ptk dinas mate

Upload: ziia-arrihaddatull-aisy

Post on 05-Oct-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ssssss

TRANSCRIPT

LAPORAN AKHIR

BAB I

PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam upaya mencapai suatu tujuan. Tujuan dari pembelajaran adalah perubahan perilaku, pola berpikir dan nilai sebagai hasil belajar. Proses pembelajaran hendaknya menggunakan sepenuh kemampuan belajar para siswa, membuat belajar menyenangkan dan memuaskan bagi mereka, memberikan sumbangan sepenuhnya pada kebahagiaan, kecerdasan, kompetensi, dan keberhasilan mereka sebagai manusia.

Kegiatan pembelajaran seringkali tidak sesuai dengan rencana, terutama pada komponen evaluasi yang telah ditentukan nilai ketuntasan belajar minimalnya. Ketidaksesuaian ini disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya, antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam diri siswa, rendahnya minat, malas, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar diri siswa, faktor penampilan guru, metode yang digunakan, media, lingkungan belajar, dan sebagainya.

Dalam pelajaran matematika, perolehan nilai selalu menjadi masalah dan jauh dari harapan seperti yang telah distandarkan secara nasional. Lebih spesifik lagi, perolehan nilai ulangan harian selalu mendapat hasil yang tidak memuaskan terutama pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar.

Rendahnya perolehan nilai pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar disebabkan oleh banyaknya rumus yang harus dihapal oleh siswa. Kebanyakan guru berasumsi bahwa bila hapal rumus maka siswa pasti mampu mengerjakan soal. Bila berasumsi demikian berarti metode yang digunakan hanya menghafal dan memberikan tugas. Pembelajaran seperti ini tidak mengakar pada permasalahan yang dihadapi siswa, sehingga pembelajaran tidak bermakna. Siswa tidak paham bagaimana rumus itu ditemukan, dan bagaimana menerapkannya.

Berdasarkan pada permasalahan pembelajaran tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang penerapan model pembelajaran dengan media tiga dimensi dalam menemukan proses pembentukan rumus luas permukaan bangun ruang sisi datar kubus dan balok dan mempercepat pemahaman rumusnya. Penulis berpendapat, pemahaman yang baik terhadap rumus luas permukaan bangun ruang sisi datar kubus dan balok diperoleh melalui pengalaman, bagaimana cara menemukan dan bagaimana pembahasannya.

Melihat kenyataan ini, penulis mencoba menerapkan penggunaan model enquiry-discovery learning dan pemanfaatan media tiga dimensi untuk meningkatkan pemahaman rumus luas permukaan bangun ruang sisi datar kubus dan balok pada siswa kelas IX B SMPN 12 Serang.

Dari uraian di atas, dapat dikemukakan secara ringkas latar belakang masalah ini, yakni:

1. Pada umumnya guru matematika belum meggunakan metode pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan dari materi pembelajaran.

2. Perlunya ditingkatkan pemahaman guru, tentang pentingnya media tiga dimensi dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar.

3. Adanya asumsi bahwa penerapan metode dan pemanfaatan media tidak berpengaruh terhadap peningkatan pemahaman rumus luas permukaan bangun ruang sisi datar kubus dan balok.

Berdasarkan pengamatan, literatur, dan pengetahuan peneliti, permasalahan ini belum pernah diangkat sebagai bahan penelitian dalam pembelajaran matematikan pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar.

B. Rumusan Masalah

Mengacu pada uraian latar belakang masalah penelitian, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:

Apakah penerapan model enquiry-discovery learning dengan media grafis tiga dimensi dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap rumus luas permukaan bangun ruang sisi datar kubus dan balok pada mata pelajaran Matematika siswa kelas IX B SMP Negeri 12 Serang?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan pemahaman siswa terhadap rumus luas permukaan bangun ruang sisi datar kubus dan balok pada pelajaran matematika yang pembelajarannya menggunakan model enquiry-discovery learning dengan media grafis tiga dimensi.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna sebagai pengalaman yang sangat berharga dalam mengkaji dan memahami suatu permasalahan. Penelitian ini sangat berguna bagi guru sebagai bahan kajian untuk memilih metode dan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan minat, dan kebutuhan belajar siswa.

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi guru-guru di sekolah lain, untuk memilih metode dan memanfaatkan media yang relevan, serta dapa memberikan dukungan dan partisipasi penuh kepada dunia pendidikan dan pembelajaran, karena dunia pendidikan dan pengajaran merupakan pilar dari kemajuan suatu bangsa.

Bagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan yang menyangkut sistem pembelajaran dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan. Kegunaan penelitian bagi:

a. Profesi Guru

Sebagai bahan informasi kepada guru untuk mengadakan evaluasi diri apakah sudah tepat dan relevan dengan kebutuhan dalam memilih metode dan media pembelajaran yang digunakan sehingga dapat meningkatkan pemahaman dalam belajar disamping belajar itu harus menyenangkan, menggairahkan, menakjubkan dan penuh kebermaknaan.

Sebagai bahan kajian bagi guru untuk meningkatkan profesionalisme dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui proses pembelajaran.

b. Bagi Siswa

Siswa dapat memahami rumus luas permukaan bangun ruang sisi datar yang berbentu kubus dan balok dengan cara menemukan sendiri.

Siswa dapat mengaplikasikan berbagai rumus luas permukaan bangun ruang sisi datar yang berbentuk kubus dan balok dalam conteks kehidupan sehari-hari.

c. Bagi Lembaga Pendidikan (sekolah)

Sebagai bahan informasi dan kajian dalam memberikan pelayanan prima kepada siswa sebagai warga belajar .

Sebagai bahan informasi dan kajian untuk memunculkan ide-ide baru dalam dunia pendidikan dan pembelajaran untuk, meningkatkan mutu lulusan sebagai pilar utama dalam meningkatkan mutu pendidikan.BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Enquiry-Discovery Learning

1. Pengertian

Enquiry-discovery learning adalah belajar mencari dan menemukan sendiri (Djamarah & Zain, 2006: 22). Dalam sistem belajar-mengajar ini ini guru menyajikan bahan pembelajaran tidak sampai pada bentuk final, tetapi siswa diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri. Siswa belajar terlibat aktif dengan konsep dan prinsip, dan guru hanya sebagai motivator siswa untuk melakukan percobaan.

Model pembelajaran ini cocok untuk pembelajaran eksakta dan yang relevan. Model ini memmilki keuntungan-keuntungan diantaranya:

1. Mendorong siswa memiliki rasa ingin tahu;

2. Memotivasi untuk melakukan kerja terus-menerus sampai menemukan jawaban;

3. Memecahkan masalah dengan berpikir kritis.

Model pembelajaran ini dapat membantu siswa untuk mencapai keingintahuannya, mendorong untuk memecahkan masalah atas kemauanya atau dalam kelompoknya, dan siswa lebih banyak melihat dan melakukan dari pada mendengarkan.

Model pembelajaran enquiry-discovery pada pelajaran eksakta membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan menggunakan demonsrasi dan gambar atau media tiga dimensi, sehingga belajar dapat fleksibel dan eksploratif ( Mustadji, 2006: 32). Dalam pembelajaran ini ada beberapa tujuan yang dapat dicapai, tujuan dapat dicapai tersebut antara lain; kesatu, pemenuhan informasi yang tidak asing bisa memperkuat struktur pengetahuan siswa. Kedua, kembali ke konsep sulit, dan mengajak siswa berdiskusi secara mendetail. Ketiga, memikirkan ulang masalah yang sulit, siswa biasa melihat solusi yang tampak sebelumnya. Keempat, menyajikan materi dari banyak perspektif dan mengerjakan masalah yang tidak terpecahkan bisa membantu siswa meningkatkan kemampuan intelektual.

Ada beberapa cara memotivasi yang berkaitan dengan pembelajaran discovery:

1. Hendaknya mendorong interpretasi informasi.

2. Hendaknya mengunakan materi permainan.

3. Hendaknyan mampu menumbuhkan rasa ingin tahu siswa walaupu kadang-kadang melenceng dari pelajaran.

4. Hendaknya menggunakan contoh-contoh yang kontras.

2. Prosedur Pembelajaran Enquiry-Discovery

Bruner (dalam Syaeful Bahri: 2006) mengembangkan prosedur pembelajaran inquiry-discovery dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Simulation

Guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan, atau menyuruh membaca, atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan.

2. Problem Statement; Siswa diberi kesempatan untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan. Permasalahan dipilih selanjutnya merumuskan dalam bentuk pertanyaan.

3. Data collection; Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan data dari berbagai informasi yang relevan, mengamati objek bangun ruang, dan melakukan uji coba sendiri.

4. Data processing; Semua informasi dari objek yang ditemukan diklasifikasikan, ditabulasikan, bahkan dihitung dengan cara tertentu sebagai pembuktian dari olahan data sebagai hasil pekerjaan siswa.

