. Nurhadi dan Drs. Agus Gerrad bahwa “dalam pendekatan kontekstual dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.”

Dalam perencanaan atau tindakan tetap mengacu pada hasil temuan kesulitan setiap peserta didik. Sebagai contoh langkah-langkah tindakan sebagai berikut:

1. Nama Ulama dari tabi’in dibidang fiqih adalah

a. Said bin Musayyad b. Mujahid bin Zubaer

c. Ubay bin Kaab d. Hammad bin Abi Sulaeman

Siswa kebingungan mengenai tokoh dan disiplin illmu yang didalaminya, sebab dalam sejarah Kebudayaan Islam terjadi periodisasi dan kajian illmu-ilmu Islam yang bengi banyak, sehingga mereka (peserta didik) harus meghafal seluruh tokoh-tokoh yang mungkin ada beserta disiplin ilmu yang dikajinya. Selain itu pula satu tokoh tidak hanya mendalami satu disiplin ilmu.

2. Shabat yang menjadi guru di bidang tafsir adalah :

a.. Hasa al Basri b. Mujaihid bin Zubaer

c. Ubay bin Kaab d. Hammad bin Sulaeman

Page 23: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

Sama halnya dengan jawaban yang diberikan peserta didik pada soal nomor 1 di atas, rata-rata merasa kebingungan mengenai ilmu-ilmu Islam yang didalaminya. Penelitian bersama-sama peserta didik merumuskan bahwa dari hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa luas lingkaran dengan cara menghitung pendekatan kontekstual bangun kubus dan balok.

Perencanaan Tindakan II.

Tindakan kedua ini bertujuan untuk membahas tokoh-tokoh ulama tabi’in dalam bidang ilmu hadits, ilmu tafsir.

Langkah-langkah untuk melakukan percobaan di kelas adalah sebagai berikut:

Pertama, peserta didik dalam kelas dibagi menjadi 6 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 6 peserta didik.

Kedua, guru memberi pengarahan dalam menyelesaikan soal kepada seluruh kelompok dalam kelas guna persiapan untuk melakukan penelitian terhadap buku sumber

Ketiga, guru membimbing dalam masing-masing kelompok untuk melakukan kegiatan pencarian dalam buku sumber untuk menemukan tokoh-tokoh yang mendalami ilmu hadits, ilmu tafsir

Langkah selanjutnya secara terperinci telah diterangkan dengan jelas, pada bab I halaman 1 sampai dengan 10 sehingga diperoleh nama-nama tokoh yang mendalami ilmu hadits, ilmu tafsir pada periode Dinasti Umayyah.

Tindakan ketiga ini bertujuan untuk menemukan nama-nama tokoh dan karyanya dalam bidang ilmu fiqih dan tasawuf. Langkah-langkah yang dilakukan di kelas adalah sebagai berikut:

Pertama, peserta didik dianjurkan bergabung ke dalam kelompok yang telah dibentuk dalam pertemuan sebelumnya.

Kedua, peneliti memberi pengarahan kegiatan yang akan dilaksanakan dan apa yang harus dikerjakan oleh masing-masing kelompok dengan konteks mencari

Ketiga, peneliti membimbing kelompok-kelompok yang masih mengalami nama-nama tokoh dalam bidang ilmu fiqih dan tasawuf pada masa Dinasti Umayyah.

Page 24: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

BAB V: HASIL PENELITIAN

Supaya dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan maka peneliti menggunakan model siklus. Adapun pelaksanaan dari siklus-siklus tersebut adalah sebagai berikut:

A. SIKLUS I

1. Perencanaan

Pada siklus ini peneliti merencanakan bahwa dalam pembahasan pokok bahasan Kemajuan Dinasti Umayyah dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Menurut peneliti bahwa peserta didik kelas VIII-B MTs Hasyimiyah Bungah sebagian besar belum mengetahui dan menguasai pembelajaran Kemajuan Dinasti Umayyah dari pembelajaran sebelumnya. Disamping itu peneliti ingin mengetahui dan meningkatkan hasil pembelajaran peserta didik khususnya pada Kemajuan Dinasti Umayyah peserta didik kelas VIII-B di MTs.Hasyimiyah Bungah Tahun Pelajaran 2008/2009.

