proposal ptk mate
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Salah satu permasalahan yang menyangkut pengelolaan
proses belajar mengajar mata pelajaran matematika di SD adalah
kurangnya pengetahuan bagi guru SD, serta terbatasnya dana dan
sarana tentang bagaimana cara membuat dan menggunakan
media/alat peraga dalam pembelajaran matematika. Di sisi lain
pentingnya media/alat peraga dalam pembelajaran matematika telah
diakui oleh semua jajaran pengelola pendidikan dan para ahli
pendidikan.
Kompetensi guru dalam pelaksanaan interaksi belajar
mengajar mempunyai indikator, mampu membuka pelajaran,
mampu menyajikan materi, mampu menggunakan metode/strategi,
mampu menggunakan media/ alat peraga, mampu menggunakan
bahasa yang komutatif, mampu memotivasi siswa, mampu
mengorganisasi kegiatan, mampu menyimpulkan pelajaran, mampu
memberikan umpan balik, mampu melaksanakan penilaian, dan
mampu menggunakan waktu. (Departemen Pendidikan Nasional,
2004 ; 13 – 14).
Agar pembelajaran yang akan diberikan oleh guru kepada
siswa berhasil sesuai dengan kompetensi dasar, maka guru
diharapkan dapat menyusun langkah- langkah pengembangan
silabus pembelajaran, diantaranya merumuskan pengalaman belajar
siswa meliputi; 1). Pengalaman belajar merupakan kegiatan fisik
dan mental yang perlu dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan
sumber belajar dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan
standar kompetensi. 2). Pengalaman belajar dapat dilaksanakan di
dalam dan di luar kelas. Kegiatan yang diberikan sebagai
pengalaman belajar siswa harus berorientasi agar siswa aktif dalam
belajar, iklim belajar menyenangkan, fungsi guru lebih ditekankan
1
sebagai fasilitator dari pada sebagai pemberi informasi, siswa
terbiasa mencari sendiri informasi (dengan bimbingan guru) dari
berbagai sumber, siswa dibekali dengan kecakapan hidup dan
dibiasakan memecahkan permasalahan yang kontektual yaitu
terkait dengan lingkungan (nyata maupun maya) dari siswa. 3).
Pada hakekatnya pengalaman belajar memberikan pengalaman
kepada siswa untuk menguasai kompetensi dasar secara ilmiah
dan ditinjau dari dimensi kompetensi yang ingin dicapai
pengalaman belajar meliputi pengalaman untuk mencapei
kompetensi pada ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Selanjutnya pengalaman belajar dirumuskan dengan kata kerja
yang opersional.(Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata
Pelajaran Matematika, Dit. PMU, Ditjen Dikdsmen, Depdiknas, 2003 ;
3)
Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, anak usia
Sekolah Dasar berada pada tahap konkret operasional, dengan ciri-
ciri sebagai berikut: (1)Pola berpikir dalam memahami konsep
yang abstrak masih terikat pada benda konkret (2)Jika diberikan
permasalahan belum mampu memikirkan segala alternatif
pemecahannya (3)Pemahaman terhadap konsep yang berurutan
melalui tahap demi tahap, misal pada konsep panjang, luas,
volum, berat, dan sebagainya.(4)Belum mapu menyelesaikan
masalah yang melibatkan kombinasi urutan operasi pada masalah
yang kompleks. (5)Mampu mengelompokkan objek berdasarkan
kesamaan sifat-sifat tertentu, dapat mengadakan korespondensi satu-
satu dan dapat berpikir membalik.(6) Dapat mengurutkan unsur-
unsur atau kejadian (7) Dapat memahami ruang dan waktu. (8)
Dapat menunjukkan pemikiran yang abstrak.
Berdasarkan pada uraian diatas, siswa pada usia sekolah
dasar dalam memahami konsep-konsep matematika masih sangat
memerlukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan benda
nyata (pengalaman-pengalaman konkret) yang dapat diterima akal
2
mereka. Dengan demikian peneliti mengangkat judul penelitian yaitu “
Meningkatkan Keterampilan Berhitung Siswa Dengan Menggunakan
Media Lidi Pada Materi Penjumlahan Bilangan Bulat Di Kelas IV SDN
Mabung I Kecamatan BaronKabupaten Nganjuk Tahun Pelajaran
2012/2013”
B. Rumusan masalah
Perumusan Masalah Dari latar belakang di atas antara lain:
1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan berhitung siswa dengan
menggunakan media lidi pada materi penjumlahan bilangan bulat di kelas
IV SDN Mabung I Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk Tahun Pelajaran
2012/2013 ?
