ptk pak imad komunikasi orang tua

93
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi dalam kehidupan manusia semakin dirasakan urgensinya, bukan saja disebakan kemajuan pengetahuan dan teknologi tetapi karena hasrt dalam social yang terdapat di dalam diri setiap individu. Dengan berkomunikasi manusia akan mendapatkan keperluannya yang sangat dibutuhkan dalam kehidupannya bahkan dalam kegiatan tersebut dapat pula merupakan salah satu sumber kebahagian mereka. Dengan berkomunikasi, manusia dapat menyampaikan pikiran, perasaa, kemauan, dan penolakan dirinya tentang sesuatu di samping itu dapat pula menjadi sarana mengekpresikan diri dan kehidupannya dengan sebaik- baiknya. Komunikasi juga sangat memerlukan keserasian atau keharmonisan di antara mereka yang memerlukan komunikasi. Keadaan yang serasi atau harmonis demikian sangat diperlukan dan diiinginkan, bukan saja oleh mereka yang sedang menjadi komunikator tetapi juga oleh komunikannya dalam suatu kegiatan komunikasi. Demikian pula dalam kehidupan sebuah keluarga. 1

Upload: jaka-kelana

Post on 16-Nov-2015

247 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

g

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahKomunikasi dalam kehidupan manusia semakin dirasakan urgensinya, bukan saja disebakan kemajuan pengetahuan dan teknologi tetapi karena hasrt dalam social yang terdapat di dalam diri setiap individu. Dengan berkomunikasi manusia akan mendapatkan keperluannya yang sangat dibutuhkan dalam kehidupannya bahkan dalam kegiatan tersebut dapat pula merupakan salah satu sumber kebahagian mereka. Dengan berkomunikasi, manusia dapat menyampaikan pikiran, perasaa, kemauan, dan penolakan dirinya tentang sesuatu di samping itu dapat pula menjadi sarana mengekpresikan diri dan kehidupannya dengan sebaik-baiknya.Komunikasi juga sangat memerlukan keserasian atau keharmonisan di antara mereka yang memerlukan komunikasi. Keadaan yang serasi atau harmonis demikian sangat diperlukan dan diiinginkan, bukan saja oleh mereka yang sedang menjadi komunikator tetapi juga oleh komunikannya dalam suatu kegiatan komunikasi. Demikian pula dalam kehidupan sebuah keluarga.Keluarga yang bahagia ternyata bukan saja diwarnai oleh terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan primer dan sekunder dalam kehidupan keluarga, tetapi juga terkesan dan tidak kurang pentingnya terlihat dan dapat dirasakan pada keadaan komunikasi yang berlangsung didalamnya.Komunikasi bukan hanya sebagai ilmu pengetahuan yang secara sistematis dapat dipelajari dan dikembangkan tetapi juga sebagai seni yang dinikmati. Keindahan dan kebahagian, apalagi dalam sebuah keluarga.Apabila kita melihat, fungsi dan tugas orang tua begitu besar, seperti diungkapkan oleh Ngalim Purwanto (1995 : 85) dalam bukunya Ilmu Pendidikan menjelaskan bahwa fungsi dan tanggung jawab orang tua terutama ibu yang memegang peranan terhadap pendidikan anak-anaknya dalah :1. Sumber dan pemberian rasa kasih sayang2. Pengasuh dan pemelihara3. Tempat mencurahkan isi hati4. Pengatur kehidupan dalam rumah tangga5. Pembimbing hubungan pribadi, dan 6.Pendidikan dalm segi-segi emosionalJadi, fungsi dan tanggung jawab orang tua terutama ibu yang memegang perenan penting terhadap pendidikan anak-anak terutama dalam pendidikan agama. Ini dapat memberikan sumbangan yang besar bagi tercapainya komunikasi yang akan dilakukan.Dalam ajaran islam, banyak ayat Al-Quran dan hadits yang menerangkan mengenai tanggung jawab orang tua terhadap anak-anaknya. Salah satunya terutama dalam firman allah SWT yang berbunyi :

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (Depag, 1992 : 92).Berdasarkan ayat tersebut di atas, bahwa Allah SWT memerintahkan kepada setiap orang tua untuk menjaga dan memelihara keluarganya agar terhindar dari siksa api neraka, lebih lanjut menurut pendapat para ahli pendidikan, diantara Ag. Soejono (1984 : 4) mengatakan bahwa ;Mendidik anak adalah salah satu keharusan, yang mutlak perlu dijalankan oleh yang bertanggung jawab, sebab apabila tidak ada pendidikan, ada kemungkinan anda berkembang kearah pihak yang buruk dan hina, yaitu tidak mengetahui Tuhan, arti kemanusian, rendah budi dan perbuatannya, bodoh canggung dan sebagainya.

Menurut Ngalim Purwanto (1995 : 79) bahwa pendidikan keluarga merupakan fundamen atau dasar dari pendidikan anak selanjutnya, baik di sekolah maupun di masyarakat.Keterangan di atas menjelaskan bahwa pendidikan agama baik dilingkungan keluarga maupun di lingkungan sekolah tidak terlepas dari kommunikasi yang dilakukan oleh orang tua. Karena pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.Akhlak adalah salah satu inti yang terkandung dalam syariat Islam yang diturunkan Allah SWT kepada umat manusia. Karena akhlak sangat penting untuk membentuk tingkah laku manusia dalam kehidupan bermasyarakat, dengan akhlak manusia yang menentukan tinggi-rendahnya derajat seseorang.Keberhasilan anak dalam pendidikan agama di sekolah bisa dilihat bukan saja dari potensi tetapi juga dari segi tingkah lakunya sehari-hari, di lingkungan sekolah khusunya. Bagaimana akan dapat menghindarkan diri dari hidup ketertutupan, kebodohan, penuh prasangka bahkan tidak jarang kemungkinan senantiasa dalam permusuhan dan saling berbunuhan. Dalam hal ini Hasan Langgulung (1995 : 373) mengatakan bahwa tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah mendidik jiwa dan akhlak. Dan akhlak merupakan norma-norma yang menentukan tinggi rendahnya derajat anak (manusia) dalam kehidupan sosialnya.Sementara itu, setelah melakukan study pendahuluan diperoleh informasi bahwa ada sebagian orang tua siswa di SMPN 1 Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih yang masih belum optimal mengkomunikasikan pendidikan pada anaknya disebakan berbagai faktor, antara lain sarana komputer akibat keterbelakangan dalam mendidik anak.Dari kesenjangan di atas, maka tampaklah permasalahan-permasalahan mendasar, seperti bagaimana komunikasi orang tua dalam pendidikan agama di lingkungan sekolah? Bagaimana keadaan fasilitas di lingkungan keluarga dalam rangka mencapai tujuan pendidikan agama yang dilakukan orang tua?Untuk menjawab permasalah-permasalah di atas, penulis terdorong untuk mencoba menelitinya dengan mengambil judul : KOMUNIKASI ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN AGAMA DI LINGKUNGAN SISWA SISWI SMPN 1 LEMAHSUGIH KEC.LEMAHSUGIH KAB.MAJALENGKA.B. Perumusan MasalahPada uraian di atas nampaklah mengenai sumber daya manusia (skil) anak mereka di sekolah. Karena salah satunya bisa dipengaruhi oleh adanya komunikasi orang tua dalam pendidikan di lingkungan keluarga, maka akan diteliti disini adalah sejauh mana komunikasi orang tua dalam pendidikan computer,Dari permasalahan tersebut, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :1. Bagaimana komunikasi orang tua dalam pendidikan computer di lingkungan keluarga ?2. Bagaimana bentuk-bentuk komunikasi orang tua ?3. Bagaimana pendidikan computer di keluarga ?

C. Tujuan MasalahUntuk mengembangkan ilmu pengetahuan, setiap hasil penelitian harus dipublikasikan, dikomunikasikan, dan dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan lembaga pendidikan, selalu dengan prinsif itu, penelitian penulis akan diarahkan pada pendeskripsian hasil analisis penomena empirik yang akan dispesifikasikan pada pengungkapan tentang : komunikasi orang tua dalam pendidikan computer di lingkungan siswa siswi SMPN 1 Lemahsugih kec.Lemahsugih kab.Majalengka, yang rinciannya untuk mengetahui :1. Komunikasi orang tua dalam pemdidikan Agama di lingkungan keluarga.sekolah khususnya.2. Bentuk-bentuk komunikasi orang tua3. Pendidikanagama di keluarga.D. Pentingnya Penelitian1. Mengetahui secara jelas sikap orang tua dalam berkomunikasi terhadap pendidikan agama di lingkungan keluarga.2. Mengetahui secara jelas komunikasi yang dilakukan orang tua.3. Mengetahui secara jelas pelaksanaan Pendidikan agama di keluarga.E. Hipotesis PenelitianHipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.Yoesoep Adnan (1996 : 23) mengemukakan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara terhadap penelitian secara teoritik dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat keberadaannya.Dengan demikian hipotesis merupakan perumusan jawaban sementara terhadap suatu masalah yang harus diuji keberadaannya melalui penelitian. Sehubungan dengan penelitian ini akan dilakukan dengan analisis prosentase frekuensi.Hipotesis ini memperlihatkan keterkaitan antara variabel-variabel yang diteliti yakni variabel komunikasi orang tua dalam Pendidikan Agama di lingkungan keluarga. Dengan demikian penelitian dikembangkan hipotesis semakin meningkat komunikasi orang tua dalam Pendidikan Agama, semakin bertumbuh kembang pula penanaman nilai-nilai agama bagi anaknya.