2. Pelaksanaan

Kegiatan pembelajaran pada siklus ini dilaksanakan pada tanggal 10 s/d 15 September 2008 dengan uraian sebagai berikut:

a. Setelah tanda pelajaran dimulai peneliti masuk dan memberikan salam. Peneliti membuka pelajaran dengan pembukaan bahwa pada kesempatan ini akan dibahas tentang Dinasti Umayyah, peneliti memberikan pernyataan-pertanyaan tentang Dinasti Bani Umayyah dengan tujuan mengetahui sejauh mana pengetahuan peserta didik tentang Dinasti Bani Umayyah. Selain itu diharapkan dapat membangkitkan kreatifitas peserta didik dalam mengungkapkan pendapat dan apa yang peserta didik ketahui tentang Dinasti Bani Umayyah. Kemudian peserta didik disuruh menyebutkan tokoh-tokoh yang ada dalam Dinasti Bani Umayyah.

b. Dari contoh nama tokoh-tokoh tersebut, diharapkan peserta didik dapat dengan mudah memahami konsep pembelajaran dengan suatu konteks sejarah perjuangan umat Islam. Sehingga pendekatan ini lebih mudah dipahami oleh peserta didik dan konsep pembelajaran yang sebenarnya dapat tercapai dengan semaksimal mungkin.

c. Kemudian peneliti memberikan kesemepatan kepada peserta didik untuk bertanya. Jika ada pertanyaan peneliti mengulang kembali bagian yang ditanyakan peserta didik sehingga peserta didik jelas dan memahaminya. Dan apabila peserta didik telah paham maka peneliti memberikan soal-soal untuk dikerjakan. Peneliti mengamati dan berkeliling untuk memberi bimbingan kepada peserta didik yang masih mengalami kesulitan. Selanjutnya peneliti menunjuk peserta didik untuk menyebutkan jawaban yang telah ditemukan dalam buku sumber.

d. Sebelum kegiatan pembelajaran pertama berakhir, peneliti memberikan soal-soal latihan (evaluasi 1) yang harus dikerjakan peserta didik dan selanjutnya dikumpulkan. Dari hasil latihan ini dijadikan sebagai sumber data pertama. Pada kegiatan ini soal yang peneliti berikan berjumlah 5

Page 25: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

butir soal dengan alokasi waktu 15 menit. Apabila waktu masih memungkinkan peserta didik diberikan tugas rumah yang diambilkan dari buku paket.

3. Pengamatan

Dari pemberian soal pada evaluasi pertama didapatkan data nilai sebagai berikut:

Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam

Pokok Bahasan : Kemajuan Dinasti Umayyah

Sub Pokok Bahasan : Kamajuan Dinasti Umayyah

Kelas/Sekolah : VIII-B/MTs Hasyimiyah Bungah

HASIL NILAI EVALUASI SIKLUS I

No Nama Nilai Ketuntasan Belajar

1 ALIS FATIHAH 7 Tuntas

2 DZURROTUL FAIZAH 8 Tuntas

3 EKA PUTRI UTAMI 5 Tidak Tuntas

4 ERVIANA 4 Tidak Tuntas

5 FADLILAH HAMZATU HS 7 Tuntas

6 FAZA NURUL AIN 6 Tidak Tuntas

7 HAJANIA SILVIYAH 7 Tuntas

8 HENING INDRI YANTI 4 Tidak Tuntas

9 HIMMATUL ALIYAH 8 Tuntas

10 IKA MASLAKHAH 8 Tuntas

11 IMROATUL MAKHFUDLOH 7 Tuntas

12 IMROATUS SHOLIKHAH 6 Tidak Tuntas

13 INDAH IRFIANA 7 Tuntas

14 INTAN PUJI ASTUTI 8 Tuntas

15 IRZA VERAWATI 7 Tuntas

16 LU’LU’AL MUKARROMAH 4 Tidak Tuntas

Page 26: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

17 MAGHFIROH 5 Tidak Tuntas

18 MAROATUL FITRI 7 Tuntas

19 MUSTIKA SARI 9 Tuntas

20 NISA’UL KARIMAH 7 Tuntas

21 NISFUL LAILI 7 Tuntas

22 NUR KHAMIDAH 6 Tidak Tuntas

23 NUR KHAMDAYATI 7 Tuntas

24 NUR KHOLISOH 8 Tuntas

25 NUR NUR LAILI 7 Tuntas

26 NUR MAGHFIROH 7 Tuntas

27 NURIS SIVIYAH 7 Tuntas

28 ROHMAH 5 Tidak Tuntas

29 ROMLAH 5 Tidak Tuntas

30 SITI AMINAH 8 Tuntas

31 SITI NADLIROH 9 Tuntas

32 SITI ZAENAB 5 Tidak Tuntas

33 TITIN MASLAKHATUL A 4 Tidak Tuntas

34 ULFAH FAUZIYAH 7 Tuntas

Jumlah 213 6,7(rataan)

Hasil Analisa

Banyaknya peserta didik seluruhnya = 34 peserta didik

Banyaknya peserta didik yang tuntas belajar = 22 peserta didik

Prosentase banyaknya peserta didik yang tuntas = 65%

a. Klasikal: Ya/Tidak

Kesimpulan:

Perlu perbaikan secara individual peserta didik-peserta didik yang bernama:

1. EKA PUTRI UTAMI

Page 27: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

2. ERVIANA

3. FAZA NURUL AIN

4. HENING INDRI YANTI

5. IMROATUS SHOLIKHAH

6. LU’LU’AL MUKARROMAH

7. MAGHFIROH

8. NUR KHAMIDAH

9. ROHMAH

10. ROMLA

11. SITI ZAENAB

12. TITIN MASLAKHATUL A

Dari analisa di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan belum berhasil sebab prosentase peserta didik yang tuntas belajar baru mencapai 65% dari peserta didik kelas VIII-B. Suatu kelas dikatakan berhasil jika mencapai ketuntasan belajar paling sedikit 85% dari jumlah peserta didik dalam kelas tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran belum berhasil dan perlu ditinjau kembali untuk tahap pembelajaran berikutnya.

4. Refleksi

Kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan belum berhasil. Apakah penyebabnya? Sedangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajarantelah disusun sesuai dengan kerangka pembelajaran yang sesungguhnya yaitu menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual. Peneliti berusaha mencari penyebabnya dengan memperhatikan kejadian-kejadian di kelas, antara lain:

a. Suasana kelas agak terganggu, dimana sebagian peserta didik kurang memperhatikan materi pembelajaran yang diberikan oleh peneliti. Hal ini disebabkan karena peserta didik sibuk sendiri menggali dan mencari-cari dalam buku sumber, ada sebagian peserta didik tidak memiliki buku buku sumber. Masalah inilah yang mengganggu dan menghambat jalannya pembelajaran untuk berhasil.

b. Pada pertemuan ini peserta didik kurang memperhatikan hal-hal penting yang harus dipahami dan dimengerti, sehingga mengakibatkan penurunan prestasi belajar peserta didik baik dalam pengerjaan soal latihan maupun pengerjaan soal evaluasi.

Page 28: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

B. SIKLUS II

1. Perencanaan

Pada siklus ke dua peneliti lebih meningkatkan kegiatan pembelajaran dari apa yang telah dilakukan pada siklus I yaitu peneliti ingin membawa peserta didik kelas VIIIB di MTs Hasyimiyah pada suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan. Dari pembelajaran ini peneliti mengharapkan suasana kerjasama yang baik dalam memecahkan sautu maslaah peserta didik dan tanggung jawab setiap peserta didik terhadap diri sendiri serta kelompoknya. Setiap peserta didik diharapkan mengklasifikasikan nama tokoh dan bidang ilmu yang didalaminya pada masa Dinasti Umayyah dengan cara menyusun dan mengelompokannya serta menyelesaikan setiap soal dengan kelompoknya. Dengan demikian rasa tanggung jawab dan ketuntasan belajar peserta didik dapat tercapai.