5. Verification atau pembuktian; Pembuktian kebenaran dari hasil pekerjaan siswa, apakah terjawab dengan benar atau tidak.

6. Generalization; Berdasarkan verifikasi tersebut siswa menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu.

Sistem belajar ini dikembangkan oleh Bruner yang menggunakan landasan pemikiran belajar. Hasil belajar dengan cara ini mudah diingat, mudah ditransfer untuk memecahkan masalah. Pengetahuan dan kecakapan anak dapat ditumbuhkan dan menimbulkan kepuasan atas penggunaannya sendiri. Dengan kata lain pembelajaran menjadi bermakna karena siswa dapat mengetahui serta paham dengan penemuannya sendiri.3. Langkah-Langkah Pembelajaran Enquiry-discovery

Berdasarkan prosedur pembelajaran enquiry-discovery yang dikemukakan oleh Bruner, maka penulis mengembangkan sistem pembelajaran itu dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Tahap Apersepsi

Pada tahap apersepsi, kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas oleh penulis saat ini sebagai berikut:

1. Menyampaikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa.

2. Memberikan motivasi tentang pentingnya memahami materi pembelajaran yang akan disampaikan.

3. Menyuruh siswa membaca, untuk memahami konsep materi pembelajaran.

4. Melakukan tanya jawab tentang permasalahan materi pembelajaran yang akan disampaikan.

b. Tahap Penyajian Materi

Pada tahap ini, langkah pembelajaran yang dilakukan sebagai berikut:

Mengidentifikasi Masalah

1. Guru menyajikan materi berupa permasalahan yang harus ditemukan oleh siswa.

2. Siswa mengidentifikasi berbagai permasalahan yang disajikan

3. Siswa memilih permasalahan dan selanjutnya merumuskan dalam bentuk pernyataan.

4. Siswa menyampaikan pernyataan itu sebagai jawaban sementara atas identifikasi yang ditemukan.

Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok dilakukan bertujuan untuk menjawab permasalahan yang disajikan dalam LKS secara berkelompok dengan cara menemukan solusi permaslahan terhadap pertanyaan itu. Selama diskusi kelompok siswa diberikan kesempatan untuk bertanya untuk pembuktian kebenaran dari penemuannya, dan melakukan pembuktian kebenaran secara berkelompok atas penemuanya.

Presentasi Hasil Kerja

1. Hasil kerja kelompok dipresentasikan, dan dibuat tabulasi data masing-masing kelompok.

2. Melakukan pembahasan secara bersama-sama untuk membuktikan kebenaran penemuan dari masing-masing kelompok, terbukti atau tidak. Kesimpulan

Merefleksikan pembelajaran yang telah dilakukan dan membuat kesimpulan tentang pembuktian kebenaran dari hasil penemuan yang telah dilakukan siswa secara berkelompok. c. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa terhadap pemahaman materi pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi berupa tes soal-soal yang dijawab secara individu.

B. Pengertian Media

Dalam kegiatan pembelajaran kehadiran media mempunyai arti yang sangat penting. Karena dalam kegiatan pembelajaran ketidakjelasan bahan pelajaran yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan ajar dapat disederhanakan oleh media.

Media sebagai alat bantu pembelajaran merupakan suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Karena gurulah yang menghendaki tugas dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik. Guru sadar, bahwa tanpa media bahan pelajaran sulit untuk dicerna, dan dipahami oleh peserta didik.

Media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Tetapi secara lebih khusus, pengertian media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat atau grafis, fotografis, atau elektroniks untuk menangkap, memroses, atau menyusun kembali informasi visual atau verbal (Kosasih 2007:10). Sedangkan Syaiful Bahri (2006: 136) menyatakan bahwa media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

AECT (Assosiation of Education an communication Technology, 1977), memberikan batasan bahwa media sebagai segala bentuk saluran yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.. Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Assosiation/NEA) memberi batasan media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak, audio visual, serta peralatannya.

Heinich, Molenda, Russel (1996: 8) mengartikan bahwa: A medium (plural media) is a channel of communication, example include film, televition, histogram, printed material, computer instructors. (media adalah saluran komunikasi termasuk film, televisi, histogram, materi tercetak, komputer dan instruktur).

Dari berbagai batasan di atas dapat dirumuskan bahwa media adalah sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa.

Media tiga dimensi pun dapat meningkatkan rasa ingin tahu, karena siswa mencoba sendiri menemukan rumus-rumus melalui praktik yang konkrit. Siswa dapat mengidentifikasi darimana rumus-rumus itu dan memahami proses terbentuknya sehinga pada akhirnya dapat mengapklikasikan.