BAB IITINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Komunikasi Orang Tua dalam Pendidikan Agama di Lingkugan sekolah1. Pengertian dan Indikator Komunikasia) Pengertian KomunikasiMenurut asal katanya, istilah komunikasi bersaal dari bahasa latin Communication dan perkataan ioni bersal dari comunis.Arti comunis di sini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Jadi komunis berlangsung apabila diantara orang-orang yang terlibat tredapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi akan berlangsung. Sebaliknya jika tidak mengerti, komunikasi tidak berlangsung.Adapun secara terminologi komunikasi berarti proses penyampaian pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan semua orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia.Sedangkan pengertian komunikasi secara pragmatis bersifat intensional (intentional). Mengandung tujuan, karena itu harus dilakukan dengan perencanaan. Sejauhmana kadar perencanaan itu, tergantung kepada pesan yang akan dikomunikasikan dan pada komunikasi dijadikan sasaran.Jadi, komunikasi secara pragmatis adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku lisan, maupun tidak langsung melalui media (Onong, 1993 : 1-5).Jadi pengertian komunikasi dalam pendidikan agama, orang tua harus mampu mengubah sikap, pendapat atau perilaku anak yang jelek menjadi baik atau orang tua dapat memberikan contoh perbuatan-perbuatanyang baik sesuai dengan ajaran agama.b) Indikator KomunikasiBila orang tua ingin komunikasinya tercapai sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan, maka orang tua mempunyai langkah-langkah komunikasi. Dalam prakteknya, komunikasi ini terdiri dari tiga bagian yaitu sikap, pendapat dan perilaku. Tentang hal ini dijelaskan lebih rinci dibawah ini :a) SikapDalam arti yang sempit sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental. Sikap adalah kecenderungan yang relative menetap untuk berkreasi dengan cara baik atau buruk terhadap orang tua atau barang tertentu.Sikap adalah suatu kesimpulan kegiatan, suatu kecenderungan pada diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan menuju atau menjauhi nilai-nilai sosial.Seorang anak, misalnya perwujudkan perilaku belajar anak akan ditandai dengan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru yang telah berubah (malas menjadi rajin belajar) dengan adanya kecenderungan itu anak dapat meningkatkan pengetahuannya.(b) Pendapat Pendapat adalah hasill pekerjaan pikiran meletakkan hubungan anatara tanggap yang satu dengan yang lain, antara penegrtian yang satu dengan pengertian yang lain, yang dinyaakan dalam satu kalimat.Untuk menyebutkan sebuah pengertian atau tanggapan biasanya cukup menggunakan satu kata, sedangkan untuk menyatakan suatu pendapat menggunakan satu kalimat (Abu Ahmadi, 1992 : 116:117).Pendapat adalah upaya manusia memberi makna pada fenomena sosial yang dihadapinya. Penadapat adalah teori untuk mengorganisasikan pengalaman-pengalaman kita. Kita mendeskripsikan apa yang terjadi, melacak apa yang menyebakan, dan meramalkan apa akibatnya (Jalaluddin Rahmat, 1996 : 100).Seorang anak, misalnya bisa dianggap baik perkataannya, apabila ia mengeluarkan perkataannya, apabila ia mengeluarkan kata-katanya dengan lemah lembut, sopan, baik dan tidak kasar dengan siap saja ia berbicara.(c) PerilakuBahwa perilaku individu itu adalah fungsi dari interaksi pembawaan dan lingkungan.perilaku individu merupakan hasil proses belajar.Shetzer & Stone (1974 : 198) selanjutnya mengatakan bahwa belajar itu di lakukan dengan memanipulasi lingkungan.Menurut paham behavioristik ini,hampir semua perilaku hasil belajar.Perilaku dapat di bentuk dan diubah dengan mengubah lingkungannya,perilaku tersebut akan berubah melalui proses belajar sosial (social learning) dan penguatan (reinforcement). Thorese (1996 : 17) mengatkan bahwa, perilaku manusia hanyalah perilaku yang tampak dan dapat di ukur adanya (Arief, 1995 : 48-49)Seorang anak, misalnya dapat dianggap baik atau sukses dalam belajar agama apabila ia telah menyenangi dan menyadari dengan ikhlas kebenaran ajaran agama yang dia pelajari, lalu menjadikan sebagai sistem nilai diri, sebagai penuntun hidup, baik dikala suka maupun duka. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam pendidikan agama yang diberikan orang tua pada anaknya, dapat dilihat dari indikatornya. Maka dari indikator itulah dapat dilihat apakah hal itu dilakukan oleh orang tua atau tidak. Sebab, bila semuanya itu dilakukan, maka komunikasi yang dilakukan ormang tua akan tercapai dengan baik. Di sini terlihat peranan orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Orang tua tidak hanya mennyampaikannya saja tetapi orang tua harus memberikan cintoh kepada anak-anaknya. Di samping orang tua harus memberikan kasih sayang dan perhatian pa yang disamapaikannya dapat diterima anak. 2. Fungsi Komunikasi guru dalam lingkungan sekolahKeluarga merupakan pertama seorang anak dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya. Di dalam keluarga juga seorang anak suasana lingkungan saling mempengaruhi anatara anggota keluarga.M.I. Soelaeman ( 1994 : 6) mengemukakan arti keluarga dalam arti luas dan arti sempit, yaitu : a. Keluarga dalam arti luasyaitu keluarga yang berkaitan dengan hubungan meliputi semua pihak yang ada hubungan darah sehingga sering tampil sebagai arti clan atau marga.b. Keluarga dalam arti sempitYaitu keluarga yang didasarkan pada hubungan darah dan terdiri atas ayah, ibu, anak yang dijuluki dengan istilah keluarga inti.Dan yang dimaksud disisni, adalah keluarga dalam arti sempit. keluarga bagi anak merupakan suatu kelompok yang saling berhubungan dan berinteraksi secara saling mempengaruhi. Kelompok inilah yang bagi anak merupakan tempat berlindung dan bertanya serta mengarahkan diri atau berorientasi. Ditinjau dari sudut pandang pedagosis, ciri hakiki suatu keluarga adalah bahwa keluarga merupakan suatu persekutuan hidup yang didalam rumah tangga anatara pasangan dua jenis manusia di kukuhkan dengan pernikahan, yng bermaksud untuk saling menyempurnakan diri itu terkandung pula perealisasian peran dan fungsi orang tua dalam keluarga tersebut.Adapun fungsi-fungsi keluarga yang didalamnya terkandung juga fungsi orang tua dalam keluarga sebagai mana dikemukakan oleh M.I. Soelaiman (1994:85-155) adalah sebagai berikut :a. Fungsi EdukasiFungsi edukasi adalah fungsi keluarga yang berkaitan dengan pendidikan anak khususnya serta pembinaan anggota keluarga pada umumunya. Jika fungsi ini disebut juga fungsi pendidikan yang diberikan oleh keluarga. Keluarga sebagai lingkungan pendidikan pertama yang diberikan kepada anak harus dapat menciptakan fungsi edukasi dengan sebaik-baiknya. Hal ini diemban oleh orang tua sebagai pendidik dalam keluarga agar dapat menjadi landasan pendidikan berikutnya yang akan diteirma anak.b. Fungsi SosialisasiTugas keluarga dalam mendidik anaknya tidak saja mencakup pengembang individu anak agar menjadi pribadi yang mantap, akan tetapi meliputi pula upaya membantunya dan mempersiapkannya menjadi anggota masyarakat yang baik, hal tersebut tercakup dalam rumusan tujuan pendidikan di Indonesia dalam bagian kalimat :Serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan, karena peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan dan masyarakat (undang-undang RI Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional).Sehubungan dengan tugas pendidikan inilah perlu dilaksanakan fungsi sosialisasi anak. Dengan demikian fungsi sosialisasi ini dilaksanakan oleh keluarga agar dapat membentuk kepribadian yang mantap dalam mempersiapkan diri menjadi anggota masyarakat yang baik.c. Fungsi ProteksiFungsi proteksi ini bersifat melindungi anak dari ketidakmanpuan bergaul dengan lingkungannnya. Oleh karena itu fungsi menjadi berarti dengan adanya fungsi pendidikan dan fungsi sosialisasi. Mendidik pada hakikatnya juga bersifat melindungi, yaitu melindungi dari tindakan-tindakan yang tidak baik dan dari hidup yang menyimpang dari norma. Anak akan merasa terlindungi lahir dan batin jika keluarga mampu membentuk perlindungan yang akan melahirkan rasa aman pada diri anak. Jika rasa aman telah dimilikinya, maka anak akan bebas melakukan penyesuaian dan pemahaman terhadap lingkungannya. Yang harus digarisbawahi adalah keluarga harus dapat memberikan iklim perasaan yang baik dalam memberikan perlindungan kepada anak. Keadaan inilah yang sangat penting, sehingga anak menerima perlindungan orang tuanya disertai dengan sikap mandiri, tidak manja dan mampu mengembangkan kreatifitasnya dengan baik. Adapun fungsi lindungan ini dapat dilangsungkan dengan jalan melarang atau menghindarkan anak dari perbuatan-perbuatan yang tidak diharpakan, mengawasi atau membatasi perbuatan anak dalam hal-hal terntentu, mengajarkan atau menyuruhnya untuk perbuatan yang diharapkan, mengajarkan bekerja sama tau membantu, memberikan contoh atau tauladan, atau bahkan memberikannya dalam arti memberikan kesepakatan pada anak untuk berbuat sendiri.d. Fungsi Afeksi atau Fungsi Perasaan Fungsi afeksi yang baik harus dilaksanakan oleh setiap anggota keluarga. Suasana yang harmonis akan membantu anak mengenal arti kasih sayang. Seorang anak sebenarnya sangat peka terhadap suasana emosional yang mewarnai keluarganya. Ia dapat menilai melalui keseluruhan gerak-gerik, ucapan dan perbuatan orang tua. Anak memerlukan kasih sayang yang wajar dalam keluarga, tidak berlebihan. Karena akan melahirkan anak yang tenggelam dalam suasana perasaannya dan tidak juga kurang kasih sayang yang akan mengakibatkan perasaan tidak aman pada diri anak. Segi kualitaslah yang perlu diperhatikan keluarga atau orang tua.Dalam rangka membina keutuhan keluarga, fungsi afeksi atau fungsi perasaan ini sangat vital, sebab kehidupan keluarga tidak langsung muncul dengan berkumpulnya seluruh anggota dalam satu rumah yang tapi juga diperlukan tumbuhnya suatu rasa kebersamaan, rasa keseikatan dan keakraban yang menjiwai berkumpulnya anggota keluarga tersebut.e.Fungsi Religius keluarga mempunyai fungsi religius, artinya keluarga berkewajiban memperkenalkan dan mengajak anak dan keluarga lainnya kepada kehidupan beragama. Tujuan bukan sekedar mengetahui kaidah-kaidah agama melainkan untuk menjadi insan beragama, sebagai abdi yang sadar akan kedudukannya sebagai makhluk yang dilimpahi nikmat tanpa henti. Sehingga menggugahnya untuk mengisi dan mengarahkan buka sekedar tahu berbagai kaidah aturan hidup beragama, tetapi benar-beanar merealisasikannya dengan penuh kesungguhan.Keluarga mempunyai kewajiban menciptakan suasana keagamaan untuk para anggotanya. Keluarga hendaknya dapat menciptakan kehidupan keagamaan yang dapat dihayati oleh seluruh anggota keluarganya. Adapun usaha-usaha yang dilaksanakan sebagai berikut:a.Aspek fisik, berupa penyediaan lingkungan fisik yang mengandung nilai-nilai dan cirri-ciri keagamaan seperti penyediaan fasilitas untuk meleksanakan kegiatan-kegiatan baik berupa ibadah ritual yang dapat dilihat seperti shalat, berdoa dan sebagainya, maupun perilaku yang jelas sejalan dengan kehidupan beragama. b. Aspek psikologi emosional yang dapat menggugah rasa keagamaan. c. Aspek sosial, berupa hubungan sosial antara anggota keluarga serta antara keluarga dengan luar keluarga. Karena manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan satu sama lainnya dan manusia adalah makhluk yang paling mulia di sisi Allah SWT.f.Fungsi EkonomiKeluarga tidak akan terlepas dengan masalah ekonomi, karena itu fungsi ekonomi yang di emban keluarga dapat dikatakan sangat vital bagi kelangsungan kehidupan keluarga. Fungsi ekonomis ini meliputi pemberian nafkah, perencanaannya serta pembelajaran dan pemanfaatannya. Keluarga yang keadaan ekonominya kuat lebih banyak mempunyai kemungkinan memenuhi kebutuhan material anak dibandingkan dengan yang lemah. Tetapi hal tersebut belum menjamin pelaksanaan fungsi ekonomis keluaga sebagai mana mestinya. Pelaksanaan fungsi keluarga dalam bidang ini mengutamakan kualitas daripada kuantitas.g. Fungsi Rekreasi Seorang anak akan betah tinggal di dalam sebuah keluarga yang mempunyai suasana tenteram dan damai. Suasana rumah seperti ini sejalan dengan tujuan fungsi rekreasi keluarga yang mempunyai kesan-kesan santai pada anggota keluarganya akan mengembalikan kesegaran badan kesibukan yang telah dilalui oleh anggota keluarga di luar rumah. Dengan suasana seperti itu anak akan mampu melaksanakan dan menyelesaikan kegiatan di rumah dengan baik.Ditinjau dari segi kehidupan keluarga, rekreasi berfungsi untuk: 1. Menggugah keseimbangan kepribadian anggota keluarga 2. Menghindari dan mengurangi ketegangan karena kesibukan sehari-hari3. Menciptakan saling pengertian dan memperkokoh kerukunan antar anggota keluarga 4. Adanya peranan kasih sayang dan rasa memiliki terhadap keluarga 5. Adanya saling memperhatikan kepentingan masing-masing dan menghormati norma-norma atau aturan-aturan keluarga. Dari uraian di atas, jelaslah bahwa rekreasi dalam keluarga ini hendaknya diarahkan untuk membangkitkan kesadaran akan nikmat hgidup bersama dalam keluarga secara tenang, tenteram, nyaman dan aman yang diliputi suasana kasih sayang dalam naungan rahmat karunia Allah SWT.h. Fungsi Biologis Keluarga mengemban tugas untuk memenuhi kebutuhan biologis anggota keluarganya, diantara kebutuhan biologis ini adalah kebutuhan akan keterlindungan fisik guna melangsungkan kehidupannya, seperti: keterlindungan kesehatan, keterlindungan dari rasa lapar, haus, kedinginan, kepanasan, kelelahan, juga kesegaran dan kenyamanan fisik, serta keinginan mendapatkan keturunan.Demikianlah fungsi keluarga, didalamnya terkandung fungsi orang tua. Fungsi-fungsi tersebut tidak dapat berdiri sendiri, dalam pelaksanaannya merupakan satu kesatuan yang menyeluruh.Sedangkan fungsi komunikasi orang tua dan siswa menurut Hasan (1997:94) secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa komunikasi dapat berfungsi sebagai:1. Sarana untuk mengungkapkan perasaan kasih sayang.2. Media untuk menyatakan penerimaan atau penolakan atas pendapat yang disampaikan. 3. Sarana untuk menambah keakraban hubungan sesama warga dalam keluarga.4. Menjadi barometer baik-buruknya kegiatan komunikasi dalam sebuah lingkungan sekolah.