2. Bagaimanakah hasil belajar siswa setelah menggunakan media lidi untuk
media berhitung pada materi penjumlahan bilangan bulat di kelas IV SDN
Mabung I Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk Tahun Pelajaran
2012/2013 ?
C. Tujuan
Tujuan dari rumusan masalah tersebut antara lain:
1. Meningkatan kemampuan berhitung siswa dengan menggunakan media
lidi pada materi penjumlahan bilangan bulat di kelas IV SDN Mabung I
Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk Tahun Pelajaran 2012/2013
2. Mengetahui hasil belajar siswa setelah menggunakan media lidi untuk
media berhitung pada materi penjumlahan bilangan bulat di kelas IV SDN
Mabung I Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk Tahun Pelajaran
2012/2013
D. Hipotesis
Hipotesis dari tujuan penelitian tersebut antara lain :
1. 75% siswa kelas IV SDN Mabung I Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk
Tahun Pelajaran 2012/2013 kemampuan berhitungnya meningkat
mencapai SKM 70 jika berhitung dengan menggunakan media lidi
3
2. 75% siswa kelas IV SDN Mabung I Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk
Tahun Pelajaran 2012/2013 hasil belajarnya meningkat meningkat
mencapai SKM 70 jika berhitung dengan menggunakan media lidi
E. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi semua
pihak, antara lain:
1. Bagi Guru
Memberikan pembelajaran secara langsung bagi guru tentang
pembelajaran yang menggunakan media lidi guna meningkatkan
pemahaman siswa terhadap operasi penjumlahan bilangan bulat,
sehingga menambah wawasan dalam melaksanakan proses
pembelajaran di kelas.
2. Bagi Siswa
Meningkatkan keterampilan bagi siswa tentang penggunaan media
lidi dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat berperan aktif
dan kreatif terutama pada penjumlahan bilangan bulat.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi sekolah untuk
meningkatkan pemahaman tentang fungsi penelitian tindakan kelas.
4. Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman langsung bagi peneliti dalam menerapkan
pembelajaran dengan menggunakan media lidi dalam penjumlahan
bilangan bulat serta memberikan dorongan untuk melaksanakan
penelitian lagi dengan pembelajaran-pembelajaran matematika yang
lain.
4
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kurikulum
Perkembangan pengetahuan dan tehnologi sangat mempengaruhi
kurikulum matematika. Pembaharuan pendidikan oleh Menteri Pendidikan
Nasional antara lain telah menghasilkan Standar Nasional tentang Standar
Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 diantaranya prinsip pelaksanaan
kurikulum.
Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan
menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut: a) Pelaksanaan kurikulum
didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk
menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta
didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta
memperoleh kesempatan untuk mengekpresikan dirinya secara bebas,
dinamis dan menyenangkan. b) Kurikulum dilaksanakan dengan
menegakkan kelima pilar belajar, yaitu: (a) belajar untuk beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami
dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat
secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang
lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui
proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. c).
Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan
yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan
potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap
memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang
berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral. d).
Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan
pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrap, terbuka, dan
hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madya mangun karso,
ing ngarso sung tulada (di belakang memberikan daya dan kekuatan, di
5
tengah membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan contoh
dan teladan). e). Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan tehnologi
yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber
belajar, dengan prinsip alam takambang jadi guru (semua yang terjadi,
tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta
lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan).
f). Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial
dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan
muatan seluruh bahan kajian secara optimal. g). Kurikulum yang
mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal
dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan,
dan kesinambungan yang cocok dan memadai antar kelas dan jenis serta
jenjang pendidikan. (Menteri Pendidikan Nasional, 2006 : 6-7).
Secara khusus kurikulum matematika sekolah dasar dilaksanakan
pada semua kelas mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI, untuk
kelas I sampai dengan kelas III menggunakan pembelajaran tematik
sedangkan untuk kelas IV sampai dengan kelas VI mata pelajaran.