1. Ciri-ciri Media Pembelajaran

Ciri-ciri khusus media pembelajaran berbeda menurut tujuan dan pengelompokkannya. Ciri-ciri media dapat dilihat menurut kemampuannya membangkitkan rangsangan pada indera penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan pengecapan (R. Angkowo, 2007: 11).

Secara umum media pembelajaran adalah media itu dapat diraba, dilihat, didengar, dan diamati melalui panca indera. Media pembelajaran dapat digunakan sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas. Media pembelajaran mengandung aspek alat-alat dan teknis yang sangat erat pertaliannya dengan metode mengajar. Dalam memilih media pembelajaran harus mengenal karakteristik jenis media tersebut. Dalam memilih media perlu diperhatikan tiga hal:

1. Kejelasan maksud dan tujuan pemilihan tersebut;

2. Sifat dan ciri media yang akan dipilih;

3. Adanya sejumlah media yang dapat dibandingkan karena pemilhan media pada dasarnya adalah proses pengambilan keputusan akan adanya alternatif -alternatif pemecahan yang dituntut oleh tujuan (Kosasih, 2007: 12)

Menurut Heinich, Molenda, Russel (1996: 8) jenis media yang lazim dipergunakan dalam pembelajaran antara lain, media nonproyeksi, media proyeksi, media audio, media gerak, media komputer, komputer multi media, dan media jarak jauh.

Jenis-jenis media dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan, histogram, poster, kartun dan komik, media grafis sering juga disebut media dua dimensi, yaitu media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar.

2. Media tiga dimensi, yaitu media dalam bentuk model padat, model penampang, model susun, model kerja, dan diorama.

3. Media proyeksi seperti slide, film strips, film, dan OHP.

4. Lingkungan sebagai media pembelajaran.

2. Media sebagai Sumber Belajar

Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi setiap anak didik, nilai-nilai tidak dating dengan sendirinya, tetapi terambil dari berbagai sumber (Syaiful bahri, Aswan Zain, 2006:138-139). Sumber belajar sesunggunya banyak terdapat dimana-mana. Udin Saripudin dan Winataputra (1999: 65) mengelompokkan sumber-sumber belajar menjadi lima kategori, yaitu manusia, buki/perpustakaan, media massa, alam lingkungan dan media pendidikan.

Media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu guru memperkaya wawasan anak didik. Keaneka ragaman media yang dijadikan sebagai sumber belajar memberikan pengalaman dan pengetahuan yang luas bagi anak didik.C. Bangun Ruang Sisi Tegak

Media tiga dimensi merupakan media dalam bentuk model padat, penampang, model susun, model kerja, dan diarama. Media tiga dimensi dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar dapat mempermudah pemahaman rumus. Dalam pembelajarannya siswa diperkenalkan berbagai bentuk bangun ruang sisi datar. Bangun-bangun tersebut berupa; kubus, balok, prisma, limas.

a. Kubus

Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua belas garis sebagai sisinya yang membentuk bangun persegi sama sisi yang berdimensi tiga (Prasetyono:257). Dengan kata lain bangun kubus dibangun dari enam buah bangun datar persegi atau bujur sangkar yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah bangun yang berdimensi tiga.

b. Balok

Balok adalah suatu bangun ruang yang berdimensi tiga yang dibatasi oleh dua belas garis sebagai sisinya yang membentuk bangun persegi panjang yang terdiri dari tiga pasang yang kongruen (Prasetyono:260). Dengan kata lain suatu balok memiliki pasangan sisi yang berbentuk daerah persegi panjang yang setiap pasangnya kongruen.

c. Prisma

Suatu bangun ruang yang dibatasi dua bidang sejajar yang kongruen sebagai bidang alas dan bidang atas serta bidang-bidang lainnya sebagai sisi tegak (Ponco:65).

d. Limas

Suatu bangun ruang yang alasnya berbentuk segi banyak dan bidang-bidang sisi tegaknya berbentuk segi tiga yang berpotongan pada satu titik. Titik potong dari sisi-sisi tegak limas disebut titik puncak limas (Ponco:67).

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan pada latar belakang masalah dan kajian pustaka yang telah dideskripsikan di atas, maka penulis merumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Penerapan Model Enquiry-discovery learning dengan media tiga dimensi dapat meningkatkat pemahaman rumus luas permukaan bangun ruang sisi datar kubus dan balok pada mata pelajaran Matematika siswa kelas IX B SMP Negeri 12 Serang BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam melakukan penelitian diperlukan sebuah desain atau rancangan. Desain penelitian merupakan salah satu rancangan agar peneliti memperoleh data-data secara tepat (valid) sesuai dengan sifat-sifat variabel dan tujuan penelitian. Desain penelitian yang akan dilakukan yaitu berupa rencana tindakan yang meliputi; 1) setting penelitian, 2) objek atau subjek yang diteliti, 3) pelaksanaan tindakan, 4) pengumpulan data, dan 5) analisis data.