3. Stratregi Komunikasi dalam Lingkungan sekolah1) Strategi Komunikasi dalam keluargaStrategi pada hakekatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukan arah saja, tetapi harus menunjukkan bagaimana teknik operasionalnya.Adapun strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dan majemen komunikasi. Untuk mencapai suatu tujuan tersebut, strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasional secara praktis harus dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan bisa berbeda-beda sewaktu-waktu tergantung pada situasi dan kondisi (Onong Uchyana, 1992:18).Keluarga yang ideal dalam menjalankan komunikasi dalam pendidikan agama adalah keluarga yang akan memberikan dorongan yang kuat kepada anak-anaknya untuk mendapatkan pendidikan agama. Jika mereka mampu dan berkesempatan, maka mereka melakukan sendiri pendidikan agama ini. Tetapi apabila tidak mampu atau tidak ada kesempatan dalam memberikan pendidikan agama, mereka tidak membiarkan ank-anaknya begitu saja, maka mereka mendatangkan guru agama untuk memberikan pelajaran private pada anak-anak mereka. Mereka merasa kecewa dan berdosa pada Allah SWT apabila mereka tidak memberikan perhatian pendidikan agama kepada anak-anaknya, keluarga ini akan melahirkan anak-anak yang taat dalam menjalankan agama.Adapun keluarga yang acuh tak acuh atau tidak taat menjalankan agama bahkan ia akan membenci pada ajaran agama. Keluarga ini tidak akan memberikan kepada ank-anaknya untuk mempelajari agama. Karena mereka berkeyakinan bahwa agama justru menghambat perkembangan dan kehidupan anaknya. Keluarga ini akan melahirkan anak-anak bersifat apatis terhadap agama bahkan mungkin menjadi ingkar terhadap agamanya (Nur Uhbiyati, 1995 : 238).Hasan (1997 : 99) mengemukakan bahwa pelaksanaan pendidikan terhadap anak yang dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan kasih sayang adalah pemenuhan kewajiban agama dalam kehidupan manusia. Ajaran agama islam yang mengajarkan dan mewajibkan kepada manusia agar bersungguh-sungguh dalam mendidik dan mengasuh anak dengan penuh kasih sayang dan tanggung jawab.ajaran agama dengan tuntunan akhlak, ibadah serta akidah jika dilaksanakan dengan sungguh-sungguh mampu menghasilkan perkembangan dan pertumbuhan anak-anak yang shaleh. Agama telah memberikan sejumlah pedoman bertingkah laku pada manusia, agar dalam melaksanakan hubungan, manusia hendaknya memperhayikan kaidah-kaidah agama yang diyakininya.2) Pembinaan komunikasi dalam keluarga Dalam membina komunikasi harus diperhatikan syarat-syaratnya serta pelu pula diketahui bagaimana cara yang terbaik dalam melakukannya, komunikasi sangat memerlukan keserasian dan keharmonisan diantara mereka yang melakukan komunikasi. Keadaan yang serasi atau harmonis demikian sangat diperlukan diinginkan, bukan saja oleh mereka yang sedang menjadi komunikator, tetapi juga oleh komunikan atau audience dalam suatu kegiatan komunikasi. Situasi serasi atau harmonis hanya mungkin diperoleh jika masing-masing individu yang terlibat dalam kegiatan komunikasi saling memberikan arti atau makna yang sama kepada pesan atau lambing-lambang yang dipergunakan. Demikian pula dalam kehidupan sebuah keluarga.Kemudian bagaimana caranya jika mengadakan komunikasi yang efektif dengan anak. Dalam hal ini ada tiga resep yang paling mendasar dan merupakan kunci bagi keberhasilan membina keakraban dengan anak. Pertama, kita harus mencintai anak tanpa pamrih dan sepenuh hati. Kedua, kita harus memahami sifat dan perkembangan anak dan mau mendengarkan mereka. Ketiga, berlaku kreatif dengan mereka dan mampu menciptakan suasana menyegarkan ( Alex Sobur, 1985 : 9).Menurut Hasan Basri ( 1997 : 77-84) mengemukakan bahwa pembinaan komunikasi dalam keluarga mencakup beberapa segi, antara lain: 1. Makna komunikasi dalam kehidupan Dalam kehidupan bermasyarakat komunikasi memegang peran penting, sebab dengan komunikasi akan terciptalah suasana saling mengerti, terpelihara integritas kelompok, dapat bersosialisasi dengan masyarakat, terpelihara suasana aman, nyaman, bersih dan segar, bahkan dengan komunikasi pula taraf kesadaran masyarakat akan nilai-nilai kehidupan dalam ditumbuhkan dan dikukuhkan, oleh karena itu secara sederhana manfaat komunikasi dalam kehidupan sosial dan kehidupan masyarakat pada umumnya.1. menjadi media hubungan antar warga masyarakat2. menjadi media kebahagiaan hidup warga3. sebagai media untuk memperoleh keselamatan dan kesejahteraan hidup2. Makna komunikasi dalam lingkungan siswa siswi Komunikasi yang lancer dan sehat dalam sebuah lingkunga sekolah sebenarnya adalah merupakan realisasi harapan selama masa pertunangan atau minimal harapan yang telah di letakan sejak menginjak kaki pertama kali pada jenjang perkawinan. Kehidupan bersama sebenarnya sangat banyak memberi materi pembicaraan yang dapat diketengahkan. Oleh karena itu suasana komunikasi yang hidup dan segar sangat didambakan terbina dan terus berlangsung dalam setiap rumah tangga.Dalam kehidupan berkeluarga hendaknya masing-masing warganya mempunyai kemauan yang baik untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif hendaknya selalu di usahakan dan dijaga taraf kebaikannya. Tidaklah terpuji salah seorang masyarakat berkomunikasi tetapi yang lain berusaha dan bersikap untuk menutupmya. Bermacam-macam perilaku yang tidak menyenangkan pasangan dalam berkomunikasi sebenarnya menjadi penutup yang kuat bagi terciptanya suatu komunikasi yang lancar.3. Syarat komunikasi yang suksesSebagaimana di muka telah di kemukakan bahwa unsur-unsur atau factor yang penting dalam proses komunikasi adalah komunikator, massages, komunikan dan respons. Kesadaran yang baik pelaksanaan komunikasi dalam hal-hal tersebut yang penting, sebab kesuksesannya sangat tergantung kepada pengetahuan pelaksanaan komunikasi dalam bidang-bidang tersebut.

4. Beberapa kendala dalam komunikasiWalaupun berkomunikasi salah satu kebiasaan dan kegiatan jika sepanjang kehidupan, namun tidak selamanya dan pasti akan memberikan hasil sebagaimana diharapkan. Berapa banyak komunikasi yang gagal karena tidak mencapai sasaran yang diharapkan dan sedikit pula komunikasi yang di lakukan tidak mendapatkan tanggapan atau respone sebagaimana yang sangat dinanti-nantikan. Mengapa semua ini terjadi? Secara sederhana sumber penyebabnya dapat di ungkapkan sebagai berikut: Pertama, dilaksanakan dengan tergesa-gesa. Kedua, sewaktu pelaksanaannya pikirannya sedang kacau. Ketiga, perasaan sedang terganggu. Keempat, kesehatan kurang atau tidak baik. Kelima, dalam berprasangka. Keenam, kurang atau tidak baik dalam berbahasa dan, ketujuh, mau menang sendiri.Dalam menyelenggarakan suatu komunikasi hendaknya setiap kendala tersebut perlu dihindarkan agar dapat mencapai hasil sebagaimana diharapkan. Dalam kehidupan keluarga sangatlah tepat jika komunikasi tersebut dilaksanakan secara cermat dan penuh kehati-hatian.komunikasi yang bersifat pribadi akan lebih efektif dan akan mampu membentuk pendapat seperti apa yang diharapkan.Komunikasi yang baik antara sesama warga dalam sebuah keluarga akan memberikan perasaan dan pemikiran yang baik dan membahagiakan.