Materi pokok dalam pembelajaran matematika kelas IV sekolah dasar
meliputi: bilangan, pengukuran, bangun datar, bangun ruang dan
penekanan pada penguasaan bilangan. Operasi penjumlahan pada bilangan
bulat sebagai dasar pemahaman pengurangan bilangan bulat dan
diajarkan mulai dari kelas IV sampai dengan kelas VI.
B. Belajar
Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki sejumlah
karakteristik proses, diantaranya proses belajar mengajar yang
efektivitasnya tinggi. Sekolah yang menerapkan MBS memiliki efektivitas
proses belajar mengajar yang tinggi. Ini ditunjukkan oleh sifat proses
belajar mengajar yang menekankan pada pemberdayaan peserta didik.
Dalam buku Manajemen Berbasis Sekolah yang diterbitkan Depdinas
(2006 : 15) menyatakan bahwa proses belajar mengajar bukan sekedar
6
memorisasi dan recall, bukan sekedar penekanan pada penguasaan
pengetahuan tentang apa yang diajarkan (logos), akan tetapi lebih
menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan sehingga
tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan dihayati (ethos) serta
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik (pathos).
Proses belajar mengajar yang efektif juga lebih menekankan pada belajar
mengatahui (learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar
hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi diri
sendiri (learning to be). Untuk mengoptimalkan pembelajaran diperlukan
media/alat peraga.
C. Media
Untuk mengembangkan pemahaman dan keterampilan secara
optimal dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman tentang media.
Pengetahuan itu meliputi: 1. Media sebagai alat komunikasi guna lebih
mengefektifkan proses belajar mengajar, 2. Fungsi media dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan, 3. Tentang proses-proses mengajar, 4.
Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan, 5. Nilai atau
manfaat media pendidikan dalam pengajaran, 6. Memilih dan
menggunakan pendidikan, 7. Berbagai jenis alat dan teknik media
pendidikan, 8. Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran dan 9.
Usaha inovasi dalam media pendidikan dan lain-lain. Dititik dari
beberapa pokok yang telah di kemukakan diatas, jelaslah bahwa media
pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat
melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses
pendidikan dan usaha pengajaran di sekolah. (Hamalik, 1980 : 15-16).
D. Pembelajaran Matematika PTK Matematika SD Kelas 4
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di
SD berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi
dengan menggunakan bilangan, simbul serta ketajaman penalaran yang
dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk itu dalam menyusun perencanaan
7
pembelajaran agar tujuan yang diinginkan tercapai, maka perlu kita
perhatikan hal-hal berikut ini: 1. kesiapan intelektual siswa 2. teori
mengajar dan 3. teori belajar.
1. Kesiapan Intelektual Siswa
Guru mengajar dengan baik haruslah memperhatikan kesiapan
kognitif siswa, yang mencakup dua hal yaitu mengenai perkembangan
intelektual anak dan pengalaman belajar yang telah diperoleh siswa.
Tahap-tahap berpikir anak yang dikemukakan Piaget harus
diperhatikan penyusunan kurikulum sekolah. Khususnya dalam
menyusun skenario pembelajaran matematika, karena perkembangan
intelektual anak yang dikemukakan Pieget dirasakan untuk pengajaran
matematika di sekolah. Dengan demikian media mengajar matematika
yang dipergunakan harus sesuai dengan perkembangan intelektual
anak. Perkembangan intelektual anak menurut Piaget ada empat tahap,
yaitu :
a. Periode mencari motor. Tahap ini dicapai anak sampai umur dua
tahun.
b. Periode persiapan operasi kongkrit. Tahap ini dicapai anak mulai
dapat memanipulasi simbul-simbul dari benda-benda sekitarnya.
c. Periode operasi konkrit. Tahap ini dicapai anak pada usia tujuh
tahun sampai sebelas tahun. Anak pada usia ini ditandai dengan
permulaan berfikir matematika logis dan observasi dari
pengalaman dengan objek nyata dan ia mulai dapat
menggeneralisasikan objek-objek tadi.
d. Periode operasi formal. Pada tahap ini biasanya dicapai anak
mulai umur sebelas tahun ke atas. Pada tahap ini konsep
konservasi telah tercapai sepenuhnya. Anak mulai mempunyai
kemampuan untuk melihat abstrak.