B. Waktu, Obyek, dan Lokasi PenelitianPenelitian ini dilaksanakan bulan Juli-Agustus tahun 2008. Adapun yang menjadi lokasi penelitian yaitu SMP Negeri 12 Serang. Sekolah ini lokasinya berada dipinggir kota Serang dengan tipe sekolah B. Dipilihnya sekolah ini sebagai tempat penelitian karena peneliti bertugas di sekolah tersebut. SMP Negeri 12 Serang memiliki karakter siswa yang unik dalam perilaku belajar. Siswa belum memahami bahwa belajar sebagai kebutuhan bagi dirinya.

Keunikan karakter ini dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya kondisi lingkungan, ekonomi, motivasi orang tua, dan minat siswa. Siswa harus selalu dituntun dan dimotivasi terus menerus. Siswa yang dijadikan objek penelitian adalah siswa kelas IX B yang berjumlah 42 orang.C. Langkah-Langkah Penelitian

Pelaksanaan tindakan merupakan langkah riil yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data hasil penelitian. Agar pelaksanaan tindakan ini beralur maka penulis menggambarkan dalam bentuk siklus Suharsimi Arikunto sebagai berikut:

1. Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti melakukan action research tentang rencana tindakan yang dilakukan. Adapun tindakan yang dilakukan peneliti pada tahap ini sebagai berikut:

1. Mempersiapkan lembar pengamatan (observasi), monitoring dan lembar kerja siswa sebagai insrumen-instrumen penelitian.

2. Memotivasi siswa untuk belajar materi bangun ruang sisi datar yang berbentuk kubus dan balok yang telah disajikan dalam bentuk gambar dan alat peraga.

3. Mengelompokkan siswa menjadi 7 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 orang.

4. Mempersiapkan alat peraga bangun ruang.

5. Membagikan lembar kerja siswa pada masing-masing kelompok.

6. Melaksanakan pengamatan, dan memberikan soal-soal.

7. Mempersiapkan rencana pembelajaran dengan tahapan-tahapan.

Tabel 3.1 Tahap Persiapan Tindakan

No.sk / kdStandar Kompetensi /

Kompetensi DasarAlo kasiModelRencana PembelajaranDominasi Tindakan

2.1

2.1.1

2.1.2

2.1.3

Kubus dan balok

Unsur-unsur kubus dan balok

Merancang jaring-jaring kubus dan balok

Menemukan rumus luas permukaan kubus dan balok.2

2

2

Kubus, balok

Inquiry-discovery learning

Inquiry-discovery learning

I

II

III

Peningkatan pemberian motivasi

Pemberdaya an siswa

Pemberdayaan siswa

Tabel 3.2 Implementasi Tindakan

SiklusTahap ITahap IITahap III

I

II

25 Juli 2008

KBM sub. 2.1.1

Apersepsi

KBM didominasi

Pengenalan unsur-unsur bangun ruang sisi datar kubus dan balok

8 Agustus 2008

KBM refleksi Siklus I

Tahap I Kerja Kelompok dengan model enquiry-discovery

26 Juli 2008 KBM refleksi sub 2.1.1

KBM sub 2.1.2

Kerja Kelompok dengan model enquiry-discovery

9 Agustus 2008 KBM refleksi Siklus I

Tahap I dan II

Kerja Kelompok

Dengan model

Enquiry-discovery

Presentasi Kerja Kelompok

1- 2 Agustus 2008 KBM refleksi sub 2.1.2

KBM sub 2.1.3

Kerja kelompok dengan model enquiry-discovery Analisa Siklus I15-23 Agustus 2008 KBM refleksi Siklus I

Tahap II dan III

Kerja Kelompok

Dengan model

Enquiry- discovery

Presentasi Kerja Kelompok

Analisa Siklus II

Pembuatan Laporan

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini adalah penerapan skenario pembelajaran yang diterapkan. Adapun skenario pembelajaran yang diterapkan sebagai berikut:

Tabel 3.2 Langkah Pembelajaran Enquiry-Discovery

LANGKAHKEGIATAN PEMBELAJARAN

1. Orientasi Masalah

2.Mengorganisasikan siswa untuk belajar

3. Membantu menyelidiki secara mandiri atau kelompok

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja

5. Menganalisis dan mengevaluasi hasil penemuan Menginformasikan tujuan pembelajaran

Menciptakan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide yang terbuka

Mengarahkan pada pertanyaan atau masalah

Membantu siswa menemukan konsep rumus bangun ruang

Mendorong siswa untuk terbuka dengan teman kelompoknya dalam penyampaian ide dan penemuan secara aktif

Menguji pemahaman siswa atas konsep yang ditemukan

Memberikan kemudahan kepada siswa dalam pengerjaan atau penemuan terhadap masalah yang dihadapi

Mengerjakan dan menyelesaikan tugas

Mendorong kerjasama

Mendorog dialog, diskusi dengan teman

Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas yang berkautan dengan penemuan

Membantu merumuskan hipotesis

Membantu meberikan solusi

Membimbing siswa mengerjakan lembar kegiatan

Membimbing siswa menyajikan hasil kerja

Membantu siswa mengkaji ulang hasil penemuan

Memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah

Mengevaluasi materi

3. Pengamatan atau Observasi

Pada tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan skenario pembelajaran. Peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Pengamatan ini sebagai penilaian proses yang diskorkan dalam lembar pengamatan .

4. Refleksi

Pada tahap ini peneliti mengkaji ulang secara menyeluruh terhadap tindakan penelitian yang dilakukan. Pada tahap selanjutnya dilakukan analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang telah dilakukan.

D. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

1. Pengumpulan Data

Untuk teknik pengumpulan data menggunakan observasi, angket, wawancara, monitoring, dan tes. Prosedur yang ditempuh sebagai berikut: Mengumpulkan data nama-nama siswa yang dijadikan subjek yang diteliti.

Melakukan observasi atas minat siswa dalam mengikuti pembelajaran bangun ruang sisi datar.

Menyebarkan angket

Melakukan wawancara

Melaksanakan tes.2. Analisis Data

Data dianalisis secara deskriptif kualitatif atau mendeskripsikan data hasil penelitian yaitu dengan cara memmaparkan atau mendeskripsikan data hasil penelitian. Data yang dianalisis adalah:

Observasi Penerapan Metode Enquiry-discovery

Kegiatan observasi ini dilaksanakan pada saat kegiatan pembelajaran dalam siklus. Penskoran dinyatakan dalam bentuk angka (jumlah) yang kemudian diprosentasekan.

Skor Maksimal = 10 x 4 x 42

= 1680

Prosentase = Jumlah skor x 100%

Skor maksimal

Angket siswa

Angket ini diberikan kepada siswa pada akhir siklus II. Penskorannya sebagai berikut:

Jawaban A, diberi skor 3

Jawaban B, diberi skor 2

Jawaban C, diberi skor 1

Skor Maksimal = 10 x 3 x 42

= 1260 Prosentase = Jumlah skor x 100%

Skor maksimal

Angket Guru

Angket ini diberikan kepada siswa pada akhir siklus II. Penskorannya sebagai berikut:

Jawaban A, diberi skor 3

Jawaban B, diberi skor 2

Jawaban C, diberi skor 1

Skor Maksimal = 10 x 3

= 30 Prosentase = Jumlah skor x 100%

Skor maksimal

Wawancara Guru

Kolaborator/guru mitra mengadakan wawancara kepada guru objek PTK. Penskorannya sebagai berikut:

Jawaban Selalu diberi skor 3

Jawaban Kadang-kadang diberi skor 2

Jawaban Tidak pernah diberi skor 1

Skor Maksimal = 10 x 3

= 30 Prosentase = Jumlah skor x 100%

Skor maksimal

Wawancara Siswa

Kolaborator/guru mitra mengadakan wawancara kepada siswa objek PTK. Penskorannya sebagai berikut:

Jawaban Selalu diberi skor 3

Jawaban Kadang-kadang diberi skor 2

Jawaban Tidak pernah diberi skor 1

Skor Maksimal = 10 x 3 x 42

= 1260

Prosentase = Jumlah skor x 100%

Skor maksimal

Hasil Tes

Pedoman penskoran hasil tes akhir sebagai berikut:Skor Maksimal = 100 x 42 = 4200 Rata-rata NA = Jumlah skor Jumlah siswa

Prosentase = Jumlah skor x 100% Jumlah siswa

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama yang dibagikan kepada 42 responden di kelas IX B SMP Negeri 12 Serang. Pada bagian ini akan disajikan data hasil penelitian, secara berturut-turut diuraikan dua hal pokok; yaitu (1) Hasil penelitian, (2) Pembahasan hasil penelitian.