4. Pengertian dan Tujuan Pendidikan AgamaPengertian pendidikan berarti: usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis, dalam membantu anak didik supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran islam (Zuhairini, 1983 : 27).Adapun pengertian pendidikan menurut Djumberyah (1994 : 20-21), adalah:1) Pendidikan mengandung tujuan yang ingin di capai, yaitu individu yang kemampuan-kemampuan dirinya berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya sebagai seorang individu, mampu sebagai warga negara atau warga masyarakat.2) Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan memerlukan suatu usaha yang sengaja dan terencana untuk memilih isi (bahan materi). Strategi kegiatan, dan teknik penilaian yang sesuai.3) Kegiatan tersebut dapat diberikan di lingkungan kelurga, sekolah, dan masyarakat berupa pendidikan jalur sekolah (formal), dan pendidikan jalur luar sekolah (informal dan non formalb. Tujuan PendidikanTujuan pendidikan agama adalah membimbing anak agar mereka menjadi muslim sejati, beriman teguh, beramal saleh, dan berakhlak mulia beserta berguna bagi masyarakat, agama dan negara(Zuhairini, 1983 : 45).Adapun tujuan pendidikan agama dalam keluarga menurut Ahmat (1991 : 163) ia mengatakan, secara sederhana tujuan pendidikan agama di dalam keluarga ialah agar anak itu menjadi anak yang saleh.Tujuan yang lain ialah sebaliknya, yaitu agar anak itu kelak tidak menjadi musuh orang tuanya, yang akan mencelakakan orang tuanya.Selanjutnya secara rinci Langeveld (Sutari, 1992 : 49) membedakan adanya enam tujuan dalam pendidikan, yakni:(1) Tujuan umum(2) Tujuan khusus(3) Tujuan seketika(4) Tujuan sementara(5) Tujuan tidak tetap, dan(6) Tujuan perantara(1) Tujuan umum Tujuan umum merupakan tujuan akhir karena tujuan itulah akan dicapai. Tujuan umum dikatakan tujuan lengkap, karena dengan tercapainya tujuan umum tersebut, maka berarti lengkaplah usaha pendidikan tersebut.ada juga yang mengatakan tujuan total; sebab merupakan arah untuk melaksanakan dalam segala keseluruhannya dengan segala daya dan kemampuan yang ada.Tujuan umum tersebut erat kaitan dengan falsafah hidup manusia, karena itu bersifat teoritis dan filosofis. Filsafat selalu mencoba mencakup dasar segala pandangan dan usaha manusia ke dalam suatu kebulatan pandangan yang menjiwai dan mempersatukan segala pengetahuan dan perilaku manusia.(2) Tujuan khususTujuan khusus, merupakan penjabaran dari tujuan umum. Setiap anak mempunyai tujuan yang berbeda.(3) Tujuan seketikaTujuan seketika diberikan pada saat suatu pekerjaan berlangsung pada saat lain akan berbeda pula.(4) Tujuan Sementara Tujuan seolah-olah tempat berhenti atau tempat istrahat dalam perjalanan menuju tujuan umum.

(5) Tujuan Tidak TetapTujuan ini mempunyai hubungan yang sangat erat dengan aspek kepribadian manusia,sebagai fungsi kerohanian pada bidang etika,estetika,keagamaan dan sikap sosial dari anak tersebut.(6) Tujuan PerantaraTujuan ini sebenarnya sama dengan tujuan sementara tetapi khusus mengenai teknik pelaksanaan tugas belajar bagi siswa.Apabila dilihat secara seksama enam jenis/jengjang tujuan dijelaskan d iatas akan terlihat dengan jelas,bahwa semua tujuan itu tercakup dalam tujuan umum pendidikan kita menyadari,bahwa setiap pendidikan itu mempunyai tujuan baik tujuan jangka pendek,tujuan jangka menengah dan tujuan jangka panjang.hal tersebut karena anak didik akan dibawa dan diarahkan(Arief, 101-118)

5. Pendidikan Agama di Lingkungan KeluargaPendidikan agama dalam keluarga lebih ditujukan ke arah pendidikan anak,ke arah pembinana pribadi anak yang dilaksanakan dalam keluarga,agar kelak mereka mampu melaksanakan kehidupannya sebagai manusia dewasa,baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota keluarga dan anggota masarakat.Pelaksanaan dan penampilan kehidupan dewasa tidak mungkin tanpa suatu landasan yang kuat yang tidak saja melandasi kehidupan di dunia ini,melainkan juga di dunia kelak.Perhatian banyak dicurahkan kepada upaya meletakan dasar pendidikan yang melandasi pemekaran pemikiran.sikap maupun prilakunya,ataun yang seperti dirumuskan dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional,sebagai memberikan dasar pedidikan keagamaan dan kebudayan (M.I. Soelaeman,1994 : 1810).Pendidikan keluarga merupakan pendidikan dasar bagi pembentukan jiwa keagamaan.Perkembangan keagamaan menurut W.H. Clak yang dikutip oleh jalaludin bahwa berjalin dengan unsur-unsur kejiwaan sehingga sulit untuk didefinisikan secara jelas,karma menyangkut masalah kejiwaan manusia yang demikian rumit dan kompleksnya.Dalam kaitan itu pula terlihat peran pendidikan keluarga dalam menanamkan jiwa keagamaan pada anak maka tidak mengherankan jika Rasul menekankan tanggung jawab itu kepada kedua orang tua (Jalaludin, 1995:204)Ngalim (1995:86-88) mengemukakan, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari pendidikan anak-anak dalam lingkungan keluarga, perlu pula diberikan beberapa petunjuk tentang aturan-aturan pendidikan dalam lingkungan yang berdasarkan ilmu pendidikan, yaitu :a. Usahakan suasana yang baik dalam lingkungan keluargaPengetahuan keluarga itu tergantung pada ayah dan ibu. Dasar dari pendidikan keluarga adalah perasaan cinta-mencintai, tolong-menolong, kasih sayang sesama anggota keluarga.b. tiap-tiap anggota hendaklah belajar perpegang pada hak dan tugas kewajiban masing-masing. Tidak semua kewajiban itu sama diantar angota-anggota keluargaSeperti orang tua harus berusaha agar anak-anaknyasedikit demi sedikit secara berangsur-angsur tahu akan kewajibannya sebagai anggota keluarga.c. Orang tua serta orang dewasa lainnya dalam keluarga itu hendaklah mengetahui tabiat dan watak anak-anak.Hal ini mudah diusahakan, orang tualah yang setiap hari bergaul dan bermain dengan anak-anaknya. Dari ikut serta bermain dengan anak-anak, orang tua dapat mengetahui sifat-sifat dan tabiat serta watak anak-anaknya masing-masing.d. hindarkan segala sesuatu yang dapat merusak pertumbuhan jiwa anak-anak.Orang tua tidak boleh sering mengejek atau mengecilkan hati anak-anak. Besarkan hati anak-anak itu dengan segala usahanya yang baik. Dan janganlah menggunakan hukuman itu sebagai alat pendidikan yang satu-satunya.e. Biarkan anak bergaul dengan teman-temannya di luar lingkungan keluarga. Janganlah orang tua mengurus anak-anak di lingkungan rumah sendiri saja. Biarkan anak-anak bermain dengan teman-temannya.Dari seluruh keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi orang tua dalam pendidikan agama baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sekolah tidak terlepas dari komunikasi yang dilakukan orang tua, karena pendidikan agama bukan saja tanggung jawab keluarga tetapi tanggung jawab bersama antara masyrakat dengan pemerintah.

B. Ahlak sebagai salah satu tujuan pendidikan agama islam1. Pengertian AhlakPerkataan ahlak berasal dari bahasa arab, jama dari khulqun( ) yang menurut lughat diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan Khulqun yang berarti kejadian serta erat hubungannya dengan Komunikasiyang berarti pencipa dan makhlukyang berarti diciptakan.Perumusan pengertian komunikasi timbul sebagai media memungkinkan adanya hubungan baik antara manusia dengan manusia lainya dan antara negara dengan negara lainya.

Adapun pengertian ahlak timbul sebagai media secara terminology yang dikemukakan oleh ulama komunikasi antara lain sebagai berikut:Menurut Ahmad Amin (1995 : 62) komunikasi adalah menangnya keinginan dari beberapa keinginan manusia dengan lansung berturut-turut.Menurut Drs. Barwawie dalam bukunya Materi komunikasi mengemukakan bahwa ilmu adalah ilmu yang menentukan batas antara yang baik dan yang buruk, terpuji dan tercela, tentang perkataan dan perbuatan manusia, lahir dan batin.Dari keterangan di atas jelaslah bahwa komunikasi itu adalah gabungan kehendak dan kebiasaan yang menimbulkan kekuatan-kekuatan yang sangat besar untuk melakukan perbuatan-perbuatan.2. Macam-macam AhlakSecara spesipik uraian tentang macam macam ahlak dapat dijelaskan sebagai berikut antara lain:1. Bertruktur kata yang baik dan sopan Bertruktur kata yang baik sopan adalah istilsh lain yaitu halus budi pekerti dan bahasa,halusnbudi bahasa merupakan pencerminan dari rendah hati,halus dan bahasa menempatkan sikap dan tingkah laku yang sederhana tutur kata yang lemah lembut ,pandai bergaul dan menghargai pendapat orang lain.dia berusaha agar setiap tutur kata dantingkah laku serta perbuatan tidak menyiggung perasaan orang lain.2.Memelihara kerapian diri Memelihara keterampilan diri di samping kebersihan jasmani dan rohani perlu diperhatikan faktor kerapihan sebagai manifestasi adanya disiplin pribadi dan keharmonisan pribadi.3.Perilaku jujur dan tepat janji Jujur artinya benar perkataan sesuai dengan kata hati yang sesungguhnya.Tidak menyembuyikan kebenaran atau kesalahan,Yang benar dikatan benar yang salah dikatakan salah,dengan kata lain jujur adalah konsekwensi dan kosisten atau teguh pendirian.Sipat jujur dalam agama dikenal dengan sebutan sipat amanah,yang artinya dapat diperaya,sifat jujur itu menjadi salah satu sifat rosul rasul Allah SWT.Mereka telah memberikan contoh dari teladan dalam hal kejujuran kepada umatnya.Oleh karenanya,kita harus jujur kepada orang lain.Adapun prilaku tepat janji merupakan rangkaian dari sipat amanah.Tepat janji adalah melaksanakan janji yang telah diucapkan tepat pada waktu yang telah ditentkan.4.Patuh dan hormat kepada guruSabda Rasullah SWT :