Tahap-tahap perkembangan kognitif anak yang dikemukaan Piaget ini,
berlaku bagi setiap anak tetapi umur yang dinyatakan diatas sangat
menentukan, terutama pada anak usia SD. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa anak-anak pada periode operasi kongkrit anak
8
mulai dapat berfikir matematika logis dan observasi dari pengalaman
benda-benda nyata. Dengan demikian teori Pieget berguna untuk
pengajaran matematika di sekolah dasar.
Menurut Pujiati (2004 : 6) benda-benda kongkrit pada
pembelajaran matematika digunakan untuk penanaman konsep pada
siswa, jika penanaman konsep belum dikuasai oleh siswa, maka
pembelajaran berikutnya sulit dipahami oleh siswa, karena siswa usia
SD mulai berfikir logis dari pengalaman dengan objek-objek nyata
atau tiruan, sedangkan “fungsi alat peraga adalah sebagai media/alat
peraga dalam menanamkan konsep-konsep pada pembelajaran
matematika”
Dari sini dapat disimpulkan bahwa media/alat peraga dalam
pembelajaran matematika di SD memegang peran sangat penting
untuk menanamkan konsep-konsep baru.
2. Teori Mengajar
Metoda laboratory mengutamakan usaha mengembangkan
kemampuan indera, terutama penglihatan, peraba, dan gerak
otot/kinetis, untuk dapat membantu secara optimal kemampuan
abstraksi dan keterampilan siswa. Pada dasarnya kemampuan mental
yang ingin dicapai melalui kegiatan laboratory sama dengan pada
kegiatan yang sifatnya heuristic. Yaitu, siswa menemukan konsepatau
keterampilan yang dipelajari. Cara yang digunakan terutama dalam
bentuk penemuan terbimbing melalui media yang berupa lembar kerja
atau tugas terstruktuk serta dimungkinkan di lengkapi alat peraga. (Elly
E. 1996 ; 3).
Dengan demikian mengajar tidak hanya memberikan suatu
definisi yang harus dihafal, media apa yang digunakan, dan bagaimana
menemukan konsep-konsep itu, sehingga pembelajaran itu lebih aktif
bagi siswa, tidak menjenuhkan dan membuat siswa penasaran.
9
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan
Kelas, penelitian tindakan kelas ini dimaksudkan untuk
mendiskripsikan penggunaan media lidi untuk meningkatkan
kemampuan menghitung siswa pada materi penjumlahan bilangan
bulat pada siswa kelas IV SDN Mabung I Kecamatan Baron
Kabupaten Nganjuk.
Siklus pertama merupakan identifikasi masalah, pelaksanaan
tindakan, dilanjutkan alternatif pemecahan masalah dan rencana
tindakan, pelaksanaan tindakan kemudian diobservasi dan dianalisis,
terakhir penlis akan melakukan refleksi, apabila dalam sisklus
pertama belum berhasil, maka peneliti akan melanjutkan pada siklus
kedua.
B. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN Mabung I
Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk, semester I tahun pelajaran
2012/2013, dengan jumlah siswa 14 orang 7 laki-laki dan 7
perempuan.
Materi pembelajaran yaitu melakukan penjulahan bilangan
bulan dengan menggunakan media lidi pada tanggal 10 september
sampai 15 oktober 2012
C. Indikator keberhasilan
1. Meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan lidi pada
pembelajaran materi penjumlahan bilangan bulat, dengan nilai
yang melebihi SKM 70
10
D. Prosedur penelitian (siklus tindakan)
1. Siklus I
a. Rancangan Pembelajaran
Sebelum pelaksanaan pembelajaran peneliti telah menyiapkan/
menyusun perangkat pembelajaran antara lain:
1. Silabus, yang memuat standar kompetensi, kompetensi dasar,
hasil belajar, indikator, pengalaman belajar, alokasi waktu,
sumber/ alat/ bahan belajar dan penilaian.
2. Rencana pembelajaran, yang memuat mata pelajaran, kelas/
semester, materi pokok, alokasi waktu, kompetensi dasar,
langkah- langkah pembelajaran, sarana, sumber, bahan belajar
dan penilaian.
3. Lembar penilaian proses, lembar pengamatan dan lembar soal
tes.