A. Hasil Penelitian

Pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah analisisis deskriptif, yaitu menggambarkan atau mendeskripsikan serta menetapkan kecenderungan data. Adapun langkah-langkah analisis sebagai berikut:

1. Data hasil penelitian ditabulasikan secara nominal

2. Hasil tabulasi data digambarkan dalam bentuk histogram3. Hasil histogram berupa angka prosentase 4. Angka prosentase dideskripsikan berdasarkan kecenderungan tindakan yang dilakukan guru dan reaksi siswa sebagai upaya peningkatan pemahaman rumus luas permukaan bangun ruang sisi datar kubus dan balok dengan model enquiry-discover learning.. B. Pembahasan Hasil Penelitian

Untuk mengetahui adanya peningkatan atau tidak dalam mengikuti proses pembelajaran menemukan rumus bangun ruang sisi datar kubus balok dengan model pembelajaran enquiry-dicovery, maka akan dibandingkan respon siswa berdasarkan selisih prosentase setelah diberi perlakuan tindakan.1. Hasil Observasi Proses Pembelajaran

Keterangan : Pernyataan nomor 1 s.d. 10 lihat lampiran 1

Kesimpulan : Dari 42 responden terdapat kenaikan minat dalam mengikuti pembelajaran menemukan pembentukan rumus luas bangun ruang sisi datar kubus dan balok dengan model enquiry-discovery learning . Berdasarkan histogram hasil pengolahan data rata-rata untuk observasi proses pembelajaran dalam siklus 1= 60,47% dan Siklus 2= 71,55%. Dengan demikian minat siswa dalam pembelajaran menemukan proses pembentukan rumus luas bangun ruang sisi datar kubus dan balok mengalami peningkatan 11,08%.2. Hasil Angket Proses Pembelajaran

a. Siswa

Keterangan : Pernyataan nomor 1 s.d. 10 lihat lampiran 2Kesimpulan : Dari 42 responden terdapat kenaikan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran menemukan pembentukan rumus luas bangun ruang sisi datar kubus dan balok dengan model enquiry-discovery learning. Berdasarkan histogram hasil pengolahan data siswa rata-rata angket siswa dalam pembelajaran pada siklus 1= 69,44% dan Siklus 2= 80,79%. Berdasarkan prosentase masing-masing siklus tersebut, terdapat peningkatan aktivitas pembelajaran sebesar 11,35%.b. Bagi guru

Keterangan : Pernyataan nomor 1 s.d. 10 lihat lampiran 3Kesimpulan : Berdasarkan histogram hasil pengolahan data angket guru dalam pembelajaran menemukan pembentukan rumus luas bangun ruang sisi datar kubus dan balok dengan model enquiry-discovery learning rata-rata hasil angket siklus 1= 70%, dan siklus 2= 83% . Berdasarkan angket tersebut maka aktivitas guru dalam pembelajaran mengalami peningkatan 13%.3. Hasil Wawancara Proses Pembelajaran

a. Wawancara Siswa

Keterangan : Pernyataan nomor 1 s.d. 10 lihat lampiran 2

Kesimpulan : Berdasarkan histogram hasil pengolahan data wawancara siswa dalam proses pembelajaran menemukan pembentukan rumus luas bangun ruang sisi datar kubus dan balok dengan model enquiry-discovery learning rata-rata hasil wawancara dengan siswa, siklus 1= 66,14%, dan siklus 2= 77,93%. Berdasarkan data tersebut maka respon terhadap pembelajaran mengalami peningkatan 11,79%.b. Wawancara Guru

Keterangan : Pernyataan nomor 1 s.d. 10 lihat lampiran 3

Kesimpulan : Berdasarkan histogram hasil pengolahan data wawancara guru dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan aktivitas. Siklus 1= 67%, dan siklus 2= 80%. Berdasarkan wawancara dengan guru tersebut respon terhadap pembelajaran dengan model Enquiry-discovery learning mengalami peningkatan 13 %.4. Hasil Tes

Berdasarkan hasil tes diperoleh nilai rata-rata pada siklus 1= 59,04, pada siklus 2= 70,02. Dari uraian data tersebut terdapat peningkatan hasil belajar sebesar 10,98%