Mulailah orang yang kamu belajar dari padanya ( H.R Abul Hasan AL- Mawardi )Rasulullah juga mengulangin dengan kata kataMuliakanlah guru-guru agama,karena barang siapa memuliaka mereka,maka seperti ia memuliaka daku ( H.R.Abdul Hasan Al- Mawardi ).5.Kemauan menolong /membantu sesamanyaSuka menolong dan membantu yang dimaksud disini adalah saling memberikan pertolongan dan saling memberikan bantuan dalam segala hal kebaikan serta berdasarkan keimanan dan ketakwaan.Prilaku tolong menolong dan saling membantu merupakan ciri kehalusan budi,kesucian jiwa,ketinggian ahlak dan membuahkan cinta antara sesama,penuh solidaritas dan penguatan persahabatan dan persaudaraan,Firman Allah SWT didalam Al-Quran menjelaskan :

Tolong menolong kamu dalam kebaikan,dan jangan tolong menolong dalam kejahatan,6.Menjalin keakraban sesama temanSalah satu ikatan terkuat yang paling berakar dalam hubungan antara sesama manusia adalah tal persaudaraan.Hubungan ini dapat menimbulkan perasaan saling mencintai,kasih sayang dan hormat menghormati satu dengan yang lain.Hubungan ini disebut dengan ukhuwah.Islam mengajarkan untuk tali persaudaraan,sehingga dapat memperkokoh hubungan dan memperkuat tatanan sosial serta meningkatkan komunikasi antara sesama umat.Oleh karena itu ajaran islam mengatakan bahwa semua orang islam yang beriman adalah bersaudara ( Q.S.Al-Hujurat)

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIANMetodologi penelitian yang dimaksud adalah metode yang mengarah pada cara kerja yang dilandasi oleh landasan teoritik yang ilmiah. Dengan kata lain cara kerja yang ilmiah untuk memahami suatu objek penelitian. Dalam menentukan metode yang pakai berdasarkan pada permasalahan yang diteliti, sehingga metode yang digunakan adalah metode deskriptif.Metode deskriptif digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa masalah yang diteliti akan digambarkan secara objektif sesuai dengan objek penelitian berdasarkan gejala-gejala yang berkembang dilapangan dewasa ini.Ketetapan penentuan metode ini juga didasarkan kepada pendapat Winarno Surakhmad (1994:139) yang menyatakan bahwa metode aplikasi ini dimaksudkan untuk penyelidikan yang bertuju pada pemecahan pada masalah yang ada masa sekarang ini. Dengfan menggunakan metode ini, tidak hanya terbatas pada pengumpulan data, tetapi juga meliputi analisis dan interprestasi data.

A. Waktu dan Tempat Penelitian1. Waktu PenelitianWaktu penelitian dilaksanakan dari tanggal 02 Mei 2009 sampai dengan tanggal 02 Juli 2009.2. Tempat PenelitianTempat penelitian dilakukan di siswa siswi SMPN 1 Lemahsugih kec.Lemahsugih kab.Majalengka.B. Populasi dan Sampel1. PopulasiYang dimaksud dengan populasi menurut Suharsimi Arikunto (1989 : 102) adalah keseluruhan objek penelitian. Adapun yang akan menjadi populasi adalah seluruh siswa siswi SMPN 1 Lemahsugih kec.Lemahsugih kab.Majalengka sebanyak 488 orang.2. SampelAdapun sampel menurut Suharsimi Arikunto (1989 : 104) adalah sebagai atau wakil populasi yang diteliti.Tujuan penetapan sampel adalah untuk memperoleh keterangan mengenai objek penelitian dengan cara hanya sebagai dari populasi. Dalam menentukan sampel ini, penulis akan menggunakan random sampling yaitu setiap keseluruhan populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih.adapun mengenai penarikan sample sekedar ancer-ancer, apabila subjeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.Berdasarkan pendapat tersebut, maka penelitian ini mengambil sampel 20% dari jumlah populasi, maka jumlah sampelnya adalah 149 x 20% = 37,25 dibulatkan menjadi 37 orang keluarga.C. Instrumen PenelitianInstrumen penelitian adalah seluruh siswa siswi SMPN 1 Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka sebanyak 149 orang x 20% = 37 orang keluarga.D. Pengumpulan Data dan Analisis Data1. Pengumpulan DataDalam pengumpulan data ini penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Untuk penelitian teoritik menggunakan studi perpustakaan dan untuk penelitian empirik digunakan studi observasi, wawancara dan angket.1) Studi KepustakaanStudi kepustakaan ini dilaksanakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang bersifat teoritik, yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, yakni yang berhubungan dengan komunikasi orang tua dalam pendidikan agama di lingkungan keluarga dengan akhlak anak mereka di sekolah.

2) Observasi Observasi adalah suatu sendi yang sengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan (Kartini, 1990 : 157). Melalui observasi ini diharapkan penulis dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai kondisi objektif hasil penelitian.3) Wawancara Wawancara adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari respon dan dengan jalan tanya sepihak (Suharsimi, 1992 : 27). Teknik ini diajukan kepada orang tua yang menjadi sampel dan perangkat desa dan staf lainnya. Teknik dimaksud untuk memperoleh data tentang pelaksanaan komunikasi orang tua tentang pendidikan agama islam anaknya.4) Angket Teknik angket adalah suatu yang dapat mengumpulkan makna yang ditujukan kepada responden yang jumlahnya relatif besar. Menurut Suharsimi (1992 : 24), angket adalah suatu daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data tentang komunikasi orang tua dalam pendidikan agama di lingkungan keluarga. Dengan teknik ini diharapkan pengangkatan data yang kokoh akan terlaksana secara efisien. Angket yang digunakan adalah angket langsung dan berstruktur, yakni dikirim dan diisi langsung oleh responden serta pada setiap itemnya sudah tersedia alternatif jawaban. Angket ini di berikan kepada orang tua yang dijadikan sampel 488 siswa siswi SMPN 1 Lemahsugih kec.Lemahsugih kab.Majalengka2. Analisis DataSetelah data yang dibutuhkan terkumpul, kemudian penulis melakukan analisis data. Adapun analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif dan menggunakan persentase untuk analisis kuantitatifnya.

BAB IVLAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Kondisi Objektif Lokasi PenelitianSiswa kelas VII s/d IX merupakan salah satu siswa-siswi yang ada di wilayah Kecamatan Lemahsugih, yang memiliki jumlah 488 siswa, yang terdiri dari laki-laki 228 jiwa dan perempuan 220 siswa dengan jumlah 488. Dilihat dari mata pencahariannya, orang tua siswa pada umumnya kaum buruh berjumlah 1.165, petani 133, pegawai negeri 85 dan pedagang 36 orang. Saementara jika dilihat dari pendidikan pada umumnya penduduk tamat Sekolah Dasar. Hal ini terlihat di bawah ini:1. Tamat SD: 1.445 Orang2. Tamat SLTP: 36 Orang3. Tamat SLTA: 19 Orang4. Tamat Akademik: 9 Orang5. Tamat Universitas: 13 OrangDesa lemahputih yang memiliki luas darat 28.381 Ha dan luas pegunungan 194.581 Ha dibatasi oleh Desa Cimungkal, sebelah utara Desa margajaya, sebelah timur Kp.Mananti, sebelah barat Desa cikaracak Kec Jati nunggal sumedang..Komunikasi Orang Tua dalam Pendidikan Agama di Lingkungan siswa siswi SMPN 1 LemahsugihUntuk memperoleh data tentang komunikasi orang tua dalam pendidikan agama di lingkungan siswa siswi SMPN 1 Lemahsugih kec.Lemahsugih kab.Majalengka yang berindikator pada sikap, pendapat dan perilaku digali dengan menggunakan wawancara dan angket. 1) Sikap orang tua dalam komunikasiDari hasil wawancara dan angket ditemukan bahwa sikap orang tua berkomunikasi dalam pendidikan agama islam di lingkungan siswa siswi SMPN 1 Lemahsugih kec.Lemahsugih kab.Majalengka pada umumnya, bahkan masih ada sebagian orang tuayang berkomunikasi kasar. Hal ini ditunjukan lewat pernyataan sebagai berikut:TABEL 1SIKAP ORANG TUA TERHADAP ANAKItem NoUaraian JawabanJumlahProsentase

1a. Pernahb. Kadang-kadangc. Tidak pernah 62740 %13,3 %46,7 %

Jumlah15100 %

Item No. 1 berbunyi :1. Pernahkah bapak dan ibu menyuruh anak berangkat sekolah dengan memukul?

TABEL 2 : KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP ANAKItem NoUaraian JawabanJumlahProsentase

2a. Pernahb. Kadang-kadangc. Tidak pernah 114-73,3 %26,7 %-

Jumlah15100 %

Item No. 2 berbunyi :2. Bapak dan ibu pernah tidak mengingatkan anak yang malas belajar?TABEL 3KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP ANAKItem NoUaraian JawabanJumlahProsentase

3a. Pernahb. Kadang-kadangc. Tidak pernah 114-80 %20 %-

Jumlah15100 %

Item No. 3 berbunyi :3. Pernahkah Anda berkomunikasi dengan waktu yang lama?

TABEL 4KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP ANAKItem NoUaraian JawabanJumlahProsentase

4a. Pernahb. Kadang-kadangc. Tidak pernah 62740 %13,3 %46,7 %

Jumlah15100 %

Item No. 4 berbunyi :4. Pernahkah berlaku kasar dalam menegur anak belajar?