2. Pelaksanaan

Kegiatan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 17 s/d 22 September 2004 yang membahas tentang mengklasifikasikan nama tokoh ddalam bidang ilmu hadits dan ilmu tafsir melalui pendekatan konteks dalam buku sumber. Kemudian selanjutnya dengan menyusun dan mengelompokannya dalam bentuk tabel setiap tokoh dan karya dalam bidang ilmu hadis dan ilmu tafsir. Peserta didik diharapkan juga dapat mengerjakan latihan soal dan mengerjakan soal evaluasi 2 sebagai penjaring data. Pelaksanaan kegiatan penelitian dan pencarian dalam buku sumber yang dilakukan di dalam kelas adalah sebagai berikut:

a. Peserta didik dibagi dalam 6 kelompok dimana tiap kelompok beranggotakan 5 orang dan ada 1 kelompok beranggotakan 4 orang sebab jumlah peserta didik hanya 34 orang.

b. Pada masing-masing kelompok, peneliti membagi dalam tiga kelompok yaitu: kelompok atas, kelompok sedang dan kelompok bawah. Hal ini dilakukan dengan maksud agar dalam kelompok tersebut semua peserta didik mempunyai potensi yang sama dalam pembelajaran.

c. Masing-masing kelompok mempersiapkan bahan berupa buku sumber yang telah disediakan oleh guru selain yang dibawa oleh peserta didik.

d. Peneliti kemudian menyuruh kepada masing-masing kelompok untuk menyiapkan seluruh peralatan dan peneliti memberi arahan cara mencari dan meneliti tokoh dan karya seseorang dalam sebuah buku sumber dan selanjutnya peserta didik mengikutinya.

e. Peneliti keliling melihat hasil kerja masing-masing kelompok dan memberikan bantuan seperlunya.

f. Peneliti memberikan penjelasan pada seluruh kelompok dengan menyebutkan tokoh-tokoh dalam bidang ilmu hadits dan ilmu tafsir pada masa Dinasti Umayyah.

g. Dari penjelasan yang diberikan oleh peneliti, masing-masing kelompok dapat membuat tabel tokoh dalam bidang ilmu hadits dan ilmu tafsir pada masa Dinasti Umayyah

Page 29: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

h. Kemudian peneliti memberikan beberapa soal yang berkaitan sejumlah tokoh ilmu hadits dan tafsir pada masa Dinasti Umayyah

i. Selanjutnya peneliti menunjuk beberapa peserta didik untuk menjawab dengan menyebutkan jawaban soal latihan yang dibacakan oleh guru. Dan sebelum pembelajaran berakhir peneliti memberikan tugas di rumah (PR) dari buku paket.

j. Kemudian pembelajaran berikutnya adakah pelaksanaan evaluasi 2 yang terdiri dari 5 butir soal yang harus dikerjakan oleh setiap peserta didik dan bila selesai segera dikumpulkan.

3. Pengamatan

Dari pelaksanaan evaluasi 2 didapatkan data nilai sebagai berikut:

Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam

Pokok Bahasan : Kemajuan Dinasti Umayyah

Sub Pokok Bahasan : Tokoh-Tokoh Ulama dalam Bidang Ilmu

Hadits dan Ilmu Tafsir

Kelas/Sekolah : VIII-B/MTs. Hasyimiyah Bungah

HASIL NILAI EVALUASI SIKLUS II

No Nama Nilai Ketuntasan Belajar

1 ALIS FATIHAH 8 Tuntas

2 DZUROTUL FAIZAH 9 Tuntas

3 EKA PUTRI UTAMI. 7 Tuntas

4 ERVIANA 7 Tuntas

5 FADLILAH HAMZATUL HS 8 Tuntas

6 FAZA NURUL AIN 6 Tidak Tuntas

7 HAJANIAH SILVIYAH 8 Tuntas

8 HENING INDRIYANTI 7 Tuntas

9 HIMMATUL ALIYAH 8 Tuntas

10 IKA MASLAKHAH 8 Tuntas

11 IMROATUL MAKHFUDHOH. 8 Tuntas

12 IMROATUS SHOLIKHAH 7 Tuntas

Page 30: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

13 INDAH ERVIANA 8 Tuntas

14 INTAN PUJI ASTUTI 8 Tuntas

15 IRZAH VERAWATI 7 Tuntas

16 LU’LUAL MUKARROMAH 6 Tidak Tuntas

17 MAGHFIROH 7 Tuntas

18 MAROATUL FITRI 8 Tuntas

19 MUSTIKA SARI 9 Tuntas

20 NISAUL KARIMAH 8 Tuntas

21 NISFUL LAILI 6 Tidak Tuntas

22 NUR KHAMIDAH 6 Tidak Tuntas

23 NUR HAMDAYATI 8 Tuntas

24 NUR KHOLISHOH 8 Tuntas

25 NUR LAILI 7 Tuntas

26 NUR MAGHFIROH 7 Tuntas

27 NURIS SILVIYAH 7 Tuntas

28 ROHMAH 7 Tuntas

29 ROMLAH 6 Tidak Tuntas

30 SITI AMINAH 8 Tuntas

31 SITI NADLIROH 9 Tuntas

32 SITI ZAENAB 7 Tuntas

33 TITIN MASLAKHATUL A 6 Tidak Tuntas

34 ULFAH FAUZIYAH 7 Tuntas

Jumlah 261 7,7 (rataan)

Hasil Analisa

Ketuntasan Belajar

a. Perorangan

Page 31: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

Banyaknya peserta didik seluruhnya = 34 peserta didik

Banyaknya peserta didik yang tuntas belajar = 29 peserta didik

Prosentase banyaknya peserta didik yang tuntas = 85%

b. Klasikal: Ya/Tidak

Kesimpulan:

Perlu perbaikan secara individual peserta didik yang bernama:

1. FAZAH NURUL AIN

2. LU’LUAL MUKARROMAH

3. NUR HAMIDAH

4. ROMLAH

5. TITIN MASLAKHATUL A

Dari analisa di atas jelas bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan telah mengalami peningkatan yaitu peserta didik yang tuntas adalah 85%. Dalam hal ini berarti pembelajaran yang dilakukan belum berhasil dan perlu ada perbaikan kembali.

4. Refleksi

Dari hasil analisa evaluasi 2 diketahui bahwa kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan belum berhasil. Karena masih ada lima peserta didik yang belum tuntas belajarnya. Tentunya hal ini perlu adanya perbaikan dan tugas tersendiri bagi peneliti untuk meningkatkan proses pembelajaran berikutnya.

C. SIKLUS III

1. Perencanaan

Pada siklus ketiga peneliti ingin lebih mengutamakan kegiatan pembelajaran pada proses dan pemahaman serta penghafalan tokoh-tokoh dalam bidang ilmu fiqih dan tasawuf pada masa Dinasti Umayyah. Peneliti juga ingin selalu membimbing peserta didik-peserta didik yang belum tuntas dengan cara memberikan pengarahan dan mencari cara yang tepat dalam menyampaikan konsep materi pada peserta didik. Pada kesempatan ini peserta didik diharapkan lebih memahami, menguasai konsep dengan sebaik mungkin serta tetap menjalin kekompakan kerja sama antara anggota kelompoknya. Dengan demikian soal yang diberikan peneliti dapat diselesaikan secara baik dan pembelajaran berhasil dengan tuntas.

2. Pelaksanaan

Kegiatan pembelajaran pada siklus ke tiga dilaksanakan pada tanggal 7 s/d 12 Oktober 2004 yang membahas pokok bahasan tokoh-tokoh ulama dalam bidang ilmu fiqih dan ilmu tasawuf pada masa Dinasti Umayyah melalui penggalian dari berbagi sumber bacaan. Selanjutnya dari kegiatan

Page 32: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

tersebut peserta didik diberi soal latihan serta diakhiri kegiatan peserta didik mengerjakan soal evaluasi 3 sebagai penjaringan data sekaligus sebagai ulangan harian.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlangsung sebagai berikut:

a. Peserta didik tetap dikelompokkan sesuai dengan kelompoknya masing-masing.

b. Peneliti memberikan pengarahan kepada seluruh peserta didik apa yang akan dilaksanakan, semua peserta didik harus memperhatikan apa tugas kelompoknya.

c. Masing-masing kelompok mempersiapkan peralatan dan bahan yang sebelumnya dipakai.