4. Lidi sejumlah 220 buah.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
1. Kegiatan awal
Gurumembuka pelajaran dengan salam dan absensi
Mempersiapkan alat peraga
Mempersiapkan kondisi siswa
Menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan inti
Guru menjelaskan materi secara sisngkat
Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil
Guru menyajikan beberapa masalah untuk diselesaikan bersama
dengan kelompok
Siswa mengerjakan tugas
Siswa bertanggung jawab atas hasil kerja kelompok
Perwakilan siswa mempresentasikan hasil kerjanya kelompok
lain melakukan pengamatan
Guru melakukan pengamatan dan penilaian
3. Kegiatan akhir
11
Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang dipelajari
Siswa mengerjakan soal evaluasi
Tindak lanjut
Guru menutup dengan salam
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh peneliti saat proses
pembelajaran sedang berlangsung dan hasil penilaian belajar siswa
dan guru membeandingkan hasil perolehan siswa dengan siklus
yang pertama
d. Refleksi
Peneliti melihat dan mempertimbangkan atas hasil penilaian
atau dampak yang sudah dilakukan, kemudian merevisi perbaikan
untuk digunakan pada siklus ke dua.
II Siklus kedua
a. Perencanaan tindakan
1) Menyusun persiapan pelajaran
2) Menyusun alat pengumpul data berupa : lembar pengamatan,
catatan tentang proses pembelajaran, dan lembar penilaian
b. Pelaksanaan tindakan
1) Kegiatan inti permbelajaran
Guru menjelaskan materi secara sisngkat
Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil
dengan anggota yang heterogen
Guru menyajikan beberapa masalah untuk diselesaikan bersama
dengan kelompok
Siswa mengerjakan tugas
Guru memberikan bimbingan dalam kerja kelopok siswa
Siswa bertanggung jawab atas hasil kerja kelompok
Perwakilan siswa mempresentasikan hasil kerjanya kelompok
lain melakukan pengamatan
12
Pemberian hadiah pada kelompok terbaik
Guru melakukan pengamatan dan penilaian
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh peneliti saat proses
pembelajaran sedang berlangsung dan hasil penilaian belajar
siswa sebagai data sumber penilaian.
d. Refleksi
Peneliti melihat dan mempertimbangkan atas hasil penilaian
atau dampak yang sudah dilakukan.
E. Instrumen yang digunakan
Pengumpulan data penelitian ini dengan pemberian soal-soal
yang berisi tentang penjumlahan bilangan, soal diskusi kelompok dan
individu, analisis dokumen guru yang mana untuk mengukur
peningkatan hasil belajar siswa dan peningkatan keterampilan
berhitung siswa, dengan membandingkan nilai yang diperoleh pada
saat pembelajaran berlangsung.
F. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengamatan,
catatan lapangan, wawancara dan studi dokumentasi
1. Teknik Pengamatan dan catatan lapangan digunakan untuk
mengumpulkan data mengenai kegiatan dan aktifitas gurudan
siswa selam pekiatan pembelajaran berlangsung
2. Teknik wawancara digunakan untuk mengetahui tanggapan
siswa dengan pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung
3. Studi dokumentasi dugunakan untuk mengetahui hasil belajar
siswa yakni hasil jawaban subjek penelitian dari awal tes
penelitian dan tes pada akhir tindakan.
13
Hasil penelitian dari siklus pertama dilakukan refleksi untuk
bahan penyempurnaan siklus kedua, hasil penilaian sisklus kedua
digunakan untuk dilapangan
G. Teknik analisis data
Analisis data dalam penelitiana ini dimulai sejak awal sampai
berakhirnya pengumpulan data dan dikerjakan secara intensif sesudah
meninggalkan lapangan. Data yang berupa kata-kata atau kalimat dari
catatan dan hasil wawancara diolah menjadi kalimat yang bermakna dan
dianalisis secara statistic diskriptif yaitu menganalisa data dengan cara
mendeskripsikan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.
Peningkatan keterampilan berhitung dan peningkatan hasil belajar
matematika khususnya penjumlahan bilangan bulat dinyatakan dengan
ketentuan:
1. Rata-rata ketuntasan klasikal diatass 80% yang mendapatkan penilaian
belajar dengan skor diatas 70
2. Hasil penilaian belajar lebih baik dibanding dengan sebelumya
3. Hasil belajar dan keterampilan berhitung yang dinyatakan dengan nilai
terus meningkat tiap silus.
14