TABEL 5KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP ANAKItem NoUaraian JawabanJumlahProsentase

5a. Pernahb. Kadang-kadangc. Tidak pernah 123-80 %20 %-

Jumlah15100 %

Item No. 5 berbunyi :5. Pernahkah Anda dengan penuh perasaan kasih sayang menegur anak?TABEL 6KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP ANAKItem NoUaraian JawabanJumlahProsentase

1a. Pernahb. Kadang-kadangc. Tidak pernah 68240 %53,30 %6,7 %

Jumlah15100 %

Item No. 6 berbunyi :6. Pernahkah Anda Mengucapkan salam sebelum berbicara?Berdasarkan analisa beberapa table tersebut di atas penulis dapat disimpulkan bahwa jawaban alternatif seperti di bawah ini :a. Pernah : 59 %b. Kadang-kadang : 24,4 %c. Tidak Pernah : 16,6 %Jadi alternatif jawaban sejumlah orang tua yang diwawancarai menjawab dengan jawaban pernah sebanyak 60 % dengan rumus sebagai berikut :

A = x 100 % = 59 %

B = x 100 % = 24,4 %

C = x 100 % = 16,6 %Demikian tiga alternatif jawaban yang penulis kemukakan semoga dapat di pakai oleh semua pembaca.B. Bentuk-bentuk Komunikasi Orang Tua dalam Pendidikan Agama Dari hasil observasi diperoleh fakta bahwa pada umumnya bentuk-bentuk komunikasi orang tua dalam pendidikan Agama islam di Desa Lemahputih meliputi:1. Pemberian Latihan dan PembiasaanSalah satu aspek yang perlu mendapat perhatian dalam melakukan aktivitas pedagosis orang tua dalam penanaman mental agama pada anak adalah melatih atau membiasakan mereka untuk melakukan perbuatan dan sikap-sikap yang baik. Untuk membicarakan ada dua masalah yang penting yaitu (1) tentang pentingnya melatih atau membiasakan anak, dan (2) pembentukan tingkah laku menjadi kebiasaan.a) Pentingnya melatih atau membiasakan anakSalah satu metode Rasulullah dalam mendidik para sahabat adalah metode latihan atau pembiasaan. Metode ini dimaksud dengan pendidikan memberikan latihan-latihan atau tugas-tugas kepada anak didik terhadap suatu perbuatan tertentu. Menurut Tayar Yusuf (1985 : 94) pemberian latihan atau pembiasaan adalah baik sekali diterapkan dalam penanaman mental agama, istimewa manfaat dan efek positifnya untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan akhlak yang baik, kesukaan beramal ibadah, seperti shalat secara tertib dan kontinyu adalah karma terbiasa atau berlatih sejak kecil dan telah melakukannya sejak lama. Bahkan Tayar Yusuf dalam bagian lain mengatakan, melatih diri atau pembiasaan-pembiasaan adalah penting sekali di dalam pendidikan, terutama pendidikan agama khususnya bagi anak-anak, agar agama itu dapat dikhayati dan mereka dalam kehidupan sehari-hari dan tidak hanya sekedar tahu atau mengerti tetapi kurang berpengaruh kepada diri maupun tindak-tanduk perbuatan mereka sehari-hari. Bila diperhatikan sesungguhnya pemberian latihan itu bertujuan agar anak dilatih dapat membentuk kebiasaan-kebiasaan yang berguna di dalam melakukan tugas-tugas dan kewajiban-kewajibannya. Sebab melakukan pembiasaan atau latihan yang terus-menerus, maka hal-hal yang tadinya dirasakan berat untuk dilaksanakan akan menjadi ringan adanya. Hal ini terbukti pada perintah Rasulullah SAW kepada setiap orang tua yang beriman untuk memerintahkan kepada anak-anaknya yang telah menginjak usia 7 tahun agar melakukan pendidikan. Padahal anak usia 7 tahun belumlah berkewajiban memperoleh pendidikan, karena belum mukhallaf. Bahkan lebih tegas lagi Nabi memerintahkan kepada orang tua untuk mengarahkan anaknya, bila ternyata samapi usia 11 tahun berkewajiban menunaikan salat,1) Faktor InternalisasiYang dimaksud dengan faktor internalisasi adalah faktor penanaman norma-norma atau mental di dalam diri manusia, dimana norma-norma yang semula dirasakan berat atau sulit akan menjadi ringan karena latihan dari pembiasaan yang dilakukan terus menerus (berulang kali).

2) Faktor sanksiYang dimaksud faktor sanksi adalah faktor adanya sanksi yang melekat pada masing-masing norma tersebut. Sebagaimana dimaklumi bahwa setiap norma hidup, baik itu norma agama, norma susila, norma sosial maupun norma hukum adalah memiliki sanksi sendiri-sendiri. Dengan sanksi inilah manusia menjadi suatu norma karena tidak senang ditimpa sanksi.Pemberian sanksi itu sebenarnya untuk mengingatkan bahwa apa yang dilakukan bertentangan dengan norma yang berlaku dan kalau dilakukan hanya dapat merugikan pribadinya, karena itu adanya sanksi diharpkan anak menjadi taat pada norma-norma yang berlaku.Jadi berdasarkan teori ilmu jiwa sosial tersebut di atas, dapat diketahui bahwa pemberian latihan bagi anak-anak itu sangat penting terlebih lagi dalam pembentukan mental keagamaan dan hendaknya dalam pelaksanaanya disertai dengan sanksi berupa hukuman bila ank melanggarnya. Kendati demikian pemberian sanksi itu hanya berlaku bagi anak yang sudah memasuki usia 7 tahun dan kaitannya dengan ketika anak itu tidak mau melakukan dan membiasakan sholat. 2. Pemberian keteladananAda hal lain yang perlu diperhatikan oleh orang tua didalam melakukan aktifitas pedagogis kepada anaknya yang tidak kalah pentingnya dari pada masalah yang dijelaskan di atas yaitu pemberian keteladanan. Yang perlu dijelaskan adalah (1) kebutuhan akan keteladanan, (2) keteladanan sebagai metode dalam menanamkan mental keagamaan, dan (3) orang tua sebagai keteladan bagi anaknya. a) Kebutuhan dan keteladananAnak adalah manusia kecil yang lahir melaui orang tuanya. Berbeda dengan binatang, manusia yang baru lahir sangat terbatas kemampuannya. Kalau anak ayam yang baru menetas dari telur induknya sudah langsung dapat berjalan atau mencontokan paruhnya untuk memasukan makanan, maka anak manusia paling tidak memerlukan waktu satu sampai dua tahun. Hanya manusia mempunyai kekuatan alamiah yaitu memiliki potensi akal. Karena itu menghadapi segala tuntutan hidup, sejak kelahirannya itu manusia harus selalu belajar, ia harus belajar memasukan makanan, melihat, merasakan, berjalan, berbicara sampai ke potensial sosialisasi.Kebutuhan akan keteladanan ini sebernya telah dicontohkan Rasulullah ketika beliau mengajarkan dan mendidik para sahabatnya dengan teladan sehingga sampai beliau mendapat sebutan Uswatun Hasanah. Seperti terungkap dalam surat Al-ahjab ayat 21 :

Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang mengharap (rahmat) Allah dan (kebahagiaan) pada hari akhir serta banyak mengingat Allah (Depag RI, 1988:670).

b) Keteladanan sebagai metodeDalam kaitan penanaman mental keagamaan bagi anak, keteladanan dapat dijadikan metode untuk menanamkan mental tersebut.sebagai suatu metode keteladanan memiliki nilai pedagogis bagi orang tua, terutama dalam kehidupannya dalam keluarga. Anak sangat membutuhkan suri tauladan, khususnya dari kedua orang tuanya. Ada bagian lain keteladanan sebagai metode, terutama dalam penanaman mental bagi anak dapat diterapkan dalam perilaku kehidupan sehari-hari, artinya orang tua bisa menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Karena itu, apa yang di lakukan orang tua, anak menganggap sebagai perbuatan yang baik dan apa yang tidak dilakukan orang tua berarti perbuatan itu jelek. Maka disinilah orang tua perlu menampakkan perilaku dan sikap yang baik didepan anak3. Pemberian Kasih SayangSebagaimana diketahui bahwa anak anak merupakan usia sekolah. Menurut A. Hasan Gaos (1985 : 2) anak usia ini memiliki potensi mental agamanya untuk dalam dikembangkan. Potensi itu adalah menyangkut anak usia ini ketaatan beragamanya dapat tumbuh dengan baik bila diupayakan. Sementara itu menurut Umar Hasyim (1991 : 9) bahwa perlu diperhatikan bahwa anak pada masa perkembangan usia ini mempunyai tingkah laku, antara lain jika dimanjakan, suka diperhatikan, suka meniru kata-kata dan tingkah laku orang lain dan suka mengaku milik anak lain.Mengingat perkembangan usia tersebut, maka pemberian kasih sayang dapat dijadikan aktivitas yang memiliki implementasi pedagogis, terutamadalam penanaman mental keagamaan bagi anak.a) Kebutuhan akan kasih sayangMendidik adalah suatu seni. Meskipun memang telah ada juga metodologinya, pedagogic, dibekali dengan ilmu jiwa umum, ilmu jiwa anak, psikologi pendidikan, tetapi karena yang dihadapi adalah anak yang mempunyai jiwa dan lagi kondisi mental spiritual serta kejiwaannya berbeda, maka tanpa seni pendidikan kurang berhasil.Disinilah letak perlunya sifat kasih sayang di dalam mendidik anak. Meskipun pendidik telah banyak dibekali ilmu pengetahuan, tetapi toh manusia biasa yang mempunyai sifat serba subjektif. Maka bila kontrol diri kurang, dapat saja salah jalan, yang akhirnya gagal dalam tugas mendidiknya. Mendidik jelas tidak identik dengan sifat otoriter, juga tidak identik dengan paternalistik yang terlalu mengayomi anak. Meskipun kedua ssifat itu terkadang diperlikan, tetapi penerapannya hendaknya sesuai dengan kondisi anak dan suasana peristiwa dari kasus yang terjadi. Maka otoriter terkadang perlu dan mengayomi terkadang juga perlu.Dengan demikian, pada prinsipnya orang tua hendaknya menggunakan rasa kasih sayang terlebih dahulu sebelum cara lain ditempuh. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW:

Permudahlah dan janganlah mempersukar dan gembirakanlah (besarkanlah jiwanya) dan jangan melakukan tindakan yang menyebabkan lari (A. Hanafi, 1986 : 9)

Sesuai pula dengan firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 159:

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu (Depag, 1988 : 103).