d. Peneliti menyuruh kepada masing-masing kelompok untuk menyiapkan peralatannya, kemudian peneliti memberikan contoh cara mencari dan membaca buku sumber bacaan seperti yang telah dijelaskan pada kegiatan sebelumnya. Selanjutnya nama tokoh dan ilmu yang didalaminya pada masa kemajuan Dinasti Umayyah dapat dikethui.

e. Dengan pemberian contoh tadi, diikuti oleh masing-masing kelompok yang mana tiap kelompok melakukan penelitian terhadap buku bacaan dan setiap anggota ikut melakukannya.

f. Peneliti berkeliling dalam kelas sambil memberikan bimbingan dan membetulkan pekerjaan yang kurang benar.

g. Peneliti menunjuk beberapa peserta didik untuk mengerjakan soal latihan yang telah dikerjakan dengan menjawab secara lisan dan memberikan soal latihan di rumah.

h. Kegiatan pembelajaran berikutnya adalah pelaksanaan ulangan harian yang sekaligus pelaksanaan evaluasi 3 sebagai sumber data penelitian. Soal yang peneliti ujikan ada 10 soal yang berbentuk subyektif dan dikerjakan peserta didik dalam waktu 20 menit

3. Pengamatan

Dari pemberian soal evaluasi 3 didapatkan data nilai sebagai berikut:

Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam

Pokok Bahasan : Kemajuan Dinasti Umayyah

Sub Pokok Bahasan : Tokoh-Tokoh Ilmu Fiqih dan Tasawuf

Kelas/Sekolah : VIII-B/MTs. Hasyimiyah Bungah

HASIL NILAI EVALUASI SIKLUS III

No Nama Nilai Ketuntasan Belajar

1 ALIS FATIKHAH 9 Tuntas

2 DZURROTUL FAIZAH 9 Tuntas

Page 33: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

3 EKA PUTRI UTAMI 8 Tuntas

4 ERVIANA 8 Tuntas

5 FADLILAH HAMZATUL HS 8 Tuntas

6 FAZA NURUL AIN 7 Tuntas

7 HAJANIYAH SILVIYAH 8 Tuntas

8 HENING INDRI YANTI 7 Tuntas

9 HIMMATUL ALIYAH 9 Tuntas

10 IKA MASLAKHAH 9 Tuntas

11 IMROATUL MAHFUDHAH. 9 Tuntas

12 IMROATUS SOLIKHAH 8 Tuntas

13 INDA IRVIANA 9 Tuntas

14 INTAN PUJI ASTUTI 8 Tuntas

15 IRZA VERAWATI 8 Tuntas

16 LU’LU’AL MUKARROMAH 7 Tuntas

17 MAGHFIROH 8 Tuntas

18 MAROATUL FITRI 9 Tuntas

19 MUSTIKA SARI 9 Tuntas

20 NISA’UL KARIMAH 8 Tuntas

21 NISFUL LAILI 9 Tuntas

22 NUR KHAMIDAH 9 Tuntas

24 NUR KHOLISHOH 9 Tuntas

25 NUR LAILI 8 Tuntas

26 NUR MAGHFIROH 8 Tuntas

27 NURIS SILVIYAH 8 Tuntas

28 ROHMAH 8 Tuntas

29 ROMLAH 6 Tidak Tuntas

30 SITI AMINA 9 Tuntas

Page 34: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

31 SITI NADLROH 9 Tuntas

32 SITI ZAENAB 8 Tuntas

33 TITIN MASLAKHATUL A 6 Tidak Tuntas

34 ULFA FAUZIYAH 8 Tuntas

Jumlah 289 8,5 (rataan)

Hasil Analisa

a. Ketuntasan Belajar

Banyaknya peserta didik seluruhnya = 34 peserta didik

Banyaknya peserta didik yang tuntas = 32 peserta didik

Prosentase banyaknya peserta didik yang tuntas = 94%

b. Klasikal: Ya/Tidak

Kesimpulan:

Perlu perbaikan secara individual peserta didik yang bernama:

1. ROMLAH

2. TITIN MASLAKHATUL A.

Dari analisa di atas sudah jelas bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan peneliti berhasil dengan tuntas sebab prosentase peserta didik yang tuntas adalah 94% dari jumlah peserta didik secara keseluruhan. Dalam hal ini menunjukkan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan telah berhasil.