Dengan demikian pembelajaran menemukan pembentukan rumus luas bangun ruang sisi datar kubus dan balok dengan model enquiry-discovery learning dapat meningkatkan pemahaman siswa yang ditandai dengan meningkatnya nilai hasil belajar pada setiap siklus penelitian yang dilakukan. Peningkatan ini dapat di lihat dari rata-rata nilai yang diperoleh pada siklus 2 dalam prosentase peningkatannya.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Mengacu pada data hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika pada pokok bahasan menemukan proses pembentukan rumus luas bangun ruang sisi datar kubus dan balok dengan model enquiry-discovery learning mempunyai pengaruh yang besar dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX B SMP Negeri 12 Serang. Besarnya pengaruh tersebut sebagai berikut:

1. Model enquiry-discovery learning mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap menemukan pembentukan rumus luas bangun ruang sisi datar kubus dan balok. Hal ini dibuktikan berdasarkan siklus 1 memperoleh rata-rata nilai tes siklus 1=59,04 dan siklus 2= 70.02 2. Peningkatan tersebut dapat diprosentasekan sebagai berikut; Siklus 1 ke siklus 2= 10,98% Dengan demikian terbukti bahwa pembelajaran menemukan pembentukan rumus luas bangun ruang sisi datar kubus dan balok dengan model enquiry-discovery learning, dapat meningkatkan hasil belajar.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan penelitian, pembahasan dan simpulan menunjukkan adanya pengaruh model enquiry-discovery lerning dalam pembelajaran menemukan pembentukan rumus luas bangun ruang sisi datar kubus dan balok mengalami peningkatan. Karena besarnya peningkatan tersebut, maka diperlukan saran kepada berbagai pihak yang terkait terutama kepada pembelajar sebagai berikut:

1. Pembelajar hendaknya dapat memilih berbagai model pembelajaran dan pendekatan yang relevan dengan kebutuhan dunia peserta didik dan lingkugannya. Pendekatan pembelajaran yang releven mampu memberikan kegairahan, minat dan pengembangan potensi yang dimiliki siswa. Pendekatan pembelajaran hendaknya sesuai dengan konteks dunia nyata bukan dunia abstrak.

2. Pembelajar hendaknya mampu menumbuhkan minat belajar bisa memberikan motivasi agar dapat mencapai hasil belajar yang baik, penuh gairah, menyenangkan dan menakjubkan.

3. Pembelajar hendaknya mampu menumbuhkan suasana belajar yang kondusif , di ruang kelas atau di alam terbuka dengan konteks bahan ajar yang disesuaikan dengan kompetensi yang dimiliki siswa.

4. Untuk peneliti selanjutnya

Secara teoritis variabel yang berpengaruh terhadap prestasi belajar itu banyak bila dillihat dari berbagai faktor. Karena keterbatasan kami, maka model enquiry-discovery learning dijadikan sebagai faktor yang dominan dalam upaya peningkatan prestasi belajar, walaupun masih banyak faktor lain. Bagi peneliti selanjutnya dapat mencari faktor-faktor lain yang dapat dijadikan bahan penelitian dengan mencari berbagai metode pembelajaran yang relevan.

Demikian uraian bab V ini yang mengemukakan simpulan dan saran yang berkaitan dengan upaya meningkatan pemahaman menemukan pembentukan rumus luas bangun ruang sisi datar kubus dan balok pada siswa kelas IX B SMP Negeri 12 Serang.

DAFTAR PUSTAKA

AECT. 1996. Definisi Teknologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali

Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.Angkowo.R, Kosasih A. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta: PT Grasindo

Degeng, NS. 2005. Teori Belejar dan Pembelajaran. Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Djamarah. SB, Zain A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Dwi Prasetyono, Sunar . 2008. Matematika Dasar. Yogyakarta: Think

Murwani, Santosa, 2005. Model Proposal Penelitian. Jakarta: UHAMKA.

Meier, Dave. 2005. The Accelerated Learning. Bandung : Kaifa

Mustaji, Sugiarso. 2005. Pembalajaran Berbasis Konstruktivistik. Surabaya: Unessa University Press.

Muwarni S. 2005. Metodologi Penelitian Ilmiah. Jakarta: Uhamka

Natawijaya R. 1979. Psikologi Pendidikan. Jakarta : CV. Mutiara

Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Depdiknas.

Rochiati,R. 2006. Model pembelajaran Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Sujatmiko, Ponco. 2005. Matematika Kreatif. Solo: Tiga Serangkai

PERMASALAHAN

JIKA BELUM SELESAI

PERMASALAHAN

REFLEKSI

PENGAMATAN/

PENGUMPULAN DATA

PELAKSANAAN TINDAKAN

PERENCANAAN TINDAKAN

DILANJUTKAN SIKLUS BERIKUTNYA

PAGE 26