b) Kasih sayang sebagai komunikasi pendidikan dalam menggunakan computerPemberian kasih sayang dikalangan anak merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan bagi orang tua mengingat usia ini adalah usia yang memerlukan kasih sayang. Menurut Umar Hasyim (1991 : 169) cara yang paling berhasil dalam mendidik anak adalah dengan cara persuasive atau lemah lembut. Cara ini memerlukan ketekunan, kesabaran dan kasih sayang yang dilandasi prasangka baik terhadap anak. Cara ini juga mengharuskan para pendidik untuk menghargai kreatifitas anak, kemampuan anak dan menjauhkan sikap otoriter dan mencerca sikap anak.Pada bagian lain Umar Hasyim (1991 : 169) menegaskan bahwa seharusnya pendidik mempunyai beberapa sikap dasar di dalam mendidik anak, antara lain:1. Tekun, sabar dan ulet2. Dilandasi kasih sayang3. Mempunyai keyakinan bahwa anak didiknya mempunyai kemampuan berkembang potensinya.4. Mempunyai kemampuan berkimunikasi dengan baik.5. Memiliki atau mempunyai kepekaan atau terhadap kepentingan anak didik.6. Dapat memberikan contoh teladan yang baik.Sebenarnya apa yang diajukan oleh Umar Hasyim di atas, suatu sikap dasar yang tidak hanya perlu dimiliki oleh para oaring tua, tetapi perlu juga dimiliki bagi para didik atau guru.Pemberian kasih sayang sebetulnya dapat dapat dijadikan sebagai suatu aktivitas pedagogis apabila kasih sayang yang diberikan memiliki tujuan dan dasar yang jelas. Maksudnya bukan kasih sayang yang hanya diperuntukkan dalam bentuk materi saja. Melainkan kasih sayang yang mengarahkan anak pada tingkah laku dan sikap yang baik. Kasih sayang yang memiliki arti pendidikan adalah kasih sayang yang tidak dimaksudkan untuk hanya menuruti apa yang dikehendaki anak atau menuruti kemampuan anak, melainkan kasih sayang yang memiliki dimensi kedepan terutama menyangkut mental agama anak. Selain itu, bukan kasih sayang yang memanjakan yang mengarahkan anak kepada sikap-sikap kesombongan, keborosan dan ketidak pedulian kepada orang lain, melainkan kasih sayang yang dapat menumbuhkan rasa rendah hati dan taat kepada agamanya.Dengan demikian dapat diambil suatu perhatian bahwa kasih sayang yang selama ini menjadi bagian kehidupan yang tidak dapat dipisahkan bagi orang tua itu, dapat dimanfaatkan sebagai suatu aktivitas pedagogis yang dapat membantu anak memiliki kematangan mental agama yang mantap kelak kemudian hari. Namun demikian kasih sayang dimaksud adalah kasih sayang memiliki criteria sebagai berikut :a. Kasih sayang yang didasarkan bukan semata-mata hanya memanjakan.b. Kasih sayang yang diberikan adalah kasih sayang memiliki tujuan kepentingan anak kelak di kemudian hari.c. Kasih sayang diberikan adalah kasih sayang yang mempunyai implementasi pedagogis.4. Pemberian BimbinganSalah satu aktivitas pedagogis orang tua dalam menanamkan mental keagamaan bagi anak usia 3-6 tahun dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan atau pengarahan. Unsur yang dibicarakan dalam masalah ini antara lain :a. Perintah memberikan bimbinganIslam sangat besar perhatiannya terhadap pendidikan. Sebagai bukti, setiap orang yang beriman telah diperintahkan oleh Allah untuk memberikan bimbingan kepada dirinya dan pada para ahlinya masing-masing agar tidak tertimpa siksa api neraka.Perintah ini tertuang dalam Al-Quran surat at-Tahrim ayat 6 :

Hai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Memperahtikan perintah ayat tersebut ayat tersebut di atas, tampaknya dapat diambil sebuah pengertian bahwa memberikan bimbingan adalah merupakan suatu kewajiban yang tidak dapat diabaikan. Bahkan memberikan bimbingan kepada anak merupakan penghormatan atas hak-hak anak. Karena memang pada hakikatnya pendidikan adalah merupakan hak anak menjadi orang tuanya, bila orang tua mengabaikan dan tidak menghindarkan kewajiban mendidik anak-anaknya ini sehubungan dengan ini Umar bin Khotob, khalifah kedua dalam rangkaian Al-Khulafaurrasyidin, pernah mengatakan sebagai berikut :Termasuk hal anak menjadi kewajiban orang tua adalah membingbingnya menulis, memanah dan tidak memberinya rizki kecuali yang halal lagi yang baik. (Abu Tauhid, 1990 : 3)Dengan demikian jelaslah bahwa betapa pentingnya memberikan bimbingan itu menurut ajaran Islam. Oleh karena itu, bagi siapa saja yang mengabaikan atau tidak melaksanakan pendidikan anak-anaknya sebagaimana mestinya, maka akan mendapat ancaman siksa Allah dan sebaliknya bagi siapa yang menunaikannya sesuai dengan petunjuk-petunjuk Allah dan Rasulullah maka baginya akan mendapatkan pahala surga.Selain itu, perintah memberikan bimbingan kepada anak sebagai kewajiban dan hak anak, maka perintah memberikan bimbingan kepada anak sebagai kewajiban dan hak-hak, maka perintah memberikan bimbingan itu juga didasarkan pada bahwa anak merupakan amanat Tuhan yang perlu dijaga sesuai dengan pemberi amanat. Jika tidak maka menjadi berdosa sebab tidak memegang amanat.b. Bimbingan kepada anak pada masa 11-14 tahunSeperti yang telah diungkapkan bahwa pada masa ini adalah periode kedua, anak mempunyai tingkah laku suka dimanjakan, suka diperhatikan suka meniru, masa protes dan suka mengakui barang anak lain. Maka langkah yang perlu diusahakan dalam membingbing anak menuju pembentukan mental keagamaan yang mulia dan terpuji adalah sebagai berikut:(a) Diberi contoh teladan yang baik dan benarKarena anak suka atau mempunyai sifat ingin meniru dan mencoba, maka dalam penanaman modal keagamaan beri contoh teladan yang baik dan benar, baik ucapan maupun perbuatan. Berilah dan ajarilah dengan kata-kata yang sopan. Bagaimana memanggil ayah-ibu, orang tua, dan memanggil saudaranya. Bagaimana mempraktekkan kata-kata dan bahasa yang diucapkan secara sopan dan benar.(b) Hindarkan menggunakan kata-kata kotorAspek lain yang perlu mendapat bimbingan dalam penanaman mental agama adalah menjauhkan anak dari kata-kata yang kotor dan cabul. Kata-kata yang tidak sopan dan tidak senonoh, juga harus di jauhkan dari anak. Selain itu, kata-kata untuk mengumpat atau mencaci maki orang lain. Misalnya orang tua atau pengasuhnya menggerutu dan marah-marah kemudian mengeluarkan kata-kata : bangsat, anjing, binatang kau, dan lain sebagainya.Semua kata-kata diatas itu sebenarnya beracun dan anak mudah untuk menirunya, bila mana dia merasa tidak puas atau tidak terpenuhi keinginannya, baik kepada orang tuanya sendiri atau kepada kawan-kawannya. Sang anak tahu sampai dmna jauh makna yang jelek dari kata-kata tersebut, karena ia hanya meniru saja ketika tidak puas maka dilontarkannya kata-kata jorok itu. (c) Memberikan tindakan preventif yang baikYang dimaksud tindakan preventif yang baik adalah menjauhkan pergaulan anak dengan anak-anak lain atau lingkungan yang biasa berkata kotor, jorok dan tidak sopan. Maka hendaknya orang tua waspada, selalu mengawasi pergaulan anaknya agar tidak terpengaruh lingkungan yang jelek.(d) Memberikan teguranPeneguran memang diperlukan, tetapi jangan disertai marah yang kelewatan marah, sebab bila anak belum menyadari kekeliruannya, dia akan tetap melakukannnya lagi dilain waktu dan dilain tempat yang sekiranya bisa sekamat dari hukuman orang tuanya. Maka bila mana ia merasa di luar pengawasan orang tuanya, ia cenderung untuk melanggar larangan orang tuanya.Demikian bentuk-bentuk memberikan bimbingan-bimbingan yang dapat diajdikan landasan umum tentu saja masih dapat dikembangkan lagi dalam bentuk-bentuknya yang lain, dan pada umunya orang tua yang ada di desa Lemahputih Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka melakukannya, walaupun kurang optimal.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. KesimpulanSetelah dilakukan pengolahan dan analisis data mengenai komunikasi orang tua dalam pendidikan agama dilingkungan sekolah, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:1. Komunikasi orang tua dalam pendidikan computer di lingkungan sekolah SMPN 1 Lemahsugih kec.Lemahsugih kab.Majalengka pada umunya sedang atau cukup. Hal ini didasarkan pada indikator-indikator sikap, pendapat dan perilaku orang tua dalam berkomunikasi.2. Bentuk-bentuk komunikais orang tua dalam pendidikan Agama di lingkungan sekolah SMPN 1 Lemahsugih kec.Lemahsugih kab.Majalengka meliputi :a. Pemberian latihan dan pembiasaanb. Pemberian keteladananc. Pemberian kasih sayangd. Pemberian bimbingan3. Pelaksanaan atau kegiatan pendidikan agama umumnya semarak, hal ini ditunjukan dengan banyaknya Pesantren dan Sekolah Madrasah, di rumah-rumah dan lingkunan .

B. Saran Bertolak dari ketiga kesimpulan di atas, maka beberapa saran penulis ajukan :1. Komunikasi orang tua dalam pendidikan computer atau dalam menanamkan pendidikan computer perlu terus ditumbuhkan dikalangan orang tua. Oleh karena diharapkan para orang tuanya menigkatkan komunikasinya. bagi anak yang pertama dan utama adalah orang tua, oleh karena itu hendaknya orang tua perlu terus mencari bentuk-bentuk komunikasi yang memungkinkan penanaman nilai-nilai pendidikan bagi anak berjalan efektif dan efisien.2. Komunikasi yang dibangun oleh para orang tua hendaknya didukung oleh lingkungan sekolah dan masyakrakat, sehingga kerjasama antara ketiganya berjalan selaras dan seimbang.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi. 1992. Psikologi. Bina Ilmu. SurabayaAhmad Amin. 1995. Etika (ilmu akhlak). Bulan Bintang. Jakarta.A. Hasan Gaos. 1985. Dasar-dasar Statistik Pendidikan. Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Gunung Djati. Bandung.

Ahmad Tafsir. 1996. Pendidikan Agama Dalam Keluarga. Rosdakarya. Bandung.

..1994. Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif. Rosdakarya. Bandung

Alex Sobur. 1985. Komunikasi Orang Tua Dan Anak. Angkasa. BandungAnonimaus. 1987. Pedoman Pembuatan Skripsi. Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Gunung Djati. Bandung

Anas Sujiono . 1987 . Pengantar Statistik Pendidikan. Rajawali Pers. Jakarta.Arief Ichwanie. 1995. Ilmu Pendidikan Teoritis. Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Gunung Djati. Bandung.Departemen Agama RI. 1992. Al-Quran dan Terjemahannya. Surya Cipta Aksara, Surabaya.

Hasan Langgulung. 1995. Manusia dan Pendidikan. Al-Husna Zikri. Jakarta.Jalaludin.1995. Psikologi Agama. Raja Grafindo Persada. Jakarta.Jalaluddin Rahmat. 1992. Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern. Rosdakarya. Bandung.

1996. Islam Aktual. Mizan. Bandung.Kartini Kartono. 1990. Pengantar Metologi Riset Sosial. Mandar Maju. Bandung.M. Ali. 1985. Penelitian Kependidikan (Prosedur dan Strategi). Angkasa. Bandung.Ngalim Purwanto. 1998. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktek. Rosdakarya. Bandung.