4. Refleksi

Dari hasil analisa evaluasi 3 diketahui bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berhasil. Tetapi masih ada dua orang peserta didik yang belum tuntas. Tentunya akan menjadi tugas dan tantangan tersendiri bagi peneliti untuk mengoptimalkan pembelajaran secara tuntas. Sebab menurut pandangan peneliti peserta didik yang belum tuntas tersebut mempunyai potensi yang sama untuk menuntaskan pembelajaran.

Page 35: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah peneliti cermati selama dalam kegiatan penelitian dari hal proses sampai pada hasil maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut:

1. Dalam menggunakan metode pembelajaran dengan pendekatan kontekstual hendaknya guru juga memperhatikan pentingnya pengelolaan kelas. Hal ini demi kelancaran proses pembelajaran. Sebab walaupun dalam pembelajaran sudah menggunakan metode pembelajaran yang baik namun jika dalam mengelola kelas kurang baik, maka proses pembelajaran akan terganggu dan hasilnya kurang memuaskan.

2. Pembelajaran kontekstual pada pokok bahasan Kemajuan Dinasti Umayyah telah memberikan nuansa baru dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sehingga pembelajaran lebih efektif. Hal ini terbukti dengan adanya perubahan yang signifikan terhadap ketuntasan belajar setelah siklus III mencapai nilai rata-rata 8,5 dengan ketuntasan belajar 94%.

B. Saran-saran

Setelah mengetahui hasil dan kesimpulan selama penelitian berlangsung di MTs. Hasyimiyah Bungah, peneliti memberikan saran antara lain:

1. Seorang guru hendaknya terampil dan dapat menguasai berbagai metode pembelajaran agar peserta didik lebih mudah memahami materi pembelajaran.

2. Seorang guru harus selalu aktif melibatkan peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

3. Seorang guru harus dapat memilih metode dan kreatif dalam mencoba ide baru agar proses pembelajaran berhasil dengan baik dan tidak membosankan.

4. Hendaknya guru selalu memotivasi peserta didik untuk selalu belajar di rumah materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya supaya dalam pembelajaran peserta didik mempunyai gambaran materi.

5. Perlunya kolaborasi dengan guru yang lain di dalam meningkatkan kualitas pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas.

6. Kepala Sekolah hendaknya memfasilitasi kegiatan Penelitian Tindakan Kelas yang dituangkan dalam Program Kerja Sekolah.

Page 36: Ptk Peningkatan Rana Kognitif

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soli, 1998, Penyusunan Proposal PTK, Makalah dalam PCPPTK Proyek PGSM tanggal 1-22 Oktober

Abimanyu, Soli dkk, 1995, Penelitian Praktis untuk Perbaikan Pembelajaran, PGSM Ditjen Dikti Depdiknas, Jakarta

Arends, Ricard I, 1997, Classroom Intruction and Management, Toronto, McGraw-Hill

A. Syalabi, 1983, Sejarah Kebudayaan Islam 1 dan 2, Jakarta : Pustaka al-Husna

Badri Yatim, 1996, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada

Chatibul Umam, S ejarah Kebudayaan Islam kelas VIII untuk MTs., Kudus : Menara Kudus

Hokins, David, 1992, A Guide to Classroom Research, 2^nd ed. Open University Press

Jaih Mubarok, 2004, Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Bani Quraisy

Kartono, Kartini, 1996, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung : Mandar Maju

Oemar Amin Hoesin, 1981, Kultur Islam, Sejarah Perkembangan Kebudayaan Islam dan Pengaruhnya dalam Dunia Internasional, Jakarta : Bulan Bintang

Moeleong, L.J., 1991, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya.

Nurhadi dan Sentuk, Agus, Gerrad. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan

Penerapannya Dalam KBK. Malang: UM Press.

Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: UM Press.

Marcell A. Boisard, 1979, Humanisme dalam Islam, Jakarta : Bulan Bintang