Onong Uchyana Effendi. 1992. Dinamika Komunikasi. Rosdakarya. Bandung.Sudjana. 1996. Metode Statistik. Tarsito. Bandung.

LampiranANGKET

1. Pernah Bapak dan Ibu menyuruh anak sekolah dengan memukul?a. Pernahb. Kadang-kadangc. Tidak pernah2. Ibu dan Bapa pernah menyuruh anak dengan nada keras atau ucapan kasar?a. Pernahb. Kadang-kadangc. Tidak pernah3. Apakah Ibu dan Bapa itu tiap hari selalu meningkatkan anak untuk belajar?a. Pernahb. Kadang-kadangc. Tidak pernah4. Apakah Ibu dan Bapa tidak pernah menyuruh anak untuk belajar?a. Pernahb. Kadang-kadangc. Tidak pernah5. Ibu dan Bapak pernah tidak mengingatkan anak yang malas belajar?a. Pernahb. Kadang-kadangc. Tidak pernah6. Pernah Ibu dan Bapak tidak menyuruh anak untuk belajar, kemudian anak itu tidak belajar?a. Pernahb. Kadang-kadangc. Tidak pernah7. Apakah Ibu dan Bapak itu tiap hari selalu mengingatkan anak untuk belajar?a. Pernahb. Kadang-kadangc. Tidak pernah8. Apakah Ibu dan Bapa itu pernah menyuruh anak belajar?a. Pernahb. Kadang-kadangc. Tidak pernah9. Tidak Pernahkah anda berkomunikasi dengan waktu yang lama?a. Pernahb. Kadang-kadangc. Tidak pernah10. Bapak dan Ibu pernah berkomunikasi berlangsung setiap hari?a. Pernahb. Kadang-kadangc. Tidak pernah11. Pernahkah anda berkomunikasi, pernah selama satu minggu?a. Pernahb. Kadang-kadangc. Tidak pernah12. Pernahkah berkomunikasi dilakukan bila ada permasalahan apa?a. Pernahb. Kadang-kadangc. Tidak pernah13. Apakah anda mengingatkan anaknya belajar?a. Pernahb. Kadang-kadangc. Tidak pernah14. Pernahkah anda memaksa anak untuk belajar?a. Pernahb. Kadang-kadangc. Tidak pernah15. Pernahkah anda bersikap kasar sambil menegur anak?a. Pernahb. Kadang-kadangc. Tidak pernah16. Pernahkah anda selalu dengan sentuhan islami dalam berkomunikasi?a. Pernahb. Kadang-kadangc. Tidak pernah

KATA PENGANTARBismillahirrahmaniirrahim.Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan penelitian tindakan kelas ini.Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhamad SAW, sebagai Nabi dan Rasul terakhir, yang telah membantu umat manusia dalam keterbukaan.Penulis menyadari bahwa terselesaikannya makalah ini atas bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebut namanya satu persatu, namun telah banyak membantu penulis, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya.Penulis sadar pula bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun dalam penyajian materinya. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki penulis, oleh karena itu penulis berlapang dada menerima saran dan kritikan membangun untuk kesempurnaan makalah ini.Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat, khusunya bagi penulis dan umumnya bagi mereka yang berkepentingan.Lemahsugih, Mei 2009Penulis

DAFTAR ISI

HalamanLEMBAR PENGESAHANLEMBAR PERPUSTAKAANSURAT IZIN PENELITIANKATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiDAFTAR TABEL ivBAB I PENDAHULUANALatar Belakang Permasalahan 1BRumusan Masalah 5CTujuan Penelitian 5DPentingnya Penelitian 6EHipotesis Penelitian 6BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAANA. Komunikasi Orang Tua dalam Pendidikan Agama di keluarga1. Pengertian dan Indikator Komunikasi 72. Fungsi Komunikasi guru dalam lingkungan sekolah 113. Strategi Komunikasi dalam lingkungan sekolah 194. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Agama 255. Pendidikan agama di Lingkungan sekolah 28

B. Ahlak sebagai salah satu tujuan pendidikan agama islam1. Pengertian ahlak312. Macam macam ahlak...........................................................32

BAB III METODOLOGI PENELITIANA. Waktu dan Tempat Penelitian 36B. Populasi dan Sampel 37C. Instrumen Penelitian 38D. Pengumpulan Data dan Analisis Data 38BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIANA. Kondisi Objektif Lokasi Penelitian 41B. Komunikasi Orang Tua dalam Pendidikan agama di Lingkungan siswa-siswi SMPN 1 Lemahsugih 42C. Bentuk-bentuk Komunikasi Orang Tua dalan Pendidikan Agama 451. Pemberian Latihan dan Pembiasaan 452. Pemberian Keteladanan 493. Pemberian Kasih Sayang 514. Pemberian Bimbingan 55BAB V KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan 60B. Saran 61DAFTAR PUSTAKA 62LAMPIRAN 64

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman 1. Sikap Orang Tua Terhadap Anak 422. Komunikasi Orang Tua Terhadap Anak 433. Waktu Komunikasi Orang Tua Terhadap anak 434. Perhatian Orang Tua Terhadap anak 435. Teguran Orang Tua Terhadap Anak 446. Bentuk-bentuk Komunikasi Orang Tua Terhadap Anak 44

DAFTAR ISIHalamanLEMBAR PENGESAHANLEMBAR PERPUSTAKAANSURAT IZIN PENELITIANKATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiDAFTAR TABEL ivBAB I PENDAHULUANC. Latar Belakang Permasalahan 1D. Rumusan Masalah 5E. Tujuan Penelitian 5F. Pentingnya Penelitian 6G. Hipotesis Penelitian 6BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAANC. Komunikasi Orang Tua dalam Pendidikan Agama di keluarga1. Pengertian dan Indikator Komunikasi 72. Fungsi Komunikasi Orang Tua dalam Keluarga 113. Strategi Komunikasi dalam Keluarga 194. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Agama di Keluarga 255. Pendidikan agama di Lingkungan Keluarga 28D. Komunikasi sebagai Salah Satu Tujuan Pendidikan agama( link )1. Pengertian komunikasi31

BAB III METODOLOGI PENELITIANE. Waktu dan Tempat Penelitian 36F. Populasi dan Sampel 37G. Instrumen Penelitian 38H. Pengumpulan Data dan Analisis Data 38BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAND. Kondisi Objektif Lokasi Penelitian 41E. Komunikasi Orang Tua dalam Pendidikan agama di Lingkungan sekolah SMPN 1 Lemahsugih 42F. Bentuk-bentuk Komunikasi Orang Tua dalan Pendidikan Agama 451. Pemberian Latihan dan Pembiasaan 452. Pemberian Keteladanan 493. Pemberian Kasih Sayang 514. Pemberian Bimbingan 55BAB V KESIMPULAN DAN SARANC. Kesimpulan 60D. Saran 61DAFTAR PUSTAKA 62LAMPIRAN 64

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman 1. Sikap Orang Tua Terhadap Anak 422. Komunikasi Orang Tua Terhadap Anak 433. Waktu Komunikasi Orang Tua Terhadap anak 434. Perhatian Orang Tua Terhadap anak 435. Teguran Orang Tua Terhadap Anak 446. Bentuk-bentuk Komunikasi Orang Tua Terhadap Anak

KOMUNIKASI ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN AGAMADI LINGKUNGAN SISWA-SISWI DI SMPN 1 LEMAHSUGIHKEC.LEHAHSUGIH KAB.MAJALENGKA

PENELITIAN TINDAKAN KELASDiajukan sebagai salah satu syarat pengembangan profesi guruDan dipergunakan untuk kenaikan pangkat dari Golongan IVa/ ke IVb

Oleh :IMADUDIN,S.Pd.INIP.196005121986101002

PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKADINAS PENDIDIKAN KEBUDAYAAN PEMUDA DAN OLAH RAGAUPTD SMP NEGERI 1 LEMAHSUGIHAlamat :Jl.Lemahsugih No,702 Kec.Lemahsugih Kab.MajalengkaKab.Majalengka Jawa Barat2009

LEMBAR PENGESAHAN

KOMUNIKASI ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN AGAMADI LINGKUNGAN SISWA-SISWI DI SMPN 1 LEMAHSUGIHKEC.LEHAHSUGIH KAB.MAJALENGKA

PENELITIAN TINDAKAN KELASDiajukan sebagai salah satu syarat pengembangan profesi guruDan dipergunakan untuk kenaikan pangkat dari IVa/ ke IVb/

Oleh :IMADUDIN,S.Pd.INIP.196005121986101002

Menyetujui / Mengesahkan

Mengetahui,Kepala UPTD SMPN 1 Lemahsugih

DRS.H.OO SUTISNANIP. 196212101987031012Lemahsugih,Mei 2009Peneliti,

IMADUDIN,S.Pd.INIP.196005121986101002

LEMBAR PERPUSTAKAAN

KOMUNIKASI ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN AGAMADI LINGKUNGAN SISWA-SISWI DI SMPN 1 LEMAHSUGIHKEC.LEHAHSUGIH KAB.MAJALENGKA

Oleh :IMADUDIN,S.Pd.INIP.196005121986101002

PENELITIAN TINDAKAN KELASDiajukan sebagai salah satu syarat pengembangan profesi guruDan dipergunakan untuk kenaikan pangkat dari IVa/ ke IVb/

Pada tanggal; Mei 2009 Menyetujui / Mengesahkan

Mengetahui,Kepala UPTD SMPN 1 Lemahsugih

DRS.H.OO SUTISNANIP. 196212101987031012Lemahsugih,Mei 2009Pustakawan,

ENTOH,S.PdNIP.197307011998021001

PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKADINAS PENDIDIKAN KEBUDAYAAN PEMUDADAN OLAH RAGAUPTD SMPN 1 LEMAHSUGIHJl,Raya Lemahsugih No.702 Kec.Lemahsugih Kab.Majalengka

SURAT IZIN PENELITIANNomer :800/034/SMP.01/Disdikbudpora

Yang bertada tangan di bawah ini :Nama: DRS.OO SUTISNANIP: 196409041991111001

Pang.Gol/ruang: Pembina Tk.I/ IV/bJabatan: Kepala SMPN 1 LemahsugihDengan ini memberi izin kepadaNama: IMADUDIN,S.Pd.INIP: 196005121986101002

Pang.Gol/Ruang: Pembina / IV/aJabatan: Guru Bidang Study PAITugas : Penelitian di SMPN 1 LemahsugihTempat: SMPN 1 Lemahsugih Kab.MajalengkaDemikian surat izin ini agar dapat dilaksanakan sebagai manamestinya

Lemahsugih,03 Mei 2009Kepala UPTD SMPN 1 Lemahsugih

DRS.OO SUTISNA NIP.196409041991111001

57